You are on page 1of 37

ANALISIS KONSEP DAN IMPLEMENTASI MUDHARABAH MUQAYADAH DALAM PENGELOLAAN DANA INVESTASI TERIKAT

(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)

SKRIPSI

Oleh: FESTI KURNIA SEPTININGSIH


30.01.3.5.002

Program Studi Keungan dan Perbankkan Syariah

JURUSAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SURAKARTA 2006

ABSTRACT

Financing of Mudharabah muqayadah is best alternative to vanish interest in financing. Muqayadah mudharabah there is two kinds of that is sheet balance on muqayadah mudharabah which have this product is BMI. One of the bank wich have this product is Bank Muamalat Indonesia. Research which is have location in Bank Muamalat Indonesia, studying about Konsep dan Implementasi Mudharabah Dalam Pemgelolaan Dana Investasi Terikat Study Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia what have as according to Fatwa Dewan Syariah Nasional. Used Techique data collecting is documentation study and interview. While used analysis is descriptive analysis, that is analyzed financing of muqayadah mudharabah at Bank Muamalat Indonesia and then compared to Fatwa Dewan Syariah Nasional related to financing of mudharabah. Result of this research indicate that PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. In executing its product always reference at Fatwa Dewan Syariah Nasional beside always consulted beforehand to Council Dewan Syariah Nasional. Even though, in giving of financing muqayadah mudharabah which there is still disagree with Fatwa Dewan Syariah Nasional. What not yet as according to Fatwa Dewan Syariah Nasional for example sharing holder system and asked guarantee too big.

Keyword: Mudharabah Muqayadah

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL WARNA.......................................................................... HALAMAN JUDUL HITAM PUTIH ............................................................. HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ................... HALAMAN MOTTO ................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ABSTRAKSI ............................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ A. Latar Belakang Masalah ........................................................ B. Identifikasi Masalah ............................................................... C. Batasan Masalah ................................................................. D. Rumusan Masalah................................................................. E. Tujuan Penelitian................................................................... F. Manfaat Penelitian................................................................. G. Jadwal Penelitian .................................................................. H. Sistematika Penulisan ........................................................... BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... A. Investasi .................................................. B. Mudharabah........................................................................... 1. Pengertian Mudharabah 2. Landasan Hukum . 3. Karakteristik Mudharabah Muqayadah.. 4. Rukun Mudharabah Muqayadah 5. Syarat Mudharabah Muqayadah 6. Risiko Mudharabah Muqayadah 7. Aplikasi Mudharabah Muqayadah . 8. Flowchart Pembiayaan Mudharabah Muqayadah .. ii iii iv v vi viii ix x xi xii 1 1 5 6 6 6 7 8 8 10 10 12 12 13 17 18 19 19 20 23 i

C. Produk Dana Investasi Terikat .............................................. D. Penetapan Bagi Hasil ............................................................ E. Fatwa DSN tentang Mudharabah ........................................... F. Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... A. B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. Data dan Sumber Data ........................................................

29 29 31 31 33 33 33 35 35 37 37 37 39 40 41 42

C. Metode Pengumpulan Data ................................................. D. Teknik Analisis Data ... BAB IV ANALIS DAN PEMBAHASAN...................................................... A. Profil Bank Muamalat Indonesia .......................................... 1. Sejarah Singkat Berdirinya Bank Muamalat Indonesia .. 2. Visi dan Misi .................................................................. 3. Keunggulan Bank Muamalat Indonesia.......................... 4. Produk Penyaluran Dana ............................................... B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 1. Konsep Mudharabah Muqayadah pada

Bank Muamalat Indonesia .. 45 2. Implementasi Mudharabah Muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia .. 48 C. Analisis Data . 1. Analisis Konsep Mudharabah Muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia.................................... 2. Analisis Implementasi Mudharabah Muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia...... D. Tabulasi Kesesuaian Konsep dan Implemantasi Mudharabah Muqayadah ... E. BAB V Hasil Wawancara . 59 62 65 65 66 58 56 56

PENUTUP .................................................................................... A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Tabulasi Konsep dan Implementasi Mudharabah Muqayadah .... 60

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Mudharabah Muqayadah ......................................................... Gambar 2 : Flowchart Pembiayaan Mudharabah Muqayadah .................... Gamba 3 : Kerangla Berpikir...................................................................... 21 22 31

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 : Keputusan Komite Pembiayaan Lampiran 3 : Usulan Pembiayaan Lampiran 4 : Syarat-syarat Perjanjian Pembiayaan Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 : Memorandum Pembiayaan : Struktur Organisasi :Daftar Pertanyaan : Daftar Riwayat Hidup

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. 1.

Profil Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia Bank Muamalat Indonesia adalah initiator, pionir dan bank pertama murni Syariah di Indonesia. PT. Bank Syariah Muamalat

Indonesia Tbk (Bank) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 1 November 1991 berdasarkan akta Notaris Yudo Paripurno, S.H, No. 1 Akta Pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-2413.HT.01.01.Th.92 tanggal 21 Maret 1992 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 34 tanggal 28 April 1992, Tambahan No. 1919A. Anggaran dasar Bank telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu, terakhir dengan akta Notaris Yudo Paripurno, S.H, No. 24 tanggal 18 September 2003, khususnya mengenai perubahan modal dasar Bank Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C-03065. HT.01.04.Th.2004 tanggal 10 Februari 2004. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Bank yang terakhir, ruang lingkup kegiatan Bank adalah menyelenggarakan usaha perbankan dengan prinsip Syariah. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 430/KMK.013/1992 tanggal 24 April 1992, Perseroan telah memperoleh izin untuk beroperas sebagai bank umum. Bank memulai aktivitas operasinya sebagai bank pada tanggal 1 Mei

1992.

Berdasarkan

Surat

Keputusan

Menteri

Keuangan

No.

