You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN FOTOTROPISME Kelompok 3 Syayyida Muslimah (1509 100 012), Rizky Yanuarista (1509 100

027) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Abstrak Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya maupun kondisi naungan terhadap morfologi tanaman. Prosedur kerja yang pertama kali dilakukan adalah dengan merendam biji kacang tanah (Arachis hypogaea) dengan air hangat selama 24 jam sebelum penanaman pada kapas. Kemudian biji ditanam dalam media kapas yang dibasahi air selama 2 hari. Setelah itu benih kacang hijau dan jagung yang telah berkecambah dipindah pada polybag yang telah diisi tanah dan pupuk organik. Perbandingan pupuk organik dan tanah yang digunakan sebesar 1:1. Setiap polybag diisi masing-masing 5 biji kacang hijau dan jagung. Pada percobaan ini diberikan dua perlakuan, yaitu meletakkan 5 polybag pertama yang masing-masing berisi 5 tanaman kacang tanah pada tempat yang mendapatkan cahaya atau pada tempat yang terang sedangkan 5 polybag kedua diletakkan pada tempat bernaung (tidak mendapatkan cahaya). Setelah itu,dilakukan pengamatan pada tanaman dengan frekuensi 2 kali setiap minggu dalam jangka waktu 21 hari. Kemudian diukur tinggi tanaman, panjang dan lebar daun masing-masing tanaman. Hasil praktikum menunjukkan bahwa tanaman yang terkena langsung cahaya matahari memiliki tinggi batang yang lebih pendek dengan daun yang hijau sedangkan pada naungan tanaman memiliki daun yang pucat dan batang yang lebih panjang dan arah membelok ke arah matahari. Sedangkan pada lebar daun pada tanaman yang berada di lokasi tanpa naungan lebih lebar daripada tanaman yang berada di lokasi naungan. Kata kunci : kacang hijau, jagung, cahaya, tanaman Abstrac This experiment aim to objective determining the intensity of the light effect already shadow over the plant morphology. The procedure was for the first time by soaking seeds green beans and corn with hot water for 24 hours before the cotton planting. Then the seeds were planted in cotton soaked in water environments for two days. After the seeds of green beans and corn moved germinated on earth that has been filled plastic bags and organic fertilizers. Comparison of compost and soil to be used for 1: 1. Each plastic bag full of every five seed green beans and corn this experiment, given two treatments, that is to put the first five plastic bag containing every five green beans and corn plants instead of light or in the light while the five seconds plastic bag placed in the nave (without light). In this experiment, given two treatments, which is to put the first five polyethylene bags

containing every five peanut plants instead of light or in the light while the five seconds plastic bag placed in the nave (without light). Thereafter, there were installations with two times per week over a period of 21 days. Then measured the height of plant, length and width of each plant leaf. The results of laboratory showed that plants exposed to direct sunlight has a short stem with leaves that change green with the direction of arrival of the Sun, while in the shadow of the plants have paler leaves and stems are longer and turned up. While the leaves of plants found in places without a wider than plants found on the refuge shadow width. Keyword: green beans, corn, light, plant

Pendahuluan Latar belakang Pertumbuhan suatu tanaman, dari tahap pertumbuhan dan perkecambahan biji sampai pertumbuhan plumule sampai respon tropic dan nastik dari batang dan orientasi daun, dan akhirnya pada induksi bunga; semuanya dipengaruhi oleh cahaya. Tumbuhan mengalami berbagai proses metabolisme. Tumbuhan aktif tumbuh baik secara vegetatif ataupun generatif. Tumbuhan melakukan pertumbuhan primer dan sekunder. Pertumbuhan primer berupa pertumbuhan tinggi (panjang), sedangkan pertumbuhan sekumder berupa pertumbuhan diameter batang. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh banyak factor, antara lain cahaya, suhu, kelembaban dan nutrisi. Cahaya berperan penting dalam proses fotosintesis dan semua tahap pertumbuhan dan perkecambahan biji (Kimball, 1998). Cahaya mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tak langsung. Pengaruh secara langsung melalui fotosintesis melalui metabolisme, serta secara tak langsung melalui pertumbuhan dan

