Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan sesuai Surat Perjanjian Kontrak antara Satuan Kerja Perencanaan Pemrograman dan Penganggaran Bidang Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum dengan PT. JASAPATRIA GUNATAMA dengan Nomor : KU.08.08/PPK/Ap/61/2006, Tanggal 13 Juni 2006, maka dapat disusun Laporan Akhir. Dalam laporan ini berisikan uraian pendahuluan, pendekatan dan metodologi, gambaran umum dan wilayah studi, pengolahan dan analisa data, penyusunan pola pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan serta kesimpulan dan rekomendasi. Atas segala arahan dan bantuan dari berbagai pihak terkait demi kelancaran pembuatan laporan ini diucapkan terima kasih. Demikian Laporan Akhir disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk melaksanakan program selanjutnya.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
DAFTAR ISI
Halaman i ii vii xii xiv xv 11 11 14 14 15 15 15 16 16 16 18 19 21 21 28 28 2 10 2 10 2 14 2 14 2 15 2 16 31 31 33 33
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA BAB-I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Wilayah Studi 1.1.2. Permasalahan Umum 1.2. Maksud Dan Tujuan 1.2.1. Maksud 1.2.2. Tujuan 1.3. Sasaran 1.4. Data Umum Pekerjaan 1.5. Lingkup Jasa Pelayanan 1.6. Jangka Waktu Pelaksanaan 1.7. Pelaporan PENDEKATAN DAN METODOLOGI 2.1. Pendekatan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan 2.2. Pendekatan Dan Metodologi 2.2.1. Kerangka Analisis Dalam Penyusunan Pola Pengelolaan SDA 2.2.2. Metode Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai 2.2.2.1. Pengkajian Data 2.2.2.2. Indentifikasi dan Upaya Strategis 2.2.3. Pertemuan Konsultasi Masyarakat 2.3. Penyusunan Konsep Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Asahan 2.4. Legalisasi GAMBARAN UMUM DAN WILAYAH STUDI 3.1. Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan SDA dan Irigasi Provinsi Sumut 3.2. Aspek Tata Ruang 3.2.1. Gambaran Umum Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara
BAB-II
BAB-III
ii
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.3.
3.4.
3.5. 3.6.
Letak Geografis Kondisi Topografi Iklim Geologi Hidrologi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 3.2.1.7. Pemanfaatan Ruang 3.2.1.8. Penggunaan Lahan di WS Asahan Aspek Sosial Ekonomi 3.3.1. Batas Administrasi Wilayah Studi 3.3.2. Kependudukan 3.3.3. Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk 3.3.4. Sektor Pertanian 3.3.4.1. Sub Sektor Tanaman Pangan 3.3.4.2. Sub Sektor Perkebunan 3.3.4.3. Sub Sektor Perikanan 3.3.4.4. Sub Sektor Peternakan 3.3.4.5. Sub Sektor Kehutanan 3.3.5. Sektor Energi dan Air Bersih 3.3.5.1. Sub Sektor Listrik 3.3.5.2. Sub Sektor Air Bersih 3.3.6. Sektor Pariwisata 3.3.7. Sektor Industri Pengolahan 3.3.8. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3.3.9. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Studi 3.3.9.1. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumut 2002 - 2004 Aspek Hidrologi 3.4.1. Analisis Curah Hujan, Iklim dan Debit 3.4.2. Analisis Kalibrasi ,Verifikasi dan Perhitungan Debit Runoff Aspek Kualitas Air Aspek Konservasi 3.6.1. Keterkaitan Sub Ekosistem Hulu dan Hilir DTA Danau Toba - WS Asahan 3.6.2. Kondisi Biofisik Wilayah DAS Asahan - Toba 3.6.2.1. Jenis Tanah 3.6.2.2. Curah Hujan dan Erosi Tanah 3.6.2.3. Kemiringan Lereng 3.6.2.4. Penutupan Lahan Aspek Pengembangan Sumber Daya Air 3.7.1. Sistem Tata Air 3.7.2. Infrastruktur yang ada (kondisi eksisting)
33 35 35 35 38 3 11 3 17 3 21 3 27 3 27 3 28 3 32 3 33 3 34 3 36 3 39 3 39 3 41 3 43 3 43 3 44 3 45 3 47 3 50 3 50 3 50 3 53 3 53 3 64 3 68 3 73 3 73 3 75 3 75 3 80 3 81 3 82 3 92 3 92 3 92 iii
3.7.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.7.3. Kebutuhan Air 3.7.4. Rencana Infrastruktur Masa Mendatang 3.7.5. Perhitungan Data Time Series Masukan DSSRibasim BAB-IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air 4.1.1. Visi dan Misi Pengelolaan SDA 4.2. Analisis Arahan Tata Ruang 4.2.1. Aspek Tata Ruang Pada WS Asahan 4.2.1.1. Letak WS Asahan Secara Regional 4.2.1.2. Kawasan Andalan di WS Asahan 4.2.1.3. Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Sungai Asahan 4.2.1.4. Permasalahan Lingkungan di WS Asahan 4.2.1.5. Arahan Pemanfaatan Ruang di Wilayah Sungai Asahan 4.2.1.6. Arahan Struktur Penataan Ruang di WS Asahan / Kawasan Danau Toba 4.3. Analisis Aspek Sosial Ekonomi 4.3.1. Proyeksi Penduduk 4.3.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Studi 4.3.3. Proyeksi Sektor Pertanian WS Asahan 4.3.3.1. Proyeksi Kebutuhan Pangan 4.3.3.2. Proyeksi Produksi Pangan 4.3.3.3. Proyeksi Neraca Pangan 4.3.3.4. Proyeksi Lahan Sawah 4.3.3.5. Proyeksi Populasi Ternak 4.3.4. Proyeksi Sektor Energi dan Air Bersih 4.3.4.1. Sub Sektor Energi 4.3.4.2. Sub Sektor Air Bersih 4.3.5. Proyeksi Sektor Parwisata 4.4. Analisis Aspek Hidrologi 4.4.1. Ketersediaan Air Wilayah Sungai Asahan 4.4.2. Perhitungan Debit Banjir Rencana Sub DAS 4.4.2.1. Hujan Rencana 4.4.2.2. Debit Banjir Rencana 4.5. Analisis Kebutuhan Air Bersih dan Kualitas Air Sungai 4.5.1. Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri (RKI) 4.5.1.1. Analisis RKI di DAS Asahan 4.5.1.2. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga dan Industri (RKI) 4.5.2. Kualitas Air DAS Asahan
3 92 3 94 3 94
41 41 43 45 45 46 48 4 11 4 15 4 19 4 27 4 29 4 29 4 36 4 40 4 40 4 41 4 43 4 48 4 49 4 52 4 52 4 56 4 57 4 60 4 60 4 60 4 61 4 61 4 71 4 71 4 71 4 79 4 84 iv
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6.
4.7.
4.8. BAB-V
4.5.2.1. Kualitas Air Kawasan Danau Toba 4.5.2.2. Kualitas Air Sungai yg Masuk ke Danau Toba Analisis Aspek Konservasi 4.6.1. Erosi dan Sedimentasi 4.6.1.1. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian Hulu 4.6.1.2. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian Hilir 4.6.2. Strategi Konservasi 4.6.2.1. Pola Konservasi Analisis Aspek Pengembangan Sumber Daya Air 4.7.1. Upaya-upaya Pengembangan Sumber Daya air 4.7.1.1. Upaya Peningkatan Pola Operasi Danau Toba untuk PLTA 4.7.1.2. Upaya Pengembangan Rencana Bendungan Analisis Pengendalian Banjir
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SDA WS ASAHAN 5.1. Konsepsi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Asahan 5.1.1. Konservasi SDA 5.1.2. Perlindungan dan Pelestarian SDA 5.1.3. Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air 5.1.4. Pendayagunaan SDA 5.1.4.1. Penatagunaan 5.1.4.2. Penyediaan 5.1.4.3. Penggunaan 5.1.4.4. Pengembangan 5.1.4.5. Pengusahaan 5.1.5. Pengendalian Daya Rusak AIr 5.1.5.1. Pencegahan Daya Rusak Air 5.1.5.2. Penanggulangan Daya Rusak Air 5.1.5.3. Pemulihan Daya Rusak Air 5.1.6. Peran Serta Masyarakat 5.1.7. Sistem Informasi SDA 5.2. Strategi Pengelolaan SDA 5.2.1. Strategi Jangka Pendek (2006 2010) 5.2.2. Strategi Jangka Menengah (2011 2020) 5.2.3. Strategi Jangka Panjang (2021 2030) 5.3. Konsep Rancangan Pola Pengelolaan SDA WS Asahan
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
BAB-VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Aspek Tata Ruang 6.1.2. Aspek Sosial Ekonomi 6.1.3. Aspek Konservasi 6.1.4. Aspek Kualitas Air 6.1.5. Aspek Pengembangan SDA 6.1.6. Aspek Pengendalian Banjir 6.2. Rekomendasi 6.3. Penutup
61 61 61 62 62 63 64 65 66 6 11
vi
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Sumatera Utara Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Provinsi SUMUT Potensi Kawasan Lindung dan Budidaya Hutan di Provinsi SUMUT Penggunaan Lahan di Prov. SUMUT Tahun 2002 Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan Luas Wilayah DAS Asahan Per Kabupaten Laju Pertumbuhan Penduduk di WS Asahan Jumlah Penduduk di WS Asahan Periode Tahun 2004 Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di DAS Asahan Prosentase Penduduk Berumur 10 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di WS Asahan Tahun 2004 Produksi Tanaman Palawija di WS Asahan Tahun 2004 Produksi Tanaman Padi di WS Asahan Tahun 2004 Perkembangan Produksi Padi Sawah di WS Asahan Tahun 2001 2004 Perkembangan Produksi Padi Ladang di WS Asahan Tahun 2001 2004 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di WS Asahan Tahun 2004 Produksi Tanaman Perkebunan PTPN / Swasta di WS Asahan Tahun 2004 Data Sub Sektor Perikanan Darat di WS Asahan Tahun 2004 Data Produksi Daging Ternak di WS Asahan Tahun 2004 Data Produksi Daging Unggas di WS Asahan Tahun 2004 Data Populasi Ternak di WS Asahan Tahun 2004 Data Populasi Unggas di WS Asahan Tahun 2004 3 8 3 13 3 15 3 19 3 21 3 27 3 29 3 29 3 31 3 33
3.11. 3.12. 3.13. 3.14. 3.15. 3.16. 3.17. 3.18. 3.19. 3.20. 3.21. 3.22. 3.23. 3.24.
3 34 3 35 3 35 3 35 3 36 3 38 3 39 3 40 3 40 3 40 3 41 3 42 3 43 3 43
vii
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.25. 3.26. 3.27. 3.28. 3.29. 3.30. 3.31. 3.32. 3.33. 3.34. 3.35. 3.36. 3.37. 3.38. 3.39. 3.40. 3.41. 3.42. 3.43. 3.44. 3.45. 3.46. 3.47. 3.48. 3.49. 3.50. 3.51. 3.52. 3.53. 3.54. 3.55.
Jumlah Produksi dan Pelanggan Air Bersih Tahun 2004 di WS Asahan Perkembangan Pelanggan Air Bersih di WS Asahan Tahun 2004 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air minum Perkembangan Jumlah Hotel dan Akomodasi lainnya di WS Asahan Periode Tahun 2000 2004 Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Kelas di WS Asahan Periode Tahun 2004 Perkembangan Jumlah Industri Besar dan Sedang Periode Tahun 2002 2004 Jumlah Industri Kecil di WS Asahan Tahun 2004 Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002- 2004 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002- 2004 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (Milyar Rupiah) Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002- 2004 Perkembangan PDRB Kabupaten/Kota di WS Asahan Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten /Kota di WS Asahan Daftar Pos Duga Air Kualitas Air S.Asahan di Porsea Kualitas Air S.Asahan di Siruar Kualitas Air S.Asahan di Tangga Kualitas Air S.Asahan di Tanjung Balai Luas Ekosistem Bagian Hulu dan Hilir Penyebaran Jenis Tanah Kemiringan Lereng Ekosistem Hulu dan Hilir Luas Kawasan Hutan Relevan Dengan DTA Danau Toba Asahan Lahan Kritis Ekosistem Hulu (DTA Danau Toba) Pembagian Kawasan Hutan Ekosistem Bagian Hilir Lahan Kritis Pada Ekosistem Bagian Hilir Kondisi Penutupan Lahan (kerapatan tajuk) Diluar dan Didalam Kawasan Hutan Kegiatan GNRHL Tahun 2003 Kegiatan GNRHL Tahun 2004 Kegiatan RL Pada Areal Model Das Mikro (MDM) Pembuatan Areal Model Hutan Rakyat dan UP Persuteraan Alam Kegiatan RHL Tahun 2005 Biaya Operasi Konservasi tahun (2001- 2005) DTA Danau Toba
3 44 3 45 3 45 3 46 3 47 3 49 3 49 3 50 3 51 3 51 3 52 3 52 3 64 3 69 3 69 3 70 3 71 3 75 3 76 3 81 3 82 3 85 3 85 3 86 3 87 3 88 3 88 3 89 3 89 3 90 3 91
viii
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.56. 3.57. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. 4.18. 4.19. 4.20 4.21. 4.22. 4.23. 4.24. 4.25. 4.26. 4.27.
Kebutuhan Air Rumah-Tangga, Perkotaan dan Industri (m3/s) Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow Rencana Penggunaan Lahan Di Kawasan WS Asahan Proyeksi Penduduk di WS Asahan Periode 2006 2030 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 1991 2003 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2004 Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Proyeksi Kebutuhan Padi di WS Asahan Tahun 2006 2030 Resume Proyeksi Kebutuhan Pangan di WS Asahan Tahun 2006 2030 Proyeksi Produksi Pangan di WS Asahan 2005 2030 Proyeksi Neraca Pangan Padi, Jagung dan Ubi Kayu di WS Asahan 2006 2030 Proyeksi Neraca Pangan Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Kedelai di WS Asahan 2006 2030 Proyeksi Luas Panen Tanaman Padi Berdasarkan Perkembangan Produksi Tahun 2006-2030 Proyeksi Jumlah Populasi Ternak Unggas Tahun 2006 2030 Proyeksi Listrik Proyeksi Pelanggan Listrik Proyeksi Pelanggan Air Minum Tahun 2006-2030 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Tahun 2006 2030 Proyeksi Jumlah Wisatawan ke Kawasan Danau Toba Tahun 2006- 2030 Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan Danau Toba Tahun 2006 2030 Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan Danau Toba Tahun 2006 2030 Klasifikasi Hotel di WS Asahan Perhitungan Ketersediaan Air Curah Hujan Rencana Wilayah Sungai Asahan Hidrograf Banjir Rencana Sub DAS Wilayah Administratif DAS Asahan Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari Menurut Kategori Kota Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari di DAS Asahan berdasarkan Tahap Perencanaan
3 93 3 93 4 27 4 30 4 36 4 38 4 38 4 39 4 40 4 40 4 41 4 44 4 46 4 48 4 51 4 53 4 54 4 56 4 57 4 57 4 58 4 59 4 59 4 60 4 62 4 65 4 71 4 72 4 73
ix
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.28. 4.29. 4.30. 4.31. 4.32. 4.33. 4.34. 4.35. 4.36. 4.37. 4.38. 4.39. 4.40. 4.41. 4.42. 4.43. 4.44. 4.45. 4.46. 4.47. 4.48. 4.49.
Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri Berdasarkan Tahapan Perencanaan di DAS Asahan Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah TanggaPerkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030 Prediksi Jumlah Penduduk DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan, Tahun 2011 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2021 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan, Tahun 2030 Kualitas Air Sungai Yang Masuk ke Danau Toba SungaiSungai di DTA D. Toba yang mengalir ke Danau Toba Erosi Aktual Masing-Masing Sub Basin WS DTA. D. Toba Hubungan Kemiringan Lereng (Slope) Dengan Kelas Tingkat Bahaya Erosi Beserta Luasnya di DTA Danau Toba Ringkasan Hasil Penelitian Dampak Konservasi Terhadap Erosi di DTA Danau Toba Hasil Prediksi Erosi Tahunan Masing-Masing Sub Basin Asahan Toba Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn ) Serta Bobotnya DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 Hasil Prediksi Total Erosi (ton/ Km 2) Setiap Sub Basin DTA D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 Nilai SDS Menurut Luas Sungai/Sub DAS Yang Masuk ke Danau Toba Hasil Prediksi Sedimen (ton/ha/tahun) Masing-Masing Sungai / Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 Hasil Prediksi Sedimen Tahunan (sediment yield) Masing-masing Sungai/Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 Luas dan Jumlah Land Unit Ekosistem hilir Nilai Erosi Aktual per Sub DAS Dirinci Menurut Unit Ekosistem Hilir Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn) Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir Hasil Prediksi Erosi Rata-rata (ton/ha/thn) dan Bobotnya Menurut SUB DAS Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Hilir
4 76 4 77 4 78 4 80 4 81 4 82 4 83 4 93 4 95 4 97 4 101 4 102 4 103 4 104 4 106 4 110 4 112 4 114 4 117 4 118 4 121 4 123
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.50. 4.51. 4.52. 4.53. 4.54. 4.55. 4.56. 4.57. 4.58. 4.59. 4.60. 4.61. 4.62. 4.63. 4.64. 4.65. 4.66.
Hasil Sedimen Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015, 2030 Hasil Prediksi Tahunan (Sediment Yield) Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir Kriteria Penetapan Pengembangan Pola Konservasi WS Asahan Tingkat Kekritisan Lahan Didalam Kawasan Hutan Yang Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan Pola Konservasi Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan DTA. D. Toba Kondisi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan Milik Negara Namun Termasuk DTA. D.Toba sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan Pola Konservasi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan dan Fungsinya Penting Dalam Pelestarian DTA. D. Toba Pola Konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan Pola Konservasi Pendekatan Vegetatif sekitar Danau Waduk Data Potensi dan Penyebaran Hutan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara Sebaran Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan WS Asahan Bagian Hilir Pola Konservasi Lahan Kritis Didalam Kawasan Hutan Ekosistem Hilir WS Asahan Sebaran Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan WS Asahan Bagian Hilir Pola Konservasi Lahan Kritis Diluar Kawasan Hutan WS Bagian Hilir Pola Konservasi Sempadan Sungai Asahan, Silau dan Piasa Pola Konservasi Kawasan Hutan Damtolu Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow
4 126 4 128 4 133 4 137 4 139 4 142 4 144 4 148 4 151 4 152 4 157 4 158 4 160 4 161 4 163 4 164 4 168
xi
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1. 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12. 3.13. 3.14. 3.15. 3.16. 3.17. 3.18. 3.19. 3.20. 3.21. 3.22. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. Wilayah Sungai Asahan Pendekatan Dengan Menggunakan Sinergi antara Prinsip, Metodologi dan Kegiatan (SPMA) Bagan Alir Pelaksanaan Kerangka Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Skema DSS RIBASIM DSS untuk Perencanaan SDA Wilayah Sungai Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air wilayah Sungai Asahan, Provinsi Sumatera Utara Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara Peta Karakteristik Fisik Provinsi Sumatera Utara Peta SWS Provinsi Sumatera Utara Peta RTRW Sumatera Utara 2003 - 2018 Peta Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Hutan Peta Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Utara Peta Pemanfaatan Lahan di WS Asahan Lokasi Pos Hidroklimatologi Bar-chart Ketersediaan Data Hujan Plotting Time-Series Secara Bersama Kurva Massa Ganda Pos Aek Loba Kurva Massa Ganda Pos Bandar Pulau Kurva Massa Ganda Pos Balige Kurva Massa Ganda Pos Dolok Sanggul Kurva Massa Ganda Pos Luala Piasa Kurva Massa Ganda Pos Pulau Raja Kurva Massa Ganda Pos Pangururan Kurva Massa Ganda Pos Parapat Kalibrasi Rainfall-Runoff Sacramento pada Sungai Silau di Kisaran Naga Verifikasi Model Hujan Aliran di Asahan Pulau Raja Model Hujan Aliran dan Debit Sintetis Water District di WS Asahan SWS Asahan Dalam Konstelasi Regional Kawasan Andalan di SWS Asahan Konflik Pemanfaatan Lahan di SWS Asahan Permasalahan Lingkungan di SWS Asahan Peta Rencana Penggunaan Lahan WS Asahan 1 4 2 2 25 29 2 12 2 13 2 16 34 37 3 10 3 14 3 16 3 20 3 26 3 56 3 57 3 58 3 58 3 59 3 59 3 60 3 60 3 61 3 61 3 62 3 65 3 66 3 66 3 92 47 4 11 4 13 4 19 4 26 xii
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15. 4.16. 4.17. 4.18. 4.19. 4.20 4.21. 4.22. 4.23. 4.24. 4.25. 4.26. 4.27. 4.28. 4.29. 4.30. 4.31. 4.32.
Populasi dan Proyeksi Ternak Sapi Di WS Asahan Populasi dan Proyeksi Ternak Kerbau Di WS Asahan Populasi dan Proyeksi Ternak Kambing Di WS Asahan Populasi dan Proyeksi Ternak Babi Di WS Asahan Proyeksi Ternak Unggas di WS Asahan Proyeksi Ternak Unggas Itik Manila di WS Asahan Proyeksi Listrik di Kota Tanjung Balai Proyeksi Listrik di Kabupaten Asahan Proyeksi Listrik di Kabupaten Toba Samosir Proyeksi Listirk di Cabang PLN Rantau Prapat Proyeksi Listirk di Cabang PLN Lubuk Pakam Hidrograf Banjir Rencana Sub DAS Stratifikasi Air Pada Danau Stratifikasi Danau Toba - Balige Stratifikasi Danau Toba Parapat Stratifikasi Danau Toba - Haronggol Peta Erosi Prediksi Tahun 2006, 2010, 2015 dan 2030 Kerangka Penyusunan Pola Konservasi Skematisasi Sistem Tata Air WS Asahan Debit Rata-rata WS Asahan Debit Minimum WS Asahan Muka Air danau untuk berbagai target Outflow Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 75 m3/s Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 80 m3/s Muka Air Danau Toba Untuk Outflow 90 m3/s Muka Air Danau Toba untuk Outflow 100 m3/s Pengendalian Banjir Eksisting
4 49 4 50 4 50 4 51 4 52 4 52 4 54 4 54 4 55 4 55 4 55 4 68 4 86 4 86 4 87 4 88 4 108 4 131 4 165 4 166 4 167 4 169 4 169 4 170 4 170 4 171 4 174
xiii
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
xiv
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Referensi 1) Arsyad, S, 2000, Konservasi Tanah dan Air. Bogor. 2) Asdak, Chay, 2002a, Perspektif Baru Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Menuju Solidaritas Daerah Hulu-Hilir, Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran. 3) Asdak, Chay, 2002b, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (edisi revisi), Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 4) BP-DAS Asahan-Barumun, 2005, Data Spasial Lahan Kritis Wilayah BPDAS Asahan Barumun (Buku I). 5) BP-DAS Asahan-Barumun, 1988, Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah-Sub DAS Asahan (DTA. D. Toba). 6) BP-DAS Asahan-Barumun, 2003, Review Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah-Sub DAS Asahan (DTA. D. Toba). 7) BP-DAS Asahan-Barumun, 2005, Keadaan Umum Danau Toba. 8) Dinas Kehutanan Provinsi Sumut, 2005. Propil Kehutanan Sumut. 9) Dinas Kehutanan Provinsi Sumut, 2005. Sebaran Hutan Lindung Sekitar Kawasan D. Toba. 10) Dinas Kehutanan Kabupaten Tobasa, 2005. Rencana Rehabilitasi Kawasan Tahun 2006. 11) Dinas Kehutanan Kabupaten Humbang Hasundutan, 2005. Propil Kabupaten Humbang Hasundutan 2006. 12) Departemen Kimpraswilnas Kimpraswil, 2005. Bantuan Teknis Penyusunan RTR Kawasan D. Toba dan Sekitarnya-Provinsi Sumatera Utara Litbang Kehutanan Pematang Siantar, 2005. Proceeding Hasil-hasil Penelitian. 13) Landon, J.R, 1984. Tropical Soil Manual.London England. 14) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2004, Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering Berlereng. Litbang Pertanian Deptan. 15) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Pemantapan Konservasi Tanah dan Evaluasi Tingkat Erosi, Proyek Penyelamatan Hutan Tanah dan Air. Litbang Pertanian Deptan. IPB Press. Institut Pertanian
xv
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
16) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Proceeding Expose Hasil Survei dan Pemetaan Tanah Dalam Rangka Penunjang Perencanaan Daerah Provinsi Riau. Litbang Pertanian Deptan. 17) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Solok Sumatera. Litbang Pertanian Deptan. 18) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Rengat Sumatera. Litbang Pertanian Deptan. 19) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1990, Proceeding Expose Hasil Survei dan Pemetaan Tanah Dalam Rangka Penunjang Perencanaan Daerah Provinsi Riau. Litbang Pertanian Deptan. 20) Provinsi Sumatera Utara, 2003, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara nomor: 7 tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018. 21) Purba, H, 1985, Potensi Keindahan Alam untuk Tujuan Pariwisata Akan Membantu Upaya Pelestarian Danau Toba, Balitbang Kehutanan Dephut. 22) Pusat Penyuluhan Kehutanan, 1999. Informasi Teknis Rehabilitasi dan Konservasi Tanah, 1999. Dephut Jakarta. 23) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2004, Studi/Kajian Pengalokasian Dana Annual Fee Akibat Pemekaran Kabupaten/Kota di Kawasan DTA Danau Toba, Medan : Laporan Akhir Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 24) Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 1997, Survey dan Pemetaan Sumber Daya Air Pada Daerah Aliran Sungai Toba dan Asahan, Institut Teknologi Bandung. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM-ITB). 25) Nana Terangna, Ratna Hidayat, dkk,2003 Pengelolaan Kualitas Air Danau Toba, Prosiding Kolokium Puslitbang SDA, Bandung , ISBN 979-3197-27-7. 26) Anonimous, 2000, Penelitian Gangguan Ekosistem Wilayah Danau Toba dalam rangka Pengelolaan Lingkungan, Utara Laporan dengan Akhir Fakultas kerjasama Geografi BAPPEDALDA Provinsi Sumatera
Universitas Gajahmada. 27) Anonimous, 2001, Pengkajian Teknis Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba, Laporan Akhir
xvi
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
kerjasama BAPPEDALDA Provinsi Sumatera Utara dengan Institut Teknologi Bandung. 28) Anonimous, 2000, Prosiding Hasil-hasil Penelition, Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar, Balitbang Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Medan. 29) Anonimous, 1990, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor I tahun 1990 dan Petunjuk Pelaksanaan tentang Penataan Kawasan Donau Toba, Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara , Medan. 30) Bungaran Saragih and Satyawan Sunito, 2001, Lake Toba : Need for an Integrated Management System, Lakes & Reservoir ; Research and Management 2001, ILEC, Japan. 31) Jorgensen, S.E and Matsui, S., 1997, Guidelines of Lake Management, The Worlds Lake in Crisis, Volume 8, International Lake Environment Committee Foundation, Japan. 32) Jorgensen, S.E and Vollenweider, R.A., 1988, Guidelines of Lake Management, Principles of Lake Management, Volume 1, International Lake Environment Committee Foundation, Japan. 33) Lehmusluoto, P. et. all, 1995, National Inventory of The major Lakes and Reservoirs in Indonesia, Painatuskeskus Oy, Helsinki. 34) Puslitbang Pengairan, 1993, Laporan Penelitian Pengelolaan Kualitas Air Sungai Asahan, Proyek Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Keairan. 35) Straskraba, M and Tundisi, J.G., 1999, Guidelines of Lake Management, Reservoir Water Quality Management, Volume 9, International Lake Environment Committee Foundation, Japan. 2. Dokumen Peraturan Perundang-undangan 1) Undang-undang Dasar 1945 2) Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi Sumatera Utara. 3) Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. 4) Undang-undang Permukiman 5) Undang-undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
xvii
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
6) Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, juncto, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 41 Tentang Kehutanan 7) Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. 8) Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 9) Undang-undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. 10) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 11) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 12) Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 13) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. 14) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 15) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 16) Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Pengawasan Kawasan Hutan. 17) Keputusan Presiden RI No. 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan Pendayagunaan Sungai dan Pemeliharaan Kelestarian Daerah Aliran Sungai. 18) Keputusan Presiden RI No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional. 19) PP No. 6, tahun 1981, tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan 20) PP No. 22, Tahun 1982, tentang Tata Pengaturan Air 21) PP No. 23, Tahun 1982, tentang Irigasi 22) PP No. 20, Tahun 1990, tentang Pengendalian Pencemaran Air. 23) PP No. 35, Tahun 1991, tentang Sungai. 24) PP No. 27, Tahun 1991, tentang Rawa 25) Permen PU No. 39/PRT/1990, tentang Pembagian Wilayah Sungai. 26) Permen PU No. 45/PRT/1990, tentang Pengendalian mutu air pada sumbersumber air. 27) Permen PU No. 48/PRT/1990, tentang Pengelolaan atas air dan/atau sumber air pada wilayah sungai.
xviii
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
28) Permen. PU No. 49/PRT/1990, tentang Tata cara dan Persyaratan Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber Air. 29) Permen PU No. 63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. 30) Permen. PU No. 64/PRT/1993, tentang Reklamasi Rawa. 31) Peraturan Pemerintah N0. 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian. 32) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 33) Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 34) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990 tentang Kawasan Danau. 35) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 1994, tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 36) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003, tentang Rencana Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara. 3. Dokumen Lainnya : 1) Manual Mutu Direktorat Jenderal Pengairan 2) Dokumen Direktur Jenderal Pengairan No. 71/KPTS/A/1985, tentang Pedoman Studi Pengairan, sebagai berikut : PSA-001 : Pedoman Studi Proyek Pengairan PSA-002 : Pedoman Pengelolaan Pengumpulan Data Hidrologi PSA-003 : Pedoman Perkiraan Tersedianya air PSA-004 : Pedoman untuk Disain Banjir di Jawa dan Sumatera PSA-005 : Pedoman Perkiraan Banjir Untuk Perencanaan PSA-006 : Pedoman Pencatatan Banjir Maksimum di Indonesia PSA-008 : Pedoman Penilaian Lahan dalam Studi Proyek Pengairan PSA-009 : Pedoman Kebutuhan Air untuk Tanaman Padi dan Tanaman lainnya. PSA-011 : Penilaian Kondisi Air Tanah untuk Proyek Pengairan. 3) Pedoman BWRMP (Basin Water Resources Management Plan) 4) Manual Hymos, Ribasim, Sobek, GIS, Flood Control, Urban Drainage 5) BAPEDALDA Provinsi Sumatera Utara, Pengukuran Kualitas Air Sungai Asahan.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
xix
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
6) BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara, RTRW Provinsi dan Kabupaten. 7) PUSAIR Departemen Pekerjaan Umum, Data Tahunan Kualitas Air, 1995 1999. 8) BAKOSURTANAL, Peta Rupa Bumi Digital Indonesia, Skala 1: 50.000, 2001.
xx
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
dari
Latar Belakang
tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan langka penduduk terutama dan akibat
Pemanfaatan sumber daya air berbagai keperluan disatu pihak terus meningkat pengembangan aktivitasnya. Padahal dilain pihak ketersediaan sumber daya air semakin terbatas malahan cenderung semakin penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kualitas air akibat pencemaran. Apabila hal seperti ini tidak diantisipasi, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan ketegangan dan bahkan konflik akibat benturan kepentingan manakala permintaan (demand) tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumber daya air untuk pemenuhannnya (supply). Oleh karena itu perlu upaya secara proporsional dan seimbang antara pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya air baik dilihat dari aspek teknis maupun aspek legal. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat diberbagai keperluan, diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air, melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan. Mengingat pengelolaan sumber daya air merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak baik sebagai pengguna, pemanfaat maupun pengelola, tidak dapat dihindari perlu upaya bersama untuk mulai
1-1
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
mempergunakan pendekatan one river, one plan, and one integrated management. Keterpaduan dalam perencanaan, kebersamaan dalam pelaksanaan dan kepedulian dalam pengendalian sudah waktunya diwujudkan. Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah merupakan suatu pendekatan yang holistik yang merangkum aspek kuantitas dan kualitas air. Perencanaan tersebut merumuskan dokumen inventarisasi sumber daya air wilayah sungai, identifikasi kebutuhan saat ini maupun di masa mendatang, pengguna air dan estimasi kebutuhan mereka baik pada saat ini maupun di masa mendatang, serta analisis upaya alternatif agar lebih baik dalam penggunaan sumber daya air. Termasuk didalamnya evaluasi dampak dari upaya alternatif terhadap kuantitas air, dan rekomendasi upaya yang akan menjadi dasar dan pedoman dalam pengelolaan wilayah sungai di masa mendatang. Sejalan dengan itu, Undang-Undang Nomor 7/2004 tentang Sumber Daya Air dimaksudkan untuk memfasilitasi strategi pengelolaan sumber daya air untuk wilayah sungai di seluruh tanah air untuk memenuhi kebutuhan, baik jangka menengah maupun jangka panjang secara berkelanjutan. Pada Pasal 1 UU Nomor 7/2004 menyebutkan bahwa: Pola ayat 8 Pengelolaan Sumber Daya Air
adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Pada pasal 11 ayat 1 dan 2 UU no. 7 / 2004 menyebutkan bahwa : Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air. Pola pengelolaan sumber daya air ini disusun berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Undang-undang tersebut (dan Peraturan Pemerintah yang terkait) mencerminkan arah pemikiran yang berkembang saat ini berkaitan dengan penataan ulang tanggung jawab dalam sektor sumber daya air. Undang-undang tersebut mengungkapkan sejumlah aspek dimana pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai dapat ditingkatkan lebih lanjut, antara lain dengan dimuatnya pasal pasal tentang perencanaan pengelolaan sumber daya air.
1-2
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Dengan terbitnya UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tersebut diatas, jelas bahwa tahapan pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) Wilayah Sungai adalah sebagai berikut : (1). Sebelum dilakukan penyusunan Rencana Induk (MasterPlan) Pengelolaan Sumber tentang : a). Tujuan umum pengelolaan SDA. b). Dasar-dasar pengelolaan SDA. c). Prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan. d). Konsepsi kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan SDA. e). Rencana pengelolaan strategis. (2). Sebagai tindak lanjut dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai tersebut, setelah disahkan oleh yang berwenang selanjutnya akan disusun Rencana Induk (Masterplan) Pengelolaan Sumber Daya Air yang merupakan perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan disusun dengan pengelolaan berpedoman SDA, dimana pola perencanaan tersebut kepada Daya Air Wilayah Sungai, terlebih dahulu perlu dilakukan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang berisi
pengelolaan SDA untuk wilayah sungai terkait. (3). Kegiatan selanjutnya secara berurutan setelah penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah : a). Studi Kelayakan (FS). b). Program Pengelolaan. c). Rencana Kegiatan. d). Rencana rinci. e). Pelaksanaan/konstruksi. f). Operasi dan Pemeliharaan. Untuk hal tersebut diatas, pada tahun anggaran 2006, Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air bermaksud akan melaksanakan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Wilayah Sungai Asahan guna mewujudkan pemanfaatan dan pendayagunaan sumber air di wilayah sungai tersebut secara serasi dan optimal, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
1-3
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.1.1.
Wilayah Studi
Wilayah Studi secara administratif terletak di Provinsi Sumatera Utara seperti terlihat pada Gambar 1.1.
WS ASAHAN (01.12)
Sungai Asahan
1.1.2.
air
Permasalahan Umum
berbagai keperluan semakin meningkat, sementara
Dalam perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan akan untuk memenuhi ketersediaan air semakin terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Maraknya penebangan hutan memberikan dampak yang buruk terhadap ketersediaan sumber daya air dan lingkungan hutan sekitarnya; Pembangunan yang ada masih bersifat parsial dan belum terpadu serta masih menitik beratkan kepada program pengembangan sektoral;
1-4
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tuntutan kebutuhan akan pembangunan yang berwawasan kelestarian atas pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Belum tersedianya perencanaan pengembangan sumber-sumber air yang menyeluruh dan terpadu yang mencakup aspek pemanfaatan, pengelolaan, pengendalian dan pelestarian. Terjadinya bencana alam banjir pada daerah pantai dan permukiman. Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas diperlukan suatu upaya yang merupakan bagian dari konsep pengembangan sumber daya air wilayah sungai Asahan. Upaya tersebut adalah pelaksanaan kegiatan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.2. 1.2.1.
Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan untuk dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.2.2.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan, adalah untuk merumuskan pola pengelolaan suatu wilayah sungai termasuk menyusun dokumentasi sumber daya air wilayah sungai (air permukaan dan air tanah), menganalisis perimbangan ketersediaan dari kebutuhan air baik untuk saat ini maupun dimasa mendatang, dan mengidentifikasi programprogram yang dapat menjadi acuan untuk penyusunan Rencana Induk pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan melibatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha. Pola Pengelolaan sumber daya air wilayah sungai berisi program komprehensif dan strategi pengembangan sumber daya air untuk jangka pendek dan jangka panjang. Didalam implementasinya, pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai tersebut nantinya harus disetujui oleh pemerintah setempat, karena perencanaan ini kelak diharapkan akan menjadi acuan semua pihak dan dapat menjadi bingkai/kerangka kerja sama antar daerah di dalam penatagunaan sumberdaya air termasuk di dalam perencanaan, pemanfaatan, pengusahaan, pengendalian
1-5
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
dan pelestarian sumber daya air secara terencana, terarah, terpadu dan berkesinambungan sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
1.3.
Sasaran
arahan pengembangan pembangunan pada kawasan-
Memberikan
kawasan yang berkaitan dengan sumber daya air. Memberikan arahan pengembangan kawasan pembangunan antara lain kawasan budidaya, sistem pusat-pusat pemukiman, sistem sarana dan prasarana wilayah dan kawasan yang perlu diprioritaskan berkaitan dengan sumber daya air. Memberikan arahan kebijaksanaan yang menyangkut tata guna tanah, tata guna air, tata guna sumber daya alam serta kebijakan penataan ruang wilayah yang direncanakan secara hati-hati dan bersinergi. Menjamin kepentingan masa kini dan generasi yang akan datang.
1.4.
Sesuai dengan dokumen pengadaan jasa konsultansi, data umum pekerjaan ini adalah sebagai berikut : Nama Pekerjaan Satuan Kerja Lokasi Pekerjaan Sumber Dana : : : : Penyusunan Perencanaan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai Asahan Pemrograman Dan Penganggaran Bidang Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan APBN
1.5.
Lingkup jasa pelayanan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai berorientasi pada keluasan wilayah yang menuntut perencanaan maupun pengelolaan berdasarkan batas-batas hidrologis. Dari awal inilah pengelolaan sumber daya air wilayah sungai memerlukan informasi yang dilakukan dengan kerjasama dan koordinasi antar Kabupaten/Kota.
1-6
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat, dua proses dilakukan sekaligus, yaitu inventarisasi masalah-masalah setempat secara arus bawah-atas (bottom up) dan proses penyadaran masyarakat terhadap isu strategis (jangka panjang) pengembangan wilayah sungai. Untuk pelaksanaan Undang-undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah secara efektif, dalam proses, pengelolaan sumber daya air wilayah sungai, koordinasi antar Kabupaten/Kota dengan Provinsi dan komunikasi dengan para stakeholder menjadi sangat penting. Informasi praktis tentang bagaimana pola pengelolaan wilayah sungai dan tata ruang wilayah Kabupaten/Kota dapat sejalan satu sama lain merupakan hal yang penting untuk menentukan kerjasama secara struktural. Untuk pekerjaan tersebut diatas, beberapa kegiatan dibawah ini perlu dilakukan : 1). Pengumpulan dan analisis data awal berupa hasil studi, kebijakan, data existing proyek, peta (topografi, tata guna lahan, geologi, tata ruang dan sebagainya) serta data sekunder yang mendukung lainnya. 2). Melakukan analisis informasi yang meliputi : a. Data hidrologi (hujan, debit, air tanah dan lain-lain) b. Data kondisi tataguna lahan saat ini (peta tata guna lahan, hasil tata guna lahan, tata ruang dan lain-lain) c. Populasi dan data sumberdaya manusia d. Data sosio-ekonomi e. Data pertanian (pola tanam, hasil tanam, dan lain-lain) f. Data irigasi g. Data/informasi banjir dan kekeringan h. Kelembagaan berkaitan dengan Sumber Daya Air 3). 4). 5). Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan sumber daya air. Pembelian software DSS RIBASIM dan HYMOS (masing-masing 1 unit). Melatih 10 orang staff dinas provinsi/anggota unit perencanaan Sumatera Utara dalam menggunakan HYMOS dan RIBASIM dalam dua tahap ; Class Training dan On The Job Training 6). Analisa water District dan melakukan set-up DSS sebagai analisa
keseimbangan kebutuhan dan ketersediaan air saat ini maupun rencana yang akan datang dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS dan 1-7
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
RIBASIM. Analisa banjir dengan menggunakan modul matematis/software rambatan banjir (software SOBEK atau HEC). 7). Melakukan identifikasi kemungkinan rencana pengembangan sumber daya air. 8). Mengakses kebutuhan pengembangan ke depan dengan berbagai skenario. 9). Mengidentifikasi kendala-kendala dalam mempertemukan kebutuhan dan pasokan air, usaha-usaha yang telah dilakukan dan perbaikan yang harus dilakukan untuk masa mendatang. 10). Analisis awal terhadap kombinasi upaya-upaya strategis dan akses terhadap kendala pada strategi tersebut untuk beberapa skenario yang berbeda, sebagai hasil yang tertuang dalam Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sementara. 11). Menyusun rencana zona Sumber Daya Air. 12). Melakukan kegiatan konsultasi publik (PKM) sebanyak 2 (dua) kali yaitu setelah laporan pendahuluan (setelah kegiatan pengumpulan data relatif terkumpul) dan pada saat konsep akhir Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan selesai dikerjakan. PKM dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara. 13). Menyiapkan dokumen Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan untuk bahan legalitas. pemanfaatan sumber daya air dan rencana
peruntukan air pada sumber air, sesuai pasal 27, 28 UU No.7/2004 tentang
1.6.
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) yaitu mulai dari tahap persiapan, survey lapangan, melakukan analisa sampai dengan pembuatan laporan dan serah terima pekerjaan adalah 6 (enam) bulan (SPMK). terhitung setelah ditandatangani Surat Perintah Mulai Kerja
1-8
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.7.
Pelaporan
Laporan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan terdiri dari : (A). Laporan Kontrak : 1). Laporan Pendahuluan ( 30 set), diserahkan 1 (satu) bulan setelah SPMK, untuk dibahas/didiskusikan. 2). Laporan penyelenggaraan PKM 1 dan PKM 2 masing-masing 10 set. 3). Laporan Pertengahan (30 set), diserahkan 3 (tiga) bulan setelah SPMK. 4). Konsep Laporan Akhir (30 set), diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya kontrak untuk dibahas/didiskusikan dalam rapat dengan pemberi tugas. 5). Laporan Akhir (30 set), merupakan perbaikan berdasarkan hasil rapat Pembahasan, diserahkan pada akhir kontrak. 6). Executive Summary dalam bahasa Indonesia (30 set) (B). Laporan Teknis : 1). Hasil HYMOS 2). Hasil RIBASIM 3). Konsep Pola Pengelolaan SDA WS Asahan 4). Final Pola Pengelolaan SDA WS Asahan 5). Draft Peta Tematik 6). Final Peta Tematik 7). Rekaman Peta Tematik dalam CD 10 (sepuluh) rangkap 10 (sepuluh) rangkap 30 (tiga puluh) rangkap 30 (tiga puluh) rangkap 2 (dua) rangkap 2 (dua) rangkap 2 (dua) CD
1-9
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.1.
Sebelum menguraikan metodologi yang akan digunakan dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan yang akan dibahas secara detail pada Bab ini, terlebih dulu akan diuraikan tentang pendekatan yang diambil dalam perencanaan sumber daya air di wilayah sungai sesuai dengan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pendekatan dalam penyusunan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai
menggunakan konsep Sinergi antara Prinsip, Metodologi dan Aktifitas (SPMA) seperti terlihat pada Gambar 2.1.
2-1
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Gambar 2.1 : Pendekatan Dengan Menggunakan Sinergi Antara Prinsip, Metodologi dan Aktifitas (SPMA)
Azas - Keseimbangan fungsi air sebagai benda sosial, ekonomi dan lingkungan. - Kemanfaatan umum - Keterpaduan dan keserasian - Kelestarian - Keadilan - Kemandirian - Transparansi dan akuntabilitas publik Prinsip - Satu Wilayah sungai, satu rencana,satu manajemen yang terkoordinasi berdasarkan wilayah sungai sebagai kesatuan pengelolaan. - Pengelolaan sumber daya air mencakup konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak, peran serta masyarakat dan sistem informasi SDA - Keterpaduan antar sektor, antar wilayah, antar instansi tanpa mengurangi kewenangan masingmasing - Upaya pendayagunaan diimbangi dengan upaya konservasi - Proses rencana pengelolaan melibatkan seluruh stakeholder - Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air diselenggarakan secara demokratis, dengan pelibatan semua unsur stakeholder berdasarkan asas tersebut diatas - Implementasi kebijakan dilaksanakan oleh badan pengelola yang mandiri, profesional, dan akuntabel. - Pelibatan masyarakat dalam seluruh proses pembangunan
2-2
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, dilakukan pendekatan dengan prinsip sinergi antara prinsip, metodologi dan aktifitas sebagai berikut :
B. Metodologi Pekerjaan
Metodologi pekerjaan diperlukan dalam pekerjaan ini untuk memudahkan dan mengarahkan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan. 2-3
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
C. Kegiatan
Salah satu Kegiatan yang penting dalam Penyusunan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Asahan adalah memberikan masukan (Konsep) Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan kepada Pemerintah Daerah Untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah menjadi dokumen Resmi Pemerintah (Peraturan Daerah/ Perda). Secara garis besar, kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan pekerjaan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan ini terdiri dari 6 (enam) Kegiatan utama, yaitu : 1. Kegiatan Pendahuluan. 2. Survey dan Investigasi Data. 3. Pengolahan dan Analisis Data. 4. Identifikasi Rencana Pengembangan Sumber Daya Air. 5. Analisa Strategi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai. 6. Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan. Bagan Alir Pelaksanaan kegiatan tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2-4
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
START
Pekerjaan Persiapan
Persiapan Administrasi, personil dan peralatan Mobilisasi Personil dan Peralatan Pengumpulan dan pengkajian data awal Penyusunan Rencana Mutu Kontrak(RMK)
Diskusi
Ya Final Laporan Pendahuluan
Tidak
Penyiapan Software DSS HYMOS dan RIBASIM Analisa Water District dan melakukan set-up DSS sebagai analisa keseimbangan ketersediaan dan kebutuhan air dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS & RIBASIM
Koordinasi/Pembahasan Secara Internal dan antar instansi terkait: BAPPEDA DINAS TERKAIT BAPEDALDA DPRD
2-5
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
MENGAPLIKASIKAN
VISI PENGELOLAAN SDA WS Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air bagi kesejahteraan seluruh rakyat PARADIGMA BARU DALAM PENGELOLAAN SDA Air sebagai benda sosial,ekonomi dan lingkungan Desentralisasi pengelolaan sumberdaya air Pemerintah sebagai enabler dengan mendorong peran serta masyarakat. Demokratisasi MISI PENGELOLAAN SDA WS Konservasi sumberdaya air yang berkelanjutan Pendayagunaan sumber daya air yang adil untuk berbagai kebutuhan masyarakat yang memenuhi kualitas dan kuantitas Pengendalian daya rusak air Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pengelolaan SDA Peningkatan keterbukaan dan ketersediaan data serta informasi dalam pengelolaan SDA
Identifikasi Kemungkinan Rencana Pengembangan SDA Mengakses kebutuhan pengembangan kedepan dengan beberapa skenario pengembangan
Mengidentifikasi kendala-kendala dalam mempertemukan kebutuhan dan pasokan air, usaha-usaha yang telah dilakukan dan perbaikan yang harus dilakukan untuk masa datang
Analisa awal terhadap kombinasi upaya (struktur dan non struktur) strategis dan akses terhadap kendala pada strategi tersebut untuk beberapa skenario yang berbeda
Peta
MERUMUSKAN ARAHAN DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SDA WS SESUAI DENGAN UU No. 7/2004 KONSERVASI SDA PENDAYAGUNAAN SDA PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
ANALISIS TERHADAP IMPLIKASI DARI KEBIJAKAN KONSERVASI SDA : perlindungan dan pelestarian sda, pengawetan air dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran. PENDAYAGUNAAN SDA : zona pemanfaatan sumber air, peruntukan air pada sumber air, pengembangan sumber daya air untuk system irigasi, industri, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, pengusahaan sumber daya air. PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR : pencegahan kerusakan dan bencana akibat daya rusak air, penanggulangan kerusakan dan bencana akibat daya rusak air, pemulihan daya
Diskusi
Ya
Tidak
Laporan Pertengahan
Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM II)
Diskusi
Tidak
Ya
2-6
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pelatihan Class Training dan On the Job Training untuk Program HYMOS dan RIBASIM
SELESAI
2-7
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.2. 2.2.1.
Pendekatan dan Metodologi Kerangka Analisis Dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Pola
mencakup beberapa
komponen dalam perencanaan wilayah sungai, yang meliputi : Skenario ekonomi dan demografi, perencanaan tata ruang, target kebutuhan (pemenuhan dan permintaan) , proyeksi kebutuhan yang dikaitkan dengan proyeksi sosial ekonomi dan rencana keseluruhan dari pengembangan suatu wilayah. Kerangka analisis dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air seperti terlihat pada Gambar 2.3 pada halaman berikutnya.
2-8
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Gambar 2.3. Kerangka Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Keterangan Modul analisa Hub. Sebab akibat Umpan balik Upaya yang harus dievaluasi dan diubah jadi program pembangunan Kondisi input (Skenario) analisa atau hasil (output) Komponen data base Data tataguna lahan Karakter ruang dan proses : - tataguna lahan Alokasi ruang - analisa fungsi utk penduduk - kemudahan dan kegiatan - lingkungan - perpindahan penduduk Data demografi Target nasional/daerah Fungsi pedoman tata ruang Spesifikasi Zona
Data demografi
Kendala pelaksanaan
Biaya bangunan
Evaluasi hasil simulasi Dampak lingkungan - pada badan aiar - pada tata ruang
Tujuan, kriteria dan strategi Proyek proyek yang layak Data ekonomi Evaluasi dampak sosial ekonomi proyek tunggal : nilai pada beberapa kriteria Kajian keterbatasan sumber daya (daerah atau wilayah sungai)
2-9
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.2.2.
Metode Analisis Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan akan berisi tentang urutan pelaksanaan pekerjaan, hubungannya dengan sistem pelaporan, Jadual kerja dan hubungan antara input dan output dari pekerjaan, alat / software yang digunakan dalam mencapai tujuan pekerjaan dan pendekatan pelaksanaan studi.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Dari hasil survei dan inventarisasi data di Lapangan kemudian dilakukan Kajian terhadap beberapa aspek yaitu : Kondisi fisik Wilayah Sungai Asahan di Sumatera Utara yang mencakup aspek hidrologi, topografi, geografi, lingkungan dan lain-lain. Pengembangan wilayah sungai, yang mencakup data kependudukan, sosial, ekonomi, budaya. Pengelolaan wilayah sungai yang mencakup kelembagaan, organisasi formal dan informal. Pembangunan daerah dan permasalahan sumber daya air di daerah. Berdasarkan masukan data dan informasi tersebut di atas, kemudian dilakukan procesing dan analisis dengan menggunakan perangkat lunak HYMOS (Hydrological Model System) adalah suatu perangkat lunak yang merupakan sistem basis data dan pengolahan data hidrologi yang terpadu, RIBASIM ( River Basin Simulation) suatu perangkat untuk melakukan simulasi pengembangan sumber daya air, dan HEC suatu perangkat lunak untuk mensimulasi rencana pengendalian debit banjir. RIBASIM (River Basin Simulation) adalah salah satu perangkat lunak yang diperlukan dalam program DSS (decision support system). RIBASIM merupakan salah satu perangkat lunak yang paling utama dalam DSS sehingga sering disebut DSS RIBASIM. Dalam DSS RIBASIM dilakukan simulasi neraca air dan alokasi air di WS dengan berdasarkan pasokan dan kebutuhan air. RIBASIM Menjelaskan mengenai user interface, data yang diperlukan, format data, prosedur pemasukan, prosedur untuk melakukan running berbagai komponen yang ada, uraian singkat hasil simulasi, berbagai pembuatan model dan simulasi WS, seperti : Skematisasi WS Perhitungan kebutuhan air Pengoperasian bangunan waduk dan bangunan pelimpah Pemilihan pengelolaan air. Skema DSS RIBASIM dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5. pilihan visual, prosedur penggunaan untuk kepentingan yang lain, detail konsep dasar
2 - 11
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 - 12
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
database
database
model perkiraan dampak Model Dampak Distrik Air - hasil panen pertanian (AGWAT) - hasil panen perikanan (FISHWAT) - air baku Dampak Listrik Tenaga Air
Model Proyeksi - pertumbuhan ekonomi - populasi - sektoral data analisis * data distrik air - pertanian - perikanan - industri - air bersih - hujan - air tanah * data jaringan - skema sistem tata air - pola operasi * data lainnya: - ketersediaan air - ekonomi
Model Distrik Air * kebutuhan dan pasokan pada tingkat distrik - pertanian - perikanan - air bersih
Model Alokasi dan Distribusi Air (RIBASIM) - simulasi sistem tata air - operasi reservoir
data mentah * data regional - pertanian - industri - air bersih * data sub-regional - populasi - topografi - buruh * data lainnya: - wilayah perencanaan - kota - daerah irigasi * data hidrologi dan meteorologi
Dampak Banjir
SKENARIO
UPAYA
UPAYA
2 - 13
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.2.3.
Dalam Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air disebutkan bahwa masyarakat penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai. Masyarakat berhak menyatakan keberatan atas rancangan rencana induk yang sudah diumumkan dalam jangka panjang tertentu dan memberikan masukan atas rencana pengelolaan sumber daya air serta ikut serta dalam proses pengambilan keputusan melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat atas rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai.
2 - 14
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pertemuan Konsultasi Masyarakat wajib dilaksanakan dalam proses penyusunan rencana dan kegiatan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dengan ketentuan : a. Ditujukan untuk memperoleh dan mengkoordinasikan aspirasi masyarakat, serta untuk tercapainya kesepakatan bersama atas pola/rencana yang dirumuskan. b. Melibatkan pihak-pihak dalam masyarakat yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumber daya air. c. Informasi tentang rancangan rencana pengelolaan sumber daya air disampaikan terlebih dulu sebelum Pertemuan Konsultasi Masyarakat dilaksanakan. Apabila dunia usaha akan menggunakan sumber daya air di wilayah sungai, maka dunia usaha harus dilibatkan sejak dari perencanaan, sehingga sebagai komponen masyarakat dunia usaha harus diikutkan dalam pertemuan konsultansi masyarakat. Pengusahaan sumber daya air pada bagian wilayah sungai masih dimungkinkan untuk dilakukan oleh perorangan, badan usaha maupun kerjasama badan usaha, dan rencana pengusahaan ini diharuskan untuk melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat terlebih dahulu. Pertemuan Konsultasi Masyarakat Ke-I (Pertama) telah dilaksanakan di Medan Provinsi Sumatera Utara dan PKM Ke-2 (Kedua) dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara.
2.3.
Berdasarkan hasil-hasil analisis pada sub-bab tersebut di atas selanjutnya disusun Konsep Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan. Untuk menentukan alternatif prioritas penanganan dalam Pola Pengelolaan SDA WS Asahan yang sesuai dengan kelima pilar yang tertuang dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang SDA dilakukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP)
2 - 15
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2.4.
Legalisasi
Proses legalisasi Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan sebagai Kawasan Strategi Nasional perlu ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk Keputusan Presiden atau Keputusan Menteri yang ditunjuk. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara. Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Asahan dapat digambarkan sebagaimana tertuang pada Gambar 2.6 di bawah ini. Gambar 2.6 : Proses Legalisasi Pola Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai Asahan, Provinsi Sumatera Utara
Saat ini
2 - 16
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.1.
Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan SDA dan Irigasi Provinsi Sumatera Utara
Pembangunan pengairan di Provinsi Sumatera Utara secara umum dilakukan dengan mengembangkan pemanfataan, pelestarian, dan perlindungan air beserta sumbernya dengan perencanaan yang terpadu dan serasi guna mencapai manfaat yang optimal dalam memenuhi hajat hidup dan kehidupan rakyat. Pelaksanaan pembangunan pengairan dalam pola tata ruang yang serasi dan terkoordinasi dengan sektor lainnya sehingga diperoleh manfaat yang optimal berkaitan dengan tata guna air dan tata guna tanah serta kehutanan secara terpadu sehingga menjamin fungsi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Potensi sumber daya air melimpah dengan tiga sungai besar dan curah hujan yang cukup tinggi. Arah kebijakan pembangunan sumber daya air dan irigasi di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut a. Pengelolaan dan pemanfataan sumber daya air dalam rangka menunjang ketahanan pangan dan kebutuhan air baku. b. Pengamanan sumber daya air dalam rangka melindungi kawasan budidaya (permukiman, perikanan, industri dan lain-lain).
3-1
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Program Pembangunan sumber daya air Provinsi Sumatera Utara secara umum dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang terus meningkat dan semakin memudahkan rakyat mendapatkan dan memanfaatkan air untuk keperluan hidupnya. Pemanfaatan dan pengaturan air beserta sumber-sumbernya meliputi usaha penyediaan pencegahan dan pengaturan air guna menunjang usaha permukiman, air minum, dan pantai pembangunan pertanian, pencemaran industri, dan pariwisata, kehutanan, pengamanan
pengotoran,
pengembangan daerah rawa dan tambak. Pembangunan pengairan di Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan melalui peningkatan, perluasan, dan pembaharuan usaha pengembangan sumber daya air dan upaya pelestarian serta distribusinya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan air untuk hajat hidup orang banyak, konserrvasi dan rehabilitasi lahan kritis. Secara terinci, program pembangunan sumber daya air Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut; 1) Program pengembangan konservasi sumber daya air untuk meningkatkan produktivitas pemanfaatan sumber daya air melalui peningkatan penyediaan prasarana pengairan dan mendayagunakan sumber daya air bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2) 3) Program Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Rawa. Program Sungai, Danau dan sumber air lainnya untuk melestarikan kondisi dan fungsi air sekaligus menunjang daya dukung serta meningkatkan nilai dan manfaat sumber air sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. 4) 5) Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi. Program penyediaan dan pengelolaan air baku untuk meningkatkan penyediaan air baku serta prasarananya dalam memenuhi air bagi hajat hidup rakyat, baik di daerah kota maupun desa.
3-2
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.2. 3.2.1.
Aspek Tata Ruang Gambaran Umum Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara yang meliputi kawasan darat di pantai Timur, dataran tinggi yang melintang di bagian Tengah, dan kawasan pantai Barat mempunyai luas sekitar 71.680 Km2 atau 3,73% dari luas Indonesia. Disamping kawasan darat, Provinsi Sumatera Utara juga mencakup kawasan perairan laut yang berbatasan sejauh 12 mil dari batas pantai. Letak geografis Sumatera Utara strategis dan merupakan modal dasar bagi pengembangan kegiatan yang bersifat regional dan internasional karena berada pada jalur perdagangan internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura dan Malaysia sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya lebih pesat. Letak Administrasi Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3-3
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3-4
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.2.1.3. Iklim
Suhu udara di wilayah Sumatera Utara berkisar antara 18-32 0C, yang bervariasi sesuai dengan ketinggian tempat. Musim penghujan berlangsung antara bulan September hingga Februari dan musim kemarau berlangsung antara bulan Maret hingga Agustus. Curah hujan tahunan rata-rata tercatat sebesar 2.100 mm. Pada wilayah kering, curah hujan tahunan rata-rata kurang dari 1.500 mm yang tercatat di beberapa bagian wilayah Simalungun, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara, sedang curah hujan tinggi berkisar antara 2.000 sampai 4.500 mm berlangsung sepanjang tahun di daerah Asahan, Dairi, Deli Serdang, Karo, Labuhan Batu, Langkat, Nias, Tapanuli Tengah, dan sebagian besar Tapanuli Selatan.
3.2.1.4. Geologi
Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh formasi Bahorok, formasi tuffa Toba, bentangan alluvial, serta formasi Klue dan Kuantan. Formasi Bahorok didominasi oleh batuan breksi dan konglomeratan yang pada tahap awal akan membentuk tanah litosol. Setelah mengalami perkembangan lebih lanjut, maka terbentuk tanah podsolik. Pada bahan konglomeratan yang kandungan luasannya di atas 60% akan terbentuk tanah regosol yang umumnya bersifat masam dan bertekstur sedang sampai kasar. Formasi tuffa Toba didominasi oleh abu vulkan. Pada awalnya tanah ini berkembang dari podsolik coklat, podsolik coklat kelabu kekuningan dan regosol, dan di beberapa wilayah akan membentuk tanah andosol coklat. Tanah ini umumnya bersifat agak masam sampai masam dan bertekstur bervariasi mulai dari halus sampai kasar. Formasi bentangan alluvial umumnya 3-5
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
akan terbentuk tanah-tanah alluvial, regosol, dan organosol. Tekstur tanah alluvial tergantung dari bahan asalnya, pada umumnya sedang sampai kasar, sedangkan tanah regosol bertekstur kasar. Tanah organosol teksturnya tergantung tingkat kematangan gambut dan umumnya bersifat masam. Formasi Klue dan Kelantan umumnya didominasi oleh batu sasak, turbidite, batu pasir, batu gamping, dan lain-lain. Dari bahan ini umumnya terbentuk tanah litosol, podsolik, dan regosol dengan tekstur kasar dan bersifat kimia masam dan miskin unsur hara. Formasi sifat kimia agak basis. Nias umumnya dibentuk dari batuan kapur akan berkembang menjadi tanah-tanah renzina yang mempunyai tekstur kasar dan
3-6
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3-7
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.2.1.5. Hidrologi
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 39/PRT/1989 tentang pembagian wilayah sungai, maka sungai-sungai di Provinsi Sumatera Utara dapat dikelompokkan ke dalam 6 (enam) Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Wampu-Besitang, SWS Belawan-Belumai-Ular, SWS Bah Bolon, SWS Asahan, SWS Barumun Kualuh, dan SWS Batang Gadis-Batang Toru. Selain itu terdapat 2 (dua) satuan wilayah sungai lintas Provinsi sebagian wilayah Sumatera Utara yang merupakan daerah tangkapan sungai, masuk dalam SWS Singkil pada wilayah Provinsi Aceh dan sebagian wilayah Sumatera Utara yang merupakan daerah tangkapan sungai dalam SWS Rokan pada wilayah Provinsi Riau dan Sumatera Barat. Tabel 3.1 menyajikan satuan wilayah sungai di Provinsi Sumatera Utara. Di samping itu terdapat badan air berupa danau yang besar yaitu Danau Toba yang terletak di dataran tinggi di wilayah Tengah dengan luas 110.260 ha. Danau Toba berfungsi sebagai sarana pengairan sawah, pembangkit listrik pada PLTA Lau Renun, peleburan biji nikel PT. Inalum, pelestarian alam, dan daerah tujuan wisata bagi Sumatera Utara. Pada waktu ini kondisi daerah tangkapan air Danau Toba dan DAS Lau Renun sangat memprihatinkan, dimana ketersediaan air di Danau Toba dan Sungai Lau Renun berkurang secara drastis. Hal ini disebabkan oleh penggundulan kawasan hutan dan lahan masyarakat di sekitar Danau Toba. Selanjutnya, dapat dilihat pada Gambar 3.3 tentang peta satuan wilayah sungai dan permukaan air Danau Toba. Tabel 3.1 Satuan Wilayah Sungai (SWS) di Provinsi Sumatera Utara No Nama Wilayah Sungai
Wampu Besitang S. Besitang S. Lepan S. Btg.Serangan S. Wampu Belawan Belumai- Ular S.Karang Gading S. Belawan S. Deli S. Percut S. Serdang S. Kenang S. Ular S. Perbaungan
DAS (km2)
Min.
Banjir
I. 1. 2. 3. 4. II. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
3-8
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
No
9. 10. 11. 12. III. 1. 2. 3. 4. IV. 1. 2. V. 1. 2. 3. 4. VI. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30
DAS (km2)
184,90 942,60 1.415,00 326,90 21,00 6.040,00 803,20 9.329,00 3.949,00 3.492,90
Min.
2,17 8,68 7,50 4,42
Banjir
113,49 213,86 165,94 206,00
19,84
31,15
430,68
18,22 13,02
42,20 22,47
592,32 333,62
12,13 17,08
26,10 37,03
361,76 384,16
17,24 15,53
28,05 25,57
389,20 464,31
213,00
10,20
19,90
36,25
533,05
610,00 1.292,50
53,00 80,00
17,14 17,80
30,30 23,71
496,48 358,25
100,00
30,00
3-9
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 10
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Termasuk
sempadan
pantai,
sempadan
sungai,
kawasan
sekitar
danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota. 5. Kawasan cagar budaya yaitu kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun yang memiliki bentuk geologi alami yang khas. 6. 7. Pulau-pulau kecil dengan luasan maksimal 10 km2. Beberapa lokasi yang berdasarkan proses pemaduserasian pemanfaatan ruang di arahkan sebagai Kawasan lindung. Pada waktu ini sedang dilakukan proses verifikasi luasan kawasan lindung dan budidaya untuk lingkup kabupaten/kota. Kondisi terakhir menunjukkan bahwa kawasan budidaya menjadi lebih luas dari yang direncanakan, dimana penggunaan sektor budidaya kehutanan menjadi sedikit lebih rendah dibandingkan dengan hasil paduserasi (1997) dan penggunaan lainnya
meningkat. Peningkatan ini terjadi adanya perubahan beberapa kawasan budidaya hutan dan atau areal penggunaan lain menjadi budidaya lain yang digunakan untuk pengembangan pantai Barat Provinsi Sumatera Utara (industri dan perkebunan) yang juga merupakan kawasan menurut paduserasi tahun 1980 sebagian areal penggunaan lain dan eks HPH (untuk pelepasannya masih memerlukan penetapan Menteri Kehutanan). Selanjutnya perkembangan luas dan potensi kawasan lindung dan kawasan budidaya Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3. Sedangkan berdasarkan peta RTRWP 2003-2018 telah ditetapkan kawasan lindung seluas 2.076.287,00 Ha dan kawasan budidaya seluas 5.091.513 Ha. Penetapan tersebut belum menjamin dapat dipertahankannya fungsi lindung dari kawasan hutan, oleh karena kondisi di lapangan menunjukkan terjadinya perambahan hutan yang meningkat, sehingga pengurangan luas hutan menjadi lebih luas dari yang tercatat. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara mencatat sekitar 125.000 Ha hutan telah dimutasikan selama periode 1982-1997. Diperkirakan kondisi di lapangan menunjukkan angka yang lebih besar, yaitu sekitar 400.000 Ha. Proses pemaduserasian tata guna hutan dengan kegiatan budidaya skala besar maupun perambahan yang dilakukan masyarakat menjadi kepentingan yang signifikan untuk memperkirakan daya dukung lahan Provinsi Sumatera Utara secara lebih realistis.
3 - 12
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Permasalahan utama dari penurunan fungsi lindung adalah terancamnya daerah bawahan dan terganggunya spesies yang dilindungi beserta habitatnya. Keadaan seperti itu dapat menggangu keseimbangan lingkungan yang selanjutnya menimbulkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya. Gambaran pada peta berikut memberikan perhatian, bahwa pemantapan dan pengawasan terhadap okupasi kawasan lindung perlu diperketat. Alokasi kawasan lindung di setiap kabupaten yang telah disepakati antar-sektor akan menjadi acuan bersama dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya. Selanjutnya Peta RTRWP Sumatera Utara Tahun 2003 2018 dapat dilihat pada Gambar 3.4. Tabel 3.2. Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Provinsi Sumatera Utara No Fungsi Kawasan Berdasarkan Peta RTRWPSU Tahun 2003 2018 (Ha)1) 2.076.287,00 1.481.737,69 594.549,31 2) 5.091.713,00 1.835.267,43 3.256.445,57 7.168.000,00
1.
2.
Hasil planimetri dari Dinas Kehutanan Propsu & BPKH Wil. I, 2003 Termasuk kawasan perlindungan setempat yang tidak tergambar dalam peta skala 1:250.000 (diperhitungkan)
Keterangan : HSA : Hutan Suaka Alam HK HP : Hutan Konservasi : Hutan Produksi Tetap HPT : Hutan Produks i Terbatas HPK : Hutan Produksi Konversi
3 - 13
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 14
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.3 Potensi Kawasan Lindung dan Budidaya Hutan di Provinsi Sumatera Utara
Kabupaten
Kawasan Lindung HK 223.505,00 23.395,00 20.240,00 575,00 5.657,00 2.007,80 1.964,56 23.800,00 39,00 500,00 52.300,00 8.350,00 362.333,36 HL/KL 3.120,90 10.596,07 70.786,29 61.855,65 43.936,61 88.544,25 73.826,54 106.048,69 226.260,37 45.623,60 81.788,27 57.034,00 262.354,48 195.511,06 83.696,98 70.438,85 315,08 1.481.737,69
Kawasan Hutan Budi Daya HPT 54.017,43 17.547,56 4.878,08 71.892,90 48.894,00 10.382,15 21.216,15 60.085,87 14.764,36 98.989,01 25.015,66 51.252,70 154.759,68 171.525.17 24.524,41 21.409,94 851.155,07 HP 41.327,12 63.091,82 13.494,63 11.213,73 7.916,71 89.021,57 11.214,16 96.711,17 31.916,43 103.097,07 70.564,87 5.761,90 279.924,74 36.358,84 4.478,97 70.767,39 936.861,12 HPK 1.041,89 16.840,54 1.875,88 1.421,78 7.282,20 18.788,95 47.251,24 Jumlah 1) 321.970,45 115.792,34 109.399,00 145.137,28 106.404,32 189.955,77 123.097,39 266.686,17 296.741,16 247.748,68 177.868,80 114.048,60 750.760,68 403.395,07 119.982,56 189.755,13 315,08 3.679.338,48
Langkat Deli Serdang Karo Dairi Pakpak Bharat Simalungun Asahan Labuhan Batu Toba Samosir Tapanuli Utara Hbg Hasundutan Tapanuli Tengah Tapanuli Selatan Mandailing Natal Nias Utara Nias Selatan Medan Total
Sumber :
Hasil Analisis & Perhitungan secara Planimetris Peta RTRWP SU 2003-2018 skala 1:250.000 Dinas Kehutanan Propsu BPKH Wil - I, 2003
1)
Belum termasuk kawasan perlindungan setempat yang tidak tergambar dalam peta
(diperhitungkan)
3.679.338,48 ha
yang terdiri dari kawasan lindung seluas 1.844.071,05 ha dan kawasan budidaya hutan seluas 1.835.267,43 Ha. Selanjutnya peta tentang kawasan lindung dan budidaya hutan dapat dilihat pada Gambar 3.5.
3 - 15
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 16
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Barat Provinsi Sumatera Utara saat ini belum kegiatan budidaya, seperti perikanan laut,
dikembangkan secara optimal, namun memiliki potensi yang besar bagi perkebunan, dan hortikultura. Sedang wilayah Tengah yang merupakan dataran tinggi dengan tingkat kesuburan yang bervariasi potensial untuk dikembangkan bagi tanaman hortikultura. Selain memiliki enam SWS dan dua SWS lintas Provinsi dimana danau dengan debit air yang cukup besar yang potensial bagi sistem pengairan, Provinsi Sumatera Utara juga memiliki air terjun yang potensial sebagai sumber energi. Jenis tanah di Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh tanah litosol, podsolik, dan regosol (22,34 % luas Provinsi) yang tersebar di Kabupaten Asahan, Dairi, Pakpak Bharat, Deli Serdang, Karo, Labuhan Batu, Langkat, Nias, dan Tapanuli Selatan, Mandailing Natal. Tanah jenis ini sesuai bagi pengembangan budidaya perkebunan.
