Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
JAWAD BAHONAR
NIM : 606151252655
Perlu dicatat bahwa usul lima azas dasar Negara yang dikemukakan oleh
Muhammad Yamin secara lisan dan yang dikemukakan secara tertulis terdapat
perbedaan baik perumusan kata-katanya maupun sistematikanya.
Untuk lima dasar Negara oleh beliau diusulkan pula agar diberi nama
Pancasila. Dikatakannya bahwa nama ini berasal dari seorang ahli bahasa kawan
beliau tetapi tidak dikatakannya siapa. Usul mengenai nama Pancasila ini
kemudian diterima oleh sidang.
Adapun sembilan tokoh nasional itu ialah : Ir. Soekarno, Drs. Moch. Hatta,
Mr. A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdoelkahar Muzakir, H. Agus
Salim, Mr. Achmad Soebardjo, K. H. Wachid Hasjim dan Mr. Muhammad Yamin.
Pancasila sebagai dasar Negara itu digali dari Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu pada hakekatnya Pancasila mempunyai dua pengertian
poko yaitu Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pancasila sebagai Pandangan
Hidup Bangsa. Penyebutan atau pengertian yang bermacam-macam yang
dihubungkan dengan Pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian pokok
tersebut diatas. Penyebutan yang bermacam-macam yang sering kita dengar
didalam masyarakat dapat dirumuskan secara sistematis sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
4. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia (Dasar falsafah
Negara Republik Indonesia)
5. Pancasila sebagai Sumber dari segala Sumber Hukum (Sumber tertib
Hukum) dari Negara Republik Indonesia
6. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia (waktu mendirikan
Negara)
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia (seperti yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945)
8. Pancasila sebagai Falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa
Indonesia.
Dilihat dari segi positifnya ini berarti bahwa Pancasila dapat diterima dan
dipergunakan Bangsa Indonesia dalam segala bidang kehidupan. Tetapi dengan
adanya berbagai penyebutan terhadap Pancasila tersebut kadang-kadang dapat
mengaburkan pengertian dan fungsi yang pokok (proporsional) yaitu sebagai dasar
Negara. Contohnya : Pancasila dikatakan sebagai “alat pemersatu bangsa” yang
sengaja diberi pengertian/tafsiran yang salah oleh tokoh Partai Komunis Indonesia
(PKI) D. N. Aidit yaitu apabila bangsa Indonesia telah bersatu maka Pancasila tidak
diperlukan lagi dan Dasar Negara Indonesia dapat diganti dengan ideology yang lain
(Komunis).
Adalah benar bahwa Pancasila dapat dipergunakan sebagai alat pemersatu
bangsa Indonesia karena memang di dalam Pancasila terkandung azas-azas
persatuan dan kesatuan bagi hidup bersama segenap bangsa Indonesia sehingga
dengan Pancasila persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia menjadi kokoh dan
kekal.
Kesimpulan
1. Apa pun, upaya pemunculan fakta sejarah secara proporsional, seperti pidato
Bung Karno ini, penting untuk menyadarkan setiap penguasa. Bahwa sudah
bukan zamannya lagi menutup-nutupi peran tokoh sejarah yang berjasa pada
negara. Upaya itu hanya akan menimbulkan dendam sejarah. Tidak hanya
Bung Karno --sebagaimana rekomendasi Sidang Tahunan MPR 2003 untuk
merehabilitasi para pahlawan-- nama lain seperti Sjafruddin Prawiranegara,
Sjahrir, dan Moh. Natsir juga penting dibebaskan dari manipulasi sejarah.
2. Ada pendapat, ide Pancasila pertama kali dicetuskan Muhamad Yamin pada
29 Mei 1945 di depan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lebih dari 30 tahun zaman Orde Baru,
sejarawan dan penatar P4 tidak berani menyatakan 1 Juni sebagai hari
lahirnya Pancasila. Padahal, Yamin dalam enam tulisannya mengakui bahwa
ide Pancasila sebagai dasar negara diperkenalkan pertama kali oleh Bung
Karno dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945.
Ada juga polemik golongan tua dan muda dalam proklamasi. Golongan tua,
diwakili Hatta, menyatakan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
membuat skenario proklamasi pada 16 Agustus 1945. Gara-gara ulah
golongan muda, proklamasi tertunda satu hari, menjadi 17 Agustus. Golongan
muda, diwakili Adam Malik, menyatakan, kalau tidak didesak golongan muda,
sampai September pun belum tentu proklamasi dikumandangkan.
"Kiranya tidak perlu lahirnya Pancasila itu kita kaitkan kepada seorang tokoh secara
mutlak. Sebab, lahirnya sesuatu gagasan sebagai sesuatu yang abstrak memang
tidak mudah ditentukan dengan tajam. Yang dapat kita pastikan adalah saat
pengesahan formal dan resmi suatu dokumen". (Nugroho Notosusanto berjudul "Naskah
Proklamasi jang otentik dan Rumusan Pancasila jang otentik")
Saran Kritik
Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
baik bahasa maupun penulisan kata-katanya. Kami berharap kepada para pembaca
akan saran dan kritik tentang penulisan artikel ini. Semoga penulisan artikel ini dapat
bermanfaat bagi pencerahan sejarah.
DAFTAR PUSTAKA