You are on page 1of 16

Kontroversi 1 Juni 1945

sebagai Hari Lahirnya


PANCASILA

Ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


PENDIDIKAN PANCASILA
Yang dibimbing oleh :
DR. H. Ruminiati, M. Si

OLEH :

JAWAD BAHONAR
NIM : 606151252655

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRA SEKOLAH
PROGRAM STUDI DIPLOMA-II
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KSDP DII-PGSD)
TAHUN 2007
BAB I
Pendahuluan

Menjelang kekalahannya di akhir Perang Pasifik, tentara pendudukan Jepang


berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia dengan membentuk Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI).
Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei sampai 1 Juni
1945, dengan acara tunggal menjawab pertanyaan Ketua BPUPKI, Dr. KRT
Radjiman Wedyodiningrat, “Indonesia merdeka yang akan kita dirikan nanti,
dasarnya apa?”

Hampir separuh anggota badan tersebut menyampaikan pandangan-


pandangan dan pendapatnya. Namun belum ada satu pun yang memenuhi syarat
suatu sistem filsafat dasar untuk di atasnya dibangun Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mendapat giliran untuk menyampaikan
gagasannya tentang dasar negara Indonesia Merdeka, yang dinamakannya
Pancasila. Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima
secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai.

Selanjutnya BPUPKI membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan


menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno itu.
Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Muhammad Hatta, Mr. AA
Maramis, Abikusno Tjokrokusumo, Abdulkahar Muzakir, HA Salim, Achmad
Soebardjo dan Muhammad Yamin) yang bertugas “merumuskan kembali Pancasila
sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkn Bung Karno pada tanggal 1
Juni 1945, dan menjadikan dokumen tiu sebagai teks untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.”

Demikianlah, lewat proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya Pancasila


penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam
Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah
sebagai dasar negara Indonesia Merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945 (Diambil
dari Pancasila Bung Karno, Paksi Bhinneka Tunggal Ika, 2005).
BAB II
MENGAPA 1 JUNI 1945 DIPERINGATI SEBAGAI
HARI LAHIRNYA PANCASILA ?

Sejarah perumusan Pancasila berawal dari pemberian janji kemerdekaan


oleh penjajah Jepang kepada bangsa Indonesia yang saat itu disampaikan oleh
Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944.
Kemudian pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605,
tahun Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungi
dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.

a. Muhammad Yamin (29 Mei 1965)


Organisasi yang beranggotakan 67 orang Indonesia dan 7 orang Jepang
ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 untuk
merumuskan falsafah dasar Negara bagi Negara Indonesia. Muhammad Yamin,
Soepomo dan Soekarno menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar Negara
Indonesia. Dalam hal ini Muhammad Yamin mendapatkan kesempatan pertama
untuk berpidato dihadapan sidang lengkap Badan Penyelidik. Pidato Muhammad
Yamin itu berisikan lima azas dasar untuk Negara Indonesia Merdeka yang
diidam-idamkan itu, yakni :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai Rancangan


Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Di dalam Pembukaan dari
Rancangan Undang-Undang Dasar itu tercantum perumusan lima azas dasar
Negara yang berbunyi sebagai berikut :
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perlu dicatat bahwa usul lima azas dasar Negara yang dikemukakan oleh
Muhammad Yamin secara lisan dan yang dikemukakan secara tertulis terdapat
perbedaan baik perumusan kata-katanya maupun sistematikanya.

Kenyataan mengenai isi pidato serta usul tertulis mengenai Rancangan


UUD yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin itu dapatlah meyakinkan kita
bahwa Pancasila tidaklah lahir pada tanggal 1 Juni 1945 karena pada tanggal 29
Mei 1945 Muhammad Yamin telah mengucapkan pidato serta menyampaikan
usul rancangan UUD Negara Republik Indonesia yang berisi lima azas dasar
Negara. Bahkan lebih dari itu, perumusan dan sistematik yang dikemukakan oleh
Mr. Muh Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 itu hampir sama dengan Pancasila
yang sekarang ini (Pembukaan UUD 1945). Tiga sila yakni : Sila pertama,
keempat, dan kelima baik perumusan maupun tempatnya sama dengan
Pancasila yang sekarang. Perbedaannya adalah pada sila kedua dan ketiga,
yang di dalam sistematik usul Muhammad Yamin berbalikan dengan sistematik
yang ada pada Pancasila sekarang. Selain itu perumusan kedua Sila itupun ada
sedikit perbedaan, yaitu digunakannya kata “Kebangsaan” pada sila
“Kebangsaan Persatuan Indonesia”, dan digunakannya kata “Rasa” pada sila
“Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Kedua kata tersebut diatas yakni
kata “Kebangsaan” dan “Rasa”, sebagaimana diketahui di dalam Pancasila yang
sekarang tidak terdapat.

b. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya di
hadapan sidang hari ketiga Badan Penyelidik. Dalam pidato itu
dikemukakan/diusulkan juga lima hal untuk menjadi dasar-dasar Negara Merdeka
yang perumusan serta sistematikanya sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhan yang berkebudayaan

Untuk lima dasar Negara oleh beliau diusulkan pula agar diberi nama
Pancasila. Dikatakannya bahwa nama ini berasal dari seorang ahli bahasa kawan
beliau tetapi tidak dikatakannya siapa. Usul mengenai nama Pancasila ini
kemudian diterima oleh sidang.

Jika perumusan dan sistematik yang dikemukakan/diusulkan oleh Ir.


Soekarno itu kita bandingkan dengan Pancasila yang sekarang, nyata sekali
bahwa perumusan dan sitematik Ir. Soekarno itu lain dari perumusan dan
sistematik Pancasila yang sekarang.

Sistematik yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno itu merupakan hasil


pemikiran atas dasar “denk methode historisch materiliasme”. Dengan pola
berpikir yang dialektis ini maka azas kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme
dihadapkan dengan azas Internasionalisme atau perikemanusiaan dan menjadi
“Sosio – Nasionalisme”. Selanjutnya azas muakat atau Demokrasi dalam hal ini
demokrasi politik dihadapkan dengan azas kesejahteraan social yakni demokrasi
ekonomi dan menjadi “Sosio – Demokrasi”.

Kemudian “Sosio – Nasionalisme”, “Sosio _ Demokrasi” dan “Ke –


Tuhanan” itu disebut Trisila yang dikatakannya sebagai perasaan dari lima sila.
Trisila ini kemudian diperas lagi menjadi ekasila yakni “Gotong Royong”. Dengan
demikian kiranya dapat dimengerti bahwa beliau tidak menggunakan cara berpikir
filosofis dan religius ini.

Pada tahun 1947, pidato Ir. Soekarno 1 Juni 1945


diterbitkan/dipublikasikan dengan nama “Lahirnya Pancasila” kemudian menjadi
popular dalam masyarakat bahwa Pancasila adalah nama dari Dasar Negara kita
meskipun bunyi rumusan dan sistematika serta metode berpikir antara usul Dasar
Negara 1 Juni 1945 tidak sama dengan Dasar Negara yang disahkan dalam
Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945.

Pada tahun 1958 dan 1959 Presiden Soekarno memberikan kursus-kursus


dan kuliah umum di istana Negara Jakarta dan Yogyakarta yang pada tanggal 1
Juni 1964 dibukukan dengan judul “Tjamkan Pantja-Sila !”. Pada tanggal 17
Agustus 1959 diucapkan pidato Presiden Soekarno yang kemudian menjadi
MANIPOL. Pda waktu itu MANIPOL dianggap sebagai pengamalan dari
Pancasila dengan “Nasakom” dan “Lima Azimat Revolusi”. Kemudian meletuslah
pengkhiatanatan G 30 S/PKI tanggal 1 Oktober 1965.

Setelah meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 tidak hanya Soekarno


yang harus “diselesaikan” dan “dipendem jero”. Dengan melalui segala cara
dilakukan upaya untuk menghapuskan nama Soekarno dalam kaitannya dengan
Pancasila. Misalnya dinyatakannya tanggal 18 Agustus 1945 sebagai hari lahir
Pancasila bukan 1 Juni 1945. Demikian juga disebutkan konsep utama Pancasila
berasal dari Muhammad Yamin yang lebih dahulu berpidato daripada Soekarno.
Tetapi kebenaran tidak bisa ditutupi untuk selamanya. Ketika pemerintah Belanda
menyerahkan dokumen-dokumen asli BPUPKI terbuktilah bahwa pidato
Muhammad Yamin tidak terdapat didalamnya. Dengan demikian gugur lah teori
bahwa Muhammad Yamin adalah konseptor Pancasila. Maka polemic mengenai
Pancasila pun berakhir dengan sendirinya tetapi sebagai akibat akumulatif dari
polemik Pancasila akhirnya orang menjadi skeptis terhadap Pancasila, kabur
pemahaman dan pengertian-pengertiannya dan menjadi tidak yakin akan
kebenarannya.