3 - 18
Laporan Pertengahan Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.4 Penggunaan Lahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002 (dalam Ha)
Kabupaten/Kota Asahan Dairi Deli Serdang Labuhan Batu Karo Langkat N i a s* Simalungun Tapanuli Selatan* Mandailing Natal Tapanuli Tengah Tapanuli Utara* Toba Samosir Binjai Medan Pematangsiantar Sibolga Tanjungbalai Tebing Tinggi Sumatera Utara
Sumber :
Permukiman 26.725 12.086 30.283 29.894 4.258 39.906 11.811 14.976 35.525 17.327 10.591 23.164 18.952 2.221 16.550 2.174 888 1.778 2.015 301.124
Industri 1.062 1.145 2.001 2.789 601 1.171 621 1.098 1.542 752 624 971 795 144 360 202 12 184 128 16.202
Persawahan 52.406 14.166 92.737 89.334 15.196 57.361 22.335 53.464 49.160 23.978 17.947 36.164 29.589 2.364 3.100 2.252 670 424 562.647
Pert. Tanah Kebun Kering 20.537 14.108 42.209 19.400 48.686 17.045 46.964 21.085 52.977 20.640 15.705 20.635 44.708 29.885 50.791 28.978 45.661 46.581 22.270 22.720 8.772 15.469 43.199 15.020 35.344 12.289 413 1.770 1.765 832 664 824 8 186 2.270 574 107 481.425 1289.666
Perkebunan 226.951 43.192 187.185 385.783 22.584 204.411 124.835 165.101 239.761 116.941 55.769 46.295 37.877 1.343 33 877 1.858.938
Semak 4.262 45.658 1.021 33.382 16.055 6.908 28.401 34.641 137.851 67.235 14.245 111.100 90.900 288 74 20 592.041
Hutan 73.144 119.360 46.647 218.274 58.119 256.492 214.586 68.912 664.429 324.068 75.695 176.621 144.508 669 96 2.441.610
Perairan Darat 12250 104 4540 37557 966 11409 12186 721 5016 2446 10600 66.290 54.237 4 728 95 42 112 219.303
Tanah Terbuka 9.008 13.193 27.270 13.811 998 29.562 496 23.684 11.552 1.813 3.991 3.266 46 138.690
Lain lain 17.425 4.097 9.399 29.986 7.406 11.333 13.143 19.482 20.972 10.229 7.275 60.396 49.414 774 2.185 911 123 746 403 265.699
Luas Wilayah 458.075 314.610 439.794 922.318 212.725 626.329 532.073 438.660 1.270.182 619.518 218.800 583.292 477.238 9.033 26.510 7.999 1.077 6.052 3.783 7.168.068
Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara, 2003 * Termasuk Kabupaten yang dimekarkan
3 - 19
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 20
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
NO 1
LUAS (Ha) 3632.72 580.22 2399.48 8411.11 15023.53 38702.74 7728.64 7703.42 97140.55 47926.18 23324.35 1795.66 222525.93 19007.91 288.94 13552.30 1578.01 34427.17 37401.56 3352.54 1814.06 29881.25 7047.61 1331.71 79497.04
KETERANGAN
ASAHAN
PAISA
SILAU
3 - 21
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan (Lanjutan) NO 5 SUB BASIN MANDOSI PEMANFAATAN LAHAN Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Air Tawar Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Perkebunan Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Air Tawar Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah LUAS (Ha) 3289.40 528.74 2270.22 13166.71 19255.08 1667.62 117.59 7261.14 9046.35 1742.13 83.06 1339.98 3454.19 6619.36 5836.38 302.50 2952.96 1286.84 10378.68 1699.09 78.36 0.03 365.69 3220.01 5363.17 850.25 100.80 120.54 6749.86 7821.45 2378.26 23.18 0.01 5852.98 8254.43 3706.50 60.77 710.84 2567.51 7045.62 KETERANGAN
GOPGOPAN
TONGURAN
NABORSAMON
SITUNGGALING
10
HARANGGAOL
11
SIGUMBANG
12
RINGGO
3 - 22
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
NO 13
PEMANFAATAN LAHAN Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Perkebunan Air Tawar Jumlah Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah
LUAS (Ha) 7504.73 48.41 639.49 3361.35 11553.97 5274.24 115.00 586.72 4375.44 705.95 0.35 11057.69 1952.25 223.95 640.52 7221.06 10037.78 17144.84 605.49 5593.57 19757.23 43101.12 193.99 1108.69 3808.99 5111.67 918.82 173.54 1116.74 5092.09 7301.19 4501.48 612.35 1269.50 7888.72 14272.05
KETERANGAN
14
PEREMBAKAN
15
BODANG
16
SILANG
17
SIPARBUE
18
SITOBU
19
HALIAN
3 - 23
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.5. Pemanfaatan Lahan Setiap Sub Basin WS Asahan (Lanjutan) PEMANFAATAN LAHAN Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah 21 ARUN Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah 22 SIMARATUANG Hutan Permukiman Tanah Ladang Jumlah 23 SITIUNG Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah 24 SIMALA Permukiman Tanah Ladang Jumlah 25 GULUAN Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah 26 SILABUNG Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah
NO 20
LUAS (Ha) 3775.90 348.41 1623.49 1771.66 7519.46 2534.92 564.55 2035.00 9491.98 14626.45 1016.41 165.98 7145.23 8327.61 2018.19 270.21 1273.38 4109.03 7670.81 67.37 4878.14 4945.51 3250.33 175.46 1503.58 5538.99 10468.38 2382.73 31.27 494.08 2396.48 5304.56
KETERANGAN
3 - 24
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
NO 27
PEMANFAATAN LAHAN
LUAS (Ha) 642.95 41.02 938.44 5384.79 7007.19 219.85 522.75 6042.12 6784.71 600,347.553
KETERANGAN
28
Hutan Permukiman Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah Permukiman SIGUMBANG 2 Sawah Irigasi Tanah Ladang Jumlah TOTAL
3 - 25
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 26
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.3. 3.3.1.
Sumatera Utara, bagian hulu sungai terletak di Kawasan Danau Toba , sungai ini melintasi tiga kabupaten dan satu buah kota, sedangkan bagian hilirnya berada di wilayah pantai Timur Tabel 3.6. dibawah ini. Tabel 3.6. Luas Wilayah Daerah Aliran Sungai Asahan per Kabupaten WS Asahan
I
II
Kab. Asahan 1 Kec.BP Mandoge 2 Kec. Bandar Pulau 3 Kec. Pulau Rakyat 4 Kec. Aek Kuasan 5 Kec. Sei Kepayang 6 Kec. Tanjung Balai 7 Kec. Simpang Empat 8 Kec. Air Batu 9 Kec. Buntu Pane 10 Kec. Meranti 11 Kec. Air Joman 12 Kec. Tanjung Tiram 13 Kec. Sei Balai 14 Kec. Talawi 15 Kec. Lima Puluh 16 Kec. Air Putih 17 Kec. Sei Suka 18 Kec. Medang Deras 19 Kec. Kisaran Barat 20 Kec. Kisaran Timur Kota Tanjung Balai 1 Kec.Datuk Bandar Kec. Tanjung Balai 2 Selatan 3 Kec. Tanjung Balai Utara 4 Kec. Sei Tualang Raso 5 Kec. Teluk Nibung
Luas Administratif (km2) 4614.71 651 735 250.99 181.01 454 55.91 226.55 190.71 435.5 284.96 155 173.79 109.88 89.8 239.55 72.24 171.47 65.47 32.96 38.92 61 37.06 1.98 0.84 8.09 12.55
Luas WS Asahan (km2) 651 735 250.99 181.01 454 55.91 226.55 190.71 435.5 284.96 155 173.79 109.88 89.8 239.55 72.24 171.47 65.47 32.96 38.92 37.06 1.98 0.84 8.09 12.55
3 - 27
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.6. Luas Wilayah Daerah Aliran Sungai Asahan per Kabupaten (Lanjutan) Luas Administratif (km2) Kabupaten Simalungun 738.42 III 1 Kec.Dolok Pardamean 90.45 2 Kec. Purba 172 3 Kec. Dolok Panribuan 156.48 4 Kec. Silimakuta 144.9 5 Kec.Sidamanik 83.56 6 Kec. Pem Sidamanik 91.03 Kabupaten Toba Samosir 2021.8 IV 1 Kec. Balige 115.5 2 Kec. Laguboti 73.9 3 Kec. Habinsaran 732.06 4 Kec. Borbor 188.79 5 Kec. Silaen 62.6 6 Kec. Sigumpar 25.5 7 Kec. Porsea 109.3 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 386.95 9 Kec. Lumban Julu 111.5 10 Kec. Uluan 118.7 11 Kec. Ajibata 97 Total 7435 Sumber: BPS Kabupaten/Kota Terkait Tahun 2004 WS Asahan Luas WS Asahan (km2) 90.45 172 156.48 144.9 83.56 91.03 115.5 73.9 732.06 188.79 62.6 25.5 109.3 386.95 111.5 118.7 97
7435
3.3.2.
Kependudukan
Dari segi kependudukan, penduduk yang bermukim di Wilayah Sungai Asahan pada tahun 2004 berjumlah 1.435.489 dengan tingkat kepadatan dan penyebaran. Ditinjau dari segi kepadatan penduduk, tingkat kepadatan tertinggi di kota Tanjung Balai, yaitu sebesar 39205 jiwa/km2, dan yang terendah di Kabupaten Toba Samosir, dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 83 jiwa/km2 (jarang) . Laju pertumbuhan penduduk rata-rata di WS Asahan selama periode 2000 - 2003 relatif rendah sebagaimana tersaji pada Tabel 3.7 sampai dengan Tabel 3.9, di Kabupaten Asahan sebesar 2,01 %, Kota Tanjung Balai sebesar 3,24 %, sedangkan pertumbuhan minus terjadi di Kabupaten Simalungun dan Toba Samosir, masingmasing sebesar 2 % dan - 2.,2 %.
3 - 28
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Diduga pertumbuhan minus terjadi dikarenakan ada penduduk usia kerja yang pindah dan bekerja di kabupaten/kota lain, baik dalam satu provinsi maupun keluar provinsi. Tabel 3.7. Laju Pertumbuhan Penduduk di WS Asahan Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun (%) 2.01 3.24 -2 -2.2
No.
Kabupaten/Kota
1 2 3 4
Kabupaten Asahan Kota Tanjung Balai Kabupaten Simalungun Kabupaten Toba Samosir
2 Kab. Asahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
3 - 29
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
14 15 16 17 18 19 20
2 Kec. Talawi Kec. Lima Puluh Kec. Air Putih Kec. Sei Suka Kec. Medang Deras Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur Kec.Datuk Bandar Kec. Tanjung Balai Selatan Kec. Tanjung Balai Utara Kec. Sei Tualang Raso Kec. Teluk Nibung Kec.Dolok Pardamean Kec. Purba Kec. Dolok Panribuan Kec. Silimakuta Kec.Sidamanik Kec. Pem Sidamanik
21704 17059 21682 34314 118191 14497 18004 18809 21888 29551 15442
1.98 0.84 8.09 12.55 738.42 90.45 172 156.48 144.9 83.56 91.03
10692 20308 2680 2734 160 160 105 120 151 354 170
4541 3352 4059 6690 28293 3502 4352 4440 4950 7155 3894
4.78 5.09 5.34 5.13 4.18 4.14 4.14 4.24 4.42 4.13 3.97
Kab. Simalungun 1 2 3 4 5 6
3 - 30
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2 Kab. Toba Samosir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kec. Balige Kec. Laguboti Kec. Habinsaran Kec. Borbor Kec. Silaen Kec. Sigumpar Kec. Porsea Kec. Pintu Pohan Meranti Kec. Lumban Julu Kec. Uluan Kec. Ajibata
Tabel 3.9. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di DAS Asahan WS Asahan Luas Administratif (km2)
4614.71 651 735 250.99 181.01 454 55.91 226.55 190.71 435.5 284.96 155 173.79 109.88 89.8 239.55 72.24 171.47 65.47
Kab. Asahan 1 Kec.BP Mandoge 2 Kec. Bandar Pulau 3 Kec. Pulau Rakyat 4 Kec. Aek Kuasan 5 Kec. Sei Kepayang 6 Kec. Tanjung Balai 7 Kec. Simpang Empat 8 Kec. Air Batu 9 Kec. Buntu Pane 10 Kec. Meranti 11 Kec. Air Joman 12 Kec. Tanjung Tiram 13 Kec. Sei Balai 14 Kec. Talawi 15 Kec. Lima Puluh 16 Kec. Air Putih 17 Kec. Sei Suka 18 Kec. Medang Deras
Kepadatan Jiw/km2
219 49 70 123 234 84 588 228 363 120 214 376 334 306 594 349 636 294 677
1009856 31627 51707 30754 42399 37960 32902 51542 69192 52117 61102 58262 58132 33627 53324 83575 45931 50474 44326
3 - 31
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.9. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di DAS Asahan (Lanjutan) WS Asahan Luas Administratif (km2)
32.96 38.92 61 37.06 1.98 0.84 8.09 12.55 738.42 90.45 172 156.48 144.9 83.56 91.03 2021.8 115.5 73.9 732.06 188.79 62.6 25.5 109.3 386.95 111.5 118.7 97 7435
II
III
IV
19 Kec. Kisaran Barat 20 Kec. Kisaran Timur Kota Tanjung Balai 1 Kec.Datuk Bandar 2 Kec. Tanjung Balai Selatan 3 Kec. Tanjung Balai Utara 4 Kec. Sei Tualang Raso 5 Kec. Teluk Nibung Kabupaten Simalungun 1 Kec.Dolok Pardamean 2 Kec. Purba 3 Kec. Dolok Panribuan 4 Kec. Silimakuta 5 Kec.Sidamanik 6 Kec. Pem Sidamanik Kabupaten Toba Samosir 1 Kec. Balige 2 Kec. Laguboti 3 Kec. Habinsaran 4 Kec. Borbor 5 Kec. Silaen 6 Kec. Sigumpar 7 Kec. Porsea 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 9 Kec. Lumban Julu 10 Kec. Uluan 11 Kec. Ajibata Total WS Asahan
Kepadatan Jiw/km2
1696 1670 39205 1293 12286 20807 2389 2430 160 160 105 120 151 354 170 83 410 229 27 40 169 260 226 20 100 70 70 195
55900 65003 139535 47904 24327 17478 19331 30495 118191 14497 18004 18809 21888 29551 15442 167907 47412 16945 19959 7533 10608 6624 24689 7928 11179 8281 6749
1435489
3.3.3.
Jenis mata pencaharian utama di Kabupaten Simalungun didominasi lapangan usaha pada sektor pertanian sebesar 62,14 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu sebesar 15,67 , sektor Jasa-jasa sebesar 7,8 % Demikian pula di Kabupaten Asahan didominasi sektor pertanian sebesar 51,18 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu sebesar 17,53 % Jasa-jasa sebesar 11,19 %. dan sektor
3 - 32
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Di Kota Tanjung Balai, jenis mata pencaharian utama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (25,54 %) , sektor pertanian (22,5 %), dan sektor Jasa-jasa (21,4 %) . Sedangkan di Kabupaten Toba Samosir tidak tersedia data yang dapat disajikan, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.10 sebagai berikut : Tabel 3.10. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di WS Asahan Tahun 2004
Kabupaten Simalungun (%) 62.14 0.39 4.8 0.15 4.33 15.67 4.29 0.43 7.8 Kabupaten Asahan (%) 51.18 0.14 8.8 0.14 4.79 17.53 5.56 0.69 11.19 Kabupaten Tobasa (%) (*) (*) (*) (*) (*) (*) (*) (*) (*) Kota Tanjung Balai (%) 22.5 0 7.78 0.32 4.64 25.54 16.78 0.94 21.4 0.11
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanian Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi dan Usaha Persewaan Jasa-jasa Lainnya
Sumber : Susenas 2004, BPS Kab/Kota Terkait (*) Tidak tersedia data
3.3.4.
Sektor Pertanian
Kabupaten Asahan, sektor
Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam pencapaian PDRB Kabupaten/Kota yang berada di WS Asahan. Di pertanian memberikan kontribusi PDRB terbesar kedua yaitu sebesar 35,58 %. Demikian pula halnya di Kabupaten Toba Samosir , sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar Simalungun kedua yaitu sebesar 31,76 % . Sedangkan di Kabupaten sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pertama yaitu
sebesar 59,994 %, demikian pula halnya di Kota Tanjung Balai sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pertama yaitu sebesar 25,23 %
3 - 33
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Kab. Asahan 1 Jagung 2 Ubi Kayu 3 Kacang Kedelai 4 Ubi Jalar 5 Kacang Tanah 6 Kacang Hijau II Kota Tanjung Balai (* 2002) 1 Jagung 2 Ubi Kayu 3 Kacang Kedelai 4 Ubi Jalar 5 Kacang Tanah 6 Kacang Hijau III Kab. Simalungun 1 Jagung 2 Ubi Kayu 3 Kacang Kedelai 4 Ubi Jalar 5 Kacang Tanah 6 Kacang Hijau IV Kab. Toba Samosir 1 Jagung 2 Ubi Kayu 3 Kacang Kedelai 4 Ubi Jalar 5 Kacang Tanah 6 Kacang Hijau Total WS Asahan : 1 Jagung 2 Ubi Kayu 3 Kacang Kedelai 4 Ubi Jalar 5 Kacang Tanah 6 Kacang Hijau
3 - 34
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Produksi padi di WS Asahan dalam lima tahun terakhir (tahun 2001 s/d 2004) telah mengalami penurunan, pada tahun 2001 total produksi padi sawah di WS Asahan mencapai 913426 ton, dan pada tahun 2004 turun menjadi 491909 ton. Demikian pula untuk padi ladang, pada tahun 2000 produksinya mencapai 62475 ton dan pada tahun 2004 turun menjadi 36045 ton, selengkapnya disajikan pada Tabel 3.12 sampai dengan Tabel 3.14. Tabel 3.12. Produksi Tanaman Padi di WS Asahan Tahun 2004
No. I Jenis Tanaman Luas Tanam (Ha) 63094 62113 981 (*) (*) (*) (*) (*) (*) (*) (*) (*) 63094 62113 981 Luas Panen (Ha) 60482 59594 888 220 220 (*) (*) 12471 11489 (*) 20397 1091 106150 92682 13468 Produksi (Ton) 329163 325716 3447 924 924 (*) 91919 61857 30062 105948 103412 2536 527954 491909 36045 Rata-rata Prod (Kw/Ha) 54.42 54.66 38.82 42.00 42.00 (*) 38.36 49.60 26.17 49.31 50.70 23.24 49.74 196.96 88.23
Kab. Asahan 1 Padi Sawah 2 Padi Ladang II Kota Tanjung Balai 1 Padi Sawah 2 Padi Ladang III Kab. Simalungun 1 Padi Sawah 2 Padi Ladang IV Kab. Toba Samosir 1 Padi Sawah 2 Padi Ladang Total WS Asahan : 1 Padi Sawah 2 Padi Ladang
Catatan : (*) tidak ada data Tabel 3.13. Perkembangan Produksi Padi Sawah di WS Asahan Tahun 2001-2004
Kabupaten/Kota 1. Kabupaten Asahan 2. Kota Tanjung Balai 3. Kota Simalungun 4. Kabupaten Toba Samosir Jumlah WS Asahan Perkembangan Produksi Padi Sawah (ton) 2000 2001 2002 2003 335041 263191 245105 317657 4151 1722 390 1062 398067 411638 413827 438761 176167 160565 138633 156456 913426 837116 797955 913936 2004 325716 924 61857 103412 491909
3 - 35
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
170816,32 Ha, coklat seluas 8744,92 Ha dan teh seluas 8372,75 Ha. Berturut-turut hasil produksi perkebunan swasta/negara pada tahun 2004 : 53579,88 ton karet, 3191197, 90 ton sawit, 444926,00 minyak sawit, 64119 ton industri sawit, 9648,24 ton coklat dan 16141, 25 ton teh (lihat Tabel 3.16). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.15 dan Tabel 3.16 sebagai berikut :
Tabel 3.15. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di WS Asahan Tahun 2004 No.
I
Tanaman Perkebunan
Kab. Asahan 1 Karet 2 Kelapa Sawit 3 Kelapa 4 Coklat 5 Kopi 6 Aren 7 Kemiri 8 Kapuk 9 Cengkeh 10 Pinang 11 Vaneli 12 Teh Kota Tanjung Balai 1 Karet 2 Kelapa Sawit 3 Kelapa 4 Coklat
Produksi (Ton)
5274.00 60861.00 28284.00 9206.00 5.20 85.50 48.00 7.70 0.00 225.00 0.00 0.00
II
3 - 36
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.15. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat di WS Asahan Tahun 2004 (Lanjutan) No.
III
Tanaman Perkebunan
Kab. Simalungun 1 Karet 2 Kelapa Sawit 3 Kelapa 4 Coklat 5 Kopi 6 Aren 7 Kemiri 8 Kapuk 9 Cengkeh 10 Pinang 11 Vaneli 12 Teh Kab. Toba Samosir 1 Karet 2 Kelapa Sawit 3 Kelapa 4 Coklat 5 Kopi 6 Aren 7 Kemiri 8 Kapuk 9 Cengkeh 10 Pinang 11 Vaneli 12 Teh TOTAL WS Asahan : 1 Karet 2 Kelapa Sawit 3 Kelapa 4 Coklat 5 Kopi 6 Aren 7 Kemiri 8 Kapuk 9 Cengkeh 10 Pinang 11 Vaneli 12 Teh
Produksi (Ton)
1.10 307.09 26.82 4.63 3628.48 50.47 166.98 0.00 1088.75 13.89 0.00 0.00
IV
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
724.40 1279.10 118.20 27.00 0.00 36.80 18.80 0.00 0.00 0.00 0.00 206.50
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
724.40 1279.10 118.20 27.00 0.00 36.80 18.80 0.00 0.00 0.00 0.00 206.50
523.20 8136.80 92.30 22.00 0.00 4.50 12.40 0.00 0.00 0.00 0.00 205.46
293.00 5643.00 1141.00 1712.81 1116.15 23.00 7.00 9.00 162.44 83.90 11.30 0.00
7894.60 17166.30 33955.20 8085.00 2819.81 200.90 124.13 24.50 45.00 293.49 0.00 206.50
2145.10 1431.00 8022.00 391.00 5.00 23.60 10.00 5.50 4.00 48.00 0.00 0.00
10332.70 24240.30 43118.20 10188.81 3941.06 247.50 159.24 39.00 211.44 425.39 11.30 206.50
5798.30 70000.89 45540.12 9321.43 3633.68 140.47 227.38 7.70 1088.75 238.89 0.00 205.46
3 - 37
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
No. I
Tanaman Perkebunan Kab. Asahan 1 Karet/ Rubber 2 Kelapa Sawit/ Palm Oil 3 4 Coklat / Kakao Teh
Produksi (ton)
444926.00 MS
64119.00 IS
576 0
II
Kota Tanjung Balai 1 Karet/ Rubber Kelapa Sawit/ 2 Palm Oil 3 Coklat / Kakao 4 Teh Kab. Simalungun 1 Karet/ Rubber Kelapa Sawit/ 2 Palm Oil 3 Coklat / Kakao 4 Teh Kab. Toba Samosir 1 Karet/ Rubber Kelapa Sawit/ 2 Palm Oil 3 Coklat / Kakao 4 Teh TOTAL WS Asahan : 1 2 Karet/ Rubber Kelapa Sawit/ Palm Oil Coklat / Kakao Teh 51710.32 170816.32 53579.88 3191197.90 Sawit 9648.24 16141.25 0.00 444926.00 MS 0.00 0.00 0.00 64119.00 IS 0.00 0.00
III
IV
3 4
8744.92 8372.75
3 - 38
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Selain karet, komoditi perkebunan lainnya dan merupakan primadona bagi Provinsi Sumatera Utara adalah kelapa sawit. Harga jual output yang relatif bibit, teknologi budidaya menguntungkan, tersedianya dan relatif murahnya
yang relatif sederhana, biaya pemeliharaan relatif rendah, serangan hama penyakit relatif kecil, dan harga lahan yang relatif rendah merangsang masyarakat untuk bercocok tanam komoditi kelapa sawit.
Kolam Air Tenang I II II I I V Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Total WS Asahan
0.00 19.00 0.00
Sawah
Jaring Apung
53.00 72.00 0.00 338
0.00
0 172 0 510.
3 - 39
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
sedangkan usaha ternak kerbau , domba/kambing dan babi hampir seluruhnya usaha ternak rakyat. Produksi daging ternak di WS Asahan pada tahun 2004 tercatat 22723,87 ton daging sapi, 55739,2 ton daging kerbau, dan 30690,97 ton daging kambing/domba. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.18 sampai dengan Tabel 3.21. Tabel 3.18. Data Produksi Daging Ternak di WS Asahan Tahun 2004 No. 1 I II III IV Kabupaten /Kota Kecamatan 2 Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Total WS Asahan Produksi Daging (Ton) Sapi 3 Kerbau 4 Kambing/Domba 5
22723.87
30690.97
No. 1
I II III IV
No. 1 I II III IV
0 6 0 729 735
0 0 0 0 0
3 - 40
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
No. 1 I II III IV
Kabupaten /Kota Kecamatan 2 Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Total WS Asahan
0 5400 0 0 5400
Pada tahun 2004, populasi ternak sapi di ekor dan babi 57781 ekor.
WS Asahan berjumlah
40476 ekor,
kerbau berjumlah 25195 ekor, kuda 735 ekor, kambing 171762 ekor, domba 31418 Sedangkan populasi unggas, ayam ras petelur berjumlah 1184381 ekor, ayam ras pedaging 1679167 ekor, ayam kampung 5596647 ekor dan burung puyuh 5400 ekor.
dengan luas 32494 Ha, sementara di Kabupaten Simalungun luas hutan lindung 47615 Ha dan di Kabupaten Toba Samosir luas hutan lindung sebesar 32868 Ha. Luas hutan lindung ini perlu dijaga kelestariannya karena merupakan daerah tangkapan air WS Asahan. Tata guna lahan hutan di WS Asahan dapat dilihat pada Tabel 3.22.
3 - 41
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
I II III IV
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Total DAS Asahan
Luas hutan produksi terbatas yaitu hutan yang dapat diproduksi dengan sistim tebang pilih terdapat di Kabupaten Asahan seluas 8061,50 Ha. Luas hutan produksi tetap di Kabupaten Asahan seluas 2146 Ha, Kabupaten Simalungun seluas 57810,60 Ha dan Kabupaten Toba Samosir seluas 3302 Ha. Jenis hutan berdasarkan fungsi lainnya adalah hutan konservasi yang secara
langsung juga penting peranannya dalam menjaga konservasi sumberdaya alam. Fungsi utama hutan ini adalah menjaga kelestarian satwa langka yang masih ada. Luas hutan suaka margasatwa pada tahun 2004 di WS Asahan seluas 12568 Ha dimana seluas 168 Ha (1,34 %) berada di Kabupaten Simalungun dan 12400 Ha (98,66 %) berada di Kabupaten Toba Samosir. Untuk menjaga kelestarian hutan di Kabupaten Toba Samosir , pihak pemerintah telah melakukan program penghijauan (reforesting) seluas 60 Ha ( 2002/2003) , 687 Ha ( 2003/2004) dan 544 Ha pada tahun anggaran 2004/2005. Selain itu di kabupaten tersebut telah dilakukan pula reboisasi (reforestation) seluas 2779 Ha pada tahun 2003/2004 dan seluas 703 Ha pada tahun 2004/2005 Dari data yang tersedia produksi hasil hutan di Kabupaten Simalungun tahun 2004 berupa kayu Pinus sebanyak 845,28 m3 , kayu Akasia berjumlah 377,28 m3, kayu Eucaliptus berjumlah 74610,96 m3, rotan sebanyak 17910 batang, kulit kayu sebanyak 47110 ton, arang sebanyak 253 ton dan getah Tusam sebanyak 736 kg. Sedangkan di Kabupaten Toba Samosir pada periode 2004/2005 hasil hutan meliputi Log Pinus sebanyak 19967,98 m3, Pulp sebanyak 176506,6 ton, Eucaliptus sebanyak 64345,18 m3 . 3 - 42
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.3.5.
1 2 3 4
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Total WS Asahan (*), data tidak ada (**), data tidak lengkap
Pada Tabel 3.24. dibawah ini disajikan persentase rumah tangga yang memanfaatkan sumber penerangan baik yang berasal dari PLN,non PLN dan lainnya. Tabel 3.24. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan
Listrik Listrik PLN Non PLN (%) (%) Kab. Asahan I 87,81 2,70 Kota Tanjung Balai II 93,28 3,43 Kab. Simalungun III 94.08 0 Kab. Toba Samosir IV 96,35 0 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara No. Kab/Kota Petromaks/ Aladin (%) 1,51 1,80 1,55 0,16 Pelita, Senter, Obor (%) 8,18 1,48 3.35 3,17 Lainnya (%) 0 0 0,12 0,32
3 - 43
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
No.
Kabupaten /Kota
Kab. Asahan Seluruhnya Pada WS Asahan Prosentase Thd Kabupaten Kota Tanjung Balai Seluruhnya Kota Tanjung II Pada DAS Asahan Balai Prosentase Thd Kota Kab. Simalungun Seluruhnya Kabupaten III Pada WS Asahan Simalungun Prosentase Thd Kabupaten Kab. Toba Samosir Seluruhnya Kabupaten IV Toba Pada WS Asahan Samosir Prosentase Thd Kabupaten Sumber : Data diolah I Kabupaten Asahan
3 - 44
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
No.
I Kab. Asahan II Kota Tanjung Balai III Kab. Simalungun IV Kab. Toba Samosir Catatan : (*) tidak tersedia data Sumber : BPS Kabupaten/Kota terkait
Tabel 3.27. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air minum No. Kab/Kota Ledeng (%) I II III IV Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir 12,58 92,51 27,96 12,81 Pompa (%) 26,57 0,33 20,99 12,59 Sumur (%) 45,22 0,33 20,89 21,21 Mata (%) 12,28 0,83 1,95 0,79 Air Lainnya (Sungai, hujan) (%) 0.90 0 10,27 10,79
Pada Tabel 3.27. di atas, terlihat bahwa pelayanan air bersih yang berasal dari air PAM di Kabupaten Asahan, Simalungun dan Toba Samosir relatif masih kecil, sebagian besar penduduk masih memanfaatkan air bersih yang berasal dari sumur pompa, sumur gali, mata air dan air sungai serta air hujan. Sedangkan di Kota Tanjung Balai kebutuhan air bersih disuplai dari air PAM.
3.3.6.
Sektor Pariwisata
Obyek wisata di WS Asahan pada tahun 2004 yang terdiri dari wisata alam, wisata sejarah, wisata kepurbakalaan dan wisata seni budaya. Di wilayah ini terdapat Danau Toba yang terletak di Kabupaten Toba Samosir, yang merupakan primadona dan merupakan tujuan wisata yang banyak dikunjungi baik oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara.
3 - 45
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Semakin berkembangnya sektor pariwisata di wilayah ini akan berdampak pula pada semakin meningkatnya kebutuhan air dalam rangka melayani industri pariwisata seperti jasa perhotelan dan restoran, demikian pula dalam rangka penggunaan sumber daya air maupun di sungai. Jumlah wisatawan manca negara yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2002 sebanyak 121819 orang, pada tahun 2003 turun menjadi 98336 orang dan pada tahun 2004 meningkat lagi menjadi 112319 orang. Pada Tahun 2004, kunjungan wisatawan terbanyak berasal dari negara-negara Asean, yaitu sebesar 80366 orang ( 71,55 %) . Berdasarkan kebangsaannya jumlah turis asing yang dominan pada tahun 2004 berasal dari Malaysia yaitu sebanyak 68781 orang (61,23 %) , Singapura sebanyak 9458 orang (8,42 %) dan Belanda sebanyak 5400 orang (4,81 %). Untuk mendukung peningkatan jumlah kunjungan wisatawan perlu prasarana untuk keperluan olahraga air baik di danau
pariwisata yang memadai seperti, akomodasi, restoran, prasarana dan sarana transportasi, obyek wisata yang menarik, kemudahan pencapaian ke lokasi obyek wisata, di WS Asahan. Selengkapnya tersaji pada Tabel 3.28 dan Tabel 3.29. Tabel 3.28. Perkembangan Jumlah Hotel dan Akomodasi lainnya di WS Asahan Periode Tahun 2000 - 2004
Perkembangan Jumlah Hotel 2001 2002 2003 4 5 6 8 8 11 7 7 6 52 56 50 84 87 86 158 153
semua prasarana pariwisata ini sudah dimiliki oleh Kabupaten/Kota yang terletak
No. 1 1 2 3 4
Kabupaten/Kota 2 Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir
2000 3 8 7 51 77
2004 7 12 7 43 86 148
Jumlah WS Asahan 143 151 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004
3 - 46
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.29. Jumlah Hotel dan Akomodasi lainnya Menurut Kelas di WS Asahan Periode Tahun 2004
Kelas Hotel Bintang Bintang 3 4 5 6
No. 1 1 2 3 4
Kabupaten/Kota 2 Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir
Bintang 1 3 1 1 3
Bintang 2 4
Bintang 5 7
Melati 8 11 7 35 80 133
5 3
3.3.7.
Sektor industri dikelompokkan atas industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga, pengelompokan tersebut didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri tersebut. Jumlah usaha industri besar dan sedang yang berada di keempat
kabupaten/kota yang berada di Wilayah Sungai Asahan sebanyak orang. Jumlah tenaga kerja mengalalami penurunan
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja pada tahun 2002. Pada tahun 2004, nilai output industri besar/sedang di Kabupaten Asahan mencapai 11367,44 milyar rupiah , Kota Tanjung Balai mencapai 398,66 milyar rupiah , Kabupaten Simalungun sebesar 2051,62 milyar rupiah dan Kabupaten Toba Samosir mencapai 1227,53 milyqr rupiqh . Nilai output industri besar dan sedang mengalami peningkatan sebesar 15,245 % pada tahun 2003 dan 5,29 % pada tahun 2004, sebagaimana tersaji pada Tabel 3.30. .
Industri besar dan sedang tersebut umumnya di klasifikasikan sebagai berikut : Industri makanan, minuman , tembakau dan lainnya Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri kayu, barang-barang dari kayu termasuk perabot rumah tangga Industri kertas, barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara 3 - 47
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Industri logam dasar Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya Industri pengolahan lainnya.
Pada tahun 2004, jumlah industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Wilayah Sungai Asahan sebanyak 1908 buah, yang mampu menyerap tenaga kerja sekitar 12513 orang. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga tersebut umumnya bergerak di bidang aneka industri, pengolahan pangan, kerajinan sandang/kulit, industri kimia/bangunan, industri logam dan kerajinan umum lainnya, secara rinci disajikan pada Table 3.31.
3 - 48
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.30.
Perkembangan Jumlah Industri Besar dan Sedang Periode Tahun 2002 - 2004
2002 Nilai Input Nilai Ouput Industri Industri ( Milyar (Milyar Rp.) Rp.) Perkembangan Jumlah Industri Besar & Sedang Tahun 2002 - 2004 2003 Jml Jml Nilai Input Nilai Ouput Jml Jml Ten. Industri Industri Industri Ten. Industri ( Milyar Kerja (Milyar Kerja Rp.) Rp.) 2004 Nilai Input Nilai Industri Ouput Industri (Milyar ( Milyar Rp.) Rp.) 8821.66 188.49 1520.29 112.91 10643.35 11367.44 398.66 2051.62 1227.53 15045.25
No.
Kabupaten /Kota
Jml Industri
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Jumlah Total Sumber : Data Diolah
I II III IV
103 1 56 14 174
103 1 55 15 174
103 1 55 15 174
No.
Kabupaten /Kota
I II III IV
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir
0 82 14 569 569
3 - 49
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.3.8.
Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian di WS Asahan hampir dapat dikatakan sangat kecil, hanya terbatas pada bahan galian C yaitu batu gunung yang dikelola oleh 2 perusahaan dalam jumlah yang relatif kecil yaitu 1120 m3 di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.
3.3.9.
(%)
30.23 1.65 26.33 1.22 4.19 19.01 5.61 4.29 7.47 100.00
2003
28,634.17 1,571.24 27,868.20 1,398.11 4,329.64 19,316.89 5,895.92 4,342.68 7,966.90 101,323.75 100,248.40
(%)
28.26 1.55 27.50 1.38 4.27 19.06 5.82 4.29 7.86 100.00
2004
31,763.44 1,711.84 31,526.34 1,628.16 5,283.17 21,680.17 6,822.76 5,196.92 9,033.89 114,647.29 113,505.68
(%)
27.71 1.49 27.50 1.42 4.61 18.91 5.95 4.53 7.88 100.00
3 - 50
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.33. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002- 2004 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 Pertanian Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan & Tanah , Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan PDRB/GDRP Termasuk MIGAS 2002 7,924.48 332.98 5,665.95 447.09 1,112.46 4,465.33 2,299.19 1,737.12 (%) 30.57 1.28 21.85 1.72 4.29 17.22 8.87 6.70 2003 8,171.31 347.57 5,872.16 474.19 1,209.64 4,611.81 2,456.56 1,847.85 (%) 30.17 1.28 21.68 1.75 4.47 17.03 9.07 6.82 2004 8,479.34 323.60 6,154.76 500.79 1,337.05 4,842.92 2,704.94 2,029.04 (%) 29.65 1.13 21.52 1.75 4.68 16.93 9.46 7.09
1,940.75
7.49
2,095.81
7.74
2,226.18
7.78
25,925.36 PDRB/GDRP Tanpa MIGAS 25,781.29 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
100.00
27,086.90 26,951.10
100.00
28,598.61 28,504.50
100.00
Tabel 3.34.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002- 2004
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan & Tanah , Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan PDRB/GDRP Termasuk MIGAS PDRB/GDRP Tanpa MIGAS
2002 2.26 7.49 5.08 8.58 4.26 4.89 6.65 2.94 3.21 4.07 4.08 (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
2003(*) 3.11 4.38 3.64 6.06 8.73 3.28 6.84 6.37 7.99 4.48 4.54 (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
2004(**) 3.77 -6.9 4.81 5.61 10.53 5.01 10.11 9.81 6.22 5.58 5.76 (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
3 - 51
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
HARGA KONSTAN
Tanjung Balai Milyar Rp. 372,986.770 393,796.520 415,889.650 440,052.860 849,525.07 976,458.66 1,122,409.24 1,338,631.66 -
2000 2001 2002 10,585.39 2003 12,555.76 2004 14,482.39 Sumber : BPS Kabupaten/Kota Terkait HARGA BERLAKU
HARGA KONSTAN
2000 2001 2002 2003 2004 2000 2001 2002 2003 2004
HARGA BERLAKU
3 - 52
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.4. 3.4.1.
