You are on page 1of 32

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Indonesia yang dikenal luas sebagai negara kepulauan terdiri dari pulaupulau yang dikelilingi lautan luas, sekitar 5,8 juta kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia. Kondisi perairan di Indonesia didukung dengan letak astronomis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, yaitu antara 60 LU 110 LS dan 950 BT 1410 BT tersebut membuat Indonesia mendapat curahan panas matahari yang cukup tinggi. Hal itu memungkingkan segala jenis tumbuhan dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, khususnya tumbuhan bakau atau lebih dikenal dengan nama mangrove ( Rhizopora spp.). Penyebaran hutan mangrove di Indonesia cukup luas. Bahkan, Indonesia adalah negara yang mempunyai ekosistem hutan mangrove terluas di dunia dengan luas sekitar 3,8 juta hektar, diikuti Brazil, Australia, Nigeria, dan Mexico. Indonesia memiliki sekitar 40% dari total hutan mangrove di dunia. Namun, Lebih kurang 70 persen dari 9,4 juta hektare luas potensial mangrove (hutan bakau) di seluruh Indonesia rusak akibat masih banyaknya masyarakat yang belum paham tentang pentingnya ekosistem. Selama ini manusia masih belum begitu memahami manfaat mangrove terhadap keutuhan lingkungan, terutama di daerah pesisir. Sehingga mereka seringkali melakukan perusakan terhadap hutan mangrove demi memperoleh keuntungan semata. Padahal, mangrove dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tanpa perlu merusak ekosistemnya, asal dilakukan dengan baik dan benar. Hutan Mangrove di Indonesia tersebar di berbagai daerah, salah satunya di Banyuwangi. Letak Banyuwangi yang berada di sekitar pesisir dan dikelingi laut membuat banyak jenis mangrove tumbuh di sana. Kebanyakan Mangrove di Banyuwangi tersebar di daerah pesisir Banyuwangi Selatan sampai Alas Purwo. Memiliki kawasan hutan bakau yang cukup luas merupakan keuntungan tersendiri bagi lingkungan sekitar dan juga masyarakatnya. Bakau mempunyai berbagai macam manfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia, baik untuk keutuhan lingkungan maupun manfaat bagi masyarakat secara langsung. Dengan

pengelolaan yang baik dan benar, bakau atau mangrove dapat meningkatkan taraf hidup manusia tanpa perlu merusaknya. Hal itulah yang menyebabkan pengelolaan hutan bakau saat ini kurang diperhatikan dengan baik. Dapat dilihat, banyak kawasan hutan bakau yang rusak. Salah satu penyebabnya adalah ulah manusia. Padahal, perusakan itu dapat merugikan masyarakat dan juga lingkungan sekitar. Dengan kata lain, jika manusia mengetahui manfaat dan cara melestarikan bakau dengan baik dan benar, maka masyarakat dapat merasakan keuntungan yang besar bagi kehidupannya. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis membahas masalah tersebut dalam karya ilmiah ini, yang berjudul Pelestarian Hutan Mangrove serta Pemaksimalan Peranannya Terhadap Lingkungan dan Masyakat Khususnya di Pesisir Banyuwangi Selatan.

Gambar 1. Kondisi mangrove yang rusak karena kurangnya rehabilitasi

I.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, perlu dirumuskan masalah seperti di bawah. Bagaimana kondisi umum hutan mangrove saat ini, khususnya di Apa saja manfaat mangrove terhadap lingkungan dan masyarakat di Bagaimana cara memanfaatkan mangrove bagi masyarakat tanpa daerah Pesisir Banyuwangi Selatan? wilayah sekitar pesisir Indonesia? merusak ekosistemnya?

Bagaimana cara untuk memelihara kelestarian dan keutuhan hutan

mangrove? I.3 Tujuan Dengan penelitian ini, penulis bertujuan: mengetahui kondisi umum hutan mangrove saat ini, khususnya di mengetahui manfaat mangrove terhadap lingkungan dan masyarakat di mencari cara memanfaatkan mangrove bagi masyarakat dengan benar, mencari cara untuk memelihara kelestarian dan keutuhan hutan daerah Pesisir Banyuwangi Selatan wilayah sekitar pesisir di Indonesia. tanpa merusak ekosistemnya mangrove. I.4 Manfaat Dengan tulisan ini diharapkan masyarakat dapat memahami tentang kondisi hutan mangrove saat ini sehingga dapat menjaga keutuhan hutan mangrove utamanya di kawasan pesisir daerah Banyuwangi Selatan Dengan mengetahui manfaat mangrove bagi lingkungan, diharapkan masyarakat dapat menjaga kelestarian hutan mangrove Masyarakat sekitar kawasan hutan magrove dapat memanfaatkan hutan mangrove untuk meningkatkan perekonomian tanpa tanpa perlu merusaknya. Mengantisipasi kerusakan yang terjadi di kawasan hutan mangrove, sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Pengertian Mangrove Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) yang berarti tumbuhan dan grove (English) yang berarti belukar atau hutan kecil. Pengertian mangrove menurut beberapa ahli, adalah sebagai berikut. 1. 2. Menurut Steenis (1978), mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh Menurut Nybakken (1988), mangrove adalah sebutan umum yang diantara garis pasang surut. digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. 3. Menurut Soerianegara (1990), mangrove adalah tanaman yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daearah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh: tidak terpengaruh iklim; dipengaruhi pasang surut; tanah tergenang air laut; tanah rendah pantai; hutan tidak mempunyai struktur tajuk; jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri dari api-api (Avicenia

sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), nipah (Nypa sp.) dll. 4. Menurut Mac Nae (1968), kata mangrove digunakan untuk menyebut jenis pohon pohon atau semak semak yang tumbuh di antara batas air tertinggi saat air pasang dan batas air terendah sampai di atas rata rata permukaan laut. 5. Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropika dan

subtropika yang terlindung dan memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob. 6. laut. 7. Menurut Longman dan Jenik; Monkhouse dan Small (1978); Moore (1977), hutan mangrove merupakan masyarakat hutan halofil yang menempati bagian zone intertidal tropika dan subtropika, berupa rawa atau hamparan lumpur yang terbasahi oleh pasang surut. 8. Kostermans (1982), menyebut mangrove sebagai vegetasi berjalan yang cenderung mendorong terbentuknya tanah timbul melalui suksesi alami atau buatan dengan terbentuknya vegetasi baru pada tanah timbul tersebut. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian mangrove adalah formasi hutan khas daerah tropika dan sedikit subtropika, terdapat di pantai rendah dan tenang, berlumpur, sedikit berpasir, serta mendapat pengaruh pasamg surut air laut. Hutan mangrove dibedakan dengan hutan pantai dan hutan rawa. Hutan pantai yaitu hutan yang tumbuh disepanjang pantai, tanahnya kering, tidak pernah mengalami genangan air laut ataupun air tawar. Ekosistem hutan pantai dapat terdapat disepanjang pantai yang curam di atas garis pasang air laut. Kawasan ekosistem hutan pantai ini tanahnya berpasir dan mungkin berbatu-batu. Sedangkan hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dalam kawasan yang selalu tergenang air tawar. Menurut Baehaqie dan Indrawan (1993), hutan mangrove merupakan hutan dengan vegetasi yang hidup muara sungai, daerah pasang surut, dan tepi

Gambar 2. Hutan mangrove yang masih terjaga kelestariannya

II.2

Jenis jenis Mangrove Hutan mangrove di Indonesia sering juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah

ini sebenarnya kurang tepat karena bakau (rhizophora) adalah salah satu family tumbuhan yang sering ditemukan dalam ekosistem hutan mangrove. Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyte, atau mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinity) air laut dan pada umumnya bersifat alkalin. Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicenniaceae alba) di zona terluar atau zona pionir ini II. 3 Bagian-bagian Pohon Mangrove Secara umum, populasi hutan mangrove di dominasi oleh jenis tanaman dari family Rhizophora spp. Berikut adalah sosok dari tanaman tersebut. 1) Perakaran sifat jangkauan perakaran berkembang dengan baik, ukuran jangkauan perakaran sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pada lokasi pohon tersebut.

Gambar 3. Akar pohon mangrove

2) Pohon Pada saat tanaman ini masih muda, kulit pohonnya kelabu, lentisel pada batangnya berwarna terang. 3) Daun Bentuk daun jenis Rhyzophora mucronata adalah paling lebar dibandingkan dengan jenis Rhyzophora lainnya. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua sampai hijau kekuning-kuningan. Panjang daun 13-23 cm dan lebarnya 812 cm berbentuk elips atau oval telur. 4) Bunga Bunga dalam satu malai banyaknya 4-16 biji, calix panjangnya 14-16 mm dengan lebar 7-9 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan pada saat masih muda. daun bunganya terdiri dari 4 helai. Benang sarinya pendek yaitu 1-2 mm dan indung telurnya 3-4 mm pada kepala putik. 5) Buah Ukuran buah Rhyzophora mucronata panjangnya 6-8 cm dan lebarnya 2-3 cm, panjang benih rata-rata 90 cm, meruncing ke bagian ujung. Benih ini berbentuk batang setelah menancap di lahan pertumbuhannya. II. 4 Ciri-ciri Mangrove Soemodihardjo et al, 1993 menyebutkan ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah: memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;

memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.; memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora; memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

II.5 Habitat Mangrove Menurut Soemodihardjo et al, 1993, tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah: tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama; tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Suatu penelitian memerlukan suatu metode penulisan yang dipergunakan sebagai cara menemukan, menguji kebenaran dan menjalankan prosedur dengan benar, sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah dengan tingkat kebenaran yang optimal. Adapun metode yang dipergunakan sebagai berikut : 3.1.

