You are on page 1of 17

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X-2 SMAN 2 BANJARMASIN

PADA POKOK BAHASAN GERAK LURUS BERATURAN


MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DENGAN MODEL DIRECT INSTRUCTION

PROPOSAL
Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metodologi Pendidikan

Oleh:
Marlina (A1C408239)
Zunnamal Islamy (A1C408265)
Muhammad Muslim (A1C408255)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011
I. JUDUL: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X-2 SMAN 2 Banjarmasin pada
Pokok Bahasan Gerak Lurus Beraturan Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan
Model Direct Instruction
II. LATAR BELAKANG
Proses belajar mengajar sesuai KTSP 2006 di atur dalam peraturan pemerintah RI
Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan yang diperjelas dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tanggal 23 mei 2007 tentang standar
pengelolaan pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa mutu pembelajaran di sekolah
dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran yang mengacu pada standar proses,
melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreatifitas,
dan dialogis, diharapkan siswa mencapai pola pikir dan kebebasan berfikir sehingga dapat
melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa berfikir, berargumen mempertanyakan,
mengkaji, menemukan, dan memprediksi.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran IPA. IPA didefinisikan sebagai
“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat
dikatakan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar; IPA bersifat open ended;
2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa fakta, konsep dan teori;
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi penelitian di kelas guru mitra yakni kelas X-2 SMAN 2
Banjarmasin diperoleh data bahwa siswa belum terlatih untuk bertanya dan motivasi belajar
masih rendah, siswa kurang aktif cenderung pasif sehingga pembelajaran masih satu arah atau
pembelajaran berpusat pada guru. Hasil ulangan belum mencapai SKM; ini dapat dilihat dari
skor rata-rata hasil ulangan semester I pokok bahasan gerak lurus berubah beraturan yaitu 62,91.

Karena adanya hasil yang tidak sesuai dengan harapan tersebut maka peneliti merasa
perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara guru mengajar
dengan mengembangkan bahan ajar serta meningkatkan keaktifan siswa dengan lebih banyak
memberi tugas dan guru lebih banyak bertanya untuk menggali rasa ingin tahu serta keaktifan
siswa dalam menjawab serta dengan media-media yang mendukung pengajaran.
Menurut Arend (1997), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar
yang di rancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaian dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur terstruktur dengan baik yang
dapat di ajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu
model pembelajaran langsung ditunjukan pula untuk membantu siswa mempeljari keterampilan
dasar dan memperoleh informasi yang dapat di ajarkan selangkah demi selangkah.
Pada model derict instruction guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi
pembelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi dengan keterampilan tertentu. Pembelajaran
diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian
umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik
tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan
pengtahuan atau keterampilan ang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata.
Menurut Kardi &Nur (2000:8-9) meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan oleh
guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru harus menjamin adanya keterlibatan siswa, terutama melalui memerhatikan,
mendengarkan dua resensi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran
bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berotoriter pada tugas
dan memberi harapan tinggi paa siswa agar memperoleh hasil belajar yang baik.
Proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh
saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan.misalnya ketertarikan siswa, motivasi siswa,
metode guru bervariasi, teknik guru dalam mengajar dikelas mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa. Apabila metode yang digunakan dalam penyampaian materi-metari tertentu siswa
antusias untuk belajar, karena siswa termotivasi. Dalam proses pembelajaran fisika hendaknya
guru melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
Satu ciri dalam pembelajaran langsung adalah diterapkannya strategi modelingnya. Strategi
modeling adalah strategi yang di kembangkan bedasarkan prinsip bahwa seseoramg dapat belajar
melalui pengamatan perilaku orang lain. Strategi belajar modeling berangkat dari teori belajar
sosial, yang juga disebut belajar melalui observasi atau menurut Arends disebut juga dengan
teori pemodelan tingkah laku (Kardi dan Nur (2000:11).
Ada dua alasan yang mendasari mendasari mengapa diterapkan strategi modeling dalam
suatu pembelajaran. Alasan yang pertama adalah untuk mengubah perilaku baru peserta didik
melalui pengamatan model pembelajaran yang di latihkan adalah perlu.Dengan melalui
pengamatan guru (model) yang melakukan kegiatan semisal demonstrasi atau eksperimen, maka
peserta didik dapat meniru perilaku (langkah-langkah) yang dimodelkan atau terampil
melakukan kegiatan seperti yang di modelkan. Alasan yang kedua adalah untuk mendorong
perilaku peserta didik tentang apa yang dipelajari, memperkuat atau memperlemah hambatan.

III. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah secara umum ”Bagaimanakah
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X-2 SMAN 2 Banjarmasin Pada Pokok Bahasan
Gerak Lurus Beraturan Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Model Direct
Instruction?”
Dari rumusan masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana motivasi belajar siswa pada Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan
Model Direct Instruction?
2. Bagaimanakah ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual
dengan model Direct Instruction?
3. Bagaimanakah keterlaksanaan model Direct Instruction dengan pendekatan kontekstual?
4. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung ?
5. Bagaimanakah respon siswa terhadap proses belajar mengajar model Direct Instruction
dengan pendekatan kontekstual?

IV. TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model Direct Instruction dengan
pendekatan kontekstual.
2. Menjelaskan ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual dengan
model Direct Instruction.
3. Menjelaskan keterlaksanaan model Direct Instruction dengan pendekatan kontekstual.
4. Menjelaskan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
5. Menjelaskan respon siswa terhadap proses belajar mengajar model Direct Instruction
dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan .
V. MANFAAT PENELITIAN
Dengan terlaksananya penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan diperoleh adalah
sebagai berikut :
1. Bagi guru, penelitian ini sangat bermanfaat sebagai alternatif untuk
mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan
menerapkan pendekatan kontekstual dalam model pembelajaran Direct
Instruction.
2. Bagi siswa, penelitian ini merupakan salah satu alternatif yang dapat
meningkatkan keterampilan deklaratif guru terhadap siswa.
3. Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan dan dapat di jadikan panduan untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penderapan pendekatan kontekstual
dengan model Direct Instruction.
VI. PENJELASAN ISTILAH DAN BATASAN MASALAH
VI.1 Penjelasan Istilah
a. Pendekatan kontekstual didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang di ajarkan dengan situasi
nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
di miliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
kjeluarga dalam masyarakat. Pembelajaran melibatkan siswa secara aktif
untuk mengkonstruksikan pengetahuanya sendiri, mengaitkan materi
pembelajaran dalam kehidupan nyata, pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan siswa, menekankan pemecahan masalah, menekankan siswa
untuk memonitor pembelajarannya (refleksi diri), menekankan
keterampilan berpikir kritis ddan kretif untul mengumpulkan data dan
memecahkan masalah, dan menggunkana penelitian autentik dengan
berbagai gabungan model pembelajaran yang terintegrasi.
b. Model pembelajaran Direct Instruction model pembelajaran yang berpusat
pada guru dimana siswa hanya mendengar dan memperhatikan penjelasan
materi yang diperjelas dengan demonstrasi oleh guru sebagai
keterampilan deklaratif
c. Motivasi adalah dorongan atau rangsangan yang di berikan oleh guru
kepada siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran, dengan bertujuan
untuk memancing rasa ingin tahu siswa terhadap materi ajar yang ingin di
sampaikan oleh guru.
VI.2 Batasan Masalah
a. Ketuntasan belajar hanya dilihat dari aspek kognitif
b. Aspek afektif yang di nilai adalah kerja keras, respect, tanggung jawab
disiplin, rasa ingin tahu, dan terbuka menerima pendapat
c. Aspek psikomotor yang di nilai adalah kemampuan menganalisis suatu
pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekarjaan
VII. KAJIAN PUSTAKA
VII.1 Pendekatan CTL (Contekstual Teaching Learning)
VII.2 Pengajaran Direct Instruction
VII.3 Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan CTL
VII.4 Ketuntasan hasil belajar.
VII.5 Motivasi belajar siswa
VII.6 Materi Gerak lurus beratura.
VII.7 Penelitian yang relevan
VII.8 Kerangka berfikir

