You are on page 1of 4

Analisis Pengaruh Teman, Media, dan Sekolah tehadap

Perkembangan Anak

Sati Lastari
1030142

RELASI DENGAN TEMAN SEBAYA (PEER)

Keluarga merupakan unit social pertama yang dimasuki oleh seorang anak, maka ikatan
orangtua-anak pun akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak termasuk
kemampuan berinteraksi dengan teman sebaya. Sikap hangat dan dukungan orangtua
dalam pertemanan anak dapat membantu mengembangkan kemampuan social anak
dalam berinteraksi dengan teman sebaya, dan interaksi ini pun dapat member kontribusi
terhadap perkembangan anak kea arah yang positif. Terdapat hubungan timbal balik
antara hubungan pertemanan dengan perkembangan kognitif, social, dan emosi pada
anak, dimana keduanya saling mempengaruhi. Hubungan pertemanan mendukung
perkembangan kognitif, social, dan emosi anak.

Perkembangan sosiabilitas dengan teman sebaya dimulai sejak dini yaitu pada
masa bayi melalui jalinan kontak dengan anak seusianya. Bentuknya melalui sentuhan,
senyuman dan babbling, yang selanjutnya berkembang menjadi interaksi yang
terkoordinasi pada tahun kedua. Hal tersebut juga dikembangkan oleh ikatan antara
anak dengan pengasuhnya. Sikap hangat dari orangtua berkontribusi terhadap hubungan
pertemanan yang luas pada anak dan perilaku social yang lebih kompeten.

Di usia prasekolah, kemampuan komunikasi yang dimiliki anak sudah lebih


efektif dan anak sudah dapat mrmahami perasaan orang lain. Mildred Partern
mengungkap bahwa perkembangan social anak berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
solitary play (aktivitas nonsosial sebagai “pengamat”) yang kemudian menjadi parallel
play (partisipasi social yang terbatas), assosiative play (terlibat dalam aktivitas social
dan berinteraksi langsung untuk saling mempengaruhi), dan cooperative play (tindakan
anak-anak diarahkan pada tujuan yang sama).

Selama middle childhood interaksi teman sebaya menjadi lebih sensitive dan
mengarah pada pandangan orang lain. Interaksi ini juga diatur oleh norma prososial
sehingga permainan anak pun diperngaruhi oleh aturan yang berlaku. Misalnya pada
permainan rough-and-tumble play.

Ada tiga hal yang mempengaruhi sosiabilitas teman sebaya, yaitu: 1) Orangtua,
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsungnya adalah pelibatan diri
pada pergaulan anaknya dnegan teman sebaya. Secara tidak langsung pola pengasuhan
anak juga berpengaruh. Keaktifan orangtua untuk mengatur kegiatan social anak akan
berpengaruh terhadap kompetensi social anak. 2) Interaksi dengan teman berbeda usia,
terdapat hubungan timbal balik: anak yang berusia lebih besar dapat mempraktikkan
perilaku prososial terhadap anak yang lebih muda, dan sebaliknya anak yang lebih muda
dapat belajar dari anak yang lebih tua. 3) Pengaruh Budaya, peran pengasuh dalam
memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai dongeng, ekspresi diri dsb., akan

1
Analisis Pengaruh Teman, Media, dan Sekolah tehadap
Perkembangan Anak

Sati Lastari
1030142

membuat permainan sosiodrama lebih sering pada anak yang berguna untuk
mengembangkan sosialisasi anak pada lingkungan.

Persahabatan

Pada awalnya anak memendang bahwa persahabatan adalah sesuatu yang konkret dan
berdasar pada aktivitas yang menyenangkan. Padahal persahabatan adalah hubungan
dekat yang melibatkan pertemanan dimana masing0masing partner ingiun bersama-
sama dengan yang lain.

Willian Damon mengklasifikasikan perkembangan kedalam tiga tahap,


yaitu: level 1: Friendship as a handly playmate (sekitar 4-7 tahun) pengertian teman
terbatas pada kesukaan dan intensitas waktu yang dihabiskan bersama, level 2:
Friendship as mutual trust & assistance (sekitar 8-10 tahun) konsep persahabatan
berkembang pada aspek psikologis dimana anak menyukai kualitas kepribadian partner-
nya dan mereka saling mendukung satu sama lain, level 3: Friendship as intimacy &
loyality (11-15 tahun dan dewasa) diamna anak mencari kedekatan psikologis dari
sahabatnya, dan berusaha untuk loyal terhadap sahabatnya.