Sumber Data
Sumber Data yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah: 1. Sumber Data Primer Sumber data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara di Dinas Perhutani 2. Sumber Data Sekunder Disamping menggunakan sumber data primer, juga menggunakan sumber data sekunder, yaitu sumber data yang tertulis dan merupakan sumber data yang diperoleh melalui kepustakaan, yaitu dari berbagai buku literature dari perpustakaan umum dan berbagai informasi dari internet.

3.2.

Metode Pengumpulan Sumber Data

1. Studi Pustaka Metode Studi Pustaka dilakukan dengan mencari sumber melalui bukubuku yang membahas tentang mangrove. Selain itu, juga dilakukan pencarian referensi yang di dapat dari internet. 2. Wawancara Metode wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan Dinas Perhutani Bagian Selatan dengan narasumber bapak Panca dan bapak Suprapto agar mendapatkan informasi yang nyata .

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Kondisi Umum Hutan Mangrove Saat ini IV.1.i Kondisi Mangrove di Indonesia Indonesia adalah negara yang mempunyai ekosistem hutan mangrove terluas di dunia dengan luas sekitar 3,8 juta hektar, diikuti Australia, Brazil, Nigeria, dan Mexico. Mangrove di Indonesia kebanyakan tersebar di daerah Irian Jaya (35%), Kalimantan Timur (20,6%), Sumatra Selatan (9,6%), dan propinsi lainnya kurang dari 6%. Tekanan yang berlebihan terhadap kawasan hutan mangrove untuk berbagai kepentingan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian alam telah mengakibatkan terjadinya penurunan luas hutan mangrove yang cukup drastis. Berdasarkan data tahun 1984, Indonesia memiliki mangrove dalam kawasan hutan seluas 4,25 juta ha, kemudian berdasar hasil interpretasi citra landsat (1992) luasnya tersisa 3,812 juta ha (Ditjen INTAG dalam Martodiwirjo,1994); dan berdasarkan data Ditjen RRL (1999), luas hutan mangrove Indonesia tinggal 9,2 juta ha (3,7 juta ha dalam kawasan hutan dan 5,5 juta hadi luar kawasan). Namun demikian, lebih dari setengah hutan

10

mangrove yang ada (57,6 %), ternyata dalam kondisi rusak parah, di antaranya 1,6 juta ha dalam kawasan hutan dan 3,7 juta ha di luar kawasan hutan. Kecepatan kerusakan mangrove mencapai 530.000 ha/th.Upaya merehabilitasi daerah pesisir pantai dengan penanaman jenis mangrove sebenarnya sudah dimulai sejak tahun sembilan-puluhan. Data penanaman mangrove oleh Departemen Kehutanan selama tahun 1999 hingga 2003 baru terealisasi seluas 7.890 ha (Departemen Kehutanan, 2004), namun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah. Data ini menunjukkan laju rehabilitasi hutan mangrove hanya sekitar 1.973 ha/tahun. Di samping itu, masyarakat juga tidak sepenuhnya terlibat dalam upaya rehabilitasi mangrove, dan bahkan dilaporkan adanya kecenderungan gangguan terhadap tanaman mengingat perbedaan kepentingan.

Gambar 4. Penyebaran mangrove di dunia

IV.1.ii Kondisi Mangrove di Banyuwangi Selatan Dari hasil penelitian yang kami lakukan kondisi hutan mangrove di Banyuwangi selatan masih sangat baik. Luas keseluruhan kawasan hutan mangrove adalah 48.565,2 ha. Dari sekian hektar hutan yang ada hanya sekitar 5% saja yang mengalami kerusakan. Hutan mangrove di Banyuwangi yang khusus ditangani oleh perhutani berada di daerah Banyuwangi Selatan . Daerah tersebut mencakup kawasan Bangorejo, Purwoharjo (Grajagan), dan Tegaldelimo atau Alas Purwo (tidak termasuk kawasan Taman Nasional) dengan luas total kurang lebih 12.675 ha. Berbeda dengan daerah lain di

11

Indonesia, hutan mangrove yang ada di Banyuwangi belum banyak di sentuh masyarakat. Hutan Mangrove memiliki banyak sekali manfaat baik untuk lingkungan maupun masyarakat di sekitar pesisir. Namun selama ini banyak masyarakat pesisir pantai Banyuwangi Selatan yang tidak mengenal fungsi hutan mangrove secara keseluruhan. Padahal jika dimanfaatkan dengan baik, hutan mangrove sangat membantu perekonomian masyarakat sekitar. Dinas Perhutani Banyuwangi mengatakan bahwa masyarakat sekitar pantai pesisir selatan Banyuwangi masih pasif dan tidak terlalu berminat untuk menggarap hutan mangrove yang ada. Mereka hanya tertarik untuk bekerja sebagai petani dan nelayan saja, tanpa mempedulikan potensi hutan mangrove di sekitar tempat tinggal mereka. Nelayan sekitar hanya memanfaatkan ekosistem hutan mangrove sebagai tempat mencari ikan. Karena daerah di bawah hutan mangrove merupakan habitat bagi berjuta-juta fitoplankton yang merupakan makanan utama bagi para ikan. Padahal selain untuk mencari ikan, hutan mangrove memiliki banyak fungsi lain yang dapat dimanfaatkan. Untuk itu, kelestarian hutan mangrove juga perlu dijaga. IV.2 Manfaat Umum Hutan Mangrove Terhadap Lingkungan dan Masyarakat di Wilayah Sekitar Pesisir Indonesia Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic vallues). IV.2.i Manfaat Mangrove Terhadap Lingkungan Beberapa manfaat terhadap lingkungan di sekitar pesisir, dan manfaatnya terhadap ekonomi manusia secara tidak langsung antara lain adalah: 1. Pelindung terhadap bencana alam di lingkungan sekitar pesisir.

Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi. Mangrove berfungsi utama sebagai penahan abrasi air

12

laut dan pengikisan pantai oleh air laut. Akar-akar mangrove yang unik dan menarik (ada yang berbentuk cakar ayam, pensil, dan lain-lain), mampu menjebak sedimen, sehingga membentuk dataran baru. Fungsi lain yang tak kalah pentingnya adalah sebagai peredam gelombang tsunami. Fakta di NAD membuktikan bahwa perumahan penduduk yang terlindung oleh mangrove tidak banyak mengalami kerusakan, apabila dibandingkan dengan perumahan yang tak terlindung. Hal ini karena gelombang tsunami mampu diredam hingga sekian persen (oleh mangrove), sehingga kekuatannya saat menerpa perumahan bisa tereduksi dan tak terlalu besar lagi. 2. Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai. Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk Pertumbuhan daratan karena endapan garis dan pantai batas tanah dari yang waktu ditahannya ke waktu. menumbuhkan perkembangan

mangrove memperluas

pantai dan memberikan

kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri. 3. Menjernihkan air. Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat

13

merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati. 4. Melindungi dan memberi nutrisi bagi fauna sekitar Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove. 5. Mengawali rantai makanan. Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.

Gambar 5. Rantai makanan pada ekosistem mangrove

6.

Habitat satwa langka. Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan

14

bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus). 7. Pengendapan lumpur. Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi. 8. Penambah unsur hara. Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian. 9. Penambat racun. Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif. 10. Sumber alam dalam kawasan ( In Situ ) dan luar kawasan ( Ek Situ ). Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur. 11. Transportasi. Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan. 12. Sumber plasma nuftah. Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi kehidupan liar itu sendiri. 13. Memelihara proses proses dan sistem alami.

15

Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya. 14. Penyerapan karbon. Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. 15. Memelihara iklim mikro. Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga. 16. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam. Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam. 17. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan. 18. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang. IV.2.ii Manfaat Mangrove bagi Manusia Beberapa manfaat langsung ( fungsi ekonomis ) sebagai konsumsi manusia antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. dll 7. jual. Mangrove bisa dibudidayakan menjadi bibit-bibit mangrove yang siap Tempat menambat kapal. Penghasil bahan makanan. Dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Bahan pembuat obat obatan. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, kosmetik,

16

8. 9.

Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola Tempat wisata, penelitian & pendidikan.

tambak silvofishery.

IV.3 Cara Memanfaatkan Mangrove bagi Masyarakat dengan Benar, Tanpa Merusak Ekosistemnya Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai kawasan hutan, mangrove memiliki manfaat yang nyata bagi masyarakat dan pembangunan Indonesia. Sehingga tidak berbeda jauh dengan nasib hutan di Indonesia pada umumnya, banyak oknum manusia yang melakukan kegiatan tidak bertanggungjawab dengan melakukan perusakan pada kawasan hutan mangrove untuk keuntungan pribadi. Potensi mangrove yang sangat bermanfaat juga menggoda sebagian orang untuk mencari keuntungan tanpa memelihara keutuhan hutan mangrove. Padahal, mangrove memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga kelestarian lingkungan sehingga harus dijaga keutuhannya. Sehingga, banyak hutan mangrove yang saat ini dijadikan hutan lindung. Dengan melihat manfaat mangrove yang sangat banyak, masyarakat sudah seharusnya sadar untuk dapat memaksimalkan potensi mangrove bagi perekonomiannya dengan dibarengi kesadaran dalam melestarikan hutan mangrove agar tidak punah nantinya Berikut ini akan dijabarkan cara-cara dalam memaksimalkan pemanfaatan hutan mangrove bagi kehidupan manusia dengan tetap menjaga kelestariannya. Sehingga masyarakat di daerah Banyuwangi Selatan dapat lebih bisa merasakan manfaat hutan mangrove secara utuh. a. Hutan Pendidikan Potensi hutan mangrove yang telah tercipta menjadi suatu ekosistem pantai, dapat dimanfaatkan menjadi sarana pendidikan sebagai pusat informasi dan penelitian tehadap fauna yang hidup di kawasan ini. Sehingga diharapkan dengan pengelolaan yang profesional dapat memacu keikutsertaan masyarakat dalam usaha pelestarian lingkungan khususnya dipesisir pantai.

17

b.

