You are on page 1of 6

RHIZOBIUM PADA KEDELAI (Glycine max)

Disusun oleh :

Sonya Suswanti 140410080064

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILM PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010
TINJAUAN PUSTAKA

Nitrogen (N) merupakan unsur paling penting bagi pertumbuhan tanaman, namun
ketersediaan N di daerah tropis termasuk Indonesia tergolong rendah. Pupuk N buatan yang
menggunakan gas alam sebagai bahan dasar mempunyai keterbatasan karena gas alam tidak
dapat diperbarui. Oleh karena itu, diperlukan teknologi penambatan N secara hayati melalui
inokulasi rhizobium untuk mengefisienkan pemupukan N (Noortasiah, 2005).

Rhizobium merupakan contoh kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai


penyedia unsur hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan tanaman legume, kelompok
bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar didalamnya.
Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari
mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan
dengan masalah ketersedian nitrogen bagi tanaman inangnya, sehingga rhizobium disebut
juga bakteri nitrogen (Rao, N.S., Subba, 1994) (Anonim 1, 2011).

Rhizobium lebih mudah terangsang dalam rizosfer legum daripada  dalam rizosfer
bukan legum. Suatu legum tertentu cenderung untuk menggalakkan perkembangbiakan
bakteri yang mampu menginfeksinya lebih banyak daripada bakteri-bakteri lainnya. Legum
mengekskresikan sejumlah besar substansi ke dalam rizosfer, terutama gula, asam amino dan
vitamin seperti misanya biotin da asam pantotenat walaupun jarang juga tiamin. Biji-biji
legum menghasilkan antibiotik yang dapat berdifusi secara aktif terhadap bakteri bintil.

Rhizobium berasal dari dua kata yaitu Rhizo yang artinya akar dan bios yang berarti
hidup. Rhizobium adalah bakteri gram negative yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya
berwarna putih berbentuk sirkulasi, Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu
spesies tanaman legume saja. Bakteri Rhizobium adalah organotrof, aerob, tidak berspora,
pleomorf, gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri rhizobium mudah tumbuh dalam
medium pembiakan organik khususnya yang mengandung ragi atau kentang. Pada suhu
kamar dan pH 7,0 – 7,2. Morfologi Rhizobium dikenal sebagai bakteroid. Rhizobium
menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose, karena
bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis selulose.
Gambar 1. Bentuk Bakteri Rhizobium Yang Telah DIkultur dan Rhizobium Pada
Akar (Anonim 2, 2010)

Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dan
mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Karena
kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap
nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis.
Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum, Clostridium
pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan
tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup dalam akar
membentuk nodul atau bintil-bintil akar.

Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk


hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut
menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat
nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat
nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar
melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan
demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah (Aguskrisno,
2011).
Gambar 1. Bintil Akar Pada Glycine max

(http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://fandicka.files.wordpress.com/2011/04/binti-
akar-)

Salah satu contoh yang berasosiasi dengan Rhizobiunm adalah kedelai (Glycine max)
dimana jenis rhizobium yang berasosiasi adalah R. japonicum. Pada awalnya tanaman kedelai
dikenal dengan beberapa nama, seperti Glycine soja, atau Soja max. Tapi pada tahun 1984
telah disepakati bahwa nama yang dapat diterima dalam istilah ilmiah adalah adalah Glycine
max (L.). Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom Plantae

Divisio Spermatophyta

Class Dicotyledoneae

Ordo Polypetales

Family Papilonaceae

Genus Glycine

Species Glycine max (L.)

Kedelai mempunyai susunan genom diploid (2n) dengan 20 pasang kromosom, beberapa
jenis liar kedelai juga mempunyai 20 pasang kromosom. Kedelai yang ditanam sekarang
diperkirakan berasal dari jenis liar Glycine soja = Glycine usunensis. Glycine soja
mempunyai bentuk polong dan biji yang hampir sama dengan kedelai biasa, tetapi
tumbuhnya merambat dan kulit bijinya sangat tebal, sehingga embrio dan keping bijinya
terlindungi dengan baik (Departemen Pertanian, 1990) (Sofia, 2007).