Tanggal 1 Oktober 1965 dinyatakan sebagai “Tonggak Demokrasi Orde


Baru” dan selanjutnya diperingati sebagai “Hari Kesaktian Pancasila”.
Berdasarkan Radiogram Sekretaris Negara Mayjen TNI Alam Syah sejak tahun
1970 hingga sekarang tanggal 1 Juni tidak lagi diperingati sebagai Hari Lahir
Pancasila.

c. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)


Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional yang juga tokoh-tokoh
Dokuritsu Junbi Choosakai mengadakan pertemuan untuk membahas pidato
serta usul-usul mengenai azas dasar Negara yang telah dikemukakan dalam
sidang badan penyelidik.

Setelah mengadakan pembahasan maka oleh sembilan tokoh tersebut


disusunlah sebuah Piagam yang kemudian terkenal dengan nama “Piagam
Jakarta” yang didalamnya terdapat perumusan dan sistematik Pancasila sebagai
berikut :
1. Ketuhanan, dengan kewajian menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Adapun sembilan tokoh nasional itu ialah : Ir. Soekarno, Drs. Moch. Hatta,
Mr. A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdoelkahar Muzakir, H. Agus
Salim, Mr. Achmad Soebardjo, K. H. Wachid Hasjim dan Mr. Muhammad Yamin.

d. Penerimaan Piagam Jakarta oleh Badan Penyelidik (14 Juli 1945)


Piagam Jakarta yang didalamnya terdapat perumusan dari sistematik
Pancasila sebagaimana diuraikan tersebut diatas itu kemudian diterima oleh
Badan Penyelidik dalam sidangnya (kedua) pada tanggal 14 – 16 Juli 1945.

Sampai disini kita dapat mengetahui bagaimana hubungan secara


kronologis sejarah perumusan dan sistematik-sistematik lima azas dasar Negara
berturut-turut mulai tanggal 29 Mei 1945, 1 Juni 1945, 22 Juni 1945 dan 14 Juli
1945. Apa yang telah terjadi pada tanggal-tanggal tersebut belumlah merupakan
suatu keputusan yang final karena perumusan dan sistematik itu barulah
merupakan usul perorangan kecuali Piagam Jakarta yang telah diterima oleh
Badan Penyelidik. Akan tetapi inipun belum final disamping Badan itu sendiri
belum merupakan perwakilan yang representative.

e. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (9 Agustus 1945)


Pada tanggal 9 Agustus 1945 terbentuklah Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonseia yang kemudian disingkat PPKI. Ir. Soekarno diangkat
sebagai ketua dan Moch. Hatta sebagai Wakilnya. Badan yang mula-mula
bertugas memeriksa hasil-hasil Badan Penyelidik tetapi menurut sejah kemudian
mempunyai kedudukan dan berfungsi penting sekali yaitu ;
1. Mewakili seluruh Bangsa Indonesia
2. Sebagai Pembentuk Negara. (yang menyusun Negara Republik
Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945)
3. Menurut teori hokum badan seperti itu mempunyai wewenang untuk
meletakkan Dasar Negara (poko kaidah Negara yang fundamental).

f. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945)


Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah kepada sekutu.
Pada saat itu terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia. Inggris yang oleh
sekutu diserahi tugas untuk memelihara keamanan di Asia Tenggara termasuk di
Indonesia pada saat itu belum datang. Sementara itu sambil menunggu
kedatangan Inggris tugas penjagaan keamanan di Indonesia oleh sekutu
diserahkan kepada Jepang yang telah kalah perang.

