You are on page 1of 17

Jenis-jenis Metode Pengasuhan Anak Adapun kerangka metodologis pengasuhan pasca kelahiran anak sebagaimana tertuang dalam ajaran

Islam adalah sebagai berikut: a. Pola asuh anak dengan keteladanan orang tua Dalam psikologi perkembangan anak diungkapkan bahwa metode teladan akan efektif untuk dipraktikkan dalam pengasuhan anak. Oleh karena itu pada saat tertentu orang tua harus menerapkan metode ini yang memberi teladan yang baik. Cara ini akan mudah diserap dan direkam oleh jiwa anak dan tentu akan dicontohnya kelak di kemudian hari. b. Pola asuh anak dengan pembiasaan Sebagaimana kita ketahui bahwa anak lahir memiliki potensi dasar (fitrah). Potensi dasar itu tentunya harus dikelola. Selanjutnya, fitrah tersebut akan berkembang baik di dalam lingkungan keluarga, manakala dilakukan usaha teratur dan terarah. Oleh karena itu pengasuhan anak melalui metode teladan harus dibarengi dengan metode pembiasaan. Sebab, dengan hanya memberi teladan yang baik saja tanpa diikuti oleh pembiasaan bejumlah cukup untuk menunjang keberhasilan upaya mengasuh anak. Keteladanan orang tua, dan dengan hanya meniru oleh anak, tanpa latihan, pembiasaan dan koreksi, biasanya tidak mencapai target tetap, tepat dan benar. Orang tua, karena ia dipandang sebagai teladan, maka ia harus selalu membiasakan berkata benar dalam setiap perkataannya baik terhadap anggota keluarganya atau siapapun dari anggota masyarakat lainnya. Dengan demikian Menurut Khairiyah sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir, orang tua harus menjadi gambaran hidup yang mencerminkan hakikat perilaku yang diserukannya dan membiasakan anaknya agar berpegang teguh pada akhlak-akhlak mulia.1[23] A. Tafsir, dkk., Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Mimbar Pustaka, 2004), hlm. 152. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.2[1] Sedangkan dalam bahasa Inggris kata motivasi adalah berasal dari kata motivation yang berarti daya batin atau dorongan.3[2]

2[1]M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 60.

Menurut Clifford T. Morgan: Motivation is a general term it refers to states within the organism to behaviour and to the goals to words which behaviour is directed in other words motivation has three aspect: 1) Motivating state within the organism; 2) Behaviour arosed and directed by this state and; 3) The goal to words which the behaviour is directerd.4[3] Motivasi adalah istilah umum yang menunjukkan kepada keadaan (kondisi) yang menggerakkan kepada tujuan atau tingkah laku akhir. Dengan kata lain motivasi mempunyai tiga aspek yaitu: 1) Keadaan yang mendorong; 2) Tingkah laku yang didorong; 3) Kondisi yang memuaskan atau meringankan keadaan yang mendorong. Menurut Az-Zahrani sebagaimana dikutip oleh Sari Narulita motivasi adalah kekuatan yang mampu memunculkan aktivitas dalam diri manusia.5[4] Hal ini dimulai dari adanya perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu yang menjadikan aktivitas tersebut adalah satu tugas yang harus dilaksanakan.6[5] Menurut Mustaqim motivasi adalah keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan.7[6] Dari beberapa pengertian tentang motivasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan, kehendak atau kemauan, sedangkan secara istilah motivasi adalah daya penggerak kekuatan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Secara etimologi kata motivasi berasal dari bahasa Inggris, to motive, to provide, yang artinya memberi alasan untuk berbuat sesuatu dengan tujuan. Secara terminologi motivasi

3[2]John M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1995), hlm. 387. 4[3]Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: The Mc Graw Hill Book Company, 1961), hlm. 187. 5[4]Musfir bin Said az-Zahrani, At-Taujiih wa al-Irsyaadun Nafsi Min al-Qur an al-Karim wa asSunnatin Nabawiyah, (terj.) Sari Narulita, Miftahul Jannah, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 96. 6[5] Ibid. 7[6] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 77.

