You are on page 1of 79

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA


PUTRI TENTANG KEHAMILAN PADA REMAJA
DI SMAN 3 MADIUN

Oleh :
LALA ADHAYANA
NIM. 2008024

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI HUSADA MULIA


MADIUN
2011
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang

mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi

pria. Kehamilan remaja merupakan masalah yang sering terjadi pada remaja saat ini.

(Sri Rumini dan Siti Sundari, 2004)

Data Survei Demogrofi dan Kesehatan Indonesia tahun 2010 menunjukkan pada

kelompok perempuan usia 15-19 tahun, sebanyak 9% pernah melahirkan bayi dengan

100 orang per 1.000 perempuan. Bandingkan dengan angka di Amerika yang hanya 62

orang per 1.000 perempuan.

Oleh karena itu, mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin

adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-30 %

kematian wanita subur disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Tahun 1996

WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil,

bersalin dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

Tingginya angka kehamilan pada remaja di Indonesia saat ini dapat dibuktikan

dari data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2006,

kehamilan remaja di Indonesia menunjukkan hamil di luar nikah karena diperkosa

sebanyak 2,3 %; karena sama-sama mau sebanyak 8,5 % dan tidak terduga sebanyak

39%. Seks bebas sendiri mencapai 18,3 %. Pada tahun 2010, hamil di luar nikah karena
diperkosa sebanyak 3,2%; karena sama-sama mau sebanyak 12,9% dan tidak terduga

sebanyak 45%. Seks bebas sendiri mencapai 22,6%. Di Surabaya, Jawa Timur pada

tahun 2006 sekitar 26% mengalami hamil di luar nikah. Sedangkan pada tahun 2010,

sekitar 37% mengalami hamil di luar nikah. Angka ini meningkat 11% dari tahun 2006.

Dari data SDKI tahun 2007 menunjukkan dari 801 orang remaja yang telah

melakukan hubungan seks pranikah, sebanyak 81 orang atau 11% berakhir dengan

kehamilan yang tidak diharapkan. Diantara remaja yang hamil tersebut, sekitar 50 orang

atau 57,5% mengakhiri kehamilaannya dengan melakukan aborsi. Dalam hal ini

perempuan tetap menjadi npihak yang palibng dirugikan karena perempuanlah yang

mempertaruhkan nyawanya. (Tukiran, Agus joko Pitoyo, dan pande Made Kutanegara,

2010)

Selain itu, menurut data yang diperoleh dari Media Indonesia, rata-rata terdapat

17% kehamilan yang terjadi per tahun, merupakan kehamilan yang tidak diinginkan.

Sebagian dari jumlah tersebut bermuara pada praktik aborsi. Grafik aborsi di Indonesia

masuk kategori lumayan tinggi. Pada tahun dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai

2,4 juta jiwa.

Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 390/100.000

tertinggi di ASEAN menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas.

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah

perdarahan, infeksi dan eklampsia. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan penyakit

yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis

(Sarwono Prawirohardjo, 2002).


Dewasa ini masyarakat menghadapi kenyataan bahwa kehamilan pada remaja

makin meningkat dan menjadi masalah terutama kehamilan di bawah usia 20 tahun.

Kurangnya pengetahuan seks serta adanya istiadat yang merasa malu kawin tua

(perawan tua) menyebabkan meningkatnya perkawinan dan kehamilan usia remaja.

Beberapa faktor yang menyebabkan kehamilan pada remaja antara lain

hubungan seks di masa subur, renggangnya hubungan antara remaja dengan orang

tuanya, rendahnya interaksi di tengah-tengah keluarga, keluarga yang tertutup terhadap

informasi seks dan seksualitas, menabukan masalah seks dan seksualitas, kesibukan

orang tua. (Surbakti, 2009:135-139).

Solusi yang diambil remaja saat mereka mengalami kehamilan di luar nikah

antara lain : menggugurkan kandungannya, mengasuh sendiri anaknya, menitipkan

anaknya ke panti asuhan, diadopsi oleh lingkungan keluarga, diadobsi oleh keluarga

lain, anaknya dibunuh atau pun bisa dibuang. (Surbakti, 2009)

Dampak dari kehamilan pada usia remaja antara lain abortus yang didukung

dengan status ekonomi sebuah keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si

bayi, keadaan emosionalnya, pasangan yang tidak bertanggung jawab. Ada juga

kehamilan pada remaja beresiko terjadinya pre-eklampsia, anemia, bayi prematur, bayi

berat lahir rendah (BBLR), kematian bayi, kanker pada alat kandungan perempuan,

karena rentan pada usia 12-17 tahun perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif

sekali, menderita disproporsi sefalo pelvik (karena tulang panggul belum tumbuh

sempurna) dan PMS. Selain itu, Kehamilan usia remaja dapat menyebabkan perceraian

karena kurang matangnya kedewasaan mereka dalam membina suatu rumah tangga.

(Imron, 2006)
Dari sudut kesehatan obstetri hamil pada usia remaja memberi resiko komplikasi

yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti : anemia, preeklampsia, eklampsia,

abortus. Partus prematurus, kematian perinatal, perdarahan dan tindakan operatif

obstetri lebih sering dibandingkan dengan kehamilan pada golongan usia 20 tahun

keatas (Soetjiningsih, 2004).

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan di SMAN 3 Madiun yang

dilakukan terhadap 9 orang remaja putri kelas II, didapat 5 orang yang tidak tahu

adanya dampak dari kehamilan remaja. Remaja khususnya remaja putri yang ada di

SMAN 3 Madiun kelas II sedang mempelajari alat-alat reproduksi secara umum dan

mereka belum pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya

tentang dampak kehamilan remaja. Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja putri tentang dampak

kehamilan remaja di SMAN 3 Madiun.

Dari data dan masalah yang telah diuraikan diatas, solusi yang dapat mengurangi

dan mencegah adanya kehamilan pada remaja adalah dilakukannya pendekatan antara

orang tua dan anak remaja mereka khususnya remaja putri, menyarankan kepada orang

tua agar tetap mengawasi putra-putri mereka tanpa membatasi aktivitas. Dengan

demikian orang tua tetap bisa mengontrol dan mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh

putra-putri mereka di luar rumah. Selain itu kita juga perlu memberikan pendidikan

kesehatan reproduksi pada remaja putri tentang dampak dari kehamilan remaja,

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada orang tua mereka. (Imron, 2006)
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut “Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri tentang

kehamilan pada remaja di SMAN 3 Madiun ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri

tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menganalisa tingkat pengetahuan remaja putri tentang kehamilan pada remaja

di SMAN 3 Madiun.

b. Menganalisa sikap remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3

Madiun.

c. Menganalisa adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap remaja

putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu yang

berkait dengan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri terhadap kehamilan

remaja di SMAN 3 Madiun.


1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi (Akbid Bhakti Husada Mulia Madiun)

Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan informasi yang dipergunakan

untuk menambah pengetahuan kesehatan reproduksi seluruh siswa khususnya

dalam mencegah kehamilan remaja.

b. Bagi Institusi Yang Diteliti (SMAN 3 Madiun)

Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan informasi yang dipergunakan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi seluruh siswa

khususnya dalam mencegah kehamilan remaja.

c. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam menerapkan ilmu kesehatan

reproduksi dan meningkatkan kemampuan melakukan penelitian selanjutnya.

Selain itu, peneliti dapat menganalisa pengetahuan dan sikap remaja putri

terhadap dampak kehamilan remaja sehingga peneliti dapat mengaplikasikan

hasil penelitian yang didapat secara lansung untuk mencegah terjadinya

kehamilan pada remaja.

d. Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman

remaja putri siswi kelas II SMAN 3 MADIUN tentang dampak kehamilan

yang sering terjadi dikalangan remaja.


1.5 Keaslian Tulisan

Masngudin HMS (2004), Hubungan Antara Keberfungsian Sosial Keluarga

dengan Kenakalan Remaja Di Pondok Pinang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta.

Jenis penelitian adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional secara

bivariat antara beberapa variabel yang dianalisis secara statistik dengan menggunakan

rumus product moment. Kemudian diperoleh hasil perhitungan r = - 0,6022 dengan taraf

significansi 5%, dari sampel 30 adalah 0,36, berarti ada hubungan negative antara

keberfungsian keluarga dengan kenakalan remaja di Pondok Pinang Pinggiran Kota

Metropolitan Jakarta. Artinya semakin tinggi tingkat berfungsi sosial keluarga, akan

semakin rendah tingkat kenakalan remajanya, demikian sebaliknya semakin rendah

keberfungsian sosial keluarga maka akan semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya.

