You are on page 1of 12

HADIS MAUDHU`

(Untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah studi Hadis)


Dosen Pengampu:
Husnul Haq, Lc. M.A.

Oleh:
Nurul Hidayati (08630042)
Irawati(08630068)


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010
KATA PENGANTAR

Puii syukur al-hamdulillah, kami ucapkan atas karunia dan nikmat Allah SWT sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas makalah kelompok dengan iudul Hadis Maudhu` ini untuk
melengkapi tugas kelompok mata kuliah studi al Hadis.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Husnul Haq, Lc. M.A. yang telah
memberikan bimbingan dan bekal untuk menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih
iuga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan
makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa kami adalah manusia biasa yang iauh dari kesempurnaan.
Begitu iuga dengan karya kami ini yang iuga iauh dari kesempurnaan. Oleh karena kami
mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan-perbaikan dimasa yang akan
datang dan semoga kita senantiasa mendapat petuniuk dan pertolongan Allah SWT.
Sekian, wallahul muwaIIiq ilaa aqwamitthariq, wassalamu`alaikum wr. wb.

Malang, 12 Rabi`ul Awal 1431 H
26 Februari 2010 M

Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tuiuan 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Macam-macam Hadis Maudhu`
C. Seiarah Awal Teriadinya Hadis Maudhu`
D. Sebab-sebab Teriadinya Hadis Maudhu`
1. Faktor Politik
2. Dendam Musuh Islam
3. Fanatisme Kabilah, Negeri atau Pimpinan
4. Qashsash(Tukang Cerita)
5. Mendekatkan dengan Kebodohan
6. Meniilat Penguasa
7. Perbedaan(KhilaIiyyah) dalam Madzhab
E. Hukum Meriwayatkan Hadis Maudhu`
F. Tanda-tanda Hadis Maudhu`
1. Tanda-tanda Maudhu` pada Sanad
2. Tanda-tanda Maudhu` pada Matan
G. Usaha Para Ulama dalam Menanggulangi Hadis Maudhu`
1. Memelihara Sanad Hadis
2. Meningkatkan Kesungguhan Penelitian
3. Mengisolir Para Pendusta Hadis
4. Menerangkan Keadaan Para Perawi
5. Memberikan Kaidah-kaidah Hadis
H. Para Pendusta dan Kitab-kitab Hadis Maudhu`
1. Para Pendusta Dalam Hadis
2. KItab-kitab TaIsir
3. KItab-kitab Maudhu` yang Terkenal
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belaakang
B. Rumusan Masalah
C. Tuiuan


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata maudhu` dari akar kata - - - ' - + - - ~ diletakkan, dibiarkan, digugurkan,
ditinggalkan, dan dibuat-buat.
Adapun pengertiannya manurut etimologi maudhu` berbentuk isim maI`ul dari kalimat ' -
.~ ' searti dengan kata ' == yang berarti menurunkan nilai(harga) sesuatu. Dikatakan
demikian karena turun martabatnya.
Dalam istilah, maudhu` adalah:
'~ ~ - . ' . ~ . - ' - = ~ ' ` = ' ' ~ ' ~ ~ -- ' - - ' - - -
Sesuatu yang disandarkan kepada Rasul saw. Secara mengada-ada dan bohong dari apa yang
tidak dikatakan beliau atau tidak dilakukan dan atau tidak disetuiuinya.
Sebagian ulama mengartikannya:
= ~' - - -- ~' - ~ ~' . = . ~ ' - = ~
Hadis yang diada-adakan, dibuat dan didustakan seseorang pada Rasulullah saw.
Hadis mawdhu` sebenarnya adalah ungkapan seseorang yang disandarkan kepada Nabi secara
dusta. Ungkapan tersebut tidak terkait sama sekali dengan Nabi. Adapun penggunaan istilah
hadis` melihat dari motiI pemalsunya. Pemalsu hadis membuat satu ungkapan yang
kemudian ungkapan tersebut dikatakan sebagai hadis, dengan tuiuan agar orang yang
mendengar mau mengikuti kehendaknya.
Hadis maudhu` merupakan hadis yang paling buruk kualitasnya, karena ia merupakan hadis
palsu yang sama sekali tidak dikatakan oleh Nabi. Di sisi lain, hadis ienis akan berdampak
Iatal dalam agama. Selain merusak aiaran-aiaran agama, dengan memasukkan pernyataan-
pernyataan yang tidak diaiarkan dalam agama, dia iuga meracuni keyakinan cara berpikir
pemeluknya.

