You are on page 1of 5

Ringkasan Jurnal DIBALIK OTOT BODY IMAGE LAKI-LAKI YANG BELUM TERGALI.

Sejauh ini, studi body image laki-laki masih berkutat pada dimensi adipositas/lemak dan muskularitas/otot. Tujuan dari studi ini adalah untuk menginvestigasi secara sistematik aspek multipel dari body image pria, terutama rambut di kepala, rambut di badan, tinggi badan, ukuran penis, dan ditambah dengan berat badan dan otot yang memang sering dijadikan dimensi body image pada pria. Ketidak puasan terhadap tubuh, terutama berat badan dan bentuk badan, merupakan hal biasa yang dialami oleh wanita barat, dan masih digolongkan sebagai normatif. Akan tetapi, saat ini juga tidak bisa disangkal bahwa laki-laki juga memiliki masalah tersendiri dengan fisik mereka. Untuk laki-laki, definisi badan ideal bagi mereka adalah mesomorfik (berbentuk huruf V), dengan bahu yang lebar, dada bidang, dan badan bagian atas yang berotot, tetapi dengan perut yang datar dengan pinggang yang kecil. Seperti pada wanita, ketidakpuasan laki-laki terhadap kondisi fisiknya dapat memicu beberapa masalah kesehatan, termasuk kelainan makan, olahraga berlebihan, penyalahgunaan steroid, depresi, dan berkurangnya harga diri. Dikatakan dengan jelas diatas, berat badan dan otot merupakan aspek utama dari body image laki-laki. Penelitian awal menggunakan berat badan sebagai fokus dimensi body image pada laki-laki. Ini digunakan, karena melihat penelitian pada body image wanita yang sangat memikirkan berat badan sebagai masalah. Pada laki-laki, dimensi berat badan ini tidak spesifik, karena laki-laki terbagi menjadi dua, yaitu yang ingin mengurangi berat badan (lose weight) dan yang ingin menambah berat badan (gain weight), berbeda dengan wanita yang sebagian besar ingin lebih kurus (lose weight). Sehingga penelitian terakhir lebih memfokuskan menilai dorongan pria untuk membentuk otot, dan sebagian besar pria memang menginginkan badan yang lebih berotot. Ini sesuai dengan kriteria wanita menentukan daya tarik pria yang ditentukan oleh muskularitas badan atas yang disimbolkan dengan rasio pinggul-dada. Penelitian ini menyatakan bahwa masalah berat badan/kegemukan dan masalah muskularitas adalah dimensi yang berbeda, dengan sebagian besar laki-laki lebih memilih lebih ramping dan berotot. Penelitian terbatas menunjukkan tinggi badan adalah karakteristik yang lebih penting pada pria dibandingkan wanita. Dalam studi kualitatif Ridgeway dikatakan tiga komposisi badan yang diinginkan pria : ramping, berotot, dan tinggi. Sebagian sampel juga menginginkan untuk memiliki badan yang lebih tinggi, dan percaya bahwa wanita lebih menyukai pria yang lebih tinggi. Rambut kepala yang masih utuh, lebih disukai baik oleh laki-laki maupun wanita. Laki-laki yang mengalami proses kebotakan atau sudah botak, mengecap diri mereka lebih tua dari usianya, kurang menarik, dan merasa stress. Pandangan lain, kebotakan juga dilihat sebagai pribadi yang maskulin, dinamis, dan atraktif secara sosial. Prilaku yang yang menarik dan agak paradoks, yaitu menyembunyikan proses kebotakan dengan mencukur semua rambut di kepala hingga benar-benar botak. Rambut di badan laki-laki dikatakan sebagai simbol kejantanan dan maskulinitas. Belakangan, kosmetik pria penghilang rambut menjadi sering digunakan. Thompson menemukan 60% laki-laki secara teratur melakukan depilasi (mencabut rambut di badan).

Beberapa studi juga menemukan hasil yang mengarah bahwa banyak laki-laki kurang percaya diri dengan ukuran penisnya dan percaya bahwa ukuran penisnya dibawah ukuran rata-rata. 45 % dari 25000 laki-laki merasa tidak puas dengan ukuran penisnya dan ingin penisnya lebih besar dan panjang. Sejauh ini, sudah terbukti bahwa laki-laki telah mengeluarkan banyak waktu dan uang untuk memperbaiki penampilannya, dan prosedur kosmetik juga menjadi hal yang umum di kalangan pria. Asosiasi bedah plastik Amerika juga melaporkan pria yang menjalani bedah kosmetik mencapai satu juta operasi di tahun 2005, dan ini menggambarkan bahwa masalah body image pada laki-laki meningkat. Sebagai suatu simpulan studi diatas, dapat disimpulkan bahwa laki-laki ideal memiliki badan yang tinggi, rambut kepala yang masih utuh tetapi rambut di badan yang sedikit, dan ditambah dengan ukuran penis yang besar, disamping badan yang ramping dan berotot. Studi pada jurnal ini adalah untuk mengetahui pandangan laki-laki terhadap masing-masing dimensi tubuhnya, pentingnya bagian tubuh tersebut, dan seberapa besar dimensi tersebut berkontribusi terhadap persepsi mereka.