3 - 53
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Sumber air yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, danau, dan tampungan lainnya. Penggunaan air tanah yang kenyataannya sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku maupun air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan harus dijaga agar pengambilannya tetap berada di bawah debit aman (safe yield). Ketersediaan air dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Dalam hal lokasi ketersediaan air dapat berlaku pada suatu titik, misalnya pada suatu lokasi pos duga air, bendung tempat pengambilan air irigasi, dan sebagainya dimana satuan yang kerap digunakan adalah berupa nilai debit aliran dalam meter kubik atau liter per-detik. Banyaknya air yang tersedia dapat juga dinyatakan berlaku dalam suatu areal tertentu, misalnya pada suatu wilayah sungai, daerah pengaliran sungai, daerah irigasi, dan sebagainya, dimana satuan yang kerap digunakan adalah berupa banyaknya air yang tersedia pada satu satuan waktu misalnya juta meter kubik per tahun atau milimeter per hari. Analisis ketersediaan air menghasilkan perkiraan ketersediaan air di suatu wilayah sungai atau suatu sistem tata air, secara spasial maupun dalam waktu. Analisis ini pada dasarnya terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut: 1. analisis data debit aliran; 2. analisis data hujan dan iklim; 3. pengisian data debit yang kosong serta memperpanjang data debit runtut waktu; dan 4. analisis frekuensi mengenai debit aliran rendah.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Uji konsistensi Data Curah Hujan Data curah hujan yang akan dianalisis harus konsisten. Data yang tidak konsisten dapat disebabkan karena tumbuhnya pohon di dekat alat penakar hujan, pergantian alat, dan perubahan metode pencatatan. Salah satu cara untuk menguji konsistensi data adalah dengan analisis kurva massa ganda (double mass curve analysis), yaitu dengan menggambarkan kumulatif curah hujan dari pos yang diperiksa terhadap kumulatif rata-rata curah hujan pos tetangganya. Melengkapi Data Hujan yang Kosong Kondisi data hujan bulanan di Indonesia pada umumnya dapat dikatakan cukup baik, akan tetapi masih selalu terdapat data yang kosong atau tidak terisi (missing data). Hal ini dapat disebabkan antara lain oleh karena alat ukur yang rusak atau mandor yang lupa mencatat. Jika data hujan akan digunakan sebagai masukan utama model rainfall-runoff, maka diperlukan data hujan yang berkesinambungan dan lengkap. Pengisian data yang kosong tersebut adalah berdasarkan data pos hujan tetangganya yang berkorelasi tinggi, dengan rumus sebagai berikut: R x = N x /N a * R a dimana: Rx = hujan di Pos X yang besarnya akan diperkirakan berkorelasi tertinggi Nx = rata-rata curah hujan tahunan jangka panjang (long term annual) di Pos X yang berkorelasi tinggi Perhitungan Hujan Kawasan (Areal Rainfall) Perhitungan hujan kawasan dilakukan untuk memberi nilai curah hujan secara time-series pada setiap kawasan (areal rainfall) yang dapat berupa Daerah Aliran Sungai (DAS) atau sub-SWS berdasarkan data hujan dari pos-pos yang ada (point rainfall). Perhitungan hujan kawasan pada studi ini akan dilakukan dengan cara Metode Poligon Thiessen, dimana bobot dari setiap pos hujan berbanding dengan luas areal pengaruh pos hujan tersebut. Areal tersebut dibentuk dari poligon yang sisi-sisinya adalah garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan dua buah pos hujan. N a = rata-rata curah hujan tahunan jangka panjang di Pos tetangga terdekat R a = hujan pada bulan dan tahun yang sama pada pos hujan tetangga yang
3 - 55
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pada wilayah studi ini terdapat beberapa pos hujan dengan data yang cukup lengkap sebagai berikut: Aek Loba Bandar Pulau Pulau Raja Kuala Piasa Porsea Balige Dolok Sanggul Pangururan Parapat
Lokasi dari pos hidroklimatologi dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut.
3 - 56
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
AEK LOBA PANGURURAN B. PULAU PARAPAT BALIGE PORSEA D.SANGGUL PIASA P.RAJA PINTU POHAN MARANTI SIRIA RIA LUMBAN
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gambar 3.9. Bar-chart Ketersediaan Data Hujan Screening dan Uji Konsistensi Data Hasil pengujian konsistensi data dengan analisis kurva massa ganda dari Gambar 3.11 sampai dengan Gambar 3.18 menunjukkan bahwa semua pos hujan tersebut memiliki data yang konsisten. Demikian pula dari hasil pengeplotan timeseries pada Gambar 3.10. tidak ada indikasi kesalahan data yang sistemik. Dengan demikian data hujan bulanan dari semua pos ini dapat digunakan dalam analisis hujan-aliran.
3 - 57
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Time Series
900 850 800 750 700 650
600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 09-12-1985 09-12-1986 09-12-1987 08-12-1988 08-12-1989 08-12-1990 08-12-1991 07-12-1992 07-12-1993 07-12-1994
Time AEK LOBA PH P.RAJA PH B.PULAU PH PANGURURAN PH BALIGE PH PARAPAT PH D.SANGGUL PH PORSEA PH K.PIASA PH
Aek Loba
105% 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55%
Test
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Base
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Bandar Pulau
105% 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55%
Test
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Base
Balige
105% 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55%
Test
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Base
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Dolok Sanggul
105% 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55%
Test
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Base
Kuala Piasa
105% 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55%
Test
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Base
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pulau Raja
105% 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55%
Test
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Base
Pangururan
105% 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55%
Test
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Base
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Prapat
105% 100% 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 60% 55%
Test
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
Base
Analisis Klimatologi
Data iklim yang berupa suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, lama penyinaran dan radiasi matahari digunakan untuk memperkirakan besaran evapotranspirasi acuan (reference evapotranspiration). Besaran ini jika dikalikan dengan koefisien tanaman (crop coefficient) akan menghasilkan evapotranspirasi aktual, yang merupakan informasi penting pada perhitungan kebutuhan air irigasi. Salah satu cara perhitungan evapotranspirasi acuan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan rumus Modifikasi Penman (FAO, 1977) atau Penman Monteith (FAO, 1990) yang telah diimplementasikan pada program komputer CROPWAT.
3 - 62
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 63
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
duga air. Pada wilayah sungai Asahan terdapat beberapa pos duga air sebagai berikut pada Tabel 3.37 di bawah ini. Tabel 3.37. Daftar Pos Duga Air Kode Pos 01-053-00-03 01-053-00-04 01-053-00-05 01-053-00-07 01-053-00-09 01-053-00-09 Nama Pos Asahan-Porsea Asahan-Siruar Asahan-Simorea Silau-Buntupane Silau-Kisaran Naga Asahan-Pulau Raja Luas DAS (km2) 3.568,0 3.782,0 3.850,0 482,5 1.046,3 4.669,4 Periode Data 1956 -1979 1956 -1979 1956 1979 1993 1997 1972 1997 1977 1997
Pos duga air Silau-Kisaran Naga dan Asahan-Pulau Raja memiliki data bulanan yang cukup panjang, untuk itu pada tahap selanjutnya analisis hujan-aliran akan menggunakan kedua pos duga air tersebut dalam kalibrasi dan verifikasinya.
3.4.2.
Pemodelan Hujan-aliran
Untuk melengkapi atau memperpanjang data debit, jika tersedia data curah hujan yang lengkap dan cukup panjang, maka dapat digunakan model hujanaliran yang menghitung debit aliran berdasarkan data hujan, evapotranspirasi, dan parameter model. Diagram model hujan-aliran dapat dilihat pada Gambar 3.21 berikut. Penggunaan model-model hujan aliran (rainfall-runoff) meliputi tiga tahap sebagai berikut: Kalibrasi sistem Dilakukan pada sebuah daerah pengaliran sungai yang telah terdapat data debit hasil pengukuran di lapangan. Tujuan dari proses kalibrasi ini adalah untuk mendapatkan parameter model. Kriteria keberhasilan kalibrasi antara lain adalah jumlah kuadrat data terukur dan sintetis, serta konservasi volume air. Kalibrasi model dilakukan pada pos duga air Kisaran Naga di Sungai Silau pada Gambar 3.19 memberikan hasil yang cukup baik.
3 - 64
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Time Series
145 140 135 130 125 120 115 110 105 100 95
Time series
90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 09-12-1985 09-12-1986 09-12-1987 08-12-1988 08-12-1989 08-12-1990 08-12-1991 07-12-1992 07-12-1993 07-12-1994
Gambar 3.19. Kalibrasi Rainfall-Runoff Sacramento Pada Sungai Silau di Kisaran Naga Verifikasi Dengan menggunakan parameter model hasil kalibrasi maka model diterapkan pada lokasi daerah pengaliran sungai yang telah terdapat data pengukuran untuk dibandingkan hasilnya. Jika hasilnya baik, maka dapat dilanjutkan pada tahap pembangkitan data sintetis. Jika hasilnya belum baik, maka dilakukan kalibrasi ulang dengan mempertimbangkan hasil-hasil verifikasi model. Berdasarkan parameter model yang diperoleh dari proses kalibrasi, maka dilakukan verifikasi model, yang dilaksanakan di Sungai Asahan pada pos duga air Pulau Raja yang dapat dilihat pada Gambar 3.20. Hasil verifikasi model ini juga memberikan hasil yang cukup baik.
3 - 65
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Time Series
550 500 450 400
Time series
350 300 250 200 150 100 50 09-12-1985 09-12-1987 08-12-1989 08-12-1991 07-12-1993 07-12-1995
Gambar 3.20. Verifikasi Model Hujan-Aliran di Asahan-Pulau Raja Pembangkitan data sintetis Dengan data hujan, evapotranspirasi dan parameter-parameter model maka dilakukan pembangkitan data debit sintetis untuk semua sub-DAS yang belum ada data pengukurannya, sehingga untuk semua sub-DAS didapatkan data debit bulanan untuk kurun waktu yang cukup panjang. Data debit aliran bulanan pada kurun waktu yang cukup panjang tersebut akan menjadi data masukan utama dalam neraca air dan simulasi alokasi air, yaitu pada simpul-simpul inflow. Dari data debit runtut waktu sintetis tersebut dapat dilakukan analisis frekuensi mengenai debit aliran rendah, yaitu debit aliran pada musim kemarau di tahun kering rata-rata, kering 5 tahunan (Q80%) dan kering 10 tahunan (Q90%).
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 67
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.5.
Kualitas air WS Asahan dipantau pada lima lokasi dari hulu ke hilir, yaitu : (1).S.Asahan di Porsea; (2).S.Asahan di Siruar; (3).S.Asahan di Tangga; (4). S.Asahan di Tanjung Balai ; dan Danau Toba. Evaluasi Kualitas Air Evaluasi kualitas pada sumber air di DAS Asahan sementara dilakukan terhadap Baku Mutu Kelas I dari PP 82/2001 ( apabila diketahui di Propinsi Sumatera Utara telah ada baku mutu yang dikeluarkan oleh Pemda Provinsi, maka evaluasi dapat disesuaikan). Selain itu dievaluasi juga terhadap baku mutu air bersih dari Permenkes 460/1990 karena kemungkinan penduduk sepanjang sungai memakai air sungai untuk keperluan air rumah tangga. Evaluasi kualitas air Danau Toba,sungai yang masuk dan keluar danau dilakukan terhadap Baku Mutu Kelas I dari PP 82 82/2001. Evaluasi kualitas air danau dilakukan pula dengan membandingkan terhadap pengukuran tahun 1992 yaitu kerjasama antara Puslitbang Sumber Daya Air dengan Universitas Helsinki, Finlandia. Khususnya untuk kualitas air danau dibuat Stratifikasi, yaitu perubahan suhu berdasarkan hasil pengukuran temperatur dari kedalaman danau. Untuk parameter plankton dihitung dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman (IK) 1. Kualitas Air S.Asahan di Porsea. Berdasarkan data pemantauan kualitas S.Asahan di Porsea dari tahun 1990 sampai tahun 1999, dengan jumlah pengukuran ( n) 30 kali, dibandingkan dengan air baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Amoniak total, Detergent, Fosfat Total, BOD, COD, Nitrit dan Koli tinja dapat dilihat pada Tabel 3.38. Sedangkan bila dievaluasi terhadap Air bersih dari Permenkes 460/1990 ternyata angka kekeruhan dan Zat organik KMn O4 tidak memenuhi walaupun persentasenya kecil .
3 - 68
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
30 30 30 30 15 19 26 30
10
2. Kualitas Air S.Asahan di Siruar. Berdasarkan data pemantauan kualitas S.Asahan di Siruar, dari tahun 1989 sampai tahun 1999, dengan jumlah pengukuran ( n) 35 kali, dibandingkan dengan air baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Amoniak total, Detergent, Fosfat Total, BOD, COD, Oksigen terlarut dan Koli tinja dapat dilihat pada Tabel 3.39. Sedangkan bila dievaluasi terhadap Air bersih dari Permenkes 460/1990 ternyata angka kekeruhan dan Zat organik KMn O4 tidak memenuhi walaupun persentasenya kecil . Tabel 3.39. Kualitas Air S.Asahan di Siruar
Baku Mutu No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kadar Data yang Tidak memenuhi Jumlah 1 3 3 3 15 13 13 Persen 2,9% 8,6% 8,6% 8,6% 78,9% 39,4% 37,1% Total Data -
Parameter
DHL Kekeruhan Zat Tersuspensi Amoniak Total Detergent Fosfat Ortho Fosfat Total BOD COD Nilai K MnO 4 Nitrat
Satuan
mhos/cm mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Klas I PP82/2001
Min
118 2 2.6 0.01 0.005 0.009 0.017 0.34 3.7 4.8 0.01
Maks
241 29 40 0.81 0.545 0.52 0.88 6.2 20 31 2.46
35 35 35 35 19 33 35
-
10
3 - 69
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Parameter
Nitrit Nitrogen Organik Oksigen Terlarut p H Koli Tinja
Satuan
mg/L mg/L mg/L Jml/100 m L
Min
0.002 0.009 5.9 6 480
Maks
0.032 0.72 7.3 8.1 1300
3. Kualitas Air S.Asahan di Tangga. Berdasarkan data pemantauan kualitas S.Asahan di Tangga dari tahun 1990 sampai tahun 1999, dengan jumlah pengukuran ( n) 29 kali, dibandingkan dengan air baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Amoniak total, Detergent, Fosfat Total, BOD, COD dan Koli tinja dapat dilihat pada Tabel 3.40. Sedangkan bila dievaluasi terhadap Air bersih dari Permenkes 460/1990 ternyata angka kekeruhan dan Zat organik KMn O4 tidak memenuhi walaupun persentasenya kecil . Tabel 3.40. Kualitas Air S.Asahan di Tangga
Baku Mutu No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kadar Data yang Tidak memenuhi Jumlah Persen Total Data -
Parameter
DHL Kekeruhan Zat Tersuspensi Amoniak Total Detergent Fosfat Ortho Fosfat Total BOD COD Nilai K MnO 4 Nitrat Nitrit Nitrogen Organik Oksigen Terlarut p H Koli Tinja
Satuan
mhos/cm mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Jml/100 m L
Klas I PP82/2001
Min
118 1.5 2.4 0.011 0.003 0.011 0.007 0.55 2.5 2.9 0.01 0.004 0.008 6 6.5 700
Maks
201 13 24 0.56 0.427 0.84 1.2 5.5 19 34 2.05 0.013 0.951 8 8.3 1300
2 4 3 5 2 13
-
29 29 29 9 24 29
-
10
100%
3 - 70
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4. Kualitas Air S.Asahan di Tanjung Balai Berdasarkan data pemantauan kualitas S.Asahan di Tanjung Balai dari tahun 1991 sampai tahun 1999, dengan jumlah pengukuran ( n) 29 kali, dibandingkan dengan air baku air minum ( Klas I PP 82/2001) terdapat beberapa parameter yang telah melampaui persyaratan, yaitu : Kekeruhan, Zat tersuspensi, Amoniak total, Detergent, Fosfat Total, BOD, COD, pH dan Koli tinja dapat dilihat pada Tabel 3.41. Sedangkan bila dievaluasi terhadap Air bersih dari Permenkes 460/1990 ternyata angka kekeruhan dan Zat organik KMn O4 tidak memenuhi walaupun persentasenya kecil .
Parameter
DHL Kekeruhan Zat Tersuspensi Amoniak Total Detergent Fosfat Ortho Fosfat Total BOD COD Nilai K MnO 4 Nitrat Nitrit Nitrogen Organik Oksigen Terlarut p H Koli Tinja
Satuan
mhos/cm mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Jml/100 m L
Klas I PP82/2001
Min
118 1.5 2.4 0.011 0.003 0.011 0.007 0.55 2.5 2.9 0.01 0.004 0.008 6 6.5 700
Maks
201 13 24 0.56 0.427 0.84 1.2 5.5 19 34 2.05 0.013 0.951 8 8.3 1300
6 7 8 1 5 13 17 25
-
29 27 29 29 29 15 21 26
-
10
1 5
3,57% 100%
28 5
5. Kualitas Air Danau Toba Lokasi Pengukuran Lokasi pengukuran kualitas air Danau Toba yang dilakukan pada tahun 2002 oleh team peneliti Puslitbang Sumber Daya Air, meliputi beberapa lokasi di danau dan pada sungai yang masuk ke Danau Toba.
3 - 71
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Lokasi dan Karakteristik Pengukuran Kualitas Air di danau, adalah: 1) Danau Toba di Balige 2) Danau Toba di Parapat 3) Danau Toba di Haranggaol Dalam pengukuran kualitas air danau, pengambilan contoh air dilakukan menurut berbagai kedalaman termasuk pada permukaan air danau (SNI 06-24121991,tentang Metoda Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air). Untuk mengambil contoh air danau dipergunakan alat pengambil contoh khusus, yaitu berupa Vertical Water Sampler. Alat ini merupakan kesatuan dengan gulungan tali baja karena merupakan sarana pengukuran kualitas air berdasarkan kedalaman danau/waduk. Pemakaian alat tersebut, yaitu dengan cara menurunkan alat ke dalam danau, kemudian diamati kedalaman yang diperlukan dengan cara melihat tali baja yang diturunkan, kemudian ditekan dan kualitas air telah mewakili kedalaman yang diperlukan karena water sampler yang dicelupkan ke dalam waduk langsung menutup. Baru kemudian alat tersebut ditarik ke permukaan untuk dilakukan pengukuran parameter lapangan, dan sebagian contoh air dimasukan ke dalam botol contoh untuk diukur kemudian di laboratorium. Parameter kualitas air yang diukur: Pengambilan contoh air dilakukan pada kedalaman: permukaan danau, 5 m, 10 m, 20 m, 30 m,40 m,50 m,100 m, 200 m, 300 m, 400 m dan 500 m. Parameter lapangan, yaitu yang harus segera diukur karena cepat berubah adalah: temperatur, Oksigen terlarut(DO), pH, Bakteri (Koli Tinja dan Koli Total) Parameter laboratorium : BOD,COD, K MnO 4 , Fosfat, Ortho Fosfat, Total Fosfat, Nitrat dan Nitrogen Organik, dan plankton (Fitoplankton dan Zooplankton)
3 - 72
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.6. 3.6.1.
Aspek Konservasi Keterkaitan Sub Ekosistem Hulu dan Hilir DTA. Danau Toba WS Asahan
Dalam menelaah laporan bidang konservasi lebih lanjut agar persepsi kita sama. Ada tiga hal pokok yang perlu dipahami, Pertama. Daerah Tangkapan Air Danau Toba (DTA Danau Toba) dan WS Asahan merupakan suatu ekosistem yang saling terkait. Air yang berasal dari daerah tangkapan (catchment area) di sekitar danau Toba akan mengalir ke danau tersebut atau tinggi rendahnya air permukaan atau banyak tidaknya hasil air (water yield) pada Danau Toba sangat tergantung konservasi daerah tangkapannya. Dengan demikian DTA atau catchment area Danau Toba dapat dipandang sebagai satu sub ekosistem konservasi. Kedua. Air yang ada di Danau Toba akan mengalir melalui satusatunya sungai, yaitu sungai Asahan. Melalui sungai Asahan inilah air yang berasal dari Danau Toba mengalir menuju Tanjung Balai dan selanjutnya ke Selat Malaka. Ketiga. Air yang berasal dari daerah tangkapan (catchment area) Wilayah Sungai atau WS Asahan juga mengalir melalui sungai Asahan menuju Tanjung Balai dan seterusnya bermuara di selat Malaka. Stabil tidaknya aliran sungai Asahan ini juga sangat tergantung pada konservasi daerah tangkapannya, makin baik konservasi kawasan hutannya makin stabil alirannnya dan sebaliknya. Jadi daerah tangkapan WS Asahan juga merupakan satu sub ekosistem dilihat dari sisi konservasi. Ke empat. Air yang mengalir dari daerah tangkapan WS Asahan menyatu dengan air yang berasal dari Danau Toba yang keluar dari S. Asahan dan bersama-sama mengalir ke arah T, Balai dan bermuara di Selat Malaka. Berpijak/ tolak dari penjelasan ini, pembahasan ekosistem WS Asahan tidak boleh dipisahkan dari DTA Danau Toba. Dari sisi konservasi kawasan hutan, yang dimaksud ekosistem bagian hulu adalah Daerah Tangkapan Danau Toba, yaitu daerah sekitar danau Toba yang airnya mengalir ke D, Toba. Sedangkan yang dimaksud ekosistem bagian hilir adalah daerah tangkapan air di sekitar Sungai Asahan, yaitu daerah yang airnya mengalir ke WS Asahan. Sebagaimana diuraikan diatas Sungai Asahan merupakan saluran penyambung antara sub ekosistem hulu (DTA Danau Toba) dan sub ekosistem hilir (WS Asahan) dan dalam laporan ini digunakan istilah DAS/WS Asahan Toba.
3 - 73
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 74
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
B 1 2 3
3.6.2.
Fokus penjelasan data biofisik disini adalah pada data yang mempengaruhi erosi dan sedimentasi, maksud uraian ini agar kita memperoleh gambaran data biofisik yang nantinya digunakan sebagai informasi dalam memprediksi pola data biofisik terkait dengan erosi eksisting dan prediksi erosi dan sedimentasi ke depan. Erosi mengakibatkan menurunnya produktifitas lahan dan perubahan lingkungan lainnya. Laju besarnya erosi konsevasi. dipengaruhi oleh, keadaan iklim terutama curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, penutupan vegetasi dan tindakan
3 - 75
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Plato), serta satu kategori yang merupakan lahan dengan lereng tunggal yang terjal (BPDAS, 2005). Jenis tanah dominan di wilayah DTA D.Toba (bagian hulu) dan bagian hilir (DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa) adalah, aluvial, regosol, litosol, kambisol, mediteran, Gleisol, dan organosol. Penyebaran jenis tanah tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.43. Tabel 3.43. Penyebaran Jenis Tanah No. (1) A 1 2 3 4 5 6 B 1 2 3 4 5 6 Bagian Hulu Aluvial Regosol Litosol Kambisol Mediteran Organosol Jumlah Bagian Hilir Hidromarf podsolik merah kuning Kompleks podsolik merah kuning Hidromorf kelabu Podsolik coklat kelabu Mediteran Organosol Jumlah 16060,72 76271,77 34720,48 159207,74 6564,24 40385,05 333210,00 4,82 22,89 10,42 47,78 1,97 12,12 100,00 12512,72 59422,44 27050,32 124036,88 5114,12 31463,52 259600,00 4,82 22,89 10,42 47,78 1,97 12,12 100,00 Jenis tanah (2) Luas (ha) (3) Persen (%) (4)
Sumber : Diolah dari BPDAS Asahan Barumun (2005) dan PU (2003) Sifat Umum Tanah Sifat umum setiap jenis tanah di wilayah ekosistem hulu (DTA. Danau Toba) dan wilayah ekosistem bagian hilir adalah sebagai berikut: a. Aluvial Pada tanah ini sifat-sifat horisonisasi belum terbentuk lanjut. Tekstur dan warna dari lapisan permukaan sampai pada kedalarnan 150 cm atau sampai bahan/batuan induk relatif seragam. Struktur tanah umumnya 3 - 76
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
granular clay gumpal tetapi tidak jelas (belum berkembang). Tanah ini mempunyai permeabilitas lambat sampai sedang. Umumnya dijumpai di sekitar pinggiran danau dengan lereng datar sampai landai dan banyak dimanfaatkan penduduk sebagai lahan budidaya tanaman baik lahan kering maupun lahan basah. Tingkat kepekaan terhadap erosi tanah termasuk tidak peka apabila letaknya pada daerah datar. b. Rogosol Tanah ini tersebar cukup luas dijumpai di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Mempunyai sifat-sifat warna dan tekstur tanah yang relatif seragam. Teksturnya kasar (pasir, pasir berlempung, lempung berpasir atau bahkan berkerikil) menjadi ciri khas tanah ini. Struktur tanahnya belum berkembang dengan horisonisasi tidak jelas. Mempunyai sifat konsistensi sangat gembur dan tidak berstruktur. Umumnya menempati daerah-daerah perbukitan dengan bahan induk tufa kasar atau batu pasir. Permeabilitasnya sedang sampai cepat. Dari segi fisik tanah-tanah ini tidak baik untuk digunakan sebagai lahan pertanian, namun di lapangan masih terlihat penduduk yang masih mengusahakannya sebagai lahan budidaya. Tingkat kepekaan terhadap erosi tanah sangat peka ini menyebar didaerah-daerah tangkapan air Danau Toba c. Litosol Tanah ini merupakan tanah yang solumnya dangkal dan lapisan dibawah solumnya merupakan batuan induk. Di lapangan dijumpai dengan solum berkisar 2 sampai 20 cm. Teksturnya berkisar lempung sampai pasir. Karena keadaan yang demikian dangkalnya, maka penggunaan lahan diatas tanah ini umumnya semak belukar dan sebagian merupakan hutan sekunder. Umumnya dijumpai pada perbukitan dan di lahan-lahan dengan kemiringan yang curam sampai sangat curam (diatas 60 %). d. Kambisol Tanah ini mempunyai tingkat perkembangan belum lanjut. Horisonisasi dan struktur tanah sudah menampakkan arah yang agak jelas, yaitu berbentuk gumpal membulat, atau gumpal bersudut tetapi lemah. Teksturnya dari lempung berliat sampai lempung berpasir. Pada pengamatan panampang profll dijumpai adanya horison penciri, yaitu horison kambik. Pada beberapa satuan lahan ada yang menunjukkan satu lapisan tanah dengan kandungan bahan organik tinggi atau Humic 3 - 77
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
(dicirikan dengan warna tanah yang gelap/hitam dan berat jenisnya relatif lebih ringan dibanding dengan tanah mineral umumnya) dan dibeberapa lokasi ditunjang dengan adanya epipedon Mollik. Permeabilitasnya agak lambat sampai sedang. Ketebalan solumnya bervariasi dari 30 cm sampai 100 cm. Pada lahan yang agak datar dibeberapa lokasi banyak yang dibudidayakan. Tanah kambisol ini menyebar diseluruh DTA Danau Toba . e. Mediteran Ditemukan dalam luasan yang kecil, terutama di daerah dengan batuan induk Karst (turfa berkapur) yaitu sekitar Parapat dan sebelah selatan Balige. Tanah ini mempunyai horison kambik. Dengan bahan induk dari bahan karst, sehingga kejenuhan basanya lebih dari 50 persen. Tanah ini termasuk peka terhadap erosi. f. Gleisol Merupakan tanah yang sering tergenang. Tanah ini rnempunyai warna kelabu akibat pengaruh lamanya penjenuhan oleh air. Drainasenya terhambat dan permeabilitas lapis bawahnya lambat. Umumnya tanah ini dipergunakan oleh penduduk sebagai tanah pertanian lahan basah (sawah). g. Organosol Penyebaran tanah ini tidak terlalu luas, dijumpai disekitar Dolok Sanggul dan Siborong-borong. Merupakan tanah organik hasil pengendapan disebabkan oleh fisiografi wilayah yang cekung dan tertutup (Topogen), sehingga tanah ini sering dalam keadaan tergenang. Tanah ini tidak peka erosi apabila berada didaerah datar/cekungan (lahan basah), dan sangat peka erosi apabila berada dilahan berlereng. Tingkat pelapukannya adalah sedang (hemik) dan lanjut (saprist). Sifat Kimia Tanah (Kesuburan) Kesuburan tanah merupakan salah satu pendukung produktifitas tanah, yang berperan dalam proses produksi tanaman. Penilaian atau evaluasi kesuburan didasarkan kepada peruntukannya bagi tanaman pertanian. Kesuburan tanah DTA Danau Toba secara umum tergolong rendah. Kapasitas Tukar Kation tanah di daerah-daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar 7,88 sampai 64,57 ms/100 g. Kejenuhan basa berkisar 2 sampai 77 persen.
3 - 78
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Kandungan C organik berkisar 0,39 sampai 16,15 persen, P 2 0 5 berkisar 0,6 sampai 6,0 ppm, dan K 2 0 berkisar 0,05 sampai 1,05 me/100 g. Kandungan hara yang dimaksud yaitu hara makro dan hara mikro dan ketersediaannya. Dalam hal ini perlu diperhatikan tingkat ketersediaan hara dalam tanah yang erat hubungannya dengan sifat fisik dan kimia tanah. Untuk mengetahui kandungan hara tanah dalam lokasi studi harus dilakukan penelitian lebih detail melalui analisa laboratorium tanah Sifat Fisik Tanah a. Solum tanah Tingkat bahaya Erosi ada kaitannya dengan kedalaman solum tanah. Kedalaman solum tanah yang dominan adalah kelas yang kurang dari 30 cm dan kelas 30 sarnpai 60 cm ( 60%) Berdasarkan keadaan solum tanah maka di duga tingkat erosi di daerah ini cukup berat, terutama pada lahan-lahan dengan kemiringan lebih dari 40 %, dan dibeberapa lokasi terjadi longsor (landslide). b. Tekstur tanah Tekstur tanah adalah perbandingan antara fraksi-fraksi tanah seperti pasir, debu dan tanah liat. Tekstur tanah menentukan keadaan aerasi tanah. Tekstur tanah yang baik berarti keseimbangan antara bahan penyusun tanah, dalam arti keadaan aerasi tanah yang baik, sehingga akar tanaman dan kehidupan jasad renik didalam tanah memungkinkan. Untuk lokasi perencanaan tekstur tanah terdiri dari lempung liat berpasir, liat dan lempung liat berdebu. Sifat tekstur ini tidak menjadi kendala dalam pengembangan budidaya. c. Kedalaman efektif Kedalaman efektif tanah menentukan jauhnya/dalamnya jangkauan akar suatu tanaman. Berarti kesempatan akar tanaman untuk menyerap unsurunsur hara yang tersedia dalam tanah dapat dilihat dari kedalaman efektif tanah. Oleh sebab itu makin dalam batas kedalaman efektif tanah, kemampuan pertumbuhan tanaman yang tumbuh di atasnya akan lebih baik. Tanah diukur dari permukaan tanah sampai horizon bahan induk atau lapisan tanah yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Beberapa kawasan perbukitan mempunyai kedalaman efektif tanah yang kurang < 50 cm. Kondisi tanah demikian kurang layak dikembangkan untuk kegiatan budidaya.
3 - 79
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
d. Drainase Drainase merupakan sifat tanah (frekuensi) dan lamanya tanah bebas dari kejenuhan air (tergenang air), atau kecepatan perpindahaan air dari suatu permukaan tanah, baik aliran permukaan maupun penyerapan dalam tanah, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk tanah yang sering tergenang, cocok diusahakan untuk kegiatan pertanian lahan basah. Sedangkan untuk lahan yang drainase baik cocok diusahakan untuk tanaman pangan lahan kering dan tanaman keras/perkebunan.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
yang terjadi di ekosistem bagian hilir sangat tergantung dari pengukuran curah hujan pada stasiun terdekat dengan wilayah DAS atau Sub DAS.
3 - 81
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Kawasan Lindung Menurut RTRWP Sumut, kawasan Danau Toba secara legal diperuntukkan sebagai kawasan lindung dan budidaya. Secara garis besar, kawasan lindung meliputi 4 fungsi perlindungan yaitu : a. Memberikan perlindungan kawasan bawahannya yang memiliki fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi, dan sedimentasi serta mempertahankan persediaan sumberdaya air. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi Huta Ginjang (Tobasa) dan Muara (Taput) . b. Sebagai Suaka alam dan Suaka Margasatwa untuk melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam. Yang termasuk dalam fungsi ini tidak terdapat dalam Kawasan Danau Toba. c. Kawasan rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, dan sebagainya. Yang termasuk dalam fungsi ini yaitu meliputi sekeliling Danau Toba. 3 - 82
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
d. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melestarikan/melindungi kerusakan fisik setempat akibat kegiatan budidaya. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi seluruh sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air di kawasan Danau Toba. Kawasan Budidaya Pemanfaatan kawasan budidaya terdiri dari pemanfaatan kawasan hutan, kawasan pertanian dan kawasan non pertanian. a. Kawasan budidaya kehutanan terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP) dan hutan konversi (HPK). Yang termasuk HPT pada kawasan Danau Toba terdapat di Kabupaten Simalungun bagian selatan dan Asahan. Yang termasuk HP meliputi Kabupaten Simalungun bagian barat, Tapanuli Utara bagian Danau Toba dan Dairi Bagian Danau Toba. Sedangkan yang termasuk HPK terdapat di Kabupaten Simalungun. b. Kawasan budidaya pertanian terdiri dari Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan budidaya perikanan. Pertanian tanaman pangan meliputi pertanian lahan basah dan lahan kering yang terdapat di Kabupaten Karo, Taput, Tobasa, Dairi dan Simalungun. Pertanian tanaman perkebunan dengan jenis tanaman seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, coklat dan tebu terdapat di Karo, Dairi, Taput dan Tobasa. Pertanian budidaya peternakan dengan jenis ternak besar, ternak kecil dan unggas dikembangkan di Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Karo dan Simalungun. Sedangkan Pertanian budidaya perikanan khususnya perikanan darat dikembangkan di seluruh kabupaten/kota pada kawasan Danau Toba. c. Kawasan budidaya non pertanian terdiri dari kawasan pertambangan, industri dan pariwisata. Kawasan pertambangan meliputi jenis-jenis tambang galian golongan C, migas dan mineral yang terdapat di seluruh kabupaten di Kawasan Danau Toba. Kawasan pengembangan industri di kawasan Danau Toba meliputi pengembangan industri kecil baik industri pengolahan hasil pertanian maupun jenis industri rumah tangga lainnya yang terdapat di seluruh kabupaten. Kawasan pariwisata yang potensial secara keseluruhan terdapat di Kawasan Danau Toba dengan spesifikasi wisata alam dan budaya masing-masing.
