You are on page 1of 13

BAB1

PEMAHAMANISTILAH
A. KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang berbagai pengertian dasar dalam Hukum Ketenagakerjaan, sifat,objekdanlandasanHukumKetenagakerjaan. B. INDIKATOR

Mahasiswadiharapkanmampu: 1. menjelaskan pengertianpengertian yang dikenal dalamHukumKetenagakerjaan. 2. menjelaskansifatHukumKetenagakerjaan 3. menjelaskanobjekHukumKetenagakerjaan 4. menjelaskan landasan, asas dan tujuan dari Hukum Ketenagakerjaan C. DAFTARISTILAHKUNCI

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenagakerjapadawaktusebelum,selama,dansesudahmasakerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaangunamenghasilkanbarangdan/ataujasabaikuntuk memenuhikebutuhansendirimaupununtukmasyarakat. Pekerja/buruh yaitu: setiap orang yang bekerja dengan menerimaupahatauimbalandalambentuklain. D. MATERI

1. PengertianHukumKetenagakerjaan/HukumPerburuhan1 Ada berbagai rumusan tentang arti dari istilah Hukum Ketenagakerjaan.TermuatdibukuImanSoepomoyangberjudul PengantarHukumPerburuhanbeberapapengertianyangdiambil dariahlihukumperburuhan.Beberapadiantaranyaadalah:2
1 Dalam buku ini istilah Hukum Ketenagakerjaan sepadan dengan istilah Hukum Perburuhan sehingga istilah ini akan digunakan secara silih berganti dengan maknayangsama. 2ImanSoepomo,PengantarHukumPerburuhan(Djambatan,Jakarta,Cet. XI,1995),hlm.12.

Molenaar; sarjana Belanda ini mengatakan bahwa "ar beidsrecht" (Hukum Perburuhan) adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh denganburuhdanantaraburuhdenganpenguasa. Istilah "Arbeidsrecht" menurutnya harus dibatasi pada hukum yang bersangkutan dengan orangorang yang berdasarkan perjanjiankerja, bekerja pada orang lain. Apabila mereka tidak ataupun tidak lagi atau pun belum bekerja pada orang lain, tidak termasuk dalam pembahasanhukumperburuhan. M.G. Levenbach; merumuskan hukum perburuhan atau arbeidsrechtsebagaisesuatuyangmeliputihukumyang berkenaan dengan keadaan penghidupan yang langsungadasangkutpautnyadenganhubungankerja, dimaksudkannya peraturanperaturan mengenai persiapan bagi hubungankerja yaitu penempatan dalam artikata yang luas, latihan dan magang, mengenai jaminan social buruh serta peraturan peraturanmengenaibadandanorganisasiorganisasidi lapanganperburuhan. N.E.H van Esveld; beliau tidak membatasi lapangan "arbeidsrecht" pada hubungan kerja dimana dilakukan dibawah pimpinan (pengusaha/ majikan), namun menurutnya meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh swa pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggungjawabdanresikosendiri. Pendapatnya ini di sandarkan pada penyangkalan atas teori Marx di mana dalam Hukum Perburuhan yang menjadi pusat perhatian adalah soal pekerjaan dan bukan kedudukan para buruh (dibawah perintah majikan).PendapatinidipengaruhiolehajaranKatolik yang memaknakan pekerjaan dalam pengertian yang luas, walaupun yang utama tentang pekerjaan yang dilakukanolehpekerja/buruh. MOK; berpendapat bahwa arbeidsrecht adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan orang lain dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bergandengan dengan pekerjaantersebut.
2

