You are on page 1of 10

Pengertian Fiskal dan Publik

Pengertian Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan
dengan pendapatan dan pengeluaran negara, di Indonesia, hal ini terkait dengan APBN
( Anggara Pendapatan dan Belanja Negara).
Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal.
Kebijakan fiskal sangat berhubungan dengan pemasukan atau pendapatan negara, diantara
pendapatan negara antara lain misalnya : bea dan cukai, devisa negara, pariwisata, pajak
penghasilan, pajak bumi dan bangunan, impor, dan lain-lain . Sedangkan untuk pengeluaran
negara misalnya : belanja persenjataan , pesawat, proyek pemerintah, pembangunan sarana
dan prasarana umum, atau program lain yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, memang keduanya sangat menentukan pertumbuhan
ekonomi suatu negara.

Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy


Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan
kebijakan uang ketat (tight money policu)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara
lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia
dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank
sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus
meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar
berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)


Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan
memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit
untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang
beredar pada perekonomian.
B. Arti Definisi / Pengertian Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan
erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada
ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri
akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :

1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif

Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari
pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika
keaadaan ekonomi sedang resesif.

2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif

Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi
yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)

Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan
pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta
meningkatkan disiplin.

Pengertian Publik
Publik: sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat di mana di dalam masyarakat yang sifatnya
heterogen terdapat sekelompok orang yang sifatnya homogen. Homogen inilah yang dapat
dikategorikan sebagai publik. Menurut Emery Bogardus, publik merupakan sejumlah orang yang
bersatu dalam satu ikatan dan mempunyai pendirian sama terhadap suatu permasalahan sosial.
Pengertian Dinamika Ekternal
Dinamika Ekternal Asia Timur

Asia Timur dengan basis ekonomi industri yang saat ini berkembang sangat pesat memiliki
arti strategis bagi negara-negara di dunia. Ekonomi dan politik masih menjadi dua aspek penting yang
melandasi kerjasama maupun konflik yang terjadi antara negara-negara Asia Timur dan dunia
internasional. Sementara di regional permasalahan wilayah dan politik masih mendominasi isu-isu
kontemporer. Ketegangan-ketegangan tersebut tercermin seperti ketegangan antara Taiwan-Cina,
Jepang-Korea Utara, Korea Utara-Korea-Selatan. Dua isu terhangat yang terjadi dalam beberapa
bulan terakhir adalah ketegangan antara Jepang dengan Cina, dan ketegangan antara Jepang dengan
Korea Selatan.

Masalah kedaulatan wilayah Tibet terhadap pemerintahan Cina juga masih menjadi isu hangat dan
menerima banyak perhatian dari negara-negara di dunia setelah kekerasan oleh tentara militer RRC
terhadap masyarakat Tibet. Kerjasama ekonomi dengan dibukanya pasar bebas memberikan
keleluasaan bagi negara-negara lain untuk memberikan Foreign Direct Investment ke negara-negara
di Asia Timur dalam memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu, saat ini usaha outsourcing juga semakin
mendominasi peran swasta asing di Asia Timur terutama di Korea Selatan dan Cina oleh perusahaan-
perusahaan di Amerika Serikat (Thun, 2008)

Di regional Asia, RRC, Jepang, dan Korea Selatan tergabung dalam ASEAN +3 yang merupakan
wadah koorporasi antara negara-negara anggota ASEAN dan tiga negara di Asia Timur. ASEAN +3
dibentuk pada tahun 1999 pasca krisis moneter di Asia. Melalui ASEAN +3, lahir Chiang Mai
Initiative yang diluncurkan bulan Maret 2010. Melalui kerjasama ini, anggota ASEAN +3 berusaha
bekerjasama untuk menghindari krisis serupa dikemudian hari melalui currency swap dan
pembentukan reserve pool yang berasal dari kontribusi negara-negara anggota ASEAN Plus Three
(Wijaya, 2009). RRC memberikan kontribusi terbesar pertama diikuti Jepang di urutan kedua.
Kerjasama melalui ASEAN +3 juga menjadi salah satu usaha melebarkan jalur perdagangan negara-
negara anggota ASEAN.