Situasi kekosongan kekuasaan itu tidak disia-siakan oleh bangsa


Indonesia. Pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia terutama para pemudanya
segera menanggapi situasi ini dengan mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Penyelenggaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang telah
terbentuk sebelumnya yang kita anggap mewakili bangsa Indonesia seluruhnya
dan yang merupakan sebagai Pembentuk Negara Republik Indonesia. Naskah
Proklamasi ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia bertanggal 17 Agustus 1945 (naskah asli memakai tahun
Jepang 05 = 2605)

Dari kenyataan sejarah itu dapatlah kita ketahui bahwa kemerdekaan


bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari Jepang melainkan sebagai suatu
perjuangan dan hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Proklamasi
Kemerdekaan merupakan titik kulminasi dari pada perjuangan bangsa Indonesia
dalam membebaskan dirinya untuk mencapai kemerdekaan Negara dan bangsa
yang telah berabad-abad dijajah.

g. Pengesahan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945


Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 telah melahirkan
Negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat kelengkapan Negara
sebagaimana lazimnya suatu Negara yang merdeka maka Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang.
Dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI yang telah
disempurnakan antara lain telah mengesahkan Undang-undang Dasar yang kini
terkenal dengan UUD 1945. UUD 1945 yang telah disahkan oleh PPKI terdiri dari
dua bagian yaitu bagian “Pembukaan” dan bagian “Batang Tubuh UUD 1945”
yang berisi : 37 pasal, 1 aturan peralihan terdiri atas 4 pasal, 1 aturan tambahan
terdiri dari 2 ayat.

Didalam bagian “Pembukaan” yang terdiri atas empat alenia yang


tercantum perumusan Pancasila yang berbunyi sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Dasar Negara Pancasila yang tercantum dalam pembukaan


UUD 1945 inilah yang sah dan benar, karena disamping mempunyai kedudukan
Konstitusional juga disahkan oleh suatu Badan yang mewakili seluruh bangsa
Indonesia (PPKI) yang berarti disepakati oleh seluruh rakyat Indonesia.
BAB III
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
DAN DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pancasila sebagai dasar Negara itu digali dari Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu pada hakekatnya Pancasila mempunyai dua pengertian
poko yaitu Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pancasila sebagai Pandangan
Hidup Bangsa. Penyebutan atau pengertian yang bermacam-macam yang
dihubungkan dengan Pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian pokok
tersebut diatas. Penyebutan yang bermacam-macam yang sering kita dengar
didalam masyarakat dapat dirumuskan secara sistematis sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
4. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia (Dasar falsafah
Negara Republik Indonesia)
5. Pancasila sebagai Sumber dari segala Sumber Hukum (Sumber tertib
Hukum) dari Negara Republik Indonesia
6. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia (waktu mendirikan
Negara)
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia (seperti yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945)
8. Pancasila sebagai Falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa
Indonesia.

Dilihat dari segi positifnya ini berarti bahwa Pancasila dapat diterima dan
dipergunakan Bangsa Indonesia dalam segala bidang kehidupan. Tetapi dengan
adanya berbagai penyebutan terhadap Pancasila tersebut kadang-kadang dapat
mengaburkan pengertian dan fungsi yang pokok (proporsional) yaitu sebagai dasar
Negara. Contohnya : Pancasila dikatakan sebagai “alat pemersatu bangsa” yang
sengaja diberi pengertian/tafsiran yang salah oleh tokoh Partai Komunis Indonesia
(PKI) D. N. Aidit yaitu apabila bangsa Indonesia telah bersatu maka Pancasila tidak
diperlukan lagi dan Dasar Negara Indonesia dapat diganti dengan ideology yang lain
(Komunis).
Adalah benar bahwa Pancasila dapat dipergunakan sebagai alat pemersatu
bangsa Indonesia karena memang di dalam Pancasila terkandung azas-azas
persatuan dan kesatuan bagi hidup bersama segenap bangsa Indonesia sehingga
dengan Pancasila persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia menjadi kokoh dan
kekal.

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila dalam pengertian ini juga sering disebut way of life,
weltanschauung, wereldbeschouwing, wereld en levesbeschouwing, pandangan
dunia, pandangan hidup, pegangan hidup, petunjuk hidup. Dalam hal ini
Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan.

