Professional Documents
Culture Documents
SOSIALISASI POLITIK
DALAM MASYARAKAT BERKEMBANG
I. Pendahuluan.
Studi tentang sosialisasi politik telah menjadi bidang kajian yang sangat menarik akhir-akhir ini.
Ada dua alasan yang melatarbelakangi sehingga sosialisasi politik menjadi kajian tersendiri
dalam politik kenegaraan: Pertama, Sosialisasi politik dapat berfungsi untuk memelihara agar
suatu system berjalan dengan baik dan positif. Dengan demikian, sosialisasi merupakan latihan
agar individu sadar dan merasa cocok dengan system serta kultur (budaya) politik yang ada.
Kedua, Sosialisasi politik ingin menunjukkan relevansinya dengan sistem politik dan data
mengenai orientasi anak-anak terhadap kultur politik orang dewasa, dan pelaksanaannya di masa
mendatang mengenai sistem politik.
Di dalam kehidupan politik sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku. Yang berarti bahwa
sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada
seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi – reaksinya
terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik , individu-individu diharapkan mau dan
mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik. Dalam hal ini
sosialisasi merupakan suatu proses pedagogis ( proses pendidikan ), atau suatu proses
pembudayaan insan-insan politik.
Sosialisasi politik juga harus berjalan secara benar, dalam arti semua nilai, pengetahuan, dan
orientasi politik yang diinternalisasikan kepada seluruh warga negara jangan sampai
menyesatkan atau menyimpang dari hakikat keindonesiaan sesuai dasar negara dan konstitusi.
Sedangkan sosialisasi politik yang baik, itu berarti upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka itu
haruslah bersifat dialogis dan bukan indoktriner seperti yang terjadi di era Orde Baru.
Lalu, siapakah yang menjadi agen-agen sosialisasi politik itu? Masalah apa saja yang ada dalam
sosialisasi politik di masyarakat berkembang? Dimana budaya masyarakat Indonesia yang masih
bercorak bapakisme, maka umumnya rakyat lebih mendengar apa kata para pemimpin, elit
politik, dan mereka yang dianggap sebagai tokoh masyarakat.
II. Pembahasan
A. SOSIALISASI POLITIK
1. Pengertian Sosialisasi Politik
Sosialisasi Politik, merupakan salah satu dari fungsi-fungsi input sistem politik yang berlaku di
negara-negara manapun juga baik yang menganut sistem politik demokratis, otoriter, diktator
dan sebagainya. Sosialisasi politik, merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik
pada anggota masyarakat.
Keterlaksanaan sosialisasi politik, sangat ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan
kebudayaan di mana seseorang/individu berada. Selain itu, juga ditentukan oleh interaksi
pengalaman¬-pengalaman serta kepribadian seseorang. Sosialsiasi politik, merupakan proses
yang ber¬langsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara
kepribadian individu dengan pengalaman-pengalaman politik yang relevan yang memberi bentuk
terhadap tingkah laku politiknya. Pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap¬-sikap yang diperoleh
seseorang itu membentuk satu layar persepsi, melalui mana individu menerima rangsangan-
rangsangan politik. Tingkah laku politik seseorang berkembang secara berangsur-angsur.
2. Pengertian Menurut Para ahli
Berbagai pengertian atau batasan mengenai sosialisasi politik telah banyak dilakukan oleh para
ilmuwan terkemuka. Sama halnya dengan pengertian-pengertian tentang budaya politik, sistem
politik dan seterusnya, meskipun diantara para ahli politik terdapat perbedaan, namun pada
umumnya tetap pada prinsip-prinsip dan koridor yang sama. Berikut ini akan dikemukana
beberapa pengertian sosialisasi politik menurut para ahli.
a. David F. Aberle, dalam “Culture and Socialization”. Sosialisasi politik adalah pola-pola
mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku, yang menanamkan pada individu-individu
keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu
untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang
terus berkelanjutan) sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih
harus terus dipelajari.
b. Gabriel A. Almond. Sosialisasi politik menunjukkan pada proses dimana sikap-sikap politik
dan pola-pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk, dan juga merupakan sarana bagi suatu
generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada
generasi berikutnya.
c. Irvin L. Child. Sosialisasi politik adalah segenap proses dengan mana individu, yang
dilahirkan dengan banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan
tingkah laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa
diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya.