B. Macam-macam Hadis Maudhu`
Adapun hadis maudhu` itu ada beberapa macam, yaitu:
1. Seseorang mengatakan sesuatu, yang sebenarnya keluar dari dirinya sendiri, kemudian dia
meriwayatkannya dengan menghubungkannya kepada Rasulullah saw.
2. Seseorang mengambil perkataan dari sebagian ahli Iiqh atau lainnya, kemudian dia
menghubungkkannya kepaada Nabi saw.
3. Seseorang melakukan kesalahan dalam meriwayatkan suatu hadis dengan tidak ada unsur
kesengaiaan mendustakan kepada Nabi saw, sehingga riwayatnya itu meniadi maudhu`
seperti peristiwa yang teriaddi pada Habib bin Musa Al-Zahid dalam hadis:
. ~ ` ' .- ' . ~ = = + ' + -'
Barangsiapa banyak shalatnya di malam hari waiahnya indah berseri di siang hari.
4. Seseorang melakukan kesalahan dalam memberi hukum maudhu` terhadap suatu hadis
secara terbatas, tetapi sebenarnya riwayat itu shahih dari selain Nabi saw. Yang adakalanya
dari sahabat, tabi`in atau orang-orang yang datang sesudahnya, sehingga orang yang
melakukannya memperoleh teguran salah atau keliru dalam menganggap hadis itu marIu`.
Akan tetapi, iika seseorang itu memasukkan riwayat yang demikian ke dalam klasiIikasi
hadis maudhu`, maka dia adalah salah, sebab ada perbedaan antara hadis maudhu dengan
hadis mauquI.
C. Seiarah Awal Teriadinya Hadis Maudhu`
Seiak masa Nabi dan masa khulaIaurrasyidin atau sebelum teriadi konIlik antara kelompok
pendukung Ali dan Muawiyah hadis Nabi masih bersih dan murni, tidak teriadi penbauran
dengan kebohongan dan perubahan.
Awal teriadinya hadis maudhu` dalam seiarah muncul setelah teriadinya konIlik antar elit
politik dan antara dua pendukung Ali dan Mu`awiyah, umat Islam terpecah meniadi 3
kelompok, yaitu Syi`ah, Khawarii dan Jumhur Muslimin atau Sunni. Masing-masing
mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar sesuai dengan iitihad mereka, masing-
masing ingin mempertahankan kelompoknya dan mencari simpatisan masa yang lebih besar
dengan cara mencari dalil dari Al Qur`an dan hadis Rasulullah. Jika tidak didapatkan ayat
atau hadis yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba menta`wilkan dan memberikan
interpretasi yang terkadang tidak layak.
Ketika mereka tidak menemukan ayat-ayat Al Qur`an atau hadis yang mendukung tuiuan
partainya, sementara penghaIal Al Qur`an dan hadis masih banyak, maka sebagian mereka
membuat hadis palsu(maudhu`) seperti hadis-hadis tentang keutamaan para khaliIah,
pimpinan kelompok dan aliran-aliran dalam agama. Pada masa ini tercatat dalam seiarah
masa awal teriadinya hadis maudhu` yang lebih disebabkan oleh situasi politik. Namun, yang
perlu diketahui pada masa ini hanya sedikit iumlah hadis maudhu` karena Iaktor penyebabnya
tidak banyak. Mayoritas Iaktor penyebab timbulnya hadis maudhu` adalah karena tersebarnya
bid`ah dan Iitnah. Sementara para sahabat iustru meniauhkan dari itu.
Para pembuat hadis palsu terbagi ke dalam beberapa bagian. Yang paling berbahaya adalah
mereka yang mengaIiliasikan dirinya ke dalam kelompok orang-orang yang zuhud. Mereka
menduga akan mendapat pahala dengan membuat hadis maudhu` itu Akhirnya hadis maudhu`
yang dibuat mereka diterima begitu saia oleh orang-orang yang percaya dengan mereka.
Aliran teologi karramiyyah iuga membolehkan membuat hadis maudhu` yang digunakan
untuk mendorong orang lain agar beramal saleh(targhib) dan memberi ancaman untuk tidak
melakukan perbuatan yang tercela(tarhib).