3 - 83
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 84
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
b). Lahan Kritis Pada Tabel 3.46 disajikan jumlah lahan kritis di bagian hulu (DTA Danau Toba) atau ekosistem bagian hulu seluas 26.566,60 ha atau 10,23 % termasuk lahan kritis dan sangat kritis. Tetapi lahan agak kritis sangat besar, yautu seluas 220.654,98 ha atau 85 %. Tabel 3.46. Lahan Kritis Ekosistem Hulu (DTA Danau Toba) No (1) 1 2 3 4 5 Lahan Kritis (2) Tidak kritis Potensial kritis Agak kritis Kritis Sangat kritis Total kritis dan sangat kritis Luas (Ha) (3) 0 12.378,42 220.654,98 20.492,45 6.074,14 259600 26.566,60 Persentase (%) (4) 0,00 4,77 85,00 7,89 2,34 100,00 10,23
Sumber : Data Spesial Lahan Kritis (BPDAS Asahan Barumun tahun 2006)
3 - 85
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
a). Lahan Kritis Kerusakan tanah diartikan sebagai sebidang tanah yang telah mengalami kerusakan sehingga tidak marnpu mendukung pertumbuhan vegetasi atau tanaman secara normal. Tanah yang lebih lanjut mengalami kerusakan demikian disebut sebagai lahan kritis. Kondisi lahan kritis pada ekosistem bagian hilir (DAS Asahan, Silau dan Piasa) diperlihatkan pada Tabel 3.48. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa ekosistem bagian hilir termasuk kritis dan sangat kritis seluas 162.903,81 ha atau sekitar 48,89 %. Tabel 3.48. Lahan Kritis Pada Ekosistem Bagian Hilir Persentase No (1) 1 2 3 4 5 Tidak kritis Potensial kritis Agak kritis Kritis Sangat kritis Total Kritis dan Sangat Kritis Lahan Kritis (2) Luas (Ha) (3) 0 399,34 169.906,84 124.200,32 38.703,49 333210 162.903,81 (%) (4) 0,00 0,12 50,99 37,27 11,62 100,00 48,89
Sumber : Data Spesial Lahan Kritis (BPDAS Asahan Barumun tahun 2006) b). Penutupan Tajuk pada Kawasan Lindung Kawasan lindung pada ekosistem bagian hilir ada yang berada di luar kawasan hutan dan ada yang berada di dalam kawasan hutan. Kondisi penutupan atau kerapatan tajuk hutan pada kedua kawasan lindung diperlihatkan pada Tabel 3.49.
3 - 86
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.49. Kondisi Penutupan Lahan (Kerapatan Tajuk) di Luar dan di Dalam Kawasan Hutan. No (1) A 1 2 3 4 5 Kelas lereng (2) Didalam kawasan hutan Sangat baik (>80%) Baik (60-80%) Sedang (41-60 %) Buruk (21-40%) Sangat buruk (<20%) Total Jumlah buruk dan sgt buruk B Di luar kawasan hutan 1 Sangat baik (>40%) 2 Baik (31-40%) 3 Sedang (21-30 %) 4 Buruk (10-20%) Sangat buruk 5 (<10%) Total Jumlah buruk dan sgt buruk Kegiatan Penanaman Lahan Kritis Diatas telah dijelaskan kondisi biofisik wilayah ekosistem bagian hulu yang berfungsi sebagai DTA Danau Toba dan kondisi biofisik ekosistem bagian hilir yang termasuk DTA atau catchment wilayah DAS Asahan, Silau dan Piasa. Berikut ini akan diuraikan kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mempertahankan Ekosistem bagian hulu dan hilir. Kegiatan GNRHL Semakin tahun semakin bertambah luas lahan kritis di wilayah DTA. Danau Toba Asahan, dalam rangka mengeliminasi kecenderungan ini, BPDAS Asahan Barumun telah melakukan beberapa kegiatan GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan), pada tahun 2003 dan 2005 seperti Tabel 3.50 sampai Tabel 3.54. 11435 93533 16909 12,2 100,0 18,1 0 25841 50783 5474 ,00 27,6 54,3 5,9 0 55800 6838 0 1375 1375 0,00 87,2 10,7 0,00 2,1 100,0 2,1 Luas (Ha) (3) Persentase (%) (4)
3 - 87
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.50. Kegiatan GNRHL Tahun 2003 Kabupaten/ Kota Dalam Kawasan 1 Asahan Tobasa Dairi Karo Tapanuli Utara Simalungun Tanjung Balai KSDA I KSDA II TOTAL 2 386 3.934 1.000 500 424 175 0 76 50 6.545 Luar Kawasan 3 180 1.396 200 250 0 810 150 0 0 2.986 4 566 5.330 1.200 750 424 985 150 76 50 9.531 Realisasi (Ha) Jumlah (Ha) Dam Penahan 5 2 2 Sipil Teknis (Unit) Dam Pengendali 6 6 4 2 12
Sumber : BPDAS Asahan Barumun (2005) Tabel 3.51. Kegiatan GNRHL Tahun 2004 No. Kabupaten/ Kota 1 1 2 3 4 Asahan Toba Samosir Tanah Karo Tapanuli Utara Jumlah Sumber : BPDAS Asahan Barumun (2005) 2 Rencana (Ha) Reboisasi 3 200 580 550 100 1.430 Hutan Rakyat 4 250 100 300 400 1.050 5 450 680 850 500 2.480 Total (Ha)
3 - 88
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 3.53. Pembuatan Areal Model Hutan Rakyat dan UPPersuteraan Alam
No. 1 1 Jenis Kegiatan 2 Areal Model Hutan Rakyat Lokasi 3 a. Desa Motung, Lumban Bulu Kec. Ajibata Kab. Toba Samosir 2 Persuteraan Alam a. Desa Sionggang Utara, Aek Natolu Kac. Lumban Julu Kab. Toba Samosir Sumber : BPDAS Asahan Barumun (2005) 1 8 4 1 Volume Unit Luas 5 25
3 - 89
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 90
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3 - 91
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.7. 3.7.1.
Sistem tata air di Wilayah Sungai Asahan dapat dilihat pada Gambar 3.22.
3.7.2.
Pada saat ini bangunan air penting yang ada di WS Asahan adalah: Danau Toba PLTA Siguragura PLTA Tangga
3.7.3.
Kebutuhan Air
Kebutuhan Air Rumah-tangga, Perkotaan dan Industri Perhitungan kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan industri, dilakukan berdasarkan jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, dan indeks kebutuhan air sesuai dengan Pedoman Perencanaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (Ditjen Sumber Daya Air, 2004) dapat dilihat pada Tabel 3.56.
3 - 92
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan industri pada 4 Kabupaten di wilayah studi, disajikan pada Tabel berikut ini, dimana digunakan sebagai masukan pada simpul Public Water Supply Node di program DSS-Ribasim. Tabel 3.56. Kebutuhan Air Rumah-tangga, Perkotaan dan Industri (m3/s) No Kabupaten/Kota 1 2 3 4 Kab. Asahan Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Kota Tanjung Balai Jumlah 2006 3.856 0.342 0.483 0.484 5.165 2011 4.775 0.327 0.469 0.605 6.176 2021 6.449 0.259 0.418 0.933 8.059 2030 8.498 0.24 0.325 1.375 10.438
Kebutuhan air PLTA Danau Toba Data sejak tahun 2000 menunjukkan bahwa outflow rata-rata dari danau adalah sekitar 100 m3/s, dan terjadi penurunan muka air danau. Oleh karena itu simulasi dilakukan dengan outflow yang bervariasi antara 70 m3/s sampai dengan 100 m3/s dapat dilihat pada Tabel 3.57. Parameter yang digunakan sebagai indikator kinerja pengoperasian danau adalah besarnya defisit; realisasi target outflow (atau prosentase suksesnya outflow dipenuhi); dan prosentase muka air waduk tetap berada diatas 902,5 yang merupakan syarat agar PLTA tetap dapat beroperasi. Tabel 3.57. Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow
Target Outflow (m3/s) 70 75 80 90 100 Realisasi Outflow (%) 100.00 100.00 99.80 96.90 88.40 Defisit (m3/s) 0.00 0.00 0.47 1.83 6.78 Prosentase diatas 902.5 m 100.00 100.00 98.98 96.94 89.12
Dengan demikian disimpulkan bahwa hasil simulasi model DSS-Ribasim untuk kondisi kebutuhan air saat ini (tahun 2006) menunjukkan bahwa ternyata semua kebutuhan air untuk PLTA masih dapat dipenuhi secara utuh atau 100 persen.
3 - 93
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3.7.4.
Rencana infrastuktur yang akan dibangun pada masa mendatang antara lain adalah Cekdam, rorak dan Embung, yang direncanakan oleh JICA ( PT. Indokoei International) dan PLTA Asahan III yang direncanakan oleh PT. Inallum.
3.7.5.
Simulasi suatu sistem tata air sangat bergantung pada jumlah air yang ada pada setiap lokasi strategis atau water district, yang dinyatakan dalam data runtut waktu (time-series) minimum 10 tahun data. Permasalahan klasik yang selalu muncul adalah bahwa data debit aliran sungai dari pos duga air sangat terbatas jumlahnya, sehingga perlu dilakukan simulasi hujan-aliran (rainfall-runoff).
3 - 94
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.1.
Pengelolaan sumber daya air meliputi dua aspek yaitu tentang sumber daya air dan irigasi, aspek sumber daya air terdiri dari kelembagaan pengelolaan sumber daya air dan wilayah sungai, pengelolaan kualitas dan kuantitas air, sedangkan aspek irigasi meliputi pengelolaan irigasi, pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air, pola operasi dan pemeliharaan infrastruktur irigasi serta pola pendanaan rehabilitasi infrastruktur irigasi. Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa sub sistem yaitu mereka yang berkepentingan atas sumber air maupun pemanfaatannya, sehingga dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air perlu mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu sumber air dan air, nilai sosial ekonomi air, lingkungan, ketersediaan air baik secara kuantitas maupun kualitas, pengguna air (stakeholder) serta kebijakan pemerintah dalam pengaturan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air. Kebijakan pengelolaan sumber daya air tersebut meliputi kebijakan pengaturan pemanfaatan, pengembangan dan konservasi sumber daya air yang saling terkait satu sama lain dan menjadi suatu kesatuan dengan sub sistem siklus hidrologi dalam suatu sistem DAS. Kebijakan pengembangan sumber daya air mengatur pengembangan
pemanfaatan sumber daya air yang ada dan sudah dimanfaatkan serta potensipotensi sumber air yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan kebijakan konservasi sumber daya air mengatur usaha dan kegiatan yang terkait dengan 4-1
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
perlindungan lingkungan.
air
dan
sumber
air
termasuk
didalamnya
pengaturan
Kebijakan pengembangan dan konservasi sumber daya air tidak dapat dilakukan secara terpisah, akan tetapi perlu dilaksanakan secara terpadu sebagai salah satu upaya dalam rangka mendukung pengelolaan wilayah terpadu. Untuk mendukung kebijakan Pengelolaan DAS secara terpadu (termasuk didalamnya sumber daya air ), telah diterbitkan UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan ruang, dan UU Sumber Daya Air. Kontinuitas pengelolaan ketersediaan hutan sumber air sangat sebagai bergantung penyangga pada tata kualitas air dan No.7 Tahun 2004 tentang DAS secara
yang
berfungsi
perikehidupan, sehingga keberadaan dan kondisi hutan merupakan hal yang penting dalam upaya pelestarian sumber daya air. Pengembangan suatu wilayah sungai terkait dengan penataan ruang, maka untuk memenuhi kebutuhan air sebagai konsekwensi dari suatu perkembangan wilayah diperlukan adanya usaha pengembangan sumber daya air. Kebijakan nasional dalam pengaturan sumber daya tertuang dalam UndangUndang No. 7 Tahun 2004 yang merupakan pembaharuan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Pada undang-undang tersebut dijelaskan bahwa usaha konservasi sumber daya air berdasarkan pada asas-asas pengelolaan sumber daya air, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Sesuai dengan UU No.7 Tahun 2004 tentang SDA, maka komponen sumber daya air terdiri dari : 1. Perlindungan dan pelestarian sumber air 2. Pengawetan air 3. Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air
4-2
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.1.1.
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan dalam kaitan pengelolaan sumber daya air. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh segenap tingkatan pemerintahan, lembaga/instansi serta stakeholder lainnya sesuai dengan Visi yang telah ditetapkan, agar pencapaian tujuan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan Misi tersebut diharapkan seluruh stakeholder mengenal kewenangan dan posisinya serta mengetahui peran dan fungsinya, program dan kegiatan yang harus dilaksanakan serta hasil yang harus dicapai pada masa-masa yang akan datang. Visi Nasional Pengembangan SDA: Penggunaan Air dan Sumber Air bagi Kesejahteraan Rakyat Misi Nasional Pengembangan SDA: 1. Konservasi sumber daya air yang berkesinambungan; 2. Manajemen sumber daya air yang lebih terkoordinasi dan terintegrasi; 3. Penggunaan sumber daya air secara tepat guna dan adil; 4. Penanganan bencana alam banjir yang lebih responsif; 5. Pemberdayaan peran pemerintah, masyarakat dan swasta; 6. Peningkatan ketersediaan dan aksesibilitas data dan informasi yang lebih konsisten dalam manajemen dan pengembangan sumber daya air Visi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara : Masyarakat yang sejahtera dengan dukungan perekonomian yang dinamis dan berorientasi global, dalam wilayah Provinsi yang tumbuh berimbang, dengan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan
4-3
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Misi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara : 1. Mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera 2. Mendorong terciptanya perekonomian yang dinamis dan mengglobal 3. Menciptakan kondisi antar bagian di wilayah provinsi yang lebih berimbang 4. Membangun lingkungan yang lestari dan berkelanjutan Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun : Kabupaten Simalungun yang Mandiri, Sejahtera melalui Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Institusi yang Prima pada Lima Tahun Mendatang Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun : 1. Meningkatkan hasil pertanian 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana air 3. Peningkatan ketahanan pangan Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir : Mewujudkan Kabupaten Toba Samosir sebagai wilayah pembangunan pertanian, pariwisata dan industri yang ramah lingkungan dengan meningkatkan sumber daya manusia untuk melaksanakan pembangunan secara merata dan transparan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana dan berwawasan lingkungan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi daerah terutama pengusaha kecil. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Toba Samosir untuk siap dalam persaingan pada era globalisasi. Meningkatkan pembangunan pertanian. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta untuk saling bahumembahu dalam pembangunan. Meningkatkan kemampuan aparatur. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. 4-4
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
7. 8. 9.
Memanfaatkan lahan kosong untuk tujuan pengembangan sektor pertanian. Mewujudkan Daerah Toba Samosir menjadi daerah tujuan wisata. Pemanfaatan dan meningkatkan potensi sumber daya alam.
10. Menjadi sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. 11. Mewujudkan iklim investasi yang kondusif terhadap investor dalam dan luar negeri.
4.2. 4.2.1.
Ruang menurut definisinya adalah wadah yang meliputi daratan, ruang lautan dan ruang udara yang termasuk di dalamnya tanah, air, udara, dan benda lainnya serta daya, keadaan (sumberdaya alam, sumberdaya buatan) sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dengan makhluk hidup lainnya untuk melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan tata ruang adalah wujud pola pemanfaatan ruang wilayah yang mencakup wilayah perkotaan dan pedesaan baik dengan direncanakan maupun tidak. Rencana Tata Ruang Wilayah adalah hasil perencanaan tata ruang berupa arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang terpadu untuk berbagai kegiatan. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW merupakan hasil kebijakan yang dapat mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang memanfaatkan ruang dan kebijakan-kebijakan mengenai kawasan yang harus dilindungi, pengembangan mengenai kawasan budidaya termasuk kawasan produksi dan kawasan permukiman serta wilayah-wilayah yang diprioritaskan pengembangannya. Dalam studi Pola Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Air ini, aspek tata ruang merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dari pengembangan pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan sumber daya air bagi keperluan kegiatan masyarakat perkotaan dan perdesaan khususnya Di Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya dalam bahasan aspek tata ruang ini akan melihat gambaran secara makro dari Provinsi Sumatera Utara, yang berkaitan dengan : 1. Letak WS Asahan Secara Regional 2. Konflik Pemanfaatan Ruang
4-5
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1.
Kawasan andalan darat meliputi 6 (enam) kawasan, yaitu : Kawasan Medan dan sekitarnya, Kawasan Rantau Prapat-Kisaran dan sekitarnya, Kawasan Pematang siantar dan sekitarnya, Kawasan Tapanuli dan sekitarnya, Kawasan Danau Toba dan sekitarnya, serta Kawasan Nias dan sekitarnya.
2.
Kawasan andalan laut meliputi 3 (tiga) kawasan, yaitu : Kawasan Laut Lhokseumawe-Medan dan sekitarnya, Kawasan Selat Malaka dan sekitarnya, serta Kawasan Nias dan sekitarnya. Pengembangan kawasan andalan laut terintegrasi dan terkait dengan pengembangan kawasan andalan darat.
4-6
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Letak WS Asahan secara Regional dapat dilihat Pada Gambar Peta 4.1. sebagai berikut :
4-7
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4-8
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Kawasan dengan uraian seperti di atas diklasifikasikan menjadi kawasan andalan. Adapun arahan pengembangan untuk Kawasan Andalan adalah sebagai berikut : o o Keseimbangan pertumbuhan nasional dan daerah harus dijadikan perhatian utama dalam pengembangan kawasan andalan Keselarasan pertumbuhan antar wilayah dan antar sektor harus tetap memperhatikan semua kebijakan yang menyangkut kawasan-kawasan strategis lainnya yang telah ada. o Pengembangan kawasan andalan harus merupakan pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan yang diharapkan dapat mempengaruhi kawasan di sekitarnya. o Pengembangan kawasan andalan harus ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertimbangkan o kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta meningkatkan daya dukung lingkungan. Pengembangan kawasan andalan harus berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan itu sendiri dan kawasan di sekitarnya untuk memeratakan pemanfaatan ruang wilayah nasional serta pengembangan antar wilayah. o Pengembangan kawasan andalan merupakan kebijakan dalam memeratakan pembangunan nasional sesuai dengan potensi wilayah dalam bentuk sektor unggulan. o o Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka dalam pengembangan kawasan andalan dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala. Hasil pemantauan dan evaluasi perkembangan kawasan andalan dapat menjadi masukan bagi perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan andalan berikutnya. Berkaitan dengan kriteria seperti bahasan diatas, maka yang terdapat pada WS Asahan di tetapkan 2 (dua) kawasan andalan dengan pusat pelayanannya masing-masing, sebagai pola pengembangan dan penggerak ekonomi wilayah. Kedua kawasan andalan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Andalan Rantau Prapat Kisaran dan sekitarnya, dimana Kota Tanjungbalai dikembangkan sebagai pusat pelayanan sekunder A dan diarahkan untuk menjadi pusat bagi pengembangan kawasan andalan Rantau Prapat-Kisaran dan sekitarnya. Sektor unggulan yang dikembangkan
4-9
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
meliputi perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan industri. Kawasan andalan Rantau Prapat - Kisaran didukung pula oleh pengembangan kawasan andalan laut Selat Malaka dan sekitarnya. Sektor unggulan kawasan laut tersebut adalah perikanan dan pertambangan. Pelabuhan Tanjungbalai dikembangkan sebagai pelabuhan regional untuk mendukung pengembangan kawasan andalan Rantau Prapat - Kisaran. 2. Kawasan Andalan Danau Toba dan Sekitarnya, dimana Kota Balige dikembangkan sebagai pusat pelayanan sekunder B dan diarahkan sebagai pusat pengembangan kawasan andalan Danau Toba dan sekitarnya. Sektor unggulan yang dikembangkan adalah pariwisata, pertanian tanaman pangan, dan industri. Untuk lebih jelasnya, Pengembangan Kawasan Andalan di WS Asahan dapat dilihat pada Gambar Peta 4.2 sebagai berikut:
4 - 10
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 11
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Akan tetapi seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan laju pembangunan, perencanaan pemanfaatan ruang tersebut sangat sulit untuk tetap dipertahankan. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk kehidupan masyarakat maupun untuk kepentingan pembangunan non kehutanan yakni dilakukan dengan mengkonversikan areal-areal yang sebetulnya layak untuk tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung. Di WS Asahan khususnya di Kawasan Danau Toba, dapat ditemui adanya konflik lahan, dimana Tutupan lahan (vegetasi) sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, menyangkut konservasi tanah dan air, menjaga keseimbangan ekosistem dan juga keindahan alam. Dikawasan Danau Toba saat ini vegetasi merupakan salah satu masalah karena lebih dari 70 % disekitar pinggiran Danau Toba telah gundul, padahal kemiringan lereng dominan >25 %. Dan yang paling mengkhawatirkan lagi pada kondisi tutupan lahan yang dominan gundul tersebut masih terjadi lagi penebangan yang terus berlangsung saat ini seperti yang terjadi di Pulau Samosir (Kecamatan Onan Runggu), diperkirakan dalam tempo 2 (dua) tahun mendatang kawasan pinggiran Danau Toba ini akan habis/gundul, sementara reboisasi yang dilakukan tidak berhasil karena sering terbakar. Diharapkan penebangan pohon pinus yang masih berlangsung saat ini, bila tidak ditindak tegas akan terus terjadi secara berulangulang, karena untuk menghutankan kembali jauh lebih sulit dilakukan. Hutan umumnya dijumpai di puncak perbukitan dan gunung serta pada lahan berlereng terjal, semak dan padang rumput dijumpai berselang-seling membentuk mosaic mulai dari puncak gunung sampai ke tepi danau, sedang lahan terbuka umumnya dijumpai pada tebing.
4 - 12
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Berkembangnya Hutan Produksi Mengakibatkan terjadinya Diversifikasi Tanaman Pangan dan Perkebunan
Penanganan Kawasan Pemanfaatan Ruang yang Bermasalah Untuk memperoleh kepastian dalam penetapan pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi Sumatera Utara, telah dilakukan pemaduserasian pemanfaatan ruang yang ditetapkan Gubernur Sumatera Utara melalui keputusan nomor 650/458/BPSU/1997. Dalam implementasinya, ketepatan pemanfaatan ruang di beberapa lokasi tidak dapat dicapai, sehingga menimbulkan ketidaksesuaian kepentingan antara upaya pelestarian lingkungan dengan pengembangan kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya perkebunan, pertanian lahan kering, dan sebagainya telah memanfaatkan kawasan yang diarahkan berfungsi lindung, yang antara lain ditetapkan sebagai hutan lindung. Untuk memberikan kepastian pemanfaatan ruang sesuai dengan skala ruang, ketersediaan data dan informasi, serta penyesuaian kepentingan para pihak, maka dalam RTRWP Sumatera Utara 2003-2018 dilakukan identifikasi kawasan yang pemanfaatan ruangnya bermasalah.
4 - 13
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
1. Memperoleh dukungan dan informasi yang lebih lengkap dan akurat bagi
delineasi kegiatan yang menimbulkan ketidaksesuaian kepentingan.
2. Memperoleh data dan informasi yang lebih lengkap dan akurat untuk
mengkaji dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan budidaya yang sedang berlangsung.
5. Pemanfaatan
sementara
menjamin
kemungkinan
perubahan
menuju
4 - 14
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Dalam kerangka waktu perencanaan RTRWP Sumatera Utara 2003-2018, pemanfaatan sementara yang dimungkinkan untuk suatu pemanfaatan ruang kawasan yang bermasalah adalah :
1. Kondisi status quo hingga terbit keputusan yang mengatur pemanfaatannya. 2. Pertanian lahan kering dan sejenisnya dengan pengawasan yang ketat. 3. Melalui reboisasi, jika dana untuk kegiatan tersebut memungkinkan.
Untuk menuju pemanfaatan ruang dengan ketetapan yang mengikat para pihak, beberapa alternatif tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan
kelengkapan
data
dan
informasi
untuk
memperoleh
4. Melakukan mediasi antar pihak untuk memperoleh solusi yang dapat diterima
masing-masing pihak.
5. Mengatur pemanfaatan ruangnya dalam rencana tata ruang yang lebih rinci
sesuai dengan skala ruang. Keputusan pemanfaatan ruang yang bermasalah melibatkan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota dan mempedomani kriteria dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka :
1. 2. 3. 4. 5.
Penetapan keputusan yang mengikat para pihak. Perencanaan tata ruang wilayah dan kegiatan. Pemanfaatan ruang dan pengelolaan kegiatan. Pengawasan pemanfaatan ruang dan kegiatan. Pengendalian pemanfaatan ruang dan kegiatan.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Permasalahan lingkungan di WS Asahan salah satunya yang menonjol adalah permasalahan lingkungan disekitar Danau Toba, secara tidak langsung kegiatankegiatan masyarakat dalam rangka menunjang/memenuhi penghidupan yang cenderung merusak lingkungan sudah terjadi. Konflik-konflik kepentingan dalam berusaha sudah terjadi. Sebagai contoh, untuk usaha penghidupan masyarakat, tumbuh kegiatan budidaya perikanan dengan keramba/jaring apung. Untuk usaha ini tidak ada penataan, dimana seharusnya usaha itu dilakukan. Akibat yang timbul, kegiatan wisata air seperti berenang pada tempat-tempat tertentu tidak dapat lagi dilakukan karena kualitas airnya sudah kotor. Lebih lanjut, tumbuhnya budidaya ikan di keramba yang tidak tertata mendorong tumbuhnya enceng gondok secara lebih merata/meluas yang merusak keindahan Danau Toba. Kegiatan penebangan pohon pinus masih berlangsung sehingga hutan semakin gundul dan erosi meningkat, dimana sungai-sungai yang mengalir ke danau dari pulau Samosir sudah tidak jernih lagi karena erosi yang terjadi akibat penggundulan hutan, disamping itu pada musim kemarau terdapat daerahdaerah kekeringan di pulau Samosir. Bahwa ketidakmampuan sektor pariwisata memberikan penghidupan
masyarakat dan terjadinya penurunan kualitas lingkungan memerlukan suatu langkah terobosan yang dapat mendobrak hambatan-hambatan yang ada seperti koordinasi antar daerah dan tidak terintegrasinya kegiatan wisata yang ada. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan pemerintah dimana peran pemerintah pusat diperlukan dalam rangka memperkuat koordinasi dan juga dalam upaya pengembangan dan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata. Didalam amandemen PP 47/1997 sudah diusulkan untuk menetapkan Kawasan Danau Toba sebagai Kawasan Tertentu. Dengan penetapan ini maka peran serta aktif pemerintah pusat untuk mendorong pembangunan Kawasan Danau Toba dapat dilakukan. Hal ini juga sejalan dengan permasalahan yang ada tidak lagi pada persoalan ekonomi dimana pengembangan kawasan andalan didasari oleh pengembangan sektor ekonomi, tetapi juga terdapat masalah penurunan kualitas lingkungan yang sudah cukup memprihatinkan dimana upaya untuk penanganan masalah lingkungan sudah berada diluar konsep pengembangan kawasan andalan. Dalam upaya pembangunan Kawasan Danau Toba, langkah-langkah yang diambil harus sejalan dengan program Propenas dimana beberapa program Propenas yang perlu mendapat perhatian serius adalah dalam upaya 4 - 16
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
pengembangan ekonomi wilayah harus diorientasikan pada pemberdayaan masyarakat dimana peran aktif masyarakat harus ditumbuhkembangkan, pengembangan usaha pariwisata harus seiring sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan, dan perlu penguatan lembaga-lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah dalam mengembangkan Kawasan Danau Toba. Dilihat dari sudut pandang kebijakan Provinsi Sumatera Utara, Kawasan Danau Toba diarahkan sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya. Secara tegas kebijakan yang ada lebih mengarah pada penataan pemanfaatan ruang sehingga jelas kawasan lindung, penyangga dan budidaya. Fokus hanya pada upaya pelestarian lingkungan tanpa juga memberikan solusi pada persoalan kehidupan ekonomi masyarakat, maka dikuatirkan upaya-upaya pelestarian yang diharapkan tidak berhasil. Dibentuknya Lembaga/Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Danau Toba tidak salah, tetapi akan sulit untuk berhasil jika upaya pelestarian ekosistem itu tidak ditumbuhkembangkan didalam masyarakat itu sendiri. Badan ini dengan berbagai keterbatasan dan kendala yang ada akan sulit untuk bergerak jika terfokus pada upaya pelestarian ekosistem semata. Persoalan yang dihadapi masyarakat sudah sangat jelas yaitu usaha-usaha yang mereka lakukan bahkan sampai merusak ekosistem juga belum mampu memenuhi kebutuhan kehidupannya. Menghadapi persoalan pengembangan pariwisata di Kawasan Danau Toba ini, pihak pemerintah Provinsi juga harus masuk kepada persoalan lokal masyarakat yaitu persoalan penghidupan ekonomi. Membantu mengembangkan usaha ekonomi masyarakat sambil membangun kesadaran dalam masyarakat bahwa kelestarian ekosistem Danau Toba merupakan asset mereka dan dapat menjadi sumber penghidupan harus terus ditumbuhkembangkan. Untuk itu peran aktif pemerintah Provinsi sebagai koordinasi dan integrasi lintas daerah dan lintas sektor harus dijalankan. Telah terjadi penurunan kualitas lingkungan dan sediaan sumber daya alam di Kawasan Danau Toba akibat adanya aktivitas manusia baik yang dilakukan oleh pihak-pihak swasta maupun oleh kegiatan masyarakat setempat. Sering terjadi kebakaran hutan dan lahan di kawasan Danau Toba khususnya di daerah Kawasan tangkapan air terbesar Danau Toba yaitu Pulau Samosir. Kebakaran tersebut lebih dipicu akibat pembukaan lahan perkebunan, HTI, perambahan 4 - 17
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
hutan
dan
aktivitas
lainnya
yang
tidak
memperhatikan
daya
dukung
lingkungannya sehingga ketika musim kemarau tiba, lahan menjadi kering dan mudah terbakar. Keadaan ini akan signifikan mencemarkan udara, tanah, air, dan bakan terjadi bencana alam seperti banjir pada wilayah tertentu di kawasan Danau Toba, tanah longsor khususnya pada bukit-bukit yang memiliki derajat kemiringan > 40%. Kemudian dari permasalahan lingkungan tersebut, maka perlu adanya suatu pemulihan yang sifatnya kebijakan operasional, untuk itu dibawah ini akan digambarkan beberapa Kebijakan operasional dalam pemulihan dan pelestarian Kawasan Danau Toba untuk itu dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Aspek Lingkungan Hidup a. Memulihkan kondisi lahan melalui usaha konservasi yaitu : 1) Upaya reboisasi pada lahan (kawasan) hutan atau non budidaya 2) Upaya penghijauan pada lahan budidaya 3) Upaya pembuatan bangunan teknik sipil konservasi berupa waduk, chekdam, rorak, guludan dsb. 4) Pengembangan sistem pertanian yang akrab lingkungan pada lahan budi daya dan penghijauan sempadan sungai. 5) Menghentikan kegiatan perambahan hutan dan penebangan liar. b. Memulihkan kondisi dan melestarikan lingkungan kawasan Danau Toba dengan upaya : 1) Memelihara volume air Danau Toba pada ketinggian 904 s/d 905 m dpl. Dengan cara meningkatkan debit air yang masuk ke dalam Danau Toba sebagai hasil upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah. 2) Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
4 - 18
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
A danya K egiatan P embakaran A kibat P embukaan L ahan P erkebunan, HT dan P I erambahan Hutan
4 - 19
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu kawasan hutan lindung, dan kawasan resapan air. b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi; sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau kota (termasuk di dalamnya hutan kota). c. Kawasan suaka alam yang meliputi : kawasan cagar alam dan suaka marga satwa. d. Kawasan pelestarian alam yang meliputi : taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. e. f. Kawasan cagar budaya. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi kawasan rawan gempa bumi, kawasan tanah longsor, kawasan banjir. g. Kawasan lindung lainnya yang meliputi : kawasan pantai berhutan bakau. untuk kawasan lindung jenis pemanfaatan lahannya terdiri dari Hutan, Danau sekitar mata air. 2). Kawasan Budidaya Arahan yang ada tentang kawasan budidaya adalah PP No. 47 Tahun 1997 dan Keppres No.57 tahun 1989. Menurut PP dan Keppres ini yang dimaksud dengan kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya meliputi : a. Kawasan hutan produksi b. Kawasan hutan rakyat c. Kawasan pertambangan d. Kawasan permukiman yang tersebar sepanjang WS Asahan Arahan pola pemanfaatan ruang yang dikembangkan adalah dengan
menggunakan pendekatan cekungan aliran sungai dan pendekatan cekungan air tanah. Cekungan aliran sungai Kawasan Danau Toba terdiri dari 26 sub-DAS, dan pada pada masing-masing sub-DAS yang masih alami minimal 30% dari luasnya dipertahankan sebagai kawasan lindung yang ditempatkan pada bagian hulunya, sedangkan bagi sub-DAS yang telah dibudidayakan perlu dilakukan rehabilitasi fungsi lindung hingga tercapai ketentuan tersebut. Kawasan budidaya dimanfaatkan untuk kehutanan, pertanian dan pariwisata serta untuk
4 - 20
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
permukiman dan prasarana pada tempat tertentu sesuai dengan struktur tata ruang yang diinginkan. Pola pemanfaatan ruang secara umum menunjukkan suatu kesatuan ruang yang digunakan untuk jenis pemanfaatan tertentu dan saling terkait antar pola keruangan yang diharapkan dapat serasi dan terpadu. Pola pemanfaatan ruang ini memiliki beberapa jenis pengelompokan diantaranya berupa pemanfaatan ruang untuk area terbangun seperti permukiman, perkantoran, area komersil, dan lain-lain. Selain itu pemanfaatan ruang dapat juga dikelompokkan untuk area hutan, pertanian, dan pariwisata. Untuk menjaga kelestarian dan kestabilan lingkungan/ekosistem, pemanfaatan ruang biasanya dibedakan untuk pemanfaatan kawasan budidaya dan pemanfaatan kawasan lindung. 1. Kawasan Budidaya Pemanfaatan lahan untuk kawasan budidaya cukup beraneka ragam dari mulai untuk permukiman sampai pemanfaatan untuk pertanian, perkebunan bahkan hutan. Yang terpenting adalah pemanfaatan lahan untuk budidaya tidak melanggar batasan dan kriteria kawasan lindung. Berbagai aktivitas yang memanfaatkan lahan yang tergolong kawasan budidaya secara tidak langsung akan menimbulkan kebutuhan akan luasan lahan. a. Perumahan Perkiraan kebutuhan lahan untuk hunian dihitung berdasarkan standar untuk menentukan luas perpetakan tanah untuk rumah (Buku Petunjuk perencanaan Kawasan Perumahan PU 1987). Untuk menentukan luas minimum rata-rata dari perpetakan tanah harus dipertimbangkan faktor-faktor kehidupan manusia, faktor alam, dan peraturan bangunan setempat. Kebutuhan lahan di Kawasan Danau Toba, untuk perumahan pada tahun 2013 diperkirakan dibutuhkan lahan sekitar 3.437 Ha. Pengalokasian lahan untuk perumahan ini ditujukan di kawasan budidaya dengan tingkat kemiringan lahan yang sesuai dan memenuhi aspek keamanan (bukan rawan bencana). b. Kawasan budidaya kehutanan Kawasan budidaya hutan ini terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap dan hutan konversi. Yang termasuk hutan produksi terbatas pada kawasan Danau Toba terdapat di Kabupaten Simalungun bagian selatan dan Asahan. Yang termasuk hutan produksi tetap meliputi Kabupaten Simalungun
4 - 21
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
bagian barat, Taput bagian Danau Toba dan Dairi Bagian Danau Toba. Sedangkan yang termasuk hutan konversi terdapat di Kabupaten Simalungun. c. Kawasan budidaya pertanian Terdiri dari Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan, tanaman
perkebunan, peternakan dan budidaya perikanan. Pertanian tanaman pangan meliputi pertanian lahan basah dan lahan kering yang terdapat di Kabupaten Karo, Taput, Tobasa, Dairi dan Simalungun. Pertanian tanaman perkebunan dengan jenis tanaman seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, coklat dan tebu terdapat di Karo, Dairi, Taput dan Tobasa. Pertanian budidaya peternakan dengan jenis ternak besar, ternak kecil dan unggas dikembangkan di kabupaten Taput, Tobasa, Dairi, Karo dan Simalungun. Sedangkan Pertanian budidaya perikanan khususnya perikanan darat dikembangkan di seluruh kabupaten/kota pada kawasan Danau Toba. Selain kawasan budidaya pertanian, terdapat juga kawasan budidaya non pertanian terdiri dari kawasan pertambangan, industri dan pariwisata. Kawasan pertambangan meliputi jenis-jenis tambang galian golongan C, migas dan mineral yang terdapat di seluruh Kabupaten di Kawasan danau Toba. Kawasan pengembangan industri di Kawasan Danau Toba meliputi pengembangan industri kecil baik industri pengolahan hasil pertanian maupun jenis industri rumah tangga lainnya yang terdapat di seluruh Kabupaten. 2. Kawasan Lindung Beberapa jenis Kawasan lindung beserta fungsinya yang dapat dikembangkan di Kawasan Danau Toba adalah sebagai berikut : a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya Kawasan lindung ini memiliki fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi, dan sedimentasi serta mempertahankan persediaan sumberdaya air. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi Huta Ginjang (Tobasa) dan Muara (Taput). b. Suaka alam dan Suaka Margasatwa Ditujukan untuk melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam. Yang termasuk dalam fungsi ini tidak terdapat dalam Kawasan Danau Toba. (sumber RTRWP Sumut)
4 - 22
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
c. Kawasan rawan bencana Kawasan yang tergolong rawan bencana adalah kawasan yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, dan sebagainya. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi sekeliling Danau Toba. (sumber RTRWP Sumut) d. Kawasan perlindungan setempat Kawasan ini berfungsi melestarikan/melindungi kerusakan fisik setempat akibat kegiatan budidaya. Yang termasuk dalam fungsi ini meliputi seluruh sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air di kawasan Danau Toba. (sumber RTRWP Sumut). Kawasan perlindungan setempat terdiri dari tiga klasifikasi yaitu sempadan pantai, sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk/dam. 1. Sempadan Pantai Sempadan pantai sekurang-kurangnya adalah 100 meter dari titik tertinggi muka air ke arah darat. Langkah-langkah pengelolaan ruang yang disusun bagi kawasan ini terutama adalah perlindungan sempadan pantai, yaitu : Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang pantai sehingga kelestarian fungsi pantai terjaga. Pengembalian fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan. Pengembangan pariwisata pantai tetap menjamin fungsi lindung sepanjang sempadan pantai. 2. Sempadan Sungai Kawasan sempadan sungai terdapat di sepanjang sungai-sungai yang ada di wilayah Kawasan Danau Toba. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang diutamakan bagi perlindungan kawasan sempadan sungai yang meliputi : Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai. terhadap kawasan
4 - 23
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Selanjutnya penetapan lebar sempadan sungai adalah sebagai berikut : Sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di kiri kanan sungai besar dan 50 (lima puluh) meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 (sepuluh) meter sampai 15 (lima belas) meter. 3. Perlindungan terhadap Kawasan Sekitar Danau Perlindungan dilakukan untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya atau aktifitas pembangunan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau. Kriteria kawasan sekitar danau/kolong adalah daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau kolong antara 50 (lima puluh) meter sampai 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. a. Perlindungan Kawasan Sekitar Waduk dan Mata Air Perlindungan terhadap sekitar waduk dilakukan untuk melindungi waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian waduk. Kriteria kawasan sekitar waduk adalah daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional dalam bentuk dan kondisi antara 50 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurangkurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. b. Perlindungan Kawasan Hutan Kota Dilakukan dalam rangka konservasi sumber daya alam untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air permukaan dan berfungsi sebagai sarana rekreasi. tanah, dan air
4 - 24
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Kriteria kawasan hutan kota : Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai 175 (seratus tujuh puluh lima). Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000 meter atau lebih c. Perlindungan Kawasan Hijau Kawasan hijau adalah kawasan yang dapat berfungsi sebagai paru-paru kota, fasilitas dan untuk keindahan kota, taman, lapangan olah raga, penghijauan di jalur jalan, zona penyanggah areal konservasi dan daerah bantaran sungai. Kriteria kawasan hijau adalah : kawasan alam, menarik, mudah dikunjungi dan nilai pelestariannya rendah. d. Kawasan Cagar Budaya Merupakan perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa. Dalam wilayah Kawasan Danau Toba yang perlu ditetapkan sebagai cagar budaya adalah makam/monument Sisingamangaraja, Kompleks Nonmensen, dan lain-lain. e. Kawasan Rawan Bencana Kawasan yang berbahaya baik karena ancaman bahaya longsor, rawan banjir ataupun potensi bencana lainnya. Rencana penggunaan lahan WS Asahan dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.1.
