You are on page 1of 19

DEFINISI

Kanker rongga hidung dan sinus paranasal adalah tumor ganas yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal disekitar hidung. Rongga hidung merupakan sebuah ruang dibelakang hidung dimana udara melewatinya masuk ke tenggorokan. Sinus paranasal adalah daerah yang dipenuhi-udara yang mengelilingi rongga hidung pada pipi (sinus maksila), diatas dan diantara mata (sinus etmoid dan sinus frontal), dan dibelakang etmoid (sinus sfenoid). Kanker sinus maksila merupakan tipe paling sering kanker sinus paranasal.

ETIOLOGI
Tembakau Infeksi imunitas rendah riwayat kanker terhirup sebuk gergaji.

GEJALA dan TANDA


Gejala dan tanda yang paling umum adalah: obstruksi hidung, masalah pernafasan, nyeri lokal, pembengkakan leher dan wajah, masalah persarafan, dan tanda metastasis.

PATOLOGI
Rongga hidung dan sinus paranasal yang dilapisi oleh lapisan jaringan yang memproduksi lendir dengan jenis sel berikut: sel epitel skuamosa, sel-sel kelenjar ludah kecil, sel saraf, sel imun, dan sel pembuluh darah. Beberapa jenis tumor yang ditemukan dalam sel-sel dan jaringan ini seperti: Inverting papilloma Jinak, pertumbuhan seperti kutil yang dapat berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa. Sekitar 10% sampai 15% dari ini dapat berkembang menjadi kanker.

Squamous cell carcinoma Ini adalah jenis kanker yang paling umum untuk kanker rongga hidung dan sinus pranasal. Sel skuamosa adalah sel datar yang membentuk lapisan, permukaan tipis struktur kepala dan leher. Malignant melanoma. Bertimbul dari sel yang disebut melanosit. Ini merupakan kanker yang agresif, tapi hanya terdapat 1% dari jumlah tumor di daerah rongga hidung dan sinus paranasal.

Adenocarcinoma Dimulai pada sel-sel kelenjar, ini adalah jenis kanker kedua yang umum untuk rongga hidung dan sinus paranasal. Esthesioneuroblastoma Berkaitan dengan saraf yang mengendalikan indra penciuman, jenis kanker ini terjadi pada atap rongga hidung dan melibatkan struktur cribriform plate, tulang tengkorak yang mendalam di antara mata dan sinus. Perlu dibedakan dari kanker neuroendokrin, yang bentuknya mirip. Midline granuloma Disebabkan kerusakan dari jaringan normal dari hidung, sinus, dan jaringan berdekatannya. Ini adalah kerana masalah sistem imun tubuh, atau disebabkan oleh kanker limfoma dari kelenjar getah bening berdekatan. Lymphoma Ini adalah tumor yang berasal dari jaringan getah bening dalam lapisan mukosa dari rongga hidung dan sinus paranasal. Sarcoma Tumor ganas yang terbentuk di otot, jaringan tisu, atau tulang.

SUMBER : 1. Roezin A, Armiyanto. Tumor hidung dan sinonasal. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Ed. 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001; h.178-181. 2. Queen, Francis B. Neoplasms of the nose and paranasal sinuses. 2000 Jun 7.[2009 Sept 12]. Availabe online : http://www.utmb.edu/otoref/grnds/Nose-sinus0006/Nose-sinus-0006.htm

KEGANASAN PADA HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

DIAGNOSIS

ANAMNESA
Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Diagnosis tumor hidung dan sinus paranasal dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis secara lengkap dan menyeluruh. Pemeriksaan fisik THT harus seteliti mungkin dengan penerangan yang cukup, baik dengan alat-alat konvensional maupun dengan endoskopi.

PEMERIKSAAN FISIK
Adanya asimetri wajah atau proptosis dapat disebabkan oleh pertumbuhan atau desakan tumor di hidung dan sinus paranasal. Adanya massa di rongga hidung, harus dideskripsikan dengan lengkap baik warna, permukaan, konsistensi, rapuh/tidak, mudah berdarah serta perluasannya. Jika dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila. Pemeriksaan rongga mulut harus dilakukan apakah ada massa tumor di palatum atau sulkus gingivobukalis, bila perlu digunakan sarung tangan untuk meraba apakah terdapat destruksi tulang palatum, penonjolan atau gigi yang goyah. Pemeriksaan nasofaring dilakukan untuk mengetahui adanya massa tumor yang berasal dari sinus sfenoid atau perluasan tumor hidung ke posterior.

Pemeriksaan lain yang harus dilakukan adalah :


Pemeriksaan telinga, adakah otitis media atau tuli konduktif akibat masa tumor yang menutup tuba Eustachius. Pemeriksaan visus dan gerakan bolamata. Pemeriksaan saraf perifer dan Pemeriksaan kelenjar getah bening leher walaupun keganasan di hidung dan sinus paranasal jarang bermetastasis ke kelenjar getah bening regional.