D. Sebab-sebab Teriadinya Hadis Maudhu`
Ada beberapa Iaktor yang meniadi menyebab teriadinya hadis maudhu` yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Politik
Sebagaimana keterangan di atas bahwa awal hadis maudhu` ditimbulkan akibat dampak
konIlik internal antar umat Islam awal yang kemudian meniadi terpecah ke beberapa sekte.
Dalam seiarah, sekte pertama yang menciptakan hadis maudhu` adalah syi`ah. Hal ini diakui
oleh orang Syi`ah sendiri, misalnya seperti kata Ibnu Abu Al-Hadid dalam Syarah Nahiu Al-
Balaghah, bahwa asal-usul kebohongan dalam hadis-haddis tentang keutamaan adalah sekte
Syi`ah, mereka membuat beberapa hadis maudhu` untuk memusuhi lawan politiknya. Setelah
hal itu diketahui oleh kelompok Bakariyah, merekapun membalasnya dengan membuat hadis
maudhu` pula.
Di antara kepentingan Syi`ah dalam membuat hadis maudhu` adalah menetapkan wasiat Nabi
bahwa Ali orang yang paling berhak meniadi khaliIah setelah beliau dan meniatuhkan lawan-
lawan politik yaitu Abu Bakar, Umar dan lain-lain. Misalnya:
. - - ~ ~ . -- = . . - - = . ~ - = . ~ = .
Wasiatku, tepat rahasiaku,, khaliIahku pada keluargaku dan sebaik orang yang meniadi
khaliIah setelahku adalah Ali.
Contoh lain:
' - . = . ' - = = = - ~ =- ~ ' = - = -~ . = ~ = - ~
Hai Ali! Sesungguhnya Allah mengampunimu, anak keturunanmu, kedua orangtuamu dan
orang-orang yang menghidupkan Syi`ahmu.
Kemudian dibalas oleh sekte Sunni, dengan hadis yang di-maudhu`-kan pada Abdullah bi
Abu AuIa berkata: Aku melihat Nabi duduk bersandar pada Ali kemudian Abu Bakar dan
Umar datang, maka Nabi bersabda:
. ~ = ' ' - ' ~ + = ' ~ + = . =~ - ='
Hai Abu Al-Hasan! Cintai mereka, maka dengan mencintai mereka engkau masuk surga.
Sekte Khawarii lebih bersih dari pe-maudhu`-an hadis, karena menurut mereka bohong
termasuk dosa besar dan pelaku dosa besar dihukumi kaIir. Oleh karena itu, mereka yang
paling bersih dalam periwayatan hadis. Sebagaimana kata Abu Daud: 'Tidak ada di antara
kelompok hawa naIsu yang lebih shahih hadisnya dari pada Khawarii.