131/KMK.017/1995 tanggal 30 Maret 1995, Perseroan dinyatakan sebagai Bank yang beroperasi dengan sistem bagi hasil. Perseroan secara resmi mulai beroperasi sebagai Bank Devisa sejak tanggal 27 Oktober 1994 berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesa No. 27/76/KEP/DIR Sebagai upaya meningkatkan kemakmuran bersama melalui pengamalan perbankan yang sesuai kaidah syariah. Bank ini didirikan dengan dukungan Majelis Ulama Indonesia (MUI), para cendekiawan Muslim, tokoh-tokoh Pengusaha Indonesia serta pemerintah Indonesia dan dimiliki oleh lebih dari 800.000 pemegang saham perorangan di Indonesia, Islamic Development Bank (IDB) sebagai representasi masyarakat dan negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), serta lemnbaga-lembaga kuangan Islam Internasional. ALhamdulillah, BMI merupakan satu-satunya bank syariah yang berhasil melewati krisis ekonomi pada tahun 1997-1998, tanpa membebani Negara, tanpa memperoleh obligasi dan atau program rekapitulasi. Bank ini memberikan pelayanan perbankan nasional dan internasional, melalui produk dan jasa layanan yang aman, nyaman, inovatif dan menguntungkan, serta terus tumbuh secara sehat, dengan kinerja dan reputasi positif. Misinya adalah untuk menjadi role model Lembaga Kuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi para stakeholders.

Pada tanggal 16 Juni 2000, Bank mendirikan yayasan Baitul Mal Muamalat yang kemudian disahkan berdasarkan akta Notaris Atrino Leswara, SH, No. 76 tanggal 22 Desember 2000. Salah satu unit usaha yayasan tersebut adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah disahkan sebagai Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada tanggal 7 November 2001 oleh Departemen Agama dengan No. 48/2001, dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya manajemen Zakat, Infaq dan Shadaqah yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial. Bank menyalurkan penerimaan zakat kepada Lembaga Amil Zakat tersebut, sehingga Bank tidak secara langsung menjalankan fungs pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah dan dana qardhul hasan. Kantor pusat Bank berlokasi di Gedung Arthaloka, Jalan Jenderal Sudirman No. 2, Jakarta 10220. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2004, Bank memiliki 47 cabang, 13 cabang pembantu, 83 kantor kas dan 47 gerai. 2. Visi dan Misi Visi Bank Muamalat Indonesia adalah : "Menjaadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional." Misi Bank Muamalat Indonesia adalah : "Menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memeksimumkan nilai baik stakeholder."

3. Keunggulan Utama Bank Muamalat Indonesia memiliki 7 keunggulan yaitu : a. Murni syariah dalam kepemilikan, dan bank akar rumput (grass rooted bank) yang dimiliki lebih dari 800.000 pemegang saham perorangan, Islamic Development Bank (IDB), dengan jaringan kepemilikan masyarakat muslim internasional. b. Aman: Sebagai Inspirator dan satu-satunya bank syariah yang mampu melewati krisis, Bank Muamalat Indonesia menjadi jaminan sebagai mitra yang Aman, mengingat bank ini merupakan bank publik (public company), serta merupakan bank yang dijamin pemerintah. Bank Muamalat telah menjadi inspirator bagi tumbuhnya industri Perbankan Syariah di Indonesia. c. Nyaman: anti riba, anti bunga bank (interest) dan nyaman pelayanannya, mengingat sebagai inovator mampu mengembangkan Akses, melalui : 1) 8.888 ATM 2) 18.000 Merchant Debit 3) 1000 SOPP Pos Indonesia 4) Shar-E, sebagai akses mudah investasi syariah, yang

memungkinkan para penganut fatwa bahwa bunga bank adalah riba dan haram hukumnya. Dengan sharE, para nasabah memiliki kemudahan akses dan layanan bank syariah tanpa harus datang ke kantor bank syariah d. Jaringan Kantor Layanan: Hingga akhir Mei 2005: 47 Cabang, 14 Capem, 85 Kantor Kas, 47 Gerai Muamalat.

e. Menguntungkan dengan Bagi Hasil yang Kompetitif, dari hasil usaha dan investasi yangn halal dan bernilai ibadah. f. Kinerjan dan Reputasi Positif, terbukti dari berbagai penghargaan nasional maupun internasional, antara lain: bank sangat bagus secara terus menerus dari Intobank, Penghargaan KLIFF Award sebagai "The Most Outstanding Performance by Islamic Bank" dan Penghargaan dari Superbrands sebagai bank yang memiliki strong brand di Indonesia. g. Kataliasator bagi lahir dan tumbuhnya industri ekonomi Islami beserta lembaga penunjangnya, termasuk mendukung pertumbuhan pasar modal syariah, skim usaha gadai syariah, ijarah dan multifinance, serta skim investasi syariah lain sebagai solusi nyata ekonomi masyarakat. h. Terus tumbuh mengembangkan pelayanan terbaik, sesuai misinya untuk menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholders. 4. Produk Penyaluran Dana Sesuai dengan dasar operasionalnya yakni syariah Islam, maka produk-produk pembiayaan yang dapat disediakan Bank Muamalat Indonesia kepada para calon nasabah pun harus sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Ada 2 (dua) metode pembiayaan yang diterapkan di Bank Muamalat, yaitu metode pembiayaan dengan skema jual beli termasuk sewa-beli dan pembiayaan dengan skema bagi hasil. Skema pembiayaan

jual beli terdiri dari murabahah, salam, istishna' dan pembiayaan sewa beli yaitu ijarah muntahiyyah bi tamlik. Sedangkan pembiayaan dengan metode bagi hasil juga mempunyai 2 (dua) produk yaitu musyarakah dan mudharabah termasuk mudharabah muqayyadah (restricted investment). Berikut ini produk-produk penyaluran dana PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk : a. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan dengan sistem jual beli, dimana Bank Muamalat membiayai pembelian barang yang