Iman Soepomo; dari berbagai pengertian di atas beliau membuat rumusan tentang arti kata Hukum Perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerimaupah.3 Perkembangan istilah dewasa ini menunjukkan bahwa penggunaankataPerburuhan,buruh,majikandan sebagainya yang dalam literatur lama masih sering ditemukan sudah digantikan dengan istilah Ketenagakerjaan sehingga dikenal istilah Hukum Ketenagakerjaan untuk menggantikan istilah Hukum Perburuhan, juga sejak tahun 1969 dengan disahkannyaUUNo.14Tahun1969TentangKetentuan PokokMengenaiTenagaKerjaistilahburuhdigantikan denganistilahtenagakerjayangartinyaadalahorang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupundiluarhubungankerjagunamenghasilkanjasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Suatu perumusan yang luas karena meliputi siapa saja yang mampu bekerja baik dalam hubungan kerja (formal) maupun diluar hubungan kerja (informal) yangdicirikandenganbekerjadibawahperintahorang laindenganmenerimaupah.4 Kini istilah Hukum Perburuhan semakin tidak populer dengan diundangkannya UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) yang menjadi UU payung bagi masalahmasalah yang terkait dengan Hukum Perburuhan/Hukum Ketenagakerjaan. Di beberapa perguruan tinggi di Indonesia mata kuliah Hukum Perburuhan juga telah banyak digantikan dengan istilahlainsepertiHukumKetenagakerjaandanHukum HubunganIndustrial. Kelompok yang lebih memilih istilah buruh dan Hukum Perburuhan menyatakan bahwa istilah ini lebih fokus dan menjelaskan langsung pada makna sesungguhnya yang
Ibid,hlm.3. Lihat UU No. 14 Tahun 1969, LN No. 55 Tahun 1969 dan Penjelasannya, khususnyaPenjelasanatasPasal1.
3 4

dimaksudkandalamHukumPerburuhanyaitusegalahalyang berkaitan dengan persoalan kerja upahan dan kerja tersebut atasperintahoranglainyangdisebutmajikan/pengusaha.Bagi kelompok ini istilah Hukum Ketenagakerjaan mencakup pengertian yang luas, mencakup siapa saja yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa, tidak terbatas apakahitumanusia(humanbeing),hewan,ataumesinmesin. Terlepasdariperdebatanituyangpentingbagikitaadalah mengetahuipengertiantiapistilahdenganbaiksesuairumusan normativeyangberlaku.Olehkarenaituakandigunakanistilah Hukum Perburuhan dan Hukum Ketenagakerjaan sebagai istilah yang sepadan dan memiliki makna yang sama sebagaimanaUUNo.13Tahun2003TentangKetenagakerjaan menggunakanistilahpekerjadenganistilahburuhsebagaidua kata yang memiliki makna sama dan selalu ditulis dengan pekerja/buruh. 2. PengertianKetenagakerjaan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merumuskanpengertianistilahKetenagakerjaanadalahsegala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dari pengertian ini dapatdipahamibahwayangdiaturdalamUUKetenagakerjaan adalah segala hal yang berkaitan dengan pekerja/buruh baik itu menyangkut halhal yang ada sebelum masa kerja (pre employment) antara lain menyangkut pemagangan, kewajiban mengumumkan lowongan kerja, dan lainlain. Halhal yang berkenaan selama masa bekerja (duringemployment) antara lain menyangkut perlindungan kerja: upah, jaminan social, kesehatandankeselamatankerja,pengawasankerja,danlain lain. Halhal sesudah masa kerja antara lain pesangon, dan pensiun/jaminanharitua. Abdul Khakim5 merumuskan pengertian Hukum Ketenagakerjaandariunsurunsuryangdimilikiyaitu: (1) Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidaktertulis. (2) Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerjadanpengusaha/majikan. (3) Adanya orang bekerja pada dan di bawah orang lain,
5AbdulKhakim,PengantarHukumKetenagakerjaanIndonesiaBerdasarkan UUNo.13Tahun2003(Bandung,PTCitraAdityaBhakti2003),hlm.56.

denganmendapatupahsebagaibalasjasa. (4) Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi masalah keadaan sakit, haid, hamil, melahirkan, keberadaanorganisasipekerja/buruhdansebagainya. Menurutnya Hukum Ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja/buruh danpengusaha/majikandengansegalakonsekuensinya.Halini jelas bahwa Hukum Ketenagakerjaan tidak mencakup pengaturan: (1) Swapekerja (2) Kerja yang dilakukan untuk orang lain atas dasar kesukarelaan. (3) Kerja seorang pengurus atau wakil suatu organisasi/ perkumpulan. 3. PengertianTenagaKerja Telah disinggung sedikit tentang pengertian tenaga kerja padabagianiniakankembalidijelaskanbahwamenurutUU13 Tahun 2003 Tenaga kerja adalah: setiap orang yang mampu melakukanpekerjaangunamenghasilkanbarangdan/ataujasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Menurut Payaman Simanjuntak tenaga kerja (manpower) adalahpendudukyangsudahatausedangbekerja,yangsedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan olehumur/usia.6 Tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan, kerja dan bukanangkatankerja.Angkatankerjaataulabourforceterdiridari:

(1) Golonganyangbekerja,dan (2) Golonganyangmengangguratauyangsedang


mencaripekerjaan. Kelompokbukanangkatankerjaterdiridari:

(1) Golonganyangbersekolah; (2) Golonganyangmengurusrumahtangga;dan


6 Sedjun H. Manulang, Pokokpokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia,(Jakarta,PTRinekaCipta,Cet.II,1995),hlm.3.

(3) Golonganlainlainataupenerimapendapatan.
Golongan yang bersekolah adalah mereka yang kegiatan nyahanyaatauterutamabersekolah.Golonganyangmengurus rumah tangga adalah mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah. Sedang yang tergolong dalam lain laininiada2macamyaitu: a) Golongan penerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bungaatassimpananuangatausewaatasmilik;dan Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain misalnya karena lanjut usia (jompo), cacat atau sakit kronis.

b)

Ketigagolongandalamkelompokbukanangkatankerjaini kecuali mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain sewaktuwaktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok ini sering juga dinamakan sebagai PotentialLabourForce(PLF). Jaditenagakerjamencakupsiapasajayangdikategorikan sebagaiangkatankerjadanjugamerekayangbukanangkatan kerja, sedangkan angkatan kerja adalah mereka yang bekerja danyangtidakbekerja(pengangguran). 4. PengertianBuruh,Pekerja,Swapekerja,danPegawai UU No. 13 Tahun 2003 menetapkan bahwa penggunaan istilah pekerja selalu dibarengi dengan istilah buruh yang menandakanbahwadalamUUiniduaistilahtersebutmemiliki makna yang sama. Dalam Pasal 1 Angka 3 dapat dilihat pengertian dari Pekerja/buruh yaitu: setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dari pengertian tersebut dapat dilihat beberapa unsur yangmelekatdariistilahpekerja/buruhyaitu: a. Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukanangkatankerjatetapiharusbekerja) b. Menerima upah atau imbalan sebagai balas jasa atas pelaksanaanpekerjaantersebut. Dua unsur ini penting untuk membedakan apakah seseorang masuk dalam kategori pekerja/buruh yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan atau tidak, di mana dalam UU
6

Ketenagakerjaan diatur segala hal yang berkaitan dengan hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha/ majikan. Swapekerja perlu untuk dipahami artinya oleh karena golonganinijelastidaktermasukgolonganyangdiaturolehUU Ketenagakerjaan. Swapekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan bebas, dalam arti tidak dibawah perintah orang lain melainkan atas inisiatif sendiri, bekerja dengan dana, tanggung jawab dan risiko sendiri, contoh: tukang tukang yang bekerja atas usaha sendiri dan kerja bebas misal dokter atau pengacara/advokat yang menjalankan praktek secaramandiri. Pengertian bebas dari perintah orang lain dimaksudkan dengantidakbekerjadibawahpimpinanorang/pihaklain.Hal ini karena untuk seorang tenaga profesional misalnya dokter, ia bekerja dengan inisiatif sendiri sehingga ada kebebasan dalammenjalankanpekerjaannya,namunjikaiaadalahdokter di sebuah rumah sakit swasta maka ia adalah pekerja di RS tersebut yang bekerja di bawah pimpinan pihak lain yaitu pimpinanRS. Istilah Pegawai umumnya digunakan untuk menunjuk golongan orang yang bekerja pada Negara (pegawai negeri). Golongan ini tidak tunduk pada Hukum Ketenagakerjaan karena ada UU yang khusus mengaturnya yaitu UU Kepegawaian. Saat ini berlaku UU 8 Tahun 1974 Tentang Pokokpokok Kepegawaian jo UU No. 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas UU 8 Tahun 1974 Tentang Pokokpokok Kepegawaian. Jika dibuat dalam bentuk matrix untuk membandingkan istilahistilahtersebutmakadapatdibuatsebagaiberikut:
Pekerja/buruh Bekerjadibawah perintahpihaklain (pengusaha/majikan) Resikoditanggung pengusaha/majikan Menerimaupah/gaji DiaturolehUUdan peraturan Ketenagakerjaan swapekerja Tidakdibawah perintah/pimpinan pihaklain Resikoditanggung sendiri Menerima keuntungan/laba Tidakadaaturan khususyang mengatur. pegawai Bekerjadibawah perintahnegara Resikoditanggung pemerintah. Menerima gaji/upah DiaturolehUUNo8 Tahun1974joUU No.43Tahun1999. 7

