You are on page 1of 20

Bab 2 Landasan Teori

2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi Rancangan suatu sistem kerja yang baik perlu mengenal sifat-sifat, keterbatasan serta kemampuan manusia. Manusia mempunyai peran sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, pengevaluasi sistem kerja keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik. Pada abad ke-20 orang mulai mensistemasikan cara-cara perbaikan dan secara khusus mengembangkannya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut ergonomi.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien. Tidak hanya dalam dengan alat, ergonomi juga mencangkup pengkajian interaksi antar manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan. Bahkan juga metode dan organisasi. Tujuan ergonomi (human factory) ada 2 yaitu: a. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari pekerja dan aktivitas yang dilakukan. b. Untuk mempertinggi hasil suatu produk berkualitas yang dihasilkan demi tercapainya permintaan di pasar.

Ergonomi sebagai salah satu cabang ilmu yang beracuan untuk menciptakan sistem kerja yang baik dan sangat membantu dalam proses perancangan sistem kerja. Lebih jauh lagi ergonomi secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk dapat merancang suatu sistem kerja yang

baik dan memenuhi kriteria-kriteria ergonomis. Seperti kita ketahui bahwa beban yang dialami oleh seorang pekerja dapat berupa beban fisik, beban mental (psikologis) atupun beban sosial (moral) yang timbul dari lingkungan kerja. Oleh karena itu sistem kerja (khusunya peralatan kerja) dan lingkungan kerja sebaiknya dirancang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan fisik dan mental pekerja.

Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang sangat kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari satu disiplin ilmu saja. Oleh karena itulah untuk mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu, antara lain psikologi, antropologi, fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika dan lain-lain. Masing-masing disiplin tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya para perancang, dalam hal ini para ahli teknik, bertugas untuk meramu masing-masing informasi diatas, dan

menggunakannya sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja sehingga mencapai kegunaan yang optimal.

2.2. Manusia Sebagai Komponen Sistem Manusia-Mesin Yang dimaksud dengan sistem manusia-mesin disini adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin dimana salah satu mesin dengan lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Yang dimaksud dengan mesin dalam rangka ini adalah mempunyai arti luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang bisa digunakan oleh manusia dalam melaksanakan kegiatannya.

Dengan ergonomi diharapkan penggunaan objek fisik dan fasilitas lebih efektif serta dapat memberikan keselamatan, kenyamanan, kesehatan dan kepuasan kerja.

Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokkan menjadi 4 bidang penelitian yaitu: a. Penelitian tentang display. Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang berkomunikasi. Contohnya, kalau kita ingin mengetahui kecepatan sepeda motor yang sedang kita kemudikan, maka dengan melihat jarum speedometer, kita akan mengetahui keadaan lingkungan, dalam hal ini kecepatan motor. b. Penelitian mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya. Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut; penelitian ini banyak berhubungan dengan ilmu faal kerja dan biomekanika. c. Penelitian mengenai tempat kerja. Tempat kerja yang baik ialah sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. Halhal yang bersangkutan denan dimensi tubuh manusia ini dipelajari dalam anthropometri. d. Penelitian mengenai lingkungan fisik. Yang dimaksud dengan lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja seperti kalimat, kebisingan dan pencahayaan. Semua itu banyak

mempengaruhi pekerja manusia.

2.3. Peran Display Bagi Manusia Sebagai Penerima dan Pengolah Informasi Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, biasanya berbentuk energi.

Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, dimana keadaan lingkungan bisa langsung diterima oleh pengemudi sebagaimana adanya. Sehubungan dengan lingkungan, displai bisa dibagi dalam dua kelas, yaitu display dinamis dan statis. Display dinamis adalah yang

menggambarkan perubahan menurut waktu sesuatu dengan perubahan variabelnya. Contohnya mikroskop dan speedometer. Display statis merupakan informasi tentang sesuatu yang tidak bergantung terhadap waktu, misalnya tentang sebuah kota yang digambarkan dalam peta.

Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa display menjadi penting apabila rangsangan tersebut tidak dapat dirasakan dengan cukup baik, hal ini disebabkan karena: a. Terlalu kecil, sehingga diperluka alat-alat pembesar elektronik, optik atau alat-alat lain misalnya bakteri dilihat dengan mikroskop. b. Terlalu besar, sehingga agar bisa ditangkap dengan indera perlu diperkecil, misalnya: suatu daerah yang luas digambarkan dengan suatu peta. c. Bercampur dengan berbagai gangguan (noise) sehingga kita perlu menyaringnya atau memperbesarnya. d. Ada diluar batas kemampuan batas manusia, sehingga untuk mengetahui perlu dirubah kedalam bentuk energi lain yang kemudian bisa menunjukkan keadaan aslinya, misalnya dipancarkan melalui televisi atau radio. e. Perlu diamati dengan teliti, sehingga manusia bisa membedakannya, misalnya mengenai temperatur, suara, berat dan lain-lain. f. Perlu disimpan untuk jangka waktu yang panjang, misalnya foto-foto dan tape recorder. g. Rangsangan tersebut bisa diterima dengan lebih baik apabila diubah kedalam bentuk lainnya; misalnya peta-peta untuk meggambarkan data-data kuantitatif atau serine untuk menunjukkan tanda bahaya. h. Display merupakan cara terbaik untuk menyatakan informasi tersebut, misalnya rambu-rambu jalan.

