You are on page 1of 32

LAPORAN LABORATORIUM LANJUT I

GEOFISIKA
PENGARUH PEMBERIAN TEKANAN TERHADAP RESISTIVITAS TANAH

Pembimbing : Dr. Widya Utama, DEA. Kelompok II: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tofan Tri Oktara Ali Maschur Anis Nur Laili Irwan B. Khusnul Umarok Rohadiana DN. (1107200102) (1107201703) (1107201713) (1107201728) (1107201733) (1107201748)

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER SURABAYA 2007

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah Pada suatu keruntuhan akibat geseran, tegangan-tegangan yang timbul di dalam sistem tanah, dan ini pada umumnya mengakibatkan runtuhnya sistem tersebut. Keruntuhan dapat terjadi sebagai akibat menurunnya kekuatan tanah sepanjang bidang tersebut. Kekuatan tanah seringkali menurun selama terjadinya gempa bumi, akibat tanah mengalami suatu kondisi pembebanan siklus. Banyak tanah sangat peka terhadap pembekuan air akan mengembang selama temperatur beku,

menyebabkan kerusakan pada jalan raya, fondasi gedung, dinding penahan dan bangunan-bangunan lainnya. Kekuatan tanah sangat berpengaruh pada pembangunan sebuah jalan atau bangunan lainnya. Kekuatan tanah bergantung pada kondisi kepadatan tanah. Kepadatan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya type tanah dan kadar air. Kepadatan tanah ini akan mempengaruhi porositas tanah. Porositas ini akan berperan penting dalam konduktivitas listrik suatu bahan, sedangkan konduktivitas mempengaruhi nilai resistivitas. Selain itu, kepadatan tanah juga sangat dipengaruhi oleh kuat tekan bebas yang dapat dilakukan dengan pemberian tekanan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dicari hubungan antara besarnya pemberian tekanan terhadap resistivitas tanah.

1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian tekanan terhadap resistivitas tanah.

1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tekanan terhadap resistivitas tanah.

1.4.Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini adalah: Penentuan jenis tanah digunakan sistem klasifikasi tanah menurut USCS. Pengukuran resitivitas tanah dalam laboratorium. Tekanan diasumsikan sebagai banyaknya pukulan pada Proctor Standart. Kuat tekan bebas dan kuat geser.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 TANAH 2.1.1. Sifat Alami Tanah Tanah adalah ak umulas i partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari butiran (agregat) mineralmineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong diantara pa rtikel-partikel pada tanah (Prasetya, 2004). Diantara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori -pori (void space) yang berisi air dan udara. Ikatan yang lemah antara partikel -partikel tanah yang disebabkan oleh adanya material organik. Secara umum tanah dapat dikelompokkan menjadi : a) Tanah sisa (residual soil), yaitu tanah hasil pelapukan yang tetap berada di tempat semula. b) Tanah bawaan (transportation soil) yaitu tanah hasil pelapukan yang

terangkut ke tempat lain dan mengendap di beberapa tempat yang berlainan. Media pengangkut tanah berupa gaya gravitasi, angin, air dan gletsyer. Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi secara fisis atau kimia. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air dan gletsyer atau perpecahan akibat pembentukan dan pencairan es dalam batuan. 4

Tanah yang terjadi akibat penghancuran tersebut di atas tetap mempunyai komposisi yang sama dengan batuan asalnya. Proses kimiawi menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah satu penyebabnya adalah air yang mengandung asam atau alkali oksigen dan karbondioksida. 2.1.2. Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah adalah cara untuk menentukan jenis tanah sehingga diperoleh ga mbaran sepintas tentang sifat-sifat tanah. Sebagaimana diketahui tanah terbentuk sebagai a kibat per uba ha n cuaca, kea daa n meda n da n ada nya tumbuh-tumbuhan selama waktu yang lama. Sehingga untuk mendiskripsi tanah dibutuhkan pengetahuan tentang sifat-sifat asli tanah, formasi batuannya, ukuran butirnya, warna, tekstur dan konsistensi dari tanah yang bersangkutan. Untuk memperoleh basil klasifikasi yang obyektif, biasanya tanah secara sepintas dibagi dalam tanah berbutir kasar dan berbutir halus berdasarkan suatu hasil analysa mekanis. Ada dua cara yang paling umum untuk menentukan klasifi kasi tanah, yaitu cara AASHTO dan cara USCS. Cara USCS (Unified Soil Classification System), sistem ini diusulkan oleh Prof. Arthur Cassagrande.
y

D a s ar S i s t em U ni f i ed Sistem ini didasarkan pada sifat tekstur tanah.