(http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan (mata), indera

pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera perasa (lidah) dan

indera peraba (tangan). Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan

(believe), takhayul (supersition) dan penerangan-penerangan yang keliru (miss

information). (Soerjono, 2005)

2.1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (re-call) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh badan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini

adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek/ materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan terhadap

objek yang akan dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagau kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahkan masalah

(Problem Solving Cycle) di dalam pemecahan masalah dari kasus yang

diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen tapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja, misalnya dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.


e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungjan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dengan kata lain sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari suatu objek penelitian atau responden.

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal

dari sumber, misalnya media massa, media cetak, media elektronik, petugas

kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa banyak yang

digunakan untuk memperoleh pengetahuan, namun sepanjang sejarah cara

mendapatkan pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 antara lain :

a) Cara tradisional

Cara tradisional terdiri dari 4 cara, yaitu :

1. Trial and error

Cara ini dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan

atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba- coba saja.
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka

dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu, cara ini

disebut dengan metode Trial (mencoba) dan Error (gagal/salah) atau

metode coba salah/coba-coba. Metode ini telah banyak jasanya, terutama

dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai

ilmu pengetahuan. Hal ini juga merupakan pencerminan dari upaya

memperoleh pengetahuan, walaupun dalam taraf yang masih primitif. Di

samping itu, pengalaman yang diperoleh melalui penggunakan metode

ini banyak membantu perkembangan berpikir dalam kebudayaan

manusia ke arah yang lebih sempurna.

2. Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui perantara, apakah yang

dilakukan itu baik/tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada

masyarakat tradisional saja melainkan juga terjadi pada masyarakat

modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterma oleh sumbernya

berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun non formal, ahli

agama, pemegang pemerintah dan sebagainya.

Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada

otoritas/kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemimpin agama, maupun ahli

pengetahuan.
3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”. Pepatah

ini mengandung bahwa pengalaman ini merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran

4. Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan perasaannya dalam memperoleh pengetahuan. Manusia

telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi atau deduksi.

Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melairkan pemikiran

secara tidak langsung pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan,

kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan

khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi

adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum kepada

khusus.

b) Cara Ilmiah

Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematik, logis

ilmiah. Cara ini disebut metode penelititan ilmiah atau lebih populer disebut

metodologi penelitian (Research Methodology).


2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), Nursalam dan Siti Pariani (2001) faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

(1) Umur

Menurut Hurlock (1998) yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani (2001)

semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat,

seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum

cukup tinggi dewasanya. Hal ini sebagai akibat dari kematangan dan

pengalaman jiwa.

(2) Tingkat Pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti bahwa

dalam pendidikan itu telah terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, dan

perubahan ke arah yang dewasa, lebih baik dan lebih matang dalan individu,

kelompok dan masyarakat. Makin tinggi pendidikan seseirang makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,

sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai bagi yang dikenakan.

(3) Pekerjaan

Dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak waktu dan tenaga,

untuk itu informasi yang diperoleh sulit dicerna, sedangkan ibu yang tidak

bekerja mempunyai banyak waktu luang, sehingga informasi yang diperoleh

semakin banyak sehingga pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi.


(4) Pengalaman dan Sumber Informasi

Pengetahuan dapat dipengaruhi pengalaman sendiri atau dari pengalaman

orang lain, sebagai contoh seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api

itu panas adalah setelah memperoleh pengetahuan dimana tangan atau

kakinya terkena api dan terasa panas.

2.2 Konsep Dasar Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Menurut Bimo Walgito (2002) yang dikutip oleh Sunaryo (2004)

menyatakan sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan

tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau

berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Menurut Gerungan dalam Sunaryo (2004) menyatakan attitude diartikan

dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan

atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk

bertindak sesuai dengan objek tadi.

Menurut Abu Ahmadi dalam Sunaryo (2004) menyatakan sikap adalah

kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau

situasi secara konsisten.

Menurut Notoatmodjo (2003), Sikap (Attitude) merupakan reaksi atau

respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari

berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi meruopakan predisposisi

tindakana atau perilaku.

Ssedangkan menurut Berkowitz 1972 yang dikutip oleh Syaiffuddin

Azwar (2005), sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun tidak mendukung atau tidak

memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak

dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup tersebut. (Sunaryo, 2004)

2.2.2 Komponen Pokok

Dalam bagian lain Allport, sebagaimana yang dijelaskan oleh

Notoatmodjo yang dikutip oleh Sunaryo (2004), menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

a. Komponen Kognitif

Ialah kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Komponen Afektif

Ialah kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.


c. Komponen Konatif

Ialah kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan

dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah

mendengar tentang dampak kehamilan remaja. Pengetahuan ini akan membawa

ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terjerumus dalam

kehamilan remaja. Dalam berpikir ini komponen emosi akan memberitahu

kepada anaknya untuk lebih berhati-hati dalam bergaul agar tidak terjerumus

dalam kehamilan remaja.

2.2.3 Fungsi Sikap

Menurut Attkinson, R.L, dkk., dalam Sunaryo (2004) menyatakan bahwa

sikap memiliki 5 fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi Instrumental

Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan

menggambarkan keadaan keinginan. Sebagaimana kita maklumi bahwa untuk

mencapai suatu tujuan, diperlukan sarana yang disebut sikap. Apabila objek

sikap dapat membantu individu mancapai tujuan, individu akan bersikap positif

terhadap objek sikap tersebut atau sebaliknya. Disebut fungsi manfaat (utility),

yaitu sejauh mana manfaat objek sikap dalam pencapaian tujuan.

b. Fungsi Pertahanan Ego

Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan

atau ancaman harga dirinya.


c. Fungsi Nilai Ekspresi

Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem

nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh

individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

d. Fungsi Pengetahuan

Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa

keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan

dalam kehidupan sehari-hari. Setiap indovidu memiliki motif untuk ingin tahu,

ingin mengerti, dan ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan.

e. Fungsi Penyesuaian Sosial

Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat.

Dalam ini, sikap yang diambil individu tersebut akan dapat menyesuaikan

dengan lingkungannya.

2.2.4 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo dalam Sunaryo (2004) menyatakan sikap

memiliki 4 tingkat, dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah

adalah berarti orang menerima ide tersebut.


c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu

masalah.

d. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan

tingkat sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.

2.2.5 Pembentukan Sikap

Menurut Syaifuddin Azwar (2005), beberapa faktor pembentukan sikap

adalah :

a. Pengalaman Pribadi

Menurut Middlebrook (1974) yang dikutip oleh Saifuddin Azwar (2005)

bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman

akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.


b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial

yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,

seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan

pendapat kita, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang

berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya

dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya

lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan

lain- lain.

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita. Seorang ahli psikologi yang terkenal,

Burrhus Frederic Skinner sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk

kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian, kata tidak lain

daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah

reinforcement yang kita alami. Kita memiliki pola sikap dan perilaku tertentu

dikarenakan kita mendapat reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan


perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. (Hergenhahn, 1982

yang dikutip oleh Saifuddin Azwar, 2005)

d. Pusat Informasi

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain. Mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan

yang berisi sugesti yang dapat mengarah opini seseorang. Adanya informasi

baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh

informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

f. Pengaruh Faktor Emosional

Kadang-kadang suatu bentuk sikap nerupakan oernyataan hyang frustasi

atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.


2.2.6 Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap sebagaimana dikemukakan oleh para ahli seperti Gerungan

(1996), Abu Ahmadi (1999), Sarlito Wirawan Sarwono (2000), dan Bimo Walgito

(2001) dalam Sunaryo (2004) yaitu :

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan

pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan

dengan objek.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu

sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.

d. Sikap dapat tertuju pada suatu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan

atau banyak objek.

e. Sikap dapat berlangsung lama atau sementara.

f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan

dengan pengetahuan.

2.2.7Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah serangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu

mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi

atau mengatakan hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimatnya bersifat

mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favourable.


Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif

mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap

objek sikap. Pernyataan ini yang disebut dengan pernyataan yang unfavourable.

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan

favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian

pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang

seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap.

(Syaiffudin Azwar, 2005).

Sedangkan pengukuran sikap menurut Sunaryo (2004) dibedakan menjadi

2 cara yaitu :

a. Secara Langsung

Dengan cara ini, subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya

terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Jenis – jenis

pengukuran sikap secara langsung, yaitu :

1. Langsung berstruktur

Cara ini mengukur sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang

telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan

langsung diberikan kepada subjek yang diteliti.

2. Langsung tidak berstruktur

Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan tidak diperlukan

persiapan yang cukup mendalam, misalnya mengukur sikap dengan

wawancara bebas atau free interview, pengamatan langsung, atau survei.


b. Secara Tidak Langsung

Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes umunya digunakan skala

semantik-differensial yang terstandart. Cara pengukuran sikap yang banyak

digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Charles E. Osgood.

