You are on page 1of 68

LAMPIRAN 4

612.62
INSTRUMEN PENILAIAN BIDANG SARANA : RUANG PERACIKA
Ind
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket

A
BA

AD
TI p

K
2 ALAT A. Harus mempunyai “Fire HUS

Alarm Detector” antara lain :


PENUNJANG
- Smoke Detector
- Fixed Temperature Detector
Yang rutin dilakukan
pengecekan setiap 6 bulan
sekali
B. Harus ada alat pemadam
kebakaran :
PEDOMAN
- Alat Pemadam Api Ringan KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
- Hydrant INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
C. Tersedia alat pelindung diri
seperti masker, topi, baju (K3 - IFRS)
kerja, sepatu, kaos tangan
D. Tersedia tempat sampah
yang cukup memadai sesuai
kebutuhan yang tertutup dan
cara membukanya dengan
injakan kaki
E. Tersedia cairan pencuci
tangan antara lain : sabun
cair desinfektan dan
tissue/alat pengering tangan
(hand drier)

3 SDM - Perlu ditunjang gizi yang


cukup
- Perlu pemeriksaan
kesehatan secara rutin DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK
DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPKES RI
120 2006
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
saluran limbah RS serta
tertutup
F. Luas mencukupi untuk
kegiatan peracikan
G. Ventilasi memberikan
sirkulasi udara yang cukup
dengan adanya exhaust fan
atau AC
H. Tingkat kebisingan
maksimum 85 DB
I. Instalasi listrik terisolasi
dengan baik dengan panel
yang jelas dan aman
J. Penerangan harus cukup
terang, daya listrik harus
cukup dengan kebutuhan
pemakaian peralatan
peracikan
K. Kelembaban lebih kecil
atau sama dengan 60 %,
temperatur ruangan lebih
kecil atau sama dengan 25
ºC
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
L. Sumber air cukup bersih,
Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal mempunyai debit air cukup,
613.62 berasal dari PAM atau air
Bina Kefarmasian dan alat kesehatan.
Ind. tanah
Pedoman kesehatan dan keselamatan kerja instalasi
p M. Wastafel/bak cuci harus
farmasi rumah sakit (K3-IFRS. -- Jakarta : Departe- mempunyai lebar dan tinggi
men Kesehatan RI, 2006. yang cukup untuk
1. Judul 1. OCCUPATIONAL HELATH kemudahan pencucian

2. OCCUPATIONAL SAFETY

119
LAMPIRAN 4 KATA PENGANTAR
INSTRUMEN PENILAIAN BIDANG SARANA : RUANG PERACIKA
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa
1 RUANGAN A. LANTAI karena berkat rahmat dan karuniaNya, Buku Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah
Rata, tidak bergelombang, Sakit (K3-IFRS) telah diselesaikan.
tidak licin
B. DINDING Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah
Rata, mudah dibersihkan, menyusun suatu pedoman kesehatan dan keselamatan
tidak mudah terbakar, kerja instalasi farmasi rumah sakit untuk dapat melengkapi
berwarna terang pedoman kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah
C. PINTU ada. Buku ini memuat uraian mengenai bagaimana pekerja
di rumah sakit khususnya di instalasi farmasi rumah sakit
Harus mudah dibuka dari dalam mengelola dan menggunakan sediaan farmasi,
dalam dan membuka keluar mengetahui bahaya potensial yang ada di IFRS, manajemen
dengan handle pintu yang K3 IFRS dan pengendalian K3-IFRS.
panjang
Dibuat dengan lebar dan Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan
tinggi yang cukup (minimum terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
lebar 90 cm dan tinggi 200 dalam penyusunan buku pedoman ini.
cm)
Akhir kata semoga buku ini dapat bermanfaat sebagai
Bahan pintu sebaiknya dari pedoman dalam melaksanakan program kesehatan dan
bahan yang mudah keselamatan kerja.
dibersihkan (kaca/stainless
steel)
D. ATAP
Atap/Plafon terbuat dari Jakarta, April 2006
bahan yang berkualitas baik Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
dan tidak mudah terjadi N KE SE
ME HA
kebocoran TE

TA
R
DEPA
E. DRAINASE

N
L
NDERA
RAT JE N
DIREKTO RMASIAN DA
Saluran pembuangan air E FA
BINA K KESEHATAN

IA
ALAT
limbah harus lancar dan

ES
Drs. Abdul Muchid, Apt,

RE
sudah terintegrasi dengan P

N
UB NIP. 140088411
LIK IN DO

118 i
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
4. V a k s i n d i s i m p a n
terpisah dengan obat
5 PENANDA- Fire alarm detector :
AN KE- a. A d a n y a s m o k e
BAKARAN detector
b. A d a n y a fixed
temperature detector
c. Adanya fire springkel
d. A d a n y a alat
pemadam api ringan

6. PENYEDI- 1. S u m b e r a i r d a r i
PAM/PDAM atau air
AAN AIR
tanah
BERSIH
2. Kualitas air bersih
bebas dari fisika,
kimia, mikrobiologi
dan radioaktif

7 PENANG- 1. A d a n y a p r o t a p
tentang pertolongan
GULANGAN
pertama pada
TERHADAP kecelakaan
KECELAKA- 2. A d a n y a
AN perlengkapan
pelindung petugas
3. A d a n y a
perlengkapan
pertolongan pertama
pada kecelakaan

117
LAMPIRAN 3 KATA SAMBUTAN
INSTRUMEN PENILAIAN BIDANG PRASARANA Dalam pembangunan nasional yang bertitik fokus pada sumber
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket daya manusia, upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
merupakan upaya yang melekat dan tak terpisahkan dalam
1. LISTRIK 1. Penerangan ruangan setiap karya pembangunan. Tujuan dari penerapan upaya K3
cukup, tidak gelap adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas
2. Peralatan penunjang kerja seluruh pekerja ditempat kerjanya. Sebagaimana
keselamatan listrik (sarung disebutkan dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
tangan, sepatu isolasi, Keselamatan dan Kesehatan merupakan salah satu kegiatan
helm) yang menunjang terciptanya keluaran yang optimal, oleh karena
3. Penyalur petir max 10 ohm upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
2. GENSET Penggantian aliran listrik Upaya K3 perlu diselenggarakan disemua tempat kerja,
jika listrik mati khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
3. PENGKON 1. Temperatur udara 18- paling sedikit 10 orang.
28ºC Rumah sakit yang memiliki kriteria tempat kerja seperti yang
DISIAN
2. Kelembaban udara 40%- tersebut diatas, maka upaya K3 merupakan hal yang mutlak
UDARA dilaksanakan.
60%
Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang merupakan bagian/unit
4. PENYIMPA 1. B a h a n b e r b a h a y a dari rumah sakit yang mempunyai risiko bahaya fisika,
disimpan pada ruang kimia,biologi, dan psikososial, maka Apoteker perlu mempunyai
NAN PER-
yang terpisah sesuai pemahaman tentang K3 IFRS yang sama, dengan demikian
BEKALAN dengan spesifikasi barang perlu dibuat Pedoman K3 IFRS.
FARMASI 2. Tiap penyimpanan bahan Semoga pedoman ini dapat berguna dalam mengembangkan
berbahaya dilengkapi
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja IFRS untuk
dengan persyaratan yang
mencapai tujuannya yaitu pekerja IFRS yang sehat dan produktif
memenuhi syarat, spt
label, tanda bahaya, serta
penanggulangan terhadap Jakarta, April 2006
kecelakaan
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
3. Perbekalan farmasi yang dan Alat Kesehatan
harus disimpan dalam
suhu dibawah 15ºC
disimpan dalam lemari
pendingin (kulkas)

Drs. Richard Panjaitan, Apt., SKM


NIP. 470 034 655

116 iii
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
8. SANITAIR 1. Closet, urinoir dan
wastavel terdiri dari
bahan yang
berkualitas baik,
berfungsi serta
mudah dibersihkan
2. Kran air terdiri dari
bahan yang
berkualitas baik serta
berfungsi dengan
baik
3. Ketinggian closet
duduk 45-50 cm
4. Ketinggian urinoir 60-
70 cm
5. Ketinggian wastavel
70-80 cm
6. Keperluan air cukup
7. L u b a n g s a l u r a n
pembuangan
ditempatkan pada
permukaan lantai
yang paling rendah,
dan berhubungan
langsung dengan
saluran pembuangan,
serta berfungsi baik

115
No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
DIREKTORAT JENDERAL BINA
4. JENDELA 1. Jendela terbuat dari bahan

A
BA

AD
TI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

K
HUS

berkualitas baik dan Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9 Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
bertralis Jakarta 12950 Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203

2. Ketinggian jendela 70 cm KEPUTUSAN


dari lantai DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN
3. Jendela harus mudah di DAN ALAT KESEHATAN
buka, di tutup dan Nomor : HK. 00. DJ. IV. 697
dibersihkan
TENTANG
5. ATAP 1. A t a p d a r i b a h a n PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN
berkualitas baik PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
2. K e m i r i n g a n a t a p DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (K3-IFRS)
disesuaikan dengan DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN
bahan yang digunakan DAN ALAT KESEHATAN
dan tidak bocor
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang
3. Talang terbuat dari bahan kelancaran pelaksanaan Program
berkualitas baik dan Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
mampu menyalurkan Klinik Ditjen Binfar dan Alkes Depkes RI,
curahan air perlu dilakukan dengan berbagai upaya;
6. PLAFON 1. Bahan plafon dari kualitas b. bahwa untuk menyatukan pengertian,
baik persepsi, dan kesamaan pandangan
2. Tinggi plafon minimal 260 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
cm dari lantai bidang kefarmasian perlu adanya
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan
3. Plafon berwarna terang Kerja (K3) di IFRS;
dan mudah dibersihkan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
7. VENTILASI 1. V e n t i l a s i alam sebagaimana dimaksud dalam huruf a
memberikan sirkulasi dan b perlu menetapkan Keputusan
udara yang cukup Dirjen Binfar dan Alkes tentang
2. Ventilasi utama berupa Pembentukan Tim Penyusunan
fan, exhaust, AC Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan
memberikan sirkulasi Kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
udara yang baik (K3-IFRS).
Mengingat : 1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan

Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
114 Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : 5214873
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (Bina Farkomnik) : 5203878
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I LAMPIRAN 2
DIREKTORAT JENDERAL BINA INSTRUMEN PENILAIAN BIDANG SARANA

A
BA

AD
TI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

K
HUS

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9 Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900 No. Jenis Fasilitas Bahan, Kondisi/Fungsi Ya Tidak Ket
Jakarta 12950 Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203
1. LANTAI 1. Lantai ruangan dari bahan
2. Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2005 berkualitas baik, kedap air,
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, permukaan rata, tidak licin
Susunan Organisasi dan Tata Kerja dan mudah dibersihkan
Kementerian Negara RI; 2. Lantai sekitar pintu masuk
3. Peraturan Presiden RI No. 10 Tahun tidak boleh ada perbedaan
2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas tinggi, kecuali kamar
Eselon I Kementerian Negara RI; mandi
4. Permenkes No. 6 Tahun 1996 tentang 3. Lantai rabat mempunyai
Sistem Manajemen Keselamatan dan kemiringan keluar, tidak
Kesehatan Kerja; licin dan mudah
dibersihkan
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
351 / Menkes / SK /III/ 2003 tentang 4. Lantai kamar mandi harus
Komite K3 Sektor Kesehatan; mempunyai kemiringan 2
derajat ke arah saluran
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. pembuangan
1575 / Menkes / Per /XI/ 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen 2. DINDING 1. Dinding dari bahan
Kesehatan; berkualitas baik, tidak
mudah terbakar, tidak
MEMUTUSKAN mudah bobol
2. Permukaan dinding harus
Menetapkan : KEPUTUSAN DIRJEN BINA rata, berwarna terang, dan
KEFARMASIAN DAN ALAT mudah dibersihkan
KESEHATAN TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN 3. Dinding KM/WC dari
PEDOMAN KESEHATAN DAN bahan kuat dan kedap air
KESELAMATAN KERJA DI IFRS (K3- 3. PINTU 1. Pintu terbuat dari bahan
IFRS). kualitas baik
PERTAMA : Membentuk Tim Penyusunan Pedoman 2. Lebar pintu minimum 90
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di cm, tinggi minimum 200
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3-IFRS) cm, barang mudah keluar
Tahun 2006 dengan susunan sebagai masuk
berikut :
Penanggung jawab : Drs. Abdul Muchid, Apt

Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : 5214873
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (Bina Farkomnik) : 5203878
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
113
LAMPIRAN 1 DEPARTEMEN KESEHATAN R.I
KALIMAT PERINGATAN KEAMANAN UNTUK PEKERJA DAN DIREKTORAT JENDERAL BINA

A
BA

AD
PEMAKAI BAHAN BERBAHAYA TI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

K
HUS

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9 Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
Jakarta 12950 Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203

a. Pada waktu menggunakan jangan makan, minum, atau


merokok Ketua : Dra. Nur Ratih Purnama, Apt., M.Si
b. Pada waktu membuka wadah / memindahkan, Sekretaris : Fitra Budi Astuti, S.Si., Apt
mengencerkan atau mancampur / menyemprotkan /
memfumigasi / menggunakan, pakailah alat / pakaian / Anggota : 1. Dra. Rida Wurjati, Apt., M.KM
sarung tangan / sepatu boot / apron / alat pernafasan /
topeng debu /hood dengan air suply/ tutup muka / 2. Dra. Chusun, Apt., M.Kes
kacamata / hood averall dari karet alam / plastik 3. Dra. Siti Nurul Istiqomah, Apt
c. Cucilah dengan sabun tangan / kulit yang kena, sebelum
makan, minum, atau merokok / sebelum makan dari 4. Dra. Rostilawati Rahim, Apt
setelah bekerja / setelah menggunakan
5. Drs. Masrul, Apt
d. Jangan menggunakan sebagai kabut / debu
e. Jangan mengisap gas / uap / asap / kabut / debu 6. Dr. Retnosari Andrajati, Apt, Ph.D
f. Jangan kena kulit / mata / mulut 7. Dra. Masfiah, Apt
g. Pakaian jangan kena kabut / debu / bubuk
h. Jangan tumpah atau menyiprat 8. Drs. Dadang Haeruman Apt,MM,Sp.FRS
i. Cucilah segera dengan sabun/bahan pekat / cipratan / 9. Dra Eti Rosilawati, Apt
debu, dari kulit
j. Siramlah segera bahan pekat / cipratan / debu dari mata 10. Dra. Laswety Bakar, Apt., M.Epid
dengan air banyak
11. Dra. Idayanti, MARS
k. Bukalah segera pakaian dan sepatu yang kena berat
l. Setelah digunakan bersihkanlah alat / pakaian / sarung 12. Dra. Rita Hayati, Apt
tangan (terutama bagian dalamnya) / sepatu boot / apron
/ alat pernapasan / topeng debu embusan / tutup muka 13. Dra. Farida Idyastuti, Apt, SE, MM
dengan baik 14. Drs. Masrial Mahyudin, Apt., MM
m. Alat penyemprot / pendebu, benda-benda / tanah / lantai
/ permukaan yang kena, harus dicuci yang bersih dengan 15. Dr. Sabhartini Nadzir, MPH
air / cara yang dianjurkan
16. Dra. Sri Sulistyati, Apt
n. Gantilah udara dengan baik selama (sebutkan jangka
waktunya) sebelum masuk ruangan yang telah difumigasi 17. Dra. Indrati, Apt, MM
/ diperlakukan
Sekretariat : 1. Dra. Farida Adelina
o. Gantilah udara dengan baik selama penggunaan di dalam
ruangan / dalam rumah kaca / dan sebagainya. 2. Yeni, AMF
Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
112 Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : 5214873
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (Bina Farkomnik) : 5203878
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I DAFTAR PUSTAKA
DIREKTORAT JENDERAL BINA

A
BA

AD
TI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

K
HUS

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kapling No. 4-9 Telp. : 5201590 (Hunting) PES.2029.5006.5900
Jakarta 12950 Fax. : 52964838 Tromol Pos : 203 1. Buku Pedoman Upaya Kesehatan Kerja di Pabrik
Farmasi, Depkes RI, 1998
KEDUA : Tugas-tugas Tim yaitu mengadakan rapat
persiapan dan koordinasi dengan pihak 2. Buku Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di
terkait, menyusun Draft Pedoman Kesehatan Rumah Sakit, Depkes RI, 2001
dan Keselamatan Kerja di IFRS.
3. WHO, Why Consider Psychosocial Factors in The
KETIGA : Dalam menjalankan tugas-tugasnya Tim Workplace in Occupational Hazard, 1994
dapat mengundang organisasi profesi atau
pihak-pihak lain yang terkait untuk 4. WHO, Stress and Adverse Psychological Factors at
mendapatkan masukan guna memperoleh Work in Occupational Health, A Manual for Primary
hasil yang maksimal. Health Care Worker. WHO Regional Office for Eastern
KEEMPAT : Dalam melakukan tugasnya Tim Mediterranian, Cairo 2001.
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 5. Leka S, A Griffiths, T Cox, Work Organization & Stress
in Protecting Worker Health Series no. 3, WHO 2004.
KELIMA : Dana berasal dari Darftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Peningkatan Pembinaan
Farmasi Komunitas dan Klinik tahun 2006.
KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali apabila
ada kesalahan atau kekeliruan

Ditetapkan di :JAKARTA
pada tanggal : 17 April 2006
--------------------------------------------------
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan

DRS. RICHARD PANJAITAN, APT., SKM.