P engel o mp o ka n Tanah Sistem ini menempatkan tanah dalam 3 kelompok:


a. Tanah berbutir kasar b. Tanah berbutir halus c. Tanah organik.

Terdapat

tiga

parameter

tanah

yang

dapat

digunakan

untuk

mengklasifikasikan tanah, yaitu: 1. Ukuran efektif, terdiri atas: a. D10 merupakan diameter tanah dimana 10% darai total butiran lolos b. D30 merupakan diameter tanah dimana 10% darai total butiran lolos c. D60 merupakan diameter tanah dimana 10% darai total butiran lolos 2. Koefisien Keseragaman (Cu)
Cu ! D60 D10

....2.1

3. Koefisien Gradasi (Cc)


Cc ! D 2 30 D60 D10

....2.2

2.1.3. Komposisi Tanah Tanah yang terdapat di alam pada umumnya terdiri atas:  Butiran tanah yang padat  Air  Udara Apabila volume total dari tanah adalah V, maka: V = Vb + Va + Vu ....................... 2.3

Perbandingan Vp dengan Vb menghasilkan suatu nilai yang disebut sebagai angka pori (e) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
e! Vp Vb

....................... 2.4

Sedangkan perbandingan Vp dengan V menghasilkan suatu besaran yang disebut porositas (J ) dan dapat ditulis
!

Vp V

Angka yang menunjukkan perbandingan antara volume air dan volume pori disebut sebagai derajat saturasi (Sr) dan dapat dinyatakan Sr ! Va v 100% Vp ....................... 2.6

dengan : Va = Volume air Vp = Volume pori Vu = Volume udara Tanah dan air memiliki hubungan dalam berat maupun volume yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Kadar air (Wc) ialah angka yang menunjukkan perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah (dinyatakan dalam persen).
Wc ! Wa v 100% Wb

2. Berat volume (K) ialah angka yang menunjukkan perbandingan antara berat dan volume tanah (gr/cc).
K ! W V

3. Berat

volume

perbandingan antara berat butir tanah dengan volume butir tanah (gr/cc).
Kb ! Wb Wb

....................... 2.5

....................... 2.7

....................... 2.8 butir ( Kb ) ialah anggka yang menunjukkan

....................... 2.9

4. Berat

volume

kering (Kd)

ialah angka

yang

menunjukkan

perbandingan antara berat butir tanah dengan volume total (gr/cc).


Kd ! Wb V

....................... 2.10

5. Berat volume air (Ka) ialah angka yang menunjukkan perbandingan berat air dengan volume total (gr/cc).
Ka ! Wa V

....................... 2.11

6. Specify gravity (Gs) ialah angka yang menunjukkan perbandingan antara berat volume butir tanah dengan berat volume air.
Gs ! Kb Ka

....................... 2.12

dari perbandingan di atas didapatkan hubungan yaitu:


K a Gs e 1 WG Sr ! c s e K ! K d  Wc 1 K !

....................... 2.13

2.1.4. Penyusutan dan Perubahan Volume Perubahan volu me mer upa ka n mas ala h ya ng s er ius dar i tana h yang mudah mengala mi penyus utan. Kea daan ini dapat t er jadi pa da setiap t ana h kohes if t et api l ebi h j elas t er li hat pa da da er a h kering atau dimana terdapat mont morilonit yang aktif dan bentonit, mineralmineral lempung yang tidak cukup mengalami pelapukan untuk dapat berada dalam keadaan yang kurang aktif. Sebagian besar daerah di barat dan barat daya Amerika Serikat, Australia, India, Timur Tengah dan

bagian selatan Afrika ditutupi oleh tanah yang mudah mengalami perubahan volume yang menimbulkan masalah-masalah teknis yang cukup berarti. Tanah-tana h kohes if di da erah -da erah lai nnya

bias anya mengala mi perubahan volume yang lebih

kecil yang tetap saja

merupakan suatu gangguan walaupun tidak sampai menimbulkan masalahmasalah yang serius. 2.2 Tekanan Efektif Konsep tekanan efektif adalah salah satu faktor terpenting dalam analisis stabilitas dalam pekerjaan geoteknik. Air pori atau air pori kelebihan dan adanya tekanan berpengaruh dalam terbentuknya tegangan efektif. Sejumlah besar keruntuhan disebabkan oleh timbulnya tekanan pori kelebihan. Gambar 2.1.a .memperlihatkan massa tanah di lapangan yang didukung secara vertikal (dan secara lateral) oleh kontak-kontak antarbutir. Fluida pori udara untuk tanah kering dapat memengaruhi tegangan-tegangan kontak dalan jumlah yang bervariasi. Apabila cairan pori tersebut berupa udara pada tekanan atmosfer, pengaruh ini dapat diabaikan karena tahanan gesernya sangat kecil. Adapun, fluida pori yang berupa cairan akan memberikan pengaruh ynag lebih berarti. Pada umumnya cairan pori berupa air, tapi juga berlaku untuk fluida-fluida lainnya.

