You are on page 1of 16

Proposal Persiapan Skripsi PEMBELAJARAN ALAT MUSIK CELEMPUNG DI SANGGAR GIRI KERENCENG JAWA BARAT Proposal ini ditunjukan

untuk memenuhi tugas mata kuliah Proposal Persiapan Skripsi

Agni Dwi Elfahmi 2815053191

JURUSAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2010 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Musik adalah suatu kesenian yang sangat indah dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia, Bahkan sejak kita masih bayi, mungkin, kita sudah dikenalkan dengan musik oleh ibu kita, yaitu lewat nyanyian-nyanyian sederhana, misalnya : lagu Nina Bobo, Pelangi, Pak Pos, dan banyak lagi. Bermain musik adalah kegiatan yang banyak memberikan kepuasan bagi pemainnya, dengan bermain musik si pemain dapat

mencurahkan segala perasaan dan emosi yang sedang dirasakan dalam sebuah bentuk karya atau komposisi yang dapat dinikmati sendiri maupun dinikmati oleh orang lain, seperti dalam

pertunjukan musik atau konser musik. Setiap manusia dapat dipastikan memiliki jiwa seni, adanya berbagai kesenian membuktikan bahwa manusia

memiliki daya-daya tersebut, salah satu bentuk daya cipta manusia dalam bentuk kesenian adalah seni musik.1 Musik adalah salah satu cabang dari seni. Jamalus

mengatakan bahwa musik adalah suatu hasil karya seni dalam

J.W.M Bakker SJ. Filsafat kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius, 1984), hlm.46

bentuk lagu atau komposisi musik yang mengunakan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur musik.2 Di setiap daerah di Indonesia memiliki ciri musiknya sendiri, yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Dalam hal ini Indonesia terdiri dari berbagai macam daerah dan alat musiknya masing-masing. Indonesia sendiri banyak mendapat pengaruh musik dari negara-negara lain seperti Cina, Timur Tengah, dan beberapa negara Eropa, dikarenakan Indonesia sempat

mengalami kedatangan penjajah dan saudagar-saudagar yang pada tujuan awalnya untuk berdagang, namun karena para penjajah dan saudagar menguasai perdagangan di Indonesia, secara tidak langsung budaya bangsa kita banyak mengadopsi dari kebudayaan asing termasuk unsur musiknya. Masamasa sebelumnya musik hanya dapat dinikmati dengan cara menyaksikan langsung dan mungkin tidak bisa disaksikan dengan cara diulang, saat ini melalui perkembangan teknologi dunia yang sangat pesat, musik bisa masuk melalui berbagai macam media yang modern, seperti media visual maupun non visual, yang diaplikasikan oleh media elektronik seperti internet dan bermacam alat pemutar musik seperti cd dan kaset. Oleh karena itu para penikmat musik ataupun pelakunya yang terlibat dalam musik sekarang ini dapat dengan
2

Jamalus, Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik, (Jakarta: DIRJEN Pendidikan Tinggi dan DEPDIKBUD, 1988), hlm.1

mudah mengkonsumsi produk-produk musik secara luas, baik hanya menyaksikan maupun mempelajari lebih dalam suatu karya musik tersebut tidak hanya murni karya musik saja yang dapat dikonsumsi melalui media modern yang ada saat ini. Pembelajaran musik juga bisa didapatkan dengan mudah, hal tersebut memicu manusia untuk dapat mendalami musik dengan cara belajar secara teoritis maupun praktek. Karena hal itu, musik trdisional menjadi tergeser dengan adanya fakor pendukung tersingkirnya musik tradisional tersebut dan perkembangan musik tradisional menjadi terhambat karena generasi muda pada masyarakat Indonesia lebih tertarik untuk mempelajari musik dan alat-alat musik yang lebih modern dan bukan berasal dari daerah-daerah di Indonesia. Selain mengadopsi kebudayaan asing, Indonesia juga mengalami akulturasi dalam hal kebudayaan. Seperti celempung yang ada di Jawa Barat berbeda dengan Celempung yang berada di daerah Jawa Tengah, namun memiliki nama yang sama. Hal tersebut masih banyak orang yang belum mengetahuinya, bahkan untuk kalangan masyarakat Jawa Barat sendiri belum tentu mengetahui hal tersebut. Bahkan orang-orang kelahiran Jawa Barat dan memang benar-benar orang asli keturunan Jawa Barat belum atau tidak tahu sama sekali apa itu celempung.