NIP. 470 034 655

Sekretariat Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes : 5214876, 5214871, 5214869 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Bina Prodis dan Alkes) : 5214874
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional (Dit Bin POR) : 5214873
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (Bina Farkomnik) : 5203878
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (Dit Bina Oblik dan Perbekkes) : 5214872
111
BAB V DAFTAR ISI
PENUTUP
Kata Pengantar i
Kata Sambutan iii
Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini, pembinaan Keputusan Dirjen Binfar & Alkes tentang Pembentukan
upaya kesehatan kerja yang selama ini sudah dijalankan Tim Penyusun v
dapat ditingkatkan hasilnya.
DAFTAR ISI ix
Untuk pekerja di instalasi farmasi rumah sakit, diharapkan
buku pedoman ini dapat membantu mereka dalam BAB I. PENDAHULUAN
memahami masalah-masalah kesehatan kerja di instalasi I.1 Latar Belakang 1
farmasi rumah sakit dan dapat melakukan upaya-upaya II.2 Tujuan 3
antisipasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkannya II.3 Pengertian 3
sehingga tercapai budaya sehat dalam bekerja.
BAB II. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 6
II.1 Ruang Lingkup 6
Tentu saja buku pedoman ini masih belum menggambarkan II.2 Dasar Hukum 8
permasalahan dan cara penanggulangan yang lengkap. II.3 Potensial Bahaya 10
II.4 Upaya/Langkah-langkah Pengendalian K3 12
Kepada para pembaca yang berminat dalam bidang
kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi rumah BAB III. MANAJEMEN K3 DI IFRS 15
sakit diharapkan bantuan dan masukan yang berharga bagi III.1 Tujuan 15
penyempurnaan buku pedoman ini di masa mendatang. III.2 Fungsi 15
III.3 Organisasi 20
III.4 Tahapan Pelaksanaan K3 IFRS 21
III.5 Prosedur K3 IFRS 23

BAB IV. PENGENDALIAN K3 IFRS 32


IV.1 Bahaya Biologi 32
IV.2 Bahaya Fisika 43

110 ix
IV.3 Bahaya Kimia 60 sampai mendidih. Air mendidih ditandai
IV.4 Bahaya Ergonomi 73 dengan keluarnya uap dari tutup, kecilkan
api, jaga agar uap masih tetap keluar
IV.5 Bahaya Psikososial dan Stres 80
(tanda masih mendidih).
IV.6 Prosedur Pemeriksaan Tenaga Kerja
5. Pertahankan sampai 20 menit, gunakan
dan Kesehatan Kerja 86
timer untuk mencatat.
IV.7 Kewaspadaan Universal 91
6. Lepaskan nampan yang berisi sarung
tangan, goyangkan untuk membuang
BAB V. PENUTUP 110 kelebihan air. Jangan meletakkan nampan
langsung (selalu diatas nampan air) karena
DAFTAR PUSTAKA 111 ada lobang yang memungkinkan
kontaminasi.
LAMPIRAN 112 7. Gunakan segera, atau biarkan kering di
udara selama 4-6 jam

c. Sterilisasi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan
seluruh mikroorganisme dari alat
kesehatan termasuk endospora bakteri.
Macam-macam Sterilisasi :
- Fisik, seperti pemanasan atau radiasi,
filtrasi
- Kimiawi, menggunakan bahan kimia
dengan cara merendam (mis: dalam
larutan glutardehid) dan menguapi
dengan gas kimia (diantaranya dengan
gas etilen oksida)

x 109
3. Pisahkan peralatan yang terdiri dari BAB I
beberapa bagian, buka tutup (kalau ada).
PENDAHULUAN
Rendam alat kesehatan sedemikian rupa,
sehingga seluruhnya berada dibawah
permukaan larutan. Tempatkan mangkok
dan wadah menghadap ke atas, bukan I.1 LATAR BELAKANG
kebawah dan diisi larutan. Era globalisasi dan Pasar Bebas Afta 2003, Kesehatan
4. Tutup wadah dan biarkan alat kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan prasyarat yang
terendam selama 20 menit. Jangan ditetapkan dalam hubungan ekonomi dan jasa yang
mengambil atau menambahkan peralatan harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk
dalam kurun waktu ini. Indonesia. Berbagai penyakit yang berhubungan dengan
5. Keluarkan alat kesehatan dengan penjepit pencemaran lingkungan maupun penyakit-penyakit
yang telah di DTT dan kering. yang diperoleh dari tempat kerja, diperkirakan akan
meningkat baik kualitas maupun intensitasnya. Untuk
6. Bilas dengan air yang telah dididihkan, itu diperlukan perencanaan dan pengembangan sarana
untuk menghilangkan sisa-sisa larutan pelayanan yang mempunyai kemampuan dan mutu
kimia pada peralatan, bahan residu ini pelayanan dalam satu kerangka rujukan yang
bersifat toksik terhadap kulit dan jaringan.
komprehensif dan diperlukan Sistem Manajemen
7. Gunakan peralatan segera atau disimpan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
dalam wadah yang telah di DTT dalam Berdasarkan paradigma baru di dunia Internasional
keadaan kering dan tertutup paling lama telah dikembangkan beberapa sistem manajemen
1 minggu sebagai berikut :
- Sistem Manajemen Mutu (ISO seri 9000)
DTT Sarung Tangan dengan uap
- Sistem Manajemen Lingkungan (ISO Seri 14000)
1. Isi dandang paling bawah dengan air,
tempatkan angsang/kukusan diatasnya. - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja/ SMK3 (ISO seri 18000)
2. Lipat sarung tangan berpasangan, bagian
pangkal dibalik untuk menyatukan. Isi 5- Rumah sakit sebagai tempat kerja juga mempunyai
15 pasang sarung tangan pada satu risiko bahaya kesehatan dan keselamatan kerja. Dari
nampan, jika diatur dalam 2 lapisan atau hasil penelitian di sarana kesehatan rumah sakit, sekitar
lebih, tumpuk secara silang untuk 1505 tenaga kerja wanita di rumah sakit Paris mengalami
memungkinkan aliran uap mengenahi gangguan muskuloskeletal 16% dimana 47% dari
semua permukaan. gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang
3. Letakkan nampan berisi sarung tangan punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada
diatas angsang. 5057 perawat wanita di 18 rumah sakit didapatkan 566
4. T u t u p dandang dan panaskan perawat wanita adanya hubungan kausal antara
pemajanan gas anestesi dengan gejala neuropsikologi

108 1
antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, kram 5. Ketika air mulai mendidih, mulai catat
pada lengan dan tangan. waktu, tunggu selama 20 menit. Pada saat
itu, dilarang mengambil atau
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan : menambahkan alat kesehatan lainnya
f Falck dkk, th 1979 melaporkan bahwa perawat yang atau air ke dalamnya.
bekerja pada bangsal kemoterapi tanpa perlindungan 6. Kecilkan api dan pertahankan air mendidih
yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik secara halus selama 20 menit, kemudian
yang signifikan lebih besar dari pada control subject. keluarkan alat kesehatan dengan penjepit
f Tahun 1983 Sotaniemi, dkk melaporkan adanya yang kering dan sudah di DTT.
kerusakan liver pada 3 (tiga) orang perawat yang 7. Taruh peralatan pada nampan atau wadah
bekerja pada bangsal perawatan kanker. yang sudah di DTT. Biarkan kering di udara
sebelum dilakukan penyimpanan. Jangan
f Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian biarkan alat kesehatan tertinggal pada air
ditemukan cyclophosphamide dan ifosfamide dalam yang berhenti mendidih, karena dapat
urine perawat dan staf farmasi yang tidak mengikuti menyebabkan terkontaminasi kembali.
peraturan khusus dalam menangani obat-obat
kanker. 8. Gunakan peralatan segera atau disimpan
dalam wadah yang telah di DTT dalam
f Taxis, K., Barber, W., 2003, terdapat 249 kesalahan keadaan kering dan tertutup paling lama
perawat dalam penyiapan obat intravena (iv) dari 1 minggu.
430 sediaan iv (55,3%) baik dalam hal penyiapan
maupun pemberian kepada pasien. Prosedur DTT dengan bahan kimia
1. Jika menggunakan larutan glutaraldehyde
Hal-hal yang merupakan penyebab belum diterapkannya Siapkan glutaraldehid sesuai dengan
K3 di rumah sakit adalah : instruksi dari pabrik; atau gunakan larutan
1. Belum tersosialisasinya upaya K3 dijajaran pengelola yang sudah disiapkan sebelumnya
sepanjang masih tampak jernih (tidak
rumah sakit secara baik
keruh) dan belum melewati batas
2. Masih kurangnya dana yang tersedia untuk kadaluarsa. Tempatkan larutan dalam
menerapkan K3 di rumah sakit wadah bersih yang ada tutupnya. Tuliskan
tanggal penyiapan larutan dan tanggal
3. Belum tersedianya data tentang kondisi kesehatan kadaluarsanya.
dan keselamatan kerja di rumah sakit
2. Jika menggunakan larutan klorin :
4. Masih terbatasnya sumber daya manusia yang
memahami penerapan K3 di rumah sakit Larutan klorin harus disiapkan setiap hari
(bahkan lebih cepat, jika larutan menjadi
5. Belum adanya organisasi yang terstruktur dalam keruh). Siapkan larutan dalam wadah yang
penerapan di rumah sakit ada tutupnya.

2 107
Desinfeksi dan Sterilisasi : Masalah-masalah di atas perlu diantisipasi melalui
Desinfeksi adalah : suatu proses untuk kebijakan yang mendorong terselenggaranya penerapan
menghilangkan sebagian atau semua K3 Rumah Sakit.
mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali Instalasi Farmasi Rumah Sakit ( IFRS) adalah suatu
endospora bakteri. bagian/unit/divisi atau yang bertanggung jawab terhadap
Macam dan cara desinfeksi : pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit yang
meliputi : obat, alkes, reagensia, gas medis,
1. Desinfektan Kimiawi : alkohol, klorin dan
radiofarmaka, dan merupakan tempat yang berpotensi
ikatan klorin, formaldehid, glutardehid,
hydrogen peroksida, yodifora, asam menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan
parasetat, fenol, ikatan ammonium keselamatan pegawai IFRS khususnya dan pegawai
kuartener. rumah sakit pada umumnya, maka perlu disosialisasikan
upaya Kesehatan & Keselamatan Kerja IFRS dengan
2. Cara desinfeksi lainnya : radiasi sinar penyusunan buku Pedoman Kesehatan dan
ultraviolet, pasteurisasi, mesin pencuci. Keselamatan Kerja (K3) IFRS
3. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) yaitu
dilakukan apabila sterilisator tidak tersedia
atau tidak mungkin dilaksanakan. I.2 TUJUAN
DTT dapat membunuh semua Sebagai acuan dalam pelaksanaaan pelayanan
mikroorganisme termasuk hepatitis B dan kefarmasian yang baik yang selaras dengan upaya
HIV, namun tidak dapat membunuh kesehatan dan keselamatan kerja di IFRS.
endospora dengan sempurna seperti
tetanus atau gas gangrene.
I.3 PENGERTIAN
Prosedur DTT dengan merebus Kesehatan kerja adalah :
1. Isi panci atau alat pemanas dengan air Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
2. Buka penutup alat kesehatan dan lepaskan memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja secara
komponennya sehat dengan produktivitas yang optimal tanpa
membahayakan diri, keluarga, masyarakat dan
3. Masukkan alat dan peralatan lainnya lingkungan sekitarnya.
hingga terendam seluruhnya (supaya air
dapat mengenahi semua permukaan alat) Pekerja adalah :
dalam air. Taruh mangkok dan wadah Setiap orang yang melakukan pekerjaan untuk
menghadap keatas (bukan telungkup) dan
menghasilkan barang dan atau jasa di tempat tertentu
terisi air
baik yang mendapat imbalan upah maupun yang
4. Tutup panci, panaskan perlahan-lahan tidak.
sampai mendidih

106 3
Kapasitas kerja adalah : Prosedur Pencucian Peralatan Menurut Jenisnya
Kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan Alat Prosedur Pencucian
pekerjaannya pada suatu tempat kerja dalam waktu
tertentu. Alat yang - Cuci alat dengan detergen dan air
dipakai ulang hangat untuk menghilangkan semua
Beban kerja adalah : partikel yang melekat
Beban fisik maupun non fisik yang ditanggung oleh - Bersihkan bekuan kotoran dengan
seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. menggunakan kawat halus
Lingkungan kerja adalah : - Bilas alat menggunakan air bersih
dengan cara disemprotkan sedikitnya
Kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi kondisi tiga kali
fisik, biologik, faali (ergonomik) dan psikososial yang
- Keringkan alat dengan cara diangin-
mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan
anginkan
pekerjaannya.
- Pisahkan dengan peralatan lain
Memproduksi adalah :
Sarung - Cuci sarung tangan dengan detergen
Membuat, mengolah, mengubah bentuk, mengubah tangan dan air hangat
wadah, mengubah kemasan atau penandaan untuk - Bilas dengan air bersih sampai semua
diedarkan detergen hilang
Peredaran adalah : - Cek adanya lubang dengan meniupkan
Pengadaan, pemberian, penyerahan, pengangkutan, udara lalu memegangnya dalam air,
atau mengisi sarung tangan dengan air
penjualan, dan penyediaan ditempat, serta
lalu lihat apakah ada air yang keluar
penyimpanan untuk penjualan
- Keringkan bagian dalam dan luar
Wadah adalah : dengan handuk/kain yang bersih atau
Barang yang dipakai untuk mewadahi bahan diangin-anginkan
berbahaya yang berhubungan langsung dengan Permukaan - Permukaan meja, dinding, lantai dan
bahan berbahaya termasuk tutupnya. lainnya yang kemungkinan
terkontaminasi dengan darah atau
Etiket adalah : cairan tubuh atau bahan berbahaya
Tanda yang berupa tulisan dengan atau tanpa lainnya, segera didekontaminasi dengan
gambar yang dilekatkan, dicetak, atau diukir pada larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
wadah, pembungkus dan kemasan. - Setelah 10 menit lakukan pencucian
dengan detergen
Tanda bahaya adalah :
- Bilas dengan air sampai bersih,
Gambar dengan atau tanpa lukisan yang terdapat keringkan dengan kain bersih.

4 105
Prosedur Dekontaminasi pada wadah dan kemasan yang menunjukkan jenis
Meja Kerja bahaya dari bahan berbahaya yang bersangkutan.
- Prosedur sama dengan Bahan berbahaya adalah :
dekontaminasi tumpahan
darah. Bahan yang selama pembuatan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaan dapat
menimbulkan atau membebaskan uap/gas, ledakan,
b. Pencucian korosif, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah
Tujuan : yang memungkinkan gangguan kesehatan orang
- menghilangkan segala kotoran yang bersangkutan dengannya atau menyebabkan
yang kasat mata dari benda dan kerusakan.
permukaan benda dengan
sabun atau detergen , air, sikat.
- menurunkan jumlah
mikroorganisme yang potensial
menjadi penyebab infeksi
melalui alat kesehatan atau
suatu permukaan benda

104 5
BAB II (tersedia klorin 5 %) ambil 100
ml encerkan dengan air sampai
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
satu liter.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu Prosedur Dekontaminasi


bagian dari perlindungan bagi tenaga kerja dan bertujuan Tumpahan Darah/Cairan
untuk mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan Tubuh :
dan penyakit akibat kerja dan di dalamnya termasuk :
- Pakai sarung tangan rumah
1. Menjamin para pekerja dan orang lain yang ada tangga (masker,
disekitar tempat kerja selalu dalam keadaan sehat kacamata/pelindung wajah
dan selamat. bila perlu).
2. Menjaga agar sumber-sumber produksi digunakan - Serap darah/cairan tubuh
secara aman dan efisien. sebanyak-banyaknya
3. Menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan dengan kertas/koran
faktor penting dalam meningkatkan produktivitas. bekas/tisu

Kesehatan kerja bertujuan pada pemeliharaan dan - Buang kertas penyerap


pencegahan serta risiko gangguan kesehatan fisik, mental bersama sampah medis
dan sosial pada semua pekerja yang disebabkan oleh kondisi dalam kantong yang kedap
dan lingkungan kerja sehingga diharapkan produktivitas cairan
pekerja dapat dipertahankan dan apabila si pekerja telah - Tuangi atau semprot area
memasuki usia pensiun maka yang bersangkutan dapat bekas tumpahan darah
menikmati hari tuanya tanpa mengalami gangguan penyakit dengan natrium hipoklorit 0,5
akibat hubungan kerja % biarkan 10 menit
kemudian bersihkan.

II.1 RUANG LINGKUP - Bilas dengan lap basah yang


bersih hingga klorin
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian terangkat
antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode - Buka sarung tangan,
kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk : masukkan dalam wadah
sementara menunggu
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dekontaminasi sarung
kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja tangan dan proses
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun selanjutnya.
kesejahteraan sosialnya.
- Cuci tangan.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada

6 103
Prosedur Dekontaminasi Alkes : masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
- Kenakan sarung tangan keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
rumah tangga, celemek 3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi
kedap air atau pelindung pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan
wajah kalau perlu bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
- Rendam alat kesehatan membahayakan kesehatan.
segera setelah dipakai 4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu
dalam larutan klorin 0,5 % lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
selama 10 menit (bila lebih, kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
dapat memudahkan korosi
alat). Seluruh alat harus
terendam larutan klorin II.1.1 Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan
- Segera bilas dengan air Kerja
hingga bersih dan lanjutkan Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
dengan pembersihan merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan
- Apabila alat kesehatan tidak kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara
langsung dicuci, rendam ketiga komponen tersebut akan menghasilkan
dalam ember atau wadah kesehatan kerja yang baik dan optimal.
plastik berisi air bersih Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan
setelah dikontaminasi kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
- Buka sarung tangan, fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja
masukkan dalam wadah dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
sementara menunggu
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai
dekontaminasi dan proses
(modal) awal seseorang untuk melakukan
selanjutnya
pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi
- Cuci tangan awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi
Catatan : oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain.
- Larutan klorin hanya bertahan Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun
24 jam, buat larutan segar mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau
setiap hari dan ganti dengan kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
yang baru bila perlu, misalnya, mengakibatkan seorang pekerja menderita
bila menjadi keruh, gangguan atau penyakit akibat kerja.
terkontaminasi berat dengan Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising,
darah atau cairan tubuh. debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat merupakan
- Cara membuat klorin 0,5 % beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban
yaitu: larutan Natrium hipoklorit tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau

102 7
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan Sepatu khusus sebaiknya terbuat
atau penyakit akibat kerja. dari bahan yang mudah dicuci dan
tahan tusukan misalnya karet atau
plastik.
II.1.2 Lingkungan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja
Yang Ditimbulkan
IV.7.3 Pengelolaan Alat Kesehatan :
Penyakit akibat dan atau berhubungan dengan
pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di tujuannya adalah untuk mencegah
lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan penyebaran infeksi melalui alat
antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana kesehatan, atau untuk menjamin alat
bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha- tersebut dalam kondisi steril dan siap
usaha untuk mencegahnya. pakai
Misalnya antara penyakit yang sudah jelas Proses penatalaksanaan peralatan
penularannya dapat melalui darah dan pemakaian dilakukan melalui 4 (empat) tahap
jarum suntik yang berulang-ulang, atau kegiatan :
perlindungan yang belum baik pada para pekerja
a. Dekontaminasi
rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui
kontak langsung. b. Pencucian
Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka c. Sterilisasi atau DTT
langkah awal yang penting untuk melakukan upaya d. Penyimpanan
K3 adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang
bisa timbul dan di evaluasi, kemudian dilakukan
pengendalian a. D e k o n t a m i n a s i : y a i t u
menghilangkan mikroorganisme
II.1.3 Perilaku Pekerja pathogen dan kotoran dari suatu
benda sehingga aman untuk
Perilaku dan sikap para pekerja yang tidak sesuai pengelolaan selanjutnya dan
dengan prinsip kesehatan dapat mempengaruhi dilakukan sebagai langkah
status kesehatan pekerja yang bersangkutan, pertama bagi pengelolaan alat
sehingga di dalam pelaksanaan upaya kesehatan
kesehatan bekas pakai.
kerja diperlukan langkah-langkah mengubah
prilaku pekerja untuk keberhasilan program. Tujuan : mencegah infeksi melalui
alat kesehatan atau permukaan
benda, mis HIV, HBV atau kotoran
II.2 DASAR HUKUM lain yang tidak tampak sehingga
Pemberlakuan K3 untuk seluruh Perusahaan di dapat melindungi petugas atau
Indonesia wajib mematuhi Undang-undang dan pasien.