2.3 Konsep Dasar Kehamilan

2.3.1 Pengertian Kehamilan

Menurut Syaiffudin (2002), Masa kehamilan dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin. lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulun 7 hari) di hitung dari haid pertama haid terakhir (di mulai dari konsepsi)

sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan.

Menurut Sarwono (2009), Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan

7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3

triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi 3 bulan, triwulan kedua

dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9

bulan. Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan

keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam

rahim ibu.

Menurut Mansjoer (2001), Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung

kira-kira 40 minggu (280 hari) dab tidak lebih dari 43 minggu (300 hari).

Kehamilan yang berlangsung antara 28 minggu dan 36 minggu disebut

kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan


postmatur. Menurut usia kehamilan dibagi menjadi : kehamilan trimester

pertama 0-14 minggu, trimester kedua 14-28 minggu, trimester ketiga 28-42

minggu

Menurut (Manuaba, 1998: 123-125) Lama kehamilan berlangsung

sampai persalinan aterm sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai

berikut:

- Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 g bila berakhir disebut

keguguran.

- Kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut premature.

- Kehamilan berumur 37 sampai 42 disebut aterm.

- Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau

postdatism (serotinus). ( dikutip dari http://stikesonline.com/2011/03/definisi-

kehamilan-normal/ yang diakses pada tanggal 11 April 2011 )

Menurut Guyton, Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru

terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai

menjadi fetus yang aterm.

Menurut Kushartanti (2004), Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil

pembuahan sel telur oleh sel sperma.

Menurut Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, untuk tiap kehamilan

harus ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil

konsepsi. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan da belakang uterus, dekat

fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut terjadi adanya

kehamilan. Masa kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin.


Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung

dari hari pertama haid terahir (Sarwono Prawirohardjo, 2007).

Kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus lamanya kira-kira 280 hari

(40minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu

ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu

disebut kehamilan post matur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut

kehamilan premature. Kehamilan post matur akan mempengaruhi viabilitas

(kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda

mempunyai prognosis buruk. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi

menjadi 3 bagian, yaitu trimester pertama (antara 0-12 minggu), kehamilan

trimester dua (antara 12-28 minggu), dan kehamilan trimester tiga (antara 28-40

minggu). Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan

dibawah 20 minggu, disebut abortus (keguguran). Bila hal ini terjadi di bawah

36 minggu disebut partus prematurus (persalinan premature). Kelahiran dari 38-

40 minggu disebut partus aterm. (Hanifa Wiknjosastro, 2007 : 125)

2.3.2 Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi

Menurut Ubaydillah (2002), Kehamilan usia dini memuat risiko yang

tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang.

Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam

kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung

bayinya. (Ubaydillah, 2000)


2.3.3 Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda

Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia muda antara lain :

a. Keguguran

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. Seperti

karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan

oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping

yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang

pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan

lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu

yang belum menginjak 20 tahun.

Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang

kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan

(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga

di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,

seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat

dan memijat perutnya sendiri.

Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi

masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan

saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya

kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.


c. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress

memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

d. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang

pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat

hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh

fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah

merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah

merah akan menjadi anemis.

e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia

makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia

atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius

karena dapat menyebabkan kematian.

f. Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena

perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung

juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional

(dukun).
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara

lain:

 Resiko bagi ibunya :

a. Mengalami perdarahan

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot

rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga

disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam

rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga

dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir

b. Kemungkinan keguguran/abortus

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal

ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang

disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.

c. Persalinan yang lama dan sulit

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab

dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin,

kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan

persalinan yang salah.

d. Kematian ibu

Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan

infeksi.
 Dari bayinya :

a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal

ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan

berkurang.

b. Berat badan lahir rendah (BBLR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.

kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat

hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun

yang diderita oleh ibu hamil.

c. Cacat bawaan

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat

pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan

kelainan hormon.

d. Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama

hidupnya atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang

dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran

kongenital serta lahir dengan asfiksia.(Manuaba,1998).


2.3.4 Ciri-ciri perkembangan fetus sebagai berikut :

Tua Kehamilan Ciri-ciri Perkembangan Fetus


(minggu)
Organogenesis
- 8 minggu Kuping, hidung, jari-jari mulai dibentuk, kepala membungkuk
ke dada.
- 12 minggu Daun kuping lebih jelas, kelopak-kelopak mata masih melekat
leher mulai dibentuk, alat genitalia eksterna terbentuk, belum
berdiferensiasi
Masa Fetal
- 16 minggu Genetalia eksterna terbentuk dan dapat dikenali, kulit merah
tipis sekali.
- 20 minggu Kulit lebih tebal, opak dengan rambut halus (lanugo)
Kelopak-kelopak mata terpisah, alis dan bulu mata ada, kulit
- 24 minggu keriput.
Masa Perinatal
28 minggu Berat 1000 gram

(Sarwono Prawirohardjo, 2007)

2.3.5 Perubahan Anatomik dan Fisiologi Pada Wanita Hamil

Pada masa kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,

khususnya pada alat genetalia eksterna, interna dan payudara (mammae). Dalam

hal ini hormon somatomammotropin, estrogen, dan progresteron mempunyai

peranan penting seperti telah dikemukakan. Menurut Sarwono (2007),

perubahan yang terdapat pada wanita hamil menurut ialah sebagai berikut :

a. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh

estrogen dan progresteron yang kadarnya meningkat. Hubungan antara

besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui, antara

lain untuk membuat diagnosis apakah wanita tersebut hamil fisiologik atau

hamil ganda atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa, dan sebagainya.
Menurut Hanifa (2007:91), Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada

akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan

panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm. Pada bulan-

bulan pertama kehamilan bentuk uerus seperti buah advokad, agak gepeng.

Pada kahamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir

kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. Pada

kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira 1 jari di bawah procesus

xipoideus. Pada triwulan terakhir istmus lebih nyata menjadi bagian corpus

uteri dan berkembang menjadi besar.

b. Serviks Uteri

Pada kehamilan juga mengalami perubahan dikarenakan hormon estrogen.

Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih

banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat

pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar esrtogen yang

meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistenso serviks

menjadi lebih lunak. Hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami

perubahan. Dan hipervaskularisasi itu juga mengakibatkan vagina dan vulva

tampak lebih merah kebiru-biruan (livide). (Hanifa Wiknjosastro, 2007:95)

c. Perubahan kulit

Pada kulit terlihat adanya hyperpigmentatie, ialah athnya kelebihan pigmen

pada tempat-tempat tertentu. Perubahan pada kulit ini tidak selalu sama pada

setiap wanita hamil, ada yang sebagian saja dan ada pub yang semua pada

tempat tersebut.
Menurut Hanifa (2007:126), Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas pada

pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan

(kloasma gravidarum). Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena

terjadi deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam,

demikian pula linea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam.

Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.

d. Sistem pencernaan

Menurut Hanifa (2007:97), Tonos otot-otot saluran pencernaan menurun,

sehingga motilitas seluruh saluran pencernaan juga berkurang. Makanan lebih

lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicerna akan berada lebih

lama dalam usus. Hal ini baik untuk reabsorbsi, akan tetapi menimbulkan

obstipasi.

e. Traktus urinarius

Menurut Hanifa (2007:97), Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung

kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering

kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus

gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin

mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul

lagi karena kandung kencing mulai tertekan lagi.


f. Metabolisme

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi hingga 15-20%

terutama pada trimester akhir. Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami

perubahan konsentrasi alkali.

Wanita tidak hamil : 155 mEq/liter

Wanita hamil : 145-147 mEq/liter

Serum Na : turun dari142 mEq/liter menjadi 135-137 mEq/liter

Plasma bikarbonat : turun dari 25 ke 22 mEq/liter

Protein diperlukan dalam kehamilan untuk perkembangan badan, alat

kandungan, mammae dan untuk janin. Protein harus disimpan pula untuk

kelak dapat dikeluarkan pada laktasi.

Metabolisme lemak : kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih

per 100 ml. Hormon somatomammotropin mempunyai peranan dalam

pembentukan lemak dan mammae.

Kalsium : janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan

tulang, terutama trimester akhir, dibutuhkan 1,5-2,5 gr kalsium sehari

Fosfor : dibutuhkan rata-rata 2 gr perhari

Zat besi : dibutuhkan tambahan zat besi sekitar 800 mg, atau 30-50 mg

besi sehari.

Berat badan wanita hamil naik kira-kira di antara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5

kg, kenaikan berat badan ini terjadi terutama kehamilan 20 minggu terakhir.