Kemudian di bulan April 2010 lalu, ketika Presiden Amerika Serikat menundang para kepala negara-
negara di dunia untuk menghadiri World Leader Assembly di Washington, DC, presiden maupun
perdana menteri negara-negara Asia Timur menghadiri pertemuan tersebut. Bahkan Presiden Barrak
Obama sempat melaksanakan one-on-one approaches kepada Presiden RRC, Hu Jintao. Melalui
pertemuan tersebut, kedua presiden berusaha memperkuat komitmen masing-masing untuk berusaha
menekan Iran mengakhiri proliferasi nuklir serta usaha Presiden Obama untuk mengembangkan
kerjasama di bidang ekonomi (Spetalnick, 2010). Selain itu, agenda utama World Leader Summit
yang berusaha untuk mencapai kesepakatanagar dapat menghindari penyalahgunaan nuklir oleh
teroris, tidak dihadiri oleh kepala negara Korea Utara dan Iran. Kedua negara yang memiliki fasilitas
nuklir merupakan bagian dari agenda pertemuan yang berusaha menyepakati usaha pengamanan
material nuklir di seluruh dunia aman dari usaha pencurian dalam empat tahun mendatang (Hurst &
Gearan, 2010).

Ketegangan karena usaha proliferasi senjata nuklir Korea Utara tak hanya terjadi di Asia Timur saja,
namun juga dengan Amerika Serikat. Presiden George W. Bush bahkan menyebut Korea Utara
sebagai axis of evil dan mengirimkan pasukannya ke Korea Selatan untuk berjaga-jaga di perbatasan
Korea Utara dan Korea Selatan. Meskipun keberadaan para tentara Amerika Serikat ditentang oleh
pemerintahan Korea Utara. Meskipun negara-negara anggota PBB telah sepakat untuk menjatuhkan
sanksi kepada Korea Utara, proliferasi senjata nuklir masih terus berjalan dan Korea Utara menutup
pintu negaranya untuk akses kepada publik dunia.
Ketegangan-ketegangan di Asia Timur

Ketegangan Taiwan-Cina

Ketegangan hubungan antara Taiwan dengan Cina terkait dengan keinginan Taiwan untuk menjadi
sebuah negara merdeka sejak tahun 1949 dan melepaskan diri dari Cina. Akan tetapi bagi Cina,
Taiwan adalah bagian dari wilayah Cina, sehingga menganggap tindakan Taiwan untuk memisahkan
diri sebagai tindakan separatisme. Cina menyebut Taiwan sebagai a renegade province dan seringkali
menyatakan akan menyerang Taiwan jika waktunya sudah tepat. Diktator Cina Deng Xiaoping
menyatakan akan menginvasi Taiwan jika Taiwan melakukan beberapa hal seperti  membangun
kekuatan nuklirnya, menjalin hubungan dengan Rusia, terjadi kerusuhan besar-besaran  di Taiwan,
Taiwan mendeklarasikan kemerdekaannya, dan jika Taiwan menolak untuk melakukan unifikasi
dengan Cina.

Ketegangan Jepang-Korea Utara

Sedangkan ketegangan hubungan antara Jepang dengan Korea Utara dilatarbelakangi oleh
pendudukan Jepang terhadap Korea Utara pada tahun 1910 sampai 1945. Tindakan militeristis Jepang
itu masih “melukai” perasaan rakyat Korea Utara sampai saat ini. Hal itu menyebabkan hubungan
kedua negara tidak pernah membaik. Persoalan hubungan kedua negara semakin besar karena
ketidaksetujuan Korea Utara terhadap adanya pangkalan militer Amerika Serikat di wilayah Jepang.
Korea Utara menganggap keberadaan militer AS tersebut sebagai sebuah ancaman bagi keamanan
Korea Utara. Persepsi itu dilatarbelakangi oleh ketagangan antara Korea Utara dengan AS, yaitu
terkait isu kepemilikan dan pengembangan persenjataan nuklir Korea Utara. Bahkan bagi AS, Korea
Utara merupakan the axis of evil atau poros kejahatan terkait dengan sikap Korea Utara yang selalu
bertentangan dengan AS. Sedangkan bagi Jepang, keberadaan militer AS adalah sebagai penjamin
keamanan wilayahnya dari serangan negara lain termasuk Korea Utara, karena Jepang tidak memiliki
kekuatan militer sejak Perang Dunia II.