VIII. METODE PENELITIAN


I.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (clasroom action research), karena dalam
penelitian ini untuk mengatasi adanya masalah yang ada dalam kelas Kelas X-2 SMAN 2
Banjarmasin berkaitan dengan sifat individualis dan motivasi belajar siswa yang rendah.
Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
alur penelitian tindakan kelas model Hopkinsyang digambarkan sebagai berikut:
Plan
Reflective

Action/
Observation
Revised Plan
Reflective

Action/
Observation

Revised Plan
Reflective

Action/
Observation

Gambar 8.1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins


Empat tahap penelitian kelas yang dirumuskan oleh Hopkins (Budi, 2003: 4) adalah
sebagai berikut:
8.1.1 Plan(Rencana Awal)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan
sesuatu. Rencana yang dilakukan meliputi:
a. Menyusun RPP pembelajaran Direct Instruction dengan pendekatan kontekstual
untuk 3 siklus (1 siklus dilaksanakan dalam 1 pertemuan).
b. Menyusun LKS, Hand Out, LP, dan media pembelajaran yang layak.
c. Menyusun lembar pengamatan keterlaksanaanRPP dan aktivitas siswa.
d. Membuat angket respon siswa terhadap pembelajaran Direct Instruction dengan
CTL, aktivitas siswa, suasana belajar, dan cara guru mengajar.

8.1.2Action(Tindakan)
Setelah kegiatan perencanaan selesai tahap berikutnya adalah melakukan
implementasi/tindakan dikelas sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang disusun dalam
rencana pembelajaran yaitu memotivasi dan menyampaikan tujuan, menyajikan informasi yang
diperlukan untuk kerja kelompok, transisi menuju kerja kelompok, pembimbingan dalam
kelompok, presentasi hasil kelompok, pemantapan dan evaluasi (mengerjakan soal kuis), dan
akhirnya memberikan penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya baik.
8.1.3Observation (Pengamatan)
Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan observasi oleh observer (guru mitra
dan teman sejawat) tentang keterlaksanaan RPP dan aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama
proses pembelajaran berlangsung, setelah proses pembelajaran dilakukan tes hasil belajar.
8.1.4Reflection (Refleksi)
Setelah semua data terkumpul meliputi keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, dan tes hasil
belajar, selanjutnya dilakukan analisis dan refleksi antara guru/peneliti dan observer. Analisis
data dilakukan melalui reduksi data, paparan, dan kesimpulan. Selanjutnya refleksi untuk
mengkaji tindakan terhadap keberhasilan pencapaian berbagai tujuan dan perlu tidaknya
ditindaklanjuti dalam rangka mencapai tujuan akhir. Berdasarkan hasil refleksi, maka kesalahan-
kesalahan yang terjadi selama pembelajaran dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki
kesalahan pada siklus berikutnya.
Pada siklus terakhir, siswa diminta mengisi angket respon siswa berkaitan dengan proses
pembelajaran, aktivitas siswa, suasana kelas, dan cara guru mengajar.
I.2 Subyek dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-2 SMAN 2 Banjarmasin pada Pokok Bahasan
Gerak Lurus Berubah Beraturan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Mei 2011.
a. Ketuntasan belajar hanya dilihat dari aspek kognitif
b. Aspek afektif yang di nilai adalah kerja keras, respect, tanggung jawab disiplin, rasa
ingin tahu, dan terbuka menerima pendapat
c. Aspek psikomotor yang di nilai adalah kemampuan menganalisis suatu grafik.

I.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel


a. Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa pada saat proses
pembelajaran meliputi menghargai pendapat orang lain, mengambil giliran dan berbagi
tugas, mengundang orang lain untuk berbicara, mendengarkan dengan aktif, bertanya,
berada dalam tugas, dan memeriksa ketepatan.
b. Ketuntasan belajar siswa ditekankan pada tes hasil belajar produk dan proses.
Siswa secara individual telah tuntas belajar, apabila rata-rata ketercapaian indikator minimal
65% dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal 85 % individu tuntas.
c. Keterlaksanaan RPP adalah keterlaksanaan dari fase-fase pembelajaran Direct
Instruction dengan pendekatan kontekstual yang diukur dengan instrumen pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran.
d. Respon siswa adalah pendapat siswa terhadap proses pembelajaran Direct
Instruction dengan pendekatan kontekstual, aktivitas siswa, suasana belajar, dan cara guru
mengajar yang diukur dengan instrumen angket respon siswa.