(Wiknjosastro, 2007: 98-99)


g. Perubahan pada kelenjar

Yang kelihatan ialah kelenjar tiroid yang menjadi besar, jadi leher wanita itu

bentuknya seperti leher pria. Perubahan ini tidak terdapat pada setiap wanita

hamil.

h. Sirkulasi darah

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

placenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang

membesar pula, mamae dan alat lain yang fungsinya berlebih dalam

kehamilan. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan

puncak kehamilan 32 minggu,diikuti dengan cardiac output yang meningkat

kira-kira 30%. Akibat hemodulasi yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16

minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan

dekompensasi kordis. (Wiknjosastro, 2007:96)

i. Perubahan pada mammae (buah dada)

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,

estrogen dan progesteron, akan tetapi belum bisa mengeluarkan air susu ibu.

Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron

menambah sel-sel asinus pada mammae. Sedangkan somatomammotropin

mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan

dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin, dan

laktoglobulin. Di bawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin,

terbentuk lemak di sekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mammae

menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegak dan
tampak lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi.

Glandula montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan areola

mammae. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar

cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. (Wiknjosastro, 2007:95)

j. Perubahan perut

Perut akan kelihatan makin lama makin besar. Biasanya dari umur kehamilan

4 bulan membesarnya perut belum kelihatan. Setelah itu mulai kelihatan

membesar, lebih-lebih setelah kehainilan umur 5 bulan kelihatan cepat sekali

menjadi besar.

k. Perubahan pada tungkai

Perubahan pada tungkai ini adalah timbulnya varices pada sebelah atau kedua

belah tungkai. Pada hamil tua sering oedema pada salah satu tungkai.

Oedema ini disebabkan karena tekanan uterus yang membesar pada vena

femoralis, sebelah kanan atau sebelah kiri.

l. Sikap ibu pada waktu kehamilan agak tua.

Sikapnya menjadi lordose yang disebabkan oleh adanya perubahan bentuk

pada tulang belakang (vertebrae) dimana tulang belakang tersebut

menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan yang berhubungan dengan

keadaan uterus yang membesar.

m. Amenorea ( tidak terdapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak terdapat haid

lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat
ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.

(Wiknjosastro, 2007:125)

n. Epulish

Epulish adalah suatu hipertropi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan

pertama. (Wiknjosastro, 2007 : 126)

o. Varises

Menurut Hanifa (2007:126), sering dijumpai pada trimester terakhir. Terdapat

pada daerah genetalis eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada

multigravida kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu,

timbul kembali pada trimester pertama. Kadang timbulnya varises merupakan

gejala pertama kehamilan muda.

p. Tanda piscaceck

Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan

pembesaran tersebut. (Wiknjosastro, 2007:126)

q. Suhu basal

Bila suhu basal setelah ovulasi tetap tinggi antara 37,20C-37,80C adalah salah

satu tanda akan adanya kehamilan. Gejala ini sering dipakai dalam

pemeriksaan kemandulan. (Wiknjosastro, 2007:127)

r. Ditemukan hormon HCG

Ciri khas yang dipakai untuk menentukan adanya Human Chorionik

Gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pagi hari.

Dengan tes kehamilan tertentu air kencing pagi hari ini dapat membantu

membuat diagnosis kehamilan sedini-dininya. (Wiknjosastro, 2007:127)


s. Perubahan-perubahan maternal

Menurut Hanifa (2007), Penurunan bayi kedalam pelvic atau panggul ibu.

Plasenta setebal hamper empat kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan

beratnya 0,5-0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan bayi, mungkin memiliki

energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencingmeningkat.

Braxon hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan

untuk persalinan.

2.3.6 Keluhan yang Sering Dirasakan Oleh Ibu hamil

Menurut Kushartanti (2004), ketidak nyamanan fisik tersebut berupa

keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain:

 Mudah terengah-engah

Keluhan ini terutama dirasakan apabila uterus telah membesar sehingga

mendesak sekat rongga dada (diafragma) dan mengganggu ekspansi paru.

Keadaan ini diperberat oleh meningkatnya kebutuhan oksigen pada ibu hamil.

 Mudah lelah

Keluhan ini dipicu oleh. meningkatnya kebutuhan aliran darah yang

kurang dibanding dengan ketersediaan darah. Volume darah ibu hamil

meningkat sampai 30-50%, dan frekuensi denyut jantung meningkat hingga

20%.

 Mual dan muntah

Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan aktivitas hormon yang

menurunkan peristaltik usus dan tertumpahnya asam lambung keujung atas


lambung. Penurunan peristaltik usus ini juga akan memperlambat proses

pencernaan dan mengakibatkan sembelit.

Enek umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, kadang

disertai emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tapi tidak selalu. Keadaan ini lazim

disebut morning sickness. Dalam batas tertentu keadaan ini masih fisiologik.

Bila terlalu sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan disebut hiperemesis

gravidarum. (Wiknjosastro, 2007:125-126)

 Nyeri punggung dan pinggang

Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan postur tubuh dimana

bentuk tulang belakang cenderung melengkung kedepan (lordose). lengkungan

ini disebabkan oleh membesarnya perut. Disamping itu, keluhan ini juga dipicu

oleh adanya hormon relaksin yang mengendurkan persendian dipunggung

bagian bawah dan panggul.

 Nyeri panggul

Keluhan ini disebabkan oleh semakin membesarnya uterus sehingga

menekan panggul. Keadaan ini semakin diperberat dengan mengendurnya

persendian dipanggul dan meregangnya otot-otot panggul.

 Tidak bisa tidur

Keluhan nii biasanya terjadi pada akhir kehamilan, karena pada saat itu

terjadi penumpukan berbagai keluhan. Keluhan tersebut misalnya, susah

bernafas dan nyeri punggung.


 Mengidam (menginginkan makanan atau minutan tertentu)

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama, tapi akan

menghilang seiring bertambahnya usia kehamilan. (Wiknjosastro, 2007:126)

 Sering kencing

Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada trimester II umumnya keluhan

ini hilang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada

trimester III akhir, gejala ini bisa timbul lagi karena janin mulai masuk ke ruang

panggul dan menekan kembali kandung kencing. (Wiknjosastro, 2007 : 126)

2.4 Konsep Dasar Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah masa transisi (masa peralihan) dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh

lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai anak-anak. (Abdul, 2006)

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan dari

segi program pelayanan, definisi yang digunakan oleh departemen kesehatan

adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Sementara itu,

menurut BKKBN (2000) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun. Masa remaja

merupakan suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan

yang cepat dan fisik, emosi, kognitif dan sosial yang menjembatani masa kanak-

kanak dan dewasa. Secara umum remaja dimulai dari usia 11-12 tahun dan

berakhir pada usia sekitar 18-21 tahun. (Mernstein, 2002)


Remaja atau “adolence” (inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang

dimaksudkan adalah bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan

psikologis dan sosial (Hurlock, 2003)

Remaja mengalami perubahan secara primer yakni menarche pada

remaja putri, dan perubahan primer tersebut menghasilkan efek psikologis

seperti adanya efek psikologis dari menarche. (Victoria, 2000)

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-

anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

dewasa. (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses pada tanggal

11 April 2011)

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa

yang berjalan antara umur 12-21 tahun. (dikutip dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses pada tanggal 11 April 2011)

Dari bahasa inggris "teenager" yakni manusia usia 13-19 tahun. Dimana

usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa untuk itu peran

orang tua disini betul betul berperan, karena kalau tidak diarahkan sesuai dengan

kaidah agama dan nilai etika yang baik pasti cenderung terjerumus ke hal-hal

yang negatif. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih

luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik

(Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa

remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja

belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. (dikutip

dari http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses pada tanggal 11 April 2011)

Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah

peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan

semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung

antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai

dengan 22 tahun bagi pria.

Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa

peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak

mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun

perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan

ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah

matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja

(adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak

dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-

emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah

antara 12-21 tahun. (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses

pada tanggal 11 April 2011).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun, demikian,
menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens

dalam bahasa inggris adolescence) Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan

perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologi yang terjadi dengan cepat dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa, sedangan adolesens lebih ditekankan pada

perubahan psikososial atau kematangan yang menhyertai masa pubertas

(Soetjiningsih, 2004 dalam buku Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya)

2.4.2 Perkembangan Remaja

Menurut Merenstein, Gerald B (2002: 234) perkembangan remaja dibagi

mejadi 3 fase perkembangan yaitu :

a. Masa remaja awal (usia 10-13 tahun)

Dicirikan oleh pertumbuhan yang tepat dan perkembangan karakteristik

seks sekunder. Remaja muda sering terpaku pada perubahan fisik yang

berlangsung pada tubuh mereka, karena perubahan fisik yang cepat, kesan

tubuh, konsep pribadi, dan harga diri berfluktuasi secara dramatis. Ketika remaja

muda mulai menjadi independent dan ikatan keluarga melanggar, kesetiaan

bergeser dari orang tua kepada teman sebaya, yang menjadi lebih penting.

b. Masa remaja menengah (usia 14-16 tahun)

Pada saat ini remaja mulai menyesuaikan diri dan merasa lebih nyaman

dengan tubuh mereka yang “baru”. Sifat yang khas pada saat ini adalah emosi

yang kuat dan perubahan suasana hati yang cepat, dimana terjadi juga perubahan

pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Secara kognitif, ketika

remaja berubah dari berfikir kongkrit menjadi berfikir normal, terbentuklah

kemampuan berfikir secara abstrak. Kadang pada masa ini juga teman sebaya
menentukan standar dalam hal identifikasi, perilaku aktifitas dan lain-lain untuk

mendapatkan otonominya. Pada masa ini kemungkinan dapat menimbulkan

masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku

menyimpang. Kondisi tertentu perilaku menyimpang. Kondisi tertentu perilaku

menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi

tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat

kepribadian yang kurang akan menajdi pemicu timbulnya berbagai

penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan

atau norma yang ada dimasyarakat yang biasanya disebutkan dengan kenakalan

remaja.

c. Masa remaja akhir (usia 17 tahun ke atas)

Pada masa ini, remaja mulai kurang mementingkan diri sendiri dan mulai

lebih mementingkan orang lain. Hubunghan sosial bergeser dari kelompok

teman sebaya ke arah hubungan individual. Dan masa remaja akhir ini

merupakan periode idealisme.

Sedangkan menurut Soetjiningsih (2004), tahap perkembangan remaja

sebagai berikut :

a. Masa remaja awal (11-13 tahun)

Merupakan tahap awal/permulaan, remaja sudah mulai tampak perubahan

fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang.

b. Masa remaja pertengahan (14-16 tahun)


Pada masa ini remaja sudah mengalami pematangan disik secara penuh, dan

gairah seksual sudah mencapai puncak sehingga mereka cenderung

mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.

c. Masa remaja lanjut (17-20 tahun)

Pada masa remaja lanjut sudah mengalami perkembangan fisik secara

penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku

seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya

dalam bentuk pacaran.

2.4.3 Karakterisik Remaja

Sepertinya halnya dengan semua periode yang penting selama rentang

kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-ciri remaja menurut Hurlock

(2003:207) antara lain sebagai berikut :

a. Masa remaja sebagai periode penting

Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting,

namun kadar pentingnya berbeda-beda. Pada periode remaja, akibat langsung

maupun akibat jangka panjang tetaplah penting, ada periode yang penting karena

akibat fisik dan ada pula akibat psikologisnya. Perkembangan fisik yang cepat

dan penting disertai cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada

awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya mental dan

perlunya membentuk sikap, nilai dan minat yang baru pada masa remaja.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah

terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari suatu tahap

perkembangan ketahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status

individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan oeran yang akan dilakukan.

Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

Status remaja yang tidak jelas ini menguntungkan karena status memberi waktu

kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola

perilaku, nilai, sifat, yang paling sesuai bagi dirinya .

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Ada 5 perubahan yang sama yang hampir

bersifat universal, yaitu :

Meninggikan emosi

Perubahan emosi terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka

meningginys emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir-akhir

remaja.

- Perubahan tubuh

Disini mulai tampak perbedaan antara pria dan wanita akibat perubahan

fisik yang terjadi, misalnya pada wanita mengalami menarche,

tumbuhnya payudara, mulai terlihatnya timbunan lemak di daerah

pinggulnya, dan tumbuhnya bulu pubis, dan bulu di daerah ketiak.


- Minat dan perang yang diharapkan

Bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak

dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi

sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah sampai ia

sendiri menyelesaikan menurut kepuasannya.

- Perubahan nilai-nilai

Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting sekarang setelah

hampir dewasa dianggap tidak penting lagi. Sekarang mereka mengerti

bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas.

- Sikap ambivalan terhadap setiap perubahan

Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering

takut bertanggung jawab akan apa akibatnya dan meragukan kemampuan

mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah

masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki

maupun perempuan. Karena remaja tidak mampu untuk mengatasi sendiri

masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya

menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Sepanjang usia kahir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan

standart kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak daripada individualitas.

Tetapi masa awal remaja ini, penyesuaian diri dengan kelompok nasih tetap
penting bagi anak laki0laki maupun perempuan. Salah satu cara untuk mencoba

mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol

status. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri adar

dipandang sebagai individu, dan oada saat inilah ia mempertahankan identitas

dirinya terhadap kelompok sebayanya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutkan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak

rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang

dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Menerima

stereotif ini adalah adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai

pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan ke masa dewasa

menjadi sulit. Hal ini menimbulkan banyak pertentangan antara orang tua

sehingga menjadi penghalang bagi anak meminta bantuan kepada orang tua

untuk mengatasi masalahnya.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca, ia melihat diri

sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana

adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini menjadi

remaja menjadi marah dan kecewa. Tetapi dengan bertambahnya pengalaman

pribadi dan pengalaman sosial dan meningkatkan kemampuan untuk berfikir

rasional, remaja yang lebih besar memandang diri sendiri, keluarga, teman-

teman dan kehidupan pada umumnya secara lebih realistik.


h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotif belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan

bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu,

remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa.

2.4.4 Rentang Waktu Usia Remaja

Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :

• Masa praremaja 10-12 tahun

• masa remaja awal 12-15 tahun

• masa remaja pertengahan 15-18 tahun

• masa remaja akhir 18-21tahun

Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi

empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15

tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21

tahun (Deswita, 2006:192).

Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah

Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara

12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu

pematangan fisik, maupun psikologis. (dikutip dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses pada tanggal 11 April 2011).


2.4.5 Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja

Menurut Widyastuti (2009), Perubahan-perubahan yang berkaitan

dengan kejiwaan pada remaja adalah :

a. Perubahan emosi tersebut berupa kondisi :

- Sensitif atau peka misalnya menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya

bisa tertawa tanpa alasan.

- Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan dari

luar yang mempengaruhi.

- Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi

bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

b. Perkembangan intelegensia ini dapat menyebabkan diantaranya :

- Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak dan suka memberikan

kritik.

- Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku

remaja ingin mencoba-coba.

2.4.6 Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah perilaku yang melampaui batas toleransi orang

lain dan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan perbuatanyang

melanggar hak azasi manusia, bahkan sampai melanggaran hukum. (Tim Penulis

Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku

remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam


masyarakatnya. Kartini Kartono (1988:93) mengatakan remaja yang nakal itu

disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental

disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga

perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut

“kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6/1977 buku pedoman 8, dikatakan

bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang

bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang

berlaku dalam masyarakat. (dikutip dari

http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm

yang diakses pada tanggal 11 April 2011)

Singgih D. Gumarso (1988:19), mengatakan dari segi hukum kenakalan

remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma

hukum yaitu :

(1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-

undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.

(2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan

melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. (dikutip dari

http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm

yang diakses pada tanggal 11 April 2011)

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja

kedalam tiga tingkatan ;


(a) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,

pergi dari rumah tanpa pamit

(b) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti

mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin

(3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar

nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan

remaja dalam penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,

pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim dalam Soerjono Soekanto

(2001), bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu

dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of

Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal

karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku

dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam

masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada

sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang

dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja

meninggalkan keresahan pada masyarakat. (dikutip dari

http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm

yang diakses pada tanggal 11 April 2011)

2.4.7 Hal-hal yang Dilakukan Remaja saat Mengalami Kehamilan Remaja

Hal-hal yang dilakukan remaja saat mengalami kehamilan remaja antara

lain :
a. Menggugurkan

b. Membunuh

c. Membuang

d. Merawatnya sendiri

e. Diadopsi Oleh Lingkungan Keluarga

f. Diadopsi Oleh Keluarga Lain

g. Dititipkan ke Panti Asuhan

2.4.8 Remaja Sebagai Manusia Berpotensi

“Remaja”. Kata itu menurut remaja sendiri adalah kelompok minoritas

yang punya warna tersendiri, yang punya “dunia” tersendiri yang sukar dijamah

oleh orang tua. Sekarang kelompok remaja adalah manusia yang mempunyai

potensi. Remaja kelompok yang mempunyai vitalitas, semangat priorita, harapan

penerus generasi. Generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader

penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan

bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme

idealisme, kepribadian dan budi pekerti luhur.