8 101
c. Penutup Kepala : Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan/dikeluarkan/
diberlakukan mengenai Kesehatan dan Keselamatan
yaitu mencegah jatuhnya
Kerja yang terangkum sebagai berikut :
mikroorganisme yang ada di
rambut dan kulit petugas terhadap 1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2)
alat-alat/daerah steril juga menyatakan bahwa ”Setiap Warga Negara berhak
sebaiknya untuk melindungi atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kepala/rambut petugas dari kemanusiaan”. Atas dasar pasal tersebut maka
percikan bahan-bahan dari pasien. telah disusun :
a. UU No.1 th.1951 tentang Pernyataan berlakunya
UU Kerja th. 1948 No.12
d. Gaun/Baja Pelindung :
b. UU No.3 th.1969 tentang Persetujuan Konvensi
tujuannya yaitu untuk melindungi
ILO no.120 mengenai Higiene dalam Perniagaan
petugas dari kemungkinan
dan Kantor-kantor
genangan atau percikan darah
atau cairan tubuh lain yang dapat c. UU No.14 th.1969 tentang Pokok-Pokok
mencemari baju atau seragam. mengenai Tenaga Kerja sebagai pelaksanaan
dari Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 tersebut di
Gaun pelindung harus dipakai
Pasal 9 UU No.14 th.1969 yang menyatakan
apabila ada indikasi , misalnya
”Setiap tenaga kerja berhak mendapat
pada saat membersihkan luka,
perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
melakukan irigasi, melakukan
pemeliharaan moril kerja serta perlakukan sesuai
tindakan draenase, menuangkan
dengan harkat dan martabat manusia dan moral
cairan terkontaminasi ke dalam
agama ” dan di pasal 10 menyatakan
lubang pembuangan/ w.c/toilet
Pemerintah membina perlindungan kerja yang
mencakup :
e. Sepatu Pelindung : f Norma keselamatan kerja
tujuannya adalah melindungi kaki f Norma kesehatan kerja
petugas dari tumpahan/percikan
f Norma kerja
darah atau cairan tubuh lainnya
dan bahan berbahaya lainnya dan f Pemberian ganti kerugian, perawatan, dan
mencegah dari kemungkinan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
tusukan benda tajam atau
2. Undang-undang no.1 tahun 1970 tentang
kejatuhan alat kesehatan.
Keselamatan Kerja, cakupan materinya termasuk
Sepatu harus menutupi seluruh pula masalah kesehatan kerja.
ujung dan telapak kaki dan tidak
3. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang
dianjurkan untuk menggunakan
Kesehatan.
sandal atau sepatu terbuka.

100 9
4. Permenkes No. 453/Menkes/Per/XI/1992 tentang - Pada akhir setelah hampir di ujung
Persyaratan Keselamatan Lingkungan Rumah Sakit. jari, maka secara bersamaan dan
dengan sangat hati-hati sarung
5. Permenaker No. 5/Menaker/1996 tentang Sistem
tangan tadi dilepas.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Perlu diperhatikan bahwa tangan
yang terbuka hanya boleh
II.3 POTENSIAL BAHAYA menyentuh bagian dalam sarung
Ancaman bahaya di rumah sakit terdiri atas : ancaman tangan .
bahaya biologi, ancaman bahaya kimia, ancaman - Cuci tangan setelah sarung tangan
bahaya fisika, ergonomi, ancaman bahaya psikososial, dilepas, ada kemungkinan sarung
keselamatan dan kecelakaan kerja di rumah sakit. tangan berlubang namun sangat
kecil dan tidak terlihat. Tindakan
mencuci tangan setelah melepas
II.3.1 Ancaman Bahaya Biologi sarung tangan ini akan
Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan memperkecil risiko terpajan.
kesehatan yang diakibatkan oleh mikroorganisme
hidup seperti bakteri, virus, riketsia, parasit dan b. Pelindung wajah :
jamur.
Pelindung wajah terdiri dari masker
Yang termasuk ancaman biologi di rumah dan kaca mata
sakit :
Pelindung wajah ini digunakan untuk
G Infeksi nosokomial maksud :
G Tuberkulosis - Untuk melindungi selaput lendir
G Hepatitis B hidung, mulut dan mata selama
melakukan tindakan atau
G AIDS perawatan pasien yang
G Dan lain-lain memungkinkan terjadi percikan
darah dan cairan tubuh lain,
termasuk tindakan bedah ortopedi
II.3.2 Ancaman Bahaya Kimia atau perawatan gigi.
Adanya bahan-bahan kimia di rumah sakit dapat - Masker tanpa kacamata hanya
menimbulkan bahaya bagi penderita maupun digunakan pada saat tertentu
para pekerjanya. Kecelakaan akibat bahan- misalnya merawat pasien
bahan kimia dapat menyebabkan keracunan tuberkulosis terbuka tanpa luka
kronik. Bahan-bahan kimia yang mempunyai dibagian kulit/pendarahan .
risiko mengakibatkan gangguan kesehatan - Masker digunakan bila berada
antara lain adalah gas anestetik (halotan, nitro dalam jarak 1 meter dari pasien.

10 99
- Pasang sarung tangan yang ke oksida, etil eter), formaldehid, etilen oksida,
dua dengan cara memasukkan merkuri dan debu.
jari-jari tangan yang belum
memakai sarung tangan, kemudian
luruskan lipatan, dan atur posisi II.3.3 Ancaman Bahaya Fisika
sarung tangan, sehingga terasa Faktor fisika merupakan beban tambahan bagi
pas dan enak di tangan . pekerja di rumah sakit yang apabila tidak
dilakukan upaya-upaya penanggulangannya
Pelepasan Sarung Tangan : dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Faktor
fisika di rumah sakit seperti bising, panas,
- Masukkan sarung tangan yang
getaran, radiasi, cahaya dan listrik. Contoh :
masih dipakai ke dalam larutan
pekerja yang bekerja di ruang generator, perlu
klorin, gosokkan untuk
disadari dapat memberi dampak negatif pada
mengangkat bercak darah atau
pendengaran dan non pendengaran.
cairan tubuh lainnya, atau kotoran-
kotoran lainnya yang menempel.
- Pegang salah satu sarung tangan II.3.4 Ergonomi
pada lipatan lalu tarik ke arah ujung Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari
jari-jari tangan sehingga bagian perilaku manusia dalam kaitan dengan pekerjaan
dalam dari sarung tangan pertama mereka. Tujuan ergonomi adalah menyesuaikan
menjadi sisi luar. pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia melalui
- Jangan dibuka sampai terlepas upaya : penyesuaian ukuran tempat kerja dengan
sama sekali, biarkan sebagian dimensi tubuh, pengaturan suhu, cahaya dan
masih berada pada tangan kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan
sebelum melepas sarung tangan tubuh manusia.
yang ke dua. Hal ini penting untuk Untuk dapat mengidentifikasi masalah ergonomi
mencegah terpajannya kulit tangan di rumah sakit, perlu dipelajari dasar-dasar
yang terbuka dengan permukaan ergonomi antara lain : antropometri, kerja otot,
sebelah luar sarung tangan. kelelahan, ketrampilan, perencanaan ruang kerja,
- Biarkan sarung tangan yang perancangan ruang kerja, pencahayaan dan
pertama sampai sekitar jari-jari, warna, kebosanan, kejenuhan, hubungan
lalu pegang sarung tangan yang manusia dengan mesin, kemampuan mata dan
ke dua pada lipatannya lalu tarik alat pendengaran dan lain-lain.
ke arah ujung jari hingga bagian Contoh : Pekerja yang sebagian besar waktu
dalam sarung tangan menjadi sisi kerjanya dalam posisi duduk, perlu disediakan
luar. kursi yang sesuai dengan prinsip ergonomi
- Demikian dilakukan secara supaya tidak menimbulkan kelelahan otot
bergantian. tertentu.

98 11
II.3.5 Ancaman Bahaya Psikososial tangan ini dapat digunakan lagi
setelah dicuci dan dibilas bersih.
Pekerjaan dapat merupakan sumber
kebahagiaan atau sumber kesengsaraan. Faktor
psikososial yang dapat menimbulkan Prosedur Pemakaian dan
kabahagiaan atau kesengsaraan di rumah sakit Pelepasan Sarung Tangan
antara lain : pekerjaan yang menghasilkan upah
Pemakaian Sarung Tangan Steril :
yang kurang dari kebutuhan, yang tidak sesuai
dengan minat, bakat dan yang tidak sesuai - Cuci tangan
dengan bekal pengetahuan akan lebih - Siapkan area yang cukup luas,
memungkinkan terjadinya stress. Sementara bersih dan kering untuk membuka
suasana kekeluargaan, gotong royong, tidak paket sarung tangan. Perhatikan
kaku, akan mendukung terjaminnya kerja yang tempat menaruhnya (Steril atau
dapat memacu hasil kerja yang optimal. minimal DDT)
- Buka pembungkus sarung tangan,
II.3.6 Keselamatan dan Kecelakaan Kerja di Rumah minta bantuan petugas lain untuk
Sakit membuka pembungkus sarung
tangan, letakkan sarung tangan
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
dengan bagian telapak tangan
berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses
menghadap ke atas.
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan. - Ambil salah satu sarung tangan
dengan memegang pada sisi
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga
sebelah dalam lipatannya, yaitu
dan tidak diharapkan. Di rumah sakit kecelakaan
bagian yang akan bersentuhan
kerja dapat disebabkan oleh pekerjaan atau
dengan kulit tangan saat dipakai.
pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dalam
hal ini terdapat dua permasalahan yang penting - Posisikan sarung tangan setinggi
yaitu : kecelakaan akibat langsung dari pekerjaan pinggang dan menggantung ke
atau kecelakaan pada saat pekerjaan sedang lantai, sehingga bagian lubang jari-
dilakukan. Sebagai contoh kecelakaan langsung jari tangannya terbuka. Masukkan
dari pekerjaan adalah paparan sinar/energi radio tangan jaga sarung tangan supaya
aktif bagi pekerja di instalasi radiologi. Sementara tetap tidak menyentuh permukaan.
kecelakaaan pada saat pekerjaan sedang - Ambil sarung tangan ke dua
dilakukan adalah perawat yang tertusuk jarum dengan cara menyelipkan jari-jari
pada saat melakukan penyuntikan pada pasien. tangan yang sudah memakai
sarung tangan ke bagian lipatan,
yaitu bagian yang tidak akan
bersentuhan dengan kulit tangan
saat dipakai.

12 97
d. Gaun pelindung (baju kerja/ II.4 UPAYA / LANGKAH-LANGKAH PENGENDALIAN K3
celemek)
Untuk mengatasi ancaman bahaya di rumah sakit
e. Sepatu pelindung (sturdy foot terdiri atas : ancaman bahaya biologi, ancaman bahaya
wear) kimia, ancaman bahaya fisika, ergonomi, ancaman
bahaya psikososial, keselamatan dan kecelakaan
kerja di rumah sakit, langkah-langkah yang perlu
a. Sarung Tangan : dilakukan adalah :
Sarung tangan harus selalu dipakai
pada saat melakukan tindakan
II.4.1 Pengenalan/Identifikasi Lingkungan Kerja
yang kontak atau diperkirakan
akan terjadi kontak dengan darah, Informasi yang perlu diketahui adalah : pekerja
cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang terlibat, proses kerja dan limbah/sisa
yang tidak utuh, selaput lendir buangan, potensi bahaya yang mungkin ada
pasien dan benda yang dan bahaya kecelakaan kerja. Sebagai contoh
terkontaminasi. : pekerja yang bekerja di ruang radiologi,
sebaiknya bukan orang sedang hamil, pekerja
dilengkapi dengan alat deteksi paparan zat
Hal harus diperhatikan pada
radiasi serta ruang dibuat sesuai dengan standar
penggunaan sarung tangan :
yang berwenang.
yaitu cuci tangan harus selalu
dilakukan pada saat sebelum
memakai dan sesudah melepas II.4.2 Evaluasi Lingkungan Kerja
sarung tangan.
Penilaian karakteristik dan besarnya potensi-
potensi bahaya yang mungkin timbul di
Dikenal tiga jenis sarung tangan : lingkungan kerja. Sebagai contoh : lingkungan
kerja secara berkala dinilai apakah ada
1). Sarung tangan bersih : digunakan
kebocoran zat berbahaya bagi kesehatan.
sebelum tindakan rutin pada kulit
dan selaput lendir dan sekali pakai
harus dibuang.
II.4.3 Pengendalian Lingkungan Kerja
2). Sarung tangan steril : digunakan
Pengendalian dibedakan atas pengendalian
jika akan melakukan tindakan steril,
lingkungan dan pengendalian perorangan.
sarung tangan ini bisa disterilisasi
Pengendalian lingkungan meliputi perubahan
ulang.
dari proses kerja dan/atau lingkungan kerja
3). Sarung tangan rumah tangga : dengan maksud untuk pengendalian terhadap
dipakai pada waktu akan bahaya kesehatan baik dengan meniadakan
membersihkan alat kesehatan, atau mengurangi serta mencegah kontak.
permukaan meja kerja dll. Sarung Pengendalian ancaman bahaya kesehatan dapat

96 13
dilakukan pencegahan dengan peraturan- Untuk menggosok kulit dapat
peraturan, standar, pengawasan serta pendidikan digunakan spons steril sekali pakai
dan latihan untuk mencegah ancaman-ancaman
- Proses cuci tangan berlangsung
tersebut.
3 (tiga) hingga 5 (lima) menit
dengan prinsip sependek mungkin
tapi cukup memadai untuk
II.4.4 Pelayanan Kesehatan Kerja
mengurangi jumlah bakteri yang
Meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, menempel di tangan.
kuratif dan rehabilitatif. Bentuk kegiatan dapat
- Selama cuci tangan jaga agar letak
berupa pemberian informasi pencegahan
tangan lebih tinggi dari siku agar
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja atau
air mengalir dari arah tangan ke
berupa klinik yang dilengkapi dengan alat deteksi
wastafel
dini kemungkinan terjadi penyakit akibat kerja,
pengobatan dan pemulihan yang berkaitan - Jangan sentuh wastafel, kran, atau
dengan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. gaun pelindung
Contoh : ada prosedur kerja tentang cara
- Keringkan tangan dengan lap steril
pengamanan pekerja pengambil contoh darah
di laboratorium klinik, atas kemungkinan Hepatitis - Gosok dengan alkohol 70% atau
serta terapi dan rehabilitasi karena Hepatitis. campuran alkohol 70% dengan
klorheksedin 0,5 % selama 5 (lima)
menit dan keringkan kembali.
- Kenakan gaun pelindung dan
sarung tangan steril.

IV.7.2 Alat Pelindung :


Digunakan untuk melindungi kulit dan
selaput lendir petugas dari risiko
pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang
tidak utuh dan selaput lendir pasien.
Macam-macam alat pelindung :
a. Sarung tangan
b. Pelindung wajah/Masker/Kaca
mata
c. Penutup kepala

14 95
- Yaitu buat campuran 100 ml BAB III
alkohol 70% dengan 1-2 ml gliserin
MANAJEMEN K3 IFRS
10%
- Caranya : gosoklah kedua cairan
pada kedua tangan secara merata. Farmasi rumah sakit merupakan unit pelaksana fungsional
yang bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian secara menyeluruh di rumah sakit
Cuci Tangan Aseptik : dengan ruang lingkup pengelolaan perbekalan farmasi,
pelayanan farmasi klinik dan produksi perbekalan farmasi.
Prosedur sama dengan cuci tangan
higienis hanya saja bahan deterjen
atau sabun diganti dengan antiseptik
III.1 TUJUAN
dan setelah mencuci tangan tidak
boleh menyentuh bahan yang tidak III.1.1 TUJUAN UMUM
steril Terlaksananya kesehatan dan keselamatan
kerja di IFRS agar tercapai pelayanan
kefarmasian dan produktivitas kerja yang
Cuci Tangan Bedah :
optimal.
- Nyalakan kran
- Basahi tangan dan lengan bawah III.1.2 TUJUAN KHUSUS
dengan air
1. Memberikan perlindungan kepada pekerja
- Taruh sabun antiseptik dibagian farmasi, pasien dan pengunjung
telapak tangan yang telah basah.
2. M e n c e g a h k e c e l a k a a n k e r j a ,
Buat busa secukupnya tanpa
paparan/pajanan bahan berbahaya,
percikan.
kebakaran dan pencemaran lingkungan
- Sikat bagian bawah kuku dengan
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku
sikat lembut
dan hasil produksi
- Buat gerakan mencuci tangan
4. Menciptakan cara bekerja yang baik dan
seperti cuci tangan biasa dengan
benar
waktu lebih lama. Gosok tangan
dan lengan satu persatu secara
bergantian dengan gerakan III.2 FUNGSI
melingkar.
III.2.1 Perencanaan K3 IFRS
- Sikat lembut hanya digunakan
untuk membersihkan kuku saja Tahapan Perencanaan :
bukan untuk menyikat kulit yang 1. Analisa situasi kesehatan dan keselamatan
lain oleh karena dapat melukainya. kerja di IFRS

94 15
Analisa situasi merupakan langkah pertama Prosedur Cuci Tangan :
yang harus dilakukan, dengan melihat
Cuci Tangan Higienis/Rutin :
sumber daya yang kita miliki, sumber dana
yang tersedia dan bahaya potensial apa - Basahi tangan setinggi
yang mengancam IFRS. pertengahan lengan bawah
dengan air mengalir
2. Identifikasi masalah kesehatan dan
keselamatan kerja IFRS - Taruh sabun dibagian telapak
tangan yang telah basah. Buat
Identifikasi masalah kesehatan dan
busa secukupnya tanpa percikan
keselamatan kerja dapat dilakukan dengan
mengadakan inspeksi tempat kerja dan - Gerakan cuci tangan terdiri dari
mengadakan pengukuran lingkungan kerja. gosokan kedua telapak tangan,
Dari kegiatan ini kita dapat menentukan gosokan telapak tangan kanan di
masalah-masalah Kesehatan dan atas punggung tangan kiri dan
Keselamatan Kerja. sebaliknya, gosok kedua telapak
tangan dengan jari saling mengait,
3. Alternatif rencana upaya penanggu-
gosok kedua ibu jari dengan
langannya
menggenggam dan memutar,
Dari masalah-masalah yang ditemukan dicari gosok pergelangan tangan.
alternatif upaya penanggulangannya
- Proses berlangsung selama 10-15
berdasarkan dana dan daya yang tersedia
detik
Out put yang diharapkan dari kegiatan
- Bilas kembali dengan air sampai
perencanaan adalah :
bersih.
1. Adanya denah lokasi bahaya potensial
- Keringkan tangan dengan handuk
2. Rumusan alternatif rencana upaya penang- atau kertas yang bersih atau tisu
gulangannya atau handuk katun sekali pakai
- Matikan kran dengan kertas atau
tisu
III.2.2 Penggerakan Pelaksanaan K3 IFRS
- Pada cuci tangan aseptik/bedah
1. Pemeriksaan kesehatan awal dan
diikuti larangan menyentuh
pemeriksaan kesehatan berkala.
permukaan yang tidak steril
Pemeriksaan kesehatan ini berlaku bagi
semua pekerja rumah sakit, dilakukan
setidak-tidaknya sekali setahun, bahkan Alternatif Cuci Tangan Higienis
dibeberapa bagian seyogyanya dilakukan
- Dilakukan bila tidak ada air
setiap 6 bulan.
mengalir.