Ketegangan Korea Utara-Korea Selatan

Ketegangan hubungan antara Korea Utara dengan Korea Selatan adalah isu yang selalu hangat di
kawasan Asia Timur. Sejak pecahnya perang Korea pada tahun 1950-1953 yang berakibat pada
terbaginya Korea menjadi dua Korea, permusuhan di antara kedua negara tidak pernah usai. Sejak
1953 sampai saat ini perang Korea masih berlanjut dengan cara yang berbeda. Kedua negara masih
terlibat dalam tindakan spionase satu dengan yang lain, masih terjadinya perang-perang kecil di
daerah Demilitarized Zone (DMZ), dan melakukan propaganda di daerah perbatasan. Kedua negara
juga menjalin aliansi melalui pendekatan perdagangan dan diplomasi dengan negara lain untuk
memperkuat posisi masing-masing. Kedua negara juga aktif meningkatkan kekuatan militer masing-
masing, di mana Korea Utara membelanjakan sebagian besar Gross National Product-nya (GNP)
untuk meningkatkan kekuatan militernya. Sedangkan Korea Selatan memiliki militer yang terlatih
dengan baik dan memiliki persenjataan canggih serta di back-up oleh AS dengan keberadaan
pangkalan militer di wilayahnya.

Ketegangan Jepang-Korea Selatan

Ketegangan antara Jepang dengan Korea Selatan merupakan salah satu isu hangat di kawasan Asia
Timur saat ini. Ketegangan itu terkait dengan perselisihan tentang pulau Tokdo. Jepang mengklaim
bahwa pulau tersebut adalah bagian dari wilayah Jepang yang dalam bahasa Jepang disebut dengan
Takeshima atau Bamboo Island. Sebaliknya Korea Selatan juga menganggap pulau itu yang dalam
bahasa Korea Selatan disebut dengan Tokdo atau Lonesome Island, sebagai wilayahnya.

Ketegangan Jepang-Cina
Isu lain yang menjadi tema hangat adalah ketegangan antara Jepang dengan Cina terkait dengan
penerbitan buku pelajaran sejarah Jepang. Cina menganggap bahwa dalam buku sejarah tersebut
Jepang tidak mengakui kekejaman tentaranya terhadap bangsa Cina ketika terjadi perang antara
Jepang dengan Cina. Tindakan Jepang tersebut dikenal dengan “whitewash” yaitu Jepang tidak
mengakui kekejaman kolonisasi dan agresi yang pernah dilakukannya selama Perang Dunia II. Jepang
telah membolak-balikkan fakta sejarah “twisted history” dalam buku sejarah tersebut, sehingga
membuat Cina sakit hati. Sikap Jepang yang tidak mau merubah isi buku tersebut sampai
menyebabkan Ketua Parlemen Cina Li Peng menangguhkan kunjungan balasan ke Jepang.