d. Richard E. Dawson dkk. Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai suatu pewarisan
pengetahuan, nilai-nilai dan pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru, dan sarana-
sarana sosialisasi yang lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak dewasa.
e. S.N. Eisentadt, dalam From Generation to Ganeration. Sosialisasi politik adalah komunikasi
dengan dan dipelajari oleh manusia lain, dengan siapa individu-individu yang secara bertahap
memasuki beberapa jenis relasi-relasi umum. Oleh Mochtar Mas’oed disebut dengan transmisi
kebudayaan.
f. Denis Kavanagh. Sosialisasi politik merupakan suatu proses dimana seseorang mempelajari
dan menumbuhkan pandangannya tentang politik.
g. Alfian. Mengartikan pendidikan politik sebagai usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi
politik masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati betul nilai-nilai yang
terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Hasil dari penghayatan
itu akan melahirkan sikap dan perilaku politik baru yang mendukung sistem politik yang ideal
tersebut, dan bersamaan dengan itu lahir pulalah kebudayaan politik baru. Dari pandangan
Alfian, ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama: sosialisasi politik hendaknya dilihat
sebagai suatu proses yang berjalan terus-menerus selama peserta itu hidup. Kedua : sosialisasi
politik dapat berwujud transmisi yang berupa pengajaran secara langsung dengan melibatkan
komunikasi informasi, nilai-nilai atau perasaan-perasaan mengenai politik secara tegas. Proses
mana berlangsung dalam keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, kelompok kerja, media massa,
atau kontak politik langsung.
Dari sekian banyak definisi ini nampak mempunyai banyak kesamaan dalam mengetengah-kan
beberapa segi penting sosialisasi politik, sebagai berikut.
a. Sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman/ pola-
pola aksi.
b. memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dan kelompok dalam batas-
batas yang luas, dan lebih khusus lagi, berkenaan pengetahuan atau informasi, motif-motif (nilai-
nilai) dan sikap-sikap.
c. sosialisasi itu tidak perlu dibatasi pada usia anak-anak dan remaja saja (walaupun periode ini
paling penting), tetapi sosialisasi berlangsung sepanjang hidup.
d. bahwa sosialisasi merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial, dan baik secara
implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial.
Dari sekian banyak pendapat di atas, menurut Michael Rush & Phillip Althoff, ada dua masalah
yang berasosiasi dengan definisi-definisi tersebut di atas. Pertama : seluas manakah sosialisasi
itu merupakan proses pelestarian yang sistematis? Hal ini penting sekali untuk menguji
hubungan antara sosialisasi dan perubahan sosial; atau istilah kaum fungsionalis, sebagai
pemeliharaan sistem. Dalam kenyataan tidak ada alasan sama sekali untuk menyatakan mengapa
suatu teori mengenai sosialisasi politik itu tidak mampu memperhitungkan: ada atau tidaknya
perubahan sistematik dan perubahan sosial; menyediakan satu teori yang memungkin
pencantuman dua variabel penting, dan tidak membatasi diri dengan segala sesuatu yang telah
dipelajari, dengan siapa yang diajar, siapa yang mengajar dan hasil-hasil apa yang diperoleh. Dua
variabel penting adalah pengalaman dan kepribadian dan kemudian akan dibuktikan bahwa
kedua-duanya, pengalaman dan kepribadian individu, lebih-lebih lagi pengalaman dan
kepribadian kelompok-kelompok individu- adalah fundamental bagi proses sosialisasi dan bagi
proses perubahan.
Kedua : adalah berkaitan dengan keluasan, yang mencakup tingkah laku, baik yang terbuka
maupun yang tertutup, yang diakses yang dipelajari dan juga bahwa berupa instruksi. Instruksi
merupakan bagian penting dari sosialisasi, tidak perlu disangsikan, orang tua bisa mengajarkan
kepada anak-anaknya beberapa cara tingkah laku sosial tertentu; sistem-sistem pendidikan
kemasyarakatan, dapat memasukkan sejumlah ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan;
negara bisa secara berhati-hati menyebarkan ideologi-ideologi resminya. Akan tetapi tidak bisa
terlalu ditekankan, bahwa satu bagian besar bahkan sebagian terbesar sosialisasi, merupakan
hasil eksperimen; karena semua itu berlangsung secara tidak sadar, tertutup, tidak bisa diakui dan
tidak bisa dkenali.