Pancasila yang harus dihayati ialah Pancasila sebagaimana yang tercantum


di dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, jiwa keagamaan (sebagai
manifestasi/perwujudan sila Ketuhan Yang Maha Esa), jiwa yang
berperikemanusiaan, jiwa kebangsaan, jiwa kerakyatan dan jiwa yang
menjunjung tinggi keadilan sosial selalu terpancar dari dalam segala tingkah laku
serta sikap hidup seluruh bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai norma fundamental maka Pancasila berfungsi sebagai


cita-cita atau idea yang semestinya harus selalu diusahakan untuk dicapai oleh
tiap-tiap manusia Indonesia sehingga cita-cita itu bias terwujud menjadi suatu
kenyataan.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia


Pancasila dalam pengertian ini sering disebut Dasar Falsafah Negara,
Philosofische Grondslag dari Negara, Ideologi Negara, Staatsidee. Dalam hal ini
Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan Negara dengan
kata lain Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan Negara.

Pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis adalah didalam fungsinya


sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya, sedangkan pengertian
yang bersifat ethis dan filosofis adalah didalam fungsinya sebagai pengatur
tingkah laku pribadi dan cita-cita dalam mencari kebenaran. Pancasila sebagai
philosophical way of thinking dapat dianalisa dan dibicarakan secara mendalam,
karena orang berpikir secara filosofis tidak akan ada hentin-hentinya. Namun
demikian harus disadari bahwa kebenaran yang dapat dicapai manusia adalah
kebenaran yang masih relative, tidak absolute atau mutlak. Kebenaran yang
absolute adalah kebenaran yang ada pada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu
dalam mencari kebenaran Pancasila sebagai philosophical way of thinking
tidaklah perlu sampai menimbulkan pertentangan dan persengketaan apalagi
perpecahan.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
1. Apa pun, upaya pemunculan fakta sejarah secara proporsional, seperti pidato
Bung Karno ini, penting untuk menyadarkan setiap penguasa. Bahwa sudah
bukan zamannya lagi menutup-nutupi peran tokoh sejarah yang berjasa pada
negara. Upaya itu hanya akan menimbulkan dendam sejarah. Tidak hanya
Bung Karno --sebagaimana rekomendasi Sidang Tahunan MPR 2003 untuk
merehabilitasi para pahlawan-- nama lain seperti Sjafruddin Prawiranegara,
Sjahrir, dan Moh. Natsir juga penting dibebaskan dari manipulasi sejarah.
2. Ada pendapat, ide Pancasila pertama kali dicetuskan Muhamad Yamin pada
29 Mei 1945 di depan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lebih dari 30 tahun zaman Orde Baru,
sejarawan dan penatar P4 tidak berani menyatakan 1 Juni sebagai hari
lahirnya Pancasila. Padahal, Yamin dalam enam tulisannya mengakui bahwa
ide Pancasila sebagai dasar negara diperkenalkan pertama kali oleh Bung
Karno dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945.
Ada juga polemik golongan tua dan muda dalam proklamasi. Golongan tua,
diwakili Hatta, menyatakan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
membuat skenario proklamasi pada 16 Agustus 1945. Gara-gara ulah
golongan muda, proklamasi tertunda satu hari, menjadi 17 Agustus. Golongan
muda, diwakili Adam Malik, menyatakan, kalau tidak didesak golongan muda,
sampai September pun belum tentu proklamasi dikumandangkan.

"Kiranya tidak perlu lahirnya Pancasila itu kita kaitkan kepada seorang tokoh secara
mutlak. Sebab, lahirnya sesuatu gagasan sebagai sesuatu yang abstrak memang
tidak mudah ditentukan dengan tajam. Yang dapat kita pastikan adalah saat
pengesahan formal dan resmi suatu dokumen". (Nugroho Notosusanto berjudul "Naskah
Proklamasi jang otentik dan Rumusan Pancasila jang otentik")
Saran Kritik
Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan
baik bahasa maupun penulisan kata-katanya. Kami berharap kepada para pembaca
akan saran dan kritik tentang penulisan artikel ini. Semoga penulisan artikel ini dapat
bermanfaat bagi pencerahan sejarah.
DAFTAR PUSTAKA

- Darmodihardjo, SH, Prof. Dardji. Orientasi Singkat Pancasila.


Universitas Brawijaya Malang. 1977
- http://www.henrynugroho.org/archieve/biography_soekarno/pancas
ila_1.htm
- Naskah Pidato Bung Karno 1 Juni 1945

You might also like