Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta janin di atas 500 gram (Wiknjosastro, 2005).
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy untuk melahirkan
janin dari dalam rahim (mochtar,1998). Dikatakan juga seksio sesarea adalah
memindahkan fetus dari uterus melalui insisi yang dibuat dalam dinding abdomen
dan uterus (Long,1996).
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer dkk, 2000).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Sesuai pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan, sectio caesaria
adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut
dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat.http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1913518-sectio-
caesaria/
3
A. OTOT DINDING PERUT
Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah atas dibatasi
oleh angulus infrasternalis dan disebelah bawah dibatasi oleh crista iliaca, sulcus
pubicus dan sulcus inguinalis. Otot-otot dinding perut tersebut terdiri dari otot-
otot dinding perut bagian depan, bagian lateral dan bagian belakang.
1. Otot rectus abdominis
Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depan
tertutup vagina dan bagian belakang terletak di atas kartilago costalis 6-8. Origo
pada permukaan anterior kartilago costalis 5-7, processus xyphoideus dan
ligamentum xyphoideum. Serabut menuju tuberculum pubicum dan symphisis
ossis pubis. Insertio pada ramus inferior ossis pubis. Fungsi dari otot ini untuk
flexi trunkus dan mengangkat pelvis.
2. Otot piramidalis
Terletak di bagian tengah di atas symphisis ossis pubis, di depan otot
rectus abdominis. Origo pada bagian anterior ramus superior ossis pubis dan
symphisis ossis pubis. Insertio terletak pada linea alba. Fungsinya untuk
meregangkan linea alba.
3. Otot transversus abdominis
Otot ini berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina
musculi recti abdominis. Origo pada permukaan cartilago costalis 7-12. Insertio
pada fascia lumbodorsalis, labium internum crista iliaca, 2/3 lateral ligamentum
inguinale, berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina musculi
recti abdominis. Fungsi dari otot ini menekan perut, menegangkan dan menarik
dinding perut.
4. Otot obliqus externus abdominis
Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya di sebelah inferior
thorax. Origonya yaitu pada permukaan luas costa 5-12 dan insertionya pada
vagina musculi recti abdominis. Fungsi dari otot ini adalah rotasi thorax ke sisi
yang berlawanan.
4
5. Otot obliqus internus abdominis
Otot ini terletak pada anterior dan lateral abdomen, dan tertutup oleh otot
obliqus externus abdominis. Origo terletak pada permukaan posterior fascia
lumbodorsalis, linea intermedia crista iliaca, 2/3 ligamentum inguinale insertio
pada kartilago costalis 8-10 untuk serabut ke arah supero medial. Fungsi dari otot
ini untuk rotasi thorax ke sisi yang sama.
5
Jenis ini mempunyai kelebihan:
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa di perpanjang proksimal atau distal
Kerugiannya adalah :
a) Kesembuhan luka operasi relatif sulit.
b) Kemungkinan terjadinya ruptura uteri pada kehamilan berikutnya lebih
besar
c) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar.
6
(3) Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil
(4) Kegagalan persalinan vakum atau forsep ekstraksi
Keunggulan insisi segmen bawah rahim menurut Kehrer ialah :
a. Segmen bawah rahim lebih tenang
b. Kesembuhan lebih baik
c. Tidak banyak menimbulkan perlekatan
Kerugiannya insisi segmen bawah rahim menurut Kehrer adalah :
a. Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin
b. Terdapat perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan
7
4) Disporposi sefalo pelvik (cephalo pelvik disporpotion / CPD) yaitu
ketidaksesuaian antara ukuran panggul ibu dengan kepala bayi, dimana
ukuran panggul ibu lebih kecil dibanding kepala bayi.
5) Gawat janin, dimana karena hal-hal tertentu terjadi penurunan kondisi
umum bayi hingga ke keadaan darurat janin.
6) Ruptur uteri
7) Ibu hamil dengan penyakit tertentu. misalnya : hipertensi, herpes genital,
atau HIV-AIDS.
8) Letak bayi melintang atau sungsang.
9) Proses persalinan normal berlangsung lama sehingga terjadi kelelahan
persalinan atau terjadi kegagalan persalinan normal (dystosia).
10) Punya riwayat sectio caesar sebelumnya, yang sesuai dengan indikasi medis.
8
2.4. Patofisiologi Seksio Sesarea
Persalinan
komplikasi
normal
Kala II berjalan
Ibu : lancar
Janin
Infeksi
MK :
9
2.5. Indikasi Seksio Sesarea
Menurut Kasdu (2003) indikasi seksio sesarea di bagi menjadi dua factor :
A. Faktor Janin
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar dari
jalan lahir
2) Kelainan letak bayi
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak sungsang dan lintang
3) Ancaman gawat janin (Fetal Distres)
Gangguan pada janin melalui tali pusat akibat ibu menderita hipertensi atau
kejang rahim. Gangguan pada bayi juga diketahui adanya mekonium dalam
air ketuban. Apabila proses persalinan sulit melalui vagina maka dilakukan
operasi seksio sesarea.