4 - 25
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 26
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pemanfaatan Lahan Hutan Lindung Hutan Produksi Sementara Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Suaka Alam Perkebunan Besar Perkebunan Rakyat Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Permukiman Rawa
Luas ( Ha ) 205.983,73 21.039,87 8.781,88 32.438,18 6.319,16 133.349,22 90.986,41 71.866,11 27.757,70 9.012,66 6.251.14
restrukturisasi tata ruang sehingga dapat lebih sesuai dan serasi untuk mengatasi kemiskinan, permukiman, prasarana, pengembangan pariwisata, globalisasi dan lain lain.
4 - 27
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Restrukturisasi tata ruang Kawasan Danau Toba dilakukan dengan menetapkan tata jenjang pusat-pusat permukiman serta keterkaitan antar pusat permukiman yang sesuai dengan kondisi dan tantangan di masa depan, didukung oleh pengembangan kegiatan sosial-ekonomi dan penyediaan prasarana dan sarana untuk penyelenggaraan masing-masing fungsi pusat permukiman. Kegiatan sosial-ekonomi yang perlu dikembangkan antara lain kegiatan yang berbasis pada pariwisata, pertanian dan kehutanan. Dengan kata lain, konsep struktur ruang kawasan Danau Toba adalah berupa pembentukan pusat dan sub pusat pengembangan yang satu sama lain memiliki keterkaitan sehingga lebih sinergis dan terintegrasi. Restrukturisasi tata ruang kawasan dilakukan dengan mengubah dari struktur tata ruang yang berpola linier (uni corridor) menjadi struktur tata ruang yang berpola lingkar (multi corridor). Untuk membentuk struktur tata ruang multi corridor tersebut ada dua korridor yang perlu di kembangkan yang mengikuti jalan lingkar dalam dan luar, yang dibagi ke dalam beberapa zona-zona pengembangan. Zonazona pengembangan ini perlu dibentuk dan dikembangkan untuk mewadahi proses keterkaitan antara pusat dan sub pusat pengembangan di kawasan Danau Toba. Dua korridor yang mengikuti jalan lingkar dalam dan luar tersebut adalah : 1 2 Koridor lingkar luar /Kawasan Danau Toba, (Parapat-Porsea-Balige-Siborongborong-Dolok Sanggul-Sidikalang-Merek) Koridor lingkar dalam/Pulau Samosir (Pangururan-Simanindo-Tuktuk-TomokOnan Runggu- Nainggolan). Kawasan Danau Toba tersebut dihubungkan dari/ke luar dengan 7 pintu gerbang (gate) yaitu : 1 Jalan arteri primer/jalan nasional yang merupakan jalan penghubung lintas Parapat-Pematang Siantar-Tebing Tinggi-Medan (ke jalan lintas timur/bandar udara Polonia/Pelabuhan laut Belawan dan antar provinsi/negara/IMT-GT). 2 3 4 Jalan kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Porsea-Tanjung Balai (pelabuhan laut/jalan lintas timur/IMT-GT). Jalur kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Silimbat/SilaenParsoburan-Labuhan Batu- terus ke Riau(jalan lintas timur/arteri primer). Jalan arteri primer/jalan nasional yang menghubungkan Siborong-borongTarutung-Sibolga- terus ke Sumbar (ke jalan lintas barat/pelabuhan laut).
4 - 28
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
5 6 7
Jalan kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Dolok SanggulBarus ( ke jalan lintas barat/pelabuhan laut). Jalan kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Sidikalang - Singkilterus ke NAD (ke jalan lintas barat/pelabuhan laut). Jalan kolektor primer/jalan provinsi yang menghubungkan Merek-KabanjaheBerastagi-Medan/IMT-GT (ke jalan lintas timur/bandar udara Polonia/pelabuhan laut Belawan).
4.3. 4.3.1.
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk selama periode 1980- 2004 maka dapat dibuat proyeksi penduduk untuk 25 tahun yang akan datang, adapun hasil proyeksi jumlah penduduk berikutnya. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk seluruh tersebut tertera dalam Tabel 4.2 pada halaman
terdiri dari penduduk Kabupaten Asahan berjumlah 1,694,224 jiwa, Kota Tanjung Balai berjumlah 345,939 jiwa , Kabupaten Simalungun berjumlah 69,898 jiwa dan Kabupaten Toba Samosir berjumlah 94,163 jiwa. Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara , pertumbuhan penduduk minus diperkirakan terjadi di Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Toba Samosir, diperkirakan hal tersebut terjadi karena ada penduduk di kabupaten tersebut yang pindah ke kota lain di dalam provinsi, merantau ke luar provinsi baik untuk melanjutkan studi maupun mencari pekerjaan (ke Pulau Jawa, Malaysia dan Singapura).
4 - 29
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030
2004
4
2005
5 32263 52746 31372 43251 38723 33563 52578 70583 53165 62330 59433 59300 34303 54396 85255 46854 51489 45217 57024 66310 1030154
2006
6 32911 53807 32003 44121 39501 34238 53635 72001 54233 63583 60628 60492 34992 55489 86968 47796 52523 46126 58170 67642 1050860
2007
7 33573 54888 32646 45007 40295 34926 54713 73449 55323 64861 61846 61708 35696 56605 88717 48757 53579 47053 59339 69002 1071982
2008
8 34248 55991 33302 45912 41105 35628 55813 74925 56435 66165 63089 62949 36413 57742 90500 49737 54656 47999 60532 70389 1093529
2009
9 34936 57117 33972 46835 41931 36344 56934 76431 57570 67495 64357 64214 37145 58903 92319 50736 55755 48963 61748 71804 1115509
2010
10 35638 58265 34654 47776 42774 37075 58079 77967 58727 68851 65651 65505 37892 60087 94174 51756 56875 49948 62990 73247 1137931
2011
11 36354 59436 35351 48737 43634 37820 59246 79534 59907 70235 66971 66821 38653 61295 96067 52797 58019 50952 64256 74719 1160803
2012
12 37085 60631 36061 49716 44511 38580 60437 81133 61111 71647 68317 68164 39430 62527 97998 53858 59185 51976 65547 76221 1184136
2013
13 37831 61849 36786 50715 45406 39356 61652 82764 62340 73087 69690 69534 40223 63783 99968 54940 60374 53020 66865 77753 1207937
2014
14 38591 63092 37526 51735 46318 40147 62891 84427 63593 74556 71091 70932 41031 65065 101977 56045 61588 54086 68209 79316 1232216
2015
15 39367 64361 38280 52775 47249 40954 64155 86124 64871 76055 72520 72358 41856 66373 104027 57171 62826 55173 69580 80910 1256984
2016
16 40158 65654 39049 53835 48199 41777 65445 87855 66175 77583 73977 73812 42697 67707 106118 58320 64089 56282 70978 82537 1282249
Kab. Asahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 BP Mandoge Bandar Pulau Pulau Rakyat Aek Kuasan Sei Kepayang Tanjung Balai Simpang Empat Air Batu Buntu Pane Meranti Air Joman Tanjung Tiram Sei Balai Talawi Lima Puluh Air Putih Sei Suka Medang Deras Kisaran Barat Kisaran Timur
2.01
31627 51707 30754 42399 37960 32902 51542 69192 52117 61102 58262 58132 33627 53324 83575 45931 50474 44326 55900 65003 1009856
4 - 30
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030
2017
17
2018
18 41788 68320 40635 56021 50156 43473 68102 91423 68862 80734 76981 76809 44431 70457 110427 60688 66691 58568 73860 85888 1334314
2019
19 42628 69693 41452 57147 51164 44347 69471 93260 70246 82356 78528 78353 45324 71873 112646 61908 68031 59745 75345 87614 1361133
2020
20 43485 71094 42285 58296 52193 45238 70867 95135 71658 84012 80107 79928 46235 73317 114911 63152 69399 60946 76859 89375 1388492
2021
21 44359 72523 43135 59468 53242 46148 72292 97047 73098 85700 81717 81535 47164 74791 117220 64422 70794 62171 78404 91172 1416401
2022
22 45251 73981 44002 60663 54312 47075 73745 98998 74567 87423 83359 83173 48112 76294 119577 65717 72217 63420 79980 93004 1444870
2023
23 46160 75468 44886 61882 55404 48021 75227 100988 76066 89180 85035 84845 49080 77828 121980 67038 73668 64695 81588 94874 1473912
2024
24 47088 76985 45789 63126 56517 48987 76739 103017 77595 90973 86744 86551 50066 79392 124432 68385 75149 65995 83227 96781 1503538
2025
25 48035 78532 46709 64395 57653 49971 78281 105088 79155 92801 88488 88290 51072 80988 126933 69760 76659 67322 84900 98726 2E+06
2026
26 49000 80111 47648 65690 58812 50976 79855 107200 80746 94666 90266 90065 52099 82616 129484 71162 78200 68675 86607 100710 1564588
2027
27 49985 81721 48605 67010 59994 52000 81460 109355 82369 96569 92081 91875 53146 84276 132087 72592 79772 70055 88348 102735 1596036
2028
28 50990 83363 49582 68357 61200 53045 83097 111553 84024 98510 93932 93722 54214 85970 134742 74051 81375 71464 90123 104800 1628116
2029
29 52015 85039 50579 69731 62430 54112 84768 113795 85713 100490 95820 95606 55304 87698 137450 75540 83011 72900 91935 106906 1660841
2030
30 53060 86748 51596 71132 63685 55199 86471 116083 87436 102510 97746 97527 56416 89461 140213 77058 84680 74365 93783 109055 1694224
Kab. Asahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 BP Mandoge Bandar Pulau Pulau Rakyat Aek Kuasan Sei Kepayang Tanjung Balai Simpang Empat Air Batu Buntu Pane Meranti Air Joman Tanjung Tiram Sei Balai Talawi Lima Puluh Air Putih Sei Suka Medang Deras Kisaran Barat Kisaran Timur
2.01
40965 66974 39834 54918 49168 42617 66760 89621 67505 79143 75464 75296 43556 69068 108251 59492 65377 57414 72405 84196 1308022
4 - 31
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030
2004 4 2005 5 58054 22407 17612 22384 35426 155883 2006 6 59935 23133 18182 23110 36574 160934 2007 7 61877 23883 18771 23859 37759 166148 2008 8 63882 24657 19380 24632 38982 171531 2009 9 65951 25455 20008 25430 40245 177089 2010 10 68088 26280 20656 26254 41549 182826 2011 11 70294 27132 21325 27104 42895 188750 2012 12 72572 28011 22016 27982 44285 194866 2013 13 74923 28918 22729 28889 45720 201179 2014 14 77351 29855 23466 29825 47201 207697 2015 15 79857 30822 24226 30791 48730 214427 2016 16 82444 31821 25011 31789 50309 221374
No.
II
Kota Tanjung Balai 1 2 3 4 5 Datuk Bandar Tanjung Balai Selatan Tanjung Balai Utara Sei Tualang Raso Teluk Nibung
3.24
56232 21704 17059 21682 34314 150991
III
Kab. Simalungun 1 2 3 4 5 6 Dolok Pardamean Purba Dolok Panribuan Silimakuta Sidamanik Pem Sidamanik
-2
14497 18004 18809 21888 29551 15442 118191 14207 17644 18433 21450 28960 15133 115827 13923 17291 18064 21021 28381 14830 113511 13644 16945 17703 20601 27813 14534 111240.4 13372 16606 17349 20189 27257 14243 109016 13104 16274 17002 19785 26712 13958 106835 12842 15949 16662 19389 26178 13679 104699 12585 15630 16329 19002 25654 13406 102605 12334 15317 16002 18622 25141 13137 100553 12087 15011 15682 18249 24638 12875 98541 11845 14711 15368 17884 24145 12617 96571 11608 14416 15061 17526 23662 12365 94639 11376 14128 14760 17176 23189 12118 92746
4 - 32
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030
2017 17 2018 18 87873 33917 26658 33882 53622 235952 2019 19 90720 35015 27522 34980 55359 243596 2020 20 93659 36150 28413 36113 57153 251489 2021 21 96694 37321 29334 37283 59005 259637 2022 22 99827 38530 30284 38491 60917 268049 2023 23 103061 39779 31266 39738 62890 276734 2024 24 106400 41068 32279 41026 64928 285700 2025 25 109848 42398 33324 42355 67032 294957 2026 26 113407 43772 34404 43728 69203 304514 2027 27 117081 45190 35519 45144 71446 314380 2028 28 120875 46654 36670 46607 73760 324566 2029 29 124791 48166 37858 48117 76150 335081.9 2030 30 128834 49726 39084 49676 78618 345939
No.
II
Kota Tanjung Balai 1 2 3 4 5 Datuk Bandar Tanjung Balai Selatan Tanjung Balai Utara Sei Tualang Raso Teluk Nibung
3.24
85115 32852 25821 32819 51939 228547
III
Kab. Simalungun 1 2 3 4 5 6 Dolok Pardamean Purba Dolok Panribuan Silimakuta Sidamanik Pem Sidamanik
-2
11149 13845 14465 16832 22725 11875 90892 10926 13569 14175 16496 22271 11638 89074 10707 13297 13892 16166 21825 11405 87292 10493 13031 13614 15842 21389 11177 85546 10283 12771 13342 15526 20961 10953 83835 10077 12515 13075 15215 20542 10734 82159 9876 12265 12813 14911 20131 10520 80516 9678 12020 12557 14613 19728 10309 78905 9485 11779 12306 14320 19334 10103 77327 9295 11544 12060 14034 18947 9901 75781 9109 11313 11819 13753 18568 9703 74265 8927 11087 11582 13478 18197 9509 72780 8748 10865 11351 13209 17833 9319 71324 8573 10647 11124 12944 17476 9132 69898
4 - 33
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030
2004 4 2005 5 46369 16572 19520 7367 10375 6478 24146 7754 10933 8099 6601 164213 2006 6 45349 16208 19090 7205 10146 6336 23615 7583 10693 7921 6455 160600 2007 7 44351 15851 18670 7047 9923 6196 23095 7416 10457 7746 6313 157067 2008 8 43375 15502 18260 6892 9705 6060 22587 7253 10227 7576 6174 153612 2009 9 42421 15161 17858 6740 9491 5927 22090 7093 10002 7409 6039 150232 2010 10 41488 14828 17465 6592 9283 5796 21604 6937 9782 7246 5906 146927 2011 11 40575 14502 17081 6447 9078 5669 21129 6785 9567 7087 5776 143695 2012 12 39683 14182 16705 6305 8879 5544 20664 6636 9357 6931 5649 140533 2013 13 38809 13870 16338 6166 8683 5422 20209 6490 9151 6778 5524 137442 2014 14 37956 13565 15978 6031 8492 5303 19765 6347 8949 6629 5403 134418 2015 15 37121 13267 15627 5898 8305 5186 19330 6207 8752 6484 5284 131461 2016 16 36304 12975 15283 5768 8123 5072 18905 6071 8560 6341 5168 128569
No.
IV
Kab. Toba Samosir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Balige Laguboti Habinsaran Borbor Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti Lumban Julu Uluan Ajibata
-2.2
47412 16945 19959 7533 10608 6624 24689 7928 11179 8281 6749 167907
4 - 34
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Proyeksi Penduduk Wilayah Sungai Asahan Dari Tahun 2004 Sampai Dengan Tahun 2030
2017 17 2018 18 34724 12410 14618 5517 7769 4851 18082 5806 8187 6065 4943 122974 2019 19 33960 12137 14296 5396 7598 4745 17684 5679 8007 5932 4834 120268 2020 20 33213 11870 13982 5277 7431 4640 17295 5554 7831 5801 4728 117623 2021 21 32482 11609 13674 5161 7268 4538 16915 5432 7659 5673 4624 115035 2022 22 31768 11354 13373 5047 7108 4438 16543 5312 7490 5549 4522 112504 2023 23 31069 11104 13079 4936 6951 4341 16179 5195 7326 5427 4423 110029 2024 24 30385 10860 12791 4828 6798 4245 15823 5081 7164 5307 4325 107608 2025 25 29717 10621 12510 4722 6649 4152 15475 4969 7007 5190 4230 105241 2026 26 29063 10387 12235 4618 6503 4060 15134 4860 6853 5076 4137 102926 2027 27 28424 10159 11966 4516 6360 3971 14801 4753 6702 4965 4046 100661 2028 28 27798 9935 11702 4417 6220 3884 14476 4648 6554 4855 3957 98447 2029 29 27187 9717 11445 4320 6083 3798 14157 4546 6410 4748 3870 96281 2030 30 26589 9503 11193 4225 5949 3715 13846 4446 6269 4644 3785 94163
No.
IV
Kab. Toba Samosir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Balige Laguboti Habinsaran Borbor Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti Lumban Julu Uluan Ajibata
-2.2
35505 12690 14947 5641 7944 4960 18489 5937 8372 6201 5054 125740
4 - 35
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.3.2.
Berdasarkan data PDRB atas harga konstan Provinsi Sumatera Utara tahun 19902003, diperlihatkan pada Tabel 4.3. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada kurun waktu 19911996 cukup tinggi diatas 6 % pertahun. Pada tahun 19971999 pertumbuhan ekonomi menurun drastis yang dipicu krisis moneter pada bulan Mei 1997, dampak paling nyata dari krisis ini terjadi pada tahun 1998 dengan kontraksi ekonomi sebesar negatif 13,13 %. Pada tahun 2000-2003 pertumbuhan ekonomi Sumut mulai meningkat. Tabel 4.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 1991 2003 Pertumbuhan Ekonomi (%) (3) 7,20 6,21 6,49 7,54 8,22 7,82 4,70 - 13,13 0,79 4,90 3,32 3,30 4,50 Keterangan : Diolah dari PDRB harga kostan Sumut (1990 -2003) Jika dilihat dari peranan masing-masing sektor terhadap perekonomian Sumatera Utara sebelum terjadinya krisis berbeda dengan setelah krisis, sektor yang memberikan kontribusi yang paling besar sebelum krisis adalah sektor industri pengolahan sedangkan setelah krisis diduduki oleh sektor pertanian. Secara umum perekonomian Sumatera Utara pada periode tahun 19972000, didominasi oleh sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Ketiga sektor ini memberikan kontribusi masing-masing pada tahun 1997, 1998, 1999 dan tahun 2000 berturut-turut sebesar 71,96 %, 76,25 %, 78,4 % dan 77,22 %, yang menggambarkan bahwa perekonomian Sumatera Utara sangat tergantung pada ketiga sektor tersebut. 4 - 36 No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 Tahun (2) 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pada pelita V dan VI sektor industri pengolahan merupakan sektor pemimpin dan diikuti dengan sektor pertanian pada posisi kedua, sedangkan pada tahun 1999 sektor pertanian kembali unggul menggeser posisi industri pengolahan. Besarnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara juga disebabkan oleh daya serapnya terhadap tenaga kerja, dimana sebanyak 53,57 % penduduk Sumatera Utara bekerja disektor pertanian. Perkembangan subsektor perkebunan didukung oleh perkembangan perkebunan-perkebunan besar yang dikelola oleh pemerintah dan swasta sehingga subsektor ini menjadi primadona perekonomian Sumatera Utara. Arah pembangunan Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2001-2005 diarahkan pada sektor pertanian, agro-industri dan sektor pariwisata yang berwawasan lingkungan, untuk dapat memberikan sumbangan yang optimal dalam pertumbuhan ekonomi untuk mendukung pembangunan daerah. Kedudukan sektor pertanian dan sektor industri pengolahan memiliki hubungan yang saling terkait, bahwa sektor pertanian merupakan pasar bagi sektor industri pengolahan sekaligus menjadi penyedia bahan baku. Sehingga pembangunan agroindustri di Sumatera Utara sudah barang tentu mendukung pertumbuhan sektor pertanian dan sebaliknya sektor pertanian akan mendukung pertumbuhan sektor agro-industri. Proyeksi pertumbuhan ekonomi mempertimbangkan pula laju pertumbuhan ekonomi kabupaten /kota , serta pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara tahun 2002 2004, berdasarkan harga konstan tahun 1993 sebagaimana Tabel 4.4 sampai dengan Tabel 4.6.
4 - 37
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.4.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2004
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 2002 2003 4 5.72 5.81 4.94 6.18 2004 5 5.93 5.88 5.11 5.97 Peningkatan Rata-rata per tahun (%) 2002-2003 6 0.21 0.2 0.54 0.23 2003-2004 7 0.21 0.07 0.17 -0.21 Rata-rata 8 0.21 0.135 0.355 0.01 Asumsi Penetapan Kenaikan per tahun (%) 9 0.21 0.135 0.17 0.23
No. 1 1 2 3 4 5
Kabupaten/Kota 2 Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab.Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara Dengan Migas
4.07 4.08
4.48 4.54
5.58 5.76
0.41 0.46
1.1 1.22
0.755 0.84
0.41 0.46
Tanpa Migas
Tabel 4.5. Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi Proyeksi Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 2030 2006 2010 2015 2020 2025 3 4 5 6 7 8 6.35 7.19 8.24 9.29 10.34 11.39 6.15 6.69 7.37 8.04 8.72 9.39 5.45 6.13 6.98 7.83 8.68 9.53 6.43 7.35 8.50 9.65 10.80 11.95 6.40 6.68 8.04 10.09 8.52 10.82 12.14 1.84 14.19 15.42 16.24 17.72
No. 1 1 2 3 4
Kabupaten/Kota 2 Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab.Toba Samosir
4 - 38
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
II
a b c d e
Kab. Simalungun
PDRB adh Konstan (Juta Rp) Target Pertumb. ekonomi ICOR PDRB adh Berlaku (Juta Rp) Investasi Yang Dibutuhkan
III
a b c d e
IV
a b c d e
4 - 39
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.3.3.
Kabupaten /Kota
2
2006
3 170,133 26,055 18,377 26,001 240,566
2030
8 274,292 56,007 11,316 15,245 356,861
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah Total WS Asahan Sumber : Data diolah
1 2 3 4
Tabel 4.8. Resume Proyeksi Kebutuhan Pangan di WS Asahan Tahun 2006 2030
No.
1
2006 3
240,566 44,676 12,840 15,241 2,212 1,620 4,252 33,727 2,675
2030 8
356,861 66,274 19,047 22,609 3,282 2,403 6,307 50,031 3,968
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Kedelai Kacang Tanah Daging Ternak Ikan Daging Unggas Sumber : Data diolah
4 - 40
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2006 3
2030 8
Jagung Kab.Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 22,770 65 369,149 13,104 405,088 23,719 40 537,397 14,478 575,634 24,707 25 782,328 15,996 823,056 25,737 15 1,138,893 17,673 1,182,318 26,810 9 1,657,970 19,526 1,704,315 27,927 6 2,413,629 21,573 2,463,135
Ubi Kayu Kab.Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 34,186 256 269,014 19,897 323,353 34,471 205 290,662 21,498 346,835 34,758 164 314,052 23,228 372,201 35,047 131 339,324 25,097 399,599 35,339 105 366,630 27,116 429,191 35,634 84 396,134 29,298 461,149
4 - 41
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 42
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
produksi padi di Kabupaten Asahan sebanyak 147,276 ton , Kabupaten Simalungun 247,899 ton dan Kabupaten Toba Samosir sebanyak 47,983 ton. sebanyak
Pada tahun 2006 Kota Tanjung Balai sudah mengalami defisit padi diproyeksikan angka defisit padi akan mencapai (55,508) ton .
(25,172) ton , defisit tersebut akan terus bertambah dan pada tahun 2030
Kota Tanjung Balai merupakan kota perdagangan, jasa dan industri, luas areal pesawahan sekitar 758 Ha atau 12,52 % dari luas total Kota Tanjung Balai, lahan pesawahan yang ada relatif kecil dibandingkan kabupaten tetangganya, sehingga ketergantungan untuk mendatangkan beras dari luar Kota Tanjung Balai sangat besar. Selain itu,tanah pertanian tersebut semakin lama semakin menyusut ,karena banyak pertanian lahan basah yang telah beralih fungsi menjadi fungsi lain seperti permukiman penduduk, pusat-pusat perdagangan dan industri. Dari proyeksi pada tahun 2006 WS Asahan surplus beras sebanyak 671,533 ton dan trendnya menurun relatif kecil yang mana pertumbuhan produksi. Selain defisit beras, pada tahun 2030, Kota Tanjung Balai juga akan mengalami defisit pada komoditas tanaman pangan lainnya, yaitu defisit jagung sebanyak (2,096)ton, ubi kayu sebanyak (520) ton, ubi jalar (717)ton, kacang kedelai (98) ton, kacang tanah sebanyak (70)ton dan kacang kedelai sebanyak (100) ton Selain surplus padi, pada tahun 2030 WS Asahan juga akan mengalami surplus jagung sebanyak 2,396,861 ton, ubi kayu sebanyak 442,102 ton, ubi jalar sebanyak 3,519,592 ton, kacang tanah sebanyak 355,815 ton, dan kacang hijau sebanyak 153 ton. pada tahun 2030 surplus mencapai 387,650 ton. Hal ini karena laju pertumbuhan konsumsi lebih tinggi dari pada laju
4 - 43
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pada tahun 2030 WS Asahan akan mengalami defisit kacang kedelai mencapai (3,242) ton, dengan jumlah produksi hanya sekitar 40 memenuhi kebutuhan kedelai sebanyak 3,282 ton tidak akan mampu ton, sebagai bahan baku
pembuatan tahu, tempe, cereal, kecap, susu nabati dan lain-lain. Proyeksi Neraca Pangan untuk tanaman pangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Tabel 4.10. Proyeksi Neraca Pangan Padi, Jagung dan Ubi Kayu di WS Asahan 2006 - 2030
Jenis Pangan / Kabupaten Kota di WS Asahan
2
Tahun 2006
Butuh (ton)
3
Tahun 2010
Butuh (ton)
6
Tahun 2015
Butuh (ton)
9
No.
Produksi (ton)
4
Produksi (ton)
7
Produksi (ton)
10
I
1 2 3 4
Padi
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 170,133 26,055 18,377 26,001 240,566
`
335,106 883 474,572 101,537 912,098 164,974 (25,172) 456,195 75,536 671,533 184,229 29,599 16,951 23,787 254,567 350,581 787 420,508 91,473 863,349 166,351 (28,812) 403,557 67,686 608,782 203,504 34,715 15,322 21,283 274,825 366,945 702 372,602 82,695 822,944 163,441 (34,013) 357,280 61,412 548,120
II
1 2 3 4
Jagung
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 31,596 3,413 4,839 4,829 44,676 22,770 65 369,149 13,104 405,088 (8,826) (3,348) 364,310 8,276 360,411 34,214 3,148 5,497 4,418 47,277 23,719 40 537,397 14,478 575,634 (10,495) (3,108) 531,900 10,061 528,357 37,794 2,846 6,447 3,953 51,039 24,707 25 782,328 15,996 823,056 (13,086) (2,821) 775,881 12,043 772,018
III
1 2 3 4
Ubi Kayu
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan Sumber : Data diolah 9,081 981 1,391 1,388 12,840 34,186 256 269,014 19,897 323,353 25,106 (725) 267,623 18,509 310,513 9,833 905 1,580 1,270 13,587 34,471 205 290,662 21,498 346,835 24,638 (700) 289,082 20,228 333,248 10,862 818 1,853 1,136 14,668 34,758 164 314,052 23,228 372,201 23,896 (654) 312,199 22,092 357,533
4 - 44
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.10. Proyeksi Neraca Pangan Padi, Jagung dan Ubi Kayu di WS Asahan 2006 - 2030 (Lanjutan)
Jenis Pangan / Kabupaten Kota di WS Asahan
2
Tahun 2020
Butuh (ton)
12
Tahun 2025
Surplus/ Defisit (ton)
14
Tahun 2030
Surplus/ Defisit (ton)
17
No.
Produksi (ton)
13
Butuh (ton)
15
Produksi (ton)
16
Butuh (ton)
18
Produksi (ton)
19
I
1 2 3 4
Padi
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 224,795 40,716 13,850 19,043 298,403 384,215 626 330,154 75,108 790,104 159,420 (40,089) 316,305 56,065 491,701 248,313 47,753 12,519 17,038 325,624 402,414 559 292,542 68,638 764,153 154,100 (47,194) 280,023 51,599 438,529 274,292 56,007 11,316 15,245 356,861 421,569 498 259,215 63,228 744,511 147,276 (55,508) 247,899 47,983 387,650
II
1 2 3 4
Jagung
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 41,748 2,572 7,561 3,537 55,418 25,737 15 1,138,893 17,673 1,182,318 (16,010) (2,557) 1,131,331 14,136 1,126,900 46,115 2,325 8,868 3,164 60,473 26,810 9 1,657,970 19,526 1,704,315 (19,305) (2,316) 1,649,101 16,362 1,643,842 50,940 2,102 10,401 2,831 66,274 27,927 6 2,413,629 21,573 2,463,135 (23,013) (2,096) 2,403,227 18,742 2,396,861
III
1 2 3 4
Ubi Kayu
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan Sumber : Data diolah 11,998 739 2,173 1,016 15,927 35,047 131 339,324 25,097 399,599 23,049 (608) 337,151 24,080 383,672 13,253 668 2,549 909 17,380 35,339 105 366,630 27,116 429,191 22,086 (564) 364,082 26,207 411,811 14,640 604 2,989 814 19,047 35,634 84 396,134 29,298 461,149 20,993 (520) 393,145 28,485 442,102
4 - 45
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.11. Proyeksi Neraca Pangan Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Kedelai di WS Asahan 2006 - 2030
Jenis Pangan / Kabupaten Kota di WS Asahan
2
Tahun 2006
Butuh (ton)
3
Tahun 2010
Butuh (ton)
6
Tahun 2015
Butuh (ton)
9
No.
Produksi (ton)
4
Produksi (ton)
7
Produksi (ton)
10
IV
1 2 3 4
Ubi Jalar
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 10,779 1,164 1,651 1,647 15,241 3,352 70,326 13,038 86,716 (7,427) (1,164) 68,676 11,391 71,475 11,672 1,074 1,875 1,507 16,128 6,478 148,092 27,456 182,025 (5,194) (1,074) 146,217 25,949 165,897 12,893 971 2,199 1,348 17,412 12,520 311,849 57,815 382,185 (373) (971) 309,650 56,467 364,773
V
1 2 3 4
Kacang Kedelai
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 1,565 169 240 239 2,212 230 65 50 41 386 (1,335) (104) (189) (198) (1,827) 1,694 156 272 219 2,341 147 40 32 26 246 (1,547) (116) (240) (193) (2,096) 1,872 141 319 196 2,528 94 25 21 17 156 (1,777) (116) (299) (179) (2,371)
VI
1 2 3 4
Kacang Tanah
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 1,146 124 175 175 1,620 196 65 34,441 873 35,574 (950) (59) 34,265 698 33,954 1,241 114 199 160 1,715 239 40 54,990 713 55,981 (1,002) (74) 54,790 553 54,266 1,371 103 234 143 1,851 291 25 87,799 582 88,696 (1,080) (79) 87,566 439 86,845
VII
1 2 3 4
Kacang Hijau
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 1,501 162 230 229 2,123 216 1,690 1,906 (1,285) (162) 1,460 (229) (217) 1,626 150 261 210 2,246 227 1,899 2,126 (1,399) (150) 1,638 (210) (121) 1,796 135 306 188 2,425 238 2,134 2,372 (1,558) (135) 1,828 (188) (54)
4 - 46
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.11. Proyeksi Neraca Pangan Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Kedelai di WS Asahan 2006 - 2030 (Lanjutan)
Jenis Pangan / Kabupaten Kota di WS Asahan
2
Tahun 2020
Butuh (ton)
12
Tahun 2025
Butuh (ton)
15
Tahun 2030
Butuh (ton)
18
No.
Produksi (ton)
13
Produksi (ton)
16
Produksi (ton)
19
IV
1 2 3 4
Ubi Jalar
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 14,242 877 2,580 1,206 18,905 24,199 656,685 121,746 802,630 9,957 (877) 654,106 120,540 783,725 15,732 793 3,025 1,079 20,630 46,771 1,382,834 256,371 1,685,976 31,039 (793) 1,379,809 255,291 1,665,346 17,378 717 3,548 966 22,609 90,397 2,911,944 539,861 3,542,201 73,019 (717) 2,908,395 538,895 3,519,592
V
1 2 3 4
Kacang Kedelai
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 2,067 127 374 175 2,744 60 15 13 11 100 (2,007) (112) (361) (164) (2,645) 2,284 115 439 157 2,995 39 9 8 7 63 (2,245) (106) (431) (150) (2,931) 2,523 104 515 140 3,282 25 6 5 4 40 (2,498) (98) (510) (136) (3,242)
VI
1 2 3 4
Kacang Tanah
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 1,514 93 274 128 2,010 354 15 140,185 475 141,029 (1,160) (78) 139,911 347 139,019 1,672 84 322 115 2,193 431 9 223,826 388 224,654 (1,241) (75) 223,504 273 222,461 1,847 76 377 103 2,403 525 6 357,371 317 358,219 (1,322) (70) 356,994 214 355,815
VII
1 2 3 4
Kacang Hijau
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab.Toba Samosir Jumlah WS Asahan 1,984 122 359 168 2,633 249 2,398 2,647 (1,735) (122) 2,039 (168) 14 2,191 110 421 150 2,873 261 2,695 2,956 (1,930) (110) 2,273 (150) 82 2,420 100 494 135 3,149 274 3,028 3,302 (2,147) (100) 2,534 (135) 153
4 - 47
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 48
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
populasi sapi di Kabupaten Asahan sangat tinggi, pada tahun 2030 mencapai 121,972 ekor, kabupaten Simalungun 14,377 ekor, kabupaten Toba Samosir 1,250 ekor, sedangkan di Tanjung Balai perkembangannya sangat kecil, proyeksi pada tahun 2030 hanya sebanyak 103 ekor, pada Gambar 4.6 terlihat bahwa trend perkembangan populasi sapi di kabupaten hampir mendatar.
