You are on page 1of 70

BAB I PENDAHULAUAN A.

Latar Belakang Seiring laju perkembangan peradaban dimana banyak terjadi perubahan pola hidup akan meberikan dampak pula pada pergeseran pola penyakit, yaitu dari pola penyakit infeksi bergeser ke pola penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang tampak menonjol adalah stroke. (Andhriyantoro,2007) Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran. (Mahendra, 2005). Stroke dapat menyebabkan kecacatan, baik berupa cacat ringan, sedang maupun cacat berat, sehingga berakibat pada menurunnya kualitas hidup, seperti ; aktifitas hidup sehari-hari terganggu, tidak berdaya sehingga membutuhkan bantuan orang lain, menurunnya produktivitas kerja yang berdampak pada menurunnya kemampuan ekonomi dan lain-lain. Selain akibatnya yang mengerikan,

pengobatannya pun memakan waktu sangat lama dan biaya yang tidak sedikit. (Waluyo, 2009). Di dunia angka kejadian stroke diperkirakan ada 200 per 100.000 penduduk dalam setahunnya. Sedikitnya ada 10% dari 5,5 juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit stroke dan 50 juta orang yang masih hidup kehilangan pekerjaan karena cacat yang

ditimbulkannya (Fadillah, 2008). Berdasarkan data statistik di Amerika Serikat, tercatat ada sekitar 750.000 kasus stroke baru. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang Amerika yang terkena serangan stroke. Dimana setiap tahun ada sekitar 160.000 penderita stroke meninggal dunia disana (Misbach, 2005) Di Indonesia, menurut data yang dilansir oleh yayasan stroke Indonsesia menyatakan bahwa kasus stroke di Indonesia

menunjukkan kecendrungan yang terus menigkat disetiap tahunnya. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus melonjak. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Pada tahun 2004, beberapa peneliltian disejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap yang disebabkan stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang dirawat jalan atau yang tidak dibawa ke dokter / rumah sakit tidak diketahui jumlahnya. Namun Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 berhasil mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33 Provinsi dan 440 Kabupaten. Riskesdas tahun 2007 ini berhasil mengumpulkan sebanyak 258.266 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat. Hasilnya stroke merupakan pembunuh utama diantara penyakit-penyakit non-infeksi di kalangan penduduk perkotaan (Waluyo, 2009). Dari data tersebut sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiganya mengalami gangguan fungsional

ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur (Abid, M. 2009). Di Kalimantan timur, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2009 angka kejadian stroke tidak diketahui secara pasti namun yang tercatat sekitar 1.867 orang dari 13 rumah sakit yang ada. Hal Ini dikarenakan tidak semua rumah sakit yang ada rutin melaporkan data ke Dinas Kesehatan sehingga angka pastinya sulit untuk diketahui (Dinkesprop, 2009). Penyakit Stroke terjadi karena gangguan aliran darah yang mendadak pada bagian otak tertentu. Terjadianya stroke bersifat mendadak tanpa peringatan lebih dahulu. Gangguan aliran darah dapat berupa sumbatan (karena gumpalan darah atau pembuluh darah yang menyempit) pada pembuluh darah arteri yang memberi makanan berupa oksigen dan glukosa (gula) pada bagian otak tertentu, sehingga terjadianya gangguan dari fungsi otak tersebut (kelumpuhan). Jika sumbatan ini hanya berlangsung dalam beberapa menit saja, maka bagian otak tersebut dapat berfungsi kembali secara normal. Tapi bila sumbatan ini terjadi sampai beberapa jam, maka bagian otak tersebut akan mati yang disebut sebagai Infark otak. Stroke jenis ini disebut sebagai stroke iskrmik. (Cahyono, 2008). Selain kejadian seperti diatas, aliran darah dapat juga terganggu karena pecahnya pembuluh darah dari otak, baik didalam otak (intra serebral) maupun dipermukaan otak (subarahnoid). Darah yang keluar

dari pembuluh darah yang pecah ini akan membentuk gumpalan darah berupa massa darah yang kemudian akan menekan bagian otak dan pembuluh darah lainnya sehingga terjadi juga gangguan pasokan oksigen dan glukosa pada bagian otak tersebut. Stroke jenis ini disebut stroke perdarahan. (Cahyono, 2008) Dulu penyakit stroke hanya menyerang kaum lanjut usia. Seiring berjalannya waktu, menurut yayasan stroke Indonesia (Yastroki), kini terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dewasa terakhir. Kecendrungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Meski belum ada data pasti jumlah penyandang stroke yang berusia produktif (Syarifuddin, 2008). Dalam penelitian terhadap 196 penderita stroke, sebanyak 60,6 % ternyata berusia 31-40 tahun. Bahkan ada penderita berusia 21 tahun sudah dalam kondisi kronis (Suyono, 2003). Di Indonesia ternyata stroke timbul banyak pada usia di bawah 45 tahun, dimana karir sedang menanjak. Demikian pula pada usia 45-60 tahun dimana seseorang sedang berada pada puncak karirnya. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya produktifitas serta dapat

mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga (Misbach, 2007). Tingginya angka kejadian stroke lebih disebebkan oleh gaya dan pola hidup yang tidak sehat. Meningkatnya usia harapan hidup, kemajuan dibidang sosial ekonomi, serta perbaikan dibidang pangan, tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola

hidup sehat. Kemakmuran telah merubah cara pandang dan melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan prinsip pola hidup sehat. Pada usia produktif, dimana karir sedang menanjak seseorang bekerja giat tanpa jeda, mengemban tanggung jawab yang besar, jadwal kegiatan yang monoton dan rutin, sangat memungkinkan menimbulkan stres. Sebagian orang beranggapan dengan merokok dapat menghilangkan stres yang mereka alami, padahal itu salah. Sebaliknya kebiasaan merokok malah menimbulkan masalah bagi kesehatannya. Sebenarnya olahraga teratur dapat membantu

mengurangi stres. Olahraga sangat baik untuk kesehatan, namun sayangnya lebih banyak orang yang enggan berolahraga dengan berbagai alasan. Sebagai seorang yang sedang mengejar karir sepertinya melakukan olahraga terasa seperti membuang waktu saja. Dikarenakan kesibukan ini pula biasanya mereka mulai menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya menkonsumsi makanan siap saji yang sarat dengan lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Sebenarnya stroke merupakan masalah kesehatan yang dapat dicegah, yaitu dengan mengontrol faktor risiko yang ada. Faktor risiko stroke umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan yang dapat dikontrol. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol adalah umur, ras, jenis, kelamin, dan riwayat keluarga. Sedangkan beberapa faktor risiko yang dapat dikontrol diantaranya

adalah kolesterol dalam darah, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga dan stress baik fisik maupun mental. (Anies, 2006 dan Junaidi, 2004). Sebetulnya lemak, khususnya kolesterol sangat diperlukan tubuh terutama untuk pembentukan dinding sel dan sebagai bahan dasar pembentuakan hormon streoid. Kolesterol secara normal diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang tepat dan memadai. Jika jumlahnya berlebih maka akan tertimbun dan menimbulkan kondisi penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (aterosklorosis). Pembuluh darah yang menyempit dan mengeras yang terjadi pada area oatak akan menimbulkan stroke. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian yang menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar kolesterol diatas 240 mg. Menurut analisis dari 16 penelitian di Brigham and Womens Hospital di Bostron, bila kadar kolesterol diturunkan hingga 25% maka dapat mengurangi risiko stroke sampai 29% (Sustrani, dkk 2004). Selain kadar kolesterol dalam darah, kebiasaan merokok juga merupakan penyebab nyata terjadinya serangan stroke. Yang lebih banyak dialami oleh kelompok dewasa muda. Risiko terkena stroke meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok yang telah dibuktikan dalam salaha satu penelitian (The Physician Health Study) pada kelompok case control terhadap 22.071 laki-laki, perokok yang merokok kurang dari 20 batang per hari berisiko terserang stroke 2,02 kali. Sedangkan mereka yang merokok lebih dari 20 batang per hari

berisiko sebesar 2,52 kali dibandingkan yang bukan perokok (Junaidi, 2004). Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan terjadi stroke adalah kurang atau tidak olahraga. Kurang atau tidak olahraga merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular. Gaya hidup kurang olahraga akan membawa berbagai macam risiko penyakit dan kekurang-sehatan. Hal ini dikuatkan dengan sebuah penelitian yang mengatakan ada sekitar 28% kematian akibat penyakit kronis modern itu dilatar belakangi oleh gaya hidup sedently (kurang gerak) (Cahyono, 2008). Disisi lain, stres yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari juga dapat berpotensi menyebabkan terjadinya stroke. Pada usia produktif, orang rentan terserang stres. Mereka yang produktif sering berhadapan dengan tatangan, jika tidak mampu mengaturnya bisa berpotensi mengami stres. Meurut spesialis bedah syaraf dr. Syafrizal A, SpBs, stres menyumbang 20% penyebab stroke. Stres yang tidak terkendali akan memicu naiknya tekanan darah dan kadar kolesterol dalam darah. Kondisi ini yang nantinya dapat menyumbat pembuluh darah sehingga rentan terhadap terjadinya serangan stroke.

Berdasarkan penelitian terbaru Universitas Cambrdge, Inggris yang dipublikasikan dalam jurnal stroke, menunjukkan orang yang mampu mengelola stress yang dideritanya, risiko terkena stroke akan berkurang 24% (Budiman, 2006).

Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda pada tiga tahun terakhir kejadian stroke pada tahun 2007 sebanyak 588 kasus, yang berusia produktif sebanyak 357 orang (60%), meninggal 132 orang (22%). Tahun 2008 sebanyak 573 kasus, yang berusia produktif sebanyak 415 orang (72%), meninggal 142 orang (24%). Dan pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan yaitu menjadi 581 kasus, yang berusia produktif sebanyak 426 orang (73%), meninggal 151 orang (25%). Dari data tersebut terlihat bahwa angka kematian dan kejadian stroke pada usia produktif terus meningkat disetiap tahunnya. Padahal awalnya, kasus stroke banyak ditemukan pada orang tua yakni usia 65 tahun keatas. Akhirnya mencegah selalu lebih baik dari mengobati, apabila tidak ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat (Waluyo, 2009). Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan sedini mungkin dengan cara yang paling mudah yaitu dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berdasarkan hal tersebut di atas maka akan dilakukan penelitian mengenai Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Usia Produktif di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda tahun 2009.

B.

Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kolesterol

dalam darah, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan stress merupakan faktor risiko kejadian stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda tahun 2009 ?

C.

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor risiko kejadian stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009. 2. a. Tujuan Khusus Mengetahui besar risiko kolesterol dalam darah

terhadap stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009. b. Mengetahui besar risiko kebiasaan merokok terhadap

kejadian stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009. c. Mengetahui besar risiko kebiasaan berolahraga

terhadap kejadian stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009. d. Mengetahui besar risiko stress terhadap kejadian

stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.

10

D.

Manfaat Penelitian 1. Bagi Fakultas Sebagai sumber informasi dan diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi peneliti berikutnya. 2. Bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sendiri khususnya tentang faktor risiko kejadian stroke pada usiap produktif. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dan motivasi bagi masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat.

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Stroke 1. Pengertian Stroke Stroke adalah suatu penyakit defisit neorologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. (Bustan, 2000). Stroke adalah penyakit gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan dan ada yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian, akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan (Junaidi, 2004). Sedangkan definisi stroke menurut WHO (1982) adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut, yang berlangsung lebih dari 24 jam ; akibat gangguan aliran darah otak. (Anies, 2006). 2. Jenis / Klasifikasi Stroke Stroke umumnya di bagi dalam 2 golongan besar, yaitu : (Bustan, 2000). a. Stroke Hemorhagik (Pembuluh darah pecah

sehingga aliran darah menjadi tidak normal, dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya). Yang terbagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :

12

1) 2) 3) b.

Pendarahan Intera Serebral (PIS) pendarahan Sub arachnoid (PSA) Pendarahan Sub Dural (PDS) Stroke Non Hemorhagik (aliran darah ke otak

terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melaui proses

aterosklerosis). 1) Klinis : a) b) c) d) 2) Kausal : a) b) 3. Stroke Trombotik Stroke Embolik / nontrombolik Transient Ischemic Attack (TIA) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) Progresing Stroke atau Stroke In Evolusi Complete Stroke

Faktor Resiko Stroke Faktor risiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat

seseorang terhadap serangan stroke. Faktor risiko stroke umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu ; (Junaidi, 2004). a 1) stroke makin tinggi 2) Ras / bangsa : Afrika / Negro, Yang tidak dapat dikontrol Umur : makin tua kejadian

Jepang dan Cina lebih sering terkena stroke

13

3) berisiko dibanding wanita. 4)

Jenis kelamin : laki-laki lebih

Riwayat keluarga: orang tua

atau saudara pernah mengalami stroke pada usia muda, maka yang bersangkutan beresiko tinggi terkena stroke. b 1) 2) 3) (TIA) 4) 5) 6) 7) perubahan hemoreologikal lain 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) hipertrigliserida/ hiperglikemia. Perokok (sigeret) Peminum alkohol Hiperhomocysteinemia Infeksi : virus dan bakteri Obesitas / kegemukan Kurang aktivitas fisik Stress fisik dan mental Hiperkolesterolemia/ Fibrasi atrial Pust stroke Abnormalitas lipoprotein Fibrinogen tinggi dan Yang dapat dikontrol Hipertensi Diabetes Melitus Transient Ischemic attack

14

4.

Gejala Stroke Usaha mengenali tanda-tanda atau gejala stroke sangat

penting untuk memastikan penderita mendapatkan perawatan lebih cepat dan tepat, sekaligus menghindari kefatalan (Abid, 2009).

Berikut ini beberapa gejala stroke : (Junaidi, 2006) a (sembuh dalam beberapa menit / jam) 1) sakit kepala 2) bingung 3) Penglihatan Pusing, Tiba-tiba Stroke sementara

kabur atau kehilangan ketajaman pada salah satu atupun kedua belah mata. 4) keseimbangan (limbung), lemah. 5) atau kesemutan pada satu sisi tubuh. b (sembuh dalam beberapa minggu) 1) Beberapa atau semua gejala diatas 2) Kelemahan atau kelumpuhan tangan / kaki 3) Bicara tidak jelas Stroke ringan Rasa kebal Kehilangan

15

Stroke

berat

(sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau tahun. Tidak bisa sembuh total) 1) ringan 2) 3) 4) 5) 6) Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran) Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki Bicara tidak jelas atau hilangnya kemapuan bicara Sukar menelan Hilangnya kontrol terhadap pengeluaran air seni Semua / beberapa gejala stroke sementara dan

dan feses. 7) Kehilangan daya ingat atau konsentrasi,

perubahan perilaku misalnya bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil.

5.

Akibat / Dampak stroke Akibat stroke ditentukan oleh bagian otak mana yang

cedera, tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah stroke, baik yang mempengaruhi bagian kanan atau kiri otak, pada umumnya adalah sebagai berikut : (Vitahealth, 2004) a. Lumpuh b. Perubahan mental c. Ganggguan komunikasi d. Gangguan emosional

16

e. Kehilangan indera rasa 6. Pencegahan Stroke Diantara sekian banyak faktor risiko stroke, hipertensi dianggap yang paling berperan. Intervensi terhadap hipertensi dibuktikan mampu mempengaruhi penurunan stroke dalam

komuniti. Namun meski demikian pencegahan stroke tidak semata ditujukan kepada hipertensi. Ada pendekatan yang

menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan). (Bustan, 2000).

Table 2.1 : Strategi Untuk Pencegahan Stroke/Hipertensi Pada Kelompok Dewasa 30-44 tahun
Komponen yang di Kendalikan Tingkat Pencegahan Pencegahan Primer Gaya Hidup Reduksi stress Diet rendah garam Berhenti merokok Lingkungan Lingkungan kerja positif Perubahan kerja Konseling keluarga Biologi Faktor resiko keluarga dan tingginya lemak Aspirin Obatobatan untuk efek sampingan Pelayanan Kesehatan - Edukasi pasien: turunkan tensi

Pencegahan sekunder

Manajemen stress Berhenti merokok Vitamin

- Edukas: relaksasi

17

Pencegahan tersier

Reduksi stress Diet Berhenti merokok

Keamanan diri Dukungan keluarga

Kepatuhan berobat Edukasi Terapi bicara

- Edukasi : terhadap efek samping -

Sumber : Dever, Epidemiology in health services management, hlm.12

B. Tinjauan Umum Tentang Usia Produktif Usia atau umur adalah salah satu satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan benda atau makhluk baik yang hidup maupun mati, misalanya umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak ia lahir hingga waktu umur ia dihitung. (Anonim, 2009). Penduduk usia produktif adalah penduduk yang melaksanakan produksi dari segi ekonomi, dimana segala kebutuhannya ditanggung mereka sendiri. Sedang penduduk usia tidak produktif adalah penduduk yang belum bisa bekerja (Anonim, 2009) Tidak ada batasan dalam kebudayaan mengenai usia produktif dan non produktif karena seringkali batasan-batasan ekonomis atas usia seringkali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebagai ilustrasi, seorang anak berusia 9 tahun ternyata telah bekerja dan secara ekonomis terlibat dalam sistem-sistem produksi; atau seorang nenek berusia lebih dari 80 tahun juga masih terlibat dalam usaha warungnya, dengan kata lain, nenek tersebut masih menjalankan perilaku ekonomis meski keadaan biologisnya dikatakan nonproduktif lagi.

18

Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Usia kerja adalah suatu tingkat umur di mana orang sudah dapat bekerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun 64 tahun (Sardiman, 2009). Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), berdasarkan komposisi penduduk, usia penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu : (Anonim, 2009) - Usia 0 - 14 th - Usia 15 64 th : dinamakan usia muda / usia belum produktif : dinamakan usia dewasa / usia kerja / usia produktif - Usia + 65 th : dinamakan usia tua / usia tidak produktif / usia jompo

Awalnya, kasus stroke banyak ditemukan pada orang tua yakni usia 65 tahun keatas, semakin tua usia maka risiko terkena stroke pun semakin tinggi karena pada proses penuaan terjadi pada semua organ tubuh termasuk pembuluh darah otak yang menjadi rapuh (Syarifuddin, 2008) Namun saat ini menurut yayasan stroke Indonesia (yastroki) terdapat kecendrungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di

19

Indonesia dalam dewasa terakhir. Dalam penelitian terhadap 196 penderita stroke, sebanyak 60,6 % ternyata berusia 31-40 tahun. Bahkan ada penderita berusia 21 tahun sudah dalam kondisi kronis. (Cahyono, 2008). Di Indonesia ternyata stroke timbul banyak pada usia di bawah 45 tahun, dimana karir sedang menanjak. Demikian pula pada usia 45-60 tahun dimana seseorang sedang berada pada puncak karirnya. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. (Misbach, 2005)

C. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya kolesterol tidak selalu jelek. Dalam ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi, antara lain : membuat hormone seks, adrenalin, membentuk dinding sel, dan lain-lain. Karena fungsi kolesterol demikian penting, tubuh membuatnya sendri didalam hati (liver) (Soeharto, 2002). Kolesterol adalah molekul sejenis lipid dalam aliran darah. Kolesterol diproduksi oleh hati berguna untuk proses metabolisme tubuh. Namun jika konsumsi secara berlebih akan mengakibatkan penumpukan lemak yang menyumbat pembuluh darah atau bisa