dibutuhkan nasabah. Harga jual kepada nasabah adalah sebesar harga pokok barang ditambah marjin keuntungan yang disepakati antara Bank Muamalat dengan nasabah. Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1) Bank Muamalat membeli barang yang dibutuhkan nasabah pada supplier atau menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian barang dimaksud atas nama bank, dan bank membayar harga barang. Pembayaran harga beli hanya sah bila dilengkapi dengan kwitansi, tagihan, atau dokumen-dokumen sejenis; 2) Bank Muamalat selanjutnya menjual barang ke nasabahnya pada harga yang telah disepakati bersama, yaitu harga pembelian ditambah marjin keuntungan; 3) Nasabah membayar harga barang dengan cara angsuran selama jangka waktu yang disepakati. b. Istisna

Jual beli antara nasabah dan Bank Muamalat, dimana kebutuhan barang nasabah tersebut dilakukan berdasarkan pesanan (order atau barang belum jadi) dengan kriteria tertentu seperti jenis, tipe atau model, kualitas dan jumlah barangnya. Bank Muamalat memesan barang pesanan nasabah kepada produsen sesuai dengan perjanjian yang mengikat. Setelah barang sudah jadi maka Bank Muamalat menjual barang tersebut kepada nasabah dengan kesepakatan yang ditentukan sebelumnya. c. Pembiayaan Musyarakah Kerjasama perkongsian dana yang dilakukan oleh Bank Muamalat dengan nasabah dalam suatu usaha yang dijalankan oleh pelaksana usaha. Dimana pembagian keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan bersama. Pelaksana usaha itu boleh dilakukan oleh salah satu dari masing-masing anggota penyerta dana atau boleh juga pihak lain yang disepakati bersama. Dalam pembiayaan ini, pemilik dana boleh melakukan intervensi manajemen dalam usaha tersebut. d. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan pembiayaan menyediakan mudharabah dimana modal Bank dan (pembiayaan Muamalat nasabah bagi hasil) adalah

(sebagai

shahibul-maal) mudharib)

(sebagai

mengelola/mengusahakan modal tersebut. Selanjutnya antara Bank Muamalat dan nasabah akan berbagi hasil atas pendapatan nasabah dalam mengelola usahanya dengan porsi yang telah disepakati bersama. Bila terjadi kerugian, maka kerugian dalam bentuk uang

akan ditanggung oleh bank, sedangkan nasabah akan menanggung kerugian dalam bentuk kehilangan usaha, nama baik (reputasi), dan waktu. Pengembangan dari skim mudharabah adalah mudharabah

muqayyadah (restricted invesment). Dalam mudharabah muqayyadah deposan mensyaratkan, dananya hanya untuk membiayai proyek tertentu. Bank Muamalat akan mencarikan proyek yang dimaksud, dan mempertemukannya dengan deposan tersebut. Bank Muamalat dalam hal ini akan mendapatkan fee atas jasa administrasi dan collection yang dilakukan. e. Pembiayaan Investasi Al Bai Bithaman Ajil Didasarkan atas prinsip jual beli (ba'i) dimana Bank Muamalat Indonesia bertindak sebagai penjual (ba'i) dan nasabah bertindak sebagai pembeli (musytari). Bank Muamalat akan membeli komoditas dan menjualnya kepada nasabah pada tingkat harga yang disepakati kedua belah pihak. Bank Muamalat dalam hal ini memperoleh keuntungan dari harga jual tersebut yang harus diangsur oleh nasabah secara bulanan. f. Pembiayaan Kebajikan Al-Qordhul Hasan Bank Muamalat dalam hal ini sebagai muqridh menyediakan fasilitas dana kepada nasabah, dalam hal ini muqtaridh untuk pengelolaan usaha tanpa mengharapkan imbalan dari nasabah. Fasilitas ini biasanya merupakan fasilitas pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pelaksanaan kewajiban sosial terhadap nasabah yang betul-betul membutuhkan dan berhak

menerimanya. Sistem pembayarannya dapat dilakukan baik secara tunai maupun angsuran. g. Pembiayaan pada Bank Lain Bank Muamalat menyalurkan pembiayaan secara musyarakah pada bank lain, dalam hal ini merupakan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dimana pada akhirnya Bank Muamalat akan bersama-sama menyalurkan dana pembiayaan tersebut kepada nasabah BPRS dengan ditambah dana dari BPRS tersebut dengan porsi dana pembiayaan sesuai dengan kesepakatan bersama.1

B. 1.

Deskripsi Hasil Penelitian Konsep Mudharabah Muqayadah Bank Muamalat Indonesia a. Pengertian Mudharabah Muqayadah Bank Muamalat Indonesia "Mudharabah Muqayadah yaitu akad kerjasama antara pemiliak modal khusus atau nasabah dengan bank muamalat, modal tersebut akan dikelola Bank untuk diinvestasikan dalam proyek yang telah ditentukan oleh pemilik modal. Pembagian bagi hasil keuntungan dilakukan sesuai nisbah yang disepakati bersama.2 b. Tujuan Mudharabah Muqayadah Bank Muamalat Indonesia Tujuan produk pembiayaan Mudharabah Muqayadah dapat

diterapkan untuk investasi jangka pendek adan menengah dalam bentuk investasi khusus akepada proyek tertentu yang dilakukan oleh bank dengan dana dari nasabah adalam rekening ainvestasi khusus. Pada investasi untuk proyek khusus bank dapat mengeluarkan paper
1 2