(a)

(b) Pembesaran bidang A-

Gambar 2.1. Idealisasi volume tanah untuk membentuk konsep tegangan efektif dan pengaruh tekanan pori terhadap tegangan efektif.

Tekanan kontak dari butir-butir yang mengimbangi beban vertikal Pt di atas bidang A-A dalam Gambar 2.1.b. disebut tekanan efektif. Tekanan inilah yang membentuk suatu tahanan gesek Ff terhadap gerakan-gerakan partikel seperti terguling dan tergelincir. Ff = N di mana ....................... 2.14

= koefisien gesek antara bahan-bahan (butir-butir)

N = gaya kontak normal Tahanan gesek biasanya merupakan faktor penting dalam stabilitas massa dan kemampuan tanah untuk menahan beban pondasi. Dalam kasus blok baja yang datar seberat P dan luas kontak A di atas balok yang kedua, tegangan efektif normal ( ) akan didistribusikan secara merata dan secara langsung.

W '!

Gambar 2.1.a. adalah pembesaran bidang horisontal A-A pada gambar 2.1.a. Bidang ini diambil sedemikian sehingga memotong kontak-kontak antarbutir yang terdekat. Tegangan efektif 2.1.a adalah

W '!

Tegangan antar butir dihitung

dengan Ac adalah jumlah dari seluruh luas kontak sepanjang bidang A-A. Apabila butir-butir berbentuk bulat maka luas kontaknya akan berupa titik sehingga Ac akan bernilai sangat kecil dan tegangan-tegangan
a

....................... 2.15

dihitung secara nominal dari Gambar

! K tan ah

h A

....................... 2.16

Pt
c

....................... 2.17

akan lebih besar

10

dari tegangan-tegangan nominal kontaknya akan hancur. 2.3 Keruntuhan

. Apabila Pt cukup besar, beberapa titik

Salah satu hal yang terpenting dalam studi mekanika tanah adalah perkiraan mengenai besarnya tegangan akibat suatu pembebanan yang akan menghasilkan deformasi berlebihan, yang disebut tegangan runtuh. Setiap beban akan menghasilkan tegangan dan regangan yang dapat berintegrasi pada zona tegangan yang yang ditinjau untuk menyebabkan deformasi. Deformasi disebut juga penurunan. Penurunan disebabkan adanya integrasi regangan (deformasi per satuan panjang) sepanjang kedalaman panjang total. Adapun tegangan lawan (resisting stress) terbentuk apabila suatu material mengalami pembebanan. Studi kekuatan bahan diarahkan untuk mengevaluasi : a. Besarnya tegangan yang dihasilkan ( ) b. Apakah tegangan tersebut akan menyebabkan keruntuhan bahan. c. Besarnya regangan ( ) Tanah merupakan material yang berbutir, keruntuhan terutama disebabkan oleh terguling dan tergelincirnya butiran-butiran dan bukan oleh tarikan atau tekanan yang sederhana saja. Oleh karena sifat keruntuhan ini, tegangan yang perlu ditinjau adalah tegangan geser dan tahanan tanah atau kekuatan yang digeser adalah kuat geser. Secara konsep, kekuatan tanah sangat berbeda dengan kekuatan ultimit dari bahan-bahan seperti baja atau beton. Pada daerah yang mengalami pembebanan terdapat zona pembebanan, yang akan menghilang apabila tegangan tersebut terlalu besar sehingga menyebabkan keruntuhan. Keruntuhan didefinisikan sebagai suatu perubahan