20

mengakibatkan

pengapuran

dan

pengerasan

pembuluh

darah

(aterosklorosis) (Hardjono, 2009). Makanan yang berkualitas adalah makanan sehat. Pada dasarnya makanan sehat selalu rendah kolesterol. Sayangnya, banyak dari kita tidak peduli dengan hal ini. Kesibukan, fasilitas serba enak yang membuat tubuh kurang bahkan malas bergerak, makanan serba cepat saji dan tidak variatif, penuh penyedap rasa dengan kadar natrium tinggi, membuat berat tubuh meningkat tajam. Itu artinya, kemungkinan besar lemak sudah tertimbun di dalam tubuh (Cahyono, 2008). Kolesterol ada 2 macam : HDL (High Density Lipoprotein) yaitu kolesterol baik dan LDL (Low Density Lipoprotein) yaitu kolesterol jahat. Dalam keadaan normal, kadar HDL dan LDL didalam tubuh seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu bila ada kelebihan lemak dalam makanan kita, sehingga peran LDL inilah yang paling dominan dan akan berakibat pada penyempitan pembuluh darah (Hardjono, 2009) Kolesterol, selain diproduksi dengan sendirinya oleh tubuh (terutama dalam hati), diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Ada dua jenis makanan berlemak yang mengandung kolesterol. Pertama, lemak jenuh. Lemak ini menjadi padat pada suhu kamar, seperti yang terdapat pada lemak hewani (daging, jeroan, otak, kuning telur, udang kerang, mentega, susu, dan minyak kelapa). Semakin banyak mengkonsumsi lemak jenuh, maka kadar kolesterol dalam darah akan meningkat. Kedua, lemak tidak jenuh. Lemak ini

21

tidak menjadi padat pada suhu kamar, seperti yang terdapat pada minyak bunga matahari, minyak jagung, dan minyak ikan (Indriyani, 2009). Ada beberapa faktor penyebab kolesterol yang tidak dapat diubah, yaitu proses penuaan, mempunyai riwayat kolesterol tinggi dalam keluarga/turunan dan jenis kelamin. Perempuan memiliki resiko lebih rendah terkena kolesterol dibandingkan laki-laki sebelum mengalami atau memasuki masa menopause. Tetapi setelah

memasuki masa menopause kadar LDL daam tubuh perempuan meningkat sehingga di masa ini perempuan memiliki resiko lebih besar. Sedang gaya hidup merupakan faktor penyebab kolesterol yang dapat diubah (Hardjono, 2009). Sebetulnya lemak, khususnya kolesterol, sangat diperlukan tubuh, terutama untuk membentuk dinding sel. Lemak juga sebagai bahan dasar pembentuk hormon streoid. Kolesterol secara normal diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang tepat dan memadai. Jumlah itu akan meningkat bila kita sering mengasup makanan sampah (junk food) yang banyak mengandung lemak hewani dan telur (Soeharto, 2002). Tabel 2.4 Kandungan Kolesterol dari 10 gr Makanan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Makanan (per 10 gr) Putih telur ayam Teripang Ubur-ubur Susu sapi non fet Daging ayam pilihan tanpa kulit Daging bebek pilihan tanpa kulit Ikan sungai biasa Daging pilihan tanpa lemak Daging babi pilihan tanpa lemak Kolesterol (Mg) 0 0 0 0 50 50 55 60 60 Kategori Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat

22

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

Daging kelinci Daging kambing tanpa lemak Ikan ekor kuning Daging asap (ham) Iga sapi Iga babi Daging sapi Burung dara Ikan bawal Daging sapi berlemak Gajih sapi Gajih kambing Daging babi berlemak Keju Sosis daging Kepiting Udang Kerang atau siput Belut Santan kelapa Gajih babi Susu sapi Susu sapi cream Coklat/cacao Mentega/margarin Jeroan sapi Jeroan babi Kerang putih/remis/triam Telor ayam Jeroan kambing Cumi-cumi Kuning telur ayam Otak sapi Otak babi Telur burung puyuh

65 70 85 98 100 105 105 110 120 125 130 130 130 140 150 150 160 160 180 185 200 250 280 290 300 380 420 450 500 610 1170 2000 2300 3100 3640

Sehat Sehat Sehat Sekali-sekali Sekali-sekali Sekali-sekali Sekali-sekali Sekali-sekali Sekali-sekali Sekali-sekali Hati-hati Hati-hati Hati-hati Hati-hati Hati-hati Hati-hati Hati-hati Hati-hati Hati-hati Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Pantang Pantang Pantang Pantang Pantang

Sumber : General Hospital, Singapore

Kolesterol normal dalam darah adalah 160 - 200 Mg. Kolesterol tinggi akan mengakibatkan penyakit mendadak seperti Hipertensi, Jantung, Stroke, bahkan kematian (Indriyani, 2009) Table 2.5 Kadar Kolesterol Yang Baik
Jenis Kolesterol total LDL Kadar Kolesterol < 200 200-239 > 240 < 100 100-129 130-159 Keterangan Yang diperlukan Batas normal tertinggi Tinggi Optimal Mendekati Optimal Batas normal tertinggi

23

HDL Trigliserida

160-189 > 190 > 40 (Pria) >50 (Wanita) < 150 150-200 > 200

Tinggi Sangat tinggi Optimal Optimal Mendekati Optimal Tinggi

Sumber : National Cholesterol Education Program (NCEP), 2001

Lemak dan kolesterol tubuh yang berlebih ini akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah, lalu menimbulkan kondisi yang disebut aterosklerosis atau menyempitnya dan mengerasnya pembuluh darah. Ini adalah cikal bakal terjadinya berbagai penyakit pembuluh darah seperti hipertensi, jantung dan stroke. Pembuluh darah yang menyempit dan mengeras terjadi pada area otak akan menimbulkan stroke. Itu akibat pasokan darah ke otak tidak lancar. Serangan jantung terjadi bila aliran darah ke jantung yang terhamba. Menurut analisis dari 16 penelitian di Brigham and Womens Hospital di Bostron, bila kadar kolesterol diturunkan hingga 25% maka dapat mengurangi resiko stroke sampai 29%. (Sustrani dkk, 2004). Untuk usaha pencegahan dan pengendalian kolesterol dan trigliserida tinggi diperlukan perbaikan gaya hidup dengan menerapkan pola hidup sehat, di antaranya yaitu : (Hardjono, 2009) 1. Mengendalikan berat badan : pengurangan berat badan

mempu membantu menurunkan kadar LDL dan trigliserida serta meningkatkan HDL. 2. Olahraga secara teratur dapat melancarkan peredaran darah

dan meningkatkan kadar HDL.

24

3.

Mengatur pola makan : membatasi makanan berlemak dan

kolesterol tinggi, serta membiasakan banyak mengkonsumsi buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin c dan serat larut dapat membantu membuat kolesterol. Banyak makan ikan laut yang mengandung asam lemak tak jenuh majemuk akan membantu menurunkan kolesterol. 4. Mengubah kebiasaan : meninggalkan kebiasaan-kebiasaan

tidak sehat seperti merokok, minuman beralkohol dan perilaku tidak sehat lainnya.

D. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Merokok 1. Pengertian Rokok Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotin tabacum, nicotin rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. (PP RI No. 81 Tahun 1999, Tentang Pengaman Rokok Bagi Kesehatan). Merokok adalah menghisap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan kemudian menghembuskannya kembali keluar, sehingga dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitar (Mangoenprasodjo, 2005). 2. Jenis Rokok Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus

25

rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok. (Jaya, 2009) a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus 1) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun jagung 2) Rokok Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya

berupa daun aren 3) kertas 4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa Sigeret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun tembakau. b. Rokok berdasarkan bahan baku 1) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya

hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan rasa dan aroma tertentu. 2) Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 3) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya

26

1)

Sigeret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tagan dan atau alat bantu sederhana. 2) Sigeret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses

pembuatannya menggunakan mesin. d. Rokok berdasarkan penggunaan filter 1) Rokok filter (RF) : rokok yang pada bagian

pangkalnya terdapat gabus 2) Rokok non filter (RNF) : rokok yang pada bagian

pangkalnya tidak terdapat gabus. 3. Jenis Perokok Menurut Mangoenprasodjo 2005, jenis perokok dapat

digolongkan kedalam dua bagian, yaitu : a. Perokok Aktif Perokok aktif adalah seorang perokok yang langsung menghisap rokok baik rokok jenis kretek, cerutu maupun rokok putih. b. Perokok Pasif Perokok pasif adalah mereka yang tidak merokok tetapi harus turut merasakan akibat buruk dari rokok yang dibakar. Perokok pasif ini bisa dikatakan tidak punya pilihan selain harus turut menelan asap rokok yang dimiliki para perokok. 4. Tipe Perokok

27

Tipe perokok dibedakan berdasarkan banyaknya jumlah batang rokok yang di hisap dalam perhari. Menurut Bustan (2000) tipe perokok di bagi menjadi tiga yaitu : a. Perokok ringan hari. b. Perokok sedang : jika merokok 10-20 batang per hari c. Perokok berat batang per hari. 5. Racun Dalam Rokok Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan racun dalam rokok membahayakan kesehatan seseorang. Baik asap yang dihisap langsung saat merokok (mainstream smoke) maupun yang keluar dari ujung rokok (sidestream smoke), samasama mengandung bahan kimia beracun, seperti : nikotin, ter, nitrous oxide, formaldehyde, acrolein, formic, acid, phenol, carbon monoxide, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabila berinteraksi dan berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit kanker (paru, bibir, mulut, kerongkongan, dan usus), penyakit jantung dan penyakit paru kronis. Paling tidak rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia. Lima puluh sembilan bahan kimia di antaranya memiliki racun (toksik), karsinogenik (bersifat memicu timbulnya kanker) dan bersifat mutagenik (mengubah sifat sel). Pada tabel 2.2 dapat kita lihat jenis : jika merokok lebih dari 20 : jika merokok kurang dari 10 batang per

28

senyawa gas yang ada dalam rokok dan kandungannya masingmasing. (Cahyono, 2008). Tabel 2.2 Senyawa Gas dalam Asap Rokok
Senyawa Karbon monoksida Asetaldehida Nitrogen Oksida Hydrogen Sianida Akrolein Amoniak Formaldehid Piridina Akrilonitril 2-nitropropan Hidrazina Uretan Dimetilnitrosamina Vinil klorida Berbagai senyawa nirosamina
Sumber : Cahyono, 2008

Sifat Senyawa Beracun Sangat beracun Beracun Sangat beracun Sangat beracun Beracun Sangat beracun & karsinogenik Beracun karsinogenik karsinogenik karsinogenik karsinogenik karsinogenik karsinogenik karsinogenik

Kadar (mg) 17.000 800 315 110 70 60 30 10 10 0,92 0,032 0,030 0,013 0,012 0,011

Sebuah penelitian di Universitas Indonesia oleh Dewi Susana, Budi Hartono, dan Hendra Fauzan tentang kadar nikotin dalam asap rokok kretek lebih besar dibandingkan dengan rokok filter. Hal ini dikarenakan pada rokok kretek tidak dilengkapi dengan filter yang berfungsi mengurangi asap yang keluar dari rokok (Susana dkk, 2009).