Anuaal Report Bank Muamalat Indonesia, 2004, hlm Handout Training Finacing 1, Bank Muamalat Indonesia, Hlm 48

yang didasarkan proyek itu (asset based) dan bisa dipertukarkan diantara pemengangnya melalui bank deangan demikian fungsi bank disini sebagai intermediary muraani. Resiko investasi ditanggung langsung pleh nasabah. c. Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Mudharabah Muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia Persyaratan administrasi yang diperlukan yaitu : 1) Mengisi formulir pengajuan pembiayaan 2) Menyerahkan KTP dan kartu tanda penduduk 3) Melampirkan proposal yang memuat gambaran umum usaha, rencana/prospek usaha, rincian dan rencana penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana dan jangka waktu penggunaan dana 4) Legalitas usaha meliputi akta pendirian usaha, surat ijin perusahaan dan tanda daftar perusahaan 5) Laporan keuangan seperti neraca dan laporan laba rugi data persediaan terakhir data penjualan dan foto copy rekening bank d. Karakteristik Produk Mudharabah Muqayadah 1. Shahibul maal memberikan batasan kepada mudharib mengenai tempat cara dan obyek investasi 2. Mudharib diperintahkan untuk : a. Tidak mencampurkan dana dengan dana lainnya b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan, cicilan, tanpa jaminan c. Mengharuskan mudharib untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga

e. Jangka Waktu Pembiayaan Jangka waktu pembiayaan mudharabah muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia selama satu tahun sampai dengan dua tahun atau menurut kesepakatan dalam perjanjian di awal. Tapi di Bank Muamalat Indonesia pembiayaan mudharabah muqayadah ini berjangka waktu maksimum dua tahun. Para pengurus proyek harus melaporkan perkembangan usahanya kepada bank minimum satu bulan sekali. f. Argumen Objek argumen adalah berupa tanah, rumah dan barang-barang berharga lainnya yang nilainya minimal 120% dari plafon

pembiayaan. 2. a. Implementasi Mudharabah Muqayadah Bank Muamalat Indonesia Prosedur Pembiayaan Mudharabah Muqayadah Bank Muamalat Indonesia Prosedur-prosedur yang dilakukan oleh nasabah dalam pengajuan pembiayaan mudharabah muqayadah pada Bank

Muamalat Indonesia 1. Nasabah yang selanjutnya disebut sebagai mudharib mengajukan usulan pembiayaan dengan mengisi formulir permohonan

pembiayaan mudharabah muqayadah yang berisi nama, alamat, kode pos, telepon, nomer, KTP/SIM, melampirkan proposal yang membuat gambaran umum usaha rencana/prospek usaha, rincian dan rencana penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana dan jangka waktu penggunaan dana, jaminan

2. Dengan mengacu pada keterangan yang ditulis pada permohonan pembiayaan mudharabah muqayadah customer service

memeriksa identitas mudharib dan proposal. 3. Account officer atau marketing menganalisa kelayakan proposal yang diajukan pemilik proyek, historis usaha pemilik proyek baik dari segi kualitatif dan kuantitatif, 4. Bagian administrasi pembiayan akan menganalisa badan hukum pemilik proyek dari segi yuridis, kelengkapan atau perizinan, keabsaan proyek dan bank checking. Hasil pemeriksaan

(checking) bagian administrasi pembiayaan akan disampaikan kepada account officer. Selanjutnya bersamaan dengan analisa kualitatif dan kuantitatif account officer akan melakukan presentasi pada shahibul maal. 5. Komite pembiayaan untuk memperoleh persetujuan. Bila proyek nasabah dianggap tidak layak, dan tidak memenuhi kriteria untuk dibiayai, maka proposal beserta seluruh dokumen harus dikembalikan pada pemilik proyek, dan account officer menyampaikan penolakan tersebut kepada pemilik proyek. Bila komite mengagap proposal tersebut layak untuk dibiayai maka komite akan memberikan persetujuan khususnya

menyangkut a. Jangka waktu b. Mekanisme untuk mencari pemilik modal atau investor c. Bagi hasil antara pemilikan proyek modal atau investor d. Jasa pengelolaan untuk bank

e. Kewajiban pemilik proyek f. Kewajiban pemilik modal / investor

g. Kewajiban bank h. Risiko yang harus diantisipasi oleh pemilik modal i. j. Risiko yang dihadapi oleh pemilik proyek Risiko yang dihadapi oleh bank

Berdasarkan persetujuan komite, account officer akan mengirimkan 6. Surat Persetujuan Dari Pemilik Proyek. Surat ini menyatakan pendapat bank bahwa proyek ini cukup feasible, dan bank bersedia membantu pemilik proyek untuk mencarikan pemilik modal investor. Inti surat ini adalah meminta izin dari pemilik proyek untuk menawarkan proyek tersebut kepada pemilik modal/investor. 7. Surat ini dapat diajukan kepada beberapa pemilik modal / investor seperti Yayasan Dana Pensiun, Dana Pensiun Lembaga

Keuangan (DPLK) atau Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) atau lembaga asuransi yang menawarkan direct investment pada suatu proyek tertentu. Account officer akan melakukan presentasi (mewakili pemilik proyek) di hadapan para pemilik modal. 8. Bila pemilik modal menganggap bahwa proposal tersebut feasible dan menarik maka pemilik modal dan account officer akan meninjau dan bertemu dengan pemilik proyek. Dalam hal ini bila pemilik modal masih membutuhkan beberapa informasi

tambahan, maka pemilik modal dapat melakukan analisa ulang atas proyek tersebut. Bila setelah meninjau proyek tersebut maka