16 93
aseptik dengan menggunakan 2. Pemberian paket penanggulangan anemia.
antiseptik. Pada penelitian-penelitian terdahulu
diketahui banyak tenaga kerja perempuan
3). Cuci tangan bedah : dilakukan
yang menderita anemia, sedangkan pekerja
sebelum melakukan tindakan
IFRS pada umumnya lebih banyak tenaga
bedah cara aseptik dengan
kerja perempuannya.
antiseptik dan sikat steril.
3. Pemberian paket pertolongan gizi.
Paket ini merupakan makanan tambahan
Sarana Cuci Tangan : yang diberikan di luar makanan utama.
- air mengalir : dapat berupa kran 4. Upaya-upaya yang dilakukan sehubungan
atau dengan cara mengguyur dengan kapasitas dan beban kerja :
dengan gayung, namun cara
G pengaturan kerja bergilir (shift work)
mengguyur dengan gayung
memiliki risiko cukup besar untuk G penempatan petugas pada jabatannya
terjadinya pencemaran, baik (fit to job)
melalui gagang gayung maupun
G pendidikan dan pelatihan petugas IFRS
percikan air bekas cucian kembali
tentang kesehatan dan keselamatan kerja
ke bak penampung air bersih. Air
kran bukan berarti harus dari PAM, 5. Pelaksanaan upaya penanggulangan
namun diupayakan secara bahaya potensial
sederhana dengan tangki berkran Memberikan penyuluhan kesehatan,
di ruang pelayanan agar mudah sehingga meningkatkan kepedulian petugas
dijangkau oleh para petugas kesehatan dan meningkatkan penggunaan
kesehatan yang memerlukan. alat pelindung, dll.
- sabun dan detergen : bahan Alat pelindung tubuh antara lain :
tersebut tidak membunuh
mikroorganisme tetapi - pelindung pernafasan : masker
menghambat dan mengurangi - pelindung mata : kaca mata
jumlah mikroorganisme dengan - pelindung pendengaran : tutup telinga
tegangan permukaan sehingga - pakaian kerja khusus : jas lab
mikroorganisme terlepas dari
permukaan kulit dan mudah - sarung tangan
terbawa air. - pelindung kepala (safety helmets)
- larutan antiseptik : dipakai pada - pelindung kaki : sepatu booth/karet
kulit atau jaringan hidup lainnya 6. Pelaksanaan Cara Pelaksanaan Kerja yang
untuk menghambat aktivitas atau Baik (CPKB)
membunuh mikroorganisme pada
kulit. Diharapkan setiap bagian sudah mempunyai

92 17
Prosedur Tetap (Protap) atau Standard - Perlu tindak lanjut dari segi pekerjaannya,
Operating Procedure (SOP) yang tergantung bila kelainan ditemukan akan mengganggu
di dinding, sehingga setiap petugas dapat keselamatan kerja.
membaca dan mentaatinya.
7. Pengorganisasian dan pembagian tugas
IV.7 KEWASPADAAN UNIVERSAL
yang jelas
(UNIVERSAL PRECAUTION = UP)
Untuk pengorganisasian ini mengacu pada
Prinsip utama prosedur kewaspadaan
edaran Dirjen Pelayanan Medik No.
universal pelayanan kesehatan adalah
HK.00.06.6.4.01497 tahun 1995 tentang
menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene
perlunya pembentukan Panitia Kesehatan
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5
Pokja/PK3-IFRS merupakan salah satu
(lima) kegiatan pokok yaitu:
bagian dari PK3-RS
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Out put yang diharapkan :
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya
1. Adanya jadwal kegiatan pelaksanaan upaya
pemakaian sarung tangan guna mencegah
kesehatan dan keselamatan kerja di IFRS
kontak dengan darah serta cairan infeksi
baik secara keseluruhan maupun ditiap
yang lain,
bagian.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
2. Adanya bagan struktur organisasi PK3-IFRS
(Panitia Kesehatan dan Keselamatan Kerja 4. Pengelolaan jarum suntik dan alat tajam
Instalasi Farmasi Rumah Sakit). untuk mencegah perlukaan
3. Terpampangnya bagan Cara Pelaksanaan 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
Kerja yang Baik (CPKB) ditiap unit kerja
IFRS. IV.7.1 Cuci Tangan
Ada tiga cara cuci tangan yang
III.2.3 Pemantauan Dan Evaluasi K3 IFRS dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, yaitu :
1. Terkirimnya form identifikasi K3 IFRS ke
PK3-IFRS yang bersangkutan 1). Cuci tangan higienik atau rutin:
yaitu untuk mengurangi kotoran
Formulir ini terdiri dari pertanyaan- dan flora yang ada di tangan
pertanyaan yang harus dijawab untuk dengan menggunakan sabun atau
mendapatkan gambaran pelaksanaan detergen.
kegiatan K3 di IFRS
2). Cuci tangan aseptik: dilakukan
2. Adanya umpan balik dari PK3-RS ke PK3- sebelum tindakan aseptik pada
IFRS dari hasil pengisian kuesioner. pasien atau melakukan pekerjaan

18 91
- Sehat Hasil umpan balik ini berupa prosentase
kegiatan Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
- Perlu tindak lanjut untuk kelainan medis
yang ditemukan IFRS yang sudah dilaksanakan.

- Perlu tindak lanjut dari segi 3. Terkirimnya formulir check list 6 bulanan
pekerjaannya, bila kelainan ditemukan Formulir tentang status perkembangan K3
akan mengganggu keselamatan kerja. IFRS ini dikirimkan ke PK3-RS setiap bulan
Januari dan Juli tahun berjalan

3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus 4. Terselenggaranya kegiatan evaluasi

yaitu dimaksudkan untuk menilai adanya Evaluasi ini dilakukan baik secara umum
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap maupun spesifik.
tenaga kerja atau golongan tenaga kerja Untuk ini digunakan check list 6 bulanan
tertentu. keberhasilan kegiatan UKK-IFRS sebagai
tolok ukurnya
Pemeriksaan ini dilakukan pada keadaan :
- Tenaga kerja yang telah mengalami III.2.4 Pembinaan K3 IFRS
kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari dua Pembinaan diarahkan agar :
minggu. 1. IFRS melakukan upaya-upaya K3 sehingga
- Tenaga kerja yang diduga menderita dicapai nihil kecelakaan dan nihil penyakit
gangguan kesehatan tertentu. akibat kerja.
- Bila terdapat keluhan diantara tenaga kerja, 2. Indikator keberhasilan K3 IFRS adalah :
atau atas pengamatan pengawas - Nihil kecelakaan
kesehatan dan keselamatan kerja.
- Nihil penyakit akibat kerja
- Atas permintaan pihak-pihak tertentu - Terlaksananya proses kesehatan dan
(pengadilan). keselamatan kerja di IFRS
- Pindah kerja atau bila hubungan kerja - Tersedianya masukan sumber daya yang
putus (pensiun,PHK) memadai (fasilitas dan tenaga)
3. Mengingat beberapa indikator masih sulit
Kesimpulan hasil pemeriksaan berkala dicapai, pemantauan diutamakan pada :
digolongkan menjadi : - kasus kecelakaan
- Sehat - proses terlaksananya kegiatan kesehatan
dan keselamatan kerja di IFRS
- Perlu tindak lanjut untuk kelainan medis
yang ditemukan - masukan sumber daya manusia

90 19
III.3 ORGANISASI Kesimpulan hasil pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja digolongkan menjadi :
Menurut Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Depkes
No.HK.00.06.6.4.01407 tahun 1995, bentuk organisasi - Fit for duty : dapat melakukan segala
K3 di RS berupa Panitia K3-RS (PK3-RS), yang macam pekerjaan dan tidak ada kelainan
bertanggung jawab kepada Ketua Komite Medik. Pokja fisik atau cacat.
IFRS adalah bagian dari Organisasi K3 RS. - Fit for duty with minor correctable defect:
K3 di IFRS mempunyai fungsi : dapat melakukan tugas/pekerjaan dengan
kelainan ringan yang dapat dikoreksi,
1. Mengatur dan berkoordinasi dalam upaya pencega-
misalnya gangguan ketajaman
han dan penanggulangan musibah, misal : penglihatan, gigi berlubang.
- kebakaran dan peledakan - Fit for selected/limited duty : dapat
- bahan-bahan berbahaya dll di IFRS melakukan pekerjaan atau tugas tertentu
2. Melaporkan kepada Pimpinan Rumah Sakit (melalui yang terbatas karena adanya defek atau
Pokja K3 Rumah Sakit) bila terjadi bencana penyakit yang menetap.
Struktur organisasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan - Unfit for duty : tidak dapat diperkerjakan
rumah sakit, contoh dapat dilihat pada bagan di bawah ini. pada saat ini, misalnya sedang menderita
penyakit menular akut, gangguan jiwa,
dan sebagainya.
TIM K3RS
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Sekretaris yaitu dimaksudkan untuk mempertahankan
derajat kesehatan tenaga kerja sesudah
berada dalam pekerjaannya, serta menilai
Pokja Pokja Pokja IFRS Pokja kemungkinan adanya pengaruh dari
............ ............ ............ pekerjaan sedini mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha pencegahan,
Pokja IFRS
dan sekurang-kurangnya dilakukan satu
- Ketua tahun sekali.
- Sekretaris Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi:
- Seksi kebakaran pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
- Seksi kewaspadaan
bencana jasmani, foto rontgen paru, laboratorium
- Seksi lainnya rutin dan pemeriksaan lain yang dianggap
sesuai kebutuhan perlu.
Kesimpulan hasil pemeriksaan berkala
Bagan 1 : contoh Bagan Organisasi K3 IFRS digolongkan menjadi :

20 89
kepentingan pengajuan kompensasi, III.4 TAHAPAN PELAKSANAAN K3 IFRS
apabila dikemudian hari terjadi suatu
Untuk terlaksananya K3 IFRS secara optimal maka
penyakit/gangguan kesehatan sebagai
perlu dilakukan tahapan sebagai berikut :
akibat dari pekerjaannya.
Adapun pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja meliputi : III.4.1 Identifikasi, Pengukuran dan Analisis
- Identitas : Nama, umur, jenis kelamin, Identifikasi, pengukuran dan analisis sumber-
alamat, status perkawinan, riwayat sumber yang dapat menimbulkan risiko
pekerjaan terdahulu, serta rencana terhadap kesehatan dan keselamatan kerja,
penempatan/jenis pekerjaan. seperti :
- Anamnesis : ditujukan untuk mendapatkan 1. Kondisi fisik pekerja
informasi sebanyak-banyaknya mengenai
kemungkinan adanya penyakit yang Hendaklah dilakukan pemeriksaan
diderita saat ini, riwayat penyakit terdahulu, kesehatan sebagai berikut terhadap pekerja
riwayat penyakit keluarga serta adanya :
pemaparan faktor risiko lingkungan kerja a. Sebelum dipekerjakan
sebelumnya, dan pada tenaga kerja wanita
harus ditanyakan pula riwayat kehamilan, b. Secara berkala, paling sedikit setahun
persalinan. Dari anamnesa yang lengkap sekali
ini diharapkan dapat diketahui c. Secara khusus, yaitu :
kemungkinan penyakit degenaratif,
penyakit keturunan serta gangguan - sesudah pulih dari penyakit infeksi
kesehatan yang dapat menghambat pada saluran pernafasan (TBC) dan
pelaksanaan pekerjaannya. penyakit menular lain
- Pemeriksaan fisik: yaitu pemeriksaan - terhadap pekerja yang terpapar di
keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan suatu lingkungan dimana terjadi
ketajaman penglihatan, THT, pemeriksaan wabah, dan
jantung, paru, perut dan organ gerak.
- apabila dicurigai terkena penyakit
- Pemeriksaan penunjang: meliputi akibat kerja
pemeriksaan foto rontgen, laboratorium
rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap 2. Sifat dan beban kerja
perlu . Beban kerja adalah beban fisik dan mental
- Jika seorang tenaga kerja 3 bulan yang harus dipikul oleh pekerja dalam
sebelumnya telah menjalani pemeriksaan melakukan pekerjaannya. Sedangkan
kesehatan oleh dokter yang berkompeten, lingkungan kerja yang tidak mendukung
dan tidak ada keragu-raguan, maka tidak merupakan beban tambahan bagi pekerja
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan tersebut.
sebelum bekerja.

88 21
3. Kondisi lingkungan kerja tersebut harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari direktorat/pejabat
Lingkungan kegiatan IFRS dapat
Departemen Tenaga kerja dan
mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2
Transmigrasi.
bentuk yaitu kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. 3. Pedoman pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja tersebut dikembangkan sesuai
a. Kecelakaan kerja di IFRS
dengan kemampuan perusahaan dan
bahaya kecelakaan yang ada di kemajuan ilmu kedokteran dalam bidang
lingkungan IFRS dapat dijabarkan dalam keselamatan kerja.
setiap tempat dan proses antara lain : 4. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan
- terpeleset, tersengat listrik, terjepit kesehatan tenaga kerja maka dalam waktu
pintu selambat-lambatnya 2 (dua) bulan,
- di tangga : terpeleset, tersandung, pengusaha wajib membuat laporan kepada
terjatuh Direktorat Jenderal Binwasnaker
Departemen Tenaga Kerja.
- di gudang : terpeleset, tersandung,
terjatuh, kejatuhan barang
- di ruang pelayanan : terpeleset, IV.6.2 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja :
tersandung, terjatuh, tersengat listrik
Sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri
- di ruang produksi : luka bakar, ledakan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per-
kebakaran 02/MEN/1980, maka pemeriksaan kesehatan
- di ruang penanganan sitostatik tenaga kerja terdiri dari:
- di ruang TPN (Total Parenteral 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja.
Nutrition)
yaitu pemeriksaan kesehatan yang
b. Penyakit akibat kerja di rumah sakit dilakukan oleh dokter pada seorang tenaga
- tertular pasien kerja sebelum diterima untuk melakukan
- alergi obat pekerjaannya.
- keracunan obat Tujuan:
- resistensi obat - Agar tenaga kerja yang akan diterima
berada dalam kondisi kesehatan setinggi-
III.4.2 Pengendalian tingginya, tidak mempunyai penyakit
menular yang akan mengenai tenaga kerja
1. Legislatif kontrol lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang
2. Administratif kontrol akan dilakukan.
3. Medikal kontrol - Sebagai data medis dasar yang dapat
4. Engenering kontrol dipakai sebagai pertimbangan untuk

22 87
pencegahan stres di beberapa RS. III.5 PROSEDUR K3 IFRS
Program yang dilakukan adalah :
1. Edukasi pekerja dan manajemen III.5.1 Kebakaran :
mengenai stres kerja.
III.5.1.1Upaya Pencegahan Kebakaran
2. Perubahan kebijakan dan
1. Dilarang merokok dan membuang
prosedur RS untuk mengurangi
puntung rokok berapi
stres yang bersumber pada
organisasi. 2. Dilarang membiarkan orang lain
main api
3. M e l a k s a n a k a n p r o g r a m
membantu pekerja. 3. Dilarang menyalakan lampu pelita
Perubahan yang terjadi pada satu maupun lilin
RS adalah penurunan kesalahan 4. Dilarang memasak baik dengan
medikasi sebanyak 5%. Hasil dari coockplat listrik maupun kompor gas
22 RS menunjukkan penurunan
5. Dilarang membakar sampah atau
malpraktek sebanyak 70% dan pada
22 RS pembanding yang tidak sisa-sisa bahan pengemas lainnya
menerapkan program tersebut tidak 6. Dilarang lengah menyimpan bahan
terjadi penurunan malpraktek. mudah terbakar : elpiji, bensin,
aceton dll.