Penjualan bibit mangrove Mangrove bisa dibudidayakan menjadi bibit-bibit mangrove yang siap jual. Masyarakat sekitar pesisir Banyuwangi selatan dapat membudidayakan bibit mangrove. Kemudian, mereka dapat menjualnya kepada berbagai pihak/instansi yang memerlukan, terutama di daerah yang tidak memiliki hutan mangrove. Bibit-bibit mangrove tersebut digunakan sebagai green belt untuk merehabilitasi pantai/pesisir yang rusak karena abrasi. c. Pembuatan tambak udang dan ikan Biasanya masyarakat membuat empang parit, yakni tambak udang atau ikan yang dapat dikelola oleh masyarakat sekitar. Mangrove merupakan penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan utama biota laut. Sehingga hutan mangrove menjadi tempat yang tepat untuk mengembangbiakkan fauna lautan seperti ikan, kepiting bakau, kerang, lobster pemakan plankton, dan udang. Pembuatan empang parit tersebut juga sebagai salah satu usaha untuk mereboisasi hutan mangrove.

18

Gambar 6. Manfaat mangrove terhadap pembangunan perikanan

d.

Pembuatan obyek wisata Hutan mangrove yang terletak di pesisir pantai selatan Banyuwangi memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Pemandangan laut lepas yang mengarah ke samudra Hindia menjadikan daerah ini sangat potensial. Banyak hewan yang menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai habitat tempat tinggal mereka. Keindahan itu dapat dimanfaatkan dengan membuka tempat wisata bagi para wisatawan. Bahkan, saat ini di Dusun Bloksolo, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo akan dibuat desa wisata mangrove yang sangat potensial bagi pariwisata Banyuwangi.

19

Gambar 7. Persiapan pembangunan desa mangrove wisata di Purwoharjo, Banyuwangi

e.

Bahan Pembuat Makanan Bagian-bagian kecil dari mangrove dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan. Pemanfaatan ini tidak akan merusak ekosistem mangrove, karena hanya sebagian kecil saja yang digunakan Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon mangrove jenis api-api dapat dimakan sebagai sayur atau lalapan. Bunga mangrove api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Selain itu, buah mangrove jenis Sonneratia alba atau Pedada (yang berbentuk seperti buah jambu klutuk dengan warna kulit kehijauan) ternyata dapat diolah menjadi selai dan dodol mangrove. Karena makanan yang berasal dari mangrove belum populer di masyarakat, maka masyarakat dapat menarik minat pembeli dengan menjual jajanan yang tidak biasa ini. Berikut adalah cara membuat dodol mangrove agar dapat dipraktekkan sendiri oleh masyarakat sekitar pesisir. Resep Dodol Mangrove Bahan: 8 buah mangrove jenis pedada (Sonneratia alba) kg tepung ketan 1 bungkus tepung beras 1 kg gula merah

20

2 butir kelapa Cara membuat: 1. Blender buah pedada, lalu saring dan ambil airnya saja. 2. Campur tepung beras dan ketan, lalu aduk dengan air santan hingga rata, masukkan gula merah yang sudah dicairkan lalu masak adonan hingga mengental. 3. Bisa dibentuk cetakan sesuai selera. Setelah dingin, siap dihidangkan.

Gambar 8. Buah mangrove yang dapat dijadikan dodol dan selai

f.

Bahan Pengawet Buah pohon bakau jenis tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah bakau tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklatmerah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon mangrove dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten. Hal tersebut juga dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar pesisir pantai selatan Banyuwangi. Selain manfaat-manfaat tersebut, sebenarnya masih banyak manfaat

mangrove lainnya. Karena semua bagian dari pohon mangrove memang sangat potensial. Namun, masyarakat juga harus menjaga keutuhan hutan mangrove. Sehingga pemanfaatan yang dapat dilakukan hanya beberapa saja.

21

IV.4 Cara Menjaga Kelestarian dan Keutuhan Hutan Mangrove Hutan mangrove mempunyai berbagai manfaat penting bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya. Namun masih banyak manusia yang kurang memahami pentingnya keberadaan mangrove tersebut. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya hutan mangrove yang rusak. Sumber-sumber pengrusakan hutan mangrove antara lain.

usaha tambak udang penebangan kayu dan ilegal logging penambangan minyak lepas pantai pencemaran bibir pantai tourism urbanisasi dan perluasan wilayah pembangunan jalan dan infrastruktur Jika hal tersebut berlanjut terus menerus, maka akan mengakibatkan

berbagai masalah serius yang akan dihadapi oleh manusia maupun lingkungan sekitarnya. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari kerusakan hutan mangrove adalah : 1. Instrusi air laut

Instrusi air laut adalah masuknya atau merembesnya air laut kearah daratan sampai mengakibatkan air tawar sumur/sungai menurun mutunya, bahkan menjadi payau atau asin (Harianto, 1999). Dampak instrusi air laut ini sangat penting, karena air tawar yang tercemar intrusi air laut akan menyebabkan keracunan bila diminum dan dapat merusak akar tanaman. Instrusi air laut telah terjadi dihampir sebagian besar wilayah pantai Bengkulu. Dibeberapa tempat bahkan mencapai lebih dari 1 km. 2. 3. 4. Turunnya kemampuan ekosistem mendegradasi sampah organik, Penurunan keanekaragamanhayati di wilayah pesisir. Peningkatan abrasi pantai minyak bumi dll.