11

yang cukup besar atau perubahan dalam struktur tanah yang disertai dengan deformasi yang cukup berarti dan perluasan zona tegangan sampai deformasi itu terhenti. Apabila suatu fluida, biasanya air, terdapat dalam rongga tanah, gulingangulingan dan gelinciran-gelinciran partikel akan ditahan oleh fluida pori tersebut. Besarnya tahanan akan sebanding dengan jumlah fluida pori yang terdapat dalam batas-batas kejenuhan dari 0 sampai 100 persen. Lamanya tahanan fluida pori tergantung pada koefisien permeabilitas efektif k. 2.4 Konsolidasi Tanah Semua tanah yang mengalami tegangan akan mengalami regangan di dalam kerangka tanah tersebut. Bekerjanya tegangan terhadap tanah berbutir halus yang jenuh atau hampir jenuh akan menghasilkan regangan yang bergantung terhadap waktu. Penurunan yang dihasilkan akan bergantung juga terhadap waktu yang disebut sebagai penurunan konsolidasi atau konsolidasi. Jangka waktu terjadinya penurunan konsolidasi bergantung pada bagaimana cepatnya tekanan pori yang berlebih akibat beban yang bekerja dapat dihilangkan dengan menentukan berapa jauh jarak air pori yang harus dikeluarkan dari pori-pori yang ukurannya bertambah kecil untuk meniadakan tekanan yang berlebihan dan koefisien permeabilitasnya. Parameter konsolidasi suatu tanah adalah indeks tekanan dan koefisien konsolidasi. Indeks berhubungan dengan berapa besar konsolidasi atau penurunan yang akan terjadi. Koefisien konsolidasi berhubungan dengan berapa lama suatu konsolidasi tertentu akan terjadi. Parameter konsolidasi dapat diperoleh dari uji konsolidasi di laboratorium. Uji konsolidasi akan menghasilkan penggambaran

12

regangan

terhadap log p maupun angka pori e terhadap log p. Kurva

atau e

terhadap log p menerangkan penurunan contoh tanah di laboratorium akibat pembebanan. 2.5 Kuat Geser Tanah Suatu beban yang dikerjakan pada suatu massa tanah akan menghasilkan tegangan-tegangan dengan intensitas yang berbeda. Besarnya kuat geser tidak memiliki satu nilai tunggal, tetapi dipengaruhi oleh faktor : 1. Keadaan tanah angka pori, ukuran butir, dan bentuk. 2. Jenis tanah pasir, berpasir, kerikil atau jumlah relatif dari bahan-bahan yang ada. 3. Kadar air. 4. Jenis beban dan tingkatnya, dari teori konsolidasi dapat diketahui bahwa beban yang cepat akan menghasilkan tekanan yang berlebihan. 5. Anisotropis. Kekuatan yang tegak lurus terhadap bidang dasar akan berbeda jika dibandingkan dengan kekuatan yang sejajar dengan bidang tersebut. Adapun dalam laboratorium, kuat geser dipengaruhi oleh 1. Metode pengujian 2. Gangguan tarhadap contoh tanah 3. Kadar air. 4. Tingkat regangan

13

2.6 Sifat Kelistrikan Batuan 2.6.1 Muatan Listrik dan Materi Ada hubungan yang erat antara muatan listrik dan materi terutama dalam hubungan sifat fisis suatu materi dengan muatan listriknya. Materi yang kita jumpai sehari-hari merupakan kumpulan sejumlah besar atom atau molekul. Molekul terdiri atas atom-atom, sedangkan atom-atom itu sendiri terdiri dari inti yang bermuatan positif yang dikelilingi oleh awan elektron yang bermuatan negatif. Batuan merupakan suatu jenis materi sehingga batuan mempunyai sifatsifat kelistrikan. Sifat kelistrikan adalah karakteristik dari batuan bila d ialirkan arus listrik ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya ketidakseimbangan atau arus listrik yang sengaja diinjeksikan ke dalamnya.

2.6.2 Konduktivitas Listrik Arus listrik dapat menjalar dalam batuan dan miner dengan tiga cara, al yaitu dengan cara elektronik (ohm), elektrolisis dan konduksi dielektrik. Karena pengaruh perubahan medan listrik, electron pada atom memisahkan diri dari inti. Pemisahan muatan positif dan negatif ini menyebabkan polarisasi dielektrik dari material. Dalam kasus ini, konduksi dielektrik adalah hasil dari perubahan polarisasi elektronik, ionic dan molecular menyebabkan perubahan medan listrik. 1. Konduksi elektronik Resistivitas listrik pada sebuah silinder pejal dengan panjang L dan luas penampang A, mempunyai harga resistan R di antara permukaannya :

14

V ! RA

....................... 2.18

di mana : A = luas (meter2) L = panjang (meter) R = hambatan/resistan (ohm)


V = hambatan jenis/resistivitas (ohm-meter)