IV.6 PROSEDUR PEMERIKSAAN TENAGA KERJA DAN 7. Dilarang membiarkan orang yang
KESEHATAN KERJA tidak berkepentingan berada
ditempat yang peka terhadap bahaya
kebakaran
IV.6.1 Prosedur Pemeriksaan Tenaga Kerja :
Prosedur pemeriksaan tenaga kerja telah III.5.1.2 Penanggulangan bila terjadi kebakaran
diatur sebagai berikut :
1. Jangan panik
1. Semua perusahaan sebagaimana 2. Jangan berteriak .......” Kebakaran”
disebutkan dalam Undang-Undang no.1
tahun 1970 harus melakukan pemeriksaan 3. Matikan listrik, amankan semua gas
kesehatan bagi tenaga kerja dan wajib G Bila terjadi kebakaran kecil,
membuat perencanaan untuk pemeriksaan panel listrik yang menuju
kesehatan sebelum bekerja, berkala dan kelokasi kebakaran dimatikan
khusus. G Bila terjadi kebakaran besar,
2. Pengurus/pengusaha dan dokter wajib aliran listrik diseluruh gedung
menyusun pedoman pemeriksaan dimatikan
kesehatan tenaga kerja dan pedoman 4. Selamatkan dahulu jiwa manusia

86 23
5. Dapatkan APAR (alat pemadam IV.5.4.1 Terapi organisasi/Pencegahan
api ringan), buka segel & padamkan stres
api
Hal ini adalah cara langsung untuk
6. Jauhkan barang-barang yang mengurangi stres di tempat kerja.
mudah terbakar dari api Pendekatan yang dilakukan adalah :
7. Tutup pintu gudang tahan api
• Mengidentifikasi penyebab stres
8. Kosongkan koridor & jalan (stressor)
penghubung dan atur agar jalan-
jalan menuju pintu bebas hambatan • Mengembangkan strategi untuk
9. Bukalah pintu darurat menurunkan atau menghilangkan
10. Bila mungkin selamatkan dokumen- penyebab stres tersebut.
dokumen penting Metode ini sering tidak disukai
11. Siapkan evakuasi obat bius, injeksi, pimpinan karena dapat
obat–obat resusitasi & cairan mempengaruhi rutinitas jadwal
intravena kerja atau bahkan dapat
12. Catat nama staf yang bertugas mengubah struktur organisasi.
13. Hubungi posko IV.5.4.2 Terapi individu/Pengelolaan stres
14. Siapkan kebutuhan obat dan alat Pendekatan ini adalah pendekatan
kesehatan untuk kebutuhan darurat yang berfokus pada individu dan
cara untuk mengatasi sesuai dengan
III.5.1.3 Mencegah meluasnya kebakaran kebutuhan melalui penyusunan
program pengelolaan stres. Pekerja
1. Semua pekerja menyiapkan alat
belajar dari program tersebut
pemadam api dan peralatan lainnya
mengenai sifat, sumber stres, efek
sesuai kebutuhan
pada kesehatan dan kemampuan/
2. L a k u k a n t i n d a k a n d e n g a n ketrampilan untuk mengurangi stres.
menggunakan alat pemadam
kebakaran bila dianggap api Cara ini mudah untuk diterapkan
merembet bangunan di unit kerjanya tetapi ada kelemahannya yaitu
3. Sekali lagi cek kesiapan alat hanya berkonsentrasi pada individu
pemadam kebakaran sehingga sering akar masalah
penyebab stres terabaikan.
Jenis alat kebakaran yang digunakan Sehingga stres akan muncul lagi.
a. Air : Hydrant
Kombinasi dari kedua pendekatan
b. Busa (foam) ini akan lebih efektif untuk mencegah
c. Serbuk kimia kering terjadinya stres ditempat kerja.
d. Gas CO2 Beberapa penelitian di Amerika
e. Cairan kimia (Halon) dilakukan untuk mengetahui efek

24 85
• Merasa lelah, tertekan dan III.5.2 Bahan-Bahan Berbahaya
terganggu.
• Sulit/gangguan tidur
III.5.2.1 Upaya pencegahan kecelakaan oleh
• Histeri dan gangguan psikiatri bahan berbahaya adalah dengan
cara :
• Bunuh diri
a. Memasang LABEL
IV.5.3.2 Masalah fisik yang mungkin
muncul akibat stres b. Memasang TANDA BAHAYA
memakai LAMBANG/ Peringatan
· Penyakit kardiovaskuler seperti
peningkatan tekanan darah c. Melaksanakan KEBERSIHAN
• Gangguan saluran cerna seperti d. Melaksanakan PROSEDUR TETAP
dispepsia, ulkus peptikus.
e. Ventilasi Umum dan setempat harus
• Gangguan neuro-musculoskeletal baik
seperti sakit punggung/ pinggang,
f. Kontak dengan Bahan Korosif harus
sakit kepala.
ditiadakan/ dicegah/ ditekan sekecil
• Kanker mungkin
IV.5.3.3 Pengaruh stres pada organisasi/ g. Menggunakan alat proteksi diri lab
rumah sakit jas, pakaian kerja, pelindung kaki,
tangan dan lengan (sarung tangan)
• Sering tidak masuk
serta masker
• Komitmen bekerja menurun
h. Seluruh tenaga kerja harus
• Produktivitas menurun memperoleh penjelasan yang cukup
• Peningkatan terjadinya i. Untuk pertolongan pertama, air untuk
kecelakaan kerja mandi, cuci dan air untuk
• Peningkatan ketidakpuasan membersihkan mata perlu
pelanggan disediakan.

• Merusak citra j. Penggunaan larutan penetral


sebaiknya tidak dilakukan.

IV.5.4 Pencegahan dan Pengelolaan Stres


Adanya masalah stres di tempat kerja III.5.2.2 Penanggulangan kecelakaan oleh
merupakan tantangan organisasi untuk bahan berbahaya
menyehatkan organisasi dan pekerjanya. Ada a. Melaksanakan upaya preventif yaitu
dua hal yang dapat dilakukan oleh organisasi mengurangi volume atau bahan
yaitu : berbahaya yang dikeluarkan ke

84 25
lingkungan atau “Minimasi Bahan Tujuan dan struktur organisasi yang
Berbahaya“. tidak jelas.
G Mengubah cara pembelian dan IV.5.2.9 Lingkungan kerja
pengendalian bahan berbahaya
Tidak nyaman, berbahaya, bising,
G Mengganti bahan berbahaya polusi.
dengan bahan yang kurang
bahayanya IV.5.2.10 Lain-lain
G Mengurangi volume bahan Konflik antara beban tugas di tempat
berbahaya dari sumbernya kerja dan di rumah.
b. Mengurangi volume, konsentrasi Tidak adanya dukungan di tempat
toksisitas dan tingkat bahaya dari kerja bila ada masalah di rumah atau
bahan berbahaya melalui proses sebaliknya.
kimia, fisika dan atau hayati dengan IV.5.3 Akibat Dari Stres
cara menetralkan dengan bahan
penetral, mengencerkan volume Pengaruh stress pada setiap orang berbeda.
dengan air atau udara atau zat netral Perubahan yang timbul akibat stres dapat
lain, membiarkan bahan berbahaya berupa perubahan perilaku dan
dalam tempat tertentu agar tereduksi mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.
secara alami oleh sinar matahari Stres yang berkepanjangan dapat
maupun zat organik yang ada menyebabkan masalah psikologis yang
mengarah ke psikiatri penyalahgunaan obat,
c. Melaksanakan pembersihan bahan minum alkohol dan kemudian tidak datang
berbahaya yang menyebabkan untuk bekerja. Stres juga dapat menurunkan
kontaminasi ruangan dengan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
mengamankan petugas kebersihan infeksi.
terlebih dahulu
IV.5.3.1 Masalah psikologis yang mungkin
G Petugas menggunakan masker muncul akibat stres.
G Petugas menggunakan sarung • Lebih mudah tersinggung atau
tangan karet dan sepatu karet sedih
G Menyiapkan air atau zat penetral
• Makan berlebihan
lain dalam rangka menetralkan
bahan berbahaya tersebut • Tidak dapat berkonsentrasi atau
G Melaksanakan penetralan bahan santai
berbahaya tersebut. • Sulit berfikir secara logis dan sulit
G Mengemas bahan berbahaya sisa mengambil keputusan
agar aman dan tidak menjadi • Sulit menikmati pekerjaan dan
sumber kontaminasi susulan tidak patuh

26 83
Tidak adanya kontrol dalam sistem d. Melaporkan terjadinya kontaminasi
kerja misalnya jam kerja, jam lembur. kepada Kepala Instalasi Farmasi
IV.5.2.5 Pengembangan karir, status dan
pembayaran
III.5.2.3 Pertolongan pertama pada kecelakaan
Posisi kerja yang tidak didukung atau
tidak aman. a. Singkirkan racun dari sentuhan
dengan korban
Tidak adanya prospek promosi.
b. Jika korban pingsan atau hampir
Promosi yang kurang atau
pingsan, baringkan korban dengan
berlebihan.
posisi telungkup, kepala dimiringkan,
Nilai sosial kerja rendah. dan mulut ditarik ke depan
Sistem penggajian yang tidak c. Hangatkan korban dalam posisi
memuaskan. terbaring
Sistem evaluasi yang tidak adil. d. Jika korban menunjukkan tanda-
Tugas tidak sesuai dengan tanda kesukaran nafas, lakukan
kemampuan, terlalu tinggi atau pertolongan pertama dengan nafas
terlalu rendah. buatan .
IV.5.2.6 Peran di organisasi e. Jangan diberi alkohol, kecuali atas
Peran tidak jelas. saran dokter. Alkohol dapat
meningkatkan penyerapan beberapa
Peran yang menimbulkan masalah. racun.
Terlalu besar tanggung jawab. Pertolongan pertama pada kecelakaan
Terus menerus menyelesaikan dapat dibedakan atas :
masalah.
1. Pertolongan pertama bila korban
IV.5.2.7 Hubungan antar individu tertelan racun
Hubungan antar sesama, antar a. Segera berikan 2 hingga 4 gelas
posisi tidak baik. air. Jika air tidak tersedia dapat
Tidak ada dukungan. diberikan susu atau putih telur
Terisolasi atau pekerjaan yang Perhatian : Tidak boleh
terisolasi. memberikan sesuatu melalui
Pelecehan termasuk pelecehan mulut jika korban pingsan
seks, dijahati, ditekan. b. L a k u k a n s e g e r a t i n d a k a n
IV.5.2.8 Kultur organisasi pemuntahan dengan cara :
Kepemimpinan dan komunikasi yang G Memasukkan telunjuk jari
buruk. korban ke dalam mulut bagian

82 27
belakang, gosokkan ke kiri dan yang menimbulkan akibat jangka panjang.
ke kanan atau Definisi lain stres yang berkaitan dengan kerja
G Memberikan air garam dapur adalah respons yang timbul pada seseorang
hangat kuku sebanyak- akibat tidak seimbangnya beban kerja atau
banyaknya (1 st garam dapur tekanan dengan pengetahuan dan
+ 1 gelas air hangat) atau kemampuan.

G Memberikan 1 st soda roti + 1 Tekanan pada tempat kerja adalah sesuatu


gelas air hangat atau yang tidak dapat dihindari karena kebutuhan
di tempat kerja. Walaupun sebenarnya
G 1/2st serbuk mustar + 1 gelas tekanan kerja dapat memberi motivasi untuk
air hangat atau 1/4 st serbuk belajar atau bekerja lebih giat, tetapi hal ini
tawas + 1 gelas air hangat sangat bergantung pada individu. Bila tekanan
c. Lakukan tindakan pemuntahan tersebut berlebihan atau tidak dapat dikelola
berulang-ulang hingga cairan maka dapat menimbulkan stress.
muntah itu jernih
d. Jika identifikasi racun tidak dapat IV.5.2 Penyebab Stres di Tempat Kerja.
dilakukan, berikan 15 gr atau 1 IV.5.2.1 Bentuk tugas
sendok makan norit + 1/2 gelas
air hangat Monoton, tugas yang tidak berarti,
tidak ada variasi, tugas yang tidak
e. Sedapat mungkin dilakukan menyenangkan, tugas yang tidak
pengambilan sampel muntah. disukai.
IV.5.2.2 Beban dan kecepatan kerja
2. Pertolongan pertama bila korban Terlalu banyak atau terlalu sedikit
terhirup gas beracun dan bekerja dibawah tekanan waktu.
a. Penolong harus menggunakan IV.5.2.3 Jam kerja
masker yang tepat, jika tidak ada
masker yang tepat, penolong Jadual kerja yang ketat dan tidak
harus dapat menahan nafas fleksibel.
selama masa penyelamatan. Jam kerja yang panjang
b. Usahakan untuk dapat mengiden- Jam kerja yang tidak dapat
tifikasi gas racun yang dicurigai diprediksi.
c. Korban harus segera dibawa ke Rancangan sistem shift yang buruk.
tempat udara segar. Jika tempat IV.5.2.4 Kontrol dan partisipasi
itu ruangan berjendela, buka
semua jendela yang ada. Tidak berpartisipasi dalam
Longgarkan semua pakaian yang penentuan kebijakan.

28 81
• ukuran dari peralatan dan tempat kerja ketat pada tubuh korban
• suhu di tempat kerja d. Jika korban susah bernafas, beri
nafas buatan terus menerus
Cara yang paling efektif untuk mencatat hasil
hingga dianggap cukup.
evaluasi adalah dengan menggunakan cek-
list ergonomi. e. Jaga korban tetap hangat,
hindarkan korban menggigil, jika
c. Gejala pada pekerja (survei/wawancara)
perlu korban diselimuti rapat-rapat
Pada saat mengadakan evaluasi, tanyakanlah :
f. Jagalah agar korban setenang
• Apakah mereka mengalami rasa sakit atau
mungkin.
rasa tak nyaman ketika melakukan pekerjaan
• Aktivitas apa yang mendatangkan rasa sakit g. Tidak boleh memberikan alkohol
dalam bentuk apapun
Hubungan antara rasa sakit atau rasa tidak
nyaman dengan suatu aktivitas dapat membantu
menemukan tugas, tempat kerja, atau peralatan III.5.3 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Dan
yang mungkin mengakibatkan cedera yang Bahan-Bahan Berbahaya
berhubungan dengan ergonomi. Pengumpulan
informasi bisa melalui wawancara pribadi atau III.5.3.1 Prosedur Perencanaan
daftar pertanyaan tertulis bagi pekerja atau Sesuai Standard Operating Procedure
survei. (SOP) Perencanaan di Instalasi
Farmasi
IV.5 BAHAYA PSIKOSOSIAL DAN STRES III.5.3.2 Prosedur Pengadaan Bahan Berbahaya
a. Barang harus bersumber dari
IV.5.1 Pendahuluan dan Konsep Dasar
distributor utama/resmi
Pekerja yang bekerja di rumah sakit seperti
b. Mempunyai sertifikat analisa dari
pekerja juga ditempat lain dapat dipengaruhi
pabrik
oleh faktor-faktor psikososial yang dapat
mempengaruhi kesehatan, baik pengaruh c. Melampirkan MSDS (Material
positif maupun pengaruh negatif. Faktor-faktor Safety Data Sheet)
psikososial adalah faktor psikologi individu III.5.3.3 Prosedur Penerimaan Bahan Berbahaya
misalnya faktor personalitas dan perilaku,
sedangkan faktor sosial dalam kelompok a. Memeriksa wadah dan pengemas.
misalnya pola interaksi dalam kelompok/dalam Kemasan yang diterima harus dalam
keluarga. Pengaruh negatif dari bahaya bentuk asli dan dalam keadaan utuh
psikososial ini adalah memacu terjadinya serta mencantumkan :
stres.
G nama sediaan atau nama
Stres dapat didefinisikan sebagai reaksi yang barang
disebabkan oleh stresor (penyebab stres)

80 29
G isi/bobot netto dalam menghilangkan risiko ergonomi.
G komposisi isinya dalam nama Pengendalian teknik yang bisa dilakukan adalah
kimia memodifikasi, mendesain kembali tata ruang
atau mengganti tempat kerja, bahan/objek/desain
G nomor registrasi
tempat penyimpan dan pengoperasian peralatan
G petunjuk cara penggunaan di instalasi farmasi.
G petunjuk cara penanganan
b. Pengendalian administratif yang berhubungan
untuk mencegah bahaya
dengan bagaimana pekerjaan disusun, seperti
G tanda peringatan lainnya : jadwal kerja, penggiliran kerja dan waktu
G nama dan alamat pabrik yang istirahat, program pelatihan dan serta program
memproduksi perawatan dan perbaikan.
G cara pertolongan pertama c. Pengendalian cara kerja yang berfokus pada
akibat bahan berbahaya cara pekerjaan dilakukan, yakni : menggunakan
b. Memperhatikan label berupa mekanik tubuh yang baik dan menjaga tubuh
simbol, gambar dan atau tulisan untuk berada pada posisi netral.
berupa kalimat peringatan bahaya 5. Mengevaluasi pekerjaan
misalnya : “bahan peledak”, “bahan
racun”, “bahan korosif”, “bahan Untuk mengevaluasi pekerjaan, pisahkan bagian-
berbahaya”, “bahan iritasi”, “bahan bagian pekerjaan menjadi bagian yang sekecil
mudah terbakar”, dll. mungkin, sehingga evaluasi bisa spesifik dan detil.
Evaluasi tersebut harus mencakup tiga bagian :
a. Gambaran pekerjaan
III.5.3.4 Prosedur Penyimpanan Bahan Berbahaya
Kumpulkan informasi untuk menggambarkan
Menyimpan bahan berbahaya sesuai tiap tugas, pekerjaan, tempat kerja, dan peralatan
dengan keterangan pada pengemas, yang dievaluasi.
misalnya :
b. Pengamatan dan pengukuran (membuat cek-
G Harus terpisah dari bahan list)
makanan, bahan pakaian dan
bahan lainnya Evaluator harus memperhatikan :
G Tidak menimbulkan interaksi antar • bagaimana pekerja bergerak
bahan berbahaya satu dengan • posisi ketika bekerja
yang lain
• berapa lama seseorang melakukan suatu
G Bahan yang mudah menguap harus aktivitas
disimpan dalam wadah tertutup
rapat • berat dari benda-benda yang dipegang atau
dipindahkan
G Bahan yang mudah menyerap uap

30 79
Pemeriksaan kesehatan ini berlaku bagi semua air harus disimpan dalam wadah
pekerja di instalasi farmasi, dilakukan setidak- tertutup rapat yang berisi zat
tidaknya sekali setahun, bahkan dibeberapa penyerap lembab
bagian seyogyanya dilakukan setiap 6 bulan.
G Bahan yang mudah menyerap CO2
b. Upaya yang dilakukan sehubungan dengan harus disimpan dengan pertolongan
kapasitas dan beban kerja : kapur tohor
• Pengaturan kerja bergilir (shift work) G Bahan yang harus terlindung dari
• Penempatan petugas pada jabatannya (fit to cahaya disimpan dalam wadah
job) yang buram atau kaca dari kaca
• Pendidikan dan pelatihan petugas Instalasi hitam, merah, hijau, atau coklat tua
Farmasi tentang cara kerja yang ergonomik. G Bahan yang mudah mengoksidasi
c. Pelaksanaan upaya penanggulangan bahaya harus disimpan di tempat yang
potensial, misalnya dengan memberikan sejuk dan mendapat pertukaran
penyuluhan yang berhubungan dengan udara yang baik
permasalahan ergonomik di tempat kerja, G Bahan yang mudah terbakar harus
sehingga meningkatkan kesadaran para pekerja, disimpan di tempat terpisah dari
meningkatkan penggunaan alat pelindung, dll. tempat penyimpanan perbekalan
d. Pelaksanaan CPKB (Cara Pelaksanaan Kerja farmasi lain, mudah dilokalisir bila
yang Baik). terjadi kebakaran, tahan gempa
dan dilengkapi dengan Pemadam
Diharapkan setiap bagian sudah mempunyai Api
Standar Prosedur Tetap (SOP) dan tergantung
di dinding, sehingga setiap pekerja dapat G Bahan beracun harus disimpan
membaca dan mentaatinya. ditempat yang sejuk, mendapat
pertukaran udara yang baik, tidak
4. Pengendalian ergonomik kena sinar matahari langsung dan
Pengendalian ergonomik dipakai untuk jauh dari sumber panas
menyesuaikan tempat kerja dengan pekerja. G Bahan korosif harus disimpan
Pengendalian ergonomik berusaha mengatur agar ditempat yang dilengkapi dengan
tubuh pekerja berada di posisi yang baik dan sumber air untuk mandi dan
mengurangi risiko kerja. Pengendalian ini harus mencuci
dapat mengakomodasi segala macam pekerja.
Pengendalian ergonomik dikelompokkan dalam G Bahan yang mudah meledak
tiga kategori utama, yang disusun sesuai dengan dijauhkan dari bangunan yang
metoda yang lebih baik dalam mencegah dan menyimpan oli, gemuk, api yang
mengendalikan risiko ergonomik. menyala
a. Pengendalian teknik adalah metoda yang lebih
diutamakan karena lebih permanen dan efektif

