Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
SEPTIANA ANGGARANI
2009.2.111.2009
Puji Syukur Alhamdulillahi robbil alamiin ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, nikmat dan hidayah. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
karawitan kediren yang ada di daerah kediri. Selain itu makalah ini disajikan untuk melengkapi
Terselesaikannya penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan kepada penulis, mendapat balasan yang
lebih baik dari Allah SWT. Kritik dan saran dari semua pihak demi kebaikan makalah ini sangat
diharapkan dan akan diterima dengan terbuka, rendah hati serta penuh kesabaran.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat membuka wawasan yang lebih luas
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 1
1.2. Manfaat…………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………..…… 4
3.1. Simpulan………………………………………………………... 11
3.2. Saran……………………………………………………………. 12
LAMPIRAN....................................................... .......................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit
juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk
mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam
laras slendro dan laras pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna
suara ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia,
Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam
ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat
memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka
Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 72 alat dan dapat dimainkan oleh niyaga
(penabuh) dengan disertai 10-15 pesindhen dan atau gerong. Susunannya terutama terdiri dari
alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam. Alat-alat lainnya berupa kendang, rebab
(alat gesek), gambang yaitu sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai
Gamelan Jawa mempunyai tanggapan luar biasa di dunia internasional. Saat ini telah
banyak diadakan pentas seni gamelan di berbagai Negara Eropa dan memperoleh tanggapan
yang sangat bagus dari masyarakat di sana. Bahkan sekolah-sekolah di luar negeri yang
memasukkan seni gamelan sebagai salah satu musik pilihan untuk dipelajari oleh para pelajarnya
juga tidak sedikit. Tetapi ironisnya di negeri sendiri masih banyak orang menyangsikan masa
depan gamelan. Terutama para pemuda yang cenderung lebih tertarik pada musik-musik luar
yang memiliki instrument serba canggih. Dari sini diperlukan suatu upaya untuk menarik minat
1.2. Manfaat
Gamelan merupakan karya seni yang adi luhung Bangsa Indonesia di dalam bidang seni
musik. Instrument tersebut suatu bagian integral dari semua aktivitas budaya yang sampai saat
ini dilestarikan keberadaannya oleh penerusnya atau pemilik kebudayaan tersebut, seperti halnya
Berkaitan dengan hubungan antara fungsi budaya dengan realitas sosial kehidupan
masyarakat pada umumnya tidak sekedar memperoleh kenikmatan dari hasil budaya yang
diciptakannya, tetapi juga mendapatkan tuntunan dan petunjuk tentang berbagai hal yang
produk budaya dan kenyataannya sampai saat ini dipertahankan sebagai pelestarian warisan
leluhur sangat diperlukan bagi masyarakat pendukungnya yang berfungsi untuk sarana pelengkap
dalam ritual, seperti Upacara Sekatenan yang sering dilaksanakan di Keraton Yogyakarta dan
Surakarta, sarana hiburan rakyat, dan ekspresi seniman dalam dunia musik.
Di dalam kehidupan masyarakat Jawa kedudukan gamelan memiliki peran yang sangat
penting, di samping sebagai wahana musik, gamelan digunakan sebagai musik bebas (berdiri
sendiri), sarana hiburan, komunikasi, adat tata cara, dan upacara-upaca ritual (religi), dengan
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Gamelan di Kerajaan Kediri
Pada tahun 929947 M, di Jawa Timur muncul kerajaan yang diperintah oleh Empu
Sindok. Dari pemerintahan ini banyak dikeluarkan prasasti, terutama dalam hal pendirian
bangunan suci dan juga buku yang bernama “Sang Hyang Kamahayanikan” yang menguraikan
soal-soal ajaran dari agama Buddha Tantrayana. Sedangkan Empu Sindok sendiri beragama
Hal serupa juga dijelaskan oleh Soekmono yang dikutip oleh Soeroso (1983:11) bahwa
pemerintahan Sindok digantikan oleh putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya yang
ada kemajuan yang berarti. Baru pada masa pemerintahan Dharmawangsa pengganti dari
pada tahun 996 M, dan kitab hukum “Siwasana” pada tahun 991M.
Menurut Soeroso (1983:134), pada tahun 929 M (pemerintahan Empu Sindok) sampai
996 M (pemerintahan Dharmawangsa) data yang menunjukkan adanya ricikan atau alat-alat
- kendhang
- cangkhakahala : terompet
- suling
Pada tahun 1019 Raja Dharmawangsa digantikan oleh Raja Airlangga. Dalam
mejalankan pemerintahannya Raja Airlangga dibantu oleh Narotama. Selama pemerintahan Raja
“Arjunawiwaha” pada tahun 1030M yang isinya menceritakan perkawinan Arjuna dengan
seorang bidadari sebagai hadiah para dewa kepada arjuna setelah Arjuna membunuh raksasa
yang menyerang khayangan. Pada masa Raja Airlangga data yang menunjukkan adanya ricikan
gamelan).
c. Diperkirakan awal abad XI, Cantakaparwa menyebut gubar (bonang tanpa pencon)
(Soeroso 1983:16).