4) Janin abnormal
Janin abnormal misalnya kerusakan genetic dan hidrosephalus
5) Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat
pada ibu dan janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi bila
itu plasenta previa dan solutio plasenta
6) Kelainan tali pusat
Ada dua kelainan tali pusat yang bias terjadi yaitu prolaps tali pusat dan
terlilit tali pusat
7) Multiple pregnancy
Tidak selamanya bayi kembar dilaksanakan secara operasi. Persalinan kembar
memiliki resiko terjadinya komplikasi misalnya lahir premature sering terjadi
preeklamsi pada ibu. Bayi kembar dapat juga terjadi sungsang atau letak
lintang. Oleh karena itu pada persalinan kembar dianjurkan dirumah sakit,
kemungkinan dilakukan tindakan operasi.
10
B. Faktor Ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40
tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko
misalnya hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia.
2) Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.
3) Persalinan sebelumnya dengan operasi
4) Faktor hambatan jalan lahir
Gangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma. Keadaan ini
menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju adalah distosia
5) Ketuban pecah dini
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 60-70% bayi yang mengalami
ketuban pecah dini akan lahir sendiri 2×24 jam. Apabila bayi tidak lahir lewat
waktu, barulah dokter akan melakukan tindakan operasi seksio sesarea.
11
infus oksitosin pada nullipara dimana uterusnya mereka annggap “kebal
terhadap rupture kecuali akibat manipulasi”. Member kesempatan “trial of
labor” pada penderita bekas section-cesarea transversa profunda dimana
terbukti 60% berhasil dan trial of labor pada letak langsung.
Ancaman pada wanita yang mengalami section-cesarea adalah anesthesia,
sepsis berat dan tromboemboli. Namun perlu ditekankan bahwa pneumoni
aspirasi yang sebelumnya merupakan penyebab utama kematian pada sectio-
cesarea di Parkland Memorial Hospital, telah dapat dicegah sempurna setelah
secara rutin diminumkan 30 ml susu magnesia segera sebelum induksi
anastesi. Penyebab umum morbiditas pada kelahiran cesarean yaitu infeksi,
perdarahan, dan perlukaan saluran kencing. Section-cesarea bukan jaminan
terhadap perlukaan janin. Sebagai contoh kepala janin premature sungsang
terjepitdalam insisi uterus melintang yang kecil yang tidak cukup luas untuk
melahirkan karena salah perkiraan. Kesalahan demikian dapat mengakibatkan
perlukaan pada otak atau sum sum tulang belakang janin dan dapat pula
mengakibatkan perluasan insisi uterus ke pembuluh darah atau segmen bawah
uterus atau keduanya. Janin dapat pula terluka pada saat insisi uterus. Perlu
ditekankan bahwa morbilitas perinatal menurun secara dramatis dengan
penggunaan secti-cesarea pada letak sungsang, letak lintang dan plasenta
previa. Meskipun distress pernapasan dikatakan lebih tinggi pada section-
cesarea berulang daripada kelahiran pervaginam namun mungkin tidak
dapatkan perbedaan yang bermakna bila umur kehamilan sama dan hipoksia
serta asidosis dapat dicegah.
12
2.7. Prognosis Operasi Sectio Caesarea
Pada Ibu
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa
sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik
dan oleh tenaga – tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio
caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal
dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara
4 hingga 7 %. (Sarwono, 1999).
13
2.9. Perawatan pascapartum
Perawatan wanita setelah melahirkan secara sesarea merupakan kombinasi
antara asuhan keperawatan bedah dan maternitas. Setelah pembedahan selesai, ibu
akan dipindahkan ke area pemulihan. Pengkajian keperawatan segera setelah
melahirkan meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan pasca-
melahirkan, dan derajat nyeri. Kepatenan jalan nafas dipertahankan dan posisi
diatur untuk mencegah kemungkinan aspirasi. Tanda-tanda vital diukur selama 15
menit selama 1 sampai 2 jam atau sampai wanita itu stabil. Kondisi balutan insisi,
fundus, dan jumlah lokhea dikaji, demikian pula masukan dan haluaran.
Membantu mengubah posisi dan melakukan nafas dalam serta obat-obatan
mengatasi nyeri dapat diberikan.
Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum, perawatan payudara,
dan perawatan higienis rutin. Perawat mengkaji tanda-tanda vital, insisi, fundus
uterus, dan Lokhea. Bunyi nafas, bising usus, tanda homans, dan eliminasi urine
serta defekasi juga dikaji (Bobak, 2004).
Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan
aktifitas, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan kontrasepsi, medikasi dan
tanda-tanda komplikasi. Serta perawatan bayi.