Proyeksi Masalah di Masa Depan

Permasalahan yang memungkinkan terjadinya perang di kawasan Asia Timur yang pertama
adalah konflik Cina dan Taiwan sebagai titik permulaannya. Sejak tahun 1949 perselisihan Cina
dengan Taiwan tidak pernah usai, bahkan terus meningkat, di mana seperti yang telah disebutkan di
atas tadi bahwa ketegangan hubungan kedua negara disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai
status Taiwan. Taiwan menganggap dirinya bukan bagian dari wilayah Cina, sementara Cina
menganggap Taiwan adalah bagian dari wilayah Cina. Jika perang antara Cina dan Taiwan benar-
benar terjadi, maka perang tersebut akan melibatkan banyak negara yaitu Jepang, AS, dan Korea
Utara. Sebagaimana diketahui bahwa AS adalah aliansi utama Taiwan yang menjamin keamanan
wilayahnya selama ini dari serangan Cina. Jika Cina menyerang Taiwan maka sudah pasti AS akan
membantu Taiwan. Posisi Jepang dalam kasus ini juga sangat rawan karena Jepang merupakan
sahabat dekat Taiwan dan juga negara aliansi AS. Jepang adalah salah satu penyuplai persenjataan
terbesar Taiwan setelah AS. Cina seringkali mengingatkan Jepang untuk menghentikan penjualan
senjatanya terhadap Taiwan. Sedangkan keterkaitan Jepang dengan AS akan menyeret Jepang ke
dalam perang karena berdasarkan isi perjanjian aliansi keamanan Jepang dengan AS tahun 1960
Jepang berkewajiban untuk membantu AS jika terjadi Perang di kawasan Asia Timur. Pada sisi lain
Korea Utara juga akan terlibat Perang karena Ia merupakan sekutu dari Cina. Dalam beberapa
perselisihan yang timbul antara Jepang, AS dengan Korea Utara, Cina selalu mendukung Korea Utara.
Dan jika perang antara Cina dengan Taiwan pecah sudah dipastikan bahwa Korea Utara akan
mendukung Cina.

Permasalahan kedua yang memungkinkan terjadinya perang adalah adanya ancaman nuklir
Korea Utara. Permasalahan antara Korea Utara dengan Korea Selatan serta dengan Jepang sangat
rawan menimbulkan perang terbuka. Kepemilikan nuklir Korea Utara akan menyebabkan
kemungkinan tersebut lebih besar. Sebab selama ini Korea Utara selalu mengunakan isu nuklirnya
untuk dalam proses penyelesaian masalah dengan Jerpang dan Korea Selatan. Korea Utara selalu
berusaha mendapatkan pay-off isu pengembangan nuklirnya dengan bantuan ekonomi dari kedua
negara tersebut. Selama ini cara itu cukup berhasil membantu Korea Utara tetap survive sebagai
sebuah negara miskin. Namun jika pada suatu kondisi tertentu proses pay-off tersebut tidak berjalan,
di mana Korea Selatan dan Jepang tidak lagi mau memberikan bantuan ekonomi terhadap Korea
Utara ataupun muncul isu-isu yang tidak mungkin diselesaikan dengan cara tersebut, maka perang
terbuka tidak akan dapat dihindari. Jika perang itu terjadi maka tidak hanya ketiga negara tersebut
yang akan terlibat tetapi juga akan melibatkan Amerika Serikat dan Cina.

Analisis

Kawasan Asia Timur merupakan ajang pertarungan negara-negara besar sejak sebelum
Perang Dunia I. Pada era kolonialisme kekuatan dari Eropa bertarung memecah belah Cina. Inggris,
Jerman, Belanda dan Portugal adalah beberapa negara yang ikut memasuki kawasan Asia dalam
rangka misi imperialismenya. Bahkan sebagian besar kawasan Asia Timur jatuh ke tengan kolonial
mulai dari Asia Tenggara sampai dengan Cina. Ketika pecah Perang Dunia II, negara-negara besar
bertarung kembali memperbutkan jalur strategis dan sumber alam yang kaya di kawasan ini. Tidak
hanya itu bahkan banyak negara berpindah tangan dari satu penjajah ke penjajah lain. Menjelang
pecah Perang Dunia II, Dunia terbagi kedalam kekuatan sekutu dan poros Jepang-Jerman. Dampak
persaingan itu sangat kuat. Jepang menguasai Asia dengan dalih membebaskan diri dari kekuasaan
Eropa. Tapi pada kenyataannya, Jepang memperlakukan bangsa Asia sebagai daerah jajahan. Di
Eropa, Jerman berambisi menguasai Eropa dengan menjajah Perancis, Ceko, Polandia dan bahkan
akan menguasai Rusia.