Gambar 3.2.1. Pola yang harus diperhatikan dalam membuat skala

Agar displai dapat menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya, maka display harus dirancang dengan baik. Display yang baik adalah display yang dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.

Tabel 3.2.1. Jarak rata-rata dalam meter untuk pandangan yang masih bisa melihat huruf dari berbagai perbandingan antara tebal dan tinggi huruf

Kemampuan kita untuk menangkap informasi melalui suatu grafik, dipengaruhi juga oleh bentuk grafik tersebut. Artinya penyajian akan berpengaruh terhadap kemudahan dan kecepatan menafsirkan serta berpengaruh terhadap kebenaran mengartikannya.

Gambar 3.2.2. Tiga macam diagram yang menyampaikan pesan-pesan yang sama

Schutz menyimpulkan bahwa grafik dengan garis merupakan penyajian terbaik dan grafik dengan balok horizontal merupakan grafik terburuk. Secara ringkas, hasil penilaiannya dapat dinyatakan sebagai berikut.

Tabel 3.2.2. Perbandingan waktu rata-rata relatif dengan nilai ketelitian dari bentuk peta berupa grafik

2.4. Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiatannya apakah itu bekerja ataupun bergerak semuanya memerlukan tenaga. Yang penting harus kita perhatikan, bagaimana mengatur kegiatan ini, sedemikian rupa sehingga posisi tubuh saat bekerja atau bergerak tersebut ada dalam keadaan nyaman tanpa mempengaruhi hasil kerjanya. Untuk mencari metode pengukuran tentang semua kegiatan yang dialami pekerja selama kegiatannya dan kemudian untuk menyebarkan informasi tersebut kedalam bentuk angka-angka, diperlukan bentuk pendekatan

secara ilmiah dan teknik. Sebagaimana kita ketahui, kerja manusia itu ada yang bersifat mental dan ada yang bersifat fisik dan masing-masing mempunyai tingkat intensitas yang berbeda-beda ada yang memiliki tingkat intensitas tinggi dan juga rendah. Tingkat intensitas optimum ada diantara kedua batas tersebut, umumnya dilaksanakan apabila tidak ada tekanan dan ketegangan.

2.4.1. Mengukur Aktivitas Kerja Fisik Manusia Yang dimaksud dengan mengukur aktivitas kerja manusia dalam rangka ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan kilokalori.

Gambar 3.2.3. Model kerja manusia pada umumnya berubah-ubah menurut bentuk dan tingkat intensitas kerja

Gambar 3.2.4. Denyut Jantung selama dan sesudah berjalan sepanjang 1,6 km pada berbagai kecepatan

Secara umum kriteria pengukuran aktivitas kerja manusia dapat dibagi dalam dua kelas utama, yaitu: a. Kriteria fisiologis, Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. b. Kriteria operasional, Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakangerakannya.

Gambar 3.2.5. Gaya-gaya dalm 3 dimensi (vertikal, frontal, dan tranversal) dalam pengoperasian mesin tik manual dan elektris, yang dicatat dengan platform gaya

Gambar 3.2.6. Pandangan atas dan samping subjek yang sedang diuji kekuatan lengannya

Gambar 3.2.7. Kekuatan maksimum lengan kanan pada berbagai arah gerak dan sudut posisi. (a) Menunjukkan nilai pada persentil, (b) Menunjukkan nilai rata-rata

Gambar 3.2.8. Konsumsi oksigen relatif dari tujuh cara membawa beban, dengan cara pertama sebagai perbandingan (100%)

2.4.2. Proses Terjadinya Kelelahan Banyak definisi yang memberikan kepada kelelahan ini, tetapi secara garis besarnya dapat dikatakan bahwa kelelahan ini merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Pada dasarnya pola ini ditimbulkan oleh 2 hal yaitu akibat kelelahan fisiologis dan akibat psikologis.