Untuk itu perlu diciptakan iklim yang sehat sehingga memungkinkan

kreativitas generasi muda berkembang secara wajar dan bertanggung jawab.

Segi pendekatannya melalui pendidikan formal, non formal, atau pun informal;

di luar maupun di dalam sekolah. Sebagai contoh kecil usaha melibatkan

generasi muda dalam pembangunan adalah pengikut–sertaan masa remaja dalam

pendidikan politik yang kongkritnya nampak dilakukan dalam banyak kegiatan

kampanye pemilu 1982.


(Dikutip dari http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70

yang diakses pada tanggal 11 April 2011)

2.4.9 Usaha-usaha untuk mengerti dan memahami remaja

Usaha-usaha untuk mengerti dan memahami remaja yaitu dengan

mengetahui dan mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja,

khususnya dalam mengantar remaja menuju kematangan psikis dan kematangan

sosialnya.

(Dikutip dari http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70

yang diakses pada tanggal 11 April 2011)

2.4.10 Ikhtisar hal-hal yang perlu dimengerti dan dipahami

Sebelum seseorang disebut remaja yaitu “ambang pintu masa remaja”

yang sering dikenal dengan sebutan “pubertas” dengan aneka keunikannya. Ciri-

cirinya penuh dengan “badai dan topan” , perasaan yang penuh gejolak dan peka

terhadap rangsang-rangsang negatif.

G. Stanley Hall, mengatakan bahwa masa ini disebut sebagai masa yang

penuh dengan “strom and stress”. Kemudian ciri-ciri remaja akhir adalah suatu

masa indah dalam kehidupannya. Young men and Young women ini menghiasi

hdup mereka dengan kisah cinta yang tidak jarang menghanyutkan.

Pertumbuhan jasmani remaja awal sedmikian cepat’ terjadi ketidakseimbangan

berbagai anggota badan, sehingga seringkali mereka nampak mengalami

ketidakseimbangan badan dan ketidakseimbangan gerak. Selanjutnya

pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks dan perkmebangan perilaku seksual

diketahui telah mengalami “sejarah” yang cukup panjang. (Dikutip dari


http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70 yang diakses

pada tanggal 11 April 2011).

Elizabeth B Hurlock jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk dan pola-

pola perilaku yang nampak khas bagi usia-usia, maka kematangan kehidupan

terdiri atas 11 masa yaitu:

• prenatal: saat konsepsi sampai lahir.

• masa neonatus: lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir.

• masa bayi: akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.

• masa kanak-kanak awal: dua tahun sampai enam tahun

• masa anak-anak akhir: 6 tahun sampai dengan 10-11 tahun.

• masa pubertas/preadolescence: 10-12 tahun sampai dengan 13-14 tahun.

• masa remaja awal: 13-14 tahun sampai dengan 17 tahun.

• masa remaja akhir: 17 tahun sampai dengan 21 tahun.

• masa dewasa awal: 20 tahun sampai dengan 40 tahun.

• masa setengah baya: 40 tahun sampai dengan 60 tahun.

• masa tua: 60 tahun sampai dengan meninggal.

(Dikutip dari http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70

yang diakses pada tanggal 11 April 2011)

2.4.11 Ciri-ciri penting periode pubertas

Pubertas merupakan periode transisi dan tumpang tindih. Sebab pubertas

berada dalam peralihan antara masa anak-anak danremaja, disebut kanan-kanak

tidak tepat disebut dewasa juga tidak.


Ada beberapa ciri yang bersangkutan dengan pertumbuhan dan

perkembangan biologis dan psikologis menurut Hurlock (2003), yaitu :

a) Ciri-ciri primer

Bagi wanita ditandai dengan haid pertama (menarche) yang disertai

pelbagai perasaan tak enak bagi yang mengalaminya. Bagi pria ditandai oleh

mimpi polusi (mimpi basah) atau dikenal dengan sebutan nocturnal emmisions.

b) Ciri-ciri seks sekunder

Bagi wanita pinggulnya membesar dan membulat, buah dada semakin

nampak menonjol, tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, ketiak, lengan,

dan kaki. Ada perubahan suara dar suara anak-anak menjadi lebih merdu

(melodious), kelenjar keringat lebih aktif dan sering tumbuh jerawat, kulit

menjadi lebih kasar dibanding kulit anak-anak.

c) Ciri tersier

Ialah ciri-ciri yang tampak pada perubahan tingkah laku. Perubahan itu

erat juga sangkut pautnya de ngan perubahan psikis yaitu perubahan tingkah

laku yang tampak seperti perubahan minat. Anak wanita mulai memperhatikan

dirinya, karena perubahan tingkah laku inilah maka jiwanya selalu gelisah dan

sering konflik dengan orang tua karena adanya perubahan sikap dan pandangan

hidup. (Wilis, 2005)

Bagi pria otot-otot tubuh, dada, lengan, paha dan kaki tumbuh kuat,

tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, betis dan kadang-kadang dada;


terjadi perubahan suara yaitu nada pecah dan suara merendah hingga sampai

akhir masa remaja, volume suara turun satu oktaf, aktifnya kelenjar-kelenjar

keringat dan kelenjar-kelenjar ini menghasilkan keringat yang banyak walaupun

remaja tersebut bergerak sedikit saja.

Pada usia 11-12 tahun wnaita lebih cepat tumbuh dibanding pria

sehingga secara tidak sadar si puber sering merasa iri hati terhadap si puber

wanita. Inilah sebabnya sering ada puber pria yang menjauhi bahkan

bermusuhan dengan puber wanita pada usia ini, istilahnya sex antagonisme.

Akan tetapi dalam pertumbuhan tubuh kekar maka mulailah timbul saling

tertarik antara 2 jenis kelamin ini. Hal yang demikian dipengaruhi oleh daya

tarik seksuil atau “sex appeal”.

Setelah melewati masa pubertasnya sip uber ini akan memasuki masa

remaja awal yang ditandai dengan ketidakstabilan kedaan perasaan dan

emosinya, dalam bekerja ia tiba – tiba bersemangat sekali namun bisa juga

kelihatan lesu sekali, dalam hal sikap dan moralnya terutama menonjol

menjelang akhir remaja awal (15-17 tahun).

Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan

itu sheingga kadng-kadang dinilai oleh masayarakat tidak sopan, dalam hal

kemampuan mental dan kecerdasan mulai sempurna. Kesempurnaan mengambil

kesimpulan dan informasi abstrak mulai pada usia 14 tahun. Akibatnya si remaja

awal suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal tetapi dengan alasan yang

masuk akal remaja cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa. Hal status

remaja awal sangat sulit ditentukan bahkan membingungkan. Perlakuan yang


diberikan orang dewasa kepada remaja awal sering berganti-ganti. Ada keraguan

orang dewasa untuk memberi tanggung jawab kepada remaja dengan dalih

“merasa masih anak-anak” tetapi pada lain kesempatan si remaj awal sering

mendapat teguran sebagai “orang yang sudah besar” jika remaja awal bertingkah

laku yang kekanak -kanakan. Akibatnya si remaja awalpun mendapat sumber

kebingungan dan menambah masalahnya.

Setelah masa remaja awal berakhir si remaja awal ini akan menghadapi

masa remaja akhir yang ditandai dengan stabilitas yang mulai meningkat, citra

diri dan sikap pandangan yang lebih realistis, menghadapi masalahnya secara

lebih matang dan perasaan yang lebih tenang.

(Dikutip dari http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70 yang

diakses pada tanggal 11 April 2011)

2.5 Kerangka Teori Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Keyakinan
akan akibat Sikap terhadap
perilaku perilaku

Niat untuk
melakukan PERILAKU
perilaku

Keyakinan
normatif akan Norma Subjektif
akibat perilaku tentang perilaku
Penjelasan tentang kerangka pemikiran akan diuraikan sebagai berikut ini.

Keyakinan akan akibat perilaku adalah komponen yang bersifat aspek pengetahuan

tentang perilaku. Pengetahuan tidak selalu sesuai dengan fakta yang sebenaranya, hanya

opini tentang sesuatu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Sikap terbentuk

tergantung pada segi positif atau negatif komponen pengetahuan. Keyakinan normatif

akan akibat perilaku merupakan komponen pengetahuan, lebih menekankan pada

pandangan orang yang berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Norma subjektif

tentang perilaku berisikan keputusan yang dibuat setelah mempertimbangkan

pandangan orang-orang yang mempengaruhi norma subjektif tentang perilaku. Ini

sangat bergantung pada kebribadian individu. Niat untuk melakukan suatu perilaku

ditentukan oleh interaksi antara kedua komponen yakni sikap terhadap perilaku dan

norma subjektif tentang perilaku subjektif. Ketidakserasian antara dua komponen ini

mungkin terjadi.