perkembangan tanaman (Kimball, 1998). Fototropisme adalah reaksi tumbuhan terhadap rangsangan cahaya. Batang bersifat fotoropi positif yaitu tumbuh ke arah sumber cahaya. Rangsangan cahaya pada batang yang tumbuh ke atas atau ke arah cahaya akan mampu membuka daun-daunnya sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Rangsangan cahaya terdeteksi pada satu tempat (ujung) dan responnya (pelengkungan) dilaksanakan di tempat lain (daerah perpanjangan). Koordinator kimiawi hanya menuruni sisi gelap anak tanaman dan merupakan stimulator pertumbuhan seperti respon fototropik melibatkan perpanjangan sel yang lebih cepat di sisi teduh daripada sisi yang terkena cahaya (Kimball,1998). Permasalahan dalam praktikum ini adalah bagaimana cara mengetahui pengaruh intensitas cahaya maupun kondisi naungan terhadap morfologi tanaman. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya maupun kondisi naungan terhadap morfologi tanaman. Tinjauan Pustaka

Pengaruh Cahaya Terhadap Klorofil Bila suatu larutan klorofil dilemparkan dalam seberkas cahaya, maka akan mengeluarkan cahaya berwarna merah tua. Fenomena ini dinamakan flouresensi. Hal ini dapat dengan mudah diperagakan. Ekstrak klorofil yang kasar dapat dipersiapkan dengan mencelupkan daun-daun rumput ke dalam etanol. Dalam seberkas cahaya putih, larutan itu menunjukkan fluoresensi (Kimball, 1998). Bila daun utuh disinari dengan cahaya putih, tidak tampak adanya fluoresensi. Satu keterangan yang pasti ialah bahwa suatu telah memindahkan electron berenergi tinggi dalam molekul klorofil yang teransang itu sebelum elektron tersebut dapat jatuh kembali. Namun, jika memang demikian maka klorofil molekul kini akan bermuatan positif. Terbukti, bahwa bila kloroplas disinari, molekul-molekul klorofil tertentu memang menjadi teroksidasi, yaitu memperoleh muatan positif (Kimball, 1998). Fotoperiodisme Interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan mempengaruhi proses pembungaan. Lama siang hari di daerah tropis kira-kira 12 jam. Sedangkan, di daerahyang memiliki empat musim dapat mencapai 16 20 jam. Respon tumbuhan yangdiatur oleh panjangnya hari ini disebut fotoperiodisme. Fotoperiodisme dipengaruh ioleh fitokrom (pigmen penyerap cahaya). Fotoperiodisme menjelaskan mengapa padaspesies tertentu biasanya berbunga serempak.

Tumbuhan yang berbunga bersamaan ini sangat menguntungkan, karena memberi kesempatan terjadinya penyerbukansilang.Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a. Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinarankurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung,kedelai, anggrek, dan bunga matahari. b. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaranlebih dari 12 jam (14 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembakau. c. Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinarankira-kira 12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu. d. Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hariuntuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi,wortel liar dan kapas. (Latunra, 2011). Ekofisiologi Ekofisiologi adalah suatu pengetahuan tentang bagaimana suatu organisme berfungsi di dalam lingkungan fisiknya dan bagaimana organisme tersebut memberi tanggapan dan memanfaatkan lingkungan tersebut. Hal ini terkait dengan usaha organisme untuk memposisikan diri dalam lingkungannya yaitu dengan

meminimalisasikan efek negatif lingkungan dengan memaksimalkan respon diri. (Odum, 1995). Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Faktor ini sangat penting untuk menunjang pertumbuhan tanaman apabila faktor tersebut tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa mengalami dormansi yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup. Beberapa faktor yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain : a. Faktor Dalam 1. Gen ( Hereditas) Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat dalam sel makhluk hidup. Gen bekerja untuk mengkodekan aktivitas dan sifat yang khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. (Anonim, 2010). 2. Enzim Enzim merupakan suatu senyawa makromolekul (protein) yang mempercepat suatu reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup (biokatalisator). Suatu rangkaian reaksi dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berlangsung hanya melibatkan satu jenis enzim. Perbedaan jenis gen menyebabkan terjadinya perbedaan respons pertumbuhan terhadap kondisi lingkungan yang sama (Anonim, 2010). 3. Hormon (Fitohormon)

Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh satu bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang dipengaruhinya. Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis. Hormon dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : a) Hormon Pemicu Pertumbuhan 1. Hormon Auksin Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). Pengaruh auksin terutama pada perpanjangan atau pembesaran sel. Sifat dasar auksin yang mempengaruhi perpanjangan sel ini sering digunakan sebagai pengukur kecepatan pertumbuhan tanaman yang merupakan zat tumbuh yang pertama ditemukan. Pengaruh auksin terutama pada perpanjangan atau pembesaran sel. Sifat dasar auksin yang mempengaruhi perpanjangan sel ini sering digunakan sebagai pengukur kecepatan pertumbuhan tanaman. Fungsi hormon auksin, antara lain : Merangsang pemanjangn sel pada daerah titik tumbuh Merangsang pembentukkan akar Merangsang pembentukkan buah tanpa biji (partenokarpi) Merangsang differensiasi jaringan pembuluh Merangsang absisi ( pengguguran pada daun) Berperan dalam dominansi apikal
(Anonim, 2010).

2. Hormon Giberelin Bila auksin hanya merangsang pembesaran sel, maka giberelin merangsang pembelahan sel. Terutama untuk merangsang pertumbuhan primer. Bedanya dengan

auksin adalah bahwa giberelin mempengaruhi perkecambahan dan mengakhiri masa dorman biji, sedangkan auksin tidak Giberelin dapat bergerak ke dua arah sedangkan auksin hanya ke satu arah. Fungsi Giberelin diantaranya : Merangsang pemanjangan batang dan pembelahan sel Merangsang perkecambahan biji Memecah dormansi biji Merangsang pembungaan dan pembuahan
(Anonim, 2010).

buah dengan cara mengontrol proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel daun.
(Anonim, 2010).

3. Hormon Sitokinin Ditemukan oleh Van Overbeek pada objek penelitian pertumbuhan embrio dan air kelapa muda. Hasil penelitian mengisolasi zat yang menyebabkan pembelahan sel (sitokinesis) yang disebut kinetin, Didapatkan kesimpulan bahwa pemanfaatan sitokinin secara umum menyebabkan pertumbuhan tunastunas samping (lateral) sehingga tanaman menjadi rimbun (Anonim, 2010). Fungsi Sitokinin diantaranya : Bersama auksin, dan giberelin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel Menghambat dominansi apikal oleh auksin Merangsang pertumbuhan kuncup lateral Merangsang pemanjangan titik tumbuh Mematahkan dormansi biji serta merangsang pertumbuhan embrio Merangsang pembentukan akar cabang Menghambat pertumbuhan akar adventif Menghambat proses penuaan (senescence) daun, bunga dan

b) Hormon Penghambat Pertumbuhan 1. Hormon Asam Absisat (ABA) Hormon Asam Absisat (ABA) berfungsi antara lain : Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh Memacu pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air Membantu menutup stomata daun untuk mengurangi penguapan Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan sel bahkan menghentikannya Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan gas etilen Memacu dormansi biji agar tidak berkecambah. 1. Hormon Gas Etilen Pembentukkan gas etilen dipengaruhi oleh O2 dan dihambat oleh CO2. Fungsi hormon gas etilen, antara lain : Mempercepat pematangan buah Menghambat pemanjangan akar, batang dan pembungaan Menyebabkan pertumbuhan batang menjadi kokoh dann tebal Merangsang proses absisi Interaksi antara etilen dengan auksin memacu proses pembungaan Interaksi antara etilen dengan giberelin mengontrol rasio bunga jantan dengan bunga betina pada tumbuhan monoceus