6. Bahaya/Akibat Rokok Bagi Kesehatan Organisasi keshatan dunia (WHO) menyatakan, tembakau membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan

29

akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020. dari jumlah itu, 70% korban berasal dari Negara berkembang. Lembaga demografi UI mencatat, angka kematian yang disebabkan oleh rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa perhari atau sekitar 22.5 % dari total kematian di Indonesia (Waluyo, 2009). Risiko stroke meningkat 2-3 kali pada perokok, efek rokok bisa bertahan 5-10 tahun (Junaidi, 2004). Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Kodya dan Roemani Muhammadiyah Semarang

menyatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor risiko terjadinya stroke dengan nilai rasio prevalensi = 1,489 [ 95%(1,090 2,0330)] yang artinya bahwa orang yang memiliki kebiasan merokok berpeluang terserang stroke 1,489 kali dibandingkan yang bukan perokok (Mondana, 2008). Keparahan penyakit yang ditimbulkan akibat rokok berhubungan langsung dengan banyaknya rokok yang dihisap, berapa lama atau tahun seseorang menjadi perokok dan status merokok itu sendiri, apakah masih merokok hingga sekarang atau sudah berhenti (Jaya, 2009).

Perokok berat dalam jangka panjang menyebabkan darah mengental. Darah kental menghambat aliran darah, termasuk aliran darah ke sel-sel saraf otak. Kebutuhan sel-sel saraf otak akan zat

30

gizi dan oksigen menjadi terganggu. Dan ini memicu serangan stroke (Waluyo, 2009). Kebiasaan merokok kemungkinan untuk menderita stroke lebih besar, risiko meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok. Pada The Physician Health Study, suatu penelitian kelompok (kohort) yang bersifat prosfektif pada 22.071 laki-laki; diperoleh data untuk perokok kurang dari 20 batang per hari resiko stroke sebesar 2.02 kali, perokok lebih dari 20 batang per hari beresiko stroke 2.52 kali dibandingkan bukan perokok. Wanita perokok juga mempunyai resiko lebih besar. Wanita perokok juga mempunyai risiko terken stroke lebih besar. Pada penelitian prospektif kohort pada 118.539 perawat berumur 30-35 tahun, yang, merokok kurang dari 15 batang per hari resiko 2,2 kali. Perokok lebih dari 25 batang atau lebih berisiko 3,7 kali dibanding bukan perokok. Risiko perokok terkena infrak serebral 1,9 kali. Tekanan perdarahan subarakhonid 2,9 kali. Dan perdarahan intracranial sebesar 0,7 kali. Merokok berefek pada proses pembentukan plak aterosklerotik hematologik dan reologik (Junaidi, 2004).

Penelitian yang dilakukan di Jakarta menunjukan bahwa 64,8% pria dan 9,8% wanita dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok. Bahkan pada kelompok remaja, 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita di Jakarta sudah merokok (Tandra, 2006).

31

Dalam dua dekade terakhir prevalensi perokok usia muda atau usia pertama kali merokok terus meningkat pesat. Menurut data pada Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah perokok pemula, yakni umur 5-9 tahun , naik secara signifikan. Hanya dalam tempo tiga tahun (2001-2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi 2,8 persen. (Supeno, 2008). Data tersebut didukung oleh hasil penelitian Lembaga Penelitian Masyarakat (LPM) Universitas Andalas mengenai pencegahan merokok bagi anak di bawah 18 tahun, yang dilakukan di kota Padang menunjukkan lebih dari 50 % responden memulai merokok sebelum usia 13 tahun. Intinya, bila sebelumnya anak merokok pertama kali pada usia belasan tahun, sekarang bergeser menjadi 5 9 tahun atau rata-rata 7 tahun (Supeno, 2008). Mereka merokok pada usia dini karena lingkungan

mengkondisikan demikian. Di tingkat negara tidak ada aturan yang mengendalikan peredaran tembakau. Di rumah orang dewasa merokok tanpa mempedulikan kesehatan anak-anak. Di sekolah kita sering mendapati seorang guru mengajar sambil merokok. Di masjid kita lihat ustad atau kiai tanpa beban tetap merokok. Di mana-mana, di setiap ruang publik anak-anak melihat para tokoh idola mereka seperti penyanyi, bintang sinetron, tokoh politik juga merokok, membuat mereka ingin tahu dan ingin mencoba, hingga akhirnya ketagihan (Supeno, 2008).

32

Table 2.3 : Prevalensi perokok menurut kelonpok umur, Di Indonesia pada tahun 2001 Kelompok Umur 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65 + Banyaknya 1216 1925 2165 1778 1631 1587 1414 1011 918 493 430 502 Prevalensi 2,1 18,9 32,2 32,0 33,9 33,3 34,1 38,0 34,1 38,5 39,3 33,7

Sumber : Penelitian Prevalensi Rokok di Indonesia, tahun 2001, Puslibang Depkes.

Semakin lama kebiasaan meokok yang dimiliki maka semakin banyak pula racun yang tertimbun di dalam tubuh, zat zat yang terkandung dalam rokok seperti nikotin dan karbonmosokarida akan merusak pembuluh darah. Pembuluh darah yang rusak ini membuat kolesterol mudah terperangkap dan tertimbun pada dinding pembuluh darah. Timbunan kolesterol yang makin lama makin banyak akan menyebabkan pembuluh darah makin sempit sehingga aliran darah tidak lancar sehingga berpotensi terserang penyakit kardiovaskuler seperti jantung dan stroke (Adib, 2009). Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Hal ini disadari oleh perokok maupun bukan perokok. 90% perokok pernah mencoba untuk berhenti merokok tetapi sangat kurang yang berhasil untuk

33

menghentikannya (Bustan, 2000). Sesungguhnya risiko stroke menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. (Junaidi, 2004). Berhenti merokok mungkin dapat dilakukan dengan cara : (Bustan, 2000) a. b. c. d. Menurunkan jumlahnya secara bertahap Berhenti cold trukey Mencari bentuk penggantinya, misalnya gula-gula Dan berbagai cara lainnya.

E. Tinjauan Umum Tentang Olahraga 1. Pengertian Olahraga Olahraga menurut hakekatnya adalah aktivitas otot-otot besar yang menggunakan energi tertentu untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Keppres No.131 tahun 1962, Olahraga adalah segala usaha untuk mendorong, membangkitkan,

mengembangkan, dan membina kekuatan jasmani dan rohani manusia. Olahraga dapat dikatakan secara terminology umum dari semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan jasmani. Dalam UU No. 3 Tahun 2005 mendefinisikan bahwa olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan social.

34

2. Olahraga dan Kesehatan Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti

meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, gerak (Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terusmenerus; artinya Olahraga sebagai alat untuk mempertahankan hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat

ditinggalkan. Seperti halnya makan, olahragapun hanya akan dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kesehatan pada mereka yang melakukan kegiatan olahraga. Bila orang hanya menonton olahraga, maka sama halnya dengan orang yang hanya menonton orang makan, artinya ia tidak akan dapat merasakan nikmatnya berolahraga dan tidak akan dapat memperoleh manfaat dari olahraga bagi kesehatannya. (Irianto, 2004) Kurang atau tidak olahraga merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit tidak menular. Gaya hidup kurang olahraga (sedentary life style) akan membewa berbagai macam resiko penyakit dan kekurang-sehatan. Sementara itu, dengan olahraga diharapkan olahraga akan menjadi proteksi terhadap berbagai gangguan penyakit/kesehatan. Olahraga menjadi faktor protektif untuk hipertensi, penyakit jantung, stroke, DM type 2, kegemukan, osteoporosis dan kanker (Cahyono, 2008).

35

Banyak orang berfikir bahwa setiap menggerakkan badan berarti sudah melakukan olahraga. Memang tidak ada kriteria spesifik apa yang disebut olahraga ringan, sedang atau berat. Olahraga yang ideal adalah olahraga yang dapat meningkatkan ketahanan jantung, resfirasi, disamping juga melatih ketahanan dan kekuatan otot (Cahyono, 2008). Berbagai penelitian membuktikan bahwa seseorang yang memiliki kebugaran tubuh dan tetap menjaga pola makan memiliki usia lebih panjang karena melalui olahraga, cadangan lemak akan lebih banyak dibakar. Efek positif pada keadaan tersebut membuat kadar kolesterol LDL akan menurun, kadar HDL meningkat dan berat badan relatif proporsional (Iriyanto, 2004). Melalui olahraga, frekuensi d enyut nadi berkurang dan tekanan darah menurun. Secara kumulatif olahraga memberikan perlindungan terhadap berbagi penyakit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Eropa pada 22.602 subyek menunjukan bahwa aktivitas fisik dan olahraga dapat menurunkan risiko terjadaianya stroke (Waluyo, 2009).