Dari hukum ohm, resistan merupakan banyaknya tegangan yang terukur pada luasan silinder, terhadap resultan aliran arus yang melewatinya :
R !V I

....................... 2.19

dengan :

R = tahanan jenis/resistan (ohm) V = tegangan (volt) I = arus (ampere)

Resistivitas berbanding terbalik dengan konduktivitas (W) yang satuannya mho/m atau mho/cm.
W ! 1 !L
I

RA

A V L

! j

....................... 2.20

dengan :

= rapat arus (ampere/m2 )

E = medan listrik (volt/m) 2. Konduksi elektrolisis Untuk batuan yang termasuk konduktor yang jelek, maka harga resistivitasnya sangat besar berbeda halnya untuk batuan yang berpori dan terisi oleh fluida, terutama air. Batuan tersebut disebut sebagai batuan yang termasuk konduktor elektrolisis. Oleh karena itu harga resistivitas bervariasi bergantung pada mobilitas, konsentrasi dan derajat disosiasi dari ion dan bergantung pada konstanta dielektrik dari zat pelarut. Konduktivitas dari

15

batuan berpori sangat bervariasi terhadap volume dan susunan pori serta sejajar dengan konduktifitas dan banyanya air yang terisi. Menurut persamaan empiris (Archie, 1942 dalam Anca, 2004)
V e ! aJ  m S  n V w

....................... 2.21

dimana :

= porositas (fraksi volume pori) = fraksi dari pori yang terisi air

Vw = resistivitas air

n }2 m = konstanta 0.5 e a e 2.5, 1.3 e m e 2.5 Konduktivitas air sangat bervariasi bergantung pada jumlah dan konduktivitas klorida larutan, sulfat dan mineral lain. Susunan geometri dari celah dalam batuan mempunyai pengaruh yang kecil, tetapi dapat membuat anisotropi resistivitas, artinya mempunyai magnitude aliran arus yang karakteristik dari lapisan-lapisan batuan yang umumnya lebh konduktif dari ukuran lapisan batuan yang lebih besar. 2.6.3 Resistivitas Batuan dan Mineral Sifat fisik dari semua batuan dan mineral pada umumnya mempunyai harga resistivitas yang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan nilai densitas, kecepatan gelombang dan kandungan radioaktifnya kecil pada harga susepbilitas magnetic sekitar 105. Konduktor adalah bahan yang harga resistivitasnya kurang dari 10-5

103 ; m. Isolator disifatkan dengan adanya ikatan ionik sehingga elektron valensi

16

tidak bebas bergerak. Perbedaan lain dari konduktor dan semikonduktor adalah variasinya terhadap suhu. Konduktor konduktivitasnya tinggi ketika suhu sekitar 0K, semikonduktor sebaliknya. Dalam pengelompokkannya konduktor dapat dibagi menjadi : a. Konduktor bagus, harga resistivitasnya 10-8 1 ;m b. Konduktor sedang, harga resistivitasnya 1 107 ;m c. Konduktor jelek, harga resistivitasnya lebih dari 107 ;m

2.6.4 Hubungan Resistivitas dengan Derajat Saturasi Resistivitas juga mempunyai hubungan dengan derajat saturasi, resistivitas tersatursi penuh dapat dihubungkan dengan yang tidak tersaturasi penuh (Zeyad S. Abu-Hassanein, Craig H.Benson and Lisa R.Blotz, 1996), sebagai berikut :
Vs ! S B V sat

....................... 2.22

dengan :

Vs

= tahanan jenis pada derajat saturasi tertentu (; m)

Vsat = tahanan jenis batuan tersaturasi penuh (; m)

S B

= derajat saturasi = parameter empiris (kondisi batuan yaitu porositas terisi air)

Dari persamaan 2.8 didapatkan bahwa peningkatan derajat saturasi air akan menyebabkan turunnya nilai resistivitas dari tanah. Didapatkan bahwa konduktivitas batuan tersaturasi yang terukur adalah penjumlahan konduktifitas batuan tersaturasi penuh dengan konduktivitas permukaan, sedangkan hubungan konduktivitas batuan tersaturasi penuh dengan konduktivitas air pengisi pori adalah faktor formasi.