(Anonim, 2010). 1. Hormon Asam Traumalin Hormon yang merangsang selsel daerah luka menjadi bersifat meristematik sehingga mampu mengadakan penutupan bagian yang luka. Vitamin B12 9riboflavin), piridoksin (vit. B6) asam ascorbat (vit. C), thiamin (vitamin B1), asam nikotinat merupakan jenis vitamin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin berperan sebagai kofaktor (Anonim,2010). 2. Hormon Kalin Hormon kalin dihasilkan pada jaringan meristem. Memacu pertumbuhan organ tubuh tumbuhan. Jenisnya adalah: a. Fitokalin : memacu pertumbuhan daun b. Kaulokalin: memacu pertumbuhan batang c. Rhizokalin: memacu pertumbuhan akar d. Anthokalin: memacu pertumbuhan bunga dan buah (Anonim, 2010). 3. Florigen Hormon tumbuhan yang khusus merangsang pembentukan bunga (Anonim, 2010). a. Faktor Luar 1. Air dan Mineral Berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal. Air sebagai pelarut unsur hara dalam tanah, dan memelihara temperatur tanah. Pertumbuhan berlangsung efektif pada malam hari, karena kandungan

air dalam tumbuhan lebih tinggi dari pada siang hari (Anonim,2010). 2. Faktor Kelembaban Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat (Anonim, 2010). 3. Hara (nutrisi makanan) dan air Hara dan air memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu fungsi dari kedua bahan ini adalah sebagai bahan pembangun tubuh makhluk hidup. Pertumbuhan yang terjadi pada tanaman (sampai batas tertentu) disebabkan oleh tanaman mendapatkan hara dan air (Hanum,2008). Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak: C, H, O, N, S, P K, S, Ca, dan Mg. Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit: Fe, B, Mn, Cu, Zn, Mo, Cl dan Ni. Unsur karbon diambil tumbuhan dalam bentuk CO2. Unsur hidrogen diambil tumbuhan dalam bentuk H2O. Oksigen diambil tumbuhan dalam bentuk CO2. H2O dan O2. Unsur C, H, dan O merupakan unsur utama penyusun Karbohidrat, lemak dan protein (Anonim, 2010). 4. Suhu Suhu mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan. Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang

menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti (Anonim, 2010). 5. Cahaya Matahari Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan. Pada kecambah, justru sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan. Cahaya (merah, biru, nila dan violet) berperan sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis (Anonim, 2010). 6. pH Pada kondisi pH normal, kandungan unsur-unsur yang diperlukan seperti Ca, Mg, P dan K cukup tersedia. pH asam memiliki kandungan unsur Al, Mo, Zn yang dapat meracuni tumbuhan (Anonim, 2010). 7. Keadaan tanah Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanahlah yang menentukan penampilan tanaman. Kondisi kesuburan tanah yang relative rendah akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan akhirnya

akan mempengaruhi (Hanum,2008).

hasil

Benih Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Benih adalah hasil perkembangbiakan secara generatif maupun vegetatif yang akan digunakan untuk memperbanyak tanaman (Anonim, 2010). Biji Biji adalah embrio yang memiliki endosperm dan dapat tumbuh untuk menjadi tumbuhan baru. Saat biji sudah siap untuk tumbuh menjadi idividu baru disebut sebagai Benih. Benih yang sudah muncul akar pertama dan muncul daun awal disebut masa perkecambahan (Anonim, 2010). Perkecambahan Perkecambahan berarti permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Franklin, 1991). Menurut jurnal yang ditulis oleh Deden Mudiana, tahapan yang terjadi pada proses perkecambahan secara garis besar meliputi : i. Penyerapan air oleh biji yang menyebabkan melunaknya kulit biji. Calon akar mulai keluar dan tumbuh ke arah bumi (geotropisme).