78 31
BAB IV daya yang dimiliki, sumber dana yang tersedia
dan bahaya potensial ergonomik apa yang
PENGENDALIAN K3 IFRS
frekeuensinya sungguh mengancam para pekerja
di instalasi farmasi RS.
Penyakit akibat kerja di rumah sakit umumnya berkaitan b. Identifikasi masalah ergonomik di instalasi
dengan faktor biologi (kuman patogen yang umumnya berasal farmasi RS beserta bahaya yang mungkin terjadi.
dari pasien), faktor kimia (antiseptik pada kulit, gas anestesi),
Identifikasi masalah ergonomik dapat dilakukan
faktor ergonomik (cara duduk yang salah, cara mengangkat
dengan mengadakan inspeksi tempat kerja dan
pasien salah), faktor fisik dalam dosis kecil dan terus menerus
mengadakan survei ergonomik (ergonomic
(panas pada kulit, radiasi pada sistem hazard assessment) di tempat kerja. Dari
reproduksi/pemproduksi darah), faktor psikososial kegiatan ini diharapkan dapat menemukan
(ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat permasalahan ergonomik secara menyeluruh.
darurat, bangsal penyakit jiwa)
c. Alternatif rencana upaya penanggulangannya.
Dari masalah-masalah yang ditemukan dicari
IV. 1 BAHAYA BIOLOGI alternatif upaya penanggulangannya,
Bahaya Biologi adalah penyakit atau gangguan berdasarkan dana dan daya yang tersedia.
kesehatan yang diakibatkan oleh mikroorganisme Hasil yang ingin diharapkan dari kegiatan
hidup seperti bakteri, virus, riketsia, parasit dan jamur. perencanaan adalah adanya peta/denah lokasi
Sedangkan infeksi nosokomial adalah suatu keadaan bahaya potensial ergonomik dan rumusan
infeksi yang diperoleh dari dalam lingkungan rumah alternatif rencana upaya penanggulangannya.
sakit, dapat merupakan suatu infeksi endogen yang Adanya denah/peta lokasi bahaya potensial
berasal dari penderita sendiri atau suatu infeksi ergonomik akan memberikan gambaran
eksogen yang berasal dari luar penderita. kepedulian akan risiko ergonomik yang timbul
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kefarmasian terhadap pekerjanya.
di rumah sakit didasarkan atas tuntutan pasien dan
masyarakat akan mutu pelayanan kefarmasian, maka 2. Pengorganisasian kegiatan
IFRS diharuskan mengadakan perubahan pelayanan
dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma Dimaksudkan untuk lebih terarahnya penanganan
baru (patient oriented) dengan filosofi pharmaceutical risiko ergonomik yang dilakukan di instalasi farmasi.
care (pelayanan kefarmasian). Hal ini tentunya sangat Pengorganisasian kegiatan bisa dilakukan melalui
menguntungkan pasien dan masyarakat, namun dari pembentukan kelompok kerja ergonomi instalasi
segi negatifnya petugas farmasi juga akan rentan farmasi yang merupakan perpanjangan tugas dan
tertular penyakit pasien karena petugas farmasi akan tanggung jawab kelompok kerja ergonomi rumah
berhubungan langsung dengan pasien atau masyarakat sakit.
terutama pada saat memberikan konseling kepada 3. P e n g g e r a k k a n pelaksanaan kegiatan
pasien maupun pada saat visite ke ruangan. Oleh
karena itu agar petugas farmasi tidak mudah tertular a. Pemeriksaan kesehatan awal dan pemeriksaan
kesehatan berkala

32 77
dalam rangka pendistribusian, bahaya potensial penyakit perlu memperhatikan upaya pencegahan
ergonomik yang terjadi adalah cidera punggung infeksi terutama di rumah sakit.
dan leher, gangguan otot rangka seperti pengapuran
Upaya pencegahan infeksi di rumah sakit terdiri dari
dan peradangan. Pekerjaan yang dilakukan dengan
penerapan 2 tingkat kewaspadaan, yaitu kewaspadaan
posisi duduk terus-menerus tanpa disertai istirahat
universal dan kewaspadaan khusus.
yang cukup, misalnya petugas administrasi dll.
Bahaya potensial ergonomik yang muncul yakni; Kewaspadaan Universal :
melembeknya otot-otot perut dan melengkungnya Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal
tulang. pelayanan kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi
3. Permasalahan ergonomik lainnya adalah yang individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
berhubungan dengan lingkungan kerja seperti peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi
display unit, yaitu penataan ruang kerja termasuk 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
pencahayaan dan warna nya yang apabila tidak 1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
ergonomik akan menimbulkan masalah dan
kecelakaan kerja. 2. Pemakaian alat pelindung diantaranya
pemakaian sarung tangan guna mencegah
4. Permasalahan yang tidak kalah pentingnya adalah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang
masalah manajemen waktu dan hubungan antar lain,
manusia dilingkungan pekerjaannya. 3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum suntik dan alat tajam untuk
Pengaturan Risiko Ergonomik mencegah perlukaan
Secara umum pengaturan ergonomik di instalasi 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
farmasi rumah sakit bertujuan untuk tercapainya
kemampuan hidup sehat para pekerja yang bekerja
di instalasi farmasi. Selain itu agar tersusunnya rencana Kewaspadaan khusus terdiri dari tiga jenis
kegiatan, terlaksananya dan terpantau serta kewaspadaan yaitu :
terevaluasinya kegiatan yang berhubungan dengan
risiko ergonomik di instalasi farmasi rumah sakit. 1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara
(airborne)
Dalam pengaturan untuk mengurangi dan
meminimalisir risiko ergonomik maka perlu beberapa 2. Kewaspadaan terhadap penularan melalui
tahapan sesuai dengan tujuan yang diinginkan percikan (droplet)
semula : 3. Kewaspadaan terhadap penularan melalui
1. Perencanaan kontak.

a. Analisa situasi yang berpotensi menimbulkan 1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara
risiko ergonomik di instalasi farmasi RS. (airborne)
Analisa situasi merupakan langkah pertama Yaitu digunakan untuk menurunkan penularan
yang harus dilakukan dengan melihat sumber penyakit melalui udara baik yang berupa bintik

76 33
percikan di udara (ukuran 5 µm atau lebih kecil) permasalahan ergonomik di instalasi-instalasi rumah
atau partikel kecil yang berisi agen infeksi pada sakit lainnya. Masalah yang berkaitan dengan postur,
pasien yang diketahui atau diduga menderita kekuatan dan frekuensi (posture, force, and frequency)
penyakit serius dengan penularan melalui percikan adalah permasalahan ergonomik yang mendasar yang
halus di udara. terjadi di tempat kerja manapun. Begitu juga
permasalahan ergonomik yang ada di instalasi farmasi
Penyakit yang dapat ditularkan melalui udara antara
rumah sakit.
lain :
- Campak Permasalahan ergonomik di instalasi farmasi rumah
sakit bisa diidentifikasi berdasarkan :
- Varisela
- Tuberkulosis. 1. Rutinitas dari pekerjaan yang dilakukan di instalasi
tersebut, misalnya dalam pekerjaan penyimpanan,
2. Kewaspadaan terhadap penularan melalui risiko ergonomik biasanya postur yang kaku, berarti
percikan (droplet) menekuk atau memutar bagian tubuh, beban statis
Kewaspadaan ini ditujukan untuk mencegah yang berarti bertahan lama pada satu postur
terjadinya penularan penyakit dari pasien yang sehingga menyebabkan kontraksi otot. Risiko
diketahui atau diduga menderita penyakit serius ergonomik lainnya antara lain tekanan, artinya tubuh
dengan penularan percikan partikel besar (diameter tertekan pada suatu permukaan atau tepian saat
> 5 µm) dari orang yang terinfeksi mengenai lapisan bekerja.
mukosa hidung, mulut atau konjungtiva mata orang Dalam pekerjaan sediaan farmasi (Produk jadi dan
yang rentan. pembuatan), risiko ergonomik yang muncul
Percikan dapat terjadi pada waktu seseorang diantaranya; gerakan pengulangan yang banyak
berbicara, batuk, bersin ataupun pada waktu dan sering dalam hal penyediaan farmasi atau obat-
pemeriksaan jalan nafas seperti intubasi atau obatan, artinya menjalankan gerakan yang sama
bronkhoskopi. secara berulang-ulang, lalu organisasi kerja yang
buruk, maksudnya termasuk bekerja dengan irama
Transmisi melalui percikan besar berbeda dengan mesin, istirahat yang tidak cukup, kerja yang
transmisi penularan melalui udara karena pada monoton, beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan
transmisi percikan memerlukan kontak yang dekat dalam satu waktu.
antara sumber dengan penerima, karena percikan
besar tidak dapat bertahan lama di udara dan hanya Dalam pekerjaan pendistribusian alat kesehatan
dapat berpindah dari dan ke tempat yang dekat. sekali pakai dan penggunaan, risiko ergonomiknya
biasanya adalah beban berat, maksudnya beban
Beberapa penyakit yang ditularkan melalui droplet fisik yang berlebihan selama kerja misalnya menarik,
diantaranya : mendorong dll. Semakin banyak daya yang harus
1. Haemophyllus Influenza invasive type B, dikeluarkan, semakin berat beban bagi tubuh.
termasuk meningitis, pneumonia dan sepsis. 2. Permasalahan ergonomik yang umum terjadi di
2. Neisseria Meningitis invasive, termasuk rumah sakit, seperti dalam hal mengangkut beban
meningitis, pneumonia dan sepsis. atau peralatan kefarmasian yang tidak ergonomik

34 75
ada juga risiko bahaya ergonomik, yang merupakan 3. Staphylococcus Pneumonia invasive multidrug
hasil dari ketidak sesuaian antara pekerja dengan resisten, termasuk meningitis pneumonia,
cara kerja dan lingkungan kerjanya. Saat ini bahaya sinusitis, dan otitis media.
dan permasalahan ergonomik tidak hanya dirasakan
4. Bakteri infeksi saluran nafas lain dengan
oleh para pekerja di industri/perusahaan saja, akan
transmisi droplet :
tetapi permasalahan ergonomik sesungguhnya ada
dimana – mana termasuk di instalasi farmasi rumah a. Diptheria (faringeal)
sakit secara umum. Para pekerja di instalasi farmasi b. Mycoplasma pneumonia
rumah sakit antara lain apoteker, asisten apoteker, c. Pertusis
dan tenaga administrasi dimana pekerja tersebut juga
d. Pneumonia plague
berisiko terhadap bahaya ergonomik.
e. Streptococcal pharingitis, fever pada bayi dan
anak, pneumonia, atau scarlet
Biasanya pekerjaan rutinitas kefarmasian yang
dilaksanakan oleh para pekerja di Instalasi Farmasi 5. Infeksi virus serius dengan transmisi percikan,
Rumah Sakit, diantaranya berhubungan dengan : termasuk :
1. Penyimpanan obat, vaksin, anti koagulan, reagensia dll a. Adenovirus
b. Influenza
2. Sediaan Farmasi (produk jadi dan pembuatan)
c. Mumps
3. Distribusi dan penggunaan d. Parvovirus B 19
Dari pekerjaan rutin tersebut, sedikit banyaknya akan e. Rubella
membawa risiko ergonomik di tempat kerja. Oleh
sebab itu perlu pengidentifikasian terhadap 3. Kewaspadaan terhadap penularan melalui
permasalahan ergonomik di instalasi farmasi rumah kontak
sakit khususnya dan secara umum upaya kesehatan Digunakan untuk mencegah penularan penyakit
kerja yang menyeluruh di lingkungan rumah sakit dari pasien yang diketahui atau diduga menderita
termasuk di unit instalasi farmasi, sangat diperlukan. penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung
Upaya kesehatan kerja yang menyeluruh yang (misalnya kontak tangan atau kulit ke kulit) yang
dimaksudkan akan berkaitan dengan pekerja, terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak
cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan langsung (persinggungan) dengan benda di
lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, lingkungan pasien.
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Sedangkan
konsep dasar dari Upaya Kesehatan Kerja ini adalah Contoh penyakit yang ditularkan melalui kontak
: identifikasi permasalahan, evaluasi dan dilanjutkan adalah :
dengan tindakan pengendalian. 1. Infeksi gastrointestinal, respirasi, kulit luka atau
kolonisasi bakteri yang multidrug resisten sesuai
Permasalahan Ergonomik pedoman program pemberantasan.
Secara umum permasalahan ergonomik di instalasi 2. Infeksi interik dengan dosis infeksi rendah atau
farmasi rumah sakit hampir sama dengan berkepanjangan termasuk :

74 35
a. Clostridium difficile • Catat jenis obat yang tertumpah
b. Enterohemorrhagic E. Coli, Shigella, hepatitis • Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
A, atau rotavirus pada pasien inkontenensia.
• Laporkan ke supervisor
3. RSV, virus para influenza, atau infeksi enteroviral
pada bayi dan anak-anak. • Lengkapi format kecelakaan
4. Infeksi kulit yang sangat menular atau yang
biasa timbul pada kulit kering, termasuk : Transportasi dan Pembuangan Limbah
a. Difteri (kulit) 1 Petugas membawa dengan troli khusus
b. H e r p e s s i m p l e k s ( n e o n a t u s a t a u untuk obat sitostatik
mukoneonatus) 1 Pembuangan limbah sitostatik harus dalam
c. Impetigo wadah terpisah, untuk limbah tajam
d. Abses besar, selulitis atau dekubitus masukkan dalam container khusus yang
tidak tembus benda tajam
e. Pedikulosis
f. Skabies 1 Semua limbah kemoterapi harus dibakar
dalam incenerator
g. Stapilococcal furunculosis pada bayi dan
anak-anak
h. Stapilococcal scalded skin syndrome IV.4 BAHAYA ERGONOMI
i. Zoster (diseminata atau immunocompromised Instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu
host) instalasi yang berada di rumah sakit. Seperti halnya
5. Viral hemorrhagic conjungtivitis instalasi-instalasi yang lainnya di rumah sakit, tentu
ada risiko dari pajanan bahaya di lingkungan tempat
6. Viral hemorrhagic fever (demam lessa atau virus
kerja dimana seharusnya ada kewaspadaan dari
Marburg)
masing-masing pihak yang terlibat di instalasi tersebut.
Kewaspadaan ini bisa berupa pengaturan atau
manajemen yang baik terhadap risiko yang timbul di
Ketentuan Umum Pencegahan :
lingkungan tempat kerja di instalasi farmasi di rumah
1) Tempatkan pasien pada tempat yang terpisah sakit. Dengan kata lain, faktor-faktor penyebab risiko
atau bersama pasien lain dengan infeksi aktif bahaya kerja ditempat tersebut, harus dikendalikan
organisme yang sama dan tanpa infeksi lain. melalui upaya pencegahan dan penanggulangan yang
2) Melaksanakan kewaspadaan universal. benar sehingga kasus-kasus kejadian penyakit dan
kecelakaan akibat kerja dapat dihindari, direduksi dan
3) P e r a w a t a n l i n g k u n g a n y a i t u d e n g a n atau diminimalkan.
membersihkan setiap hari peralatan dan
permukaan lain yang sering tersentuh oleh
pasien. Risiko bahaya kerja yang dimaksud, selain faktor fisik,
biologik, kimia dan psikososial di instalasi farmasi,

36 73
• Catat jenis obat dan kemungkinan 4) Peralatan perawatan pasien gunakan terpisah
disiapkan antidot khusus satu sama lain, jika terpaksa harus digunakan
satu sama lain secara bersama maka peralatan
• Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
tersebut harus selalu dibersihkan dan didesinfeksi
• Laporkan ke supervisor sebelum digunakan pada yang lain.
• Lengkapi format kecelakaan
B. Kulit Tertusuk Jarum Berisi Obat Kanker Tindakan yang harus dilakukan :
• Jangan segera mengangkat jarum, tarik 1) Tempatkan pasien pada ruang tersendiri atau
kembali plungger untuk menghisap bersama pasien lain dengan ruang kerja lainnya.
obat-obat yang mungkin telah terinjeksi.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
• Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, pada air yang mengalir atau alcuta.
kemudian buang.
3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti
• Tanggalkan sarung tangan masker, gaun pelindung dan sarung tangan.
• Bilas area dengan air hangat 4) Melakukan tindakan desinfeksi, dekontaminasi
• Cuci dengan air sabun, bilas dengan dan sterilisasi, terhadap berbagai peralatan yang
air hangat digunakan, meja kerja, lantai dan lain-lain
terutama yang sering tersentuh oleh pasien.
• Catat jenis obat dan perkiraan berapa
banyak yang terinjeksi 5) Melaksanakan penanganan dan pengolahan
limbah dengan cara yang benar, khususnya
• Tanggalkan semua pakaian pelindung limbah infeksi.
• Laporkan ke supervisor 6) Memberikan pengobatan yang adekuat pada
• Lengkapi format kecelakaan penderita.