17

Faktor formasi adalah nilai yang menunjukkan adanya hambatan listrik oleh struktur tanah dalam suatu padatan, dimana porositas meme gang peranan penting dalam konduktivitas listrik dalam suatu padatan (Schon dalam Lukitasari, 2006) sesuai persamaan :
Wb ! Wa  Wk F

....................... 2.23

dengan : Wb = konduktivitas batuan tersaturasi penuh (S/m)


Wa = konduktivitas air pengisi pori (S/m) Wk = konduktivitas permukaan (S/m)

F = faktor formasi Hubungan Archi (Archi dalam Brigita, 2006) sesuai persamaan :
a R0 ! Rw .F ! Rw m *

....................... 2.24

dengan : R0 = resistivitas batuan yang tersaturasi air Rw = resistivitas pori yang terisi air
* = porositas

m = eksponen sementasi

2.6.5 Prinsip Dasar Studi Fisika Batuan Fisika batuan (rock physics) merupakan ilmu yang mempelajari batuan dengan memanfaatkan prinsip-prinsip dasar fisika. Dalam mempelajari batuan ada tiga aspek yang penting sebagai dasar melakukan analisis, antara lain : porositas, permeabilitas dan saturasi.

18

a. Porositas (J) Porositas didefiniskan sebagai perbandingan antara volume ruang yang kosong (pori-pori) terhadap volume total (bulk volum) dari suatu batuan. Ruang kosong tersebut dapat merupakan pori-pori yang saling berhubungan antara satu sama lain tetapi dapat pula merupakan rongga-rongga yang saling terpisah atau tersekat. Oleh karena itu, ada 2 pengertian tentang porositas, yaitu : 1. Porositas absolute yang dimaksud sebagai perbandingan antara seluruh volume pori-pori dengan volume total batuan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
PV x 100 atau BV BV  GV J ! x 100 BV J!

....................... 2. 25

dimana :

PV = Pore Volume (Volume pori-pori), cm3 BV = Bulk Volume (Volume total), cm3 GV = Grain Volume (Volume butiran), cm3
J

= Porositas, %

2. Porositas efektif dimaksudkan sebagai perbandingan antara volume pori yang saling berhubungan dengan volume total batuan.

b. Permeabilitas Permeabilitas merupakan kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida. Secara kuantitatif besarnya permeabilitas suatu batuan ditentukan berdasarkan rumus Darcy (untuk aliran laminar dan viscous). Sifat ini diturunkan oleh Henry Darcy (1856), yaitu bahwa :

19

1. Kecepatan alir banding berbanding lurus dengan gradien tekanan :


V ! dP dx

....................... 2.26

2. Kecepatan alir berbanding terbalik dengan viskositas :


V ! 1 Q

....................... 2.27

Dari asumsi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :


V !  k dP Q dx

....................... 2.28

dimana :

k = bilangan konstan yang disebut permeabilitas. Tanda karena dP/dx adalah negative

Harga k dinyatakan dalam satuan Darcy atau dalam satuan mD, dimana : 1 mD = 0.001 Darcy. Harga dalam mD V
Q

dimana :

= kecepatan alir dalam cm/s = viscositas fluida dalam cp

dP = Gradien tekanan dalam atm/cm dx

Nilai-nilai dan Kisaran Permeabilitas bergantung pada cara yang sangat kompleks terhadap sifat-sifat ruang pori atau tempat retakan. Pengaruh yang dominan antara lain : - Porositas - Ukuran pori dan distribusinya - Bentuk pori, morfologi permukaan pori, permukaan internal khusus, - Susunan pori dan rongga pori (topologi jaringan pori)

20

Berdasarkan hal tersebut maka terlihat jelas kecenderungan : - Permeabilitas meningkat dengan meningkatnya porositaS - Permeabilitas meningkat dengan meningkatnya ukuran butir - Permeabilitas menurun dengan kompaksi dan sementasi

21

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Langkah Kerja Penelitian ini, digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian tekanan terhadap resistivitas tanah. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini sesuai dengan diagram alur dibawah ini:

Menyiapkan tanah

Pengayakan

Pencampuran

SW

SP

Volgraf

Sampel

Pemadatan

Pengukuran resistivitas

22

1. Menyiapkan tanah Tanah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pasir yang berasal dari aktifitas gunung berapi. Tanah pasir ini dapat dijumpai pada endapan sungai. Tanah pasir ini banyak mengandung butiran batuan beku andesit. 2. Pengayakan tanah Sebelum melakukan proses pengayakan, tanah pasir yang telah diambil dipanaskan terlebih dahulu hingga kering. Tanah pasir yang kering, kemudian diayak secara bertingkat dengan menggunakan ayakan dari nomor sampai dengan ayakan nomor 200. pengayakan dilakukan dengan cara tanah pasir tadi ditaruh pada ayakan yang bertingkat atau bersusun mulai dari nomor sampai dengan nomor 200. Kemudian ayakan ditutup dan diguncangkan selama 10 menit hingga 15 menit. Setelah kurang lebih 15 menit, semua tanah yang tertahan pada masingmasing ayakan, dipisahkan dan dimasukkan kedalam wadah tersendiri. 3. Pencampuran Tanah hasil ayakan dari nomor 4, 8, 16 dan 40 yang berada pada wadah, kemudian diambil dan dicampur. Pencampuran tanah harus

dengan komposisi tertentu sesuai dengan tanah tipe tanah yaitu SW dan SP. Serta komposisi dari campuran harus mempunyai berat total adalah 2,5kg.