5. PerkembanganSifatHukumPerburuhan SifatHukumsecaraumumadaduayaitu: a. Hukummengaturdan b. Hukummemaksa Hukum perburuhan awalnya merupakan bagian dari HukumPerdataolehkarenahubungankerjaadalahhubungan privatyangmasukdalamlingkupHukumPerjanjian(kerja). Perkembangan masyarakat dan perkembangan pemikiran tentang fungsi Negara dan hukum khususnya menyangkut peran Negara dalam mewujudkan masyarakat sejahtera (welfare state) telah meninggalkan konsep Negara penjaga malam. Wujud campur tangan Negara dalam mengupayakan kesejahteraan masyarakatnya antara lain dengan membuat aturanaturanuntukmasalahhubungankerja(perburuhan)di manahubungankerjamerupakanhubungan/peristiwaprivat. a. SifatHukumPerburuhansebagaiHukumMengatur (Regeld)

Ciri utama dari Hukum Perburuhan/ketenagakerjaan yang sifatnya mengatur ditandai dengan adanya aturan yang tidak sepenuhnya memaksa, dengan kata lain boleh dilakukan penyimpangan atas ketentuan tersebut dalam perjanjian (perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja bersama). Sifat Hukum mengatur disebut juga bersifat fakultatif(regelendrecht/aanvullendrecht)yangartinyahukum yang mengatur/melengkapi, sebagai Contoh aturan ketenagakerjaan/perburuhan yang bersifat mengatur/ fakultatifadalah:

Pasal51ayat(1)UndangUndangNomor13Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, mengenai pembuatanpenjanjiankerjabisatertulisdantidak tertulis. Dikategorikan sebagai Pasal yang sifatnya mengaturolehkarenatidakharus/wajibperjanjian kerja itu dalam bentuk tertulis dapat juga lisan, tidak ada sanksi bagi merka yang membuat perjanjian secara lisan sehingga perjanjian kerja dalam bentuk tertulis bukanlah hal yang imperative/memaksa; 2003 tentang Ketenagakerjaan, mengenai

Pasal60ayat(1)UndangUndangNomor13Tahun
8

perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan 3 (tiga) bulan. Ketentuan ini juga bersifat mengatur oleh karena pengusaha bebas untuk menjalankan masa percobaan atau tidak ketika melakukan hubungan kerjawaktutidaktertentu/permanen.

Pasal10ayat(1)UndangUndangNomor13Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan, bagi pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha. Merupakan ketentuan hukum mengatur oleh karena ketentuan ini dapat dijalankan (merupakan hak) dan dapat pula tidak dilaksanakanolehpengusaha. Perdata (KUHPer) dan Buku II Titel 4 Kitab UndangUndangHukumDagang(KUHD).

Buku III Titel 7A Kitab UndangUndang Hukum

b.

SifatMemaksaHukumPerburuhan

Hukum perburuhan/Ketenagakerjaan mengatur hubungan kerjaantarapekerja/buruhdanpengusaha,yangberartimeng atur kepentingan orang perorangan. Atas dasar itulah, maka HukumPerburuhan/Ketenagakerjaanbersifatprivat(perdata). Di samping itu, dalam pelaksanaan hubungan kerja untuk masalahmasalah tertentu diperlukan campur tangan pemerintah. Campur tangan ini menjadikan hukum ketenagakerjaanbersifatpublik.7 Sifat publik dari Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan ditandai dengan ketentuanketentuan memaksa (dwingen), yang jika tidak dipenuhi maka negara/pemerintah dapat melakukan aksi/tindakan tertentu berupa sanksi. Bentuk ketentuan memaksa yang memerlukan campur tangan pemerintahituantaralain: a. Adanya penerapan sanksi terhadap pelanggaran atau tindakpidanabidangketenagakerjaan. b. Adanyasyaratsyaratdanmasalahperizinan,misalnya PerizinanyangmenyangkutTenagaKerjaAsing; Perizinan menyangkut Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia; Penangguhan pelaksanaan upah minimum dengan izin dansyarattertentu;
7

BacaImanSoepomo,Pengantar,(Op.Cit),hlm.89.