Mulai terjadi aktifitas sel dan enzim-enzim yang terdapat dalam biji, serta ditandai dengan meningkatnya proses respirasi biji. Pada tahap ini secara morfologis dapat diamati dengan mulai tumbuhnya hypocotyl dan cotyledon atau daun lembaga. iii. Penguraian komponen kimia kompleks (karbohidrat, protein dan lemak menjadi unsur yang lebih sederhana untuk ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Penyusutan keping lembaga mulai tampak seiring dengan mulai terbentuknya paracotyledon yang menyerupai daun tersusun berhadapan. iv. Terjadinya proses asimilasi untuk menghasilkan energy bagi pertumbuhan sel-sel baru. Pembentukan calon daun muda mulai terlihat pada fase ini. v. Pertumbuhan kecambah berlanjut melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel. Terbentuknya daun yang tetap merupakan ciri morfologis yang bisa diamati pada tahap ini. (Mudiana, 2006). Peristiwa dalam perkecambahan meliputi peristiwa fisiologis dan morfologis. Peristiwa tersebut, antara lain :
ii.

g. inisiasi pembelahan pembesaran h. munculnya embrio

dan

(Salisbury, 1995). Perkecambahan dibagi menjadi dua macam berdasarkan letak kotiledonnya, yaitu: a. Perkecambahan epigeal Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lamtoro (Pramono, 2009).

a. b. c. d. e.

imbibisi dan absorbsi air hidrasi jaringan absorbsi O2 pengaktifan enzim dan pencernaan transport molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio f. peningkatan respirasi dan asimilasi

Gambar Epigeal

Perkecambahan

b. Perkecambahan hipogeal Perkecambahan hipogeal adalah perecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon tetap berada di bawah permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, plumula dan radikel masing-masing menembus kulit benih. Radikel menuju ke bawah dilinungi oleh koleoriza, dan plumula menuju ke atas dilindungi oleh koleoptil. Setelah kolepotil menembus permukaan tanah dari bawah mencapai udara, lalu membuka dan plumula terbebas dari lindungan koleoptil dan terus tumbuh dan berkembang, sedangkan koleotil sendiri berhenti tumbuh. Beberapa contoh benh dengan perkecambahan epigeal adalah padi, jagung, dan sorgum (Pramono, 2009).

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain alat ukur, neraca atau meteran, cawan atau gelas mineral, kapas, dan gelas air mineral. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji kacang tanah (Arachis hypogaea), air, tanah, pupuk organic. Cara Kerja Prosedur kerja yang pertama kali dilakukan adalah dengan merendam biji kacang tanah (Arachis hypogaea) dengan air hangat selama 24 jam sebelum penanaman pada kapas. Kemudian biji ditanam dalam media kapas yang dibasahi air selama 2 hari. Setelah itu benih kacang tanah (Arachis hypogaea) yang telah berkecambah dipindah pada polybag yang telah diisi tanah dan pupuk organik. Perbandingan pupuk organik dan tanah yang digunakan sebesar 1:1. Setiap polybag diisi masingmasing 5 biji kacang tanah (Arachis hypogeae ). Pada percobaan ini diberikan dua perlakuan, yaitu meletakkan 5 polybag pertama yang masing-masing berisi 5 tanaman kacang tanah pada tempat yang mendapatkan cahaya atau pada tempat yang terang sedangkan 5 polybag kedua diletakkan pada tempat bernaung (tidak mendapatkan cahaya). Setelah itu,dilakukan pengamatan pada tanaman dengan frekuensi 2 kali setiap minggu dalam jangka waktu 21 hari. Kemudian diukur tinggi tanaman, panjang dan lebar daun masing-masing tanaman. Hasil dan Pembahasan

Gambar 2: Perkecambahan Hipogeal Rangkaian peristiwa selama proses perkecambahan berlangsung, yaitu: imbibisi, aktivasi Enzim, perombakan simpanan cadangan, inisiasi pertumbuhan embrio, pemunculan radikel, pemantapan kecambah (Pramono, 2009). Metodologi Alat dan bahan

Hasil Pengamatan Arachis hypogaea a. Grafik data tinggi pada tanaman kacang hijau di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 1 -tumbuhan tanpa naungan -tumbuhan di bawah naungan

e.