• Suntikkan antidot yang spesifik


• Segera konsultasikan ke dokter IV.1.1 Tuberkulosis Paru :
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Asam (BTA).
C. Tumpahan Obat Sitostatika pada Mata Penularan penyakit ini dapat melalui droplet-
• Minta pertolongan (Call For Help) droplet yang dibawa oleh udara tuberkulosis
yang berbentuk batang (basil) dan disebut
• Tanggalkan sarung tangan pula Basil Tahan Asam dari seseorang yang
• Segera rendam dan bilas mata terbuka terinfeksi dengan tuberkulosis. Kecurigaan
dengan air hangat selama 5 menit adanya tuberkulosis paru adalah batuk lebih
dari 4 minggu, dahak bercampur darah, nyeri
• Letakkan tangan sekitar mata dan cuci dada, nafsu makan menurun, berat badan
mata terbuka dengan 500 ml NaCl 0,9 %

72 37
menurun, berkeringat pada malam hari, • Cuci dasar cytogard dengan detergent dan
demam dan sesak nafas. bilas dengan aquadest
• Buang semua sarung tangan dan lap yang
terkena kontaminasi obat sitostatik
Ketentuan Umum Pencegahan :
Prosedur Pembersihan Tumpahan Obat
- Melakukan pekerjaan sesuai dengan
Sitostatik (di luar BSC)
prosedur tetap (SOP).
• Isolasi daerah yang terkontaminasi agar
- Memberikan penyuluhan kesehatan
jangan dilewati orang
melalui pertemuan berkala, seminar ilmiah,
selebaran, poster dan lain-lain. • Gantilah sarung tangan dan baju yang
terkena tumpahan dan letakkan dalam
- Melaksanakan kewaspadaan universal
kantong khusus
(Universal Precaution = UP)
• Gunakan pakaian pelindung lengkap
- Melaksanakan kewaspadaan khusus,
dengan cara menempatkan pasien pada • Angkat pecahan benda tajam dengan
tempat tersendiri dengan tekanan tinggi pinset dan masukkan dalam wadah
terpantau, minimal pergantian udara enam buangan khusus
kali setiap jam, pembuangan udara keluar
• Jika tumpahan berupa liquid, hisap dengan
memadai.
flannel kering
- Melakukan pemeriksaan kesehatan
• Jika tumpahan berupa serbuk, hisap
sebelum bekerja dan pemeriksaan
dengan flannel basah
kesehatan berkala.
• Pel lantai dengan detergent dan bilas
Tindakan yang harus dilakukan :
dengan aquadest
1) Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan
• Buang semua sarung tangan dan lap yang
yang baik dalam ruang perawatan, ruang
terkena kontaminasi obat sitostatik
konseling dan ruang kerja lainnya.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja pada air yang mengalir atau alcuta. Tindakan Bila Terjadi Keterpaparan Akibat
Kecelakaan Kerja
3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti
masker dan sarung tangan. A. Tumpahan Mengenai Kulit
4) Melakukan tindakan desinfeksi, sterilisasi, • Tanggalkan sarung tangan
dan dekontaminasi terhadap berbagai • Bilas kulit dengan air hangat
peralatan yang digunakan, meja kerja,
lantai dan lain-lain terutama bila terkena • Jika kulit tidak sobek seka area dengan
bahan infeksi. kassa yang dibasahi larutan chlorin 5 %.
Jika kulit sobek pakai larutan H2O2 3%

38 71
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan 5) M e l a k s a n a k a n p e n a n g a n a n d a n
secara periodik setiap 6 bulan, jika terdapat pengolahan limbah dengan cara yang
kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih benar, khususnya limbah infeksi.
dalam.
6) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan laboratorium juga harus secara berkala termasuk pemeriksaan
dilakukan jika terjadi paparan obat sitostatik. radiologi.
Semua hasil harus didokumentasikan 7) Memberikan pengobatan yang adekuat
pada penderita.
Formulir Permintaan Rekonstitusi terdiri dari :
• Nama & No. MR
• Jenis obat dan dosis IV.1.2 Influenza :
• Jenis dan jumlah pelarut yang digunakan Adalah penyakit infeksi saluran nafas atas
yang disebabkan oleh virus influenza, yang
• Tgl Persiapan
penularannya dapat melalui batuk, bersin,
• Tgl kadaluarsa dan tangan yang tidak dicuci setelah kontak
Obat sitostatik yang telah direkonstitusi harus dengan cairan hidung/mulut.
dikemas yang aman untuk dibawa ke ruang Gejala-gejala influenza dapat berupa :
perawatan, dan diberi label peringatan obat
berbahaya. demam, kedinginan, mata kemerahan,
otot/tulang sakit, batuk, hidung berair yang
Prosedur Pembersihan Tumpahan Obat mungkin menetap selama 1-2 minggu setelah
Sitostatik (di dalam BSC) gejala lain hilang.
• Pastikan bahwa cytogard berjalan dengan
baik pada saat kejadian
Ketentuan Umum Pencegahan :
• Nyalakan exhaust fan
- Melakukan pekerjaan sesuai dengan
• Gantilah sarung tangan dan baju yang
prosedur tetap (SOP).
terkena tumpahan dan letakkan dalam
kantong khusus - Memberikan penyuluhan kesehatan
• Gunakan pakaian pelindung lengkap melalui pertemuan berkala, seminar ilmiah,
leaflet/brosur, poster dan lain-lain.
• Angkat pecahan benda tajam dengan
pinset dan masukkan dalam wadah - Melakukan pemeriksaan kesehatan
buangan khusus sebelum bekerja dan pemeriksaan
kesehatan berkala .
• Jika tumpahan berupa liquid, hisap dengan
flannel kering - Melakukan pengaturan/pemisahan
penderita untuk menghindari terjadinya
• Jika tumpahan berupa serbuk, hisap
penularan.
dengan flannel basah

70 39
- Melaksanakan kewaspadaan universal • Pass Box adalah jendela antara ruang
(Universal Precaution =UP). administrasi dan clean room (barrier)
berfungsi sebagai keluar masuk obat ke
- Instruksikan pada pasien untuk tutup mulut
clean room
saat batuk/bersin.

Perlengkapan Pelindung :
Tindakan yang harus dilakukan :
• Pakaian/Baju Pelindung
1) Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan
yang baik dalam ruang perawatan, ruang • Tutup Kepala
konseling. Tempatkan pasien pada ruang • Masker dan Kaca Mata
tersendiri dan atau bersama pasien lain
• Sarung tangan
dengan ruang kerja lainnya.
• Kaos Kaki dan Sepatu
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja pada air yang mengalir atau alcuta.
Personal
3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti
masker N 95 bila berada/bekerja dengan • Personal yang akan terlibat dalam
jarak kurang dari 1 m dari pasien, dan preparasi obat sitostatika harus
sarung tangan. mendapatkan pelatihan yang memadai
tentang teknik aseptik dan penanganan
4) M e l a k u k a n t i n d a k a n d e s i n f e k s i , obat sitostatika.
dekontaminasi dan sterilisasi, terhadap
berbagai peralatan yang digunakan, meja • Petugas wanita yang sedang hamil atau
kerja, lantai dan lain-lain terutama bila merencanakan untuk hamil tidak dianjurkan
terkena bahan infeksi. untuk terlibat dalam rekonstitusi obat
sitostatika.
5) M e l a k s a n a k a n p e n a n g a n a n d a n
pengolahan limbah dengan cara yang • Petugas yang sedang sakit atau
benar, khususnya limbah infeksi. mengalami infeksi pada kulit harus
diistirahatkan dari tugas ini.
6) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan
secara berkala termasuk pemeriksaan • Setiap petugas yang akan terlibat dalam
radiologi. rekonstitusi seminggu sebelumnya harus
mendapat pemeriksaan laboratorium.
7) Memberikan pengobatan yang adekuat
pada pasien.
Pemeriksaan Laboratorium pada Petugas :
1. Complete blood count
IV.1.3 Hepatitis
2. Liver Function Test
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus Hepatitis B (HBV), yang manifestasinya 3. Renal Function Test

40 69
Fasilitas Ruangan : dapat sebagai Hepatitis B akut maupun dalam
bentuk sebagai pengidap (karier) kronik
• Clean room
HBsAg. Cara penularannya dapat melalui
• Area penyimpanan darah atau cairan tubuh lainnya dari penderita
• Area administrasi HBV maupun pengidap HBsAg. Gejala
penyakitnya dapat berupa demam, lemah,
• Area cuci mual/muntah, rasa tak enak di epigastrium
• Area ganti pakaian dan kemungkinan disertai ikterik.

• Ruang antara
• Pass box Ketentuan Umum Pencegahan :

• Laminar Air Flow (LAF)/Biological Safety - Melakukan pekerjaan sesuai dengan


Cabinet (BSC) prosedur tetap (SOP).
- Memberikan penyuluhan kesehatan
melalui pertemuan berkala, seminar ilmiah,
Clean Room : selebaran, poster dan lain-lain.
• 25 % - 30 % dari total area - Melakukan pemeriksaan kesehatan
• Konstruksi khusus, dinding mudah sebelum bekerja dan pemeriksaan
dibersihkan kesehatan berkala .
• Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, - Melakukan pengaturan/pemisahan pasien
1000, 10.000 partikel/lt udara untuk menghindari terjadinya penularan.
• Aliran udara diketahui dan terkontrol - Tutuplah luka bila ada.
• Tekanan ruangan diatur
• Suhu dan kelembaban udara terkontrol Tindakan yang harus dilakukan :
Suhu : 18º - 22º C 1) M e n i n g k a t k a n p e n g e t a h u a n d a n
kepedulian petugas farmasi terhadap
Kelembaban : 35-50 % penyakit hepatitis B dan penularannya.
• Dilengkapi HEPA filter 2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja pada air yang mengalir atau alcuta.
Fasilitas Ruangan
3) Menggunakan alat pelindung kerja seperti
• Ruang antara : Ruang yang terletak antara masker dan sarung tangan.
ruang cuci tangan dan clean room (barrier)
4) Melakukan tindakan desinfeksi, sterilisasi,
pada ruangan ini petugas menggunakan
dan dekontaminasi terhadap berbagai
perlengkapan steril
peralatan yang digunakan, meja kerja,

68 41
lantai dan lain-lain terutama bila terkena Risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi
bahan infeksi. pada transportasi, penyimpanan,
5) Melaksanakan penanganan dan pendistribusian, preparasi, dan pemberian
pengolahan limbah dengan cara yang obat sitostatika.
benar, khususnya limbah infeksi. Potensial paparan pada petugas pemberian
6) Memberikan vaksinasi kepada petugas. sitostatika telah banyak diteliti.
7) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan
secara berkala termasuk pemeriksaan Tujuan Safe Handling Cytostatic
radiologi. • Produk terlindung dari kontaminasi mikroba
8) Memberikan pengobatan yang adekuat (teknik aseptis) sehingga mutu terjamin
pada penderita.
• Personal dan lingkungan yang terlibat,
terlindung dari paparan bahan berbahaya
IV.1.4 Resistensi
• Efisiensi biaya dan efisiensi waktu
Adalah suatu keadaan dimana mikroba sudah perawatan
tidak peka lagi terhadap antimikroba pada
pemberian yang rasional. Resistensi di Cara terpaparnya obat sitostatika ke dalam
instalasi farmasi dapat terjadi karena kita tubuh
menghirup atau terpajan antimikroba atau
sitostatika dalam pembuatan dan peracikan - inhalasi
obat. Ciri-ciri resistensi adalah bila kita - absorbsi
terinfeksi dengan mikroba tertentu kemudian
diberi antimikroba yang sesuai namun tidak - ingestion
memberikan respon yang positif.
Standar Prosedur Kerja meliputi :
Ketentuan Umum Pencegahan : • Fasilitas fisik yang dibutuhkan untuk
melindungi operator dan produk
- Melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur tetap (SOP). • Perlengkapan pelindung yang melindungi
operator dan produk
- Melakukan pekerjaan dengan sarana dan
prasarana yang memenuhi syarat. • Personal yang mengerjakan
- Memberikan pengetahuan tentang • Prosedur rekonstitusi obat dan teknik
resistensi serta bahaya resistensi terhadap khusus yang diperlukan
tubuh. • Prosedur pembuatan label, pengemasan,
- Melakukan pemeriksaan kesehatan transportasi dan pembuangan limbah
sebelum bekerja dan sesudah bekerja sitostatika
secara berkala. • Prosedur penanganan kecelakaan

42 67
- harus dijauhkan dari Tindakan yang harus dilakukan :
suhu/panas yang tinggi 1) Cuci tangan sebelum bekerja.
karena bisa meledak jika
2) Gunakan alat pelindung diri seperti sarung
terkena panas yang
tangan, masker, baju lab, tutup kepala
tinggi.
sebelum bekerja.
- harus dijauhkan dari zat- 3) Bekerja pada tempat yang memenuhi
zat yang dapat syarat.
menyebabkan terjadinya
4) Laporkan hasil pemeriksaan berkala.
karatan atau kerusakan.
5) Jika terjadi kelainan maka perlu dilakukan
Sifat-sifat : tindak lanjut pekerjaan.
- TCLo (manusia) terhirup 6) Berikan pengobatan sesuai dengan
100 pph, selama 14 jam. standar medis.
- Stabil pada suhu dan
tekanan normal.
IV.2 BAHAYA FISIKA
- Berbentuk gas atau cair.
Faktor fisika merupakan salah satu beban tambahan
- Bersifat oksidator,
bagi pekerja di rumah sakit yang apabila tidak dilakukan
membantu pembakaran.
upaya-upaya penanggulangannya dapat menyebabkan
- Tidak berwarna, sedikit penyakit akibat kerja.
berbau dan tidak berasa.
Faktor fisika di IFRS terdiri dari bising, listrik, panas,
- Berat molekul = 31,9988 getaran radiasi dan cahaya.
gr/mol.
- Titik Didih pada 1 Atm. IV.2.1 BISING
= - 182,92oC
Dalam kesehatan kerja, bising diartikan
- Spesifikasi gravity gas
sebagai suara yang dapat menurunkan
(21,11 o C, 1 atm) =
pendengaran baik secara kuantitatif
1,1053
(peningkatan ambang pendengaran) maupun
- Berat jenis (21,11oC, 1 kualitatif (penyempitan spektrum
atm) = 1,3265 gr/lt. pendengaran), berkaitan dengan faktor
- Dapat larut di alkohol. intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Di rumah sakit, bising merupakan masalah
IV.3.2 Penanganan Obat Kanker di power house/generator, ruangan AHU (Air
Handling Unit), sumber bising lain dapat
Prosedur penanganan obat sitostatika yang berasal dari ruang cuci piring, mesin cuci
aman perlu dilaksanakan untuk mencegah pakaian, mesin pompa air, dan mesin potong
risiko yang tidak diinginkan. rumput.

66 43
IV.2.1.1 Identifikasi Pertolongan Pertama :
bawa penderita ke tempat
Bising tinggi dapat menyebabkan
yang segar dan
dampak negatif baik yang bersifat
istirahatkan.
auditorial maupun non auditorial
a. Non auditorial
Pemaparan : Kulit
Antara lain mengganggu
Gejala Akut : kulit melepuh
komunikasi, gangguan tidur,
atau luka/beku karena
gangguan perilaku, gangguan
pengaruh dingin jika
fisiologis antara lain ditandai
terkena O2 cair.
dengan sakit kepala, mual,
berdebar. Pencegahan :
b. Auditorial - Pakai sarung tangan,
sepatu pelindung.
Dikenal sebagai Occupational
hearing loss termasuk trauma - Hindari kontak kulit
akustik dan Noise Induce Hearing dengan O2 cair.
Loss (NIHL).
Pertolongan Pertama :
siram dengan air hangat
Trauma akustik disebabkan oleh (30-400C) pada bagian kulit
bising impulsif dengan intensitas yang terbakar atau luka .
yang sangat tinggi, biasanya
melebihi 140 desibel (dB), bisa
Pemaparan : Mata
hanya terjadi satu kali pajanan.
Energi suara yang dihasilkan Gejala akut : penglihatan
melampaui batas kemampuan kabur atau iritasi ke mata.
fisiologis struktur alat Pencegahan : pakai
pendengaran, sehingga dapat perlindungan mata saat
merusak organ corti di telinga menangani O2 cair.
dalam, juga dapat merusak
membran timpani dan tulang Pertolongan Pertama :
pendengaran di telinga tengah. bilas mata dengan air
Kejadiannya dramatis, sehingga bersih ± 15 Menit
penderita ingat betul permulaan Penyimpanan :
terjadinya, misalnya terpapar
suara ledakan boiler. - harus dijauhkan dari
minyak oli, gemuk dan
Berbeda dengan trauma akustik, bahan lain yang mudah
NIHL terjadi karena pajanan terbakar.

44 65
Pencegahan : jauhkan dari bising yang relatif rendah (85 dB
minyak, oli, gemuk, api dan atau lebih), dalam waktu yang
zat-zat lain yang mudah lama. Jadi terdapat efek kumulatif
terbakar. dan bertingkat. Di lingkungan
Tindakan : jika terjadi kerja pada umumnya dan di
kebakaran gunakan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
pemadam api: Dry pada khususnya yang sering
Chemical, CO2, terjadi adalah NIHL.
semprotkan air pada
silinder O2 yang ada
disekitarnya supaya dingin. IV.2.1.2 Pengukuran
Type Bahaya : Ledakan Untuk mengetahui intensitas bising di
lingkungan kerja, digunakan Sound Level
Bahaya : bisa Meter. Bila memungkinkan idealnya dengan
m e n i m b u l k a n menggunakan Octave Band Analyzer untuk
ledakan/pecahnya tabung mengetahui spektrum/frekuensi dari bising
silinder. tersebut.
Pencegahan : Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih
- Jauhkan dari api atau tepat digunakan Noise Dose Meter karena
sumber panas lainnya. pekerja umumnya tidak menetap pada suatu
- Pasang safety. tempat kerja selama 8 jam ia bekerja.
- Tabung silinder Oksigen Nilai ambang batas intensitas bising adalah
bertekanan tinggi (150 85 dB. Dengan mengatur waktu kerja pekerja
Atm.) dapat meledak didapatkan tabel sbb :
atau pecah terkena
panas yang tinggi. a. Mengatur jam kerja, sbb :
Waktu kerja maksimum
Intensitas (dB)
Pemaparan : Inhalasi per hari (jam)
Gejala Akut : 85 8
menyebabkan iritasi, pusing 90 4
jika terhirup Oksigen murni
95 2
dalam jumlah besar.
100 1
Pencegahan :
105 1/2
- Hindari hirup O2 dalam
jumlah besar. 110 1/4
- Pindahkan, jika ada
tabung bocor.

64 45
b. Mengatur jumlah impuls per hari maksimal Sifat-sifat :
Waktu kerja maksimum - Bersifat narkotik dalam
Intensitas (dB) konsentrasi yang tinggi
per hari (jam)
140 100 - Dapat membentuk
campuran yang explosif
130 1.000
dengan udara.
120 10.000
- TCLo (manusia) :
IV.2.1.3 Evaluasi 24 mg/kg/2 Jam.