Gambar 3.2.9. Penggunaan tenaga (kkal/menit) untuk 5 sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan memungut kepingan-kepingan logam dari atas lantai

Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan-perubahan faal dalam tubuh. Secara fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan output berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya ada 5 macam mekanisme yang dijalankan tubuh, yaitu sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem otot, dan sistem saraf. Kerja fisik yang continue berpengaruh tehadap mekanisme kerja diatas.

Sumber energi tubuh adalah makanan. Makanan yang mengandung glikogen (setelah melewati tahap pencernaan) mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi otot akibat gerakan kerja akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang mengubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas, dan asam laktat. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya asam laktat, sebentuk produk sisa dalam otot dan peredaran darah. Produk yang terakumulasi ini menghambat gerakan otot dan pada tingkat lanjut membatasi kelangsungan aktivitas otot yang bersangkutan. Gerakan-gerakan menjadi lambat dan bahkan bisa berhenti.

Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu peoses untuk mengubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernapasan. Pada tingkat aktivitas rendah hal inilah yang juga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu, yaitu bila kecepatan pembentukan asam laktat lebih lambat dari atau sama dengan kecepatan oksigen mengubahnya kembali menjadi glikogen.

Beberapa hal dibawah ini menambah gambaran tentang proses-proses yang menimbulkan kelelahan fisik: 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan CO2 dan zat-zat lain diikat dalam darah untuk kemudian dikeluarkan saat bernapas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan

proses pengeluaran sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya. 2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm 3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa.

Gambar 3.2.10. Kecepatan konsumsi oksigen sebelum, selama, dan sesudah bekerja

Jenis kelelahan yang kedua ialah kelelahan psikologis. Kelelahan ini bisa dikatakan kelelahan palsu yang timbul dari perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dari tingkah lakunya atau pendapatnya yang tidak konskwen serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walupun sendiri dalam kondisi lingkunagan atau kondisi tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadan lingkungan, adanya nilai hokum atau moral yang mengikat yang dirasakan tidak cocok baginya, serta sebab-sebab psikologis lainnya seperi tanggung jawab,

kekhawatiran dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.

Para ahli banyak melakukan percobaan-percobaan yang bertujuan mengetahui proses terjadinya kelelahan psikologis ini. Suatu konsep

menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh dua system antagonistik , yaitu sistem penghambat (inhibsi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sementara sistem penggerak terdapat dalam formation retikolaris yang bersifat merangsangpusat-pusat vegetatif untuk

konversiergotropis dari organ-organ tubuh kearah bereaksi. Dengan demikian keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis ini.

Gambar 3.2.11. Sistem penghambat dan penggerak kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya: a. Sediakan kalori secukupnya sebagi input untuk tubuh. b. Bekerja dengan metoda kerja yang baik. c. Memperhatikan kemampuan tubuh.

d. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. e. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya. f. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan akibat kerja.

2.4.3. Kecepatan dan Ketelitian Maksud dari kecepatan disini ialah berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangkan ketelitian menunjukkan jumlah kesalahan yang dilakukan persatuan waktu. Ini berhubungan dengan gerakan-gerakan pada saat menjalankan aktivitas.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan dan ketelitian, diantaranya: a. Waktu menanggapi Waktu menanggapi terjadi karena kita mendapat rangsangan dari luar yang diterima melalui organ indera. Keseluruhan waktu yang diperlukan untuk menanggapi suatu rangsangan disebut waktu reaksi. Disini kita bisa membedakan antara waktu untuk memulai gerakan (waktu gerak) dengan waktu menanggapi, yakni waktu menanggapi penjumlahan dari waktu reaksi dengan waktu gerakan. Berbagai faktor menentukan kecepatan ini seperti sifat rangsangan (termasuk intensitas dan lamanya), kesiapan kerja (fisik maupun psikologis), umur serta perbedaan-perbedaan individual lainnya.

b. Pengharapan (expectancy) Waktu reaksi pada dasarnya terjadi karena subjek mengharapkan rangsangan. Akan tetapi, jika rangsangan itu jarang terjadi atau jika rangsangan itu tidak diharapkan, perhatian kita akan bisa menanggapi rangsangan tersebut perlu ditambah.

c.

Faktor-faktor rancangan sistem kerja

Hal-hal seperti jelas tidaknya rangsangan (antara lain dipengaruhi oleh rancangan displai atau pencahayaan jika itu sesuatu yang mesti di indera oleh mata), tata letak (mempengaruhi urut-urutan gerak dan jarak

tempuh),

lingkungan

(kalimat

dan

kebisingan

berpengaruh

pada

konsentrasi) berperan besar pada kecepatan dan ketelitian seseorang dalam bekerja.

2.5. Anthropometri dan Objek-Objek Fisik Yang Sesuai Dengan Dimensi Tubuh Manusia Agar memperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh menusia. Hal-hal yang bersangkutan tentang tubuh manusia ini dipelajari dalam anthropometri.

