You are on page 1of 3

Konsep Ideologi Louis Althusser: Catatan-Catatan Menuju Investigasi

Seperti yang diungkapkan Marx, kanak-kanak pun niscaya mengetahui bahwa suatu formasi sosial yang tidak mereproduksi kondisi produksi pada saat yang sama di kala kondisi produksi ini dilahirkan niscaya hanya akan mencecap masa hidup seumur jagungDengan demikian, demi tetap mempertahankan keberadaannya dan demi meraih kemampuan untuk berproduksi, maka setiap tatanan sosial mesti mereproduksi kondisi produksi pada saat yang sama tatkala ia dilahirkan. Karena itu, tatanan sosial harus mereproduksi kekuatan produktif dan hubungan produksi yang sudah ada. Demi penciptaan nilai lebih, para kapitalis mengeluarkan uangnya untuk dua macam komoditi (M-C-M). Sebagian dari kapitalnya dikeluarkan lebih dulu untuk membeli alat-alat produksi dan sebagian lagi untuk membeli tenaga kerja (Marx dalam Brewer, 1999:65) Untuk mempertahankan tenaga kerja, si kapital harus memberikan piranti material pada buruh sehingga sumber daya manusia tersebut dapat mereproduksi diri, yakni dengan pemberian upah. Upah adalah bagian yang tak terpisahkan dari akutansi setiap perusahaan, dalam pengertiannya sebagai modal upah (wages capital) dan bukan sebagai kondisi reproduksi material sumber daya produksi. Bagaimanapun juga tidaklah cukup bagi sumber daya manusia untuk memastikan kondisi material dari reproduksinya sendiri. Saya telah mengungkapkan bahwa tenaga kerja yang tersedia harus kompeten, dalam pengertian bahwa dirinya harus cocok untuk ditempatkan dalam sebuah sistem produksi yang kompleks. Perkembangan kekuatan produktif dan jenis kekuatan produktif yang membentuk kesatuan historis, pada saat tertentu menuntut buruh harus mempunyai keahlian. Dan karena itu, tenaga kerja pun direproduksi dengan cara seperti ini pula. Dan apa yang dimengerti sebagai keahlian yang beragam adalah: perbedaan dalam hal pekerjaan dan bidang kerja tertentu, berdasarkan persyaratan pembagian kerja secara sosial dan teknis. (Althusser, 2004:8). Dalam hal ini, Althusser memandang sekolah sebagai agen-agen yang mengajarkan know how kepada individu. Tidak cukup dengan itu saja, sekolah juga mengajarkan kepatuhan kepada siswa-siswanya untuk melestarikan sistem yang sudah ada (relasi produksi). Dalam hal ini negara dianggap sebagai aparatus represif sebagai

mesin represi yang memungkinkan kelas-kelas penguasa untuk memastikan dominasi mereka terhadap kelas pekerja sehingga memungkinkan pihak yang disebut pertama kali ini untuk menundukkan pihak kedua dalam proses penghisapan nilai lebih, yaitu eksploitasi kapitalis. Kini, bagaimana kapitalis melindungi reproduksi pelbagai relasi produksi? Di dalam bahasa topografi (infrastruktur/basis, suprastruktur), saya dapat mengatakan, relasi ini dilindungi suprastruktur ideologi dan politik legal1. Namun, seperti saya kemukakan sebelumnya tentang pentingnya melampaui bahasa deskriptif ini, maka sebaiknya saya mengatakan, ia dilindungi oleh pelaksanaan kekuasaan negara di dalam aparatus negara (RSA dan ISA) (Althusser, 2004:25). Dalam konteksnya sebagai aparatus represif, pada hakikatnya peran Represif State Aparatus (RSA) tercapai karena melindungi secara paksa kondisi-kondisi politis atas reproduksi dari pelbagai relasi produksi yang di dalam usaha akhir merupakan relasirelasi eksploitasi. Tidak cukup dengan itu saja, ia juga memberikan kondisi aman bagi Ideological State Aparatus (ISA) untuk beraksi menyebarkan gagasan kelas berkuasa yang sudah dirancang sedemikian rupa agar bisa diterima secara normal, atau yang disebut Althusser sebagai ideologi. Ideologi ini akan mengkonstitusi subjek-subjek, atau dalam istilah Althusser disebut proses interpelasi yang memberikan efek kepatuhan pada subjek itu.

DAFTAR PUSTAKA

Althusser, Louis. 2004. Tentang Ideologi: Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural Studies (terjemahan Essays on Ideology). Yogyakarta. Jala Sutra. Brewer, Anthony. 1999. Kajian Kritis Das Kapital Karl Marx. Yogyakarta. Teplok Press.

Marx membayangkan struktur masyarakat yang dinyatakan dengan berbagai level atau instansi, yakni infrastruktur (basis

ekonomi) dan suprastruktur yang di dalamnya mengandung dua level, yakni poltico legal (hukum dan negara) dan ideologi (agama, etika, hukum, dan politik). Louis Althusser dalam For Marx dan Reading Capital 1969 dan 1970.

You might also like