Tanaman kedelai dapat beradaptasi pada jenis tanah uang teksturnya ringan hingga
sedang, drainase baik. Tumbuh pada tanah yang gembur, lembab, tidak tergenang air, dan
pHnya antara 6-6,8. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhan akan terhambat karena keracunan
aluminium. Karena dikeahui dengan meningkatnya keasaman tanah Al-nya pun meningkat
Namun rhizobium memiliki kemampuan toleransi pada pH rendah, sehingga dapat betahan
pada kondisi asam (Sofia, 2007).

Dalam menaikkan hasil kedelai ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kedelai, efektivitas strain-strain Rhizobium
japonicum dalam bersimbiosis dengan tanaman kedelai dan kompetisi antar bakteri (Jutono,
1991). Selain faktor-faktor tersebut, jumlah bakteri yang diinokulasikan atau yang terdapat
pada media tumbuh (Weafer RW dan Frederick LRJ998) sangat berpengaruh pada proses
pembentukan bintil akar sehingga menurut Jutono (1991) pada inokulasi inokulum setiap
benih harus terdapat jumlah bakteri Rhizobium japonicum yang cukup. Jumlah bakteri yang
cukup dapat bervariasi, menurut Abel GH dan Erdman LW (1997) berkisar 50.000- 200.000
sel bakteri per benih, Ayanaba A (1995) 1000-10.000 sel bakteri per benih, sedang Freire IN
(1997) rnerekomendasikan 100.000 hingga satu juta set bakteri per benih. Bahkan petani di
Rio Grande do Sul, Brasilia menggunakan inokulum dua kali dosis anjuran (rekomendasi),
untuk kedelai yang baru kali pertama ditanam di lahan pertanian (Freire IN, 1997). Namun
menurut Weaver RW dan Frederick LR (1998) penambahan inokulum di atas dosis anjuran
tidak selalu menambah jumlah bintil akar (Zuchri, 2011).

Bintil akar (nodul) kedelai baik di pangkal akar pokok maupun akar lateral, terbentuk
sebagai akibat sel-sel akar terinfeksi oleh bakteri Rhizobium japonicum dan sejumlah sel-sel
tersebut membelah secara tetrapoioid. Karakteristik perbintilan akar baik yang menyangkut
tata letak bintil akar dalam sistem perakaran, bobot kering bintil akar dapat mencirikan
keefektifan bakteri Rhirobium japonicum bersimbiosis dengan tanaman kedelai. Selain itu,
dapat pula diindikasikan oleh pewarnaan jaringan dalam modul. Bila jaringan modulberwarna
merah muda berarti berlangsung fiksasi N lebih efisien. (Jutono, 1991 dan 1992) (Zuchri,
2011).
DAFTAR PUSTAKA

Aguskrisno. 2011. Aplikasi Rhizobium sp. dalam Peningkatan Produktivitas Pertanian.


http://aguskrisnoblog.wordpress.com

Anonim 1. 2011.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24966/5/Chapter
%20I.pdf

Anonim 2. 2010. Bakteri Menguntungkan. http://www.anneahira.com/

Fandika, 2011. Bintil Akar. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://fandicka.files.

wordpress.com/2011/04/binti-akar

Noortasiah. 2005. Buletin Teknik Pertanian Vol. 10. Nomor 2.

Sofia, Diana. 2007. Respon Ttanaman Kedelai (Glycine max L) Pada Tanah Masam.
http://repository.usu.ac. id/bitstream/123456789/783/1/132231813%285%29.pdf

Zuchri, Amin. 2011. Dampak Penambahan Rhizo –Plus TErhadap Perubahan Perbintilan
Akar Tiga Varietas Kedelai.

You might also like