Grafik data tinggi pada tanaman kacang hijau di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 5 -tumbuhan tanpa naungan

b.

Grafik data tinggi pada tanaman kacang hijau di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 2 -tumbuhan tanpa naungan

-tumbuhan di bawah naungan

-tumbuhan di bawah naungan

Hasil Pengamatan Arachis hypogaea a. Grafik data tinggi pada tanaman Zea mays di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 1 -tumbuhan tanpa naungan

c.

Grafik data tinggi pada tanaman kacang hijau di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 3 -tumbuhan tanpa naungan

-tumbuhan di bawah naungan

b.

-tumbuhan di bawah naungan

Grafik data tinggi pada tanaman Zea mays di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 2 -tumbuhan tanpa naungan

d.

Grafik data tinggi pada tanaman kacang hijau di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 4 -tumbuhan tanpa naungan

-tumbuhan di bawah naungan

-tumbuhan di bawah naungan

c.

Grafik data tinggi pada tanaman Zea mays di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 3 -tumbuhan tanpa naungan

-tumbuhan di bawah naungan

d.

Grafik data tinggi pada tanaman Zea mays di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 4 -tumbuhan tanpa naungan

-tumbuhan di bawah naungan

e.

Grafik data tinggi pada tanaman Zea mays di bawah naungan dan tanpa naungan untuk polybag 5 -tumbuhan tanpa naungan

-tumbuhan di bawah naungan

Pembahasan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya maupun kondisi naungan terhadap morfologi tanaman. Praktikum dilakukan dengan merendam biji kacang tanah hijau dan jagung dengan air selama 24 jam sebelum penanaman pada kapas. Hal ini bertujuan agar terjadi proses

imbibisi sehingga mempercepat dormansi (perkecambahan) dari biji. Kemudian biji ditanam dalam media kapas yang dibasahi air selama 2 hari. Hal ini bertujuan agar terjadi proses perkecambahan. Setelah itu benih kacang hijau dan jagung yang telah berkecambah dipindah pada polybag yang telah diisi tanah dan pupuk organik. Media tanah dan pupuk berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Perbandingan pupuk organik dan tanah yang digunakan sebesar 1:1. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan maksimal dan terjadi keseimbangan nutrisi. Setiap polybag diisi masing-masing 5 biji kacang hijau dan 5 biji jagung di polybag lainnya. Pada percobaan ini diberikan dua perlakuan, yaitu meletakkan 5 polybag pertama yang masing-masing berisi 5 tanaman kacang hijau pada tempat yang mendapatkan cahaya atau pada tempat yang terang sedangkan 5 polybag kedua diletakkan pada tempat bernaung (tidak mendapatkan cahaya) begitu juga dengan jagung. Setelah itu,dilakukan pengamatan pada tanaman dengan frekuensi 2 kali setiap minggu dalam jangka waktu 21 hari. Kemudian diukur tinggi tanaman, panjang dan lebar daun masingmasing tanaman. Penanaman dilakukan pada tanggal 07 April 2011. Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 11 April 2011. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap hari Senin dan Kamis. Dari pengamatan yang dilakukan dapat diperoleh data bahwa pertumbuhan kecambah pada tempat gelap lebih cepat dibandingkan