I.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
I.4.1 Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP yang dilakukan oleh guru dan
aktivitas siswa.Observer adalah teman sejawat dan guru pengajar di SMA 2 Banjarmasin.
I.4.2 Tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui peningkatan ketuntasan belajar secara keseluruhan
pada materi fluida.Tes dilakukan pada setiap akhir putaran yaitu sebanyak 10 soal untuk tiap-tiap
putaran untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa terhadap konsep fluida dinamis dalam
penerapan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual.
I.4.3 Angket
Angket atau kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan pembelajaran Direct Instruction dengan pendekatan kontekstual.
I.4.4 Dokumentasi
Dokumen yang diambil dalam penelitian ini adalah foto saat proses pembelajaran
berlangsung, hasil power point yang dibuat oleh siswa, dan daftar nilai siswa kelas X-2 SMAN 2
Banjarmasin tahun ajaran 2010-2011 semester kedua.
I.5 Perangkat dan Instrumen Penelitian
Perangkat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
8.5.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun menggunakan pembelajaran Direct Instruction dengan pendekatan
kontekstual. RPP ini disusun untuk mengajarkan materi Gerak Lurus Berubah Beraturan yang
disampaikan selama tiga kali pertemuan.
8.5.2 Hand Out
Ringkasan materi gerak lurus beraturan yang terdiri dari tujuan pembelajaran, materi grafik
kecepatan dan posisi GLBB dan kinematika gerak lurus beraturan.
8.5.3 Lembar Kegiatan Siswa
LKS adalah serangkaian kegiatan atau tugas yang harus dilakukan oleh siswa untuk menunjang
proses belajarnya guru untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
8.5.3Lembar Tes Hasil Belajar
Tes ini disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai. Tes dilakukan pada setiap akhir
putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Penyusunan soal tes ini
berdasarkan pada indikator yang akan dicapai sebagai penjabaran dari kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan aspek taksonomi bloom yang meliputi pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan kreativitas.
Soal yang telah dibuat selanjutnya divalidasi oleh pakar atau praktisi, kemudian
dilakukan ujicoba instrumen tes pada siswa yang telah menerima materi gerak lurus beraturan.
Data yang diperoleh dilakukan analisis sebagai berikut:
a. Uji validitas soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahian
instrumen. Uji validitas menggunakan hitungan statistik korelasi product moment dengan
menggunakan rumus:(Suharsimi, 2006: 170)
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rxy = .......................... (8.1)
{N ∑ X 2 − (∑ X ) 2}{N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2}

Keterangan
rxy = koefisien korelasi
X = skor tes pada butir soal yang dicari validitas
Y = skor soal yang dicapai tes
N = jumlah peserta tes
∑ X = jumlah skor butir tes yang diukur validitasnya
∑ Y = jumlah skor total

Untuk menginterpretasikan koefisien validitas dapat digunakan kriteria sebagai berikut :


• rxy = 0,800 – 1,000 = sangat tinggi.
• rxy = 0,600 – 0,400 = tinggi.
• rxy = 0,400 – 0,600 = cukup.
• rxy = 0,200 – 0,400 = rendah.
• rxy = 0,000 – 0,200 = sangat rendah.
(Surapranata, 2005: 59)
Koefisien product moment yang didapat berdasarkan perhitungan selanjutnya dibandingkan
dengan harga tabel. Jika harga rxy lebih besar dari harga tabel maka product moment koefisien
valid.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas suatu tes menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen itu baik. Instrumen yang
dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Rumus
yang dapat digunakan untuk mencari reliabilitas adalah dengan menggunakan rumus
Spearmen Brown.(Suharsimi, 2001: 93)
2r1 / 2 r1 / 2
r11 =
(1 + r1 / 2 r1 / 2 )
N ∑ XY − ( ∑ X )( ∑ Y )
Dengan r1 / 21 / 2 =
{N ∑ X 2
− (∑ X )
2
}{N ∑ Y 2
− ( ∑Y )
2
} ......... (8.2)

