You are on page 1of 31

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah masalah utama setiap warga yang menginginkan kemajuan bangsa, karena pendidikan bukan sekedar menyebarkan kebudayaan dan mewariskan ilmu dan generasi ke genarasi saja, akan tetapi diharapkan mampu mengubah dan mengembangkan pengetahuan. Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan (Mansur, 2007: 1). Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu, harus ada sumber dan pedoman yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut. Nabi Muhammad SAW telah menerapkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya bahwa sumber ajaran Islam adalah AlQuran dan As-Sunah. Keduanya menjadi acuan untuk konstruksi kedepan sekaligus menjadi pembeda antara yang haq dan batil. Al-Quran bagi umat Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan A1-Quran harus ditanamkan sejak usia dini dengan membaca, menghayati dan memahaminya, kemudian mengaplikasikan pada aktivitas keseharian, sehingga terwujud kehidupan yang khasanah. Tetapi, ironisnya sebagian umat Islam tidak memiliki perhatian terhadap pelajaran membaca A1-Quran sejak usia dini, sehingga banyak anak-

anak Islam, remaja dan pemuda bahkan orang tua ada yang belum mampu membaca Al-Quran. Padahal Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Sebaik-baik kalian adalah yang mempelqjari Quran dan mengamalkannya (HR. Al-Bukhori) (imam Nawawi, 1999: 116) Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi yang terakhir ini memiliki berbagai ciri khas dan sifat tersendiri. Salah satunya adalah bahwa ia merupakan salah satu kitab suci yang dijamin keaslian oleh Allah SWT, dan sejak diturunkan sampai sekarang bahkan sampai hari kiamat. Ini ditegaskan dalam Al-Quran. Allah berfirman:

Artinya: Sesungguhnya kami-lah yang menuninkan Al-Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya(QS. Al-Hijr: 9) (Depag, 1995:391) Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-Quran selama-lamanya. Walaupun demikian umat Islam harus tetap berkewajiban untuk menjaga kemurnian Al-Quran. Di antara upaya untuk menjaga kemurnian AlQuran adalah dengan cara membaca dan menghafalnya, sebagaimana yang pernah ditempuh oleh para sahabat Nabi. Urusan yang mulia tersebut dilakukan oleh pesantren dan juga Lembaga Pendidikan Islam, baik yang formal ataupun non-formal. Ini semakin penting, apalagi di masa sekarang di mana kondisi masyarakat yang semakin jarang mengamalkan nilai-nilai Al-Quran. Sehingga

pesantren dan lembaga pendidikan Islam memegang peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai keislaman kepada pemeluknya. Pengajaran Al-Quran pada anak merupakan dasar pendidikan Islam pertama yang harus diajarkan. Ketika anak masih berjalan pada fitrohnya, yaitu jalan yang terbuka untuk mendapatkan cahaya hikmah yang terpendam didalam A1-Quran, itu akan lebih mudah dalam menerima dan memahami isi Al-Quran. Karena pada usia ini anak masih dalam masa pertumbuhan baik fisik maupun kecerdasannya. Setelah mengetahui pentingnya mempelajari Al-Quran maka dalam menentukan model dan metode pembelajaran harus tepat karena dengan model dan metode pembelajaran yang baik, siswa akan lebih mudah dalam memahami materi dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, serta karakteristik siswa yang senang terhadap pembelajaran yang menarik, menyenangkan. mengajaknya untuk aktif bergerak baik mental maupun fisik, sehingga pembelajaran tidak membosankan. Kemampuan profesional seorang guru teruji oleh kemampuan menguasai berbagai macam model dan metode pembelajaran. Dalam model pembelajaran klasikal gum dapat menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Dengan berbagai macam metode yang digunakan akan mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Mengingat penggunaan model dan metode pembelajaran dalam proses pengajaran membaca Al-Quran sangat penting, maka di MIN Mila dalam pengajarannya menerapkan model pembelajaran klasikal. Ini dikarenakan