2. Dendam Musuh Islam
Setelah Islam merontokkan dua Negara super power yakni Keraiaan Romawi dan Persia.
Islam tersebar ke seluruh peniuru dunia, sementara musuh-musuh Islam tersebut tidak
mampu melawannya secara terang-terangan, maka mereka meracuni Islam melalui aiarannya
dengan memasukkan beberapa hadis maudhu` ke dalamnya yang dilakukan oleh kaum zindiq.
Kaum zindiq, yaitu mereka yang berpaham atheis namun berkedok Islam padahal dalam
hatinya terdapat kedengkian dan permusuhan terhadap Islam dan muslimin. Hal ini dilakukan
agar umat Islam lari dari padanya dan agar mereka melihat bahwa aiaran-aiaran Islam itu
meniiiikkan. Misalnya apa yang diriwayatkan mereka:
. ' ' - - . ~ ~ + -' ' . ~ ' . - ' = - ~ ' ' - : . ~ . ~= - . ' .' - : ~= ' +' ' + - - = ~' . ' .
-' ~ ~' . ~ + = ' ~ +~ - = - . ~ ' . - ' - = ~
Bahwa segolongan orang Yahudi datang kepada Rasulullah saw. bertanya: Siapakah yang
memikul arsy? Nabi meniawab: yang memikulnya adalah singa-singa dengan tanduknya
sedangkan bimasakti di langit keringat mereka. Mereka meniawab: Kami bersaksi bahwa
engkau utusan Allah.
Abu Al-Qasim Al- Balkhi berkata: ' Demi Allah ini dusta,umat Islam telah iima` bahwa yang
memikul arsy adalah para malaikat. Hammad bin Zaid menerangkan bahwa orang-orang
Zindiq telah membuat maudhu` sebanyak 14.000 hadis palsu. Di antara mereka Abdul Karim
bin Abu Al-Auia yang mengaku sebelum dibunuh: ' Demi Allah aku telah membuat hadis
maudhu` sebanyak 4.000 buah, di dalamnya aku haramkan yang halal dan aku halalkan yang
haram. Ia dibunuh pada masa KhaliIah Muhammad bin Sulaiman bin Ali, Amir
Bashrah(160-173 H) masa Abbasiyah.


3. Fanatisme Kabilah, Negeri atau Pimpinan
Umat Islam pada masa sebagian Daulah Umawiyah sangat menoniol Ianatisme Arabnya
sehingga orang-orang non-arab merasa terisolasi dari pemerintahan, maka di antara mereka
ada yang ingin memantapkan posisinya dengan membuat hadis maudhu`. Misalnya seseorang
yang Ianatik pada kabilah Persia merasa bangsa Persialah yang paling baik, demikian iuga
bahasanya seraya mengatakan:
. ' .- ~ ' . = . ' - ~ ' -'
Sesungguhnya bahasa makhluk di sekitar arsy dengan bahaasa Persia.
Untuk mengimbangi hadis maudhu` di atas muncullah dari lawannya yang Ianatik bahasa
Arab:
. ' ' ' . ' - ~' -' ' .- - =' - '
Bahasa yang paling dimurkai Allah adalah bahasa Persia dan bahasa penghuni surga adalah
bahasa Arab.
Dan yang mengagung-agungkan daerah atau kota seperti:
' . -' ~ ~ . ~ . ~ ~ - =' . ' -- ~': ~ -- ~ ~' - . ~ - ~' ~~ ~

Empat kota yang merupakan kota surga di dunia ialah: Mekkah, Madinah, Baitul Maqdis dan
Damsiq.
Sedang mengagung-agungkan kepada Imam seperti:
. - . . ~ ' . = .' - - . ~ ~ = ~ .- ~ ' - ' . ~ .- ' . - . . ~ ' . = - .' - -- - = ' - -' ~ . ~ '
Akan ada di ummatku seorang yang bernama Muhammad bin Idris, ia lebih memudlaratkan
kepada ummatku dibandingkan dengan iblis dan ada di ummatku seorang yang bernama Abu
HaniIah, dia merupakan pelita ummatku.

4. Qashsash(Tukang Cerita)
Sebagian qashshash(ahli cerita atau ahli dongeng) ingin menarik perhatian para pendengarnya
yaitu orang-orang awam agar banyak pendengar, penggemar dan pengundangnya dengan
memanIaatkan proIesinya itu untuk mencari uang, dengan cara memasukkan hadis maudhu`
ke dalam propagandanya. Qashshash ini popular pada abad ke-3 H yang duduk di masiid-
masiid dan pinggir-pinggir ialan, di antara mereka terdiri dari kaum Zindiq dan orang-orang
yang berpura-pura iadi orang alim. Tetapi pada tahun 279 H masa pembai`atan KhaliIah
Abbassiyah Al-Mu`tashim mereka itu dilarang berkeliaran di masiid-masiid dan di ialan-ialan
tersebut.