diartikan sebagai suatu persiapan untuk menunjang terwujudnya perbuatan sadar untuk mencapai tujuan tertentu. 8[7] Pengertian seperti di atas didasarkan pada suatu pemikiran bahwa manusia berbuat mungkin karena faktor-faktor dari luar dirinya atau karena faktor-faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Perbuatan-perbuatan itu mungkin juga terjadi karena gabungan kedua faktor tersebut. Faktor dari dalam disebut motivasi dan faktor dari luar lebih dikenal dengan istilah stimulus. Dalam konteks tingkah laku, dorongan atau motivasi datang dari kita sendiri. Orang lain mungkin dapat memberikan ilham, pengaruh, ataupun memerintah kita melakukan sesuatu, namun apa yang menjadi motivasi adalah diri kita sendiri yang menentukan nya. Motivasi yang datang dari diri sendiri, membangkitkan kegairahan, energi, serta kemauan untuk membuat perubahan menuju perbaikan kualitas diri.9[8] Sementara itu Musthafa Fahmi menegaskan bahwa;

) .10[9]

Adapun dari segi psikologi, maka kata (motivasi) merupakan istilah yang digunakan untuk motivasi yang bersifat fisik maupun psikis; (sedangkan) motivasi dalam arti khusus merupakan ungkapan kekuatan dalam (psikis) yang tampak, maksudnya motivasi tersebut timbul dalam pribadi seseorang. Ada beberapa tokoh dan cendekiawan terutama yang berkecimpung pada kajian-kajian yang memberikan definisi tentang motivasi sebagai keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan lebih lanjut. Bimo Walgito menjelaskan bahwa motivasi memiliki tiga aspek; pertama, keadaan terdorong dari dalam arti organisme (a driving state) yaitu persiapan bergerak karena kebutuhan, kedua, perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan, ketiga, tujuan yang dituju oleh perilaku

8[7] Baharudin, Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur an, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 238. 9[8]La Rose, Pengembangan Pesona Pribadi, (Jakarta: Pustaka Kartini,1991), hlm. 88. 10[9] Musthafa Fahmi, Syaikulujiah at-Ta lim, (Mesir: Maktabah Misriyah, tt.), hlm. 136.

tersebut.11[10] Bimo Walgito juga berpendapat hampir sama, menurut Pandji Anaraga, motivasi adalah kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah tujuan tertentu.12[11] Irwanto mengartikan bahwa motivasi sering disebut penggerak perilaku (the energizer of behaviour).13[12] Sarlito memberikan definisi motivasi secara lebih komprehensif, motivasi merupakan istilah yang lebih umum menunjuk pada keseluruhan proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dari dalam individu, gerakan yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan tujuan atau akhir dari gerakan (sebuah perbuatan).14[13] Ahmad Janan Asifudin mengartikan bahwa motivasi adalah sesuatu yang mendorong timbulnya perbuatan atau perilaku bertujuan manusia, baik yang berasal dari dalam atau dari luar diri orang tersebut, termasuk keyakinan, rangsangan lingkungan, situasi, dan keadaan atau kejadian yang di timbulkan oleh orang lain yang kemudian mendorong dilakukannya suatu perbuatan atau tingkah laku.15[14] Menurut Frederick Mc Donald yang dikutip oleh Wasty Soemanto memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi ini ditandai dengan tiga hal yaitu; 1) Motivasi dimulai dengan perubahan tenaga dalam diri seseorang Kita berasumsi bahwa setiap perubahan motivasi mengakibatkan beberapa perubahan tenaga di dalam sistem neurofisiologis dari pada organisme manusia. 2) Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif Dorongan afektif ini tidak mesti kuat, dorongan afektif yang kuat, sering nyata dalam tingkah laku. Di lain pihak ada pula dorongan afektif yang sulit diamati. 3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan
11[10] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), hlm 169. 12[11] Panji Anaroga ,Psikologi Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 34. 13[12] Irwanto ,dkk., Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang ,1996), hlm. 57. 14[13] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 64. 15[14] Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surabaya: Muhammadiyah University Press, 2001), hlm 174.