proposal merasa kurang puas dan tidak tertarik pada proyek tersebut maka proposal yang diajukan oleh account officer dapat ditolak oleh pemilik modal, dan account officer dapat mencari pemilik modal lain/pemilik modal baru. 9. Sebaliknya pemilik proyek juga dapat menyampaikan kepada account officer, bahwa pemilik proyek merasa kurang cocok (dalam berbagai hal) dengan pemilik modal. Dalam hal ini maka account officer dapat mencari pemilik modal llain/pemilik modal baru. Saat ini proses persetujuan baik dari pemilik proyek maupun dari pemilik modal sangat penting. Tercapainya kesepakatan kedua belah pihak banyak bergantung pada keterlibatan account officer untuk menjelaskan keuntungan maupun risiko yang akan dihadapi oleh kedua belah pihak. 10. Pemilik proyek setuju dengan modal yang diberikan shahibul maal maka akad pembiayaan mudharabah muqayadah telah terjadi. 11. Shahibul maal akan menanggung kerugian yang timbul secara proporsional dari pembiayaan yang dititipkan kepada mudharib, kecuali disebabkan karena mudharib melanggar akad perjanjian. Shahibul maal akan menerima dan mengakui kerugian tersebut setelah menerima, menilai, kembali dan menyampaikan hasil penilaiannya secara tertulis kepada mudharib. Shahibul maal hanya menanggung kerugian maksimum sebesar komitmen shahibul maal.

12. Mudharib dan shahibul maal sepakat dan setuju melakukan perhitungan margin dalam pembiayaan pelaksanaan proyek yang disepakati antara mudharib dan shahibul maal 13. Keterlambatan pembayaran bagi hasil mudharib wajib membayar denda kepada shahibul maal sebesar 0,03% dari kewajiban yang harus dibayar 14. Mudharib hanya dapat melakukan penarikan pertama atas fasilitas pembiayaan sesuai dengan syarat yang ditentukan yaitu seluruh syarat-syarat akad telah dipenuhi dan mudharib telah

menandatangani dokumen jaminan. Menyerahkan dokumendokumen pembuktian sehubungan dengan proyek tetapi tidak terbatas dokumen-dokumen pembuktian dari kontraktor/pihak ketiga, kecuali dokumen-dokumen sehubungan dengan

pembayaran uang muka kepada kontraktor sehubungan dengan proyek. Menyerahkan kepada BMI bukti-bukti yang dapat diterima baik berupa invoice atau kuitansi atas pelaksanaan pekerjaan sehubungan dengan proyek yang sedang dan akan diselesaikan oleh kontraktor yang dilampiri dengan laporan-laporan kemajuan proyek dari kontraktor dan laporan kemajuan proyek yang ditandatangani oleh direksi. Syarat penarikan selanjutnya

mudharib dapat melakukan penarikan selanjutnya apabila telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan seperti syarat penarikan pertama telah dipenuhi mengikat dan berlaku bagi mudharib tanpa ada suatu pengurangan, dan syarat-syarat tersebut senantiasa akan dianggap telah dikonfirmasikan oleh mudharib mengenai

kelengkapannya untuk setiap penarikan fasilitas pembiayaan yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam akad 15. Waktu penarikan para pihak sepakat dan setuju dan selanjutnya mudharib menyanggupi bahwa seluruh ketentuan persyaratan penarikan pertama sudah dipenuhi dalam waktu sepuluh hari kerja terhitung sejak tanggal penandatanganan akad 16. Mudharib hanya dapat melakukan penarikan fasilitas pembiayaan apabila syarat dan ketentuan sudah terpenuhi yaitu : a. b. Mudharib telah memenuhi kebutuhan pra syarat Pemberitahuan penarikan harus menyebutkan jumlah dari setiap penarikan fasilitas pembangunan yang dikehendaki oleh mudharib disertai dengan alasan dan rincian

penggunaan fasilitas pembiayaan dan dokumen-dokumen lainnya c. Setelah Bank Muamalat Indonesia memeriksa dan

memasukan bahwa pemberitahuan penarikan telah sesuai dengan ketentuan akad maka BMI selambat-lambatnya pada pukul 16.00 dalam waktu 3 hari kerja sebelum tanggal penggunaan fasilitas sebagaimana disebutkan dalam

pemberitahuan penarikan d. Pemberitahuan penarikan yang diterima BMI tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan sehingga pemberitahuan penarikan yang telah diterima BMI akan mengikat mudharib e. Selanjutnya shahibul maal akan mentransfer dana pada tanggal penggunaan fasilitas melalui kuring untuk dikreditkan

ke dalam rekening yang ditunjuk oleh mudharib pada BMI, dana tersebut akan aktif pada hari kerja berikutnya f. Mudharib akan membayar ganti rugi kepada BMI dan kepada shahibul maal untuk ongkos-ongkos dan biaya-biaya serta kerugian yang diderita BMI dan shahibul maal sebagai akibat dibatalkan ditarik atau dicabutnya pemberitahuan penarikan oleh mudharib. g. kewajiban shahibul Setelah berakhirnya masa penarikan, maal untuk memberikan fasilitas

pembiayaan berakhir. 17. Shahibul maal dan BMI akan memuat dan memelihara pada pembukuannya suatu catatan/administrasi atas nama mudharib mengenai/sehubungan dengan penyediaan fasilitas catatan yang termaksud dalam akad. Dalam catatan/administrasi mana akan dicatat fasilitas pembiayaan yang telah diberikan pembayaran kembali pembiayaan pokok dan bagian pendapatan yang menjadi bagian shahibul maal atau kewajiban lainnya sehubungan dengan fasilitas pembiayaan yang telah diberikan, pembayaran kembali pembiayaan pokok dan bagian pendapatan yang menjadi bagian shahibul maal atau kewajiban lainnya sehubungan dengan fasilitas pembiayaan tersebut, serta perhitungan dan pembayaran jasa kepada BMI dan lain jumlah uang yang wajib dibayar oleh mudharib dan shahibul maal.