Jadi, walaupun kenyataan bahwa sosialisasi itu sebagian bersifat terbuka, sistematik dan
disengaja, namun secara total adalah tidak realistis untuk berasumsi bahwa makna setiap
pengalaman harus diakui oleh pelakunya, atau oleh yang melakukan tindakan yang menyangkut
pengalaman tersebut.
Kiranya kita dapat memahami bahwa sosialisasi politik adalah proses, dengan mana individu-
individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap sistem politik
masyarakatnya. Peristiwa ini tidak menjamin bahwa masyarakat mengesahkan sistem politiknya,
sekalipun hal ini mungkin terjadi. Sebab hal ini bisa saja menyebabkan pengingkaran terhadap
legitimasi; akan tetapi apakah hal ini menuju pada stagnasi atau pada perubahan, tergantung pada
keadaan yang menyebabkan pengingkaran tersebut. Apabila tidak adanya legitimasi itu disertai
dengan sikap bermusuhan yang aktif terhadap sistem politiknya, maka perubahan mungkin saja
terjadi, akan tetapi apabila legitimasi itu dibarengi dengan sikap apatis terhadap sistem
politiknya, bukan tidak mungkin terjadi stagnasi.
Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses dengan jalan
mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada politik. Adapun sarana
alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi politik, antara lain :
1. Keluarga (family). Wadah penanaman (sosialisasi) nilai-nilai politik yang paling efisien dan
efektif adalah di dalam keluarga. Di mulai dari keluarga inilah antara orang tua dengan anak,
sering terjadi “obrolan” politik ringan tentang segala hal, sehingga tanpa disadari terjadi tranfer
pengetahuan dan nilai-nilai politik tertentu yang diserap oleh si anak.
2. Sekolah. Di sekolah melalui pelajaran civics education (pendidikan kewarganegaraan), siswa
dan gurunya saling bertukar informasi dan berinteraksi dalam membahas topik-topik tertentu
yang mengandung nilai-nilai politik teoritis maupun praktis. Dengan demikian, siswa telah
memperoleh pengetahuan awal tentang kehidupan berpolitik secara dini dan nilai-nilai politik
yang benar dari sudut pandang akademis.
3. Partai Politik. Salah satu fungsi dari partai politik adalah dapat memainkan peran sebagai
sosialisasi politik. Ini berarti partai politik tersebut setelah merekrut anggota kader maupun
simpati-sannya secara periodik maupun pada saat kampanye, mampu menanamkan nilai-nilai
dan norma-norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. Partai politik harus mampu men-
ciptakan “ image ” memperjuangkan kepentingan umum, agar mendapat dukungan luas dari
masyarakat dan senantiasa dapat memenangkan pemilu.
Proses ini melibatkan orang-orang baik dari generasi tua maupun dari generasi muda. Selain
melalui sarana keluarga, sekolah, dan partai politik, sosialisasi politik juga dapat dilakukan
melalui kelompok kerja, kelompok sebaya, kelompok agama, dan media massa serta peristiwa
sejarah yang telah berlangsung ( pengalaman tokoh-tokoh politik yang telah tiada) berperan
sebagai agen atau pelaku sosialisasi. Dan juga melalui berbagai seminar, dialog, debat, dan
sebagainya yang disiarkan ke masyarakat, tokoh-tokoh politik juga secara tidak langsung
melakukan sosialisasi politik.
Apabila sosialisasi politik bisa dilaksanakan dengan baik melalui berbagai sarana yang ada,
maka masyarakat dalam kehidupan politik kenegaraan sebagai satu sistem akan melahirkan
budaya politik yang bertanggung jawab. Ini berarti tanggung jawab masyarakat sesuai dengan
hak dan kewajibannya, yaitu bagaimana dirinya mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kehidupan politik kenegaraan atas dasar kesadaran politik yang baik dan tinggi. Tolak ukur
keberhasilan sosialisasi politik terletak pada sejauh mana pendidikan politik yang telah
dilakukan, sehingga menghasilkan masyarakat yang mempunyai kesadaran dan budaya politik
"etis" dan "normatif" dalam mewujudkan partisipasi politiknya.
III. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
Maran, Rafael Maran. 2007. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.
media elektronik