METODE Partisipan Partisipan adalah 200 pria heteroseksual dengan rentang umur 18-40 tahun, dengan Mean BMI 25,5 (overweight). Mayoritas partisipan (62,3%) berasal dari Australia Selatan, dan 93,5% hidup di kota. PENGUKURAN Informasi Dasar Partisipan ditanya mengenai umur, tinggi badan, dan berat badan. Dari tinggi dan berat badan bisa didapatkan Indeks Masa Tubuh, dari hasil berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2) Ketidak puasan terhadap bagian tubuh tertentu. (Body Part Dissatisfaction) Partisipan diberi empat pertanyaan terhadap enam dimensi anggota badan yang akan diukur, yaitu berat badan, muskularitas, rambut di kepala, rambut di badan, tinggi badan, dan ukuran penis. Pertanyaan pertama adalah memberi penilaian terhadap fisik mereka sendiri dengan skala 7 poin (Current). Untuk berat badan, 1=sangat kurus hingga 7=obesitas. Untuk muskularitas 1=Tidak berotot hingga 7=sangat berotot. Untuk rambut di kepala, 1=botak total hingga 7=rambut kepala masih penuh. Untuk rambut di badan (terutama di punggung dan bokong), 1=tidak ada sama sekali hingga 7=jumlah rambut yang sangat banyak. Untuk tinggi badan, 1=sangat pendek, hingga 7=sangat tinggi. Untuk ukuran penis, 1=sangat kecil, hingga 7=sangat besar. Untuk semua dimensi tubuh, kecuali rambut di kepala, skala 4=rata-rata. Setelah partisipan menilai fisik mereka masing-masing, mereka diberi tiga pertanyaan kembali, dan tetap menjawab dalam skala 7 poin. Pertanyaannya adalah, 1. Berapa nilai yang mereka anggap ideal untuk bagian tubuh tersebut (Ideal), 2. Dari sudut pandang laki-laki lain, berapa nilai yang dianggap ideal untuk bagian tubuh tersebut (Male Ideal), dan 3. Dari sudut pandang wanita, berapa nilai yang dianggap ideal untuk bagian tubuh tersebut (Female Ideal).

Ketidakpuasan terhadap salah satu dimensi anggota tubuh yang dinilai dapat dilihat dari perbedaan skor, antara nilai yang mereka berikan untuk badan mereka sendiri dengan nilai yang mereka anggap ideal untuk dimensi tubuh tersebut (Current dikurangi Ideal) Investasi pada bagian tubuh (Body Part Investment) Partisipan diberi pertanyaan kembali untuk memberi nilai seberapa penting dimensi tubuh tersebut berpengaruh dalam penampilan fisik mereka, dengan skala 1=tidak penting hingga 7=sangat penting. Pertanyaan berikutnya adalah, seberapa sering mereka mencemaskan kondisi dari masing-masing dimensi tubuh tersebut, dengan skala 1=hampir tidak pernah, hingga 7=hampir selalu. Kepercayaan diri terhadap penampilan Kepercayaan diri terhadap penampilan mereka masing-masing ditanyakan melalui lima pernyataan, salah satunya Saya merasa senang dengan penampilan saya, dan di jawab dalam skala 5 poin, dengan 1=tidak sama sekali, hingga 5=sangat. Nilai berkisar antara 5 hingga 25, dengan skor yang lebih tinggi menandakan kadar yang lebih tinggi untuk kepercayaan diri terhadap penampilannya. PROSEDUR Partisipan dihubungi melalui komunitas yang bervariasi dan organisasi di beberapa universitas di Adelaide. Masing-masing organisasi dikirimkan email berjudul the Body Questionnaire untuk merekrut partisipan studi yaitu pria heteroseksual dengan umur antara 18 hingga 40 tahun. Studi dilakukan secara online, dan anonimous.

HASIL Ketidak puasan terhadap bagian tubuh tertentu. (Body Part Dissatisfaction)

Dapat dilihat bahwa poin Ideal (Ideal, Male Ideal, dan Female Ideal) berbeda dengan poin Current, yang mengindikasikan derajat ketidakpuasan terhadap dimensi tubuh. Berdasarkan mean dari skor dissatisfaction bisa dilihat bahwa rata-rata pria menginginkan badan yang lebih ramping, lebih berotot, memiliki rambut kepala lebih banyak, memiliki rambut di punggung dan bokong lebih sedikit, lebih tinggi, dan memiliki penis yang lebih besar. Berdasarkan persentase dari tabel diatas bisa dilihat bahwa

sebagian besar partisipan masih puas dengan kondisi rambut kepala mereka (68,3%). 83% dari pria masih menginginkan badan yang lebih berotot, 68% menginginkan penis yang lebih besar, dan 62% menginginkan rambut di badan yang lebih sedikit. Setengahnya (50%) menginginkan badan yang lebih ramping, dan hampir setengahnya (48%) menginginkan badan yang lebih tinggi. Investasi pada bagian tubuh (Body Part Investment)