23

4. Volgraf digunakan untuk menentukan specivy Gravity dan indeks property tanah. Adapun urutan atau proses uji specivy gravity yaitu: a. Mengambil piknometer kemudian dibersihkan dan dikeringkan. b. Piknometer diisi dengan air sebanyak 500 ml dan ditimbang. c. Mengukur temperatur air dengan menggunakan termometer sebagai T1 . d. Mengambil tanah dari masing-masing tipe dalam keadaan kering sebanyak kira-kiara 100 gr, sebagai W3. e. Piknometer dari langkah a-c, yang telah terisi air, dibersihkan dan dikeringkan kemudian diisi dengan tanah yang sudah ditimbang. f. Memberikan air suling ke dalam piknometer yang berisi tanah sampai mencapai kira-kira dua pertiga dari volume total. g. Mendiamkan piknometer selama kurang lebih 1 hari. h. Menghilangkan udara dari campuran dengan menghubungkan

piknometer ke dalam pompa vakum. Dengan mengurangi tekanan diharapkan gelembung-gelembung udara keluar dari pori. i. Menambahkan air ke dalam piknometer sampai mencapai volume total 500 ml. kemudian ditimbang sebagai W2. j. Mengukur temperatur dari campuran air dan tanah dalam piknometer (sebagai batas toleransi). 5. Pemadatan Pemadatan dengan menggunakan proctor standart yang telah menjadi standar. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah:

24

a. Mengambil tanah yang telah diangin-anginkan dari dua tipe sebanyak 2,5 kg (10 lb). b. Mengayak tanah dengan ayakan nomor 4. Mengumpulkan semua tanah yang lolos dari ayakan. c. Membagi sample tanah menjadi 3 kelompok dengan masing-masing kelompok 6 kali ulangan. d. Mencampurkan air dengan kadar NaCl 0 gr/lt pada tanah sehingga kadar airnya sebanyak 2% (Sampel I). Sedangkan sample II dan III masing-masing dengan kadar NaCl 10 gr/ltd an 20 gr/lt. e. Menentukan berat dari cetakan + plat dasar (W2). f. Memberikan atau memasang silinder perpanjangan pada bagian atas cetakan. g. Memasukkan tanah secara bertahap sehingga terbentuk kurang lebih 3 lapisan tanah. Pada tiap lapis tanah harus dipadatk secara merata an dengan menggunakan pemukul proctor standart dengan variasi banyaknya pukulan 15, 20, 25, 30 dan 35 kali pada masing-masing jenis tanah. h. Memotong kelebihan tanah dengan menggunakan penggaris besi. i. Menimbang W2 yaitu berat dari cetakan + plat dasar + tanah yang sudah dipadatkan. j. Melepaskan plat dasar dari cetakan, kemudian mengeluarkan tanah yang sudah dipadatkan.

25

6. Pengukuran resistivitas Pengukuran resistivitas menggunakan metode geolistrik yang

dirancang dengan memakai bahan non-kondusif yaitu pipa PVC berbentuk silinder dan mempunyai panjang 10 cm. Sebelum melakukan pengukuran, tanah yang mengandung air dimasukkan pada tabung kemudian elektroda tembaga diletakkan pada ujung dari sampel dan kemudian diberi tutup, sesuai dengan gambar.

LCR

Gambar 3.1.Alat Pengukur Resistivitas

Untuk mendapatkan resistansi sampel dalam keadaan tersaturasi penuh maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tabung dalam keadaan kosong dihampakan dan diukur tekanannya. b. Tabung diisi sampel kemudian dihampakan sampai tekanan sama dengan tekanan pada langkah a. c. Dialirkan air ke sampel dengan keadaan hampa udara. Setelah itu diukur resistivitas dari sampel.