5. Mendekatkan dengan Kebodohan
Di antara tuiuan mereka membuat hadis maudhu` adalah agar umat cinta kebaikan dan
meniauhi kemungkaran, mencintai akhirat dan menakut-nakuti dari adzab Allah. Hal ini
teriadi pada sebagian orang bodoh dalam agama tetapi saleh dan zuhud
Mereka para pemalsu hadis iika ditanya pada umumnya meniawab:
.= - ' ~ ' - ~ - =( . = . ' .) ' ~ - ' - ~
'Kami tidak mendustakan atasnya(Rasul), sesungguhnya kami dustakan untuknya.
Jawaban ini adalah ungkapan bodoh dan konyol yang tidak peduli atas pendustaan kepada
Rasul. Padahal syariat dan hadis Raasul yang shahih sempurna tidak perlu pada pendustaan.

6. Meniilat Penguasa
Di antara mereka ada yang ingin mendekati penguasa dengan cara membuat hadis palsu yang
sesuai dengan apa yang dilakukannya untuk mencari legalitas, bahwa ungkapan itu hadis
Rasulullah.




7. Perbedaan(KhilaIiyah) dalam Madzhab
Masalah khilaIiyah baik dalam Iikih atau teologi iuga mendorong terbuatnya hadis maudhu`
yang dilakukan oleh sebagian pengikut madzhab yang Ianatik dalam madzhabnya. Misalnya:
. ~ - ~ - . - ' ' ' -
Barang siapa yang mengangkat tangannya dalam ruku`, maka tidak sah shalatnya.

E. Hukum Meriwayatkan Hadis Maudhu`
Umat Islam telah sepakat bahwa membuat hadis maudhu` hukumnya haram secara mutlak
tidak ada perbedaan antara mereka. menciptakan hadis maudhu` sama dengan mendustakan
kepada Rasulullah. Karena perkataan itu dari pencipta sendiri atau dari perkataan orang lain
kemudian diklaim Rasulullah yang menyabdakan berarti ia berdusta atas nama Rasulullah.
Orang yang melakukan hal demikian diancam dengan api neraka, sebagaimana sabda beliau:
. ~ - ~ . = ' ~ ~ ~ - - ~ - ~ . ~ -'
Barang siapa yang mendustakan dengan sengaia, maka hendak siap-siaplah tempat tinggalnya
di dalam neraka.
Sebagaimana haram membuat hadis maudhu`, para ulama iuga sepakat haram meriwayatkan
tanpa menielaskan ke-maudhu`-an atau kebohongan baik dalam targhib, tarhib, Iadha`il
a`mal, ahkam, kisah dan lain-lain. Sebagaimana hadis Nabi saw:
. ~ ~ = . - = -- ~ = . - - - ~ + = ~ .- ' ~ '
Barang siapa yang memberitakan dari padaku suatu hadis yang diketahui bahwa ia bohong,
maka ia tergolong salah seorang pembohong.(HR. Muslim)
Meriwayatkan hadis maudhu` dengan menielaskan ke-maudhu`-annya boleh saia, karena
dengan memberikan penielasan seperti ini akan dapat dibedakan dengan hadis yang benar
dari Rasul dalam rangka meniaga sunnah.