Orang yang termotivasi, membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan tenaga dalam dirinya. Dengan kata lain motivasi memimpin ke arah reaksi-reaksi mencapai tujuan.16[15] Dengan ketiga tanda di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, kemudian bertindak atau melakukan sesuatu semua ini di dorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong untuk memenuhi kebutuhan. Menurut M. Usman Najati sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman Sholeh, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi memiliki 3 komponen pokok yaitu; 1) Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. 2) Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. 3) Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.17[16] Dari beberapa pengertian tentang motivasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri seseorang karena adanya kebutuhan atau keinginan yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas atau kegiatan- kegiatan tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi seseorang timbul karena adanya kebutuhan sehingga menyebabkan keseimbangan dalam jiwa seseorang terganggu, padahal

16[15] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 191-192. 17[16] Abdul Rahamn Sholeh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 132.

motivasi merupakan hal yang tidak bisa diamati akan tetapi sesuatu hal yang dapat disimpulkan lewat tingkah laku seseorang dalam berbuat atau beraktifitas tersebut dilatarbelakangi oleh motif, disebut jaga tingkah laku bermotivasi. Dalam perumusan mengenai tingkah laku bermotivasi tersebut dapat diketahui unsurunsurnya yaitu kebutuhan yang merupakan dasar dari adanya motif, kemudian diwujudkan dalam tingkah laku atau aktifitas dan diarahkan untuk mencapai tujuan, yang mana hal tersebut dilakukan berulang ulang atau sesering mungkin apabila hal tersebut memuaskan. Antara kebutuhan, tingkah laku atau perbuatan, tujuan dan kepuasan terdapat hubungan dan kaitan yang erat. setiap perbuatan atau aktifitas disebabkan oleh motivasi. Adanya motivasi karena seseorang merasakan adanya kebutuhan dan untuk mencapai tujuan. Apabila tujuan tersebut tercapai maka akan merasa puas. Aktifitas yang memberikan kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk diulang kembali. Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud motivasi adalah suatu kebutuhan yang mendorong perbuatan atau perilaku yang bertujuan perbuatan sadar, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri orang itu, termasuk keyakinan, rangsangan lingkungan, situasi dan keadaan atau kejadian dari suatu gerakan atau perbuatan. Lebih singkatnya motivasi adalah suatu persiapan untuk mencapai tujuan tertentu. Atau minat dan antusias seseorang untuk melakukan sesuatu. 2. Macam-macam Motivasi Motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki tingkatan-tingkatan. Setiap manusia yang normal, ketika hendak melakukan perbuatan, pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Setiap orang atau santri dalam melakukan suatu pekerjaan oleh banyak orang belum tentu mempunyai tujuan yang sama. Orang atau santri bisa berbeda-beda dalam sebagian tujuan yang ingin dicapai, tetapi mungkin mereka sepakat pada tujuan yang lain. Manusia mempunyai banyak kebutuhan. Di antaranya, kebutuhan dasar yang harus dipenuhinya. Karena dengan adanya pemenuhan akan kebutuhan keamanan dan kebahagiaan darinya.18[17] dasar inilah yang dapat bertahan hidup. Selain itu juga ada kebutuhan yang penting dan urgen dalam mewujudkan

18[17] Musfir bin Said az-Zahrani, At-Taujiih op. cit., hlm. 96.