Setelah Perang Dunia II, Asia Timur menyaksikan Perang Dingin yang menakutkan. Kawasan
ini terbelah dua besar plus dengan negara netral yang bergabung kedalam Gerakan Non Blok. Satu
kubu terang-terangan dan menjalin alianis dengan Barat. Kubu lain lain memilih berpaling ke Uni
Soviet untuk memenuhi kepentingan nasional masing-masing. Dalam definisinya Thompson
menyebutkan bahwa sebuah kawasan sedikitnya memiliki 11 ciri :

1. Pola interaksi yang ajeg.


2. Keterkaitan sehingga perubahan dalam satu satu komponen sistem akan
mempengaruhi titik lainnya.
3. Identifikasi diri
4. Pengakuan eksternal sebagai aktor menentukan
5. Anggota sistem berupa negara secara relatif inferior terhadap sistem global
6. Tunduk terhadap sistem dominan seperti perubahan dalam sistem dominan akan
memiliki pengaruh besar terhadap sisten regional, bukannya sebaliknya. Semakin
intensif penetrasinya oleh sistem global terhadap sistem regional bukan sebaliknya
7. Ada sejumlah ikatakan etnik, linugistik, kultural, historis yang sama
8. Hubungan institusional yang eksplisit
9. Otonomi yakni lebih dominannya tindakan intra sistem atas pengaruh eksternal
10.  Keseimbangan regional kekuatan-kekuatan lokal.
11.  Status perkembangan yang sama

Dari sejumlah ciri-ciri konseptual yang diajukan Thmopson itu terlihat adanya gejala-gejala yang
muncul di Asia Timur. Misalnya, ketundukan terhadap sistem dominan terlihat ketika Perang Dingin
meletus menjadi perang sungguh-sungguh di Semenanjung Korea. Bahkan sampai menjelang abad
ke-21, Jazirah Korea masih terbagi dua antara komunis dan kapitalia.

Pengertian APEC, Regionalisasi dan Riberalisasi Perdagangan

1. APEC
APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) atau kerja sama ekonomi kawasan Asia Pasifik.
Kerja sama ini pertama kali dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri Australia, Bob Hawke. Kerja
sama ekonomi ini adalah forum kerja sama ekonomi terbuka, informal, tidak mengikat, dan tetap
berjalan searah dengan aturan WTO (World Trade Organization) serta berbagai perjanjian
internasional.

Pertemuan pertama diadakan pada bulan Januari 1989 di Canberra, Australia yang dihadiri
oleh 12 negara, yaitu enam negara anggota ASEAN, Kanada, Australia, Selandia Baru, Amerika
Serikat, Korea Selatan dan Jepang, yang secara resmi menyepakati pendirian APEC. Pada waktu
pertemuan tersebut telah disetujui beberapa hal, antara lain:

 APEC didirikan bukan menjadi suatu blok perdagangan;

 Segala pemikiran dan pertimbangan akan diberikan pada diversifikasi yang ada di
kawasan Asia Pasifik; serta
 Kerja sama ini akan terpusat pada hal-hal praktis yang bertujuan menguatkan saling
ketergantungan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.

Pertemuan kedua pada bulan Juni 1990 di Singapura, ke-12 negara APEC sepakat membentuk
tujuh kelompok kerja yang bertugas mengumpulkan data tentang perkembangan terakhir
perekonomian negara anggota, antara lain bidang jasa, investasi, pengalihan teknologi, perkembangan
sumber daya manusia, kerja sama energi, sumber daya laut, dan telekomunikasi. Program kerja sama
lain yang turut digarap adalah pariwisata, transportasi, dan pengembangan usaha perikanan.

Pertemuan ketiga pada bulan November 1991 di Seoul, Korea Selatan, menghasilkan
kesepakatan masuknya Cina, Hongkong dan Taiwan sebagai anggota baru APEC

Pertemuan keempat pada bulan September 1992 di Bangkok, Thailand. anggota APEC
sepakat membentuk sekretariat APEC yang bermarkas di Singapura.

Pada KTT-APEC pertama di Seattle, Amerika Serikat pada bulan November 1993 disepakati
penambahan anggota baru, yaitu Mexico, Papua Nugini dan Cile. Dalam KTT-APEC yang pertama
ini juga dinyatakan tentang visi APEC, yaitu untuk mewujudkan komunitas ekonomi Asia Pasifik
yang berdasarkan semangat keterbukaan dan kemitraan, serta upaya kerja sama untuk menghadapi
tantangan perubahan, pertukaran barang, jasa dan investasi secara bebas, pertumbuhan ekonomi yang
luas serta standar kehidupan dan pendidikan yang jauh lebih tinggi, dan pertumbuhan yang
berkesinambungan dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan.