Data-data dari hasil pengukuran atau data anthropometri digunakan sebagai data untuk merancang peralatan. Mengingat bahwa keadan dan ciri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga berbeda satu sama lainnya maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu: a. Perancangan berdasarkan individu ekstrim (dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian orang). b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang). c. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya (prinsip ini digunakan apabila kedua prinsip diatas tidak dapat dilaksanakan).

2.6. Kondisi Manusia

Lingkungan

Kerja

Yang

Mempengaruhi

Kegiatan

Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna, tidak luput dari kekurangan dalam kata segala kemampuannya dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Salah satu faktor dari luar yang akan dibahas adalah lingkungan kerja diantaranya: a. Temperatur Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk

mempertahankan keadaan normal ini dengan sesuatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahanperubahan yang terjadi diluar tubuhnya walaupun adanya batasnya.

Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi

kekurangan atau kelebihan panas. Menurut penyelidikan, apabila suhu lebih rendah dari 17C, berarti suhu udara ini ada dibawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri (35% dibawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan karena hilangnya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil oleh penguapan.

b. Kelembapan Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dengan persentase. Kelembapan ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya dan memang secara bersama-sama antara temperatur, kelembapan,

kecepatan bergerakudara radiasi dari udara tersebut akan dipengaruhi keadaan tubuh pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya.

Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembapan nya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu sekitarnya.

M+R+CE=0 Dimana: M = panas yang diperoleh dari proses metabolisme R = perubahan panas karena radiasi C = perubahan panas karena konveksi E = hilangnya tenaga akibat penguapan

R dan C berharga (+) jika suhu diluar tubuh lebih panas dibanding suhu tubuh yang berarti tubuh menerima panas dari lingkungan. Demikian sebaliknya bila R dan C berharga (-). Jika suhu udara panas dan kelembapannya tinggi, rumus keseimbangan akan menjadi: M + R + C - E = 0. keadaan ini sangat berbahaya bagi orang-orang tua atau mereka yang lemah jantung.

c. Sirkulasi Udara Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernapasan kita dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan.

Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti kata kita cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih, yang biasanya dilakukan melalui ventilasi. Sumber utama adanya tanaman disekitar tempat kerja. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanamantanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.

d. Pencahayaan Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaanyang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan.

Pencahayaan yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata karena bisa menyilaukan.

Dibawah ini adalah tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk perkantoran dan industri: Perkantoran Ruang Direktur Ruang Kerja Ruang Komputer Ruang Rapat Ruang Gambar Ruang Arsip Ruang Arsip Aktif Tingkat Pencahayaan 350 350 350 300 750 150 300

Tabel 3.2.3. Tingkat pencahayaan untuk perkantoran

Perkantoran Gudang Pekerjaan Kasar Pekerjaan Menengah Pekerjaan Halus Pemeriksaan Amat Halus Pemeriksaan Warna

Tingkat Pencahayaan 100 100 200 200 - 500 500 1000 1000 - 2000 750

Tabel 3.2.4. Tingkat pencahayaan untuk industri

e. Kebisingan Kebisingan adalah salah satu dari polusi karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa mengakibatkan kematian. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu lama, intensitas dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengarkan kebisingan, makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin kurang.

Berikut ini adalah intensitas bunyi (decibel) dan lamanya dapat diperdengarkan (jam): Intesitas Bunyi (dB) 85 90 95 100 Lama Diperdengarkan (Jam) 8 4 2 1

Tabel 3.2.5. Intensitas bunyi (decibel) dan lamanya dapat diperdengarkan (jam)

f. Getaran Mekanis Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang

ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh kita dan menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas dan frekuensi getarnya. Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal: 1. Mempengaruhi konsentrasi bekerja. 2. Mempercepat datangnya kelelahan.

3. menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang dan lain-lain.

g. Bau-bauan Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja dan secara lebih jauh bisa mempengaruhi kepekaan penciuman.

Temperatur dan kelembapan merupakan dua faktor yang mempengaruhi kepekaan dan ketajaman penciuman. Pemasangan air conditioning (AC) merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.

h. Warna Maksudnya ialah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis bagi para pekerja. Tiap warna memberikan pengaruh secara psikologis yang berbeda-beda terhadap manusia. Diantaranya warna merah bersifat merangsang, warna kuning memberikan kesan yang luas atau lega, warna hijau atau biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan, warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang memberikan kesan leluasa. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit, warna yang sesuai dapat menghilangkan warna tersebut, hal ini secara psikologis menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan ketegangan. Dengan sifat-sifat itulah pengaturan ruangan tempat kerja perlu diperhatikan, dalam arti luas harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya.

You might also like