Olahraga memerlukan suatu ukuran tertentu agar dapat memberikan kebugaran jasmani, ukuran olahraga dinilai

berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan, intensitas, frekuensi, dan lamanya berolahraga. Olahraga yang tidak sesuai dengan patokan, maka yang didapatkan hanya kegembiraan saja,

36

sementara kebugarannya tidak diperoleh. Akibatnya walaupun seseorang sudah merasa berolahraga, tubuhnya tidak sesehat yang diharapkan (Cahyono, 2008). Departemen kesehatan melalui survey kesehatan nasional (Surkesnas), tahun 2001, melakukan penelitian prevalensi kegiatan fisik. Ditemukan masih tingginya prevalensi masyarakat yang kurang atau tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin dalam kegiatan atau kehidupannya sehari-hari. Dalam table 2.6 disajikan persentase responden surkesnas yang menggunakan waktunya per hari untuk kegiatan banyak duduk (inaktif). Sebanyak 59% kelompok laki-laki melakukan kegiatan inaktif, sedangkan

perempuan mencapai 64%. (Waluyo, 2009).

Table 2.6 : Persentase Waktu Inaktif Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kel.Umur (th) Laki-laki (%) Perempuan (%) 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 Kel.Umur (th) 65+ Total
Sumber : SKRT 2001, Depkes.

63,5 58,5 57,8 56,2 55,6 Laki-laki (%) 62,2 59,2

66,7 62,7 60,3 60,4 64,5 Perempuan (%) 71,0 63,6

3. Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan

37

Manfaat umum dari kegiatan olahraga buat kesehatan dapat berupa : (Bustan, 2000 dan Indriyani, 2009) a Memperlancar aliran sirkulasi darah b Membantu pencernaan c Menguragi keletihan dan memperbaiki ketahanan tubuh

d Memperkuat otot-otot, tulang dan jaringan ligamen. e Memperindah tubuh f Dapat mengurangi bunyi napas waktu tidur

g Membantu menyeimbangkan emosi h Mempertajam kekuatan mental i j k Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit Memperbaiki kepercayaan diri. Meningkatkan sensitivitas insulin.

Tabel 2.7 Keuntungan Melakukan Kegiatan Olahraga


Keuntungan Perbaikan jarinagn fungsi paru Berkurangnya faktor risiko penyakit jantung koroner Keuntungan Penurunan angka kematian dan kesakitan Keuntungan lain Efek 1. Peningkatan ambilan oksigen 2. Penurunan kebutuhan oksigen jantung pada intensitas tertentu 3. Penurunan frekwensi jantung dan tekanan darah 4. Peningkatan cadangan pernafasan 1. Penurunan tekanan darah 2. Peningkatan kadar kolesterol HDL dan penurunan kadar trigliserida dalam darah 3. Penurunan lemak badan dan berat badan 4. Penurunan kebutuhan insulin, perbaikan toleransi glukosa Efek 1. Pencegah primer : menurunkan kejadian PJK 2. Pencegahan skunder - Memperpanjang usia - Mengurangi serangan jantung 1. Berkurangannya rasa cemas dan depresi 2. Bertambahnya perasaan sehat 3. Bertambahnya prestasi kerja 4. Menurunkan risiko osteoporosisi

Sumber : Hahn Ra, J. Am. Med. Assoc. 264 ; 2654 2659, 1990

38

Penelitian membuktikan bahwa olahraga sangat penting bagi seseorang bila ingin tetap bugar dan terhindar dari penyakit. Sebuah riset yang dipresentasikan dalam Konferensi stroke Internasional tahun 2008 yang digagas Asosiasi Stroke Amerika Serikat belum lama ini menyatakan, latihan aerobik dengan intensitas sedang secara signifikan dapat menekan risiko pria atau wanita dari kemungkinan menderita stroke (Vidder, 2008). 4. Cara Sehat Berolahraga Cara sehat berolahraga dapat mengacu pada pedoman FITT yaitu : Frekuensi, Intensitas, Temo/Time dan Type (Cahyono, 2008). a. Frekuensi. Frekuensi olahraga yang sebaiknya dilakukan adalah secara teratur 3 hingga 5 kali perminggu pada hari yang bergantian artinya selang sehari. Jangan lupa memberi kesempatan tubuh untuk pemulihan sehari setelah berolahraga. Olahraga yang dilakukan melebihi 5 kali seminggu akan menimbulkan berbagai komplikasi baik secara psikologis

maupun fisiologis dan sudah tidak ada keuntungannya lagi bagi tubuh. Itu disebabkan meskipun otot jantung dapat dilatih beberapa kali setiap hari, tetapi otot-otot rangka/tubuh akan mulai rusak jika dilatih terlalu keras. Dibutuhkan waktu selama 48 jam (2 hari) untuk otot-otot rangka untuk pulih dari perdarahan & kerusakan mikro tersebut. Bahkan, untuk olahraga yang lebih

39

berat, dibutuhkan lebih lama lagi untuk sembuh sempurna. Dengan memberikan waktu bagi otot untuk sembuh, itu dapat membuat otot menjadi lebih kuat. b. Intensitas Intensitas mengandung arti berat beban latihan yang diberikan tidak mengakibatkan efek yang membahayakan. Sebaiknya olahraga yang dilakukan bersifat ringan hingga sedang yaitu 60%-70% MHR (Maximun Heart Rate atau detak jantung maksimum) olahraga dengan intensitas seperti ini sudah cukup memperbaiki atau meningkatkan kemampuan jantung karena bila latihan dilakukan sampai denyut jantung maksimal akan menyebabkan kelelahan dan membahayakan. Sebaliknya jika latihan dibawah 70% maka efek latihan sangat sedikit atau kurang bermanfaat bagi jantung khususnya bagi orang sehat. Perhitungan MHR adalah 220 - umur. Contohnya, target untuk orang yang berusia 40 tahun adalah 220 - 40 = 180. Enam puluh (60) % dari nilai tersebut adalah 108. Ini berarti selama latihan diusahakan agar denyut nadi berkisar 108 kali hingga 126 kali per menit. c. Time/ Tempo

Tempo latihan mengandung arti jangka waktu atau lamanya latihan yang diberikan agar memberikan manfaat. Penelitianpenelitian menunjukan, lama latihan antara 20-30 menit sudah cukup memberikan kenaikan kemampuan sebanyak 35% bila

40

dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam jangka waktu satu setengah bulan. Maka latihan-latihan yang serupa selama 6 bulan akan menghasilkan peningkatan kemampuan sampai optimal. Makin lama seorang berlatih pada dosis latihan yang dianjurkan berarti makin tahan jantungnya. Makin lama latihan berarti semakin banyak darah yang dialirkan, semakin banyak pula oksigen yang dipakai atau didistribusikan keseluruh tubuh. Latihan yang dilakukan 30 menit akan memberikan efek bagi kita, disatu pihak akan meningkatkan aliran darah, dilain pihak akan membantu memecahkan metabolisme lemak dan

kolesterol. Dengan demikian siapapun yang berolahraga dengan baik dan benar artinya mampu meningkatkan kesegaran jasmani sampai ketingkat baik. Selain bugar merekapun telah melakukan tindakan preventif. Toleransi waktu maksimal yang digunakan untuk berolah raga adalah 3060 menit. d. Tipe

Olahraga secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu olahraga aerobik (dengan oksigen) atau anaerobik (tanpa oksigen). Hampir semua olahraga adalah kombinasi dari kedua macam tersebut. Berikut akan dijelaskan perbedaan kedua macam olahraga tersebut : 1) Olahraga aerobik: Istilah ini digunakan untuk olahraga yang membutuhkan oksigen dari udara untuk dapat

menggerakkan otot-otot, sehingga membuat jantung & paru-

41

paru bekerja lebih keras dari yang biasanya. Berjalan kaki, berlari, bersepeda, & berenang yang dilakukan dalam waktu lama adalah contoh olahraga aerobik. Olahraga jenis ini lebih bagus untuk membakar kalori & meningkatkan fungsi jantung dibandingkan olahraga anaerobik. Tetapi, olahraga jenis ini kurang bagus untuk meningkatkan kekuatan atau

membentuk otot-otot. 2) Olahraga anaerobik: Berbeda dengan olahraga

aerobik, olahraga jenis ini menggunakan sumber energi di otot yang dibakar tanpa oksigen dari udara. Olahraga jenis ini membutuhkan latihan yang lebih sering dalam waktu yang lebih singkat. Contohnya adalah angkat beban. Olahraga jenis ini membakar kalori dalam jumlah yang lebih sedikit dari olahraga aerobik. Tetapi, olahraga jenis ini bagus untuk meningkatkan kekuatan atau membentuk otot-otot rangka. Dalam waktu yang lama, massa otot rangka yang bertambah banyak membuat berat badan turun karena massa otot rangka yang lebih banyak membutuhkan kalori lebih banyak. Untuk memperkuat jantung, olahraga harus dilakukan dengan intensitas yang cukup tinggi. Intensitas dirasakan cukup ketika denyut jantung per menit meningkat sebanyak 20 kali per menit dari yang normal, disertai nafas berat & keringat dalam jumlah banyak (dalam udara yang tidak panas). Sedangkan untuk menilai tingginya intensitas adalah