2. Regionalisasi
Regionalisme dan integrasi ekonomi merupakan dua hal yang tak terpisahkan karena
kemunculan regionalisme akan mendorong terjadinya integrasi ekonomi, dan sebaliknya kemunculan
regionalisme juga diawali dengan terbentuknya integrasi ekonomi antar negara dalam region. Menurut
Walter, regionalisme ekonomi adalah rancangan dan implementasi serangkaian kebijakan khusus
antar kelompok negara dalam region yang bertujuan untuk meningkatkan pertukaran barang maupun
faktor produksi antar negara anggota . Integrasi ekonomi yang terbentuk meliputi integrasi
perdagangan dan integrasi moneter. Integrasi perdagangan dapat berbentuk Free Trade Area (FTA),
Custom Union (CU) dan Common Market (CM). FTA adalah bentuk integrasi yang paling sederhana
dimana para anggotanya menyepakati perdagangan bebas untuk internal region, yang diperdalam oleh
CU dengan tarif eksternal bersama, dan yang lebih terintegrasi lagi adalah CM yang juga menyetujui
perpindahan faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal, pengusaha) secara bebas. Selain
integrasi perdagangan, integrasi juga terbentuk di bidang moneter dengan tujuan untuk mendapatkan
mata uang yang stabil dan institusi moneter yang dapat dipercaya guna mencari solusi dari kerapuhan
pasar modal global serta revitalisasi perdagangan yang mengalami stagnasi. Yang baru dari integrasi
baru adalah integrasi yang lebih dalam karena adanya persetujuan untuk menghilangkan hambatan
tarif dan regulasi. Regionalisme-baru (new regionalism) muncul pada pertengahan 1980 diawali oleh
FTA antara AS dan Kanada. Regionalisme itu kemudian menyebar di berbagai penjuru bumi seperti
NAFTA di Amerika Utara, Amerika Latin dengan Mercosur nya, European Community di Eropa,
ASEAN dan APEC di Asia. Kemunculan regionalisme baru disebabkan oleh beberapa alasan.
Pertama, berakhirnya Perang Dingin membuka batas-batas ekonomi dan memunculkan pola
kerjasama baru sekaligus menimbulkan kesadaran akan konflik yang dapat muncul dari bentuk
kapitalisme yang berbeda antara AS, Asia Timur dan Eropa Barat. Selain itu, AS memanfaatkan
keruntuhan Soviet untuk menyebarkan isu lingkungan yang harus ditangani bersama secara regional,
menggeser isu keamanan dari yang awalnya soal pengembangan nuklir dan senjata massal. Kedua,
kemunduran power AS yang memunculkan kekuatan-kekuatan baru di Asia Timur seperti Jepang dan
Korea dan memunculkan kebijakan outward orientation mencontoh keberhasilan Jepang. Selain itu,
kemunduran power AS juga menyebabkan negara-negara yang dulu di back up AS ingin
menyelamatkan kepentingannya dengan cara mengadakan kerjasama dengan negara-negara lain selain
AS yaitu di sekitar regionnya. Ketiga, bagi negara berkembang regionalisme dapat meningkatkan
bargaining position mereka untuk melakukan kerjasama dengan negara di luar region.

