Professional Documents
Culture Documents
A. Pendahuluan
Sistem bagi hasil (profit and loss sharing) yang diterapkan dalam
perbankan syariah seperti yang terdapat dalam mudharabah dan
musyarakah merupakan praktek perkongsian yang sudah lazim digunakan
sebelum Islam datang. Sebagaimana Lewis dan Algaoud mengutip
pendapat Crone, Kazarian dan Cizaka, bahwa di Timur Tengah pra-Islam,
kemitraan-kemitraan bisnis yang berdasarkan atas konsep mudharabah
dan musyarakah berjalan berdampingan dengan konsep pinjam sistem
bunga sebagai cara untuk membiayai berbagai aktivitas ekonomi1.
Kemudian setelah Islam datang, semua transaksi keuangan yang berbasis
riba2 (bunga) dilarang dan semua dana harus disalurkan atas dasar bagi
hasil (profit and loss sharing).
Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa hikmah diharamkannya riba
antara lain: pertama, riba dapat menimbulkan sikap permusuhan antar
individu dan juga menghilangkan tolong-menolong sesame manusia;
kedua, riba menumbuhkan mental boros dan malas yang mau
mendapatkan harta tanpa kerja keras, menjadi benalu yang tumbuh di
atas jerih payah orang lain; ketiga, riba adalah salah satu bentuk
penjajahan; dan keempat, Islam mengajak manusia agar mendermakan
kepada saudaranya yang membutuhkan3.
Sedangkan al-Razi sebagaimana dikutip Lewis dan Algaoud
mengemukakan beberapa alasan pelarangan riba antara lain: pertama,
riba tak lain adalah perampasan hak milik orang lain tanpa ada nilai
imbangan; kedua, riba dilarang karena menghalangi orang dari
keikutsertaan dalam profesi-profesi aktif; ketiga, perjanjian riba
menimbulkan hubungan yang tegang antara sesama manusia; keempat,
perjanjian riba adalah alat yang digunakan orang kaya untuk
2
... «!$# È≅ôÒsù ⎯ÏΒ tβθäótGö6tƒ ÇÚö‘F{$# ’Îû tβθç/ÎôØtƒ tβρãyz#u™uρ ...
Artinya : "…dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah…." (Q.S. al-Muzammil: 20)
Artinya : "tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu…" (Q.S. al-Baqarah : 198)
ﻳﺸﺘﺮى ﺑﻪ دا ﺑﺔ ذا ت آﺒﺪ رﻃﺒﺔ ﻓﺈ ن ﻓﻌﻞ ذﻟﻚ ﺿﻤﻦ ﻓﺒﻠﻎ ﺷﺮﻃﻪ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ
ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﺄﺟﺎ زﻩ
Artinya : "Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Sayyidina Abbas ibn Abd al-
Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara
mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Kemudian
hal tersebut disampaikan kepada Rasulullah SAW dan beliau
membolehkannya." (H.R. Thabrani).
3. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum mudharabah dibagi menjadi dua macam, yaitu:
mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah14. Berikut ini akan
dikemukakan kedua macam pembagian mudharabah di atas.
a. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah bentuk
kerja sama antara pemodal (shahib al-mal) dan pengusaha (mudharib)
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam mudharabah muthlaqah ini shahib
6
PERJANJIAN
BAGI HASIL
PROYEK/USAHA
Nisbah Nisbah
X% Y%
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
MODAL Pengambilan
Modal Pokok
9
(#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ωÎ) CÙ÷èt/ 4’n?tã öΝåκÝÕ÷èt/ ‘Éóö6u‹s9 Ï™!$sÜn=èƒø:$# z⎯ÏiΒ #ZÏVx. ¨βÎ)uρ ...
ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$#
3. Jenis-jenis Musyarakah
Musyarakah ada dua jenis, yaitu: musyarakah kepemilikan dan
musyarakah akad (kontrak). Musyarakah kepemilikan terjadi
karenawarisan, wasiat, dan kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan
suatu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan
dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nayata dan berbagi pula
dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut.
Musayarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal
musyarakah. Merekapun sepakat membagi keuntungan dan kerugian.
Musyarakah akad terbagi menjadi : al-'inan, al-mufawwadhah, al-
a'mal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda berbeda
pendapat tentang al-mudharabah, apakah ia termasuk jenis musyarakah
atau bukan. Beberapa ulama menganggap al-mudharabah termasuk
kategori musyarakah karena memenuhi rukun dan syarat sebuah akad
(kontrak) musyarakah. Adapun ulama lain menganggap al-mudharabah
tidak termasuk sebagai musyarakah.24 Berikut ini akan jelaskan mengenai
pembagian musyarakah akad tersebut.
Syirkah al-'inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih, dimana
setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja, dan kedua pihak berbagi dalam keuntungan
dan kerugian sebagaimana yang disepakati dalam kontrak. Akan tetapi,
porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi
hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
Syirkah al-mufawwadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang
atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan
11
dana dan berpartisipasi dalam kerja, dan setiap pihak membagi keuntungan
dan kerugian secara sama. Dalam jenis syirkah inisyarat utamanya adalah
kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang
dibagi oleh masing-masing pihak.
Syirkah al-a'mal atau kadang disebut juga dengan musyarakah
abdan atau sana'i adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu.
Syirkah al-wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis, dimana mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang
tersebut secara tunai, dan mereka berbagi dalam keuntungan dan
kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh
setiap mitra. Jenis syrirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian
secara kredit berdasar pada jaminan tersebut, sehingga syirkah ini biasa
disebut dengan musyarakah piutang.25
Adapun jenis syirkah al-mudharabah sebagaimana telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya, sehingga didak perlu lagi dipaparkan di sini.
a. Pembiayaan Proyek
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek
dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk
membiayai proyek tersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
untuk bank.
b. Modal Ventura
12
PROYEK
USAHA
KEUNTUNGAN
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-urain tentang mudharabah dan musyarakat
serta implementasinya dalam perbankan syariah di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pada prinsipnya musyarakah tidak jauh berbeda
dengan mudharabah karena keduanya merupakan sistem perkongsian
(kemitraan) antara dua belah pihak atau lebih untuk mengelola suatu
usaha tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai porsi (nisbah) yang
disepakati bersama pada awal perjanjian (akad). Dan kedua jenis
perkongsian ini menerapkan sistem bagi hasil dan kerugian (profit and
loss sharing)
Mudharabah dan musyarakah memiliki perbedaan pada beberapa
hal : pertama, dalam aqad mudharabah, shahib al-mal menyediakan
seluruh dana yang dibutuhkan mudharib, sedang dalam musyarakah
kedua belah pihak ikut andil dalam pemodalan (equity participation);
kedua, dalam manajemen mudharabah, shahib al-mal tidak
diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apapun selain hak
pengawasan untuk mengantisipasi terjadinya penyelewengan, sedang
dalam musyarakah masing-masing pihak dapat turut dalam manajemen;
16
ketiga, dalam mudharabah bagi hasil (porsi nisbah) ditentukan pada awal
akad yang diberikan setelah proyek atau usaha yang dijalankan mudharib
selesai dijalankan, sedang dalam musyarakah porsi nisbah bagi hasil
yang diperoleh sangat ditentukan oleh besar kecilnya modal yang
dikeluarkan dan frekuensi keikutsertaan dalam proses manajemen;
keempat, dalam mudharabah kerugian ditanggung oleh shahib al-mal
selama kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak
mudharib, sedang dalam musyarakah kedua pihak sama-sama
menanggung kerugian tersebut.
17
Daftar Pustaka
1
Mervvyn Lewis dan Latifa Algaoud, Perbankan Syariah: Prinsip, Praktek, dan
Prospek, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2004), cet. II, hlm. 14.