42

ketika tubuh sudah tidak mampu melakukan gerakan olahraga yang sama lagi. 5. Setiap Tahapan-Tahapan Dalam Berolahraga kali berolahraga hendaknya memperhatikan dan

mengikuti tahapan-tahapan yang telah ada. Adapun tahapantahapan yang dianjurkan, yaitu : (Suara Pembaharuan, 2002). a. Pemanasan (warm up) Latihan ini dilakukan sebelum memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan yang sebenarnya. Tujuan latihan ini adalah menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung

mendekati intensitas latihan. Selain itu pemanasan perlu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga. Lama pemanasan biasanya 5 - 10 menit. b. Latihan inti (conditioning) Pada tahap ini, denyut nadi diusahakan mencapai target seperti yang ditulis di atas. Bila target tersebut tidak tercapai, maka tidak ada manfaatnya, sebaliknya bisa melebihi target yang telah ditentukan, akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan. c. Pendinginan (cool down)

Sebaiknya setiap selesai melakukan olahraga dilakukan pendinginan untuk mencegah terjadinya penimbunan zat-zat racun yang dikeluarkan sewaktu berolahraga atau pusing-

43

pusing karena darah masih terkumpul di otot yang aktif. Penimbunan asam laktat dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolahraga. Bila olahraga yang dilakukan adalah jogging maka pada pendinginan sebaiknya tetap jalan untuk beberapa menit. Bila bersepeda, tetap mengayun sepeda tanpa beban. Lama pendinginan kurang lebih 5 - 10 menit, hingga denyut nadi mendekati detak jantung waktu istirahat. Olahraga yang dimaksud bagi penderita yang berisiko stroke adalah tingkat kegiatan fisik yang sedang-sedang saja seperti berjalan, jalan cepat, bersepeda, berkebun, membersihkan rumah, berdansa dan bowling. Bila dilakukan secara teratur akan memberikan manfaat namun tidak kontinyu. Sebaiknya hindarkan olahraga atau kegiatan yang memaksa dan berkepanjangan karena

mengakibatkan beban berlebihan pada tubuh terutama jantung (Sustrani dkk, 2004).

F. Tinjauan Umum Tentang Stress Menurut Munandar (2001), stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang. Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi. Stress

44

merupakan segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri karena itu sesuatu yang menggangu keseimbangan kita. Stress merupakan respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stress memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Stress emosional dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. Stress intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, stress sosial akan menggangu hubungan individual terhadap kehidupan. (Rasmun, 2004) Seseorang menjadi stres karena adanya stressor. Stressor adalah suatu peristiwa, situasi individu atau objek yang dapat menimbulkan stres dan reaksi terhadap stres. Stressor yang berkepanjangan akan menggangu individu, misalnya menimbulkan rasa tidak sejahtera atau mengganggu keseimbangan hidup seseorang sehingga menimbulkan dampak yang merugikan (Lukluka, 2008). Usia yang rentan terserang stress karena menghadapi dinamika kehidupan yaitu pada usia produktif. Mereka yang produktif sering berhadapan dengan tantangan, jika tidak mampu mengaturnya bisa berpotensi stress. Selain lingkungan social yang makin kompleks,

45

kebiasaan orang diusia produktif yang tidak selektif dalam konsumsi makana juga mempengaruhi tingkat stress (Aminullah, 2008) Menurut Mahsun (2004) ada dua jenis stress yaitu : a. Eustress, yaitu hasil dari responden terhadap stress yang

bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut temasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kempuan adaptasi dan tingkat performance yang tinggi. b. Distress yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat

tidak sehat, negative dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian. Menurut Santrock dalam Indri Kamela 2007, faktor-faktor yang Mempengaruhi/Menyebabkan Stress yaitu : a. Faktor Lingkungan

1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi Istilah yang sering digunakan untuk beban yang terlalu berat di masa kini adalah burnout, perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan, yang disebabkan oleh stress akibat pekerjaan yang sangat berat. Burnout membuat penderitanya merasa sangat kelelahan secara fisik dan emosional. Berbagai stimulus bukan hanya dapat menjadi beban yang terlalu berat, namun

46

juga bisa menjadi sumber konflik. Konflik terjadi ketika seseorang harus mengambil keputusan dari dua atau lebih stimulus yang tidak cocok. Tiga tipe konflik utama adalah : a) Mendekat (approach/approach conflict), terjadi bila

individu harus memilih antara dua stimulus atau keadaan yang sama menarik. Konflik mendekat/mendekat adalah konflik yang tingkat stresnya paling rendah dibandingkan dua tipe konflik lainnya karena dua pilihannya memberikan hasil yang positif. b) Menghindar/menghindar (avoidance/avoidance

conflict), terjadi ketika individu harus memilih antara dua stimulus yang sama-sama tidak menarik, yang sebenarnya ingin dihindari keduanya, namun mereka harus memilih salah satunya. Pada banyak kasus, individu memilih untuk menunda mengambil keputusan dalam konflik

menghindar/menghindar sampai saat-saat terakhir. c) Mendekat/menghindar (approach/avoidance conflict),

terjadi bila hanya ada satu stimulus atau keadaan namun memiliki karakteristik yang positif dan juga negatif. Bila dihadapkan dalam konflik seperti ini (timbul dilema), biasanya individu merasa bimbang sebelum mengambil keputusan. Ketika waktunya untuk mengambil keputusan semakin dekat, kecenderungan untuk menghindar biasanya semakin mendominasi

47

d)

Frustasi adalah situasi apapun dimana individu tidak

dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kegagalan dan kehilangan adalah dua hal yang terutama membuat frustasi. 2) hari b. Faktor-Faktor Kepribadian Kejadian besar dalam hidup dan gangguan sehari-

Pola Tingkah Laku Tipe A (type A Behavior Pattern) Adalah sekelompok karakteristik rasa kompetitif yang berlebihan, kemauan keras, tidak sabar, mudah marah , dan sikap bermusuhan yang dianggap berhubungan dengan masalah jantung. Penelitian mengenai pola tingkah laku tipe A pada anakanak dan remaja menemukan bahwa anak-anak dan remaja dengan pola tingkah laku tipe A cenderung menderita lebih banyak penyakit, gejala gangguan jantung, ketegangan otot, dan gangguan tidur, dan bahwa anak-anak dan remaj dengan tipe A biasanya memiliki orang tua yang juga memiliki pola tingkah laku A c. Faktor-Faktor Kognitif Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung pada bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Pandangan ini telah dikemukan oleh peneliti bernama Richard Lazarus (1966, 1990, 1993). Penilaian kognitif (cognitive appraisal) adalah istilah yang digunakan Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu

48

yang berbahaya, mengancam, atau menantang dan keyakinan mereka apakah mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian dengan efektif. Menurut pandangan Lazarus, berbagai kejadian dinilai dua langkah : 1) Penilaian primer (primary appraisal), mengartikan

apakah suatu kejadian mengandung bahaya atau menyebabkan kehilangan, menimbulkan suatu ancaman akan bahaya di masa yang akan datang atau tantangan yang harus dihadapi. a) Bahaya (harm), penilaian terhadap kerusakan yang

sudah diakibatkan oleh suatu kejadian. b) Ancaman (threat), penilaian terhadap kerusakan yang

berpotensi terjadi di masa yang akan datang akibat suatu kejadian. c) Tantangan (challenge), penilaian terhadap potensi

untuk mengatasi situasi yang tidak menyenangkan akibat suatu kejadian dan mengambil keuntungan secara maksimal dari kejadian tersebut. 2) Penilaian sekunder (secondary appraisal),

mengevaluasi potensi atau kemampuan dan menentukan seberapa efektif potensi atau kemampuan yang dapat

digunakan untuk menghadapi suatu kejadian. Lazarus percaya bahwa pengalaman stres adalah

keseimbangan antara penilaian primer dan sekunder. Ketika

49

bahaya dan ancaman tinggi, sementara tantangan dan sumber daya yang dimiliki rendah, stres cenderung akan menjadi berat; bila bahaya dan ancaman rendah, dan tantangan serta sumber daya yang dimiliki tinggi, maka stres akan cenderung menjadi ringan atau sedang d. Faktor-Faktor Sosial Budaya 1) Stres akulturatif Akulturasi (acculturation) mengacu pada perubahan

kebudayaan yang merupakan akibat dari kontak langsung yang sifatnya terus menerus antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda. Sedangkan stres akulturatif (acculturative) adalah konsekuensi negatif dari akulturasi. 2) Status sosial ekonomi

Tekanan stress (stressor) akan membebani individu dan akan mengakibatkan gangguan keseibangan fisik maupun psikis. Batas kritis tekanan yang menimbulkan stress sangat bervariasi antar individu (Hartono,2007). Perubahan yang terlalu besar dan cepat dibandingkan dengan kemampuan kita untuk menerimanya bisa menimbulkan stress. Secara umum semakin banyak peristiwa yang kita alami dalam kurun waktu tertentu dan semakin tinggi tingkat stresnya, maka akan semakin banyak stress yang dialami, baik dalam emosi maupun fisik. Beratnya tingkat stress juga dipengaruhi oleh pentingnya kejadian dan perubahan yang dialami. Stress dapat timbul akibat peristiwa yang