Analisis Integrasi Regional

Dalam menganalisis integrasi regional ada 2 macam analisis yang dapat digunakan, yaitu
analisis statis dan analisis dinamis. Analisis statis ala Viner melihat integrasi yang muncul dari sudut
pandang penawaran. Ketika penghapusan tarif dalam region mengakibatkan pergeseran permintaan
dari produksi domestik yang kurang efisien menuju partner produksi (efisiensi produksi), maka
perdagangan akan terwujud (trade creation). Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka perdagangan
tidak akan terwujud (trade diversion). Singkatnya, perdagangan –impor dan ekspor – yang muncul
adalah hasil dari penurunan harga yang disebabkan oleh pengurangan bea impor atau peningkatan
kuota. Karena hanya mempertimbangkan variabel penawaran dan harga tanpa melihat pengaruh
permintaan terhadap perdagangan itu sendiri, maka model ini hanya dapat menganalisis efek jangka
pendek dan tidak dapat menangkap efek dinamis dari restrukturisasi industri. Kekurangan model
Viner yang statis disempurnakan oleh analisis dinamis, atau yang sering disebut sebagai teori integrasi
ekonomi kontemporer, dengan menitikberatkan pada efek dinamis dari integrasi ekonomi, yaitu
interaksi antara perdagangan dan investasi serta peranan pengaturan institusional sebagai insentif
untuk integrasi regional dengan analisis terhadap economies of scale, kompetisi dan investasi. Dalam
economis of scale, penurunan harga tidak hanya disebabkan oleh pengurangan tarif, tetapi bisa
ditempuh dari rasionalisasi produksi seperti meningkatkan jumlah produksi, teknologi dan
manajemen. Dengan peningkatan jumlah produksi maka akan terjadi pertumbuhan dinamis dimana
laba yang diperoleh akan diinvestasikan kembali untuk pertumbuhan internal. Walaupun
menghilangkan hambatan tarif tetapi negara tetap memberikan proteksi kepada produksi dalam negeri
dengan cara regulasi tentang standar komoditas impor.

Analisis lain tentang perdagangan regional adalah analisis ekonomi-politik. Alasan ekonomi
politik adalah pertimbangan yang membuat negara memilih organisasi regional. Pertama, interaksi
karena kesamaan sejarah dan budaya dalam region membuat persetujuan menjadi lebih mudah
dicapai. Kedua, regionalisme dirasakan lebih bisa menangkal masalah distribusi pendapatan antar
negara. Ketiga, biaya transportasi dan komunikasi lebih kecil bila kerjasama dilakukan dalam skala
regional daripada skala global. Selain itu, kerjasama regional juga dapat menghindari kepentingan
negara lain di luar region yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Namun dibalik efek positif yang diberikan, regionalisme juga memberikan dampak negatif
yaitu adanya disparitas regional karena kesenjangan antara negara yang kaya dan miskin dalam
region. Teori ekonomi-geografi menjelaskan aglomerasi ekonomi dimana pemusatan kegiatan
ekonomi ,yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, hanya akan terjadi di daerah yang dekat
dengan sumber daya dan industri. Dari sinilah timbul negara core dan periphery dalam region itu yang
dapat dikatakan sebagai kesenjangan pada level regional.

3. Riberalisasi Perdagangan
Pelaksanaan liberalisasi perdagangan merupakan usul Eminent Persons Group (EPG) dan
Pasific Business Forum (PBF). EPG mengusulkan agar perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik
dilaksanakan sepenuhnya tahun 2020 melalui beberapa tahap. Tahun 2010 pelaksanaan bagi negara
maju, tahun 2015 untuk negara industri baru, dan tahun 2020 untuk negara berkembang. Sedang PBF
mengusulkan dimulainya tahun 2002 dan diharapkan sepenuhnya tahun 2010.