26

3.2 Analisis data 1. Hasil ayakan Dari hasil pengayakan tanah dimasukkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 1. Data Sampel Tanah Tipe Pertama (mm) 19.5 9.5 4.76 2.36 1.18 0.425 0.125 0.07 No. Ayakan 3/8 4 8 16 40 100 200 (%) Tertahan (%) Lolos

Tabel 2. Data Sampel Tanah Tipe Kedua (mm) 19.5 9.5 4.76 2.36 1.18 0.425 0.125 0.07 No. Ayakan 3/8 4 8 16 40 100 200 (%) Tertahan (%) Lolos

Berdasarkan tabel, kemudian dicari besarnya koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) dengan persaman 2.1 dan 2.2.

27

2. Penentuan Specify Gravity dan indeks property tanah. Selanjutnya menghitung specivy gravity (Gs) tanah yang diuji dengan menggunakan persamaan 2.12 dan 2.13.

Tabel 3. pengukuran Specify Grafity Deskripsi Tanah


No. Cawan Berat Cawan Berat Cawan + Tanah Basah Berat Cawan + Tanah Kering Berat Cawan peluberan Berat Cawan peluberan + Hg Berat Hg peluberan Berat Tanah Basah Volume Tanah Berat Air Berat Tanah Kering No. Piknometer Berat Piknometer Berat Piknometer + Air Suling Berat Piknometer + Tanah Kering Berat Piknometer + Air Suling + Tanah Kering

Tanah Pasir Tipe SW SP

3. Pemadatan dengan Proctor Standart. Setelah specivy gravity diketahui maka dihitung tingkat kepadatan tanah dengan kandungan air tertentu dan pemadatan tertentu, yaitu dengan menggunakan persamaan 2.8 dan 2.9.

28

Tabel 4. Data Pengukuran dan Perhitungan Kepadatan Tanah Pasir tipe SW Sampel I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 III.1 III.2 III.3 III.4 III.5 W (gr) Wc (%)
K (gr/cc) Kd (gr/cc)

Tabel 5. Data Pengukuran dan Perhitungan Kepadatan Tanah Pasir tipe SP Sampel I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 III.1 III.2 III.3 III.4 III.5 W (gr) Wc (%)
K (gr/cc) Kd (gr/cc)

29

4. Perhitungan indeks property tanah Indeks properti tanah yaitu angka pori (e), porositas (J), serta kandungan air maksimum (Wcmax) dapat ditentukan dengan menggunakan persamanan 2.5, 2.6 dan 2.7. Tabel 6. Porositas dan Derajat Saturasi Awal Tiap kepadatan Pasir SW
Sampel I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 III.1 III.2 III.3 III.4 III.5 Vol. pori (cc) Vol. Butiran (cc) Vol. Total (cc) Massa Air (gr) Massa Butiran (gr) n (%) Sr (%)

Tabel 7. Porositas dan Derajat Saturasi Awal Tiap kepadatan Pasir SP


Sampel I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 III.1 III.2 III.3 III.4 III.5 Vol. pori (cc) Vol. Butiran (cc) Vol. Total (cc) Massa Air (gr) Massa Butiran (gr) n (%) Sr (%)

30

5. Resistivitas Sampel Tanah Pengukuran resistivitas dengan LCR meter pada temperatur lingkungan, dicatat dalam tabel berikut: Tabel 8. Resistivitas Tanah Pasir Tipe SW
Sampel

Wc (%)

Resistansi (;)

Resistivitas (; m)

I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 III.1 III.2 III.3 III.4 III.5

Tabel 9. Resistivitas Tanah Pasir Tipe SP Resistansi (;) Resistivitas (; m)

Sampel

Wc (%)

I.1 I.2 I.3 I.4 I.5 II.1 II.2 II.3 II.4 II.5 III.1 III.2 III.3 III.4 III.5

31

Daftar Pustaka

Dunn, I S., Anderson, L. R., Kiefer, F.W. 1980. Dasar-dasar Analisis Geoteknik (terjemahan). Semarang: IKIP Semarang Press. L. H., Shirley. 1987. Geoteknik dan Mekanika Tanah. Bandung: Nova. Bowles, J. E., Hainim, J. K. 1984. Sifat-Sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah. Penerbit Jakarta: Erlangga. Prasetya, Novan Anca. 2004. Pengukuran Resistivitas Untuk Evaluasi Kepadatan Kering Maksimum Hasil Pemadatan Tanah Pasir, Tugas akhir ITS, Surabaya. Lukitasari,Brigita Diah. 2006. analysis water infiltration influent for physics feature of porongs mud in sidoarjo by using electrical characterization study, Tugas akhir ITS, Surabaya.

32

You might also like