banyaknya siswa Di MIN Mila yang belum bisa membaca Al-Quran dengan benar dan terbatasnya waktu yang diberikan serta sedikitnya guru yang mengajar baca AI-Quran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai seorang individu, itu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sangat penting sekali dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi yang sebaik-baiknya. Sedangkan, obyek penelitian dalam skripsi ini adalah siswa di MIN Mila Kabupaten Pidie. Adapun pemilihan di MIN Mila karena berdasarkan observasi, diskusi dan wawancara, di dalam kurikulum sekolah ini terdapat mata pelajaran membaca Al-.Quran dan dalam proses pengajaran membaca Al-Quran para guru telah menerapkan model pembelajaran klasikal. Dari segi kualitasnya, MIN Mila ini menerapkan sistem full day school memadukan antara kurikulum pendidikan pesantren dengan kurikulum pendidikan konvensional dan salah satu materi unggulannya adalah Tahfidzul Qurn. Melihat uraian latar belakang di atas, mendorong penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi skripsi dengan judul: Strategi Guru Agama Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membaca A1-Quran Di MIN Mila Kabupaten Pidie 2009/2010.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah a. Bagaimana bentuk strategi yang digunakan guru agama dalam

meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca A1-Quran di MIN Mila. b. Metode apa saja yang digunakan guru dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam membaca A1-Quran di MIN Mila. c. Hambatan apa saja yang dihadapi guru dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam membaca A1-Quran di MIN Mila.

C. Penjelasan Untuk menghindari berbagai penafsiran judul di atas, maka terlebih dahulu penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi di atas. 1. Strategi Strategi adalah semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan1. Menurut Ramly Maha dalam bukunya perencanaan pembelajaran sistem pendidikan Agama Islam, memberi makna strategi bagaimana menata potensi dan sumber daya agar memperoleh hasil pembelajaran secara efisien sesuia dengan rancangan.2

Sudjana, Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif (Bandung: Falah Production, 2001), hal. 193 2 Ramly Maha, Perancangan Sistem Pembelajaran PAI/ Desain Instruksional, (Banda Aceh: IAIN AR-raniry, 2000), hal. 150

2.

Guru Agama Guru agama sesosok peranan Bangsa yang kuat terlahir dan

masyarakat yang sehat, masyarakat yang sehat tercipta dari rakyat yang cerdas, rakyat yang cerdas terbentuk dari kepribadian yang mulia, yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi, ilmu pengetahuan dan rnenguasai teknologi yang memadai, semangat dan keterampilan yang profesional, juga memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tidak diragukan. Semua karakteristik tersebut wajib dimiliki oleh seorang Guru agama yang bernotaben digugu dan ditiru yang ucapannya menjadi ilmu dan pnilakunya melahirkan tuntunan yang dapat ditiru hingga didikannya menjadikan kita selamat di dunia dan di akhirat.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim : 6) Guru berkedudukan sebagai tenaga fungsional edukatif yang berada pada garis terdepan (Garda Bangsa) yang bertugas untuk menjalankan / mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan bangsa yaitu menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar.3 Guru
3

(Fuad Ihsan, 1995: 112)

boleh diibaratkan sebagai lilin yang menyinarkan hidup pelajar. Namun, sebagai guru, kita harus peka terhadap perubahan yang berlaku dalam pendidikan. Guru sebagaimana ditakrif oleh Iman Al-Ghazali sebagai seseorang yang menyampaikan sesuatu yang baik, positif, kreatif atau membina kepada seseorang yang berkemampuan tanpa mengira peringkat umur walau terpaksa melalui dengan berbagai cara dan kaedah sekali pun tanpa mengharapkan sebarang ganjaran.4 Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara professional, dalam arti harus dilakukan secara benar. Itu hanya dilakukan oleh orang yang ahli. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancurannya5 Profesionahisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional yaitu orang yang memiliki profesi.6 lalu apa profesi itu? Menurut Mukhtar Lutfi dari Universitas Riau.7 Seseorang guru agama memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria berikut ini.: 1. Profesi harus mengandung keahlian. Artinya, suatu profesi

harus ditandai dengan suatu keahlian yang khusus yang diperoleh dengan cara mempelajarinya secara khusus.