Masalahpenyelesaianperselisihanhubunganindustrial ataupemutusanhubungankerja; Syaratmempekerjakanpekerjaanak,dansebagainya. Budiono8 membagi sifat Hukum Ketenagakerjaan menjadi 2 (dua), yaitu bersifat imperatif dan bersifat fakultatif. Hukum bersifat imperatif atau dwingenrecht (hukum memaksa) artinya hukum yang harus ditaati secara mutlak, tidak boleh dilanggar.Contoh: a. Pasal 42 ayat (1) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, mengenai perlunya izin penggunaantenagakerjaasing. b. Pasal 59 ayat (1) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, mengenai ketentuan pembuatanperjanjiankerjawaktutertentu(PKWT). c. Pasal 153 ayat (1) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, mengenai larangan melakukanPHKterhadapkasuskasustertentu. d. Pasal 3 UndangUndang Nomor 12 Tahun 1964, mengenai perlunya izin (permohonan penetapan) PemutusanHubunganKerja(PHK). 6. ObjekHukumPerburuhan Objek Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan artinya adalah segala sesuatu yang menjadi tujuan diberlakukannya Hukumperburuhan/Ketenagakerjaan. Ada2halutamayangmenjadiobjek/tujuannyayaitu:9 a. Terpenuhinyapelaksanaansaksihukuman,baikyang bersifat administrative maupun bersifat pidana sebagai akibat dilanggarnya suatu ketentuan dalam peraturan. Terpenuhinya ganti rugi bagi pihak yang berhak sebagaiakibatwanprestasiyangdilakukanolehpihak lainnyaterhadapperjanjianyangtelahdisepakati.

b.

UU Ketenagakerjaan menetapkan bahwa tujuan Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan adalah mencapai tujuan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya dengan

DalambukuAbdulKhakim,(Op.Cit),hlm.8 Iman Syahputra Tunggal, Dasardasar (Harvarindo,Jakarta,2007),hlm17.


8 9

Hukum

Ketenagakerjaan

10

meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja gunamewujudkanmasyarakatsejahtera,makmurdanadil.10 Tujuan ini penting ditetapkan oleh karena dalam Hukum Ketenagakerjaan terlibat pihakpihak yang umumnya berada pada posisi yang tidak seimbang baik secara sosial, dan ekonomis. O. Kahn Freund11 menyatakan timbulnya Hukum Ketenagakerjaan dikarenakan adanya ketidak setaraan posisi tawaryangterdapatdalamhubunganketenagakerjaan(antara pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan) dengan alasan itu pula dapat dilihat bahwa tujuan utama Hukum Ketenagakerjaanadalahagardapatmeniadakanketimpangan hubungan di antara keduanya. Ketimpangan hubungan antara pekerja/buruh dengan majikan/pengusaha digambarkan oleh H.Sinzheimersebagaiberikut:12 The employer direct the labour force which must put itself ashisdispositionHedirectsthatlabourforceashewishes, placedathisservicebywayoftheindividualsfreecontract of employment(which is) nothing other than a voluntary submission to conditions that cannot be changed by the worker. Jika diterjemahkan secara bebas mengandung arti bahwa pengusaha adalah pihak yang mampu menentukan keadaan perburuhan sesuai dengan keinginannya, bahkan melalui sarana kebebasan berkontrak, di mana kebebasan berkontrak yang dimiliki tiaptiap pekerja/buruh tidak lebih dari sebuah kepatuhan secara sukarela terhadap kondisi kondisi yang telah ditetapkan secara sepihak oleh pengusaha/majikan. Senada dengan hal tersebut bagi G. Ripert13 diaturnya masalah kerja dalam hukum sosial tersendiri (dalam hal ini Hukum Ketenagakerjaan) adalah akibat kenyataan sosial yang dalam kehidupan ekonomis mengalami pergeseran, di mana
10 Lihat Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal 2 UU No. 13 Tahun 2003 TentangKetenagakerjaan. 11 Sebagaimana dikutip oleh Geoffrey Kay and James Mott, Political Order and The Law Of Labour (The Macmillan Press Ltd, London, 1982), hlm. 112. Juga dalamtulisanClaireKilpatrick,HasNewLabourReconfiguredEmploymentLegislation? (IndustrialLawJournal,Vol.32,No.3,September2003),hlm.137. 12Merupakantokohyangberpengaruhkuat(disebutsebagaimentor)dalam pemikiran O. Kahn Freund. Dikutip dari Lord Wedderburn, Collective Bargaining or Legal Enactment: The 1999 Act and Union Recognition, Industrial Law Journal (Vol. 29,No.1,Maret2000),hlm.3. 13 LaRegimeDemocratiqueetLeDroitCivilModerne,1936dalamFJHMVan derVen,PengantarHukumKerdja,Terj.Sridadi(Kanisius,CetII,1969),hlm.9.