Persahabatan dapat terjadi diantara dua orang atau lebih banyak dan biasanya,
mereka memiliki banyak kesamaan anatara seseorang dengan teman yang lainnya,
misalnya jenis kelamin, etnik, status social ekonomi, dan kepribadian. Sama halnya
dengan anak perempuan, anak laki-laki yang androgenus dapat mengembangkan
kedekatan emosional dalam persahabatannya. Anak laki-laki juga merasa lebih
berkompeten apabial mempunyai banyak teman perempuan. Hal ini dapat
meningkatkan keprcayaan dirinya bahwa dia merasa sebagai orang yang populer.

Kehangatan dan kepuasan dalam persahabatan juga dapat mendukung konsep


diri, mendasari relasi intim, dan memicu munculnya sikap positif dalam mengahadapi
masalah yang ada dalam lingkungan.

Berdasarkan teknik sosiometri, Peer acceptance (derajat disukai/tidaknya


seorang anak sebagai partner social yang berarti oleh kelompok teman sebayanya)
dibedakan dalam empat tipe, yaitu: 1) Popular children (anak yang disukai oleh teman
sebayanya), ada dua jenis yaitu popular-prososial children yaitu anak yang
berkompeten secara akademi dan social dan popular-antisosial children yaitu anak yang
berkompeten dalam bidang atletik, 2) Rejected childen (anak yang secara aktif tidak
disukai), ada dua jenis yaitu rejected aggressive children yaitu anak yang bermasalah
dalam kontak social dan rejected withdrawn children yaitu anak yang pasif dan anehdan
berisiko melakukan serangan destruktif dengan temannya, 3) Controversial children

2
Analisis Pengaruh Teman, Media, dan Sekolah tehadap
Perkembangan Anak

Sati Lastari
1030142

(anak yang memiliki perilaku social yang positif dan negatif), dan 4) Neglected children
(anak yang diabaikan walaupun mereka berkompeten secara social).

Peer groups (kelompok teman sebaya), muncul pada akhir middle childhood
yaitu kumpulan teman sebaya yang terorganisir berdasarkan kedekatan dan kesamaan-
kesamaan lainnya dan membentuk unit social dengan cara memperbanyak nilai-nilai
yang unik, standar perilaku serta struktur social dari pemimpin dan anggotanya.
Hubungan ini berkontribusi pada perkembangan rasa percaya, kepekaan, dan kedekatan.

Teman sebaya mendukung sebagai agen sosialisasi melalui reinforcement


(penguatan), modeling, dan tekanan langsung mempengaruhi kenyamanan dalam
berteman.

MEDIA

Terdapat banyak media yang mempengaruhi perkembangan anak, namun yang


paling umum terjadi dan paling berpengaruh tidak lain adalah televise. Hal ini karena
televise merupakan media yang hampir selalu dimiliki dalam setiap keluarga dan anak
pun lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton TV dibandingkan dengan
aktivitas lainnya dan hal ini meningkat pada anak dengan keadaan social ekonomi
rendah. Padahal terlalu sering menonton TV berkaitan dengan kesulitan bergaul dengan
keluarga dan teman sebaya. Tayangan kekerasan yang ditunjukkan oleh TV juga dapat
meningkatkan agresivitas anak. Tayangan non kekerasan yang mengandung
pengembangan kemampuan koignitif juga dapat mudah dipahami oleh anak. Selain
televise, computer juga dapat member keuntukngan kognitif yang melimpah pada anak.
Namun disisi lain game pada computer selain dapat meningkatkan konsentrasi dan
kemampuan spasial anak juga dapat memicu munculnya perilaku agresi dan kekerasan.

SEKOLAH

Sekolah sangat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan pada anak. Lingkungan


anak yang prososial dapat meningkatkan prestasi anak disekolah dan sebaliknya
lingkungan yang antisosial dapat menjadi masalah dalam prestasi akademis. Interaksi
guru dan murid juga mempengaruhi kemajuan akademis anak. Education self-fulfilling
prophecies (ide bahwa murid boleh mengadopsi sikap positif/negative guru terhadap
mereka) banyak muncul pada kelas yang memperluas evaluasi dan dapat berpengaruh
besar terhadap anak berprestasi rendah

3
Analisis Pengaruh Teman, Media, dan Sekolah tehadap
Perkembangan Anak

Sati Lastari
1030142

You might also like