100000
50000
20948 21838 23204 24322 24935 25203 25468 23505 25468 25568 26626 30200 35504 37,165 38903 48892 61446 77223 97052 121972 20 512 523 401 252 276 240 242 2670 2456 2562 5145 5369 5583 28 30 31 33 41 52 65 82 103
2818 3098 4185 4,381 4586 5763 7243 9103 11440 14377 5750 5530 757 771 786 862 946 1038 1139 1250
Jumlah WS Asahan 21,460 22,361 23,605 24,574 25,211 25,443 25,710 31,320 33,293 33,713 35,214 38,856 40,476 42,348 44,307 55,558 69,687 87,430 109,71 137,70
Gambar 4.6. Populasi dan Proyeksi Ternak Sapi di WS Asahan Jumlah ternak kerbau di WS Asahan pada tahun 2006 diproyeksikan berjumlah 21,929 ekor dan trendnya menurun sehingga populasinya diproyeksikan berjumlah 5,333 ekor (menurun 75,68 %). Usaha ternak kerbau mengalami
penurunan yang signifkan, kemungkinan hal ini disebabkan penggunaan kerbau untuk membajak sawah oleh para petani sudah mulai berkurang, dengan kemajuan teknologi masyarakat membajak sawah dengan menggunakan peralatan bajak mekanis seperti tractor. Penurunan populasi kerbau di Kabupaten Asahan sangat tajam, dari sebanyk 4259 ekor pada tahun 2006, menurun menjadi 1962 ekor pada tahun 2030. Sedangkan di Kota Tanjung Balai dari 45 ekor pada tahun 2006, proyeksi pada tahun 2030 menjadi 16 ekor. Pada Gambar 4.7 berikut menjelaskannya secara rinci.
4 - 49
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
396 5977 5497 5565 5843 5757 4907 4,757 4611 3946 3377 2890 2473 2116 34880 36623 38087 39607 41190 15707 14,29 13014 8131 5081 3174 1983 1239
Jumlah WS Asahan 8986 9952 10969 11412 12148 12048 13002 53510 54859 50033 51836 53342 25195 23494 21929 15761 11610 8763 6767 5333
Gambar 4.7. Populasi dan Proyeksi Ternak Kerbau di WS Asahan Jumlah ternak kambing/domba di WS Asahan diproyeksikan pada tahun 2006 sebanyak 210,284 ekor dan trendnya meningkat dan akan berjumlah 418,064 ekor pada tahun 2030. Sebaliknya di Kota Tanjung Balai perkembangan populasi ternak menurun , pada tahun 2030 jumlah ternak akan turun menjadi 1081 ekor dari jumlah 2285 ekor pada tahun 2006. Secara terinci disajikan pada Gambar 4.8 sebagai berikut.
Populasi dan Proyeksi Ternak Kambing di WS Asahan
450000
176953 190827 214521 222198 222868 223319 243728 182692 183052 184169 184626 193585 194664 197720 200824 217092 234677 253687 274237 296451 2230 2005 1656 2194 360 480 360 348 1894 2017 2293 2289 2357 2123 2527 3068 2426 2354 2285 3386 3860 4401 1967 1694 1458 1255 1081
8478 16331 31457 60594 116720 2956 3150 3357 3577 3812
Jumlah WS Asahan 178958 192483 216715 222558 223348 223679 244076 204332 202340 204757 206142 215656 203180 206674 210284 230493 255851 289959 339664 418064
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
63,753 ekor dan trendnya meningkat dan akan berjumlah 386,068 ekor pada tahun 2030. Dapat dilihat pada Gambar 4.9.
62524 64376 66792 55164 47168 40023 20572 22635 22698 10422 10539 10562 9251 8,910 8581 980 8612 8401 8344 1252 1344 1960 340 357 421 463 510
3132 3132 23348 24235 24548 27002 29685 35640 38,854 42357 65222 100431 154646 238128 366675 14320 15499 16274 17091 19662 12469 12,387 12305 11904 11517 11141 10779 10428
Jumlah WS Asahan 71136 72777 75136 56416 48512 43155 23704 60303 63412 53204 54972 60266 57781 60613 63753 85060 119170 172820 256426 386068
Gambar 4.9. Populasi dan Proyeksi Ternak Babi di WS Asahan Perkembangan populasi unggas di WS Asahan pada tahun 2006 diproyeksikan jumlah ayam petelur 1,313,464 ekor, itik manila 636,146 ekor dan ayam buras sebanyak 5,569,572 ekor. Jumlah tersebut pada tahun 2030 akan meningkat menjadi, ayam petelor sebanyak 4,749,089 ekor, itik manila 807,422 ekor dan ayam buras sebanyak 6,732,372 ekor. Populasi ayam pedaging akan meningkat dari 1,876,185 pada tahun 2006, menjadi 6,740,711 pada tahun 2030 dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.10 dan Gambar 4.11. Tabel 4.13. Proyeksi Jumlah Populasi Ternak Unggas Tahun 2006 - 2030
Jenis Unggas 2006 1,313,464 1,876,185 636,146 5,569,572 Proyeksi Jumlah Populasi ( Ekor) 2010 2015 2020 2025 1,698,425 2,420,493 635,687 5,586,628 2,196,244 3,124,918 649,832 5,714,573 2,840,009 4,036,360 680,917 5,947,439 3,672,512 5,215,477 732,075 6,285,209 2030 4,749,089 6,740,711 807,422 6,732,372
4 - 51
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
372,852 410,567 459,758 499,854 500,223 501,332 409,250 411,800 414,350 425,500 435,705 442,241 442,300 434,710 427,251 391,829 359,344 329,553 302,231 277,174 25,800 27,392 25,392 26,153 26,801 27,092 27,386 28,906 30,510 32,203 33,990 35,876 29,384 14,056 37,583 38,645 52,582 52,582 63,183 107,382 108,993 110,628 112,182 123,378 135,364 141,889 148,728 188,197 238,140 301,338 381,307 482,498 48,814 51,117 53,162 55,179 59,492 35,556 34,141 32,781 26,756 21,837 17,823 14,547 11,873
Jumlah WS Asahan 402,236 424,623 497,341 538,499 552,805 553,914 472,433 567,996 600,260 616,682 628,458 651,264 640,021 637,831 636,146 635,687 649,832 680,917 732,075 807,422
4.3.4.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Jumlah konsumsi listrik di WS Asahan trendnya juga meningkat Listrik tersambung dari 164,866 MWH pada tahun 2006 menjadi 608,747 MWH pada tahun 2030. Jumlah produksi listrik di Cabang PLN Rantau Prapat juga trendnya meningkat dari 354,122.635 MWH pada tahun 2006 menjadi 1,940,926.372 MWH pada tahun 2030. Demikian pula halnya di Cabang PLN Lubuk Pakam dari 828,672.457 MWH pada tahun 2006 menjadi 2,034,971.241 MWH pada tahun 2030. Tabel 4.14. Proyeksi Listrik
Kabupaten/Kota 1. Kab .Asahan
Uraian Listrik Produksi Listrik (KWH) KVA Tersambung Kebutuhan KWH Jml Pelanggan KWH Terjual 2006
152,286,222 84,539 370,279,248 106,145 126,856,457 Tidak ada data 39,632 173,588,903 32,198 6,121,447
2010
214,088,811 109,778 480,828,965 127,179 172,527,018 Tidak ada data 51,465 225,415,205 45,328 8,325,276
2015
300,972,855 142,553 624,384,149 152,382 234,639,787 Tidak ada data 66,830 292,714,648 63,814 11,322,522
2020
423,117,206 185,114 810,798,839 182,579 319,114,248 Tidak ada data 86,782 380,106,858 89,837 15,398,829
2025
594,831,617 240,381 1,052,869,06 6 218,760 434,001,005 Tidak ada data 112,692 493,590,683 126,473 20,942,679
2030
836,233,194 312,149 1,367,211,22 2 262,110 590,249,019 Tidak ada data 146,337 640,955,977 178,049 28,482,413
Produksi Listrik (KWH) KVA Tersambung Kebutuhan KWH Jml Pelanggan KWH Terjual
Jml Pelanggan Produksi Listrik (KWH) KVA Tersambung Kebutuhan KWH Jml Pelanggan KWH Terjual
129,721
155,427
186,227
223,131
267,348
320,327
4 - 53
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
KWH Terjual
Kebutuhan
4 - 54
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Produksi Kebutuhan
2025
2030
Produksi
Kebutuhan
KWH Terjual
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang ada di WS Asahan adalah PLTA Siguragura dan PLTA Tangga. PLTA Sigura-gura menghasilkan tenaga listrik (normal) sebesar 203 MW , dalam kondisi puncak sebesar 244 MW dan kapasitas terpasang 286 MW ( 71,5 x 4 unit) dengan energi tahunan sebesar 1868 GWh. Sedangkan PLTA Tangga menghasilkan tenaga listrik (normal) sebesar 223 MW , dalam kondisi puncak sebesar 269 MW dan kapasitas terpasang 317 MW ( 79,2 x 4 unit) dengan energi tahunan sebesar 2054 GWh. Berdasarkan data yang ada , kebutuhan listrik untuk industri aluminium PT INALUM tercatat meningkat dari 20,720,000 KWH pada tahun 2000 menjadi 75,080,000 KWH pada tahun 2004.
2006
Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab.Simalungun Kab. Toba Samosir WS Asahan (*) 16,808 30,030 3,554 50,391
2030
(*) 108,125 52,762 6,244 167,131
Kebutuhan air bersih di WS Asahan pada tahun 2006, diproyeksikan sebesar 18.585.422 m3, trendnya meningkat dan diproyeksikan pada tahun 2030 akan mencapai 152.650.929 m3, lebih rinci dijelaskan pada Tabel 4.17. sebagai berikut.
4 - 56
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2030
36,774,312 46,875,463 49,031,502 19,969,652
WS Asahan
18,585,422
28,226,274
42,930,379
65,401,008
99,815,598
152,650,929
4.3.5.
Berdasarkan proyeksi di Kawasan Danau Toba , jumlah wisatawan pada tahun 2006 berjumlah 26.463 jiwa yang terdiri dari domestik/wisatawan Nusantara dan 6.097 (76,96 %) lagi adalah wisatawan mancanegara/wisman (turis asing) dan dengan laju pertumbuhan rata-rata 2 %/tahun diproyeksikan akan menjadi 43.514 jiwa pada tahun 2030 yang mana 76,785 % wisnu dan 23,215 % wisman. Tabel 4.18. berikut menjelaskannya secara rinci. Tabel 4.18. Proyeksi Jumlah Wisatawan ke Kawasan Danau Toba Tahun 2006- 2030
No. Asal Wisatawan 2006
1 2 3 6,097 20,366
2015
5 7,462 24,826
2020
6 8,255 27,410
2025
7 9,132 30,263
2030
8 10,102 33,412
1 2
Wisman Wisdom
26,463
29,231
32,288
35,664
39,394
43,514
4 - 57
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Berdasarkan hasil proyeksi pada Tabel 4.19, prasarana dan sarana pariwisata di kawasan Danau Toba cenderung meningkat, namun tingkat pertumbuhannya sangat kecil, yaitu tingkat pertumbuhan jumlah hotel sebesar 0,72 %, kamar sebesar 0,69 % dan jumlah tempat tidur sebesar 0,53 %. Jumlah hotel di Kawasan Danau Toba pada tahun 2004 berjumlah 87 buah jumlah
dimana 9 diantaranya berada di Kabupaten Toba Samosir. Jumlah hotel pada tahun 2030 diproyeksikan akan menjadi 104 buah, dengan jumlah kamar 1630 buah dan jumlah tempat tidur 2970 buah. Tabel 4.19. Proyeksi Jumlah Akomodasi/Hotel di Kawasan Danau Toba Tahun 2006 - 2030
No.
Kabupaten/Kota
2015
5
2020
6
2025
7
2030
8
Kab. Toba Samosir 1 2 3 Jumlah Hotel Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Kawasan Danau Toba 1 2 3 Jumlah Hotel Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur 87 1.373 2.602 90 1.421 2.672 94 1.470 2.744 97 1.522 2.817 101 1.575 2.893 104 1.630 2.970
9 149 302 9 154 310 10 160 319 10 165 327 11 171 336 11 177 345
Pada Tabel 4.20, menjelaskan perkembangan jumlah hotel di WS Asahan, yang mana pada tahun 2003 jumlah totel sebanyak 153 buah, namun karena adanya pemekaran wilayah di Kabupaten Toba Samosir , maka pada tahun 2004 jumlah hotel di Kabupaten Toba Samosir hanya ada 9 buah, sehingga jumlah hotel di WS Asahan menjadi 71 buah.
4 - 58
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.20.
No. 1 1 2 3 4
Kabupaten/Kota 2 Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Jumlah WS Asahan
2000 3 8 7 51 77 143
WS Asahan memiliki 15 hotel berbintang dan 56 buah hotel melati. Hotel berbintang terdiri dari hotel berbintang satu sebanyak 5 buah, bintang dua sebanyak 8 buah, bintang tiga sebanyak 1 buah dan bintang empat sebanyak 1 buah dapat dilihat pada Tabel 4.21. Tabel 4.21. Klasifikasi Hotel di WS Asahan
Kelas Hotel No. 1 1 2 3 4 Kabupaten/Kota 2 Kab. Asahan Kota Tanjung Balai Kab. Simalungun Kab. Toba Samosir Jumlah WS Asahan Sumber : Data diolah Bintang * 3 1 1 3 5 Bintang ** 4 Bintang *** 5 Bintang **** 6 Bintang ***** 7 Melati 8 11 7 35 3 56 Jumlah 9 12 7 43 9 71
5 3 8
4 - 59
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.4. 4.4.1.
yaitu :
Berikut ini adalah ketersediaan air di WS Asahan pada beberapa titik kontrol,
1) Inflow Danau Toba, dikaji dengan metode neraca air danau 2) Pos Duga Air Silau Simalungun, dikaji berdasarkan data debit di pos duga air 3) Pos Duga Air Silau-Kisaran Naga, dikaji berdasarkan data debit di pos duga air 4) Pos Duga Air Asahan-Pulau Raja, dikaji berdasarkan data debit di pos duga air 5) Tanjung Balai, yang merupakan outlet Sungai Asahan, dikaji berdasarkan analisis hujan-aliran (rainfall-runoff) model Sacramento pada Hymos. Perhitungan ketersediaan air tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.22. Tabel 4.22. Perhitungan Ketersediaan Air
Titik Kontrol Luas CA (km2) 3.464,0 482,5 1046,3 4.669,4 6.973,0 Qrata (m3/s) 112.67 15.78 55.7 151.04 200.88 Q80% (m3/s) 74.15 9.10 33.42 105.23 130.88
Inflow Danau Toba (Kab. Toba Samosir) Pos Silau-Simalungun (Kab. Simalungun) Pos Silau-Kisaran Naga (Kab. Asahan) Pos Asahan Pulau Raja (Kab. Asahan) Tanjung Balai
4.4.2.
Debit banjir rencana disuatu daerah pengaliran sungai dapat ditentukan melalui dua cara yaitu analisa frekuensi debit maksimum tiap tahun hasil pengamatan dan analisa curah hujan maksimum tiap tahun hasil pengamatan selanjutnya merupakan input kedalam model hidrologi untuk diproses menjadi debit banjir rencana. Sehubungan dengan data pengamatan debit banjir pada setiap pos duga air di sungai sangat terbatas, sedangkan data hujan yang tersedia cukup lengkap dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2006, maka debit banjir rencana dihitung dari curah hujan jam-jaman.
4 - 60
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 61
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
5 (%) 89.72
4.49 25.12 56.52 3.59
10 (%) 98.83
4.94 27.67 62.26 3.95
25 (%) 109.56
5.48 30.68 69.02 4.38
50 (%) 117.11
5.86 32.79 73.78 4.68
1 2 3 4
5 (%) 156.27
7.81 43.76 98.45 6.25
10 (%) 189.64
9.48 53.10 119.47 7.59
25 (%) 231.81
11.59 64.91 146.04 9.27
50 (%) 263.09
13.15 73.66 165.74 10.52
1 2 3 4
5 (%) 121.81
6.09 34.11 76.74 4.87
10 (%) 134.25
6.71 37.59 84.58 5.37
25 (%) 148.92
7.45 41.70 93.82 5.96
50 (%) 159.23
7.96 44.58 100.32 6.37
1 2 3 4
5 (%) 78.40
3.92 21.95 49.39 3.14
10 (%) 92.50
4.63 25.90 58.28 3.70
25 (%) 110.33
5.52 30.89 69.51 4.41
50 (%) 123.55
6.18 34.59 77.84 4.94
1 2 3 4
4 - 62
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
5 (%) 126.49
6.32 35.42 79.69 5.06
10 (%) 153.59
7.68 43.00 96.76 6.14
25 (%) 187.84
9.39 52.60 118.34 7.51
50 (%) 213.25
10.66 59.71 134.35 8.53
1 2 3 4
5 (%) 54.00
2.70 15.12 34.02 2.16
10 (%) 66.00
3.30 18.48 41.58 2.64
25 (%) 80.00
4.00 22.40 50.40 3.20
50 (%) 92.00
4.60 25.76 57.96 3.68
1 2 3 4
5 (%) 34.00
1.70 9.52 21.42 1.36
10 (%) 38.00
1.90 10.64 23.94 1.52
25 (%) 43.00
2.15 12.04 27.09 1.72
50 (%) 47.00
2.35 13.16 29.61 1.88
1 2 3 4
Periode Ulang Jam ke 2 (%) 37 1.85 10.36 23.31 1.48 5 (%) 51 2.55 14.28 32.13 2.04 10 (%) 61 3.05 17.08 38.43 2.44 25 (%) 73 3.65 20.44 45.99 2.92 50 (%) 82 4.10 22.96 51.66 3.28 100 (%) 91 4.55 25.48 57.33 3.64
1 2 3 4
4 - 63
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Periode Ulang Jam ke 2 (%) 106.15 5.31 29.72 66.87 4.25 5 (%) 171.86 8.59 48.12 108.27 6.87 10 (%) 215.36 10.77 60.30 135.67 8.61 25 (%) 270.33 13.52 75.69 170.31 10.81 50 (%) 311.11 15.56 87.11 196.00 12.44 100 (%) 351.59 17.58 98.45 221.50 14.06
1 2 3 4
Periode Ulang Jam ke 2 (%) 4.29 24.03 54.08 3.43 5 (%) 5.32 29.79 67.03 4.26 10 (%) 5.95 33.33 74.99 4.76 25 (%) 6.71 37.57 84.52 5.37 50 (%) 7.25 40.58 91.32 5.80 100 (%) 7.77 43.50 97.88 6.21
1 2 3 4
4 - 64
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
100 Thn
137.9 138.1 139.3 143.3 150.9 161.4 173.4 185.4 196.4 206.1 214.1 220.3 224.9 227.9 229.5 229.9 229.3 227.8 225.8 223.2 220.3 217.2 213.9 210.7 207.4 204.3 201.3 198.5 195.8 193.4 191.2 189.1 187.3 185.7 184.3 183.1 182.1 181.2 180.5 180.0 179.5 179.2 179.0 178.9 178.9 178.9 179.0 179.2
4 - 65
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
+-S.SILAU-TANJ.BALAI Debit Banjir ( m3/dtk ) Periode Ulang 2 Thn 5 Thn 10 Thn 25 Thn 50 Thn
16.9 17.0 18.0 22.0 30.8 43.4 57.9 72.5 86.2 98.4 108.4 116.3 121.9 125.6 127.4 127.5 126.3 124.0 120.7 116.8 112.3 107.6 102.6 97.5 92.5 87.5 82.7 78.1 73.7 69.6 65.7 62.1 58.8 55.7 52.9 50.4 48.1 46.0 44.2 42.5 41.0 39.7 38.6 37.6 36.7 36.0 35.3 34.8 16.9 17.0 18.3 23.0 32.9 46.9 62.7 78.5 92.9 105.4 115.7 123.6 129.2 132.7 134.3 134.2 132.8 130.2 126.8 122.7 118.1 113.2 108.1 103.0 97.9 92.9 88.1 83.5 79.1 75.1 71.3 67.8 64.5 61.6 58.9 56.5 54.3 52.4 50.7 49.2 47.9 46.7 45.7 44.8 44.1 43.5 43.0 42.6 16.9 17.0 18.5 23.7 34.3 49.2 66.0 82.6 97.9 111.2 122.1 130.5 136.5 140.2 142.0 142.0 140.6 137.9 134.4 130.2 125.4 120.3 115.1 109.8 104.5 99.3 94.4 89.6 85.1 80.9 77.0 73.5 70.2 67.2 64.5 62.0 59.8 57.9 56.2 54.7 53.4 52.3 51.3 50.5 49.8 49.3 48.8 48.5 16.9 17.1 18.6 24.3 35.5 51.1 68.7 86.2 102.3 116.2 127.7 136.6 142.9 146.9 148.8 149.0 147.6 145.0 141.4 137.1 132.3 127.1 121.7 116.3 110.9 105.7 100.7 95.8 91.3 87.1 83.1 79.5 76.2 73.2 70.5 68.1 66.0 64.1 62.4 61.0 59.8 58.7 57.8 57.1 56.5 56.1 55.7 55.4 16.9 17.1 18.7 24.5 36.0 52.0 70.0 87.9 104.4 118.7 130.5 139.6 146.2 150.3 152.4 152.6 151.3 148.8 145.2 140.9 136.1 130.9 125.6 120.2 114.8 109.5 104.5 99.7 95.2 90.9 87.0 83.5 80.2 77.2 74.6 72.2 70.2 68.3 66.7 65.4 64.2 63.2 62.4 61.8 61.2 60.8 60.6 60.4
100 Thn
16.9 17.1 18.8 24.7 36.2 52.3 70.4 88.5 105.2 119.7 131.7 141.0 147.8 152.1 154.3 154.6 153.4 151.0 147.5 143.3 138.6 133.5 128.2 122.9 117.6 112.4 107.5 102.7 98.3 94.2 90.4 86.9 83.7 80.8 78.3 76.0 74.0 72.3 70.8 69.5 68.5 67.6 66.9 66.3 65.9 65.6 65.4 65.3
4 - 66
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
*-S.ASAHAN Tj. BALAI Debit Banjir ( m3/dtk ) Periode Ulang 2 Thn 5 Thn 10 Thn 25 Thn 50 Thn
172.7 172.9 175.3 185.0 206.5 237.4 272.7 308.1 341.1 369.8 393.5 411.8 424.9 433.0 436.7 436.5 433.1 427.0 418.7 408.9 397.9 386.2 374.0 361.6 349.2 337.2 325.5 314.2 303.6 293.6 284.2 275.5 267.4 260.1 253.3 247.2 241.6 236.6 232.1 228.1 224.6 221.4 218.7 216.2 214.1 212.3 210.7 209.3 172.7 173.0 176.0 187.7 212.5 247.7 287.5 327.1 363.5 395.1 420.9 440.7 454.7 463.3 467.2 466.8 463.0 456.4 447.5 436.9 425.1 412.5 399.5 386.3 373.2 360.5 348.1 336.3 325.2 314.7 305.0 295.9 287.6 280.1 273.2 267.0 261.4 256.4 252.0 248.0 244.6 241.6 239.0 236.7 234.8 233.2 231.8 230.7 172.7 173.0 176.4 189.2 215.4 252.5 294.4 336.0 374.4 407.6 434.8 455.8 470.7 480.0 484.2 484.1 480.4 473.7 464.7 453.9 441.9 429.0 415.7 402.2 388.8 375.8 363.2 351.2 339.8 329.2 319.3 310.2 301.9 294.3 287.4 281.2 275.7 270.8 266.4 262.6 259.3 256.4 254.0 251.9 250.2 248.7 247.6 246.6 172.7 173.1 177.0 191.0 219.2 258.8 303.3 347.7 388.5 423.9 452.9 475.4 491.4 501.4 506.2 506.4 502.7 495.9 486.7 475.6 463.2 449.9 436.1 422.2 408.4 394.9 382.0 369.6 358.0 347.1 337.0 327.7 319.2 311.5 304.6 298.4 292.9 288.0 283.8 280.1 276.9 274.2 271.9 270.0 268.4 267.2 266.2 265.5 172.7 173.1 177.3 192.0 221.2 262.1 308.1 353.9 396.1 432.8 462.9 486.2 503.0 513.6 518.7 519.2 515.7 509.0 499.8 488.6 476.1 462.7 448.9 434.9 421.0 407.4 394.4 382.0 370.3 359.4 349.3 340.1 331.6 324.0 317.2 311.1 305.7 301.0 296.9 293.3 290.3 287.8 285.7 284.0 282.7 281.6 280.9 280.4
100 Thn
172.7 173.2 177.6 192.8 222.8 264.7 311.8 358.8 402.1 439.8 470.8 494.8 512.2 523.3 528.8 529.6 526.3 519.7 510.6 499.5 487.0 473.6 459.8 445.8 431.9 418.3 405.3 393.0 381.4 370.5 360.6 351.4 343.1 335.6 329.0 323.0 317.8 313.3 309.4 306.1 303.3 301.0 299.1 297.6 296.5 295.7 295.2 294.9
4 - 67
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
S. Asahan - P. Raja
240
230
220
210
200
190
180
Q ( m3/dtk )
170
160
150
140
130 0 10 20 30 40 50
4 - 68
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
150
140
130
120
110
100
90
80
70
Q ( m3/dtk )
60
50
40
30
20
10 0 10 20 30 40 50
4 - 69
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Q ( m3/dtk )
4 - 70
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.5. 4.5.1.
Analisis Kebutuhan Air Bersih dan Kualitas Air Sungai Kebutuhan Air Rumah Tangga,Perkotaan dan Industri (RKI)
Kab. Asahan 1 Kec.BP Mandoge 2 Kec. Bandar Pulau 3 Kec. Pulau Rakyat 4 Kec. Aek Kuasan 5 Kec. Sei Kepayang 6 Kec. Tanjung Balai 7 Kec. Simpang Empat 8 Kec. Air Batu 9 Kec. Buntu Pane 10 Kec. Meranti 11 Kec. Air Joman 12 Kec. Tanjung Tiram 13 Kec. Sei Balai 14 Kec. Talawi 15 Kec. Lima Puluh 16 Kec. Air Putih 17 Kec. Sei Suka 18 Kec. Medang Deras 19 Kec. Kisaran Barat 20 Kec. Kisaran Timur II Kota Tanjung Balai 1 Kec.Datuk Bandar 2 Kec. Tanjung Balai Selatan 3 Kec. Tanjung Balai Utara 4 Kec. Sei Tualang Raso 5 Kec. Teluk Nibung Sumber : BPS
4 - 71
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Perkiraan kebutuhan air bersih DAS Asahan dan prediksinya direncanakan dalam 4 tahap, yaitu : Tahun 2006, Tahun 2011, Tahun 2021 dan Tahun 2030 Perhitungan perkiraan kebutuhan air bersih mengacu pada Kebutuhan Air Rumah Tangga Perkotaan dan Industri (RKI) berdasarkan Pedoman Perencanaan Sumber Daya Air Buku 3, tentang Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Air RKI (DPU,2004). Komponen kebutuhan air, terdiri dari kebutuhan air rumah tangga, kebutuhan air perkotaan, dan kebutuhan air industri. 1). Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Air bersih adalah air yang diperlukan untuk rumah tangga, biasanya diperoleh secara individu dari sumber air yang dibuat oleh masing masing rumah tangga berupa sumur dangkal, atau dapat diperoleh dari layanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) PDAM. Dalam DAS Asahan akan diperhitungkan kebutuhan air bersih rumah tangga yang berasal dari SPAM PDAM dengan sumber air baku dapat berasal dari air sungai, mata air, sumur dalam atau kombinasinya. Kebutuhan air bersih rumah tangga, dinyatakan dalam satuan Liter/Orang/ Hari (L/O/H), besar kebutuhan tergantung dari kategori kota berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.26 yaitu : Tabel 4.26. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari Menurut Kategori Kota No
1 2 3 4
Kategori Kota
Semi Urban (Ibu Kota Kecamatan/Desa) Kota Kecil Kota Sedang Kota Besar
Jumlah Penduduk(Jiwa)
3.000 20.000 20.000 100.000 100.000 500.000 500.000 1.000.000
5 Metropolitan > 1.000.000 150 - 200 Sumber:Dirjen Cipta Karya,DPU,2006,Unit Pelayanan, Materi Pelatihan Penyegaran SDM Sektor Air Minum(Peningkatan Kemampuan Staf Profesional Penyelenggara SPAM)
DAS Asahan berada pada 4 Kabupaten, yaitu : (1). Kabupaten Asahan dengan penduduk 1,009,856 jiwa (Tahun 2004), menga lami peningkatan pada prediksi perencanaan 4 tahap, yaitu : (1). Tahun 2006 menjadi 1,050,860 jiwa ; (2) Tahun 2011, menjadi 1,160,803 jiwa; (3). Tahun 2021, menjadi 1,416,401 jiwa dan (4). Tahun 2030, menjadi 1,694,224 jiwa.
4 - 72
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
(2). Kota Tanjung balai dengan penduduk 150,991 jiwa (Tahun 2004), menga lami peningkatan pada prediksi perencanaan 4 tahap, yaitu : (1). Tahun 2006 menjadi 160,934 jiwa ; (2) Tahun 2011, menjadi 188,750 jiwa; (3). Tahun 2021, menjadi 259,637 jiwa dan (4). Tahun 2030, menjadi 345,939 jiwa. (3). Kabupaten Simalungun dengan penduduk 118,191 jiwa (Tahun 2004), mengalami peningkatan pada prediksi perencanaan 4 tahap, yaitu : (1). Tahun 2006 menjadi 113,511 jiwa; (2) Tahun 2011, menjadi 102,605 jiwa; (3). Tahun 2021, menjadi 83,835 jiwa dan (4). Tahun 2030, menjadi 69,898 jiwa. (4). Kabupaten Toba Samosir dengan penduduk 167,907jiwa (Tahun 2004), mengalami peningkatan pada prediksi perencanaan 4 tahap, yaitu : (1). Tahun 2006 menjadi 160,600 jiwa ;(2).Tahun 2011, menjadi 143,695 jiwa; (3). Tahun 2021, menjadi 115,035 jiwa dan (4). Tahun 2030, menjadi 94,163 jiwa. Mengacu pada ketentuan dari Dirjen Cipta Karya ditinjau dari jumlah penduduk DAS Asahan dalam tahun 2006 serta prediksinya pada tahun 2011, 2021 dan 2030 maka termasuk pada kategori kota kecil dan kota sedang, dengan keperluan air bersih yang berbeda untuk setiap kabupaten dan kota. Kebutuhan air bersih diasumsi terjadi kenaikan sebesar 1 % per tahun, maka pada setiap tahapan terjadi kenaikan kebutuhan air bersih rumah tangga, diuraikan pada Tabel 4.27 sebagai berikut : Tabel 4.27. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari di DAS Asahan berdasarkan Tahap Perencanaan Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga (L/O/H)
120 150 126 158 139 174 152 190
No
1
Tahap Perencanaan
Tahun 2006
Kriteria Kota
Kota Kecil Kota Sedang Metropolitan Kota Kecil Kota Sedang Metropolitan Kota Kecil Kota Sedang Metropolitan Kota Kecil Kota Sedang Metropolitan
Tahun 2011
3 4
4 - 73
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2). Kebutuhan Air Perkotaan Kebutuhan Air Perkotaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan air komersial dan sosial. Pada umumnya hampir semua pelayanan PDAM antara 15% sampai dengan 35% dari total air perpipaan untuk kebutuhan air komersial dan sosial seperti: toko, gudang, bengkel, sekolah, rumah sakit, hotel dsb. Ternyata makin besar dan padat penduduknya cenderung lebih banyak daerah komersial dan sosial, sehingga kebutuhan untuk air komersial dan sosial akan lebih tinggi jika penduduk makin banyak. Dalam perencanaan DAS Asahan kebutuhan air untuk perkotaan diasumsi sebesar 35 % dari kebutuhan air bersih rumah tangga, dengan nilai konstan dari masing masing tahapan perencanaan, sehingga sampai proyeksi kebutuhan tahun 2030 nilainya sama sebesar 35 %. Selain itu kebutuhan air bersih rumah tangga diperhitungkan pula untuk kehilangan air yang terdiri dari : (1).Kehilangan dalam proses sebesar 6 %; (2).Kehilangan air tidak terhitung yaitu sebesar 25 %. 3). Kebutuhan Air Industri Kebutuhan air untuk industri sangat kompleks, biasanya sesuai dengan klasifikasi jenis dan ukuran industrinya, namun korelasi antara jenis dan ukuran industri dengan kebutuhan air tersebut kurang nyata. Air yang digunakan setiap pabrik berbeda untuk masing masing jenisnya (pabrik tekstil berbeda dengan pabrik elektronik), selain itu tergantung pula pada ukuran pabrik, teknologi yang dipergunakan (umumnya yang lebih modern akan lebih efisien dalam penggunaan air), bahkan untuk setiap produk yang dikerjakan pada setiap saat. Sehingga, akan sulit menentukan perkirakan kebutuhan air untuk industri secara lebih akurat. Banyak pabrik mengambil air tanah dari sumur dalamnya sendiri dan untuk tambahan diperoleh dari PDAM walaupun masih dalam jumlah yang sedikit. Besar kebutuhan air bersih industri diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk terhadap kebutuhan per pekerja dan rata rata pelayanan, yaitu : KAI= %Px AP x RL........ ( Formula 1) Dimana : KAI = Kebutuhan Air Industri , L/O/H % Penduduk diasumsi pada tahap perencanaan awal, tahun 2006 sebesar 6 %, terjadi peningkatan sebesar 0,5 % setiap tahun, sehingga 4 - 74
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
ada kenaikan pada tahap perencanaan tahun 2011 menjadi sebesar 6,31 % tahun 2021 menjadi sebesar 6,97 % dan tahun 2030 menjadi sebesar 7,62 % % P = Persentase asumsi penduduk AP = Kebutuhan air industri per tenaga kerja, pada tahap awal diperhitungkan sebesar 500 L/O/H, terjadi peningkatan sebesar 1 % setiap tahun, sehingga ada kenaikan pada tahap perencanaan tahun 2011 menjadi sebesar 526 L/O/H; tahun 2021 menjadi sebesar 580 L/O/H dan tahun 2030 menjadi sebesar 635 L/O/H. RL = Rerata Layanan, diperhitungkan konstan sebesar 70 %.
Selain itu kebutuhan air industri diperhitungkan pula untuk kehilangan air yang terdiri dari : (1). Kehilangan dalam proses sebesar 6 %; (2). Kehilangan air tidak terhitung yaitu sebesar 25 %. Penjelasan kebutuhan air bersih rumah tangga dan perkotaan (RK) dan untuk kebutuhan air Industri untuk setiap tahapan, diuraikan dalam Tabel 4.28.
