You are on page 1of 6

Pengertian Resepsi S astra Teori resepsi sastra adalah teori pendekatan sastra yang mementingkan pendapat pembaca dari

sebuah karya sastra, seperti tanggapan umum yang sering berubah -ubah dalam kurun waktu tertentu. Jadi dalam menilai, mengintrepretasi, dan mengevaluasi sebuah karya sastra berasal dari pikiran dari pembaca. Pendekatan ini berfokus pada analisis tekstual lingkup untuk " negosiasi " dan " oposisi" pada bagian dari pembaca. Ini berarti bahwa teks "" baik itu buku, film, atau karya kreatif lainn ya-tidak hanya pasif diterima oleh pembaca, tapi bahwa pembaca / pemirsa menafsirkan makna teks berdasarkan latar belakang budaya individu dan pengalaman hidup . Pada dasarnya, makna teks tidak melekat dalam teks itu sendiri, tapi dibuat dalam hubungan ant ara teks dan pembaca. Pendekatan ini berfokus pada analisis tekstual lingkup untuk "negosiasi" dan "oposisi" pada bagian dari penonton. Ini berarti bahwa teks "" -baik itu buku, film, atau karya kreatif lainnya tidak hanya pasif diterima oleh penonton, ta pi bahwa pembaca / pemirsa menafsirkan makna teks berdasarkan latar belakang budaya individu dan pengalaman hidup . Pada dasarnya, makna teks tidak melekat dalam teks itu sendiri, tapi dibuat dalam hubungan antara teks dan pembaca. Resepsi sastra secara singkat dapat disebut sebagai aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik tolak pada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks itu.Pembaca selaku pemberi makna adalah variabel menurut ruang, waktu dan golongan sosial budaya. Menurut perum usan teori ini, dalam memberikan sambutan terhadap sesuatu karya sastra, pembaca diarahkan oleh horizon harapan. " Horizon harapan " ini merupakan reaksi antara karya sastra di satu pihak dan sitem interpretasi dalam masyarakat penikmat di lain pihak. Metode dan penerapannya dapat dirumuskan ke dalam tiga pendekatan 1. Penelitian resepsi sastra secara eksperimental, 2. Penelitian resepsi lewat kritik sastra, 3. Penelitian resepsi intertekstualitas

Dasar-Dasar Teori Resepsi Sastra Resepsi sastra dapat melahirkan t anggapan, reaksi atau respon terhadap sebuah karya sastra dikemukakan oleh pembaca sejak dulu hingga sekarang akan berbeda -beda antara pembaca yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiap periode berbeda dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan ol eh perbedaan cakrawala harapan (verwachtingshorizon atau horizon of expectation). Cakrawala harapan ini adalah harapan harapan seorang pembaca terhadap karya sastra (Pradopo, 2007:207). Cakrawala ini sebagai konsep awal yang dimiliki pembaca terhadap karya sastra ketika ia membaca sebuah karya sastra. Harapan itu adalah karya sastra yang dibacanya sejalan dengan konsep tenatang sastra yang dimiliki pembaca. Oleh karena itu, konsep sastra antara seorang pembaca dengan pembaca lain tentu akan berbeda -beda. Hal ini dikarenakan cakrawala harapan seseorang itu ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan dalam menanggapi karya sastra.