Jika perilaku diartikan sebagai perilaku seks pranikah remaja, maka diakibatkan

dari ;perilaku dari aspek pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Sistem

pengetahuan kemudian membentuk sikap mereka terhadap perilaku seks pranikah.

Sikap bergantung pada komponen pengetahuan positif atau negatif. Keyakinan normatif

merupakan komponen pengetahuan dari sudut pandang orang lain seperti teman,

keluarga dan masyarakat terhadap perilaku seks pranikah. Keyakinan normatif ini akan

mempengaruhi keyakinan subjektif yang merupakan keputusan yang dibuat seseorang

setelah mempertimbangkan keyakinan normatif yang berlaku di sekitarnya.

Terpengaruh tidaknya seseorang dengan lingkungannya tergantung pada kepribadian


masing-masing. Interaksi antara sikap seseorang terhadap perilaku seks pranikah

dengan norma subjektif perilaku tersebut akan mendorong niat seseorang untuk

melakukan perilaku seks pranikah. Bila niat tersebut diaktualisasikan, akan terjadi atau

tidak perilaku seks pranikah.

(Dikutip dari : Tukiran, Agus Joko Pitoyo, dan Pande Made Kutanegara, 2010)

2.6 Kerangka Konsepitual Penelitian

Faktor internal yang


mempengaruhi
pengetahuan :
a. Umur
b. Pendidikan
c. pekerjaan
Faktor eksternal yang
mempengaruhi
pengetahuan :
PENGETAHUAN
a. Lingkungan
Perila

remaj

REM
AJA
seks

b. Sosial Budaya
ku

SIKAP remaja dalam


c. Latar belakang
menghadapi
keluarga
kehamilan remaja
DAMPAK KEHAMILAN
REMAJA

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti
2.7 Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah jawaaban sementara dari suatu penelitian (Notoatmodjo, 2005).

Dengan memperhatikan permasalahan penelitian tersebut diatas secara khusus

hipotesisnya dapat dirumusukan bahwa :

H1 : ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan pada

remaja di SMA Negeri 3 Madiun.

H0 : tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan

pada remaja di SMA Negeri 3 Madiun.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah metode atau cara yang akan digunakan dalam

penelitian. Oleh sebab itu, dalam uraian tersebut tercermin langkah–langkah teknis dan

operasional penelitian yang akan dilaksanakan (Notoatmojdo, 2010).

3.1 Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan analitik observasional, yaitu penelitian

yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi

(Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini menggunakan analitik korelasi merupakan

teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi atau

hubungan (meansures of association). Penelitian ini menghubungankan antara

pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMA

Negeri 3 Madiun.

3.1.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validity suatu hasil. Rancangan penelitian sebagai petunjuk

penelitian dalan perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan atau

menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2008).


Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah study cross sectional

yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subyek penelitian

hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter

atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua

obyek penelitian diamati pada waktu yang sama ( Notoatmodjo, 2010). Variable

dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap remaja putri tentang

kehamilan remaja yang diukur satu kali, pada satu saat.


3.2 Kerangka Kerja

Menurut Nursalam (2003), Kerangka kerja adalah tahapan dalam suatu

penelitian yang menyajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan

digunakan. Kerangka kerja dalam penelitian ini dijelaskan dalam diagram

sebagai berikut:

Populasi : Semua Siswi Kelas II (78 orang) di SMA Negeri 3 Madiun

Menggunakan Sampel : Sebagian Siswi Kelas II yang bersedia menjadi responden


dengan tehnik purposive sampling

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan siswi tentang kehamilan pada Sikap siswi tentang kehamilan pada remaja
remaja

Penilaian Jawaban : Penilaian Jawaban :


Kuesioner : Pengetahuan siswi Kuesioner : Sikap siswi

Analisa data dengan rumus Chi Square

H0 diterima apabila Xhasil


H0 ditolak apabila

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

PUBLIKASI

Gambar 3.2 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Putri Tentang Kehamilan Remaja Di Sma Negeri 3 Madiun tahun 2011.
3.3 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel adalah suatu ukuran yang dimiliki oleh anggota

suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok (Nursalam, 2003).

3.3.1 Variable

Menurut Notoatmodjo (2010), Variabel adalah sesuatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan

penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Variabel penelitian dibagi

menjadi dua yaitu antara lain :

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent adalah yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2010).

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variable lain

(Nursalam, 2008). Variabel bebas penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri

tentang kehamilan pada remaja di SMA Negeri 3 Madiun.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel independent adalah yang dipengaruhi (Notoatmodjo, 2010).

Variabel tergantung adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Nursalam, 2008). Variabel terikat penelitian ini adalah sikap remaja putri

tentang kehamilan pada remaja di SMA Negeri 3 Madiun.


3.4 Definisi Operational

Menurut Notoatmodjo (2010), Definisi operasional adalah ukuan tentang

batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel

yang bersangkutan.

Varibel Penelitian Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Skoring


Variabel bebas Merupakan hasil Tingkat Kuesioner Ordinal Untuk jawaban :
penelitian ini tahu pada siswi pengetahuan Benar : 1
adalah tentang kehamilan siswi Salah : 0
pengetahuan pada remaja yang tentang : Kemudian Skore
remaja putri didapatkan melalui - Pengertian nilai :
tentang kehamilan indera penglihatan, Kehamilan 76-100%= Baik
pada remaja di pendengaran, rasa - Dampak 56-75%= Cukup
SMA Negeri 3 dan raba. kehamilan < 56 %=Kurang
Madiun pada remaja
- Persiapan
masa remaja
- Fisiologi
kehamilan
Variabel terikat Merupakan reaksi Sikap siswi Kuesioner Ordinal Untuk jawaban
penelitian ini atau respon tentang Sangat Setuju : 4
adalah sikap seseorang yang kehamilan Setuju : 3
remaja putri dinyatakan dalam pada remaja Tidak Setuju : 2
tentang tentang pernyataan setuju meliputi : Sangat Tidak
kehamilan pada atau tidak setuju - agama Setuju : 1
remaja di SMA tentang kehamilan - sosial Kemudian Skore
Negeri 3 Madiun pada remaja - nilai :
T≥MT:Positif
T<MT:Negatif

Tabel 3.5 Definisi Operasional Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
Tentang Kehamilan Pada Remaja di SMA Negeri 3 Madiun.
3.5 Sampling Desain

3.5.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi

dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia,siswi) yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua siswi kelas 2 di SMA Negeri 3 Madiun sebanyak 130 orang.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2002). Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian siswi kelas 2 di SMA Negeri 3 Madiun.

Rumus :

n = N
2
Nd + 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikasi (5 %) (Nursalam, 2003)


3.5.2.1 Kriteria Insklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Siswi SMA Negeri 3 Madiun yang bersedia dijadikan responden

b. Siswi SMA Negeri 3 Madiun yang dianggap sudah dikategorikan usia remaja

3.5.2.2 Kriteria Ekslusi

Kritreia Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian

ini adalah :

a. Siswi SMA Negeri 3 Madiun yang tidak hadir saat penelitian karena sakit,

ijin ataupun alfa dan yang sedang ada keperluan.

b. Siswi SMA Negeri 3 Madiun yang tidak bersedia dijadikan responden.

3.3.2.3 Besar Sampel

Menurut Nursalam (2006), Besar sampel adalah banyaknya anggota yang

dijadikan sampel. Besar kecilnya sampel sangat dipengaruhi oleh desain dan

ketersediaan subyek dari penelitian ini.

Penyusunan besar sampel :

- Jika besar populasi ≤ 1000, maka sampel bisa diambil 20-30%.

- Jika besar sampel < 1000, maka :


n = N
2
Nd + 1

= 78
78(0,05)2 + 1

= 78
78(0,0025) + 1

= 78
0,195 + 1

= 78
1,195

= 65, 27 = 65 responden

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikasi (5 %) (Nursalam, 2003)

3.5.3 Tehnik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar diperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2008).

Cara pengambilan sampel dari penelitian ini adalah Purporsive sampling

yaitu pengambilan sampel secara purporsive didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Riduwan, 2006)


3.6 Pengumpulan Data dan Analisis

3.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karateristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2003).

3.6.1.1 Proses Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan data dari Puslitbang dan mendapatkan ijin dari

Kepala SMA Negeri 3 Madiun, kemudian peneliti mengadakan pendekatan pada

calon responden atau siswi kelas 2 dengan menyuruh para siswi tersebut untuk

kumpul di sebuah aula. Peneliti memberikan informasi tetang tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan cara mengisi angket. Setelah itu memberikan selembar

persetujuan menjadi responden kepada siswi. Kemudian peneliti membagikan

kuesioner untuk diisim peneliti menunggu responden menyelesaikan pengisian

kuesioner dan setelah selesai meminta responden untuk mengumpulkan kembali

peneliti untuk kemudian dilakukan analisa data.