F. Tanda-tanda hadis Maudhu`
1. Tanda-tanda Maudhu` pada Sanad
a. Pengakuan Pembuatnya sendiri
Sebagaimana pengakuan Abdul Karim bin Abu Al-Auia ketika akan dihukum mati ia
mengatakan: 'Demi Allah aku palsukan padamu 4.000 buah hadis. Di dalamnya aku
haramkan yang halal dan aku halalkan yang haram. kemudian dihukum pancung lehernya
atas instruksi Muhammad bin Sulaiman bin Ali Gubernur Bashrah(160-173 H).
b. Adanya bukti(qarinah) menempati pengakuan
Seperti seseorang yang meriwayatkan hadis dengan ungkapan yang mantap serta
meyakinkan(iazam) dari seorang syaikh padahal dalam seiarah ia tidak pernah bertemu atau
dari seorang syaikh di suatu negeri yang tidak pernah berangkat ke luar atau seorang syaikh
yang telah waIat sementara ia masih kecil atau belum lahir. Untuk mengetahui ini harus
mempelaiari buku-buku Tawarikh Ar-Ruwah.
Kepalsuan hadis iuga dapat diketahui dari ungkapan perowi yang secara tidak langsung
bermakna pengakuan. Misalnya seorang perowi mengatakan telah mendengar hadis dari
seseorang padahal keduanya tidak hidup sezaman dan dia mengklaim bahwa hadis tersebut
telah diambil dari orang tersebut.
c. Adanya bukti pada keadaan perawi
Seperti yang disandarkan Al Hakim dari SaiI bin Umar Al-Tamimi, aku di sisi Sa`ad bin
ThariI, ketika anaknya pulang dari sekolah(al-kuttab) menangis, ditanya bapaknya: '
Mengapa engkau menangis? Anaknya meniawab: 'Dipukul gurunya. Lantas Sa`ad berkata:
' Sungguh saya bikin hina mereka sekarang. Memberitakan kepadaku Ikrimah dari Ibnu
Abbas secara marIu`:
' ~ ~ -' - - ' ~ + ~= - - + = = ' . = .- ~ ~'
Guru-guru anak kecilmu adalah orang yang paling ielek di antara kamu. Mereka paling
sedikit sayangnya terhadap anak yatim dan yang paling kasar terhadap orang-orang miskin.
Ibnu Ma`in berkata 'tidak halal seseorang meriwayatkan suatu hadis dari Sa`ad bin ThariI.
Ibnu Hibbban berkomentar: 'Ia memalsukan hadis. Al Hakim iuga berkata: 'Ia dituduh
sebagai zindik dan gugur dalam periwayatan.
d. Kedustaan perawi
Seorang perawi yang dikenal dusta meriwayatkan suatu hadis sendirian dan tidak ada seorang
tsiqoh yang meriwayatkannya. Apalagi kalau masalah hadis yang diriwayatkan itu
merupakan masalah yang seharusnya diketahui oleh orang banyak termasuk di dalamnya ahli
hadis yang tsiqah. Atau apa yang diriwayatkan itu bertentangan dengan riwayat orang-orang
yang tsiqah.

2. Tanda-tanda Maudhu` pada Matan
a. Lemah susunan laIal dan maknanya
Salah satu ke-maudhu`-an suatu hadis adalah lemah dari segi bahasa dan maknanya. Secara
logis tidak dibenarkan bahwa ungkapan itu datang dari Rasul. Banyak hadis-hadis paniang
yang lemah susunan bahasa dan maknanya. Seorang yang memiliki keahlian bahasa dan
sastra memiliki ketaiaman dalam memahami hadis dari Nabi atau bukan hadis mawddhu` ini
bukan bahasa Nabi yang mengandung sastra(Iashahah), karena sangat rusak susunannya.
b. Rusaknya makna
Maksud rusaknya makna karena bertentangan dengan rasio yang sehat, menyalahi kaidah
kesehatan, mendorong pelampiasan biologis seks dan lain-lain dan tidak bisa ditakwilkan.
c. Menyalahi teks Al Qur`an atau hadis mutawatir
Termasuk tanda maudhu` adalah menyalahi Al Qur`an atau hadis mutawatir dan tidak
mungkin ditakwilkan, kecuali iika dapat dikompromikan melalui tahkshish al-amm atau
taIshil al-muimal dan lain-lain sebagaimana langkah-langkah pemecahan yang telah
dilakukan ulama ushul Iikih. Contoh hadis palsu yang bertentangan ayat Al Qur`an:
~ ' - ' ' . =~ - - =' . ~ -' -
Anak zina tidak bisa masuk surge sampai tuiuh keturunan
Hadis di atas bertentangan dengan Iirman Allah swt:
' ' . =
Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemadharatannya kembali kepada dirinya
sendiri(QS. Al-An`am: 164).
d. Menyalahi realita seiarah
Misalnya hadis yang menielaskan bahwa Nabi memungut iizyah(paiak) pada penduduk
Khaibar dengan disaksikan oleh Sa`ad bin Mu`adz padahal Sa`ad telah meninggal pada masa
perang Khandaq sebelum keiadian tersebut. Jizyah disyari`atkan setelah perang Tabuk pada
Nashrani Nairan dan Yahudi Yaman.
e. Hadis sesuai dengan madzhab perawi
Misalnya, hadis yang diriwayatkan oleh Haabbah bin Juwaini, ia berkata: Saya mendengar
Ali berkata:
~ = ' ~ ~ . . - ~ - ~ = . ~ - ~ - ~ ` .~ = .- - ~ ~ .- - ~
Aku menyembah Tuhan bersama Rasuln-Nya sebelum menyembah-Nya seorang pun dari
umat ini lima atau tuiuh tahun.
Hadis ini mengkultuskan Ali sesuai dengan prinsip madzhab Syi`ah, tetapi pengkultusan itu
iuga tidak masuk akal, bagaimana Ali beribadah bersama Rasul lima atau tuiuh tahun
sebelum umat ini.