Akibat Putaran Uruguay, perdagangan dunia tahun 2005 diperkirakan akan meningkat 12 %
lebih tinggi atau 745 miliar dolar AS di atas nilai perdagangan jika tidak ada Putaran Uruguay.
Kenaikan terbesar ini konon akan terjadi pada garmen (60%), disusul tekstil (34 %), hasil pertanian,
perikanan, dan perhutanan (20 %), serta makanan dan minuman (19 %).
Khusus terhadap Asia, Bank Dunia memproyeksikan kawasan yang menguasai 25 % GNP
dunia ini akan menikmati separuh dari peningkatan perdagangan dunia antara sekarang hingga tahun
2000 atau lebih besar ketimbang yang dinikmati AS maupun Uni Eropa. Prof. Garnaut dari Australian
National University (ANU) memperkirakan Cina, AS, Jepang, Korsel, dan Indonesia akan melampui
negara-negara Uni eropa, termasuk Jerman, pada abad 21 dalam rangking skala perekonomian global.
Untuk Indonesia, menurut proyeksi sekretariat GATT, Putaran Uruguay akan menyebabkan ekspor
negara ini meningkat 10,94 % dan GDP naik 0,8 % atau 856 juta dolar AS. Peluang peningkatan
meliputi produk manufaktur ke Eropa barat dengan peluang peningkatan sebesar 68,67 % dan ke
Amerika utara sebesar 64, 65 %. Tidak semua pihak sependapat dengan perundang-undangan optimis
itu, terutama dalam hal dampak GATT/WTO dan APEC terhadap ekonomi Indonesia, sebab meski
bentuknya belum jelas, APEC tampaknya pada akhirnya akan mengarah ke semacam kawasan
perdagangan bebas. Pendapat agak pesimis antara lain melihatnya lemahnya kemampuan Indonesia
dengan kekurangannya di sana-sini. Mereka mengutip studi OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi
dan Pembangunan) dan Bank Dunia yang menyimpulkan pelaksaan persetujuan Putaran Uruguay
dalam rangka GATT akan menimbulkan situasi ekonomi dan sosial yang lebih parah di negara-negara
berkembang yang relatif lemah, seperti Indonesia. Dampak liberalisasi perdagangan dalam kawasan
yang lebih sempit, yakni AFTA, terhadap negara-negara seperti Indonesia. Sejumlah studi
mengungkapkan, betapa AQFTA tidak akan menimbulkan efek positif secara signifikan terhadap
perdagangan dan pendapatan negara-negara pesertanya. Sebaliknya, liberalisasi perdagangan di
ASEAN akan menimbulkan serious domestic injury terhadap negara yang ekonominya lemah, seperti
berupa tersingkirnya kekuatan-kekuatan ekonomi domestik dalam proses ekonomi sebagai akibat
adanya persaingan dari produk-produk luar. Dampak negatif terhadap kekuatan ekonomi domestik
tidak akan bisa ditutup oleh dampak positif berupa kenaikan PDB akibat AFTA yang sangat minim.
Akibat AFTA, menurut studi Philippines Institute of Development Studies tahun 1996, Indonesia juga
akan mengalami defisit dalam neraca perdagangan dengan negara-negara Asia lainnya dengan ekspor
diperkirakan naik 14,5 %, sementara impor naik lebih tinggi, yakni 27 %. Hasil studi yang dilakukan
sejumlah universitas di Australia bisa kita ungkapkan. Studi ini lebih optimis dibandingkan studi
OECD dan Bank Dunia, yang mengungkapkan Indonesia akan dirugikan sebesar 1,9 – 2,5 miliar dolar
AS per tahun dengan berlakunya GATT/WTO. Menurut studi itu, Cina dan ASEAN (termasuk
Indonesia) yang akan menikmati manfaat paling besar jika liberalisasi perdagangan lebih mendorong
lagi di dunia. Dalam hal ini, ekspor Indonesia diperkirakan meningkat 3,7 miliar dolar AS lebih pada
tahun 2005 dibandingkan dengan jika liberalisasi tidak ada. Sementara pertumbuhan ekonomi
diperkirakan 0,8 % lebih tinggi. Negara-negara atau perekonomian APEC saat ini saling bersaing
untuk memperebutkan dana investasi asing yang jumlahnya sangat terbatas. Forum Bisnis Pasifik
(PBF – Pacific Business Forum) dalam laporannya beberapa waktu lalu mengenai beberapa hambatan
bagi investor dalam menanamkan modalnya di negara-negara tujuan mengenai hambatan-hambatan
investasi. Hambatan itu bisa disebutkan, antara lain persyaratan investasi yang diterapkan pemerintah
negara tujuan, larangan investasi di sektor tertentu, monopoli atau konsesi oleh swasta atau
pemerintah, pendekatan kebijakan yang tidak mendukung, praktik yang mengucilkan investor baru,
kurangnya komitmen terhadap national treatment, serta kurangnya informasi bagi investor.

Pengertian Utang Luar Negeri


Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara
yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa
pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank
swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia.

You might also like