Catatan administrasi yang dibuat oleh shahibul maal adalah merupakan buku sah dan mengikat terhadap mudharib mengenai jumlah pembiayaan pokok yang telah diterima mudharib. Catatan administrasi mempunyai kekuatan bukti sempurna dan mengikat di muka badan peradilan yang berwenang serta akan menjadi dasar bagi shahibul maal dalam menjalankan hak dan wewenangnya 18. Mudharib wajib melakukan pembayaran kepada shahibul maal seluruh jumlah pembiayaan pokok dan bagian pendapatan yang menjadi bagian shahibul maal sampai lunas. Semua pembayaran oleh mudharib kepada shahibul maal harus dilakukan seutuhnya sesuai dengan kesepakatan tanpa ada potongan dalam bentuk apapun. Pembayaran berdasarkan akad ini harus ditransfer ke rekening Bank Muamalat Indonesia dan harus aktif selambat-lambatnya 1 hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo. 19. Apabila mudharib terlambat melakukan pembayaran kepada shahibul maal, maka pembayaran tersebut harus dilakukan dalam kurun waktu yang disetujui oleh shahibul maal 20. Mudharib melakukan pembayaran pembiayaan lebih awal dari tanggal jatuh tempo pembayaran. Pembayaran pembiayaan lebih awal ini akan mempersingkat jangka waktu pembiayaan 21. Segala biaya berkenaan dengan penyiapan pembuatan dokumen transaksi, dokumen jaminan serta penandatanganan akad, publikasi tetapi tidak terbatas pada biaya konsultan hukum,

notaris, biaya perjalanan, dan biaya komunikasi, sehubungan dengan akad ini menjadi beban mudahrib b. Akad-akad dalam Bank Muamalat Indonesia yang di Pakai dalam Implementasi Mudharabah Muqayadah Bank Muamalat Indonesia Akad investasi khusus yang ditetapkan dalam proposal pembiayaan yang telah disetujui adalah sebagai berikut : 1. Seluruh biaya-biaya yang timbul dengan adanya pembiayaan ini menjadi beban mudharib. 2. Pengikatan jaminan dilakukan dengan sempurna. 3. Jaminan minimal 120% dari plafond 4. Jaminan diasuransikan oleh bankier's Clause. 5. Seluruh Indonesia 6. Seluruh aktifitas pembayaran hasil penjualan harus diketahui oleh shahibul maal dan melalui Bank Muamalat Indonesia 7. Dari setiap pembayaran oleh hasil penjualan dan setelah dikurangi angsuran, mudharib wajib mengendapkan dananya sebesar 10% C. Analisa Data Konsep dan implemantasi mudharabah muqayadah yang dimiliki dan telah dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia mengacu pada ramburambu peraturan Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia bagi bank syariah di Indonesia memegang peranan tertinggi sebagai dewan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan kemurnian dan kehalalan dalam melakukan setiap transaksi perbankkan, maksudnya seluruh aktifitas rekening harus melalui Bank Muamalat

bank di Indonesia harus benar-benar bebas dari tramsaksi-transaksi yang haram. 1. Analisis Konsep Mudharabah Muqayadah Pada Bank Muamalat Indonesia. Konsep mudharabah muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia ditetapkan berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Penulis akan membahas konsep mudharabah muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia antara lain : a. Proyek yang dibiayai oleh Bank Muamalat Indonesia adalah proyek yang hegiatannya tidak melanggar syriat Islam. Hal ini sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000. "Dimana mudharib berhak mengelola dana yang diterima dari bank tanpa campur tangan shahibul maal." b. Pembiayaan mudharabah muqayadah yang diberikan Bank

Muamalat Indonesia khususnya penyerahan modal kepada mudharib yang diserahkan dalam bentuk uang tunai. Jadi modal yang diterima oleh mudharib jelas bentuknya dan wujudnya. Hal ini telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000. Tentang pembiayaan mudharabah pada ketentuan umum yang menyatakan jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang. c. Semua kerugian yang terjadi dalam proyek karena unsur ketidak sengajaan, lalai, menyalahi perjanjian ditanggung shahibul maal. Hal ini sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-

MUI/IV/2000. Tentang pemniayaan mudharabah pada ketentuan umum point enam. d. Pembiayaan mudharabah muqayadah yang diberikan Bank

Muamalat Indonesia mudharib harus memberikan jaminan minimal 120% dari total plafond. Hal ini tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000. Tentang pembiayaan mudharabah pada ketentuan umum point tujuh. "Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan LKS meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yamg telah disepakati bersama dalam akad." Pada dasarnya diperbolehkan meminta jaminan kepada mudharib dalam kondisi situasi tertentu. Jadi shahibul maal dapat meminta jaminan sebagai jaminan modal mudharabah dari mudharib dalm bentuk rumah, tanah, dan surat-surat berharga lainnya. Tapi pada pembiayaan mudharabah muqayadah ini jaminan yang diminta oleh bank melebihi pinjaman yang diberikan oleh bank kepada mudharib. e. Pembagian bagi hasil pada pembiayaan mudharabah muqayadah sudah ditentukan berdasarkan akad awal dalam bentuk nominal. Hal ini tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSNMUI/IV/2000. Tentang pembiayaan mudharabah pada ketentuan umum point tiga dan delapan serta dalam rukun dan syarat pembiayaan mudharabah point empat butir b. Ketentuan bagi hasil

pada

pembiayaan

mudharabah

muqayadah

yang

seharusnya

berdasarkan kesepakatan dalam bentuk prosentase. f. Biaya opersional pada pembiayaan mudharabah muqayadah

dibabankan kepada mudharib. Hal imi sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000. Tentang

pembiayaan mudharabah pada ketentuan umum point sembilan. 2. Analisis Implementasi Mudharabah Muqayadah Pada Bank Muamalat Indonesia Sehubungan dengan peraturan yang ada di dalam Perbankan bahwa nasabah pembiayaan bersifat rahasia, maka Bank Muamalat Indonesia tidak dapat memberikan data nasabah pembiayaan. Guna memperoleh data riil tentang pembiayaan Mudharabah Muqayadah maka penulis menghubungi secara langsung salah satu nasabah pembiayaan Mudharabah Muqayadah. Berdasarkan data yang diperoleh dari nasabah tersebut, maka penulis akan melakukan analisis dengan teori yang ada. Sehubungan dengan keterbatasan waktu, maka penulis melakukan wawancara pada nasabah dan dari hasil wawancara penulis akan membahas tiga point yang menurut penulis ini sangat penting untuk mengetahui implementasi Mudharabah Muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia. Dari hasil wawancara tersebut, penulis mendapat informasi dari nasabah bahwa bagi hasil yang harus dibayar oleh nasabah terlalu tinggi dan ditentukan dengan nominal pada awal terjadi akad. Hal ini sangat tidak sesuai karena seharusnya bagi hasil ditentukan berdasarkan prosentase dari laba bersih proyek usaha.