I. Mengandung pahala yang berlebihan bagi amal yang kecil
Biasanya motiI pemalsuan hadis ini disampaikan para tukang kisah yang ingin menarik
perhatian para pendengarnya atau agar menarik pendengar untuk melakukan perbuatan amal
saleh. Tetapi memang terlalu tinggi dalam membesarkan suatu amal kecil dengan pahala
yang berlebihan. Misalnya:
. ~ . - .= -' ' ~ ' ~ . == -' ` .- ~ ' - -
Barang siapa yang shalat dhuha sekian rakaat diberi pahala 70 nabi.
g. Sahabat dituduh menyembunyikan hadis
Sahabat dituduh menyembunyikan hadis dan tidak menyampaikan atau tidak meriwayatkan
kepada orang lain, padahal hadis itu secara transparan harus disampaikan Nabi saw.
Misalnya, Nabi memegang tangan Ali bin Abi Thalib di hadapan para sahabat semua,
kemudian bersabda:
' ~ - . - - . = -- =' . ~ . ~
Ini wasiatku dan saudaraku dan KhaliIah setelah aku.
Seandainya itu benar hadis dari Nabi saw tentu banyak di antara sahabat yang
meriwayatkannya, karena masalahnya adalah untuk kepentingan umum yakni kepemimpinan.
Tidak mungkin para sahabat kemudian tidak meriwayatkan iika hal itu teriadi benar pada
Rasulullah.

G. Usaha Para Ulama dalam Menanggulangi Hadis Maudhu`
1. Memelihara Sanad Hadis
Dalam rangka memelihara sunnah siapa saia yang mengaku mendapat sunnah harus disertai
dengan sanad. Jika tidak disertai sanad, maka suatu hadis tidak dapat diterima.
Keharusan sanad dalam menerima hadis bukan pada orang-orang khusus saia, bagi
masyarakat umum pun pada saat itu mengharuskan menerimanya dengan sanad. Hal ini mulai
berkembang seiak masa tabi`in, hingga merupakan suatu kewaiiban bagi ahli hadis
menerangkan sanad hadis yang ia riwayatkan.

2. Meningkatkan Kesungguhan Penelitian
Seiak masa sahabat dan tabi`in, mereka telah mengadakan penelitian dan pemeriksaan hadis
yang mereka dengar atau yang mereka terima dari sesamanya. Jka hadis yang mereka terima
itu meragukan atau datang bukan dari sahabat yang langsung terlibat dalam permasalahan
hadis, segera mereka mengadakan rihlah(perialanan) sekalipun dalam iarak iauh untuk
mengecek kebenarannya kepada para sahabat senior atau yang terlibat dalam keiadian hadis.
Mereka saling mengingatkan dan bermudzakarah bersama sahabat lain agar tidak melupakan
hadis dan mengetahui yang shahih dan tidak shahih.

3. Mengisolir Para Pendusta Hadis
Para ulama berhati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadis. Orang-orang yang dikenal
sebagai pendusta hadis diiauhi dan masyarakat pun diiauhkan dari padanya. Semua ahli ilmu
iuga menyampaikan hadis-hadis maudhu` dan pembuatnya itu kepada murid-muridnya, agar
mereka meniauhi dan tidak meriwayatkan hadis dari padanya.