SUMBER : 1. Queen, Francis B. Neoplasms of the nose and paranasal sinuses. 2000 Jun 7.[2009 Sept 12]. Availabe online : http://www.utmb.edu/otoref/grnds/Nose-sinus0006/Nose-sinus-0006.htm

TUMOR JINAK HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

Papilloma
Papilloma skuamosa merupakan tumor jinak tersering. Di vestibulum, papilloma skuamosa mirip dengan yang ditemukan di kulit. Di traktus sinonasal, terdapat 3 jenis tipe dari papilloma schneiderian, yaitu : Papilloma inverted atau endofitik (47 % kasus) : pada umumnya berasal dari dinding lateral hidung di regio meatus medius. Dapat sembuh, namun juga dapat mengakibatkan destruksi lokal yang berkaitan dengan keganasan. Pada umumnya unilateral dan sering ditemukan pada pria usia 50-60 tahun. Papilloma fungiform atau eksofitik (50% kasus): terjadi pada septum dan dapat mengakibatkan obstruksi dan perdarahan. Papilloma cylindric (3% kasus) : dapat ditemukan pada dinding lateral dari sinus. Umumnya dapat sembuh. Potensi keganasannya masih diteliti lebih lanjut.

Osteoma
Osteoma merupakan tumor jinak dengan pertumbuhan yang lambat yang berasal dari tulang yang matur. Studi epidemiologi : osteoma sering terjadi pada sinus frontalis, ethmoidalis dan maksillaris. Jarang terjadi pada sinus sphenoidalis. Seringkali ditemukan dengan tanda hambatan drainase sinus akibat pembentukan mucocele atau mengakibatkan proptosis karena invasi pada orbita. Sering terjadi pada usia 15-40 tahun. Terapi : eksisi lokal dengan batas tulang yang normal.

SUMBER : 1. Queen, Francis B. Neoplasms of the nose and paranasal sinuses. 2000 Jun 7.[2009 Sept 12]. Availabe online : http://www.utmb.edu/otoref/grnds/Nosesinus-0006/Nose-sinus-0006.htm

TUMOR GANAS HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

Squamous Cell Carcinoma


Squamous cell carcinoma merupakan tumor ganas yang menyerang sinus maksillaris dan ethmoidalis. Tumor primer mayoritas berasal dari sinus maksillaris yang kemudian melibatkan rongga hidung. Lesi primer dari sinus frontalis dan sphenoidalis jarang ditemukan. Sering ditemukan pada pria usia > 60 tahun. Penyebaran tumor ke luar sinus 90% menginvasi minimal salah satu dinding sinus. Jika terjadi metastasis, tumor maksilla menyebar ke nodus submandibular. Sedangkan tumor ethmoidalis seringkali menyebar ke nodus jugulodigastric dan subdigastric. Penyebaran penyakit lebih penting dibandingkan diferensiasi derajat tumor pada kasus ini.

Adenocarcinoma
Adenocarcinoma merupakan tumor ganas tersering kedua yang terjadi di sinus maksillaris dan sinus ethmoidalis (5-20% kasus). Sinus ethmoid bagian superior lebih sering terkena. Mayoritas kasus berhubungan dengan paparan kerja (partikel debu dan partikel lain yang lebih besar). Adenocarcinoma dibagi secara histologis menjadi grade tinggi dan grade rendah.

Adenoid Cystic Carcinoma


Adenoid cystic carcinoma dapat muncul dari kelenjar saliva mayor dan minor atau kelenjar mukosa rongga mulut dan saluran nafas bagian atas. Tempat predileksi tersering pada tumor ini adalah palatum, yang kemudian diikuti kelenjar saliva mayor dan sinus paranasal. Mayoritas adenoid cystic carcinomas tumbuh secara tersembunyi selama beberapa tahun sehingga mengakibatkan rekurensi dan metastase jauh. Penyebaran perineural sepanjang saraf kranial berperan dalam rekurensi lokal. Metastase jauh sering terjadi di paru-paru. Metastase nodus leher sangat jarang pada tumor jenis ini.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos sinus paranasal untuk menentukan diagnosa awal dan untuk melihat metastase tumor di paru. Tomogram dan CT scan bila curiga ada erosi tulang dan harus dicurigai keganasan. CT scan saranan terbaik untuk melihat perluasan tumor dan destruksi tulang. MRI bedakan jaringan tumor dan jaringan normal.

KOMPLIKASI
Perluasan tumor menyebabkan: 1. Gejala orbita: diplopia, protosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora 2. Gejala oral: penonjolan atau ulkus di palatum atau di prosesus alveolaris 3. Gejala fasial: penonjolan pipi disertai nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus 4. Gejala intrakanial:
1. 2. 3. 4. sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea. Jika perluasan sampai ke fossa kranii media maka saraf otak lainnya bisa terkena. Jika tumor meluas ke belakang, terjadi trismus akibat terkenanya muskulus pterigoideus disertai anestesia dan parestesia daerah yang dipersarafi nervus maksilaris dan mandibularis.

PROGNOSA
- Pada umumnya prognosis kurang baik - Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis , seperti:
perbedaan diagnosis histologi asal tumor primer perluasan tumor status batas sayatan terapi adjuvan yang diberikan status imunologis lamanya follow up dan banyak lagi faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap prognosis penyakit ini.

You might also like