22

5. 6. 7. 8. 9.

Turunnya sumber makanan, tempat pemijah & bertelur biota laut. Turunnya kemampuan ekosistem dalam menahan tiupan angin, Peningkatan pencemaran pantai. Dapat mengakibatkan banjir. Sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang. Dengan melihat begitu banyaknya masalah serius yang dapat ditimbulkan

Akibatnya produksi tangkapan ikan menurun. gelombang air laut dlll.

dengan adanya kerusakan hutan mangrove, maka diperlukan adanya pelestarian hutan mangrove. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi masalah masalah yang dapat ditimbulkan dari kerusakan hutan mangrove sendiri. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan hutan mangrove antara lain : Rehabilitasi/Reboisasi Mangrove Rehabilitasi/reboisasi mangrove terutama ditujukan untuk kawasankawasan perlindungan dan budidaya perikanan.. Hal ini sesuai dengan fungsi dari mangrove itu sendiri. Jenis mangrove yang ditanam disesuaikan dengan kondisi alam wilayahnya. Penanaman kembali mangrove Penanaman mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Modelnya dapat masyarakat terlibat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta pemanfaatan hutan mangrove berbasis konservasi. Model ini memberikan keuntungan kepada masyarakat antara lain terbukanya peluang kerja sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan mangrove secara bertanggungjawab Penyusunan Tata Ruang Wilayah Pesisir secara terpadu Dalam hal ini ditentukan dan ditetapkan zonasi-zonasi tertentu di wilayah pesisir sebagaimana fungsi wilayahnya, antara lain zona preservasi, zona konservasi dan zona pemanfaatan intensif. Pengendalian pencemaran dan kerusakan wilayah pesisir

23

Program ini bertujuan untuk mengantisipasi, mencegah serta mengendalikan potensi pencemaran dan kerusakan wilayah pesisir dan laut. Perkembangan industri, perikanan, perdagangan dan pemukiman di pantai utara serta pertumbuhan wisata dan perikanan di selatan berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Abrasi yang terjadi di wilayah pesisir utara pada umumnya terjadi akibat perubahan peruntukan lahan di kawasan tersebut dimana hanya sedikit kawasan pesisir utara yang stabil yaitu 13 % di pulau Jawa dan 22 % di pulau Sumatera. Oleh sebab itu penanganan abrasi di pesisir utara lebih diarahkan kepada pengendalian perubahan fungsi lahan. Penataan dan pengendalian kegiatan pertambangan di wilayah pesisir; Kegiatan pertambangan yang marak di era otonomi daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah telah menyebabkan terjadinya potensi permasalahan lingkungan hidup yang semakin meningkat. Penataan dan perlindungan daerah tangkapan ikan nelayan lokal; Program ini dimaksudkan agar tangkapan dari para nelayan berupa ikan atau biota laut dapat meningkat dan berkesinambungan sehingga taraf hidup dan kesejahteraan nelayan meningkat. Pengembangan pendidikan lingkungan berbasis masyarakat dan penguatan peran kelembagaan lokal dalam meningkatkan kemampuan partisipasi masyarakat Penguatan instrumen penegakan hukum sebagai upaya legal pengelolaan pesisir dan laut. Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan lokal tentang pelestarian hutan mangrove.

24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


V. 1 Kesimpulan 1. Hutan Mangrove memiliki manfaat yang sangat banyak dalam menjaga keutuhan lingkungan daerah pesisir, terutama dalam mencegah erosi, menumbuhkan pulau, menstabilkan pantai, menjernihkan air dan menyediakan makanan bagi fauna-fauna sekitar. 2. Mangrove juga dapat meningkatkan perekonomian warga jika dimanfaatkan dengan benar. Pemanfaatan mangrove tanpa merusaknya adalah dengan pembuatan tambak udang dan ikan, menjadikannya obyek wisata, memanfaatkan dijual kembali. 3. Sudah saatnya masyarakat mulai menyadari dan mengetahui potensi-potensi mangrove sehingga dapat lebih peduli pada kelestariannya. Pemerintah dan masyarakat harus berperan aktif dalam rehabilitasi hutan mangrove di Indonesia dan Banyuwangi. 4. Pemanfaatan hutan mangrove secara berlebih dapat mengurangi fungsinya secara utuh. Cara terbaik untuk tetap menjaga keutuhannya adalah dengan memanfaatkan jasa dari hutan ini. 5. dilakukan mangrove V. 2 Saran 1. 2. Sebagai hutan lindung diharapkan kepada masyarakat untuk membantu Sosialisasi kepada masyarakat melalui pihak terkait seperti Dinas dapat menberikan pandangan kepada masyarakat untuk pelestarian, Dalam menjaga keutuhan hutan mangrove maka perlu misalnya seperti rehabilitasi/reboisasi mangrove, bagian-bagian kecil mangrove menjadi bahan makanan, menjadikannya bahan pengawet, dan membudidayakan bibit mangrove untuk

pengendalian kegiatan pertambangan di wilayah pesisir, dan penanaman kembali

menjaga kelestarian hutan mangrove agar fungsinya tetap terjaga utuh. Kehutanan

menciptakan suatu lapangan pekerjaan yang baru tanpa merusaknya.