4 5

(Haid Fahmy Zarkasyi, 1999), Hal. 67 (Ahmad Tafsir dkk, 2009), Hal. 7 6 (Ahmad Tafsir dkk, 2009), Hal. 1 7 Mimbar, 3, 1984 : 44)

2.

Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dipilih karena

dirasakan sebagai kewajiban. 3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal,

artinya profesi itu dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya terbuka. 4. 5. Profesi adalah untuk masyarakat. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan

kompetensi aplikasi. 6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan

tugas profesinya. 7. profesi. 8. Profesi harus memiliki klien yang jelas, yaitu orang yang Profesi memiliki kode etik yang biasa disebut kode etik

mcmbutuhkan layanan. 3. Membaca Al-Quran Membaca adalah melihat serta memahami isi dan apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya didalam hati (Depdiknas, 1991:72). Al-Quran secara bahasa berasal dan kata dan wazn masdarnya dan

yang berarti bacaan (Mahmud Yunus, 1989: 335).

Adapun secara istilah adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman (Inu Kencana SyafiI, 2000:1).

Membaca Al-Quran disini adalah salah satu bagian mata pelajaran yang ada di Di MIN Mila yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik supaya mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan kandungan Al-Quran. Dengan demikian yang dimaksud judul di atas adalah model pembelajaran klasikal yang mengajak siswa untuk belajar bersama-sama di dalam kelas dan saling bekerja sama dalam proses pembelajaran sehingga nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan tujuan pengajaran dapat tercapai. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan atau aktivitas yang disadari pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah; a. Untuk mengetahui beberapa strategi apa yang digunakan

guru agama dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Alquran di MIN Mila. b. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan guru agama

dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran di MIN Mila. c. Untuk mengetahui hamabatan yang dihadapi guru agama

dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran di MIN Mila. 2. Manfaat Penelitian

10

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi para pendidik (guru) Di MIN Mila dapat mengetahui

hasil penelitian. Dengannya dapat menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca AlQuran. b. Menambah wawasan guru tentang pentingnya pemahaman

Al-Quran bagi siswa di MIN Mila. c. guru. Dapat mencari solusi dan hambatan-hambata yang dihadapi

E. Postulat dan Hipotesis Postulat adalah rumusan teoritis yang dijadikan landasan bagi suatu penelitian ilmiah dan tidak perlu dibuktikan kebenarannya. Sedangkan hipotesis alaha pernyataan yang kebenaraimya masih perlu dibuktikan melalui surat penelitian.8 Berdasarkan pengertian diatas maka yang menjadi postulat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Al-Quran merupakan sebuah firman/ petunjuk dari

Allah yang harus oleh setiap muslim. 2. Didalam meningkatkan kemampuan siswa dalam

membaca Al-quran di MIN Mila adalah guru merupakan faktor utama. Sedangkan yang menjadi hipotesis adalah :
8

Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah Metodik Teknik, (Bandung: Tariso, 1942), hal. 107

11

1.

Guru agama di MIN Mila masih kurang maksimal dalam

menjalankan strategi pembelajaran meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran. 2. 3. Materi pembelajaran agama telah mencapai kurikulum. Tidak ada hambatan sama sekali dalam proses meningkatkan

kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran.

12

13

14

15

16

17

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinva. Surat Al-Ankabut ayat 45

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan Surat al Muzammil ayat 20

18

Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

19

karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan ayat-ayat tersebut diatas, dapat difahami bahwa ajaran Al-Quran memberi kelonggaran pada umat manusia untuk belajar sesuai dengan individu. Sehingga bagi tingkat kecerdasan rendah, selayaknya diberikan metode yang mudah untuk dicerna oleh mereka. Begitu sebaliknya bagi yang mempunyai kecerdasan yang tinggi, harus diberikan teknis atau metode yang sama, tetapi dalam porsi yang berbeda, karena mereka cenderung cepat menguasai materi yang diberikan oleh guru. Implementasi yang kedua adalah tahap pelaksanaan. Dari pengamatan peneliti, tahap ini adalah tahap berlangsungnya pelaksanaan metode Jibril, di mana para siswa menghafal lima ayat-lima ayat setelah dirasa yakin maka ia menunggu secara bergantian menyetorkan hafalan langsung kepada ustadz baik tambahan atau hafalan deresan. Sebagaimana hasil pengamatan peneliti, untuk setoran deresan, diwajibkan bagi semua siswa setor seperempat juz setiap pertemuan. Setoran murojaah dilaksanakan dua kali sehari. Adapun waktu pelaksanaan setoran murojaah ini adalah setiap jam terakhir pelajaran. 2). Dasar yang bersumber dari Hadist