Keterangan :
r1/21/2 = koefisien korelasi belahan tes
r11 = koefisien korelasi reliabilitas
c. Taraf kesukaran
Taraf kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu
soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Analisis
tingkat kesukaran item tes digunakan rumus sebagai berikut:(Suharsimi, 2001: 208)
B
P= ................................................................................... (8.3)
Js

dengan: P = indeks kesukaran


B = banyaknya siswa yang menjawab benar
Js = jumlah responden
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 8.1 Kategori Tingkat Kesukaran
Nilai p Kategori
P < 0,3 Sukar
0,3 < P ≤ 0,7 Sedang
P > 0,7 Mudah
(Surapranata, A 2005 : 21)
d. Daya beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa berkemampuan rendah.(Suharsimi, 200: 213)

BA BB
D= − = PA− PB. ……………………….…………… (8.4)
JA JB
D = daya pembeda
BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Jumlah peserta kelompok atas
JB = Jumlah peserta kelompok bawah
B
PA = A = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
JA
BB Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
PA = =
JB

Dengan klasifikasi daya beda sebagai berikut :


D = 0,00 sampai 0,20 = item jelek
D = 0,20 sampai 0,70 = item cukup
D = 0,40 sampai 0.70 = item baik
D = 0,70 sampai 1,00 = item baik sekali
Jika nilai D negatif sebaiknya di buang
8.5.4Lembar Observasi
Lembar observasi terdiri dari lembar keterlaksanaan pembelajaran Direct Instruction
dengan pendekatan kontekstual dan aktivitas siswa.
8.5.5 Lembar Angket
Digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kegiatan pembelajaran CTL dengan
model pembelajaran Direct Instruction, akivitas siswa, suasana belajar, dan cara guru mengajar.
I.6 Teknik Analisis Data
I.6.1 Analisis KeterlaksanaanPembelajaran Direct Instruction dengan CTL.
Pengamatan keterlaksanaan RPP dilakukan oleh pengamat dengan memberikan tanda (√)
pada kolom keterlaksanaan (ya atau tidak). Teknik analisis data secara deskriptif kuantitatif
dengan teknik persentase sebagai berikut:

…………………………………… (8.5)

Keterangan:P = Persentase keterlaksanaan RPP


∑K = Jumlah aspek yang terlaksana
∑N = jumlah keseluruhan aspek yang diamati
Persentase keterlaksanaan fase menggunakan kriteria sebagai berikut:
P = 0% - 24% (tidak terlaksana)
P = 25% - 49% (terlaksana kurang)
P = 50% - 74% (terlaksana baik)
P = 75% -100% (terlaksana sangat baik)

I.6.2 Aktivitas Siswa


Data hasil pengamatan yang digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa meliputi menghargai pendapat orang lain,
mengambil giliran dan berbagi tugas, mengundang orang lain untuk berbicara, mendengarkan
secara aktif, bertanya, tidak berada dalam tugas, dan memeriksa ketepatan dll.
A
prosentase = x 100 %
B ………………………….. (8.6)

Keterangan:
A = Besarnya jumlah frekuensi aktivitas siswa yang muncul.
B = Jumlah total seluruh frekuensi aktivitas siswa yang muncul.

I.6.3 Analisis Tes Hasil Belajar


Berdasarkan tes hasil belajar pada subyek penelitian, dilakukan analisis ketuntasan secara
individual dan klasikal. Siswa secara individual telah tuntas belajar, apabila rata-rata
ketercapaian indikator yang mewakili tujuan pembelajaran memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mata pelajaran Fisika di SMAN 2 Banjarmasin yang ditetapkan sebesar 65%.
Sedangkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:
(Ibrahim, dkk, 2001)

I.6.4 Analisis Respon Siswa


Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap proses
pembelajaran Direct Instruction dengan CTL, aktivitas siwa, suasana belajar, dan cara guru
mengajar. Respon siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan persentase sebagai berikut:

……………………………………………. (8.8)

Keterangan P = Persentase
∑R = Jumlah respon
∑N = Jumlah keseluruhan respon
I.7 Jadwal Penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8.4 Jadwal Penelitian
N Kegiatan Bulan ke …/Minggu …
o Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan X
Observasi awal X
Penyusunan proposal X X X
Seminar Proposal X X
Penyusunan Perangkat X X x
Penyusunan instrumen X X
Validasi perangkat X X
dan instrumen
Perbaikan instrumen X X
2 Uji coba istrumen X
Perbaikan istrumen X
3 Validasi perangkat X X
dan instrumen
Perbaikan instrumen X X
4 Uji coba istrumen X
Perbaikan istrumen X
5 Pelaksanaan PTK X X X X
Analisis data X X X X
Pembuatan skipsi X X X X X X
6 Ujian Skripsi X
7 Perbaikan skripsi X X X
8 Pengumpulan skripsi X

I.8 Biaya Penelitian


a. Observasi awal Rp. 100.000,00
b. Menyusun Proposal Rp. 100.000,00
c. Penyusunan Instrumen Penelitian Rp. 500.000,00
d. Ujicoba Instrumen Penelitian Rp. 500.000,00
e. Revisi instrumen Rp. 300.000,00
f. Pengambilan Data Rp. 1.000.000,00
g. Analisis Data Rp. 500.000,00
h. Menyusun Draft Laporan Rp. 200.000,00
i. Seminar Draft Laporan Rp. 500.000,00
j. Revisi Laporan Penelitian Rp. 500.000,00
k. Penggandaan Laporan Penelitian Rp. 500.000,00
l. Transportasi Rp. 500.000,00
Jumlah Rp. 5.200.000,00
Biaya Tak Terduga Rp. 500.000,00
Total Rp. 5.700.000,00
DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 1994. Learning To Teach. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2003. Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Depdiknas.

Ernawati, N. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendkatan Contexual


Teaching And Learning (CTL) Pada Pokok Bahsan Energi Dan Usaha Di Kelas VII-B
SMPN 1 Balongpanggang. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Hasan, M. 2005. Penerapan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Tingkat
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas I-1 SMA Negeri 2 Pamekasan Pada Pokok Bahasan
Dinamika Gerak Lurus. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Itho’ah, Z. 2005. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam
Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Fisika Siswa Kelas II E SMP Negeri 1
Bungah-Gresik Pada Pokok Bahasan Suhu Dan Pemuaian. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Jatmiko, Bi. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Unesa.

Kanginan, M. 2001. Fisika SMA Kelas X 1A. Jakarta: Erlangga.

Nur, M, dkk. 2000a. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa.

Nur, M, dkk. 2000b. Pembelajaran Konstruktivisme. Surabaya: Unesa.

Suryanti. 2000.Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa


Kelas VSD Laboratorium Unesa. Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unesa.

Tipler, P.A. 1998. Fisika Untuk Sains Dan Teknik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Tim. 2005. Panduan Penulisan Skripsi dan Penilaian Skripsi. Surabaya: University Press.
Koreksi :
1. Kata2 yg d stabile warna kuning harap d cek kembali dr segi ejaan atau
pemisahannya.
2. Utk dafus spasinya 1,15, before 0, after 0
3. Latar belakang perbaiki sistematika urutannya, yg mana yg perlu d
dahulukan antara : harapan, kenyataan, masalah, solusi, dan kajian
empirik.
4. Kalau mengutip dari modul PTK bapak, harusnya diberi tambahan kutipan
contoh: Suharsimi (dalam Suyidno & Arifuddin, 2011: 34)
5. Dafus sesuaikan dengan referensi yg kalian punya, jgn copas punya bapak

Sorry Sob, kami bnyk mengoreksi mpun


buan km….
Tp niat kami baik, sekira kd d revisi olh
“Si Lebay n Jayus”
Mauk klo buan km amun d bulikakannya
tarus, kd kh sangkal hati
Iyakaahhh ???!! hahahaahaha
Salam sayang dan hangat
mmmuuuuuuuaaaaaaaaaacccchhhhhh

You might also like