You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN TB PARU
SGD 11 Respirasi 2

Nuzulul Zulkarnain Haq


Rosa Devita
Samsul Arifin
Priyo Febri
Randy Yusuf

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga


2010
1
Pengertian TB Paru

Penyakit infeksi menular yg


disebabkan oleh kuman
Mycobacterium
tuberculosis

Kuman menyerang Paru


dan dapat juga mengenai
organ tubuh lain
(Dep Kes, 2003)
2
Etiologi

Penyebab TB Paru adalah bakteri


Mycobacterium tuberculosis
Mempunyai ciri dan sifat :
• Bentuk batang
• Tahan terhadap asam pewarnaan
• Cepat mati dengan sinar matahari
langsung
• Dapat bertahan hidup ditempat gelap
dan lembab.
3
Faktor-Faktor Penyebab Infeksi

• Herediter
• Jenis kelamin
• Usia
• Diit yang tidak adekuat.
• Keadaan stress
• Meningkatnya sekresi steroid adrenal
• Anak yang mendapat terapi
kortikosteroid
• Nutrisi
• Infeksi berulang 4
Patofisiologi
Droplet
Penderita TB Droplet bakteri
batuk, bersin, bakteri jatuh menguap oleh
atau bicara di lantai angin

Inang baru Droplet Droplet


terinfeksi masuk alveoli terhirup oleh
orang sehat

Bakteri Inang sensitif


Infeksi
menggandakan pada tes
menyebar
diri tuberkulin

5
Klasifikasi TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003)

1. Berdasarkan organ yang terinvasi


a. TB Paru : TB Paru BTA Positif
TB Paru BTA Negatif
b. TB Ekstra Paru : Ringan
Berat

2. Berdasarkan tipe penderita


a. Kasus Baru
b. Kambuh (relaps)
c. Pindahan (transfer in)
d. Kasus berobat setelah lalai (default/drop out)
6
Manifestasi Klinis
1. Gejala respiratorik
a. Batuk
b. Batuk darah
c. Sesak Nafas
d. Nyeri dada

2. Gejala sistemik : Demam dan Gejala lain

3. Gejala klinis Hemoptoe :


a. Batuk darah
b. Muntah darah
c. Epistaksis
7
Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan sputum
2. Pmeriksaan Tuberculin
3. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
4. Pemeriksaan CT Scan
5. Radiologis TB Paru Milier
6. Pemeriksaan Laboratorium

8
Pemeriksaan Rontgen Thoraks

9
Penatalaksanaan

Pencegahan TB Paru

1. Pemeriksaan Kontak
2. Mass chest X-ray
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan
INH 5 mg/kgBB
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE)
10
Pengobatan TB Paru

1. Fase Intensif (2-3 bulan)


2. Fase lanjutan (4-7 bulan)

Tipe Penderita TB :
1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
2. Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
3. Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
4. Kategori IV

11
Obat-obatan anti tuberkulostatik

1. Isoniazid (INH)
2. Rifampisin (R)
3. Pirazinamid (Z)
4. Streptomisin (S)
5. Etambutol (E)

12
Komplikasi

Komplikasi Dini :
 Pleuritis
 Efusi Pleura
 Empiema
 Faringitis

Komplikasi lanjut :
 Obstruksi jalan nafas
 Kerusakan parenkim berat
13
WOC
14
Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Intervensi Keperawatan

15
Pengkajian

1. Data Demografi
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan :
• Keluhan Utama
• Riwayat Penyakit saat ini
• Riwayat Penyakit dahulu
•Riwayat Penyakit keluarga
•Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

16
Pemeriksaan Fisik
(ROS : Review of System)

Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

B1 (breathing)

Inspeksi : Bentuk dada dan pergerakan


pernapasan. Batuk dan sputum. Gerakan
dinding thoraks anterior/ekskrusi
pernapasan. Getaran suara (fremitus vokal)

17
Perkusi
• Pada klien dengan TB paru minimal tanpa
komplikasi, biasanya akan didapatkan
resonan atau sonor pada seluruh lapang
paru.

Auskultasi
• bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi
yang sakit.
18
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)

19
DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret
kental / sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
tracheal / faringeal dapat ditandai dengan:
 Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tak normal.
 Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi ) stridor.
 Dispnoe.

Rencana jangka pendek :


 membersihkan nafas pasien.
 mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

Rencana jangka panjang : Menunjukan perilaku untuk


memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan nafas.
20
INTERVENSI KEPERAWATAN I
 
1. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk latihan nafas dalam.
2. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai dengan keperluan.
3. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat karakter, jumlah
sputum dan adanya hemoptisis.
4. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta
penggunaan otot aksesori. 

Rasionalisasi

5. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan


6. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal ( misalnya ; efek infeksi dan atau tidak adekuat
hydrasi )
7. Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret.
8. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronchi, mengi, menunjukan
akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat
menimbulkan pengguanaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
21
DIAGNOSA KEPERAWATAN II

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


penurunan permukaan efektif, atelektasis,
kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental,
tebal, dan edema bronchial.

Rencana jangka pendek : Menunjukan perbaikan


ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal.

Rencana jangka panjang : Bebas dari gejala distres


pernafasan.
22
INTERVENSI KEPERAWATAN II
 Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai dengan
keperluan.
 Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekhalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis
atau kerusakan parenkhim.
 Kaji diespnoe, tachipnoe, tak normal / menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya
pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada & kelemahan.
 Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan / atau perubahan pada warna
kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

Rasionalisasi.
 Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat
menurunkan beratnya gejala.
 Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps / penyempitan jalan nafas,
sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan / menurunkan
nafas pendek.
 TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneomonia sampai
inflamasi difus luas, necrosis, effusi pleural dan fibrosis luas, efek pernafasan dapat dari
ringan sampai diespnoe berat sampai diestres pernafasan.
 Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenisasi organ vital dan
jaringan. 23
DIAGNOSA KEPERAWATAN III

Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang )


berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat,
penurunan kerja silia / statis sekret, penurunan pertahanan /
penekanan proses imflamasi, malnutrisi, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

Tujuan jangka pendek : Mengidentifikasi intervensi untuk


mencegah / menurunkan resiko penyebaran infeksi.

Tujuan jangka panjang : Menunjukan tehnik / melakukan


perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang
aman.
24
INTERVENSI KEPERAWATAN III

1. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue & menghindari
meludah di tempat umum serta tehnik mencuci tangan yang tepat.
2. Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui bronchus untuk
membatasi jaringan atau melalui aliran darah / sistem limfatik ) dan potensial
penyebaran melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah,bicara, dll.
3. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, anggota, sahabat karib /
teman. 

Rasionalisasi.

1. Perilaku yng diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi dapat membantu menurunkan
rasa terisolir pasien & membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
2. Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk
mencegah pengaktifan berulang / komplikasi. pemahaman begaiman penyakit disebarkan &
kesadaran kemungkinan tranmisi membantu pasien / orang terdekat mengambil langkah
untuk mencegah infeksi ke orang lain.
3. Orang – orang yang terpajan ini perlu program therapy obat untuk mencegah penyebaran
infeksi. 25
TERIMA KASIH

26

You might also like