20

Dari beberapa hadist tersebut diatas, jelaslah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis Al-Quran dan diteruskan dengan berbagai ilmu pengetahuan. Islam disamping menekankan umatnya untuk belajar, juga menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Jadi Islam mewajibkan umatnya belajar dan mengajar. Menurut pendapat Zuhairini, melakukan proses belajar mengajar adalah: Bersifat manusiawi yakni sesuai dengan kemanusiannya, sebagai mahluk homo educendus, dalam arti manusia itu sebagai mahluk yang dapat didik dan dapat mendidik. Sehingga tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak mempelajari AIQuran, sebab A1-Quran adalah Kalamullah yang Qadim yang berlaku sepanjang masa sebagai salah satu pendidik yang utama dan pertama yang harus diberikan pada anak. 3). Dasar dai Fatwa Ulama Ibnu Khaldun dalam muqadimah-nya menjelaskan bahwa pembelajaran Al-Quran merupakan pondasi utama bagi pengajaran seluruh kurikulum, sebab Al-Quran merupakan salah satu syiar agama yang menguatkan aqidah dan mengkokohkan keimanan. Sedangkan Ibnu Sina dalam Al-Siyasah menasehatkan agar dalam mengajar anak dimulai dengan pembelajaran Al-Quran. Demikian pula yang diwasiatkan oleh Al-Ghozali, yaitu supaya anak-anak diajarkan Al-Quran, sejarah kehidupan orang-orang besar (terdahulu ) kemudian beberapa hukum agama dan sajak yang tidak menyebut soal cinta dan pelakunya.

21

Dari ketiga pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran A1-Quran hendaklah dijadikan prioritas utama diajarkan kepada anak. Lisan seseorang yang sudah mampu dan terbiasa membaca dengan baik dan benar, akan menjadikan A1-Quran sebagai bacaan sehari-hari, dengan demikian seseorang tersebut akan dapat memahami makna dan isi kandungan ayat-ayat A1Quran dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidupnya, sehingga secara tidak langsung dapat menanamkan aqidah yang kokoh dalam hatinya.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, ada beberapa faktor yang diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, diantaranya: a). Faktor Tujuan Mengingat metode itu fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Maka dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. b). Faktor Guru Guru sebagai pelaksana pembelajaran, sekalipun berorientasi pada peserta didik, pemilihan metode tidak boleh mengabaikan kompetensi guru itu sendiri, terutama yang berhubungan dengan materi pelajaran, sebab guru yang tidak biasa menguasai teknik pelaksanannya, suatu metode yang dianggap baik pun akan gagal. c). Faktor Murid

22

Dalam proses belajar-mengajar, peserta didik merupakan unsur yang harus diperhatikan, karena mereka adalah objek pertama dalam proses belajar mengajar. Untuk itu pemilihan metode mengajar harus memperhatikan keadaan peserta didik, baik tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berpikirnya.

d).