14
2. Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang
terputus
atau dapat juga karena atonia uteri
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan terluka kandung kemih bila
repertonial terlalu tinggi
4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
15
d. Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang, urine jernih pucat dan bising usus tidak
ada, samar atau jelas.
e. Makan atau cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
f. Neorosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi spinal epidural.
g. Nyeri/ketidanyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyaman dari berbagai sumber misalnya trauma
bedah, insisi dan nyeri penyerta, distensi kandung kemih-abdomen, efek-efek
anestesi. Mulut mungkin kering.
h. Pernapasan
Bunyi paru jelas dan vesikular.
i. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh. Jalur
parenteral, bila digunakan paten dan sisi bebas eritema, bengkak dan nyeri
tekan.
j. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhia sedang dan
bebas bekuan berlebihan/banyak.
k. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) : mengkaji perubahan
dari kadar praoperasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan. Urinalisis : kultur urin, darah, vaginal, dan lokhia.
2. Diagnosis Keperawatan
16
2. Ansietas yang berhubungan dengan kritis situasi, ancaman konsep diri,
ancaman yang dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin
transmisi interpersonal.
Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil:
17
b. Mendiskusikan perasaan tentan kelahiran caesarea.
Intervensi Rasional
18
telah gagal, wanita yang lemah.
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
Mandiri
19
kontaminasi janin.
Kolaborasi
20
4. Implementasi
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap :
a. Mengkaji ulang klien, fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi
memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan
keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada, meskipun rencana
asuhan keperawatan telah dikembangkan sesuai diagnosa keperawatan yang
terindetisikasi selama pengkajian, perubahan dalam status klien mungkin
mengharuskan modifikasi asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
c. Mengidentifikasi area bantuan, sebelum mengimplementasikan asuhan,
perawat mengevaluasi rencana untuk menentukan kebutuhan bantuan dan tipe
yang dibutuhkan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan, praktik keperawatan terdiri atas
keterampilan kognitif, interpersonal, dan psikomotor (teknis). Setiap
keterampilan diperlukan untuk mengimplementasikan intervensi.
e. Mengkomunikasikan intervensi, intervensi keperawatan di tulis atau
dikomunikasikan secara verbal. Ketika dituliskan, intervensi keperawatan
dipadukan kedalam rencana asuhan keperawatan dan catatan medis klien.
Setelah intervensi diterapkan, respons klien terhadap pengobatan dicatatkan
pada lembar yang catatan yang sesuai.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pasien dengan post seksio sesarea
adalah memberikan kesempatan untuk ayah/pasangan untuk menyentuh dan
menggendong bayi dan bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi,
tentukan karateristik dan lokasi ketidaknyamanan, dorong keberadaan atau
partisifasi dari pasangan, perhatikan isyarat verbal dan non-verbal seperti
meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas, tentukan respon emosional
klien/pasangan terhadap kelahiran seksio, kaji suhu, nadi, dan jumlah sel darah
21
putih, palpasi abdomen dan perhatikan distensi atau ketidak nyamanan ,
perhatikan status psikologis dan respon terhadap kelahiran seksio sesarea serta
peran menjadi ibu, memerikan cairan per oral 6-8 gelas per hari, bila tepat,kaji
status psikologis klien.
5. Evaluasi
Evaluasi respons klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil
yang diharapkan (yang dikembangkan dalam fase perencanaan dan
didokumentasikan dalam rencana keperawatan) adalah tahap akhir dari proses
keperawatan (Doenges & Moorhouse, 2001).
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan
yaitu :
a. Evaluasi proses atau formatif : fokus tipe evaluasi adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Sistem
penulisan pada tahap evaluasi ini bias menggunakan sistem “SOAP” atau
model dokumentasi lainnya.
b. Evaluasi hasil (sumatif) : fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau
status kesehatan pasien pada akhir tindakan keperawatan. Adapun metode
pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari interview akhir pelayanan,
pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada pasien dan keluarga.
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien seksio sesarea adalah,
perubahan proses keluarga, nyeri/ketidak nyamanan hilang atau berkurang,
ansietas tidak ada atau teratas, tidak terjadi harga diri, rendah situasional, cedera
tidak terjadi, infeksi tidak ada, kostipasi teratasi, paham terhadap perubahan
fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi, pola
eliminasi urine normal, perawatan diri terpenuhi.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi didefiniskan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak
yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
22
berwenang (Potter & Perry, 2005). Semua catatan secara mendasar mengandung
informasi berikut :
a. Identifikasi klien dan data demografi klien
b. Surat izin untuk pengobatan dan prosedur
c. Riwayat keperawatan saat masuk
d. Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan
e. Rencana asuhan keperawatan atau multidisiplin
f. Catatan tentang tindakan asuhan keperawatan dan evaluasi keperawatan
g. Riwayat medis
h. Diagnosa medis
i. Pesananan terapeutik
j. Catatan perkembangan medis dan disiplin kesehatan
k. Laporan tentang pemeriksaan fisik
l. Laporan tentang pemeriksaan diagnostik
m. Ringkasan tentang prosedur operatif
n. Rencana pemulangan dan ringkasan tentang pemulangan.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
24