Mean dari Importance berkisar dari 3,95 hingga 5,22, dan bisa disimpulkan bahwa semua aspek di pandang cukup penting dan berpengaruh untuk kepercayaan diri akan penampilannya. Terlihat juga, berat badan dan muskularitas masih dipandang sebagai dimensi yang lebih penting dibandingkan anggota tubuh lainnya, diikuti oleh jumlah rambut kepala, tinggi badan, ukuran penis, dan rambut di badan. Mean dari Worry, dapat dilihat bahwa sebagian besar partisipan paling sering cemas terhadap berat badannya, kemudian diikuti oleh muskularitas, lalu ukuran penis. Rambut kepala, rambut di badan dan tinggi badan lebih jarang dicemaskan. Kepercayaan diri terhadap penampilan

Pada tabel terlihat bahwa ketidakpuasan (Dissatisfaction) terhadap muskularitas, tinggi badan dan berat badan, dikatakan sebagai prediktor yang unik. Bila dinilai berdasarkan derajat kepentingan (Importance), ukuran penis dan berat badan yang menjadi prediktor. Bila dinilai berdasarkan kecemasan (Worry), berat badan, ukuran penis, dan tinggi badan yang menjadi prediktor unik.

DISKUSI Tujuan dari studi sebelumnya adalah untuk menginvestigasi aspek multipel dari body image pria dalam kerangka yang sama, dan kesimpulannya sudah jelas. Berat badan dan muskularitas adalah elemen yang penting dari body image laki-laki, dan aspek penting lainnya perlu diteliti lebih lanjut. Pada studi ini, ditemukan ketidakpuasan laki-laki terhadap beberapa dimensi tubuhnya, terlihat dari berbedanya nilai ideal dengan penilaian terhadap badan mereka sendiri. Mereka ingin lebih ramping, lebih berotot, memiliki rambut kepala lebih banyak, memiliki lebih sedikit rambut di badan, lebih tinggi, dan memiliki ukuran penis lebih besar. Ini sejalan dengan kondisi kehidupan sekarang, dimana pria dengan badan berotot, ramping, tinggi, dan memiliki rambut kepala yang penuh, dan sedikit rambut di badan, (terkecuali ukuran penis), sering dijadikan sebagai figur model periklanan dan hiburan. Dibandingkan dengan dimensi tubuh yang lain, sebagian besar partisipan (82%) menginginkan lebih berotot. Dikatakan, bahwa muskularitas seorang pria adalah normatif untuk mereka, sama dengan berat badan bagi wanita.60% pria juga menginginkan ukuran penis yang lebih besar, dan menginginkan rambut yang lebih sedikit di badan mereka, dan 50% menginginkan badan yang lebih ramping dan tinggi. Menurut partisipan, semua dimensi tubuh dinilai penting dalam membentuk fisik yang menarik, tetapi yang dikatakan paling penting adalah berat badan dan muskularitas, diikuti dengan rambut di kepala dan tinggi badan. Ukuran penis dan rambut di badan dikatakan tidak begitu penting. Urutan kepentingan ini mencerminkan bagaimana dimensi tersebut dapat dilihat secara mata telanjang. Berbeda dengan urutan dimensi tubuh yang dicemaskan (Worry) yaitu berat badan, muskularitas, diikuti dengan ukuran penis, dan atribut lain tidak begitu di cemaskan. Ukuran penis memberi sumbangan yang sedikit terhadap pembentukan fisik yang atraktif, tetapi memiliki simbol yang penting untuk maskulinitas dan kejantanan, sehingga dianggap sesuatu yang bisa dicemaskan. Penelitian kedepannya bisa melanjutkan studi mengenai implikasi dari masing-masing dimensi tubuh terhadap laki-laki. Body Image pada laki-laki sangat beragam, dan jika kita hanya mempelajari satu atau dua dimensi saja, kita hanya mengetahui sebagian kecil dari kenyataannya. Jika pria tidak puas terhadap beberapa aspek badan mereka, dan meluangkan uang dan waktunya untuk memperbaiki penampilannya, potensi untuk terjadinya masalah kesehatan akan terjadi, seperti kelainan makan,dan penyalahgunaan steroid. Beberapa kasus juga mungkin terjadi secara tidak kita sadari, karena beberapa pria heteroseksual tidak mau melaporkan gejala mereka karena takut dikatakan feminim atau gay. Seperti semua studi, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, sampel mungkin tidak mewakili semua laki-laki dari berbagai kalangan. Laki-laki yang mau menyelesaikan kuesioner dari internet ini mungkin memiliki karakteristik tertentu, dan juga yang bisa mengakses internet adalah orang dengan tingkat pendidikan tertentu saja. Kedua, studi ini tidak mengumpulkan informasi mengenai status sosial-ekonomi partisipan. Ketiga, pertanyaan dalam alat ukur harus lebih disederhanakan, mengingat pemahaman setiap orang mungkin berbeda terhadap pertanyaan yang sama.

You might also like