Berdasarkan gambaran di atas motivasi di golongkan menjadi dua bagian; motivasi psikologis dan motivasi kejiwaan dan spiritual. a. Motivasi Psikologis Merupakan motivasi yang fitrah dan sudah menjadi tabiat dan bawaan manusia sejak dilahirkan. Motivasi ini berhubungan erat dengan kebutuhan tubuh dan juga segala sesuatu yang berkaitan dengan bentuk fisik.19[18] Menurut al-Ghazali dalam bukunya Dr H. Abdullah Hadziq, MA. yang berjudul Rekonsiliasi Psikologi Sufistik Dan Humanistik, mengatakan pada dasarnya munculnya tingkah laku manusia, secara psikologis, disebabkan oleh kekuatan yang menggerakkan, sehingga ia tergerak melakukan suatu perbuatan tertentu. Menurut al-Ghazali, mengenai motivasi dalam hubungannya dengan tingkah laku psikologis ada dua yaitu; 1) Dorongan Fisiologis, yang dimaksud dorongan fisiologis tersebut adalah potensi internal yang memunculkan tingkah laku manusia ke arah pemenuhan kebutuhan fisiologis. 2) Dorongan Psikologis, munculmya tingkah laku psikologis manusia yang cenderung baik dan terpuji, menurut al-Ghazali, lebih disebabkan oleh tiga faktor pendorong sebagai berikut; (a) pendorong ke arah kebutuhan akan penghargaan yang berupa perolehan pahala dan surga dari Allah, (b) pendorong ke arah kebutuhan akan sanjungan dari Allah, (c) pendorong ke arah kebutuhan akan keridhaan Allah dan kedekatan dengannya. Munculnya perinkat / derajat motivasi psikologis di atas, nampaknya dipengaruhi oleh niat yang dijadikan dasar pijakan.20[19] b. Motivasi Kejiwaan dan Spiritual Motivasi kejiwaan dan spiritual merupakan motivasi yang terkait dengan kebutuhan manusia baik secara kejiwaan maupun secara spiritual. Tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan manusia secara biologis. Motivasi ini dua hal yang sangat penting bagi manusia, yaitu sebagai berikut: 1) Motivasi kejiwaan

19[18] Ibid., hlm. 97. 20[19] Abdullah Hadziq, Rekonsiliasi Psikologi Sufistik dan Humanistik, (Semarang: RaSAIL, 2005), hlm. 130-131.

Motivasi kejiwaan sering disebut dengan motivasi kejiwaan dan sosial, karena dapat memenuhi kebutuhan kejiwaan setiap individu dari satu sisi, yang tampak pada perkembangan individu masyarakat, hasil dari optimismenya dan interaksinya dengan sesamanya. Di sisi lainnya merupakan motivasi fitrah manusia, seperti halnya kebutuhan untuk berkembang. 2) Motivasi spiritual Motivasi spiritual merupakan motivasi yang berkaitan dengan aspek spiritualitas pada diri manusia, seperti halnya motivasi untuk tetap konsisten dalam melaksanakan ajaran agama; motivasi untuk bertakwa kepada Allah, mencintai kebaikan, kebenaran dan keadilan serta membenci kejahatan, kebatilan dan kezaliman. Di antara motivasi yang tercakup dalam motivasi kejiwaan dan spiritual adalah sebagai berikut: a. Motivasi memiliki Motivasi memiliki merupakan motivasi yang dipelajari individu pada fase perkembangannya di masyarakat. b. Motivasi untuk konsisten dalam menjalankan agama Allah Motivasi ini merupakan motivasi yang mewajibkan manusia untuk memeluk agama yang diyakini dan konsisten dalam melaksanakan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. c. Motivasi bersaing Motivasi bersaing merupakan motivasi yang ada dalam diri manusia, yang dipelajari dari kebudayaan di mana ia tumbuh dan berkembang.21[20] Pengetahuan tentang jenis-jenis motivasi dari perbuatan manusia sangat penting untuk memahami tingkah laku mereka, selain itu penting juga untuk mengetahui rasa pendekatan motivasi yang terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) Pendekatan Biosentris, maksudnya pendekatan berdasarkan biophisik dari organisme sebagai titik sentral yang bersifat statis. Biosentrik ini meliputi dorongan sekunder, misalnya hasil variasi dalam kebutuhan primer (kehausan, seks, buang kotoran, dan laia- lain). 2) Pendekatan Psikoanalitik, artinya suatu pendekatan motivasi yang didasarkan pada unsur-unsur psikis. Misalnya, kejadian lahir dihubung-hubungkan dengan gejala-gejala dasar psikis. Gejalagejala yang dimaksud adalah struktur kepribadian manusia yang diberikan oleh Sigmund Freud.