4. Menerangkan Keadaan Para Perawi
Dalam membasmi hadis maudhu` para ahli hadis berusaha menelusuri seiarah kehidupan baik
mulai dari lahir hingga waIat ataupun dari segi siIat-siIat para perawi hadis, dari yang iuiur,
adil dan andal daya ingatnya dan sebaliknya, sehigga dapat dibedakan mana hadis shahih dan
mana yang tidak shahih. Mana hadis yang sesungguhnya dan yang dipalsukan. Hasil karya
mereka dihimpun dalam buku Riial Al-Hadits dan Al-Jarh wa At-Ta`dil sehingga dapat
dimanIaatkan oleh generasi ke generasi berikutnya.

5. Memberikan Kaidah-kaidah Hadis
Para ulama meletakkan dasar-dasar atau kaidah-kaidah secara metodologis tentang penelitian
hadis untuk menganalisa otentitasnya, seehingga dapat diketahui mana yang shahih, hasan,
dha`iI dan maudhu`. Kaidah-kaidah itu dapat diiadikan standar penilaian suatu hadis apakah
suatu hadis memenuhi kriteria sebagai hadis yang diterrima atau tertolak.

H. Para Pendusta dan Kitab-kitab Hadis Maudhu`
1. Para pendusta dalam hadis
Di antara para pendusta hadis yang diketahui setelah penelitian yang dilakukan oleh para
ulama, adalah sebagai berikut:
a. Aban bin Ja`Iar Al-Numaidi, membuat 300 buah hadis yang disandarkan kepada Abu
HaniIah.
b. Ibrahim bin Zaid Al-Islami, membuat hadis disandarkan dari Malik.
c. Ahmad bin Abdullah Al-Juwaini,iuga membuat beribu-ribu hadis kepentingan kelompok
Al-Karramiyah.
d. Jabir bin Zaid Al-Jua`Ii, membuat 30.000 buah hadis.
e. Nuh bin Abu Maryam membuat hadis mawdhu` tentang Iadhail surah-surah dalam Al-
Qur`an.
I. Muhammad bin Syuia` Al-Wasithi, Al Harits bin Abdullah Al-A`war, Muqatil bin
Sulaiman, Muhammad bin Sa`id Al-Mashlub, Al-Waqidi dan Ibnu Abu Yahya.



2. Kitab-kitab taIsir
Kitab-kitab taIsir yang terdapat banyak hadis maudhu` antara lain: Ats-Tsa`labi, Al-Wahidi,
Az-Zamakhsyari, Al-Baidhawi dan Asy-Syaukani.

3. Kitab-kitab maudhu` yang terkenal
Di antara kitab-kitab yang memuat hadis maudhu` adalah sebagai berikut:
a. Tadzkirah Al-Mawdhu`at, karya Abu Al-Fadhal Muhammad bin Thahir Al-Maqdisi(448-
507 H). Kitab ini menyebutkan hadis secara alphabet dan disebutkan nama perawi yang
dinilai cacat(tairih).
b. Al-Mawdhu`at Al-Kubra, karya Abu Al-Farai Abdurrahman Al-Jauzi(508-597 H) 4 iilid.
c. Al-La`ali Al-Mashnu`ah Ii Al-Ahadits Al-Mawdhu`ah, karya Jalaludin As-Suyuti(849-911
H).
d. Al-Ba`its ala Al-Khalash min Hawadits Al-Qashash, karya Zainuddin Abdurrahim Al-
Iraqi(725-806 H).
e. Al-Fawa`id Al-Maimu`ah Ii Al-Ahadits Al-Mawdhu`ah, karya Al-Qadhi Abu Abdullah
Muhammad bin Ali Asy-Syaukani(1173-1255 H).











BAB III
PENUTUP

Kesimpulan




DAFTAR PUSTAKA


Alawi Al-Maaliki, Muhammad. 2006. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta: Pustaka Pelaiar
Al Nawawi, Imam. 2001. Dasar-dasar Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus
Anwar, Moh. 1981. Ilmu Mushthalah Hadits. Surabaya: Al Ikhlas
Khon, Abdul Maiid. 2008. Ulumul Hadis. Jakarta: AMZAH
Smeer, Zeid B. 2008. Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis. Malang: UIN Press
Thahhan, Mahmud. 2007. Intisari Ilmu Hadits. Malang: UIN Press

You might also like