Celempung merupakan alat musik tradisional dari Jawa Barat yang asal mula keberadaannya tidak diketahui berasal dari mana dan kapan alat musik tersebut diciptakan. Celempung adalah alat musik atau waditra yang terbuat dari seruas bambu yang memakai 2 tali hinis yang merupakan senarnya, pada bagian tengahnya diberi lubang yang merupakan lubang suara, batang bambu yang diberikan lubang itu merupakan

resonatornya. Alat musik atau waditra ini apabila dipukul akan mengeluarkan suara yang mirip seperti suara kendang.3

Celempung dibunyikan dengan mempergunakan alat pemukul yang disebut taringting.4 Keberadaan alat musik celempung hampir tidak diketahui oleh penduduk Jawa Barat. Hal tersebut menggugah saya untuk meneliti tentang pembelajaran alat musik ini agar alat musik celempung tidak mengalami kepunahan dan tetap bertahan khususnya di Jawa Barat dan pada umumnya di Indonesia.

B. Perumusan Masalah
3 4

http://kangyogaswara.wordpress.com. 24 januari 2010 http://www.pagelaran-sunda-medal.html. 6 Januari 2010

Berdasarkan

latar

belakang

masalah,

maka

penulis

merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : Bagaimanakah proses pembelajaran alat musik celempung di sanggar Giri Kerenceng ?

C. Fokus Penelitian Proses pembelajaran alat musik celempung di sanggar Giri Kerenceng yang beralamat di kp. Manabaya Desa Sindang Pankuwon RT 01/05 Kec. Cimanggung Kab. Sumedang Parakan Muncang, Jawa Barat.

D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Penulis, untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran alat musik celempung dan bagaimana cara memainkannya. 2. Menambah wawasan kepada pembaca sebagai bahan acuan keanekaragaman alat musik yang berada di Jawa Barat khususnya. 3. Sebagai materi dan apresiasi bagi masyarakat pencinta musik tradisional khususnya alat musik dari daerah Jawa Barat. 4. Dapat dijadikan salah satu sumber pengembangan wawasan tentang musik, khususnya tentang pembelajaran alat musik tradisional Jawa Barat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pemebelajaran

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pembelajaran berasal dari kata ajar. Ajar memiliki arti cara atau petunjuk yang disampaikan kepada orang agar diketahui atau dituruti, 5 atau memiliki arti suatu aktvitas mencari menemukan dan melihat pokok masalah,6 belajar adalah proses untuk mencari informasi yang belum diketahui yang didapat dari orang yang mengetahui atau lebih dikenal dengan istilah guru. Guru yang dimaksud bukan hanya seorang yang berada di dalam kelas tetapi orang yang memberitahu akan hal yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam pembelajaran, guru mempunyai tugas penting untuk memberikan informasi penting kepada anak didiknya. Peran guru adalah tercapainya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuan.7 C. Semiawan mengatakan bahwa tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar
5 6

Daryanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya : Apollo, 1997). Hlm. 24 Roestiyah NK, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1986). Hlm. 37 7 Moh Uzer Usman, Menjadi guru Profesional (Bandung: PT Remaja Ros Karya, 1999). Hlm.4

terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasai siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh.8 Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.9 Arti belajar tersebut sangat sesuai dengan proses pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan, misalnya pembelajaran vokal,

pembelajaran vokal dibutukan latihan-latihan yang serius untuk mendapatkan hasil yang baik. Disamping latihan banyak juga faktor-faktor yang menunjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