25

3.

Pihak Perhutani dan masyarakat hendaknya melakukan pembibitan

guna mengantisipasi jikalau kawasan hutan mangrove mengalani kerusakan, sehingga reboisasi bisa cepat dilakukan. 4. Melihat potensi yang ada pada hutan mangrove, sudah seharusnya masyarakat sekitar lebih memanfaatkan mangrove. Namun, kegiatan pemanfaatan hutan mangrove harus dibarengi dengan menjaga kelestariannya.

26

DAFTAR PUSTAKA
Arief,A.2003.Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius: Yogyakarta. Baehaqie, A. dan Indrawan.1993.Hutan Mangrove, Lahan Basah yang Kaya Raya. dalam: Warta Konservasi Lahan Basah. 2 (1). Koestermans, A.Y.1982.Different Kind of Mangrove with Different Economic Application Possibilities. Mangrove Forest Ecosystem Productivity in South East Asia.dalam: Proceedings of the Symposium on Mangrove. BIOTROP, Bogor.hlm.203-206. Longman, K.A. dan J. Jenik.1974.Tropical Forest and Its Environment.Longman Group Limited, London.196 h. Mac Nae, W.1968.A General Account of Fauna and Flora of Mangrove Swamps and Forest in The Indowest-Pasific Region.dalam:Adv. Mar. Biol. 6:73-270. Monkhouse, F.J. dan J. Small.1978.A Dictionary of the Natural Environment.Edward Arnold.London.320 h. Moore, W.G.1977.A Dictionary of Geography.Penguin Book, Hardmondsworth.246 h. Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor. Nybakhen, J.W.1986.Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis.PT Gramedia, Jakarta. Snedaker,S.C.1978.Mangrove Their Values and Perpetuation.Nat. Res. 14:6-13. Steenis, C.G.G.J.1978.Flora.Pradnya Paramita, Jakarta. Susilo, E.1995.Manusia Pengembangan dan Hutan Mangrove.dalam: Bakau Secara Pelestarian Terpadu dan dan Ekosistem Hutan

Berkelanjutan.hlm.8.

27

LAMPIRAN
Hasil wawancara dengan pihak Perhutani Banyuwangi tentang kondisi hutan mangrove di wilayah Banyuwangi selatan. Tempat Tanggal Waktu Narasumber : Kantor Perhutani Banyuwangi Jalan Jaksa Agung Suprapto no. 34 : 25 Maret 2009 : 13.00 : 1) 2) 1. Tanya (T) Bapak Panca Sihite Bapak Suprapto

: Berapakah luas keseluruhan area hutan mangrove di wilayah

Banyuwangi Selatan ? Jawab (J) : Secara keseluruhan luas hutan mangrove yang ada di Banyuwangi seluas 48.565,2 ha. Namun pihak Perhutani khusus menangani daerah hutan mangrove di wilayah pesisir pantai selatan, yakni kawasan Bangerejo, Purwoharjo (Grajagan), dan Tegaldelimo atau Alas Purwo (tidak termasuk kawasan Taman Nasional) dan totalnya kurang lebih 12.675 ha. 2. T J : Dari semua wilayah tersebut, apakah semuanya berada dekat dengan pemukiman penduduk ? : Ya, kebanyakan kawasan hutan mangrove di wilayah banyuwangi selatan tersebut dekat dengan perkampungan nelayan. 3. T : Bagaimana kondisi hutan mangrove yang dekat dengan perkampungan nelayan tersebut ? J : Kondisinya sampai saat ini masih sangat baik. Berbeda dengan kondisi hutan mangrove yang ada di daerah lain contohnya di pesisir pantai di Jawa Barat yang telah mengubah fungsi hutan lindung sebagai hutan produksi, hutan mangrove yang ada di wilayah Banyuwangi selatan jarang sekali terjamah oleh manusia. Hal ini yang membuat kondisinya masih utuh. Masyarakat sekitar lebih tertarik untuk menggarap lahan persawahan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Paling-paling mereka hanya mencari ikan di kawasan hutan ini.