Setelah Raja Airlangga wafat pada tahun 1049 M, tidak diketahui siapa penggantinya.
Baru pada tahun (1115 1130 M) diketahui bahwa yang menjadi Raja di Kediri adalah Sri
Maharaja Rake Sirikan Sri Kameswara. Dalam masa pemerintahanya, lahirlah kitab
“Smaradahana”. kemudian Kameswara posisinya digantikan oleh Jayabaya (1130 1160 M),
pada masa Jayabaya muncul adanya kitab Bharatayudha” yang digubah oleh Mpu Sedah pada
tahun 1157, lalu diteruskan oleh Mpuh Panulu. Mpu Panulu yang juga menulis kitab
Raja terakhir di Kediri adalah Kertajaya, beliau memerintah pada tahun (1200 1222 M).
pada masa pemerintahan Kertajaya, kerajaan Kediri banyak menghasilkan karya sastra yaitu
Sedangkan sampai Kertajaya ditemukan data bahwa ricikan gamelan hanya terdapat pada
a. 115, Kitab Smaradhana menyebut gangsa (perunggu), gendhing (lagu), gong, kendhang,
suling.
c. 1157, Kitab Bharatayudha menyebut bheri, gamel (tabuh/alat pukul) gendhing, gong,
kalacangkha, kemanak (bentuknya seperti pisang terbuat dari perunggu) (Soeroso, 1983:21).
Karawitan Kediren adalah penampilan kerawitan yang bergaya khusus yang pernah hidup
2. Kempul tidak berpathokan seperti karawitan di Sala, tetapi teknik yang digunakan teknik
Contoh: loro-loro
3. Biasanya teknik memukul bonang pada umumnya bonang penerus mengikuti bonang babok
tetapi pada karawitan kediren bonang babok dan bonang penerus teknik memukulnya
meracik sendiri.
Perkembangan karawitan Kediren tidak bisa berkembang pesat karena seni karawitan
Berdasarkan uraian diatas maka di bawah ini adalah singkatan dan tanda
a. A : ompak
b. B : ciblon
c. b : dhe (kendhang)
e. Bb : bonang babok
f. Bk : buka
g. Bp : bonang penerus
h. Br : pathet barang
i. C : ngelik
j. D : demung
k. Dl : dlang (kendhang)
l. Ktw : ketawang
m. KD : kendhang
n. Lcr : lancaran
o. Ldr : ladrang
p. Lgm : langgam
q. Myr : manyura
r. N : kenong
s. o : tok (kendhang)
t. p : thung (kendhang)
u. PL : pelog
v. Pt : pathet
w. Pk : peking
x. Sl : slendro
y. Swk : suwuk
z. T : tak (kendhang)
Singkatan dan penanda di atas adalah singkatan atau penanda yang menggunakan abjad/huruf.
selain contoh-contoh di atas masih ada singkatan dan tanda yang menggunakan kode atau tanda
lain.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Karawitan Kediren adalah penampilan kerawitan yang bergaya khusus yang pernah hidup
2) Kempul tidak berpathokan seperti karawitan di Sala, tetapi teknik yang digunakan teknik
Contoh: loro-loro
3) Biasanya teknik memukul bonang pada umumnya bonang penerus mengikuti bonang babok
tetapi pada karawitan kediren bonang babok dan bonang penerus teknik memukulnya
meracik sendiri.
Perkembangan karawitan Kediren tidak bisa berkembang pesat karena seni karawitan
Kediren yang memelihara rakyat biasa bahkan saat ini karawitan Kediren hampir mengalami
kepunahan.
3.2. Saran
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan beberapa saran: (1) Untuk memahami
karawitan secara utuh, seseorang harus memiliki bekal awal berupa pemahaman sejarah
gamelan, yang berarti memahami unsur-unsur yang terkandung dalam gamelan, (2) Pembacaaan
terhadap singkatan dan tanda agar mampu memainkan gamelan dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Soekmono, R., 1959. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid II. Jakarta: Trikarya
Narasumber:
Nama : Suroso.
Alamat : Desa Lamong Rt. 01 / Rw. 03 Kecamatan Badas -
Kabupaten Kediri
No. Telp : (0354) 393359
Pekerjaan : Pensiunan Kasi Kebudayaan.