21[20] Musfir bin Said az-Zahrani, At-Taujiih op. cit., hlm. 118-124.

3) Pendidikan Dinamis, artinya bahwa motivasi itu selalu berubah dan berkembang dengan relatif diwarnai oleh situasi kini, di sini dan saat ini, sedangkan pembagian motivasi menurut tujuan yang dicapai antara lain; motivasi yang sebenarnya dan disadari, motivasi menurut yang sebenarnya dan tidak disadari, motivasi yang disadari, motivasi semu yang tidak dimotivasi selalu berkembang, mengalami perubahan relatif ditentukan oleh situasi medan persepsi dan kognisi individu saat itu. Sedangkan pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam. Menurut Chaplin motivasi dapat dibagi menjadi dua; 1. Physiological Drive Adapun yang dimaksud dengan physiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar haus dan sebagainya. 2. Social Motives Social Motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain. Sedangkan Woodworth dan Marqius mengolongkan motivasi menjadi tiga; a. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dengan dalam, seperti kebutuhan bergerak dan istirahat. b. Motivasi darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan seseorang, tetapi karena perangsang dari luar. c. Motivasi objektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup menaruh minat. Motivasi ini timbul karena menghadapi dunia secara efektif. Selain itu, Wood Worth juga mengklasifikasikan motivasi menjadi dua bagian yaitu; a. Unlearned Motives, adalah motivasi pokok yang tidak dipelajari atau motivasi bawaan. Motif ini sering disebut juga motivasi secara biologis. b. Learned Motives, adalah motivasi yang timbul karena dipelajari, motivasi ini sering disebut motivasi yang diisyaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial. Selain tokoh di atas , beberapa psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua;

Motivasi intrinsik, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar. Motif intrinsik ini juga diartikan sebagai mativasi yang pendorongnya ada kaitan langsung dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam tujuan pekerjaan sendiri.

Motivasi ektrinsik, yaitu motivasi yang datang karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ektrinsik ini dapat diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya tidak ada hubungannya dengan nilai yang terkandung dalam suatu pekerjaan .22[21] Di samping pandangan di atas, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa motif adalah daya dorong sebagai potensi yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku psikologis. Pendapat ini dapat dimaklumi, karena memiliki konsistensi dengan pandangan lain, bahwa motif itu merupakan energi dasar yang terdapat dalam diri seseorang.

3. Teori-teori Motivasi Ada beberapa teori yang berkaitan dengan motivasi, yaitu sebagai berikut:23[22] a. Teori Hedonisme Hedonisme adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Adapun Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan kesenangan. b. Teori Naluri (psikoanalisis) Teori naluri ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Sehingga semua pemikiran dan perikaku manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal. Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan yang dilakukan. c. Teori Reaksi yang Dipelajari

22[21] Abdul Rahamn Sholeh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi op. cit., hlm. 139-140. 23[22] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan .op. cit., hlm. 74-77.

Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. d. Teori Pendorong (Drive Theory) Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. e. Teori kebutuhan Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Menurut Maslow, manusia memiliki 5 (lima) tingkat kebutuhan yaitu; kebutuhan fisiologis; yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan, kebutuhan seks; 1) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) 2) Kebutuhan sosial 3) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, status, pangkat 4) Kebutuhan akan aktualisasi diri. 4. Fungsi Motivasi Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, orang malakukan suatu kegiatan didorong oleh motivasi. Sehubungan dengan ini, Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar dan Mengajar, menyingkap tiga fungsi motivasi, yaitu: 1. Mendorong timbulnya kelakuan atau sutau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti shalat. 2. Sebagai pengaruh, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. 3. Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat dan lambatnya suatu pekerjaan.24[23]
24[23] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Alegesindo, 2002), cet. 3, hlm. 175.

Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan bahwa motivasi itu memiliki dua fungsi, yaitu; Pertama mengarahkan atau directional function dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing function). Dalam mengarahkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupakan suatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach motivation) dan bila sasaran atau tujuan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran (avoidance motivatian). Karena motivasi berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka mungkin pula terjadi bahwa motivasi tersebut sehingga berperan mendekatkan dan menjauhkan sasaran (approach avoidance motivation). Motivasi juga dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak akan membuat hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.25[24] Motivasi juga berfungsi sebagai pengarah jalan yang menentukan pola-pola kehidupan dan tingkah laku perbuatan. Ia menjadi kunci utama dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia. Peranan yang demikian menentukan ini, dalam konsep Islam motivasi lebih dikenal dengan istilah niat, sebagaimana Hadits Rasulullah saw., yang berbunyi:

} 26[25].

Bahwa segala amal perbuatan itu dengan niat, dan bagi setiap manusia itu apa yang diniatkanya. Maka siapa yang hijrah (keberangkatanya) pada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya pada Allah da rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya pada dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya kepada apa, yang ia berhijrah kepadanya Motivasi juga dapat menentukan pola-pola kepribadian seseorang, artinya menurut Krech bahwa tingkah laku motivated behavior yang ditentukan oleh motivasi tertentu yang dipandang sebagai tenaga pendorong dalam pelaksanaan suatu tujuan, karena adanya motivasi maka tingkah
25[24] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), cet. 1, hlm. 62-63. 26[25] Abi Zakariya bin Syaraf an-Nawawi, Riyadhus as-Shalihin, (Indonesia: Dar Ihya al-Kutub alArabiyah, tt.), hlm. 6.

laku menjadi dinamis dan kreatif. Dengan pengertian motivasi tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkah laku manusia. Motivasi dapat dipandang sebagai simbol dari gejala-gejala situasi psikologis dan situasi kini. Hal ini berarti bahwa situasi dapat menentukan motivasi, bukan motivasi yang menentukan situasi. Kenyataan di atas menyebabkan motivasi itu menjadi dinamis, progresif dan kreatif. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi memiliki fungsi sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya suatu ketidak-seimbangan pada diri manusia.27[26] Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motivasi untuk berbuat sesuatu. Perbuatan itu dilakukan maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan perasaan puas, gembira, aman dan sebagainya. Kecenderungan untuk mengusahakan keadaan seimbang dan ketidakseimbangan terdapat dalam diri setiap organisme dan manusia, dan ini disebut prinsip-prinsip home ostatis.28[27] Keadaan keseimbangan ini tidak berlangsung untuk selama-lamanya, karena setelah beberapa saat akan timbul ketidakseimbangan baru yang akan menyebabkan seluruh proses motivasi di atas diulangi. Dapat dilihat di sini, bahwa sebenarnya proses motivasi merupakan suatu lingkaran yang tak terputus yang disebut lingkaran motivasi. Berdasarkan dari berbagai pendapat tentang fungsi motivasi yang diuraikan di atas. Maka dapat penulis simpulkan yaitu: 1. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi mengarahkan ke mana seseorang harus bergerak dan melakukan kegiatan. 2. Motivasi sebagai pendorong timbulnya aktivitas atau kegiatan. 3. Motivasi berfungsi meningkatkan kegiatan yang sudah berjalan sehingga menghasilkan hasil yang lebih maksimal. 4. Motivasi berfungsi membantu memenuhi atau mencapai kebutuhan seseorang. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kata kunci dalam memahami motivasi adalah dorongan. Dorongan itu dapat bersifat psikis yang muncul dalam diri, dalam hal ini

27[26] Sarwito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. ke-7, hlm. 57-58. 28[27] Ibid,hlm. 58.

dorongan itu muncul sebagai akibat dari adanya kebutuhan, pengetahuan dalam diri seseorang. Dalam hal dorongan yang diakibatkan kebutuhan, maka kebutuhan itu dapat dibentuk fisik dan dapat pula berbentuk psikis, bahkan berbentuk spiritual transendental. Kebutuhan-kebutuhan ini memerlukan pemuasan, maka dalam rangka pemuasan itulah, manusia bertingkah laku.

Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli, di antaranya adalah: Oemar Hamalik mendefinisikan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolehan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.29[6] Arno F. Wittig dalam buku Psychology of Learning dikatakan, Learning can be defined as any relatively permanent change in a organism behavioral repertoire that occurs as a result of experience .30[7] Belajar menurut Arno dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan yang relatif permanen dalam suatu tingkah laku manusia yang muncul sebagai hasil pengalaman. Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid dalam kitab at-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, mendefinisikan belajar adalah:

31[8].
Belajar adalah perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru. Jadi, secara psikologis bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.32[9] Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang menimbulkan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. b. Aspek-aspek Motivasi Menurut pendapat Clifford T. Morgan, yang dikutip oleh Wasty Soemanto, menjelaskan motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: 1) Keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states); 2) Tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior); 3) Dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).33[10]

Fungsi Motivasi Belajar Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi motivasi adalah mendorong, menggerakkan/menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai.34[21] Setiap kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan berhasil pula pelajaran yang diberikan. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar bagi para siswa.35[22] Perlu ditegaskan, bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan atau bertalian dengan tujuan, makin jelas tujuan yang ingin dicapai, semakin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi (tindakan mencapai tujuan dilakukan). Dengan demikian, motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan atau tindakan.36[23] Keberhasilan suatu usaha dalam mencapai tujuan, sangatlah ditentukan oleh kuat atau lemahnya motivasi. Prestasi yang baik akan sulit di dapat tanpa adanya usaha untuk mengatasi permasalahan atau kesulitan. Proses usaha dalam menyelesaikan kesulitan

tersebut memberikan dorongan yang sungguh kuat. Dalam Islam secara jelas menerangkan bahwa motivasi dalam usaha untuk mengatasi kesulitan sangatlah berhubungan erat dengan keberhasilan seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra d : 11

(11 :

) ....

...

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri . (QS. Ar-Ra d : 11)37[24] Dari ayat di atas, bisa diketahui bahwa motivasi memiliki fungsi yang sangat besar dalam mencapai tujuan, yaitu mencapai cita-cita, keberhasilan atau adanya perubahan dalam diri seseorang. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai motor atau penggerak yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa saja yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang ingin pandai, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.38[25] Di samping itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang (siswa) melakukan usaha (belajar) karena adanya motivasi, adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan kata lain bahwa, jika proses interaksi belajar mengajar tercipta dengan baik, maka siswa juga akan terdorong untuk melakukan kegiatan belajarnya.

[1] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2000), cet. XXIV, hlm. 386. [2] Sumadi Suryobroto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet. XII, hlm. 70. 3] Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: Mc. Grow Hill Company, 1961), hlm. 187 [4] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 191. [5] Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004), cet. 1, hlm. 65. 6] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1990), hlm. 21 7] Arno F. Witting, Psychology of Learning, (New York: Mc. Hill Book Company, 1981), hlm. 2 [8] Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz I, (Mesir: Darul Ma arif, t.th.), hlm. 169. [9] Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. 1, hlm. 78. [10] Wasty Soemanto, op. cit., hlm. 194. 11] Akyas Azhari, op. cit., hlm. 66-67. 12] Wasty Soemanto, op. cit., hlm. 195. 13] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali, 1991), cet. 11, hlm. 216. 14] Sumadi Suryobroto, op. cit., hlm. 99. 15] Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), cet. 1, hlm. 34. 16] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. 1, hlm. 12-13. 17] S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), eds. 2, hlm. 80. [18] Ivor K. Davies, loc. cit. 19] Soetomo, loc. cit. [20] Ibid., hlm. 34. 21] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 73. [22] Sardiman A.M., op. cit., hlm. 82-83. [23] M. Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 73-74. [24] Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 370. 25] Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), cet. IX, hlm. 83. 26] Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 86. 27] UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 25. [28] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 77. [29] Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 862. http://www.damandiri.or.id/file/muazarhabibiupibab2.pdf

You might also like