Faktor Situasi Diantara keadaan-keadaan itu ada yang diperhitungkan dan ada

yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Sekalipun pada umumnya dalam menetapkan suatu metode senantiasa yang dianggap terbaik dan diperkirakan memenuhi segala perhitungan. terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan karena perubahan yang secara tiba-tiba, diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera, mengenai cara-cara untuk mengenai cara-cara untuk metode yang dipakai. e). Faktor Fasilitas Segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau

memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Demikian beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran, jika ingin nilal pembelajarannya efektif, dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

C. Beberapa Metode Pembelajaran Al-Quran

23

Dalam pembelajaran membaca Al-Quran sampai saat ini masih dikenal adanya beberapa metode membaca Al-Quran seperti yang dikemukakan oleh M.Satiri Ahmad, Sebagai berikut: a). Metode Sinetik

Yaitu pengajaran membaca dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah menurut urutanya, yaitu dari Alif, Ba, Ta, sampai Ya, Kemudian dikenalkan dengan huruf Hijiyah secara terpisah, lalu dirangkaikan dengan suatu ayat, contoh: Alif fathah Aa, Alif kasrah Li, Alif dlammah Uu A,I,U dan seterusnya. Kelemahan metode ini adalah belajar membaca Al-Quran memerlukan waktu yang relatif lama, sedangkan kelebihan dari metode ini adalah siswa dapat mengenal huruf dan dihafalkan secara alfabet, sekaligus dengan mengenal tulisanya. Perhatian siswa tertuju pada hurufhuruf yang berbentuk kalimat. Metode ini sangat membantu bagi murid yang kurang cerdas dan bagi guru yang belum berpengalaman. b). Metode Bunyi

Metode mi mulal mengeja bunyi-bunyi hurufnya, bukan nama-nama huruf seperti di atas, contoh: Aa, Ba, Ta., Tsa, dan seterusnya. Dan bunyi ini tersunsun yang kemudian menjadi kata yang teratur. Kelebihan dari metode ini adalah membangkitkan semangat belajar siswa dalam membaca, sehingga dapat dicapai pembelajaran yang lebih banyak namun metode ini kurang efektif untuk diajarkan kepada siswa dalam belajar membaca Al-Quran secara baik dan benar. c). Metode Meniru

24

Metode inni sebagai pengembangan dari metode bunyi, metode ini merupakan pengajaran dari lisan ke lisan, yaitu siswa mengikuti bacaaan ustadz sampai hafal. Setelah itu baru diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca atau harakat dan kata-kata atau kalimat yang dibacanya. Kelebihan metode ini adalah sesuai dengan prinsip pendidikan yang mengatakan bahwa belajar dari yang telah diketahui dari yang mudah sampai yang sesukar mungkin. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah ustadz harus mengulang bacaan beberapa kali dalam batas tertentu, jika tidak maka siswa akan mudah lupa. d). Metode Campuran

Metode Campuran merupakan perpaduan antara metode sintetik, metode bunyi, metode meniru. Metode ini untuk melengkapi kekurangankekurangan yang terdapat dalam metode pembelajaran Al-Quran sebelumya. Dalam metode campuran, seorang ustad diharapkan mampu mengambil kebijaksanaan dalam mengajarkan membaca Al-Quran dengan mengambil kelebihan-kelebihan dari metode-metode diatas, kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sekarang.

D. Metode-Metode Dalam Pembelajaran Al-Quran Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran Agama Islam. antara lain9: a.Metode Pembiasaan

Armai Arief. Op.cit, Hal.110 - 200

25

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran Agama Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam. b. Metode Keteladanan Keteladanan dalam bahasa Arab disebut uswah, iswah atau qudwah, qidwah yang berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secara psikologi, anak didik meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk diantaranya adalah para pendidik. c.Metode Pemberian Ganjaran Ganjaran (tsawab) adalah penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas prestasi, ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif. Disamping juga dapat menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya, baik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik. d. Metode Pemberian Hukuman Berbeda dengan ganjaran, pemberian hukum (iqab) haruslah ditempuh sebagai jalan terakhir dalam proses pendidikan. Seorang

26

pendidik yang bijaksana tidak seenaknya mengaplikasikan hukuman fisik kepada anak didiknya kecuali hanya sekedarnya saja dan sesuai dengan kebutuhan. e.Metode Ceramah Metode ceramah dapat diartikan sebagai suatu metode di dalam proses belajar-mengajar, dimana cara menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik adalah dengan penurunan/ lisan. f. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian materi pelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. g. Metode Diskusi Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar. Metode ini bila digunakan dalam PBM akan dapat merangsang murid untuk berfikir sistematis, kritis dan bersikap demokratis dalam menyumbangkan pikiranpikirannya untuk memecahkan sebuah masalah. h. Metode Sorongan Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang Siswa berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya. i. Metode Drill/Latihan