Secara sosial NIHL dapat menganggu - Stabil pada suhu dan


keharmonisan baik antar teman sekerja tekanan normal.
maupun dengan keluarga, karena yang - Berbentuk gas/cair.
bersangkutan sulit berkomunikasi dan sering
- Bersifat oksidator,
berbicara dengan suara keras tanpa disadari
membantu pembakaran.
karena kurang dengar, yang sering disalah
artikan oleh lawan bicara sebagai bentakan - Tidak berwarna, sedikit
atau kemarahan. Juga menurunkan kualitas berbau dan berasa
hidupnya, antara lain kemampuan mendengar manis.
musik, kesigapan terhadap tanda bahaya
- Berat molekul = 44,013
bunyi.
gr/mol.
Secara ekonomi dapat sangat merugikan
- Titik Didih pada 1 Atm.
karena bersifat kontra produktif bagi
= - 88,52oC
lingkungan kerja, selain biaya tanggungan
penyakit akibat kerja yang besar, yang lebih - Spesifikasi gravity gas
merugikan adalah organisasi terpaksa ( 0oC, 1 atm) = 1,529
kehilangan pekerja terampil akibat dimutasi. - Berat jenis ( 21,11oC, 1
atm) = 1,84 gr/lt.
IV.2.1.4 Pengendalian : - Dapat larut di alkohol,
Yang terpenting adalah mengurangi dosis ether.
pemajanan dengan memperhatikan 3 (tiga) IV.3.2 Gas O2
unsur :
a. Sumber : mengurangi intensitas bising Type Bahaya : Kebakaran.
- Desain akustik Bahaya : bersifat oksidator
- Menggunakan mesin/alat yg kurang membantu proses
bising pembakaran/ memperbesar
nyala api.
- Merubah metoda proses

46 63
Pemaparan : Kulit b. Media : mengurangi transmisi bising
Gejala Akut : kulit melepuh - Menjauhkan sumber dari pekerja
atau luka Pencegahan :
- Mengabsorpsi dan mengurangi
- pakai sarung tangan, pantulan bising secara akustik pada
sepatu pelindung. dinding, langit-langit dan lantai
- hindari kontak kulit - Menutup sumber bising dengan barier
dengan N2O.
c. Pekerja : mengurangi penerimaan bising
Pertolongan Pertama :
- Alat pelindung diri
siram dengan air hangat
(30-400C) pada bagian kulit Berupa sumbat telinga (ear plug) yang
yang terbakar. dapat menurunkan pajanan sebesar 6
– 30 dB atau penutup telinga (ear muff)
yang dapat menurunkan 20 – 40 dB
Pemaparan : Mata
- Ruang isolasi untuk istirahat
Gejala akut : penglihatan
- Rotasi pekerja untuk periode waktu
kabur atau beku ke mata.
tertentu antara lingkungan kerja yang
Pencegahan : pakai bising dengan yang tidak bising
perlindungan mata saat
- Pengendalian secara administratif
menangani N2O.
dengan menggunakan jadwal kerja
Pertolongan Pertama : sesuai Nilai Ambang Batas (NAB)
bilas mata dengan air
IV.2.2 LISTRIK
bersih ± 15 menit.
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Penyimpanan :
pemanfaatan aliran listrik digunakan untuk
- N2O dijauhkan dari penerangan dan penggerak peralatan. Namun
minyak oli, gemuk dan jika penggunanya tanpa didukung
bahan lain yang mudah pengetahuan listrik yang memadai dapat
terbakar, metal garam, menimbulkan kecelakaan terhadap listrik.
metal oksida, peroksida Ada dua tingkatan listrik yang berbahaya yaitu
dan basa. makroshok dan mikroshok.
- Tabung N2O harus
dijauhkan dari panas
Timbulnya aliran listrik akibat perbedaan
yang tinggi dan suhu
potensial antara 2 (dua) kutub yang
silinder harus dijaga
bermuatan listrik. Aliran listrik ini dapat berupa
tidak boleh melampaui
arus searah (DC) atau arus bolak balik (AC).
52oC.

62 47
IV.2.2.1 Identifikasi semprotkan air pada
silinder N2O yang ada
Keluhan :
disekitarnya supaya dingin.
- Terasa panas dan kedutan
Walk through survey :
Type Bahaya : Ledakan
- Adanya aliran listrik yang tidak
terpelihara Bahaya : bisa
menimbulkan ledakan atau
Efek Kesehatan :
pecahnya tabung Silinder
- Luka bakar ditempat tersengat
aliran listrik Pencegahan :
- Kaku pada otot ditempat yang - jauhkan dari api atau
tersengat listrik sumber panas lainnya.
- Tahanan tubuh membesar - pasang safety .
- tabung silinder N2O
IV.2.2.2 Pengendalian bertekanan tinggi (70
1. Enginering Atm.) dapat meledak atau
pecah bila terkena panas
- Pemasangan grounding yang tinggi.
(pertanahan) sesuai ketentuan.
- Pengukuran jaringan/instalasi
listrik Pemaparan : Inhalasi
- NAB bocor arus 50 miliamper, 60 Gejala Akut :
Hz (sakit) menyebabkan iritasi, pusing
jika terhirup dan dapat
- Pemasangan pengamanan/alat membius pada konsentrasi
pengamanan sesuai ketentuan N2O tertentu (70%).
- Pemasangan tanda-tanda Pencegahan :
bahaya dan indikator
- hindari hirup N2O dalam
2. Administrasi jumlah besar.
- Penempatan petugas sesuai - pindahkan jika ada
dengan keterampilan tabung bocor.
- Waktu kerja petugas digilir Pertolongan Pertama :
3. Interfensi medan elektro magnetis bawa penderita ke tempat
terhadap alat-alat elektronis yang segar dan
istirahatkan.
4. Memakai sepatu isolasi

48 61
- Pengaturan jumlah jam pekerja IV.2.3 PANAS
- Pemeriksaan kesehatan secara Secara umum panas dirasakan bila suhu
berkala. udara diatas suhu nyaman, suhu nyaman di
Indonesia berkisar antara 26oC-28oC dengan
IV.3 BAHAYA KIMIA Relative Humidity (kelembaban) antara 60-
70 %.
Adanya zat-zat kimia di rumah sakit dapat menimbulkan
bahaya bagi para penderita maupun para pekerjanya, Lingkungan suhu nyaman adalah kombinasi
baik bagi para dokter, perawat, teknisi dan semua dari suhu udara, kelembaban, kecepatan
yang berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit aliran udara dan suhu radiasi. Bekerja
maupun perawatan penderita. ditempat yang panas akan menyebabkan
ketidaknyamanan, bahkan dapat
Walaupun orang menyadari arti bahan-bahan kimia mengganggu kesehatan.
dan bahayanya, kecelakaan bahan-bahan kimia terjadi
semata-mata karena kurang hati-hati dan kurang peduli
terhadap bahan-bahan kimia tersebut. Hal-hal tersebut IV.2.3.1 Identifikasi
dapat menyebabkan keracunan kronik akibat Ditempat kerja yang panas, pekerja
tumpahan-tumpahan, kebocoran tempat penyimpanan akan mengeluh :
dan ventilasi yang tidak baik. Bahan kimia yang - Rasa tidak enak, serba salah
mempunyai risiko mengakibatkan gangguan kesehatan
antara lain adalah gas zat-zat anestetik (halotan, nitro - Mudah marah
oksida, etil eter), formaldehid, etilen oksida, merkuri, - Suhu kulit panas/basah karena
dan debu. berkeringat atau kering karena
keringat terus menguap
IV.3.1 Gas Nitrogen Oksida - Lelah, mual, sakit kepala urine
berkurang.
Type Bahaya : Kebakaran.
Bahaya : bersifat oksidator Pada walk trough survey, akan
membantu proses dirasakan suhu ruang kerja yang
panas, ditemukan sumber panas;
pembakaran atau
pekerja berkeringat dengan
memperbesar nyala api
beberapa keluhan seperti diatas.
Pencegahan : jauhkan dari
minyak, oli, gemuk, api dan Akibat terpajan panas yang tinggi,
zat-zat lain yang mudah maka suhu badan akan naik,
terbakar. kenaikan suhu tubuh badan tersebut
tidak dapat diimbangi dengan
Tindakan : jika terjadi pendinginan melalui penguapan.
kebakaran gunakan
pemadam api: Dry Dapur; salah satu tempat kerja di
Chemical, CO2, rumah sakit yang menimbulkan
bahaya panas.

60 49
Pengaturan ventilasi dan penyediaan IV.2.6.1 Identifikasi
air minum merupakan alternatif
Keluhan :
pencegahan dampak panas.
- Orang yang terpajan akan gangguan
Efek panas terhadap kesehatan
pencahayaan akan mengeluh
yang ringan adalah heat syncope,
kelelahan mata.
yaitu pingsan karena panas.
Penyebabnya adalah terjadi Walk trough survey :
hipostasis aliran darah, karena terjadi Ruangan/tempat kerja dengan
pooling di pembuluh darah yang penerangan yang kurang.
melebar, pada kulit dan tubuh bagian
bawah, sehingga suplai darah ke Efek Kesehatan
otak berkurang. - Iritasi (conjunctivitis)
Sedangkan Heat Disorder, adalah - Penglihatan rangkap
kumpulan gejala yang berhubungan
dengan kenaikan suhu tubuh dan - Sakit kepala
mengakibatkan kekurangan cairan - Ketajaman penglihatan terganggu
tubuh a.l. :
1. Heat stress/Heat exhaustion, - Akomodasi dan konvergensi
terasa panas dan tidak nyaman, menurun
karena dehidrasi, tekanan darah IV.2.6.2 Pengukuran
turun menyebabkan gejala pusing
Satuan penting yang digunakan adalah :
dan mual.
2. Heat cramps, adalah spasme otot - Untuk intensitas cahaya: Candela
yang disebabkan cairan dengan (Cd)
elektrolit yang rendah, masuk ke - Untuk Flux cahaya : lumen (lm)
dalam otot, akibat banyak cairan
tubuh keluar melalui keringat, - Untuk intensitas perorangan : lux
sedangkan penggantinya hanya (lx)
berupa air minum biasa tanpa - Untuk sudut ruangan : steradian (Str)
elektrolit.
3. H e a t S t r o k e , d i s e b a b k a n IV.2.6.3 Pengendalian
kegagalan bekerja SSP dalam
mengatur pengeluaran keringat, Adanya pelindung bagi pekerja :
suhu tubuh dapat mencapai - Pemakaian kaca mata yang cocok
40,5C. Selain itu gangguan
perilaku bisa sangat menonjol - Pemasangan tabir antara pekerja
akibat perasaan kepanasan dan dengan sumber cahaya
gangguan fisiologis SSP. - Adakan rotasi pekerja

50 59
IV.2.6.CAHAYA IV.2.3.2 Pengendalian
Pencahayaan di instalasi farmasi rumah a. Terhadap lingkungan
sakit berkaitan langsung dengan 1). Terhadap suhu udara yang tinggi
keselamatan pasien dan petugas instalasi (memperkecil panas konveksi)
farmasi rumah sakit, peningkatan
pencermatan, kesehatan yang lebih baik a). Isolasi dari peralatan yang
dan suasana yang nyaman. Pemilihan menimbulkan panas.
sistem penerangan/ pencahayaan yang b). Menyempurnakan sistem
baik, ditentukan oleh beberapa penerangan ventilasi
umum dalam ruangan, biaya instalasi, - Ventilasi yang ditempatkan
biaya pemakaian energi dan biaya diatas sumber panas yang
pergantian termasuk pergantian lampu- bertujuan untuk menarik
lampu. udara panas keluar
Pedoman pencahayaan di rumah sakit ruangan (dapat
memuat beberapa teori pencahayaan serta dipergunakan kipas angin
kategori pencahayaan pada ruangan- di langit-langit ruangan).
ruangan di rumah sakit yang sesuai - Ventilasi lokal untuk tiap-
dengan bidang kerjanya. Kategori tiap tenaga kerja dengan
pencahayaan diberikan nilai dengan notasi menghembuskan udara
huruf A, B, C, D, E, F, G, H dan I. Masing- dingin.
masing notasi huruf mempunyai nilai - Pemasangan alat
intensitas penerangan 3 (tiga) macam yaitu pendingin
nilai minimal, nilai yang diharapkan dan - Pakaian kerja khusus yang
nilai maksimal. diberi ventilasi untuk
lingkungan kerja yang
Kategori LUX sangat panas.
Penerangan Minimal Yang diharapkan Maksimal
A 20 30 50 2). T e r h a d a p k e l e m b a b a n
B 50 75 100 (mempengaruhi panas
C 100 150 200 penguapan).
D 200 300 500 a). Menutup kebocoran uap air
E 500 700 1.000 atau sumber lain yang
F 1.000 1.500 2.000 mempengaruhi kelembaban.
G 2.000 3.000 5.000
H 5.000 7.500 10.000
b). Menyempurnakan ventilasi
I 10.000 15.000 20.000 umum.
c.) Pengurangan kelembaban
dilakukan dengan penggunaan
alat dehumidifier.

58 51
d). Pakaian dengan sistem - Operator harus dilindungi dari
ventilasi (ventilasi suits) untuk paparan
kondisi yang sangat lembab.
2. Administrasi :
3). Umum
- Penggantian operator X-ray bila film
a) Pemasangan AC hanya badge telah mencapai NAB.
efisiensi pada ruang kerja yang
3. Alat Pelindung Diri :
tidak luas (misal : panel
operation room). - Apron
b) Menyediakan tempat istirahat b. Radiasi non pengion
yang memenuhi syarat untuk Radiasi yang tanpa ada pelepasan elektron
recovery tergantung panjang gelombang
b. Pengendalian terhadap pekerja Termasuk disini :
1). Menyediakan persediaan air - Sinar ultraviolet (A, B dan C)
minum dekat tempat kerja
yang cukup dan memenuhi - Sinar yang bisa dilihat (sinar biru yang
syarat dan kalau perlu berbahaya, sinar laser)
disediakan extra salt (harus - Sinar dengan gelombang pendek
dengan pengawasan dokter). (microwave).
(extra salt : 250 gr NaCl, 7 gr
CaCl2, 100 gr Citric Acid, 32 Keluhan :
gr KCl, 100 gr gula, 50 gr Bervariasi tergantung intensitas sinar, jenis
Vinegar dalam 100 l air). sinar dan waktu pemaparan.
2). P a d a k o n d i s i d i m a n a Efek Kesehatan
lingkungan kerja mempunyai
tingkat radiasi rendah, (1)Efek kesehatan negatif :
dianjurkan dengan pakaian - Gangguan pada mata, kebutaan
kerja yang menutup seluruh sementara sampai permanen
permukaan kulit dan berwarna - Gangguan pada kulit (terbakar)
putih.
(2)Efek kesehatan positif :
3). Hindarkan tenaga kerja yang
harus bekerja dilingkungan - Dapat digunakan untuk terapi
panas apabila : Pengendalian
a. Berbadan gemuk sekali Menggunakan alat pelindung mata :
b. Menderita suatu penyakit Sunglasses, Filter untuk mikroskop
cardiovaskuler elektron, dan pelindung mata untuk sinar
laser.

52 57
Radiasi dibagi menjadi : - Perlu pre employment
medical examination /
a. Radiasi pengion
pemeriksaan kesehatan
Radiasi pengion mempunyai kemampuan sebelum bekerja
untuk melepas elektron dari orbitnya pada
- Periodic medical
suatu atom membentuk suatu ion.
e x a m i n a t i o n /
Termasuk disini : pemeriksaan kesehatan
- Sinar X berkala.

- Sinar Gamma c. Pengendalian secara administratif

- Sinar Kosmis Pengaturan waktu kerja dan


istirahat berkaitan dengan suhu
Sifat radioaktifitas yang berasal dari mineral ruangan.
Pengaturan waktu Suhu ruang (oC) & Beban kerja (kkal/jam)
Efek Kesehatan Kerja Istirahat
Ringan Sedang Berat
< 200 200 - 400 > 400
Efek radiasi terhadap kesehatan dapat
100 % 0% 30,0 26,7 25,0
akut atau kronik
75 % 25 % 30,6 28,0 25,9
1. Radiasi yang akut dapat menimbulkan : 50% 50 % 31,4 29,4 27,9
25% 75 % 32,2 31,1 30,1
- Sindrom sistem syaraf pusat
- Gangguan gastrointestinal
IV.2.4. GETARAN
- Gangguan sistem hemopeoetik
Getaran/vibrasi adalah faktor fisik yang
2. Radiasi yang kronik menimbulkan : ditimbulkan oleh subyek dengan gerakan
- Leukomogenesis osilasi.

- Karsiogenesis Mesin, peralatan atau perkakas kerja yang


bergetar dapat memajani pekerja melalui
- Kerusakan genetik transmisi/penjalaran, baik getaran yang
Efek kesehatan ini tergantung dosis dan mengenai seluruh tubuh misalnya waktu
waktu pemajanan mulai dari gejala akut duduk dalam kendaraan berjalan atau getaran
ringan sampai kematian . mesin diesel maupun getaran setempat yang
merambat melalui tangan atau lengan
Pengendalian operator alat bergetar.
1. Enginering :
- Peralatan ditaruh pada ruang isolasi IV.2.4.1 Identifikasi
(beton-Fb) Penyakit akibat getaran, dari ringan

56 53
sampai berat, gejala yang ditimbulkan plasma cydic nucleotide sangat berguna
secara keseluruhan disebut sebagai mendeteksi dini fenomena Raynaud.
sindrom vibrasi.
Efek Kesehatan
IV.2.4.2 Pengendalian
Penyakitnya dikenal sebagai penyakit
Terhadap sumber, diusahakan
Raynaud atau White Finger, terutama
menurunkan getaran dengan bantalan
terjadi pada ruangan yang dingin.
anti vibrasi/isolator dan pemeliharaan
Keluhan : mesin yang baik.
a. Gejala dini berupa rasa kesemutan Mengganti proses gerinda menjadi
jari tangan waktu bekerja atau sesaat proses menggiling. Alat yang dijinjing
setelah berhenti bekerja. diganti dengan alat yang didorong.
b. Fase selanjutnya ujung jari kadang- Terhadap pekerja, tidak ada pelindung
kadang memucat yang disertai rasa khusus, hanya dianjurkan
nyeri, gejala hilang setelah tangan menggunakan sarung tangan untuk
dipanaskan 15–30 menit. menghangatkan tangan terutama dalam
suhu tinggi untuk perlindungan terhadap
c. Fase lebih lanjut, seluruh jari
gangguan vaskular.
memucat secara paroksismal yang
dapat terjadi pada suhu udara biasa,
umumnya tidak mengenai ibu jari.
IV.2.5. RADIASI
Lebih lanjut lagi pekerja mengeluh
Sebagaimana diketahui bahwa radiasi
parese, kepekaan rasa raba
disamping bermanfaat juga dapat
terganggu, namun nekrosis hampir
menimbulkan bahaya bagi umat manusia.
tidak pernah terjadi.
Radiasi dapat digunakan untuk pemeriksaan
(radiodiagnostik) maupun untuk pengobatan
Test diagnosis dilakukan dengan
(radioterapi).
mencelupkan kedua lengan bawah ke
dalam air es selama ±10 menit, bila Agar radiasi dapat dimanfaatkan dengan baik,
positif akan timbul gejala White finger. pemberian dosis kepada pasien harus tepat
dan para pekerja radiasi dilengkapi dengan
Pemeriksaan penunjang lain berupa
alat monitor yang biasa disebut film bagde.
Finger Pletysmography, pemeriksaan
mikroskopik kapiler, pengukuran suhu Film bagde tersebut diperiksa secara berkala.
kulit dengan termometer atau Apabila pekerja telah menerima paparan
termografi. radiasi diatas Nilai Ambang Batas yang
ditentukan (diketahui dari film bagde pekerja)
Getaran juga dapat menyebabkan
maka pekerja ditempat radiasi dipindahkan.
pendarahan mikro, test viscositas dan

54 55
LAMPIRAN 5
TANDA-TANDA BAHAYA

Eksplosif Korosif

Signage - Eksplosif Signage - Korosif


( Mudah Meledak ) ( Mudah Membuat Karat)

Toxic
Racun Radioaktif

Signage TONIC Signage RADIOATION - Hazard


(Racun Berbahaya) (Bahaya Radioaktif)

121
OKSIDATOR
IRITASI

Signage Oxidation-Chainable Signage IRITATION


(Bahaya Mengoksidasi) (Iritasi Berbahaya)

Mudah
Menyala

Signage Flameable
(Mudah Menyala)

122

You might also like