B. Sejarah Alat Musik Celempung

Celempung merupakan alat musik tradisional dari Jawa Barat yang asal mula keberadaannya tidak diketahui berasal dari mana dan kapan alat musik tersebut diciptakan. Celempung adalah alat musik atau waditra yang terbuat dari seruas bambu yang memakai 2 tali hinis yang merupakan senarnya, pada bagian tengahnya diberi lubang yang merupakan lubang suara, batang bambu yang diberikan lubang itu merupakan

resonatornya. Alat musik atau waditra ini apabila dipukul akan

8 9

Conisemiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses (Jakarta: PT Gramedia, 1985). Hlm. 63 Oemar Hamalik, (1990) Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1990). Hlm. 189

mengeluarkan

suara

yang

mirip

seperti

suara

kendang.10

Celempung dibunyikan dengan mempergunakan alat pemukul yang disebut taringting.11 Tidak diketahui pasti kapan alat musik calempung ini diciptakan, karena alat musik ini merupakan alat musik turuntemurun yang digunakan untuk mengisi kekosongan ketika menggembala ternak di ladang bersama penggembala lain. selain itu, alat musik ini juga di gunakan untuk mengiringi upacara adat untuk meminta keberkahan di saat panen akan tiba, namun penggunaan celempung untuk hal tersebut sudah tidak ada, karena keberadaan alat musik ini saja sulit untuk ditemui. Sekarang alat musik celempung digunakan hanya untuk hiburan dan pengisi acara-acara formal ataupun non formal seperti seminar, hajatan, dan lain-lain. Tidak hanya celempung yang digunakan, tetapi masih banyak alat musik tradisioanl yang digunakan. Dan alat musik tersebut kebanyakan terbuat dari bambu, dan cara

memainkannya pun bervariasi, ada yang dipukul dengan tangan langsung, ada juga yang dipukul menggunakan kayu.

BAB III
10 11

http://kangyogaswara.wordpress.com. 24 januari 2010 http://www.pagelaran-sunda-medal.html. 6 Januari 2010

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menerangkan tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, objek penelitian, dan tehnik pengumpulan data.

A. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran alat musik celempung di sanggar Giri Kerenceng Jawa Barat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sanggar Giri Kerenceng yang beralamat di kp. Manabaya Desa Sindang Pankuwon RT 01/05 Kec. Cimanggung Kab. Sumedang Parakan Muncang, Jawa Barat. Waktu penelitian diperkirakan mulai bulan maret sampai dengan bulan agustus 2010.

C. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang berasal dari sumber yang terpercaya secara langsung.

D. Objek Penelitian Objek penelitian yang dituju adalah masyarakat Desa Cangkuang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui 1. Observasi. Peneliti mengamati secara pasif pembelajaran alat musik celempung yang berada di Desa Cangkuang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 2. Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan yang sendiri masalah dan

pertanyaan-pertanyaan

akan

diajukan,

sedangkan

wawancara

tidak

terstruktur

sangat

berbeda

dengan

wawancara terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respon, jenis ini jauh lebih bebas iramanya. Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifatnya khas. 3. Sumber tertulis, menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah katakata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi

sumber data, bahan tanbahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilimiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

F. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan cara observasi ke tempat penelitian dan mengamati objek penelitian secara mendalam serta melakukan wawancara.

G. Teknik Analisis Data 1. Reduksi Data, adalah cara memformulasikan teori ke dalam seperangkat konsep yang tinggi tingkatan abstaraknya atas dasar keragaman dan seperangkat kategori dan

kawasannya. Hal itu membatasi peristilahan dan urainnya. 2. Penyajian / Pemaparan Data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian, akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarakan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. 3. Penarikan Kesimpulan, kesimpulan-kesimpulan final

mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan,

pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, tetapi seringkali

kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya secara induktif. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi

selama penelitian berlangsung.12


12

Mathew B. Miles, A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 1992. Hlm. 17

H. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pebanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan membedakan melalui empat sumber macam lainnya. triangulasi Denzin sebagai (1978) teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Teknik triangulasi digunakan untuk memeriksa

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data tersebut untuk keperluan data pengecekan tersebut. atau sebagai

perbandingan

terhadap

Untuk

memperoleh

keabsahan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu dengan cara membandingkan dan mengecek data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara pada para pamain di tempat penelitian dan di luar tempat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo. Hamalik, Oemar. 1990. perencanaan Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Jamalus, 1998. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Depdikbud. J.W.M., Bakker. SJ. 1984. Filsafat kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. N.K., Roestiyah. 1986. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: PT Bina Aksara. Semiawan, Coni. 1985. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia. Uzer Usman, Moh. 1999. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT

Remaja Ros Karya. http://kangyogaswara.wordpress.com. 24 januari 2010 http://www.pagelaran-sunda-medal.html. 6 Januari 2010

You might also like