11

perlindungan kepentingan kerja dalam kontrak/perjanjian kerja merupakan kepentingan umum yang tidak dapat lagi diabaikanberdasarkanasaskebebasanindividusertaotonomi individudalammengadakankontrak/perjanjiankerja. 7. LandasandanAsasHukumPerburuhan Hukum perburuhan/Ketengakerjaan memiliki landasan: Idiil yaitu dasar Negara Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945.14 Operasional, yaitu program pembangunan nasional yang menjadi landasan pelaksanaan pembangunan Hukum Ketenagakerjaan sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunanpadaumumnya.15 Asas Hukum perburuhan/Ketenagakerjaan menurut Pasal 3 UU 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoralpusatdandaerah. Dalam Penjelasan pasal ini disebutkan bahwa Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi Pancasila serta asas adil dan merata. Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak yaitu antara pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh. Oleh sebab itu, pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kerjasamayangsalingmendukung. E. LATIHAN

Jawabpertanyaanberikut: 1. JelaskanpengertianHukumKetenagakerjaanmenurut sarjanadanmenurutUUNo.13Tahun2003? 2. Jelaskan cakupan pengaturan ketenagakerjaan yang dimuatdalamUUNo.13Tahun2003? 3. Apabedaantarapekerja/buruh,swapekerjadan pegawai? 4. Kapan dikatakan Hukum Ketenagakerjaan bersifat mengatur dan kapan dikatakan bersifat memaksa?
14DahuludikenaldenganistilahGBHN(GarisBesarHaluanNegara)saatini diistilahkansebagaiProgramPembangunanNasional(Propenas).Propenasdijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana PembangunanJangkaMenengah(RPJM). 15Pasal2UU13Tahun2003TentangKetenagakerjaan

12

5. 6. F.

Sifat manakah yang dominan saat ini? Jelaskan disertaicontohyangrelevan. Jelaskantujuan/objekdariHukumKetenagakerjaan? Jelaskan tentang landasan Hukum Ketenagakerjaan menurutUUNo.13Tahun2003?

REFERENSI Buku: Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan IndonesiaBerdasarkanUUNo.13Tahun2003, Bandung,PTCitraAdityaBhakti2003. Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan,Jakarta,Cet.XI,1995. Iman Syahputra Tunggal, Dasardasar Hukum Ketenagakerjaan,Harvarindo,Jakarta,2007. Sedjun H. Manulang, Pokokpokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta, PT RinekaCipta,Cet.II,1995. FJHM Van der Ven, Pengantar Hukum Kerdja, Terj. Sridadi,Kanisius,CetII,1969. Geoffrey Kay and James Mott, Political Order and The Law Of Labour, The Macmillan Press Ltd, London,1982. Jurnal: LordWedderburn,IndustrialLawJournal,Vol.29,No. 1, Maret 2000, Collective Bargaining or Legal Enactment:The1999ActandUnionRecognition. Claire Kilpatrick, Industrial Law Journal, Vol. 32, No.3, September2003,HasNewLabourReconfigured EmploymentLegislation? Peraturan: UU 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Penjelasannya. UU No. 14 Tahun 1969, LN No. 55 Tahun 1969 dan Penjelasannya.

13

You might also like