3.6.1.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yaitu alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode

(Arikunto, 2002). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpul

data berupa angket atau kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun

dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan

interviewe (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan

memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010).


3.6.1.3 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 dan bertempat di SMA

Negeri 3 Madiun.

3.6.2 Analisis data

3.6.2.1 Pengolahan Data

1. Penyutingan (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data (kuesioner) atau setelah data terkumpul (A. Aziz, 2007).

2. Pengkodean (Coding)

Kegiatan pengkodean berupa pemberian kode ke dalam lembaran

kuesioner, kemudian digunakan untuk pedoman dalam analisis data dan dan

penulisan laporan (Notoatmodjo, 2002).

3. Pemberian Skore (Skoring)

Scoring adalah pemberian skore atau nilai terhadap bagian-bagian yang

perlu diskore. Untuk mengukur pengetahuan, jawaban yang benar dinilai 1 dan

jawaban yang salah diberi nilai 0.

4. Tabulasi (Tabulating)

Tabulating merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar


dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
(Notoatmodjo, 2002).
Menyusun data agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata
untuk disajikan dan dianalisis. Langkah yang terakhir dari penelitian ini adalah
melakukan analisa data. Selanjutnya data dimasukkan ke computer dan
dianalisis secara statistik. Dalam penelitian ini analisa yang akan digunakan
adalah analisa univariate dan bivariate dengan uji statistik chi square. Penyajian
data dalam tabel distribusi frekuensi.
Rumus Uji Chi Square

X2 = ∑ (fo – fh)2
Fn

Keterangan : x2 = Chi kuadrat

fn = frekuensi yang diobservasi

fh = frekuensi yang di harapkan

3.8.2 Rencana Analisis Data

3.8.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariabel ini digunakan untuk menganalisis tiap-tiap variabel

hasil penelitian, penyajiannya dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase

dari tiap variabel. Setelah data yang diperlukan terkumpul, melalui angket atau

kuesioner maka (langkah selanjutnya analisa data yaitu dengan melakukan

tabulasi atau pengalompokan suatu variabel yang diteliti dengan cara pemberian

skor dan penelitian dimana jawaban yang benar di beri nilai 1, sedangkan yang

salah diberi nilai 0. Kemudian dari hasil responden yang benar diberi skor,

kemudian dibandingkan atau dibagi dengan skor tertinggi lalu dikalikan 100%.

Selanjutnya dicari masing-masing prosentase dengan rumus:

Sp
N= x 100%
Sm
Keterangan :

N = Nilai yang didapat

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor maksimal

Setelah prosentase diketahui menurut Nursalam (2008) kemudian

hasilnya dikelompokkan pada kriteria :

76 % - 100 % = Baik

56 % - 75 % = Cukup

< 56 % = Kurang

Untuk mengukur tingkat pengetahuan, bila responden menjawab

pertanyaan dengan benar maka diberikan kode ”1” bila responden menjawab

salah maka diberikan kode ”0”.

Dari keseluruhan jawaban responden dihitung jumlah total skore yang

didapat kemudian dicari prosentasenya dengan rumus :

P= × 100%

Keterangan :

P : Prosentase

f : Jumlah skor jawaban yang benar

N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar (Budiarto, 2002)


Variabel terikat adalah sikap remaja putri tentang dampak kehamilan

remaja putri yaitu perilaku remaja dalam menghadapi kehamilan remaja. Rumus

yang digunakan untuk mengetahui sikap dari responden positif / negative

menggunakan rumus T skor yaitu :

 x − x
T = 5 + 1 0 0 
S 
Keterangan :

x : Skor responden.

x : Skor maksimal.

S : Standar deviasi (simpangan baku).

Untuk memudahkan penilaian maka hasil presentase untuk dukungan,

peneliti menginterprestasikan jawaban menjadi 2 kategori yaitu:

T ≥ MT : Positif

T < MT : Negatif. (Azwar, 2003).

3.8.2.2 Analisis Bivariat

Setelah data dari hasil penelitian terkumpul selanjutnya dilakukan analisa

data dengan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17 For
windows, menggunakan Spearmen Rank. Untuk menilai ada tidaknya hubungan

dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

(a) Jika nilai ρ < 0,05 maka ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja

putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 Madiun.

(b) Jika nilai ρ > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap

remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 Madiun.

(Alimul, 2007)

3.9 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat

pening dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung

dengan manusia (Alimul, 2009). Adapun etika penelitian meliputi :

3.9.1Informed Consent ( informasi untuk responden )

Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud, tujuan, manfaat, dan

dampak dari tindakan, dan dijelaskan bahwa keikutsertaan di dalam penelitian

ini sifatnya sukarela. Setelah pasien telah membaca lembar permohonan menjadi

responden, kemudian peneliti menyerahkan lembar persetujuan menjadi

responden, pasien memberikan tanda tangan di lembar persetujuan sebagai bukti

bersedia menjadi responden.

3.9.2Anonimity (kerahasiaan)

Peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar observasi tapi hanya

memberikan inisial dan kode sebagai nomer urut sebagai responden.


3.9.3Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Merupakan masalah etika dengan manajemen kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset dan

data yang sudah tidak dibutuhkan lagi maka seluruh data dimusnahkan.
Daftar pustaka

Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik” edisi 8. Jakarta :

Rineka Cipta.

Azwar, Syaiffudin. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2.

Yogyakarta : pustaka pelajar.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik (Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat) .

Jakarta: EGC

BKKBN. 2000. Materi Pelatihan kesehatan reproduksi remaja bagi fasilitator. Badan

koordinasi keluarga berencana nasional. Jakarta dari hhtp://ceria@bkkbn.go.id

BKKBN. 2008. Modul pelatihan konseling kesehatan reproduksi remaja

Djarwanto. 2003. Statistik Nonparametik. Yogyakarta : Penerbit BPFE

Hurlock, E. B. Edisi Kelima. Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Kartono, kartini. 2006. Psikologi wanita 1. Bandung: mandar maju.

Kushartanti. (2004). Senam hamil menyamankan kehamilan mempermudah

persalinan.Yogyakarta : Lintang Pustaka.

Manuaba, IGB. 2002. Memahami kesehatan reproduksi remaja. Jakarta : arcan

Manuaba, IGB. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi dan obstetri ginekologi sosial

untuk profesi bidan. Jakarta : arcan

Merenstein, et all. 2002. Buku Peganggan pediatri. Jakarta : widya medika

Nazir, Moh. 2009. Metode penelitian. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia

Notoatmodjo, soekidjo. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: rineka cipta


Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta : rineka

cipta.

Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Metodelogi penelitian Kesehatan. Jakarta : rineka cipta.

Nursalam, Siti Pariani. 2001. Metodologi riset Keperawatan. Jakarta: Info medika

Nursalam. 2002. Konsep penerapan metodelogi penelitian keperawatan. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan Edisi

2. Jakarta: salemba medika.

Pande Made Kutanegara, Tukiran, Agus joko Pitoyo. Oktober 2010. Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : pustaka pelajar

Razak, Abdul. 2006. Remaja dan bahaya narkoba. Jakarta : prenada

Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. PT Rineka Cipta,

Jakarta.

Sarwono, prawiroharjo. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta : yayasan bina pustaka

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2000. Penghantar Umum Psikologi. Jakarta : PT bulan

Bintang

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu penghantar. Jakarta : P.T Raja grafindo

persada

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta : CV

agung seto

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan cetakan 1. Jakarta : EGC

Sugiarti S dkk. 2001. Tingkat tumbuh kembang wanita pada masa remaja. Makalah

tugas berstruktur depkes RI, akbid soetomo Surabaya.


Sugiyono. 2007. Statistik untuk kesehatan. Bandung : alfabet

Sudjana. 2006. Metode statistik. Bandung : Tarsito

Tim penyusunan kamus pusat bahasa. 2003. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta :

balai pustaka

Tim Poktekkes Depkes Jakarta I. 2010. Problema dan Solusinya. Jakarta : BDP

Walgito, Bimo. 2002. Penghantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Andi

Widyastuti, yani dkk. 2009. Kesehatan reproduksi remaja. Yogjakarta : fitramaya

Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Prawiroharjo. 2007. Wilis, sofyan s. 2005. Remaja dan permasalahannya. Jakarta :

alfabet.

Varney, helen, Kriebs, M Jan, Gegor, L Carolyn. 2006. Buku ajar Asuhan kebidanan

Edisi 4. Jakarta : EGC

You might also like