Bank mendapatkan fee yang harus dibayar oleh nasabah sebesar 2% dari nominal pembiayaan atau plafond dan dicicil selama 10 bulan pada tahun pertama. Jadi apabila nasabah memperoleh realisasi pembiayaan sebesar Rp. 500.000.000,- maka fee yang harus dibayar oleh nasabah adalah Rp. 10.000.000,- (2% x Rp. 500.000.000,-). Menurut wacana penulis pembebanan fee ini tidak sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam AAOIFI dan keempat madzab yang membolehkan adanya pembebanan fee tersebut dengan syarat

memberikan manfaat pada transaksi. Apabila fee ditetapkan dalam bentuk prosentase 2% fee di sini sama saja dengan provisi kredit yang dibebankan oleh Bank Konvensional pencairan kredit. Berdasarkan ketentuan AAOIFI, bank tidak boleh menerima commitment fee dari nasabah atas penggandaan atau penyediaan fasilitas piutang

Mudharabah Muqayadah. D. Tabulasi Kesesuaian Konsep dan Implementasi Mudharabah

Muqayadah Pada Bank Muamalat Indonesia Tabel kesesuaian konsep dan implementasi Mudharabah Muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional. ITEM DALAM IMPLEMENTASI FATWA DEWAN KESESUAIMUDHARABAH NO MUDHARABAH SYARIAH NASIONAL AN MUQAYADAH MUQAYADAH 1. Jenis usaha Fatwa Dewan Syariah Usaha sesuai Sesuai Nasional No. 7/DSNdengan MUI/IV/2000 tentang syariah dan Pembiayaan disepakati Mudharabah Pada bersama Ketentuan Umum Pembiayaan Mudharabah point ke 4, yaitu Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang

2. Modal

3. Kerugian

4. Jaminan

telah disepakati bersama dan sesuai dengan syariah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 7/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Pada Ketentuan Umum Pembiayaan Mudharabah point ke 5, yaitu Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 7/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Pada Ketentuan Umum Pembiayaan Mudharabah point ke 6, yaitu LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 7/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Pada Ketentuan Umum Pembiayaan Mudharabah point ke 7, yaitu Pada prinsipnya,

Modal dalam bentuk tunai

Sesuai

Ditanggung oleh shahibul maal

Sesuai

Minimal jaminan sebesar 120% dari pembiayaan

Tidak sesuai

5. Bagi hasil

dalampembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 7/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Pada Ketentuan Umum Pembiayaan Mudharabah point ke 3 yang didalamnya berisi Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha dan point 8 yaitu Kriteria perusahaan, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN dan selain ketentuan umum pada rukun dan syarat pembiayaan mudharabah muqayadah point 4 butir b juga ada ketentuan yang menyatakan bagi hasil harus dalam bentuk prosentase, yaitu

Bagi hasil ditentukan di awal akad dalam bentuk nominal

Tidak sesuai

6. Biaya

bagian keuntungan proposional bagi setiap pihak harus diketahui dan dunyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus sesuai kesepakatan. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 7/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Pada Ketentuan Umum Pembiayaan Mudharabah point ke 9 yang menyatakan biaya operasional dibebankan kepada midharib.

Biaya operasional ditanggung mudharib

Sesuai

E.

Hasil Wawancara Penulis wawancara dengan karyawan Bank Muamalat Indonesia bagian marketing dan produk. Dari hasil wawancara dengan bapak Danni Budianto, MCL dapat penulis laporkan sebagai berikut : 1. Prosedur pembiayaan mudharabah muqayadah pada Bank

Muamalat Indonesia diperuntukan bagi nasabah yang memenuhi persyaratan dan dengan tujuan untuk mengembangkan usaha. Sebelum memperoleh pembiayaan nasabah harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Mengisi formulir pengajuan pembiayaan b. Menyerahkan KTP dan kartu tanda penduduk

c. Melampirkan proposal yang memuat gambaran umum usaha, rencana/prospek usaha, rincian dan rencana penggunaan dana, jumlah kebutuhan dana dan jangka waktu penggunaan dana d. Legalitas usaha meliputi akta pendirian usaha, surat ijin perusahaan dan tanda daftar perusahaan e. Laporan keuangan seperti neraca dan laporan laba rugi data persediaan terakhir data penjualan dan foto copy rekening bank 2. Pokok-pokok yang diperjanjinkan dalam akad : a. Seluruh biaya-biaya yang timbul dengan adanya pembiayaan ini menjadi beban mudharib. b. Pengikatan jaminan dilakukan dengan sempurna. c. Jaminan minimal 120% dari plafond d. Jaminan diasuransikan oleh bankier's Clause. e. Seluruh aktifitas rekening harus melalui Bank Muamalat Indonesia f. Seluruh aktifitas pembayaran hasil penjualan harus diketahui oleh shahibul maal dan melalui Bank Muamalat Indonesia g. Dari setiap pembayaran oleh hasil penjualan dan setelah dikurangi angsuran, mudharib wajib mengendapkan dananya sebesar 10% 3. Produk mudharabah muqayadah yang ada di Bank Muamalat Indonesia ada 2 yaitu mudharabah muqayadah on balance sheet dan mudharabah muqayadah off balance sheet. 4. Bank meminta jaminan sebesar 120% dari batas pembiayaan. 5. Sistem bagi hasil dalam bentuk prosentase sesuai dengan kesepakatan antara pemilik dana dengan shahibul maal.