Teori resepsi dikembangkan oleh RT Segers (1978:36) dalam bukunya Receptie Esthetika (1978) Buku Receptie Esthetika diawali dengan dasar -dasar resepsi sastra ditentukan ada tiga dasar faktor cakrawala harapan yang dibangun pembaca: 1. norma-norma yang terpancar dari teks -teks yang telah dibaca oleh pembaca; 2. pengetahuan dan pengalaman atas semua teks yang telah dibaca sebelumnya; 3. pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk memahami, baik secara horison sempit dari harapan -harapan sastra maupun dalam horison luas dari pengetahuannya tentang kehidupan. Pradopo (2007:208) mengemukakan bahwa dalam karya sastra ada tempat -tempat terbuka (open plek ) yang mengharuskan para pembaca mengisinya. Hal ini berhubungan dengan sifat karya sastra yang multi tafsir. Oleh karena itu, tugas pembacalah untuk memberi tanggapan estetik dalam mengisi ke kosongan dalam teks tersebut. Pengisian tempat terbuka ini dilakukan melalui proses konkretisasi (hasil pembacaan) dari pembaca. Jika pembaca memiliki pengetahuan yang luas tentang kehidupan, pastilah konkretisasinya akan sempurna dalam mengisi tempat-tempat terbuka ( open plak ) dengan baik. Menurut Junus (1985:1), resepsi sastra dimaksudkan bagaimana pembaca memberikan makna terbadap karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif. Bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya itu, atau dapat melihat hakikat estetika, yang ada di dalamnya, atau mungkin juga bersifat aktif yaitu bagaimana ia merealisasikannya. Karena itu, pengertian resepsi sastra mempunyai lap anganyang luas, dengan berbagai kemungkinan penggunaan. Dengan resepsi sastra terjadi suatu perubahan (besar) dalam penelitian sastra, yang berbeda dari kecenderungan yang biasa selama ini. Selama ini tekanan diberikan kepada teks, dan untuk kepentingan te ks ini, biasanya untuk pemahaman seorang peneliti pergi kepada penulis (teks) (Junus, 1985:1). Masalah yang dibahas dalam tulisan ini, yaitu apakah resepsi sastra itu dan apakah dasar dasar teori resepsi sastra serta bagaimanakah penerapan teori resepsi sastra. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan dasar -dasar teori resepsi sastra serta penerapannya.

Tokoh Teori Resepsi Sastra Wolfgang Iser (1926 -), yang dianggap sebagai salah satu tokoh paling terkemuka di Teori resepsi, menunjuk kan pentingnya proses sastra, juga. Iser mengambil pendekatan fenomenologis Penerimaan Teori dan dia "decontextualizes dan dehistoricizes teks dan pembaca "8 Iser. berpendapat bahwa keterlibatan pembaca bertepatan dengan arti produksi dalam sastra. Teori resepsi antara lain dikembangkan oleh RT. Segers dalam bukunya Receptie Esthetika. (1978) Di dalam pengantarnya ia menulis: Aan het eind van de jaren zestig werd in weat Duitsland de receptie esthetika geintroduceerd" (RT. Segers, 1978: 9). Ini berarti bah wa resepsi esthetika telah diperkenalkan di Jerman Barat pada akhir taboo 60 -an. la menunjuk artikel Roman Jacobson: "Linguisties and Poeties" (1960) yang berisi sebuah model komunikasi. Pada penerbitan yang terdahulu D.W. Fokkema dkk. (1977) menyajikan "T he

Rezeption of Literature: Theory and Practice of'Rezeptionns aesthetik" dalam bab 5 bukunya yang berjudul "The ories of Literature in The Twentieth Century. Di dalam bab 5 mereka mengutip pendapat Lotman (1972) "Infact, the literary work consist of the t ext (the system of intra-textual relations) in its relation toextra -textual reality: 10literary norms, tradition and the imagination". Selanjutnya ia mengutip pendapat Siegfried J. Schmidt (1973) "Reception (therefore) occurs as a process creating meaning, which realizes the instructions given in the linguistic appearance of the text" (D.W Fokkema, 1977: 137).

Penutup Resepsi sastra beorientasi pada pendekatan pragmatik yang memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca dalam karya sastra. Tanggapan pembaca terhadap sebuah karya sastra sejak dari dulu hingga sekarang akan berbeda -beda antara pembaca yang satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiap periode berbeda dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan cakr awala harapannya. Dari tanggapan pembaca kritis dari tahun 70-an, 80-an, dan 90-an baik pro maupun kontra pada cerpen Sri Sumarah karya Umar Kayam, Umar Kayam mampu melukiskan warna lokal yang sangat kental dalam kehidupan orang Jawa. Walaupun beberapa p embaca kritis menganggap cerpen ini terlalu banyak istilah Jawa yang akan menyulitkan pembaca non -Jawa.

Daftar pustaka
Nurgiyantoro, Burhan. 1991. Kajian Intertestual dalam Sastra P erbandingan , Cakrawala Pendidikan. Pradopo, Rachmat Djoko.1987. Pengkajian Puisi . Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press. Teeuw, A.1984. Sastra dan Ilmu Sastra , Pengantar Teori Sastra . Jakarta: Pustaka Pusat

Tugas pengantar kajian kesusastraan


Resepsi sastra

Nama : Rizki asdiarman Bp: 1010723001

Universitas andalas Jurusan sastra indonesia 2011/2012

You might also like