You are on page 1of 8

HUBUNGAN PERSEPSI TEHADAP KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI

1 KLATEN
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah TPS Psikologi Bidang Pendidikan)

Disusun Oleh : Ari Wahyuni M2A 006 011

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009


BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa sejak memasuki tingkat SMP, terlebih lagi bagi siswa SMA yang telah menduduki kelas XI jurusan IPA. Di kelas jurusan IPA setiap hari siswa akan bertemu dengan mata pelajaran eksakta seperti matematika, fisika, kimia dan juga biologi sebagai mata pelajaran wajib. Berbeda dengan jurusan IPS yang hanya memperoleh mata pelajaran matematika dasar. Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Meski jurusan IPA merupakan jurusan yang banyak diminati oleh sebagian besar siswa, tapi tidak semua siswa menyukai mata pelajaran wajib yang ada di dalamnya. Sebagian siswa memilih jurusan IPA karena memang menyukai mata pelajaran yang ada di dalamnya, akan tetapi tidak jarang siswa yang sudah memilih jurusan IPA justru tidak menyukai mata pelajaran matematika, kimia, biologi atau pun fisika. Beberapa siswa berpandangan dengan memilih jurusan IPA maka kesempatan untuk memilih jurusan di

perguruan tinggi nantinya akan lebih luas. Dari beberapa mata pelajaran wajib seperti matematika, fisika, biologi, dan kimia yang diberikan di kelas jurusan IPA, sebagian besar siswa berpandangan bahwa mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang paling sulit. Hanya sedikit siswa yang benar-benar menyukai mata pelajaran fisika. Faktor guru seringkali juga memiliki pengaruh terhadap hal ini. Hasil wawancara awal yang peneliti lakukan kepada empat siswa kelas XI, kesemuanya mengatakan bahwa fisika merupakan mata pelajaran paling sulit jika dibandingkan dengan mata pelajaran eksakta yang lain. Mereka pun mengatakan bahwa nilai ulangan mereka untuk mata pelajaran fisika paling rendah jika dibandingkan nilai kimia, matematia dan biologi. Ketika ditanyakan penyebabnya, salah seorang siswa mengatakan gurunya nggak enak mbak, nggak bisa nerangin. Hal tersebut menunjukkan bagaimana siswa mempersepsikan kompetensi gurunya dalam mengajar. Selain itu, motivasi belajar fisika mereka sangat kurang, yang terlihat dari penjelasan mereka yang menyatakan bahwa ketika ada PR fisika kebanyakan dari mereka dan teman-temannya mengerjakan PR di sekolah dengan mencontek pekerjaan teman yang pandai fisika. Tujuan pembelajaran adalah perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Tujuan pembelajaran yang

diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut peneliti penting adalah kompetensi guru dalam mengajar. Kompetensi guru memegang peranan penting bagi keberhasilan siswa. Tilaar (2006, h.167) mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, betapapun bagusnya kurikulum dengan menentukan standar isi yang tinggi, tetapi apabila tidak tersedia tenaga guru yang profesional maka tujuan kurikulum tersebut akan menjadi sia-sia. Spencer & Spencer dalam Uno (

2007, h.61) menyatakan bahwa kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Kompetensi yang bagus tersebut kemudian berdampak pada performance atau kinerjanya. Kompetensi guru sangat menunjang motivasi belajar. Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu (Walgito, 2002,hal 69). Kompetensi yang ada pada guru dipersepsikan berbeda-beda olah masing-masing siswa. Hal ini terjadi karena adanya pengalaman, kemampuan berpikir, dan kerangka acuan yang tidak sama dari masing-masing siswa. Persepsi siswa atas kompetensi seorang guru tersebut sedikit banyak mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dari beberapa penelitian sebelumnya didapatkan bahwa hubungan antara motivasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam

memberikan materi dan guru masih sangat berpengaruh dalam hal memberi motivasi siswa terutama dari caranya mengelola atau memanajamen kelas dimana ditemukan beberapa kasus yang terjadi siswa enggan belajar

dikarenakan guru yang dalam mengajar tidak memperhatikan hal-hak yang terjadi dalam kelas. Dalam hal ini cara guru dalam memanajamen kelas termasuk dalam kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Kali ini penulis ingin meneliti tentang kompetensi guru secara lebih menyeluruh. Majid (2005, h.6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Menurut Gleitman dan Reber motivasi dimengerti sebagai keadaan internal organisme, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Syah, 2003, h.136). Demikian juga dalam kegiatan belajar mengajar (selanjutnya disingkat KBM) motivasi belajar juga merupakan energizer bagi pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1.) motivasi intrinsik; 2.) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siwa adalah perasaan menyenangi materi materi dan

kebutuhannnya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar (Syah, h. 151-152). Belajar dari segala definisinya menurut Quantum Learning adalah kegiatan full-contact (DePorter, 2004, hal 6). Istilah full contact dalam filsafat pembelajaran disebut pendekatan holistik. Dengan kata lain belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia; pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang (Suparno, 1997). Agar kegiatan belajar mengajar ini diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah minat belajar mereka. Kebangkitan gairah dan minat belajar para siswa akan mempermudah guru dalam menghubungkan kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar. Salah satu bentuk gairah itu tercermin dari motivasi belajar. Dalam hal ini motivasi memegang peran yang dominan. Karena itu pembahasan motivasi belajar tidak bisa dilepaskan dari persepsi terhadap kompetensi yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat mencapai sasaran, maka penulis membatasi permasalahan penelitian ini pada adakah hubungan antara kompetensi guru dengan motivasi belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 1

Klaten.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui hubungan antara peresepsi terhadap kompetensi guru dengan motivasi belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 1 Klaten

Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya bagi psikologi bidang

pendidikan terutama yang berkaitan dengan topik motivasi belajar, dan juga psikologi sosial yang berkaitan dengan bahasan persepsi dan motivasi. Manfaat Praktis Bagi siswa: hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

memberitahukan pengetahuan bagi siswa mengenai persepsinya terhadap kompetensi guru untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Bagi sekolah: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak sekolah mengenai motivasi belajar siswa dan pentingnya persepsi siswa terhadap kompetensi guru. Bagi peneliti selanjutnya: hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti variabel persepsi

terhadap kompetensi guru dan juga motivasi belajar.

You might also like