2
Riba adalah tambahan tambahan atas modal, sedikit atau banyak (Lihat Sayyid
Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid IV, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), penerjemah: Nor
Hasanuddin, hlm. 173). Pengharaman bunga (riba) dilakukan Al-Qur'an secara bertahap,
yaitu: pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba seolah-olah menolong orang-
orang yang memerlukannya (Q.S. ar-Rum: 39); kedua, riba digambarkan sebagai hal
yang buruk (Q.S. an-Nisa: 160-161); ketiga, larangan memakan riba yang berlipat ganda
(Q.S. Ali Imran: 130); dan keempat, larangan terhadap berbagai jenis tambahan yang
diambil dari pinjaman (Q.S. al-Baqarah: 278-279).
3
Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 175.
4
Mervvyn Lewis dan Latifa Algaoud, op.cit., hlm. 61-62.
5
Konsep perbankan dalam Islam bersandar pada keadilan dan keharmonisan
antara realita dan keinginan manusia, artinya, perbankan Islam mencoba menjembatani
antara realita dan hasrat manusia untuk mendapatkan keuntungan namun dalam
kerangka yang adil. Lihat Masyhuri (Ed), Teori Ekonomi dalam Islam, (Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2005), hlm. 138.
6
Perkembangan bank-bank dengan landasan syariah Islam di berbagai negara
dimulai pada dekade 1970-an. Di Indonesia, pendirian bank syariah diprakarsai oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui satu lokakarya yang menghasilkan Tim
Perbankan MUI. Tim ini kemudian menghasilkan pendirian Bank Muamalat Indonesia
pada 1 November 1991. Namun, Bank Muamalat mulai resmi beroperasi pada 1 Mei
1992 dengan modal awal sekitar Rp 106 miliar. Lihat Mustafa Edwin Nasution (et.al.),
Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007),
cet. II, hlm. 294. Lihat pula Muchammad Parmudi, Sejarah dan Doktrin Bank Islam,
(Yogyakarta: Kutub, 2005), hlm. 55-59.
7
Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia: Analisis Kebijakan Pemerintah
Indonesia Tentang Perbankan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hlm. 80.
8
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
(Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003), cet. VIII, hlm. 1205-1206.
9
Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 218.Lihat pula Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah:
Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis, (Jakarta: Paramadina, 2004),
penerjemah, Arif Maftuhin, cet. II, hlm. 77.
10
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), hlm. 95. Pendapat ini senada dengan yang dikemukakan oleh Ilmi,
Lihat Makhalul Ilmi SM, Teori dan praktek Mikro Keuangan Syari'ah: Beberapa
Permasalahan dan Alternatif Solusi, (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 32; dan Abdullah
Saeed, Bank Islam dan Bunga: studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) penerjemah, Muhammad Ufuqil Muhibin, dkk., cet.
II, hlm. 91.
11
Mervvyn Lewis dan Latifa Algaoud, op.cit., hlm. 66.
12
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 2007), hlm. 204-205.
13
Sayyid Sabiq, loc.cit.
14
Muhammad Syafi'i Antonio, op.cit., hlm. 97.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid., hlm. 97-98.
19
Abdullah Saeed, Bank Islam…op.cit., hlm. 97-98.
20
Muhammad Syafi'i Antonio, loc.cit.
21
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, op.cit., hlm. 1110.
19
22
Muhammad Syafi'I Antonio, op.cit., hlm. 90. Lihat juga Ibnu Rusyd, Bidayatul
Mujtahid, Analisa Fiqih Para Mujtahid, Jilid III, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),
penerjemah, Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun, cet. III, hlm. 143.
23
Lewis dan Algaoud, op.cit., hlm. 69.
24
Ibid., hlm. 91-92.
25
Ibid., hlm. 92-93.
26
Ibid., hlm. 93-94. Lihat pula Mustafa Edwin Nasution (et.al.), op.cit., hlm. 296.
27
Makhalul Ilmi SM, op.cit., hlm. 42 dan Muhammad Parmudi, op.cit., hlm. 67-69.
28
Muhammad Syafi'i Antonio, loc.cit.
29
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2006), cet. IV, hlm. 46.
30
Said Sa'ad Marthon, ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, (Jakarta:
Zikrul Hakim, 2004), penerjemah, Ahmad Ikhrom dan Dimyaudin, hlm. 134-135.