28

4. T : Apakah kondisi ini akan bertahan lama ? J : Kondisi yang ada saat ini bisa saja berubah. Berbeda dengan era presiden Soeharto yang menerapkan program KB, saat ini di Indonesia sebuah keluarga boleh memiliki lebih dari 2 anak. Apabila kondisi perekonomian masyarakat sangat mendesak untuk mencari pekerjaan baru yang belum sempat dikelola, masyarakat bisa saja mulai melirik potensi besar yang ada pada hutan mangrove. Sebagai contoh kita lihat kondisi hutan mangrove yang ada di pantai Pangandaran. Di sana kayu dari tanaman ini telah banyak dimanfaatkan warga sebagai kayu bangunan, kayu bakar, ataupun sabagai bahan baku pembuatan arang. Nah hal inilah yang mungkin saja terjadi di hutan mangrove milik Banyuwangi. Di Jawa Barat yang penduduknya sudah padat sehingga kebutuhan hidup warganyapun sangat tinggi, inilah factor social yang mwndorong mereka untuk mengelola tanaman mangrove dengan sebaik-baiknya. 5. T : Jikalau saja hal ini terjadi di Kawasan hutan mangrove Banyuwangi, apakah pihak Perhutani memberikan ijin kepada masyarakat untuk melakukan hal yang sama seperti apa yang masyarakat Jawa Barat lakukan ? J : Tidak boleh. Luasnya yang terbatas memberikan manfaat yang besar. Hutan mangrove yang ada di Banyuwangi selatan tumbuh sacara alami (tidak ditanam). Fungsi utamanya adalah sebagai penangkal abrasi mengingat wilayah pantai selatan Banyuwangi berhadapan langsung dengan samudra Hindia. Dan karakteristik samudra pada umumnya adalah memiliki ombak yang sangat besar. Maka jika tidak ada perlindungan terhadap wilayah pesisir selatan Banyuwangi, bisa-bisa luas pantainya akan semakin menyempit terkena abrasi yang sangat sering terjadi. 6. T : Lalu dengan begitu hutan mangrove yang ada di Banyuwangi tidak boleh dimanfaatkan masyarakat ? J : Boleh saja. Hutan mangrove yang ada di Banyuwangi Selatan sudah masuk ke dalam kelompok hutan lindung, itu artinya penebangan tidak boleh dilakukan sama sekali. Namun masih ada manfaat jasa yang bisa dimanfaatkan. Sebagai objek wisata salah satunya, atau sebagai huan pendidikan yang dapat digunakan sebagai suatu tempat yang memberikan informasi kepada masyarakat tentang berbagai hal yang ada hubungannya dengan lingkungan.

29

7. T : Sudahkah Perhutani melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hal ina ? J : Ya tentu saja. Beberapa hari yang lalu kita melakukan reboisasi di kawasan hutan mangrove di wilayah pantai Sukomade kecamatan Pesangaran. Dengan bantuan masyarakat nelayan sekitar, 21 ha hutan mangrove telah dimanfaatkan menjadi tambak udang. Tentu saja hal ini memberikan gambaran kepada masyarakat apabila hutan yang ada saat ini terjaga dengan baik, maka kita akan mendapat keuntungan baik sevara langsung maupun tak langsung. Dan Alhamdulillah respon warga begitu baik untuk turut mendukung menjaga keutuhan yang masih terjaga hingga saat ini. 8. T : Dan yang terakhir, apakah pesan dan saran yang dapat anda berikan kepada masyarakat untuk kelestarian hutan mangrove yang ada di Banyuwangi selatan ? J : Kami menghimbau kepada masyarakat hendaklah berlaku bijak dalam mengelola hutan yang ada saat ini. Dengan keutuhan yang ada, hutan mangrove akan lebih maksimal dalam memberikan manfaatnya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dan jangan lupa akan satu hal bahwa hutan mangrove yang ada di wilayah Banyuwangi selatan tidak untuk ditebang dan hanya boleh diambil manfaat jasanya.

30

Resep Dodol Mangrove


Bahan: 8 buah mangrove jenis pedada (Sonneratia alba) kg tepung ketan 1 bungkus tepung beras 1 kg gula merah 2 butir kelapa 1. Cara membuat: Blender buah pedada, lalu saring dan ambil airnya saja. 2. Campur tepung beras dan ketan, lalu aduk dengan air santan hingga rata, masukkan gula merah yang sudah dicairkan lalu masak adonan hingga mengental. 3. Bisa dibentuk cetakan sesuai selera. Setelah dingin, siap dihidangkan.

Gambar 9. Buah pedada untuk membuat dodol mangrove

31

BIODATA PENULIS
Nama TTL Alamat Sekolah Kelas NIS Nama TTL Alamat Sekolah Kelas NIS Nama TTL Alamat Sekolah Kelas NIS : Entri Yhonita : Banyuwangi, 24 januari 1992 : Perum PJKA No.12 Ketapang : SMAN 1 Glagah Banyuwangi : XI IA 4 : 8335 : Sarastiti Alifaningdyah : Bengkulu, 08 Oktober 1992 : Jl. Letkol Istiqlah 67 Banyuwangi : SMAN 1 Glagah Banyuwangi : XI IA 4 : 8488 : Tabita Wahyu Triutami : Banyuwangi, 05 Mei 1992 : Jln. Mendut X no. 23 : SMAN 1 Glagah Banyuwangi : XI IA 4 : 8498

32

You might also like