50

menggembirakan, seperti menikah, memenangkan hadiah uang, mendapat bayi, ataupun peristiwa yang menyedihkan seperti

kehilangan pekerjaan, kecelakaan, atau sakitnya seorang anggota keluarga (Wilkinson, 2002). Dalam setiap tahun kita harus menghadapi banyak

persoalan/cobaan yang tidak dapat dihindari. Ahli ilmu jiwa Amerika Dr.Thomas Holmes dari Universitas Washington melakukan penelitian dengan membuat daftar cobaan/peristiwa kehidupan guna menyelidiki pengaruhnya terhadap kesehatan badan dan jiwa. Sesuai dengan pengaruhnya dia telah memberikan berbagai nilai untuk berbagai peristiwa. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam setahun tidak boleh lebih dari 300. Bila angka sebanyak 300 sudah tercapai dia mengamati timbulnya gejala sakit yang serius, seperti serangan jantung dan depresi ( Machfoedz, 2008). Tabel 2. 8 Peristiwa Kehidupan
Peristiwa Kehidupan Kematian suami/istri Perceraian Hidup terpisah dalam perkawinan Hukuman penjara Kematian anggota keluarga dekat Luka atau sakit (diri sendiri) Perkawinan Dipecat dari perusahaan (PHK) Rukun kembali antar suami istri Pensiun Peristiwa Kehidupan Perubahan kesehatan anggota keluarga Kehamilan Masalah seksual Mendapat anggota keluarga baru Penyesuaian kembali dalam bisnis Perubahan situasi keuangan /status ekonomi Kematain teman dekat Nilai 100 73 65 63 63 58 50 47 45 45 Nilai 44 40 39 39 39 38 37

51

Perbaikan kebiasaan Perubahan bidang pekerjaan / ganti pekerjaan Bertengkar dengan pasangan Hutang lebih dari 10 jt Penyitaan barang yang didigadaikan Perubahan tangguang jawab pada pekrjaan/ganti jabatan Masalah dengan keluarga suami/istri Anak tinggalkan rumah Prestasi istimewa Pasangan berhenti/mulai bekerja Muali atau mengakhiri sekolah Perubahan kondisi kehidupan/tempat tinggal Mengubah kebiasaan pribadi Masalah dengan bos Pindah rumah, sekolah, rekreasi Perubahan kegiatan keagamaan Perubahan kegiatan sosial Hutang kurang dari 10 juta Perubahan kebiasaan tidur Perubahan kebiasaan makan Cuti Liburan Pelanggaran hukum ringan
Sumber :Lukluka, Zuyina dan Siti Bandiyah. 2008

37 36 35 31 30 29 29 29 28 26 26 25 24 23 20 19 18 17 16 15 13 12 11

Skor : cara menentukan tingkat stres adalah dengan menjumlahkan item stres yang sesuai. Dan menyesuaiakan dengan patokan nila 150 199 : tergolong stress ringan 200 299 : tergolong stress sedang 300 : tergolong stress berat Menurut Potter dan Perry dalam Rasmun (2004), telah menghubungkan tingkat stress dengan kejadian sakit : 1. Stres Ringan : biasanya tidak merusak aspek fisiologis,

stress ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya : lupa, ketiduran, kemacetan dan dikritik. Situasi seprti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam. 2. Stress Sedang : terjadi lebih lama beberapa jam sampai

hari, misalanya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang

52

berlebihan, mengharapkan pekerjaan yang baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama. 3. Stres Berat : adalah stress kronis yang terjadi beberapa

minggu sampai tahun, miasalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan financial dan penyakit fisik lainnya. Stres bisa memicu stroke karena stres meningkatkan adrenalin. Adrenalin akan memicu tubuh untuk menghasilkan energi yang diperoleh dari pembakaran lemak. Pembakaran lemak akibat stres menyebabakan kadar lemak dalam darah menjadi tianggi. Hal ini dikarenakan kendaraan pengangkut untuk membuang lemak yaitu high density lipoprotein (HDL) tidak ikut meningkat. Hal tersebut berbeda dengan pembakaran lemak karena berolahraga. Pembakaran pada saat berolahraga ikut meningkatkan kadar HDL dalam darah sehinga lemak yang terbakar akan dibuang keluar dari tubuh (Indriasari, 2005). Menurut ahli spesialis syaraf dr. Syfrizal A, SpBs menyatakan bahwa stres dapat menyumbang 20% penyebab stroke. Stroke yang tidak terkendali akan memicu naiknya tekanan darah dan kolesterol daam darah sehingga rentan terhadap terjadiya serangan stroke (Budiman, 2006). Menurut Maramis dalam Sunaryo (2004), Stress dapat

bersumber dari beberapa hal, yaitu : 1. Frustasi Timbul akibat kegagalan dalam pencapaian tujuan karena adanya hambatan. Frustasi ada yang bersifat intristik (cacat badan,

53

dan kegagalan usaha) dan ekstrensik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,

pengangguran, perselingkuhan, dll). 2. Konflik Peran Tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Para wanita yang bekerja dikabarkan sebagai pihak yang mengalami stress lebih tinggi dibandingkan

dengan pria. Masalahnya, wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. 3. Tekanan Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam individu, misalanya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolah selalu rengking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebih kepada suami.

4. Krisis Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress kepada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi. Hal ini dapat

54

membuat seseorang menghadapi perasaan yang kritis yang dapat menimbulkan stress. Beberapa gejala awal akibat stress dapat dibagi menjadi keluhan somatik, psikis dan gangguan psikomotor dengan atau tanpa gejala psikotik. (Hartono, 2007) 1. Keluhan somatik (sakit) a. Gangguan cerna b. Nyeri dada atau debar jantung c. Insomnia berupa sulit tidur atau tidur tapi mudah terbangun d. Gangguan yang tidak spesifik seperti sakit kepala atau tidak nafsu makan e. Nyeri otot, letih, lesu, tidak bergairah. 2. Keluhan psikis a. Putus asa, merasa masa depan suram b. Sedih dan merasa suram c. Inplusif dan mudah marah d. Selalu tegang dan suka menyendiri 3. Gangguan psikomotor a. Gairah kerja/belajar menurun b. Mudah lupa dan konsentrasi berkurang. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia menunjukan bahwa kaum hawa lebih rentan terserang stres dibandingkan kaum adam. Umumnya mereka yang menderita stres berada dalam kisaran usia

55

produktif. Yang dipicu oleh beberapa faktor diantaranya faktor sosiallingkungan dan psikologis (Wilkinson, 2002). Akan tetapi hampir semua orang pernah mengalami stres. Stres merupakan hal yang wajar. Disatu sisi, stres dapat mengganggu keseimbangan hidup seseorang, tetapi disisi lain stres merupaan salah satu energi yang dapat membantu seseorang untuk mencapai cita-citanya. Bila stres dikelola dengan baik stres justru dapat meningkatkan vitalitasme, optimisme, pandangan hidup yang positif, ketahanan mental dan fisik serta dapat meningkatkan produktivitas dan kreatifitas (Wilkinson, 2002). Tanpa pernah disadari, gaya hidup yang dijalani juga membuka peluang lebih besar untuk stress. Adapun gaya hidup yang berpotensi membuat seseorang menjadi stress yaitu : (Hartono, 2007) 1. Terlalu banyak bekerja tanpa keseimbangan Bekerja giat tanpa jeda sangat memungkinkan membuat stress. Menngaku seorang workaholic ? tidak masalah jika workaholic itu berjalan seimbang dengan kehidupan yang lain seperti melakukan olahraga, hobi atau hal-hal di luar pekerjaan. 2. Rutinitas yang monoton Jadwal kegiatan yang monoton dan rutin dapat

mengeringkan emosi atau suasana hati. Rutinitas membuat kita hidup seperti dalam auto mode dan membuat kita tidak dapat menikmati hidup. Membuat kita menjadi sensitive, merasa buntu, sehingga stress tersebut mmuncul.

56

3.

Tidak ada supportive resources Menampuk tanggung jawab besar sangat memungkinkan

membuat kita terbebani. Pemikiran seperti jika saya cuti sehari, maka semua pekerjaan menjadi berantakan justru membuat stress dan depresi. Percayalah pada rekan-rekan anda. Jika pekerjaan anda banyak delegasikan saja tugas tersebut kepada rekan. 4. Kurang dukungan sosial Keterasingan tanpa memiliki seseorang sebagai tempat untuk bercerita ketika mengalami masalah, bisa menjadi factor pendorong stress. 5. Tidak ada waktu untuk hobi Sebagai seorang yang sedang mengejar karir, sepertinya waktu untuk melakukan hobi seakan terasa seperti membuang waktu saja. Padahal hobi sangat baik agar kita merasa rileks dan santai. Mereka yang tidak pernah meluangkan waktu untuk santai atau rileksasi cenderung cepat stress ketima menghadapi masalah. 6. Kurang tidur Orang biasanya tidak menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan waktu tidur, kita menjadi tidak konsentrasi, tidak produktif dalam bekrja, dan cepat emosi ketika mengatasi maslah. Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, bukan tidak mungkin anda mengalami stress. 7. Kurang waktu luang

57

Bagian dari hidup sehat adalah memiliki waktu luang. Manfaatkan sebaik-baiknya waktu luang dengan aktivitas yang menyenangkan. Aktivitas tersebut dapat memberikan selingan segar dari maslah-masalah dalam hidup. Pada hakekatnya, stres dapat dikendalikan secara dini bila seseorang menyadari datangnya stres di awal. Mengelola stres mungkin dapat dilakukan dengan cara : olahraga, relaksasi, meditasi, yoga, aroma terapi dan lain-lain (Hartono, 2007).

G.

Kerangka Teori Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komleks,

yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar dari kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan secara ringkas sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2003)

Keturunan

Status Kesehatan

Lingkungan : - Fisik - Sosial, Ekonomi, budaya, dsb

58

Pelayanan Kesehatan

Perilaku Gambar 2.1 Teori H.L Blum Keterangan : 1. Lingkungan Lingkungan dimana seseorang tinggal dan bisa

mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan. Baik lingkungan fisik, ekonomi, sosial maupun budaya. Pada stroke, misalnya perokok pasif, mereka tidak merokok tetapi harus turut merasakan akibat buruk dari rokok yang dibakar oleh orang di sekitarnya. lingkungan kerja atau sosial yang tidak nyaman, menimbulkan tekanan-tekanan tersendiri bagi seseorang sehingga seseorang tersebut menjadi stres. Atau tinggal dilingkungan yang banyak menjual makanan siap saji, seperti junk food, sea food dll sehingga orang yang tinggal didaerah tersebut lebih banyak mengkonsumsi makanan yang kaya kolesterol sehingga memiliki risiko terkena stroke akibat konsumsi makanan berkolesterol lebih tinggi.