pertumbuhan kecambah pada tempat yang terkena cahaya matahari. Tanaman yang berada di tempat yang teduh (naungan), daunnya berwarna pucat (kekuningan), mempunyai ukuran daun yang lebih kecil dan mudah layu, batang yang kurang kuat dan akarnya kurang melekat di dalam tanah selain itu tanaman tersebut akan cenderung tumbuh mengarah kearah sinar matahari. Hal ini dikarenakan tidak ada pembentukan klorofil akibat tidak adanya cahaya. Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan akan menyebabkan gejala etiolasi di mana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat tetapi lemah dan berwarna kuning pucat. Tanaman yang tumbuh di daerah yang terang atau di tempat yang terkena cahaya, ukuran daunnya lebih lebar dan tidak mudah layu, warna daunnya hijau, mempunyai batang yang kuat, dan akar yang melekat kuat pada tanah. Pertumbuhannya baik dan normal seperti layaknya tanaman di habitat sebenarnya. Ini merupakan akibat dari tidak adanya cahaya yang masuk maka distribusi auksin akan menyebar ke seluruh bagian tanaman sehingga terjadi pemanjangan pada seluruh batang manapun tunas-tunas apikal. Sehingga pertumbuhannya sangat cepat. Perlu diketahui bahwa jika tanaman terkena cahaya maka auksin akan pindah ke bagian lain yang terlindungi. Begitu halnya dengan botol kedua dimana tak ada cahaya yang masuk sehingga distribusi auksin menyebar pada tumbuhan sehingga tumbuhan bisa tumbuh dengan cepat.

Pada gambar grafik di atas terlihat bahwa pangamatan hari ke 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 pertumbuhan terlihat naik dan tiap hari mengalami pertambahan. Berdasarkan grafik di atas, dapat dibandingkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pada naungan lebih tinggi daripada pertumbuhan tinggi pada tanaman yang berada di lokasi tanpa naungan. Hal ini dikarenakan tanaman yang berada pada lokasi naungan, pengaruh dari hormon auksin lebih cepat pada tempat gelap. Sedangkan pada lokasi tanpa naungan lebih lambat pertumbuhan tingginya karena fungsi hormon auksin yang terhambat pada tempat terang. Beberapa proses dalam perkembangan tanaman yang dikendalikan oleh cahaya antara lain perkecambahan, perpanjangan batang, perluasa daun, sintesis klorofil, gerakan batang, gerakan daun, pembukaan bunga dan dominasi tunas (Latunra, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh hal-hal seperti makanan, yang berguna untuk sumber energi dan sintesis komponen sel. Sedangkan air berguna untuk fotosintesis dan mengaktifkan reaksi enzimatik, suhu yang optimum diperlukan untuk kerja enzim. Kondisi lembap diperlukan untuk aktifitas pemanjangan sel. Serta cahaya berpengaruh pada pertumbuhan dan pembuangan. Gen dibutuhkan untuk mengotrol sintesis protein dan hormon berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, misalnya auksin, sitokinin, giberelin, asam traumalin, dan kalin (Anonim, 2010).

Gerak yang terjadi pada tumbuhan yang berada di daerah naungan dapat digolongkan ke dalam fototropisme karena batangnya tumbuh agak membengkok ke arah datangnya sinar. Namun, tetap saja pertumbuhan batangnya lebih cepat dari pada tanaman dengan pemberian cahaya yang cukup. Pada tanaman yang terlindung dari cahaya perpanjangan sel terjadi lebih cepat. Hal ini berhubungan dengan hormon pertumbuhan tanaman yaitu auksin lebih banyak terdapat pada tanaman yang terlindung dari cahaya. Karena cahaya dapat menghambat produksi hormon auksin sehingga auksin ditranslokasikan ke sisi yang teduh (terlindung dari cahaya) pada tanaman yang diletakkan ditempat terang. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman di tempat terlindung (naungan) lebih cepat daripada pada tempat yang cukup mendapatkan cahaya (kondisi normal) (Kimball, 1999). Cahaya mempunyai beberapa fungsi bagi pertumbuhan tanaman, yaitu pengaruh langsung terjadi pada pembentukan makanan melalui proses fotosintesis. Sedangkan untuk pengaruh tak langsung terjadi pada resistensi stomata, pertumbuhan atau perkecambahan dan pembentukan warna daun dan batang. Gerak yang terjadi pada tumbuhan yang berada di daerah naungan dapat digolongkan ke dalam fototropisme karena batangnya tumbuh agak membengkok ke arah datangnya sinar. Penaungan mengakibatkan perubahan terhadap cahaya matahari yang diterima tanaman, baik intensitas maupun kualitasnya. Pengaruh cahaya