6. Apabila dalam usaha terjadi kerugian dengan faktor secara tidak sengaja semua kerugian di tanggung oleh pemilik dana. 7. Kriteria usaha ditentukan nasabah, namun prosedur pembiayaan mudharabah muqayadah yang menentukan bank. 8. Biaya operasional di bebankan mudharib. 9. Dalam pembiayaan mudharabah muqayadah jangka waktu yang ditentukan 1 sampai dengan 2 tahun atau sesuai dengan kesepakatan. Selain dengan pihak bank penulis juga wawancara dengan nasabah hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menurut nasabah prosedur pembiayaan mudharabah muqayadah mudah tidak dipersulit. 2. Menurut nasabah akadnya tidak membebankan tapi jaminan yang diminta oleh bank terlalu besar di atas jumlah pembiayaan. 3. Fee 2% dari plafon yang dibayarkan pada 10 bulan pertama itu terlalu tinggi karena dihitung sebelum laba bersih. 4. Apabila terjadi kerugian karena faktor tidak sengaja semua ditanggung pemilik dana. 5. Sistem bagi hasil menurut nasabah masih sama dengan bank konvensional karena bagi hasil sudah ditentukan dalam bentuk nominal itu juga di awal perjanjian bukan setelah mudharib mendapatkan laba bersih. Belum begitu syariah karena masih ada yang condong dengan kredit di bank konvesional

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan penelitian, penelaahan, dan

pembahasan secukupnya terhadap masalah-masalah yang ditarik pada konsep dan implementasi Mudharabah Muqayadah pada pengelolaan dana investasi terikat di Bank Muamalat Indonesia maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Konsep dan implememtasi mudharabah muqayadah pada pengelolaan dana investasi terikat di Bank Muamalat Indonesia berpedoman pada Fatwa Dewan Syariah Nasional dan dalam menjalankan produknya Bank Muamalat Indonesia selalu berkonsultasi pada Dewan Pengawas Syariah. 2. Konsep dan implememtasi udharabah muqayadah pada pengelolaan dana investasi terikat di Bank Indonesia Tbk. diliat dari jenis usaha di tentukan oleh pemilik modal, modal yang diberikan dalam bentuk tunai, kerugian di tanggung oleh pemilik dana, biaya operasional dibebankan pada mudharib, dan prosedur pengajuan pembiayaan sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000. Tapi berdasarkan hasil penelitian masih ada yang tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 antara lain adalah sistem bagi hasil dan jaminan.

B. Saran Sebelum penulis mengakiri skripsi ini, agar PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dapat mengimplementasikan dengan optimal transaksi pembiayaan mudharabah muqayadah sehingga lebih produktif efektif, efisien dan sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-

MUI/IV/2000 khususnya dalam melayani nasabah pembiayaan mudharabah muqaydah, maka penulis perlu memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bank dalam menetapkan kebijakan hendaknya selalu berpedoman pada Fatwa Dewan Syariah Nasional agar dalam pelaksanaan operasional tidak menyimpang dari prinsip-prinsip syariah. 2. Agar tidak ada pihak yang merasa dizhalimin dalam menentukan bagi hasil hendaknya disepakati antara kedua belah pihak dan berbentuk prosentase. Sistem bagi hasilnya dihitung setelah proyek mendapat keuntungan yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan mudharib. 3. Dalam menetapkan fee sebaiknya ditentukan berdasarkan prosentase dari hasil laba bersih yang diterima mudharib dari proyek. 4. Bank dalam mengambil jaminan hendaknya jangan melebihi jumlah pembiayaan yang diterima mudharib.

DAFTAR PUSTAKA

Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahan, Asy-Syifa, Semarang. Adiwarman Karim, S.E., M.B.A, M.A.E.P., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Kedua, PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2004. Affandi Khozin, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, Surabaya, Usaha Offset Printing, 1993. Agus Harjito dan Martono, Manajemen Keuangan, Ediasi empat, Ekonosia, Jogjakarta, 2004. Antonio, Syafii Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institute, Jakarta, 2000. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan, BI-Tazkia Institute, Jakarta, 1999. Bank Syariah, Tazkia Institute, Jakarta, 1999. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Gema Insani, Jakarta. Annual Report Bank Muamalat Indonesia, 2005. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Untuk Lembaga Keuangan Syariah, 2000, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Nasional dan Bank Indonesia, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No 59-Pernyataan Standar Akuntasi Keuangana-Akuntasi Perbankan Syariah. Muhammad, Sistem dan Prosedur Opersional Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2003. Kontruksi Mudharabah, Pusat Studi Ekonomi Islam Muhamad,STIS Yogyakarta, Yogyakarta, 2003. Dasar-dasar Teori Keuangan Islami, UII Pres, Jogjakarta, 2002. Moleong L.J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2000. Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Edisi Kedua, Zikrul Hakim, Jakarta, 2004. Sutopo, HB., Metodologi Penelitian Kualitif II, Surakarta, UNS Press, 1990.

Training Financing 1, Muamalat Institute, Jakarta. Tim pengembangan perbankann syariah Insititute Bankir Indonesia, Bank Syariah: Konsep, Produk dan Implementasi Opersional, Djambatan, Jakarta, 2003. www.medanbisnisonline.com 30 Des 2005. www.pikiran rakyat.com. Wahbah Zuahaily, Al-Fiqh Al-Islami wa adiollatuhu, 1989. www.bankmuamalat.co.id www.muamalatinsiturte.com

You might also like