2. Perilaku Faktor yang berhubungan dengan kebiasaan hidup

seseorang yang bisa memicu timbulnya penyakit. Adapun prilaku

59

yang dapat memicu terjadinya stroke yaitu seperti kebiasaan merokok, konsumsi makanan berlemak dan berkolesterol yang rendah serat, konsumsi alkohol berlebih, sedentary living, kurang olahraga, dan lain-lain. 3. Pelayanan Kesehatan Yakni pelayanan yang diberikan untuk penanganan masalah kesehatan. Pada stroke, sering kali gejala awal sebagai isyarat terjadinya stroke diabaikan sehingga korban terlambat

mendapatkan pertolongan sehingga berakibat fatal. 4. Keturunan Faktor keturunan yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit. Pada stroke, seperti riwayat keluarga, umur, ras dan jenis kelamin.

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

60

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan kasus - kontrol (case control study). Dimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Kasus adalah subyek dengan karakter efek positif, sedangkan control adalah subyek dengan karakter efek negative. Subyek dipilih dari subyek yang sama kondisinya dengan kasus (matching). Yang dimaksud matching dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin (Notoatmodjo, 2005).

B.

Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada bulan Mei 2010. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda.

C. 1.

Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke berusia produktif yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjachranie Samarinda tahun 2009 yang berjumlah 426 orang. (Rekam medik RSUD AW Sjahranie, 2009).

61

2.

Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang

berusia produktif. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri dan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005) Untuk penelitian ini memakai pertimbangan dengan kriteria sebagai berikut : a. b. c. d. e. Kelengkapan data Berdomisili di Samarinda Pasien bersedia menjadi sampel. Berusia produktif ( 15 - 55 tahun) Tercatat sebagai karyawan di instansi pemerintahan

maupun swasta atau bekerja Pengambilan sampel dilakukan pada 2 kelompok responden yaitu: a. Kasus : Pasien yang terdiagnosa menderita stroke pada usia produktif b. Kontrol : Pasien yang tidak terdiagnosa menderita stroke pada usia produktif Jumlah sampel diambil secara Purposive (non random) dengan matching usia dan jenis kelamin. Sebanyak 75 orang diambil sebagai sampel dengan perbandingan jumlah kasus dan

62

kontrol 1 : 1, maka total sampel kasus dan kontrol adalah 150 orang. Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus sebagai berikut : (Budianto, 2002) Rumus : n= P . q . Z L Keterangan : n = Besar Sampel P = Besar Populasi yang diinginkan q =1P Z = Simpang dari rata-rata didistribusi normal standar L = Besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masih dapat diterima (10%) Maka : n = 0,73 x 0,27 x 1,96 0,1 = 0,75 0,01 = 75 Orang

D.

Kerangka Konsep Penelitian Rencana penelitian Case Control Study dapat digambarkan

sebagai berikut :

63

Kebiasaan Merokok Kebiasaan Berolahraga Kolesterol Stress

(+) (+) (+) (+) Retrospektif Kasus (+) Penderita Stroke

Kebiasaan Merokok Kebiasaan Berolahraga Kolesterol Stress

(-) (-) (-) (-) Matching Usia dan Jenis Kelamin Populasi

Kebiasaan Merokok Kebiasaan Berolahraga Kolesterol Stress

(+) (+) (+) (+) Retrospektif Kontrol (-) Bukan Penderita Stroke

Kebiasaan Merokok Kebiasaan Berolahraga Kolesterol Stress

(-) (-) (-) (-) Gambar 3.1 Kerangka Konsep

E. Hipotesis Penelitian

64

Kolesterol merupakan faktor risiko kejadian stroke usia

produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009 2 Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian stroke

usia produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009 3 Kebiasaan olahraga merupakan faktor risiko kejadian stroke

usia produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009 4 Stres merupakan faktor risiko kejadian stroke usia produktif

pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009

F. Variabel Penelitian 1 produktif 2 a. b. c. d. Variabel Bebas (independent) : Kolesterol Kebiasaan Merokok Kebiasaan Olahraga Stres Variabel Terikat (dependent) : Kejadian Stroke pada usia

65

G. Definisi Operasional Definisi operasional adalah batasan-batasan yang berguna untuk membatasi ruang lingkup variabel yang akan di teliti. Defenisi operasional berfungsi untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmodjo, 2005). Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Stroke Definisi operasional Stroke adalah pasien yang didiagnose dokter mengalami gangguan saraf otak yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di otak (pecah/sumbatan) yang terjadi dalam tempo sekitar 24 jam atau lebih. Yang berusia produktif (15-55 tahun) Kadar kolesterol total dalam darah Kriteria objektif - Kasus : pasien yang didiagnosa menderita stroke iskemik ataupun hemoragik. - Kontrol : pasien yang didiagnosa tidak menderita stroke - Berisiko : jika memiliki total kolesterol 240 mg Data skunder rekam medik Ordinal Alat Ukur Data skunder rekam medik Skala Ordinal

Kolesterol

- Tidak berisiko : jika


Kebiasaan Merokok Kegiatan atau aktifitas menghisap batang rokok/merokok dalam sehari

kadar kolesterol < 240 mg Berisiko : jika memiliki kebiasaan

Kuesioner

Ordinal

- Tidak berisiko : jika tidak memiliki kebiasaan merokok

66

Variabel Kebiasaan Berolahraga

Definisi operasional Kegiatan atau aktifitas olahraga diluar aktifitas kerja dalam seminggu yang mengacu pada pedoman FITT (Frekuensi, Intensitas, Time/Tempo, Type) Yang diawali dengan propses pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan

Kriteria objektif

Alat Ukur Kuesioner

Skala Ordinal

- Berisiko : Jika
Responden menjawab < 80% dari total petanyaan - Tidak Berisiko : Jika Responden menjawab 80% dari total pertanyaan

Stres

Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, dan ketegangan emosional. Dalam setahun terakhir.

- Berisiko : jika skor 300 - Tidak Berisiko : jika skor < 300

Angket

Nomonal

H. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan lebih baik hasilnya, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolahnya (Arikunto, 2002) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. 2. 3. Kuisioner Angket Rekam Medik

67

I. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. a. Data Primer Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara terpimpin yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yaitu pasien stroke maupun tidak yang berusia produktif yang di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjachranie. b. Data sekunder Data diperoleh dari dokumen atau laporan instansi terkait dengan penelitian ini yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie. 2. Teknik Pengolahan Data Beberapa tahapan dalam pengolahan data yaitu : a. Editing Bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang telah diberikan responden. Editing dilakukan di lapangan agar dapat mempermudah dalam proses melengkapi atau Teknik Pengumpulan Data

menyempurnakan data yang kurang. b. Coding Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angkabilangan agar mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

68

c. Proccessing Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati pengkodingan maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke computer. d. Cleaning Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan

pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada saat meng-entry ke komputer.

J.

Analisis Data dan Pengujian Hipotesa Data yang sudah terkumpul melalui kuesioner lalu di olah dan

selanjutnya untuk membuktikan hipotesis, maka digunakan program SPSS (statistical Product and Service Solutions) 11,5 for windows dan selanjutnya data di analisis dengan cara : 1. Analisis Univariat Analisis univariate dilakukan untuk meperoleh gambaran tentang tiap-tiap variable yang digunakan dalam penelitian. Setelah itu data diolah dan disajikan dalam bentuk table frekuensi atau tabel silang. 2. Analisis Bivariat Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis yang diuji Hipotesis Nol (Ho). Hipotesis diuji dengan tingkat kemaknaan

69

= 0,05. Uji statistik yang digunakan untuk membandingkan antara kasus dan kontrol terhadap faktor - faktor risiko (variabel independent) dengan rumus Odds Ratio (OR) dengan formulasi sebagai berikut : Tabel 3. 2 Kontingensi 2 x 2
Faktor Resiko Positif (+) Nagatif (-) Jumlah Kelompok Studi Kasus (+) Kontrol (-) a b c d a+c b+d Total a+b c+d T

Sumber : Kasjono & Kristiawan, 2008

Rumus Odds Ratio (OR), dengan rumus sebagai berikut :

a / a + c) b / b( + d ) ( O R= : = a / c : b / d = a d/ b c c / a + c) d (b + d ) (
Keterangan : a = jumlah kasus dengan resiko positif (+) b = jumlah kontrol dengan resiko positif (+) c = jumlah kasus dengan resiko negatif (-) d = jumlah kontrol dengan resiko negatif (-) T = total keseluruhan Odds Ratio adalah risiko antara probabilitas terjadinya sesuatu (kejadian) dengan probabilitas tidak terjadinya sesuatau (kejadian)

70

tersebut. Bila nilai ini dikaitkan dengan peristiwa penyakit atau gangguan kesehatan lainnya, maka Odds Rasio adalah rasio antara probabilitas untuk terjadinya penyakit tersebut (Noor, 2002). Interpretasi nilai OR : Odds Ratio (OR) = 1 : Berarti variabel tersebut tidak ada efek,

pengaruhnya

untuk

terjadinya

dengan kata lain bersifat netral. Odss Ratio (OR) > 1 : Menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya efek tertentu. Odds Ratio (OR) < 1 : Berarti faktor yang diteliti tersebut justru mengurangi kejadian efek, dengan kata lain variabel tersebut merupakan faktor protektif. Odds Ratio (OR) = ad / bc dengan confidence interval (CI) = 95 %. Dikatakan bermakna jika nilai 1 (satu) tidak diantara batas atas dan batas bawah CI dan nilai batas bawah harus lebih dari 1 atau hubungan dikatakan bermakna apabila nilai Lower Limit dan Upper Limit tidak mencakup nilai 1 (satu).

You might also like