terhadap tanaman sangat kompleks, yaitu mempengaruhi proses fotokomia dan juga bentuk dan ukuran tanaman, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil akhir tanaman (Sundari, 2005). Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik (Anonim, 2009). Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum (Anonim, 2009). Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Anonim, 2009). Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki

familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Anonim, 2009). Tanaman lain yang digunakan untuk praktikum hubungan cahaya dan pertumbuhan adalah kacang hijau (Phaseolus radiates). Tanaman ini banyak ditanam di sawah dan ladangyang bertanah lembab dan cukup mendapatkan sinar matahari. Tumbuhan perdu berbatang basah ini tingginya mencapai 3 m. Kacang hijau adalah tanaman pendek bercabang tegak. Bunganya berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Dari bunga itulah terbentuk polongan yang berisi 10 - 15 biji kacang hijau.Kulitnya hijau berbiji putih dan sering dibuat kecambah atau taoge. Daunnya berbentuk 4 segitiga menyirip (Anonim , 2011). Kacang hijau mengandung zatzat : amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, manggan, magnesium, niasin, Vitamin B1, A, dan E (Anonim4, 2011). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan dalam praktikum yaitu adanya predator lain yang memakan daun tanaman, misalnya belalang, ulat dan serangga lainnya, sehingga terjadi pengurangan jumlah daun. Selain itu dipengaruhi oleh musim hujan yang tidak menentu sehingga menyebabkan kelembaban tanah berlebihan dan kurangnya penguapan menyebabkan biji yang tidak tumbuh atau mati. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan praktikum yang telah dilakukan adalah intensitas cahaya/naungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap morfologi tanaman. Tanaman yang ditempatkan di bawah naungan tumbuh lebih cepat dibanding yang tanpa naungan. Tanaman yang ditempatkan di bawah naungan akan berdaun kecil dan berwarna pucat (kekuningan) karena daun tidak mengandung klorofil, mudah layu, batang dan akarnya kurang kuat. Sedangkan tanaman yang mendapat cahaya akan mempunyai daun lebih lebar dan berwarna hijau karena klorofil bekerja normal, tidak mudah layu, batang dan akarnya kuat. Daftar Pustaka Anonim. 2011. Diambil dari http://organisasi.org/faktoryangm empengaruhiperkembangadanpe rtumbuhantumbuhantanamanteo ribiologi. Diakses pada tanggal 07 Mei 2011 pukul 10.09 WIB. Anonim. 2010. Diambil dari http://biologipedia.blogspot.com/ 2010/12fonasti.html. Pada tanggal 11 Mei 2011 pukul 09.59 WIB. Anonim3. 2009. Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Jagun g. Pada tanggal 10 Mei 2011 pukul 22.11 WIB. Anonim4. 2011. Diambil dari http://www.asiamaya.com/jamu/i si/kacanghijau_phaseolusradiatus .htm. Pada tanggal 11 Mei 2011 pukul 09.32 WIB.

Franklin, Gardner. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI PRESS : Jakarta. Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta. Kimball, J. W. 1999. Biologi Jilid 1. Erlangga : Jakarta. Lantura, A.I. 2011. Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan II. Universitas Hasanuddin Press: Makassar. Mudiana, Deden. 2006. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) : Pasuruan. Odum, Eugene, P. 1995. Dasar-Dasar Ekologi, edisi 3. UGM PRESS : Yogyakarta. Pramono, Eko. 2009. Perkecambahan Benih. Jurusan Budidaya Pertanian : Fakultas Pertanian Universitas Lampung : Lampung. Salisbury, Franklin. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. ITB Press: Bandung.

Sundari, Titik dkk. 2005. Hasil Dan Toleransi Kacang Hijau Penaungan. Fakultas Universitas Gadjah Yogyakarta.

Keragaan Genotipe Terhadap Pertanian Mada:

You might also like