27

Metode Drill adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus-menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan. j. Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok baik kecil maupun kelompok besar. Selain metode-metode yang telah dijelaskan diatas, menurut Ahsin, metode yang sering digunakan dalam pembelajaran hifzhul Quran terdiri dari10 k. Metode Gabungan Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah (manulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagal uji coba terhadap ayatayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini setelah penghafal selesai menghafal ayat yang dihafalnya. kemudian ia mencoba menulisnya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula. Setelah ia telah mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia melanjutkan kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal belum mampu, mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai nilai hafalan yang valid.
10

Ahsin W. Ai-Hafizh. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an (Jakarta: Bumi Aksara, 2005). hlm. 63-66

28

E. Tinjauan Tentang Metode Jibril 1. Metode Jibril a. b. Pengertian Metode Jibril Metode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa yunani

metodos kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan11. Dalam kamus bahasa indonesia metode adalah cara yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat di pahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran12. Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang di gunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran13. Pada dasarnya, terminologi (istilah) metode Jibril yang digunakan sebagai nama dan metode pembelajaran Al-Quran yang diterapkan di Pesantren ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari Malang, adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Quran yang telah dibacakan oleh malaikat
11 12

13

Muhmad Arifin. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996). hlm: 61 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, l995), hal: 52 Saipul Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2002), hIm: 178

29

Jibril, sebagai penyampai wahyu Allah SWT berfirman :

Artinya: Apabila telah selesai kami baca (Yakni Jibril membacanya) maka ikutilah bacaannya itu . (Q.S. Al-Qiyamah: 18) Berdasarkan ayat diatas, maka intisari teknik dan Metode Jibril adalah taqlid-taqlid (menirukan), yaitu Siswa menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian metode Jibril bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran. Selain itu praktek Malaikat Jibril dalam membacakan ayat kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan tartil (berdasarkan tajwid yang baik dan benar). Karena itu, metode Jibril juga diilhami oleh kewajiban membaca Al-Quran secara tartil, Allah SWT berfirman:

Artinya : ...Dan bacalah (olehmu) Al-Quran dengan tartil.(QS. Muzammil : 4) Dan metode Jibril juga diilhami oleh peristiwa turunnya wahyu secara bertahap yang memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menghafalnya didalamnya.14 Adapun landasan yang dipakai selain di A1-Quran Surat Muzammil ayat 4 juga Hadist Riwayat Ibnu Asakir
14

dan

memaknai

makna-makna

yang

terkandung

Ahsin W. AI-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.6-7.

30

Artinya: Abu Said al-Khudri mengajarkan Al-Quran kepada kami, lima ayat di waktu pagi dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa jibril menurunkan Al-Quran lima ayat-ayat.

Dan juga ada Had is Riwayat Baihaqi

Artinya: Pelajarilah Al-Quran lima ayat demi lima ayat, karena Jibril menurunkan Al-Quran kepada Nabi SAW. Lima ayat demi lima ayat Metode menghafal Al-Quran melalui cara diatas yakni dengan cara menghafal Al-Quran lima ayat demi lima ayat juga diterapkan di MIN Mila. Di dalam metode Jibril, tujuan intraksional umum pembelajaran Al-Quran adalah Siswa membaca Al-Quran dengan tartil sesuai dengan perintah Allah SWT. Indikasinya siswa mampu menguasal ilmu-ilmu tajwid baik secara praktis maupun teoritis pada saat ia membaca A1Quran dengan demikian, metode Jibril berupaya mencetak generasi Qurani yang selalu mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.

31

Melalui metode Jibril inilah nantinya menghafal Al-Quran bisa berjalan secara efektif, sehingga terwujudlah hasil yang diinginkan yaitu menjadi insan Qurani, bisa menghafalnya dengan baik dan benar

You might also like