4 - 75
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.28. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri Berdasarkan Tahapan Perencanaan di DAS Asahan
No
Tahapan Perencanaan dan Kriteria Jumlah Penduduk Tahun 2006, dg. penduduk: 20.000 - 100.000 jiwa 100.000 - 500.000 jiwa >1.000.000 jiwa Tahun 2011, dg . Penduduk 20.000 - 100.000 jiwa 100.000 - 500.000 jiwa >1.000.000 jiwa Tahun 2021, dg . Penduduk 20.000 - 100.000 jiwa 100.000 - 500.000 jiwa >1.000.000 jiwa Tahun 2030, dg . Penduduk 20.000 - 100.000 jiwa 100.000 - 500.000 jiwa >1.000.000 jiwa
Perkotaan
(2)=35%x R
I 1 2 3 II 1 2 3 III 1 2 3 IV 1 2 3
35 42 53
6% 6% 6%
21 21 21
30 30 30
37 44 55
23 23 23
33 33 33
41 49 61
28 28 28
40 40 40
44 53 67
34 34 34
48 48 48
4 - 76
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Prediksi air bersih sesuai tahapan perencanaan dari setiap kecamatan dihitung menurut jumlah penduduk kabupaten di DAS Asahan dimana kecamatan tersebut terletak, dalam Tabel 4.29 diuraikan besarnya konsumsi air bersih rumah tangga dan perkotaan, serta industri menurut setiap tahapan perencanaan berdasarkan kabupaten. Tabel 4.30 ringkasan penduduk dan kebutuhan air bersih saat ini dan prediksinya yang akan memudahkan untuk perhitungan RKI di DAS Asahan untuk masing masing tahapan. Tabel 4.29. Prediksi Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga-Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030
Tahapan Perencanaan No. I a b c II a b c III a b c IV a b c Karaketeristik per Kabupaten Kab. Asahan Jumlah Penduduk, Jiwa Konsumsi Air Bersih Rumah tangga dan Perkotaan , L/O/H Konsumsi Air Bersih Industri Kota Tanjung Balai Jumlah Penduduk, Jiwa Konsumsi Air Bersih Rumah tangga dan Perkotaan , L/O/H Konsumsi Air Bersih Industri Kab. Simalungun Jumlah Penduduk, Jiwa Konsumsi Air Bersih Rumah tangga dan Perkotaan , L/O/H Konsumsi Air Bersih Industri Kab. Toba Samosir Jumlah Penduduk, Jiwa Konsumsi Air Bersih Rumah tangga dan Perkotaan , L/O/H Konsumsi Air Bersih Industri Tahun 2006
1,050,860 287 30
Tahun 2011
1,160,803 302 33
Tahun 2021
1,416,401 333 40
Tahun 2030
1,694,224 365 48
160,934 230 30
188,750 242 33
345,939 292 48
113,511 230 30
102,605 242 33
69,898 243 48
160,600 230 30
143,695 242 33
115,035 267 40
94,163 243 48
4 - 77
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.30. Prediksi Jumlah Penduduk DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030
No
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2 1 2 3 4 5 3 1 2 3 4 5 6
Kabupaten/Kota/Kec
Kab. Asahan Kec.BP Mandoge Kec. Bandar Pulau Kec. Pulau Rakyat Kec. Aek Kuasan Kec. Sei Kepayang Kec. Tanjung Balai Kec. Simpang Empat Kec. Air Batu Kec. Buntu Pane Kec. Meranti Kec. Air Joman Kec. Tanjung Tiram Kec. Sei Balai Kec. Talawi Kec. Lima Puluh Kec. Air Putih Kec. Sei Suka Kec. Medang Deras Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur Total Kota Tanjung Balai Kec.Datuk Bandar Kec. Tanjung Balai Selatan Kec. Tanjung Balai Utara Kec. Sei Tualang Raso Kec. Teluk Nibung Total Kab. Simalungun Kec.Dolok Pardamean Kec. Purba Kec. Dolok Panribuan Kec. Silimakuta Kec.Sidamanik Kec. Pem Sidamanik Total
Jumlah Penduduk ( Jiwa) di WS Asahan Tahun 2006 Tahun 2011 Tahun 2021 Tahun 2030
32,911 53,807 32,003 44,121 39,501 34,238 53,635 72,001 54,233 63,583 60,628 60,492 34,992 55,489 86,968 47,796 52,523 46,126 58,170 67,642 1,050,860 59,935 23,133 18,182 23,110 36,574 160,934 13,923 17,291 18,064 21,021 28,381 14,830 113,511 36,354 59,436 35,351 48,737 43,634 37,820 59,246 79,534 59,907 70,235 66,971 66,821 38,653 61,295 96,067 52,797 58,019 50,952 64,256 74,719 1,160,803 70,294 27,132 21,325 27,104 42,895 188,750 12,585 15,630 16,329 19,002 25,654 13,406 102,605 44,359 72,523 43,135 59,468 53,242 46,148 72,292 97,047 73,098 85,700 81,717 81,535 47,164 74,791 117,220 64,422 70,794 62,171 78,404 91,172 1,416,401 96,694 37,321 29,334 37,283 59,005 259,637 10,283 12,771 13,342 15,526 20,961 10,953 83,835 53,060 86,748 51,596 71,132 63,685 55,199 86,471 116,083 87,436 102,510 97,746 97,527 56,416 89,461 140,213 77,058 84,680 74,365 93,783 109,055 1,694,224 128,834 49,726 39,084 49,676 78,618 345,939 8,573 10,647 11,124 12,944 17,476 9,132 69,898
4 - 78
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.30. Prediksi Jumlah Penduduk DAS Asahan Tahun 2006 sampai Tahun 2030 (lanjutan)
No
4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kabupaten/Kota/Kec
Kab. Toba Samosir Kec. Balige Kec. Laguboti Kec. Habinsaran Kec. Borbor Kec. Silaen Kec. Sigumpar Kec. Porsea Kec. Pintu Pohan Meranti Kec. Lumban Julu Kec. Uluan Kec. Ajibata Total
Jumlah Penduduk ( Jiwa) di WS Asahan Tahun 2006 Tahun 2011 Tahun 2021 Tahun 2030
45,349 16,208 19,090 7,205 10,146 6,336 23,615 7,583 10,693 7,921 6,455 160,600 40,575 14,502 17,081 6,447 9,078 5,669 21,129 6,785 9,567 7,087 5,776 143,695 32,482 11,609 13,674 5,161 7,268 4,538 16,915 5,432 7,659 5,673 4,624 115,035 26,589 9,503 11,193 4,225 5,949 3,715 13,846 4,446 6,269 4,644 3,785 94,163
4.5.1.2. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga dan Industri (RKI)
Proyeksi kebutuhan air bersih rumah tangga dan industri (RKI) untuk DAS Asahan dari setiap tahapan perencanaan ditunjukkan pada Tabel dihitung berdasarkan jumlah proyeksi penduduk yang ada di DAS Asahan wilayah administratif kecamatan yang dilaluinya dapat dilihat pada Tabel 4.31 sampai dengan 4.34.
4 - 79
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.31. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2006
No. 1 Kabupaten/Kota, Kecamatan Air Rumah TanggaPerkotaan Jml Orang Tahun 2006 Kriteria Kebutuhan L/O/H L/H 32,911 53,807 32,003 44,121 39,501 34,238 53,635 72,001 54,233 63,583 60,628 60,492 34,992 55,489 86,968 47,796 52,523 46,126 58,170 67,642 1,050,860 59,935 23,133 18,182 23,110 36,574 160,934 13,923 17,291 18,064 21,021 28,381 14,830 113,511 45,349 16,208 19,090 7,205 10,146 6,336 23,615 7,583 10,693 7,921 6,455 160,600 1,485,905 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 287 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 230 9,445,510 15,442,469 9,184,785 12,662,603 11,336,881 9,826,293 15,393,191 20,664,423 15,564,917 18,248,317 17,400,142 17,361,317 10,042,816 15,925,391 24,959,954 13,717,447 15,074,229 13,238,108 16,694,722 19,413,364 301,596,878 13,785,019 5,320,637 4,181,936 5,315,244 8,411,921 37,014,756 3,202,271 3,976,940 4,154,758 4,834,884 6,527,579 3,411,014 26,107,446 10,430,228 3,727,753 4,390,807 1,657,195 2,333,668 1,457,223 5,431,366 1,744,091 2,459,283 1,821,748 1,484,721 36,938,083 401,657,163 Air Industri Kriteria Kebutuhan L/O/H L/H 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 987,335 1,614,195 960,082 1,323,617 1,185,040 1,027,139 1,609,044 2,160,044 1,626,995 1,907,490 1,818,830 1,814,772 1,049,772 1,664,675 2,609,054 1,433,879 1,575,703 1,383,774 1,745,093 2,029,271 31,525,806 1,798,046 693,996 545,470 693,293 1,097,207 4,828,012 417,688 518,731 541,925 630,637 851,423 444,915 3,405,319 1,360,465 486,229 572,714 216,156 304,391 190,073 708,439 227,490 320,776 237,619 193,659 4,818,011 44,577,148 Kebutuhan Air Rumah (L/H) 10,432,845 17,056,664 10,144,867 13,986,221 12,521,921 10,853,431 17,002,235 22,824,467 17,191,911 20,155,807 19,218,972 19,176,088 11,092,588 17,590,066 27,569,008 15,151,327 16,649,933 14,621,883 18,439,815 21,442,635 333,122,684 15,583,065 6,014,633 4,727,406 6,008,536 9,509,128 41,842,767 3,619,959 4,495,671 4,696,683 5,465,521 7,379,003 3,855,929 29,512,765 11,790,693 4,213,982 4,963,521 1,873,350 2,638,059 1,647,295 6,139,805 1,971,581 2,780,059 2,059,367 1,678,381 41,756,093 446,234,311 (L/det) 121 197 117 162 145 126 197 264 199 233 222 222 128 204 319 175 193 169 213 248 3,856 180 70 55 70 110 484 42 52 54 63 85 45 342 136 49 57 22 31 19 71 23 32 24 19 483 5,165
Kab. Asahan Kec.BP Mandoge Kec. Bandar Pulau Kec. Pulau Rakyat Kec. Aek Kuasan Kec. Sei Kepayang Kec. Tanjung Balai Kec. Simpang Empat Kec. Air Batu Kec. Buntu Pane Kec. Meranti Kec. Air Joman Kec. Tanjung Tiram Kec. Sei Balai Kec. Talawi Kec. Lima Puluh Kec. Air Putih Kec. Sei Suka Kec. Medang Deras Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur Total 2 Kota Tanjung Balai 1 Kec.Datuk Bandar 2 Kec. Tanjung Balai Selatan 3 Kec. Tanjung Balai Utara 4 Kec. Sei Tualang Raso 5 Kec. Teluk Nibung Total 3 Kab. Simalungun 1 Kec.Dolok Pardamean 2 Kec. Purba 3 Kec. Dolok Panribuan 4 Kec. Silimakuta 5 Kec.Sidamanik 6 Kec. Pem Sidamanik Total 4 Kab. Toba Samosir 1 Kec. Balige 2 Kec. Laguboti 3 Kec. Habinsaran 4 Kec. Borbor 5 Kec. Silaen 6 Kec. Sigumpar 7 Kec. Porsea 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 9 Kec. Lumban Julu 10 Kec. Uluan 11 Kec. Ajibata Total Total DAS Asahan Th.2006 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4 - 80
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.32. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan, Tahun 2011
No. 1 Kabupaten/Kota, Kecamatan Air Rumah TanggaPerkotaan Jml Orang Tahun 2011 Kriteria Kebutuhan L/O/H L/H 36,354 59,436 35,351 48,737 43,634 37,820 59,246 79,534 59,907 70,235 66,971 66,821 38,653 61,295 96,067 52,797 58,019 50,952 64,256 74,719 1,160,803 70,294 27,132 21,325 27,104 42,895 188,750 12,585 15,630 16,329 19,002 25,654 13,406 102,605 40,575 14,502 17,081 6,447 9,078 5,669 21,129 6,785 9,567 7,087 5,776 143,695 1,595,853 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 10,979,035 18,009,067 10,746,683 14,864,650 13,352,017 11,610,740 18,247,830 24,576,136 18,571,216 21,843,139 20,894,848 20,915,047 12,137,158 19,307,787 30,357,269 16,736,491 18,449,903 16,253,558 20,561,795 23,984,886 362,399,253 17,011,197 6,565,852 5,160,656 6,559,197 10,380,605 45,677,508 3,045,622 3,782,395 3,951,515 4,598,371 6,208,263 3,244,154 24,830,319 9,819,189 3,523,870 4,167,740 1,579,451 2,233,267 1,400,197 5,239,950 1,689,410 2,391,745 1,778,806 1,455,499 35,279,123 468,186,203 Air Industri Kriteria Kebutuhan L/O/H L/H 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 33 34 35 36 37 33 33 33 33 33 33 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 1,199,696 2,020,819 1,237,283 1,754,516 1,614,460 1,437,160 2,310,602 3,181,377 2,456,193 2,949,877 2,879,739 2,940,134 1,739,402 2,819,550 4,515,163 2,534,232 2,842,910 2,547,580 3,277,036 3,885,402 50,143,130 2,319,709 922,475 746,376 975,748 1,587,117 6,551,425 415,312 515,781 538,843 627,051 846,581 442,385 3,385,953 1,338,980 493,052 597,832 232,083 335,898 215,415 824,024 271,391 392,246 297,649 248,359 5,246,928 65,327,436 Kebutuhan Air Rumah (L/H) 12,178,731 20,029,886 11,983,965 16,619,166 14,966,476 13,047,900 20,558,431 27,757,512 21,027,409 24,793,016 23,774,587 23,855,181 13,876,560 22,127,337 34,872,433 19,270,723 21,292,812 18,801,138 23,838,831 27,870,289 412,542,382 19,330,905 7,488,328 5,907,032 7,534,945 11,967,723 52,228,933 3,460,934 4,298,176 4,490,358 5,225,421 7,054,844 3,686,538 28,216,272 11,158,169 4,016,921 4,765,571 1,811,533 2,569,165 1,615,612 6,063,975 1,960,801 2,783,992 2,076,454 1,703,858 40,526,052 533,513,639 (L/det) 141 232 139 192 173 151 238 321 243 287 275 276 161 256 404 223 246 218 276 323 4,775 224 87 68 87 139 605 40 50 52 60 82 43 327 129 46 55 21 30 19 70 23 32 24 20 469 6,175
Kab. Asahan Kec.BP Mandoge Kec. Bandar Pulau Kec. Pulau Rakyat Kec. Aek Kuasan Kec. Sei Kepayang Kec. Tanjung Balai Kec. Simpang Empat Kec. Air Batu Kec. Buntu Pane Kec. Meranti Kec. Air Joman Kec. Tanjung Tiram Kec. Sei Balai Kec. Talawi Kec. Lima Puluh Kec. Air Putih Kec. Sei Suka Kec. Medang Deras Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur Total 2 Kota Tanjung Balai 1 Kec.Datuk Bandar 2 Kec. Tanjung Balai Selatan 3 Kec. Tanjung Balai Utara 4 Kec. Sei Tualang Raso 5 Kec. Teluk Nibung Total 3 Kab. Simalungun 1 Kec.Dolok Pardamean 2 Kec. Purba 3 Kec. Dolok Panribuan 4 Kec. Silimakuta 5 Kec.Sidamanik 6 Kec. Pem Sidamanik Total 4 Kab. Toba Samosir 1 Kec. Balige 2 Kec. Laguboti 3 Kec. Habinsaran 4 Kec. Borbor 5 Kec. Silaen 6 Kec. Sigumpar 7 Kec. Porsea 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 9 Kec. Lumban Julu 10 Kec. Uluan 11 Kec. Ajibata Total Total DAS Asahan Th.2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4 - 81
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.33. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan Tahun 2021
No. 1 Kabupaten/Kota, Kecamatan Air Rumah TanggaPerkotaan Jml Orang Tahun 2021 Kriteria Kebutuhan L/O/H L/H 44,359 72,523 43,135 59,468 53,242 46,148 72,292 97,047 73,098 85,700 81,717 81,535 47,164 74,791 117,220 64,422 70,794 62,171 78,404 91,172 1,416,401 96,694 37,321 29,334 37,283 59,005 259,637 10,283 12,771 13,342 15,526 20,961 10,953 83,835 32,482 11,609 13,674 5,161 7,268 4,538 16,915 5,432 7,659 5,673 4,624 115,035 1,874,908 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 267 268 269 270 271 222 223 224 225 226 227 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 14,771,648 24,222,698 14,450,176 19,981,202 17,942,494 15,597,885 24,506,860 32,996,016 24,926,454 29,309,489 28,028,911 28,047,904 16,271,737 25,877,691 40,675,469 22,418,774 24,706,991 21,759,720 27,519,823 32,092,443 486,104,383 25,817,294 10,002,084 7,890,814 10,066,512 15,990,298 69,767,003 2,282,834 2,847,850 2,988,526 3,493,268 4,737,224 2,486,410 18,836,112 8,672,815 3,111,264 3,678,338 1,393,453 1,969,533 1,234,383 4,617,710 1,488,246 2,106,183 1,565,858 1,280,795 31,118,578 605,826,076 Air Industri Kriteria Kebutuhan L/O/H L/H 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 40 41 42 43 44 40 41 42 43 44 45 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 1,774,372 2,973,445 1,811,664 2,557,118 2,342,640 2,076,641 3,325,415 4,561,214 3,508,709 4,199,313 4,085,847 4,158,265 2,452,552 3,963,924 6,329,900 3,543,197 3,964,446 3,543,726 4,547,435 5,379,131 71,098,953 3,867,759 1,530,170 1,232,023 1,603,185 2,596,211 10,829,348 411,322 523,596 560,349 667,602 922,291 492,901 3,578,060 1,299,298 475,977 574,313 221,920 319,777 204,218 778,076 255,283 367,625 277,997 231,190 5,005,673 90,512,034 Kebutuhan Air Rumah (L/H) 16,546,020 27,196,143 16,261,839 22,538,320 20,285,134 17,674,526 27,832,275 37,557,230 28,435,163 33,508,801 32,114,758 32,206,169 18,724,289 29,841,615 47,005,369 25,961,971 28,671,437 25,303,445 32,067,258 37,471,574 557,203,336 29,685,053 11,532,254 9,122,836 11,669,698 18,586,509 80,596,351 2,694,156 3,371,446 3,548,874 4,160,870 5,659,515 2,979,310 22,414,172 9,972,113 3,587,241 4,252,651 1,615,373 2,289,310 1,438,600 5,395,786 1,743,529 2,473,808 1,843,855 1,511,986 36,124,251 696,338,110 (L/det) 192 315 188 261 235 205 322 435 329 388 372 373 217 345 544 300 332 293 371 434 6,449 344 133 106 135 215 933 31 39 41 48 66 34 259 115 42 49 19 26 17 62 20 29 21 17 418 8,059
Kab. Asahan Kec.BP Mandoge Kec. Bandar Pulau Kec. Pulau Rakyat Kec. Aek Kuasan Kec. Sei Kepayang Kec. Tanjung Balai Kec. Simpang Empat Kec. Air Batu Kec. Buntu Pane Kec. Meranti Kec. Air Joman Kec. Tanjung Tiram Kec. Sei Balai Kec. Talawi Kec. Lima Puluh Kec. Air Putih Kec. Sei Suka Kec. Medang Deras Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur Total 2 Kota Tanjung Balai 1 Kec.Datuk Bandar 2 Kec. Tanjung Balai Selatan 3 Kec. Tanjung Balai Utara 4 Kec. Sei Tualang Raso 5 Kec. Teluk Nibung Total 3 Kab. Simalungun 1 Kec.Dolok Pardamean 2 Kec. Purba 3 Kec. Dolok Panribuan 4 Kec. Silimakuta 5 Kec.Sidamanik 6 Kec. Pem Sidamanik Total 4 Kab. Toba Samosir 1 Kec. Balige 2 Kec. Laguboti 3 Kec. Habinsaran 4 Kec. Borbor 5 Kec. Silaen 6 Kec. Sigumpar 7 Kec. Porsea 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 9 Kec. Lumban Julu 10 Kec. Uluan 11 Kec. Ajibata Total Total DAS Asahan Th.2021 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4 - 82
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.34. Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Perkotaan dan Industri DAS Asahan, Tahun 2030
Kabupaten/Kota, Kecamatan Air Rumah TanggaPerkotaan Jml Orang Tahun 2030 Kriteria Kebutuhan L/O/H L/H 53,060 86,748 51,596 71,132 63,685 55,199 86,471 116,083 87,436 102,510 97,746 97,527 56,416 89,461 140,213 77,058 84,680 74,365 93,783 109,055 1,694,224 128,834 49,726 39,084 49,676 78,618 345,939 8,573 10,647 11,124 12,944 17,476 9,132 69,898 26,589 9,503 11,193 4,225 5,949 3,715 13,846 4,446 6,269 4,644 3,785 94,163 2,204,223 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 292 293 294 295 296 243 244 245 246 247 248 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 19,366,998 31,749,864 18,935,602 26,176,698 23,499,791 20,423,749 32,080,905 43,182,746 32,613,670 38,338,796 36,654,567 36,670,307 21,268,698 33,816,290 53,140,671 29,282,013 32,262,955 28,407,521 35,918,817 41,877,048 635,667,706 37,619,609 14,569,857 11,490,761 14,654,441 23,270,781 101,605,448 2,083,351 2,597,986 2,725,271 3,184,338 4,316,653 2,264,817 17,172,416 6,461,075 2,318,684 2,742,301 1,039,234 1,469,402 921,260 3,447,570 1,111,511 1,573,573 1,170,290 957,569 23,212,470 777,658,040 Air Industri Kriteria Kebutuhan L/O/H L/H 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 48 49 50 51 52 48 49 50 51 52 53 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 2,546,893 4,250,665 2,579,782 3,627,749 3,311,624 2,925,564 4,669,458 6,384,546 4,896,422 5,843,078 5,669,240 5,754,117 3,384,939 5,457,126 8,693,197 4,854,650 5,419,499 4,833,741 6,189,666 7,306,672 98,598,627 6,184,045 2,436,597 1,954,211 2,533,480 4,088,110 17,196,443 411,526 521,727 556,178 660,168 908,769 484,013 3,542,381 1,276,262 465,637 559,653 215,451 309,348 196,882 747,666 244,532 351,076 264,708 219,522 4,850,738 124,188,189 Kebutuhan Air Rumah (L/H) 21,913,890 36,000,528 21,515,384 29,804,447 26,811,415 23,349,313 36,750,363 49,567,292 37,510,093 44,181,874 42,323,807 42,424,424 24,653,637 39,273,416 61,833,868 34,136,663 37,682,453 33,241,262 42,108,482 49,183,721 734,266,332 43,803,654 17,006,454 13,444,972 17,187,920 27,358,891 118,801,891 2,494,877 3,119,713 3,281,449 3,844,506 5,225,422 2,748,831 20,714,797 7,737,337 2,784,322 3,301,954 1,254,685 1,778,750 1,118,142 4,195,236 1,356,044 1,924,649 1,434,999 1,177,091 28,063,207 901,846,228 (L/det) 254 417 249 345 310 270 425 574 434 511 490 491 285 455 716 395 436 385 487 569 8,498 507 197 156 199 317 1,375 29 36 38 44 60 32 240 90 32 38 15 21 13 49 16 22 17 14 325 10,438
No. 1
Kab. Asahan Kec.BP Mandoge Kec. Bandar Pulau Kec. Pulau Rakyat Kec. Aek Kuasan Kec. Sei Kepayang Kec. Tanjung Balai Kec. Simpang Empat Kec. Air Batu Kec. Buntu Pane Kec. Meranti Kec. Air Joman Kec. Tanjung Tiram Kec. Sei Balai Kec. Talawi Kec. Lima Puluh Kec. Air Putih Kec. Sei Suka Kec. Medang Deras Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur Total 2 Kota Tanjung Balai 1 Kec.Datuk Bandar 2 Kec. Tanjung Balai Selatan 3 Kec. Tanjung Balai Utara 4 Kec. Sei Tualang Raso 5 Kec. Teluk Nibung Total 3 Kab. Simalungun 1 Kec.Dolok Pardamean 2 Kec. Purba 3 Kec. Dolok Panribuan 4 Kec. Silimakuta 5 Kec.Sidamanik 6 Kec. Pem Sidamanik Total 4 Kab. Toba Samosir 1 Kec. Balige 2 Kec. Laguboti 3 Kec. Habinsaran 4 Kec. Borbor 5 Kec. Silaen 6 Kec. Sigumpar 7 Kec. Porsea 8 Kec. Pintu Pohan Meranti 9 Kec. Lumban Julu 10 Kec. Uluan 11 Kec. Ajibata Total Total DAS Asahan Th.2030 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4 - 83
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.5.2.
4.5.2.1. Kualitas Air Kawasan Danau Toba 4.5.2.1.1. Gambaran Umum Kawasan Danau Toba (KDT)
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan merupakan danau caldera tektonic terbesar di dunia, yang juga merupakan danau ke 9 terdalam di dunia (Lehmusluoto et.all 1995). Danau Toba terletak 98.24' - 99.20' BT. Daerah tangkapan air Danau Toba 176 km selatan kota 2,269 km2 dan luas Medan dan secara geografi berada antara kordinat 2.10 - 3.0 LU dan antara permukaan 1,786 km2 termasuk Pulau Samosir seluas 640 km di tengahnya. Elevasi muka air danau tertinggi 905 m diatas permukaan laut. Panjang danau sekitar 87 km dan lebar maksimum 31,5 km dengan elevasi danau 905 m di atas permukaan laut (Joesron, 2000). Secara administratif pada kawasan Danau Toba terdapat 5 kabupaten yaitu Toba Samosir, Tapanuli Utara, Simalungun, Karo dan Dairi. Sebanyak 202 sungai bersumber dari Danau Toba, yang terbesar dan terpanjang adalah sungai Asahan. Panjang garis pantai Danau Toba total 441,7479 km, dengan panjang pada masing-masing kabupaten adalah sebagai berikut : Kabupaten Toba Samosir 312,8201 km, Kabupaten Simalungun 73,7088 km, Kabupaten Tapanuli Utara 33,5045 km, Kabupaten Dairi 19,2516 km dan Kabupaten Karo 12,4630 km (Fakultas Geografi UGM, 2000). Potensi ekologi dan ekonomi danau sangat penting untuk menunjang
pengembangan sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik sehingga potensi danau tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, namun kelestarian ekosistem danau tetap terjaga.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
7. Halian 8. Simare 9. Aek Bolon 10. Mandosi 11. Gopgopan 12. Tongguran 13. Mongu 14. Kijang 15. Sinabung 16. Ringo 17. Prembakan 18. Sipultakhuda 19. Silang Debit aliran masuk dan keluar Danau Toba telah diteliti oleh berbagai lembaga penelitian dan universitas. Menurut hasil kegiatan Fakultas Geografi UGM (tahun 2000), debit aliran masuk dari sub DTA berdasarkan curah hujan rata-rata sebesar 3.877,6 juta M3 atau 122,96 m3/detik. Pada tahun terbasah, debit rata-rata sebesar 8.704,6 juta m3 atau 276 m3/detik, sedangkan pada tahun terkering debit rata-rata 909,3 juta m3 atau 28,83 m3 /detik. Sungai Asahan merupakan satu-satunya pelepasan (outlet) Danau Toba. yang dimanfaatkan untuk PLTA Asahan mulai tahun 1982. Tinggi muka air minimal (normal) yang diperlukan adalah 904 m. Pada musim kering tahun 1997-1998 terjadi penurunan tinggi muka air dibawah normal yaitu mencapai 902,28 m. Mulai tahun 1996-1998, tinggi muka air Danau Toba mengalami penurunan sampai mencapai batas terendah pada tahun 1998. Hal ini disebabkan karena menurunnya debit masukan efektif (Joesron, 2000).
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
bawahnya yang relatif lebih dingin disebut hypolimnion. Garis pembatas kedua lapisan tersebut dinamakan termoklin, dan lapisan ini berada pada bagian yang paling curam (Gambar 4.18).
Gambar 4.18. Stratifikasi Air Pada Danau 1. Stratifikasi Danau Toba di Balige Perubahan temperatur air Danau Toba di Balige dari permukaan sampai dasar sangat kecil sekali, hampir tidak terlihat perubahan suhu yang nyata, sehingga sulit untuk menentukan termoklin, lapisan epilimnion dan lapisan hypolimnion. Hasil pengukuran menunjukan termoklin berada pada kedalaman 50 m, sehingga dari permukaan sampai pada kedalaman 50 m merupakan lapisan epilimnion dan dari 50 m sampai ke dasar merupakan lapisan hypolimnion (Gambar 4.19). Perubahan suhu yang tidak mencolok ini menunjukan penetrasi sinar matahari cukup jauh kedalam, termasuk tidak subur hal ini ditandai dengan kecerahan yang mencapai 11,5 m.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2. Stratifikasi Danau Toba di Parapat Seperti halnya di Balige, perubaban suhu Danau Toba di Parapat dari permukaan sampai dasar danau sangat kecil, tidak terdapat perubahan suhu yang ekstrim. Berdasarkan hasil pengukuran suhu garis termoklin berada pada 20 m sehingga pada kedalaman antara permukaan air sampai pada kedalaman 20 m merupakan lapisan epilimnion dan dari 20 m sampai kedasar merupakan lapisan hypolimnion, kecerahan pada daerah ini mencapai 14 m (Gambar 4.20).
Gambar 4.20. Stratifikasi Danau Toba - Parapat 3. Stratifikasi Danau Toba di Haranggaol Penentuan garis termoklin pada Danau Toba di Haranggaol lebih sulit lagi karena tidak terdapat perubahan suhu yang ekstrim, keadaan ini disebabkan penetrasi sinar matahari yang cukup dalam dan dapat dilihat dari hasil pengukuran kecerahan, pengukuran kecerahan mencapai 15,0 m (Gambar 4.21). Berdasarkan pengukuran, garis thermoklin berada pada kedalaman 20 m, sehingga dari permukaan sampai pada kedalaman 20 m merupakan daerah epilimnion dan dari 20 m sampai ke dasar merupakan daerah hypolimnion.
4 - 87
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Gambar 4.21. Stratifikasi Danau Toba - Haranggaol 4. Kualitas Air Danau Toba Secara umum sifat fisik, kimia dan biologi Danau Toba di tiga lokasi di tengah danau (sekitar 500m dari pantai Haranggaol, Balige dan Parapat) pada tahun 2002 (Puslitbang SDA) tidak banyak berubah dibandingkan sepuluh tahun lalu yaitu tahun 1992 (Puslitbang SDA bekerjasama dengan Universitas Helsinki, Finlandia). Kecerahan air mencapai 11 m 14 m, dan kadar nutrisi (senyawa N dan P) masih relatif rendah sehingga perairan danau masih tergolong oligotrofik. Oksigen terlarut masih terdeteksi sampai ke dasar danau dengan kedalaman antara 200 m 500 m. Indek keanekaragaman hayati masih cukup tinggi dan fitoplankton didominasi oleh spesies yang biasa terdapat pada perairan alami seperti Diatomea. Kualitas air Danau Toba tergolong oligotropik dengan termoklin tinggi. Kejernihan air mencapai 13,5 - 15,0 m, kadar oksigen terlarut terdapat pada seluruh kedalaman. Kadar nitrogen terdeteksi antara 0,1 - 1,186 mg/l N dan total fosfor antara tidak terdeteksi sampai dengan 0,061 mg/l. Kadar khlorofil-a antara 1,21 - 1,93 mg/m3 . Komunitas phitoplankton sangat beragam. Ganggang yang dominan pada danau ini adalah Denticula tenuis. Meskipun demikian pada beberapa tempat disekitar permukiman dan jaring apung (Parapat, Haranggaol, Muara dan Pangururan) terlihat gejala eutrofikasi dengan pertumbuhan eceng 4 - 88
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
gondok. Meskipun Danau Toba tergolong oligotropik namun sangat sensitive terhadap penambahan nitrogen dan fosfor. (Lehmusluoto et all, 1995). Keadaan ini sangat berbeda dengan kualitas air pada pesisir permukiman dan Keramba Jala Apung di Parapat, Haranggaol, Muara, dan Pangururan, terdeteksi kadar nutrisi yang lebih tinggi dan pertumbuhan eceng gondok yang cukup subur. Memburuknya kualitas air pada perairan danau sekitar permukiman dan KJA ini disebabkan kurangnya pengendalian terhadap sumber pencemaran dari saluran limbah peternakan dan permukiman serta kurangnya pengawasan terhadap penataan lokasi KJA dan pemberian pakan ikan pada KJA. a. Kualitas Air Danau Toba di Balige
Kualitas air tahun 2002, menunjukkan pH air berkisar dari netral sampai basa yaitu dari 7,08 sampai 8,0. Kadar oksigen terlarut (DO) masih baik, hal ini ditunjukan dari kadar oksigen terlarut yang masih tinggi. Kadar DO diatas 6,0 mg/L terjadi dari permukaan air sampai pada kedalaman 30 meter dan turun menjadi 4,0 mg/L pada kedalaman 50 m. Sedangkan pada kedalaman 100 sampai 200 m kadar DO turun menjadi 1,15 mg/L. Kandungan bahan organik yang dinyatakan sebagai BOD, COD dan nilai KMn04, dari permukaan sampai pada kedalaman 200 m relatif kecil yaitu BOD berkisar antara 0,43-1,4 mg/L, COD tidak terdeteksi (dibawah 5 mg/L) serta nilai KMn04 antara 3,0-4,5 mg/L. Hasil analisis kadar golongan fosfat dan nitrat juga relatif kecil, kadar orto fosfat berkisar antara 0,016 - 0,042 mg/L, total fosfat antara 0,028-0,092 mg/L. Kadar nitrat berkisar dari tidak terdeteksi sampai 0,089 mg/L dan nitrogen organik berkisar antara 0,004 sampai 0,120 mg/L. Logam yang terdeteksi hanya logam besi, mangan dan seng. Dapat disimpulkan kualitas air Danau Toba di Balige belum tercemar dan kondisinya tidak jauh berbeda dengan hasil pemantauan kualitas air selama sepuh tahun , dimana pada tahun 1992 pada lokasi yang sama, pH air berkisar antara. 7,1 sampai 8,2. Kadar DO diatas 6,0 mg/L terjadi dari permukaan air sampai pada kedalaman 50 meter dan turun menjadi 3,49 mg/L pada kedalaman 100 m. Sedangkan pada kedalaman 200 sampai 400 m, kadar DO menjadi 0,4 mg/L. Kandungan bahan organik yang dinyatakan sebagai COD dari permukaan sampai pada kedalaman 400 m tidak terdeteksi (kadar<5 mg/L). Hasil analisis kadar golongan fosfat dan nitrat juga relatif kecil, kadar orto fosfat berkisar antara tidak terdeteksi sampai 0,02 mg/L dan total fosfat antara 0,01-0,03 mg/L. Kadar nitrat berkisar dari 0,02-0,05 mg/L dan nitrogen organik berkisar
4 - 89
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
antara 0,08 sampai 0, 120 mg/L. Logam yang terdeteksi sama dengan hasil pemantauan tahun 2002 yaitu logam besi, mangan dan seng. b. Kualitas Air Danau Toba di Parapat
Kualitas air Danau Toba di Parapat sama halnya seperti di Balige (Tahun 2002). Air danau dari permukaan sampai ke dasar mempunyai pH berkisar antara normal sampai sedikit basa yaitu antara 7,17 - 8,2. Kadar DO lebih besar dari 6 mg/L terjadi pada permukaan sampai pada kedalaman 20 m, kemudian kadar DO antara 5 6 mg/L mulai dari 25 m sampai 50 m, pada kedalaman 100 m kadar DO berkisar antara. 1,5 - 2,88 mg/L. Kadar BOD, COD dan nilai KMn04 yang menggambarkan banyaknya zat organik relatif kecil. Kadar BOD dari permukaan-dasar waduk berkisar antara 0,29 - 2,3 mg/L, COD tidak terdeteksi (lebih kecil dari 5 mg/L) serta nilai KMn04 berkisar antara 2,38 - 13,60 mg/L. Kadar orto fosfat dan total fosfat dari permukaan sampai dasar masing-masing berkisar antara 0,012 - 0,35 mg/L dan 0,22 - 0,070 mg/L. Kadar nitrat dan nitrit pada lokasi dari permukaan sampai dasar tidak terdeteksi. Kadar organik nitrogen berkisar antara tidak terdeteksi sampai 0,007 mg/L. Kadar logam yang terdeteksi hanya logam besi, mangan dan seng. c. Kualitas Air Danau Toba di Haranggaol
Nilai pH air Danau Toba di Haranggaol tahun 2002 seperti di lokasi lainnya berkisar antara netral sampai sedikit basa yaitu berkisar antara 7,70 sampai 8,1. Kadar DO di daerah ini cukup tinggi yaitu lebih dari 6 mg/L terjadi dipermukaan waduk sampai pada kedalaman 30 m, sedangkan antara. 30 - 50 m kadar DO lebih kecil dari 5,0 mg/L, setelah itu mulai dari 50 m kadar DO turun terus sampai 1,92 pada kedalaman 400 m. Kandungan zat organik yang dinyatakan dengan nilai BOD, COD dan nilai KMn04, juga relatif kecil yaitu BOD berkisar antara 1,4 - 4,58 mg/L, kadar COD tidak terdeteksi (lebih kecil dari 5 mg/L) dan nilai KMn04 berkisar antara 1,47 - 4,80 mg/L. Kadar orto fosfat dan total fosfat masing-masing, berkisar antara 0,05 - 0,042 mg/L dan 0,010 - 0,066. Senyawaan nitrat dan nitrit pada lokasi ini tidak terdeteksi, nitrogen total 0,006 - 0,007 mg/L. Hasil pemantauan kualitas air pada lokasi ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan hasil pemantauan yang dilaksanakan pada tahun 1992, dimana pH air berkisar antara netral sarnpai sedikit basa yaitu berkisar antara 7,3 sampai 8,2. Kadar DO di daerah ini cukup tinggi yaitu lebih dari 6 mg/L terjadi dipermukaan waduk sampai pada kedalaman 50 m, sedangkan antara 100 - 200 m kadar DO lebih kecil dari 5,0 mg/L, setelah itu mulai dari 200 m kadar DO turun terus sampai 0,07 pada 4 - 90
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
kedalaman 495 m. Kandungan zat organik yang dinyatakan dengan nilal tidak terdeteksi (lebih kecil dari 5 mg/L). Kadar orto fosfat dan total fosfat masing-masing berkisar antara tidak terdeteksi sampai 0,02 mg/L dan tidak terdeteksi sampai 0,03. Senyawaan nitrat 0,04 - 0,08 mg/I dan nitrit pada lokasi ini tidak terdeteksi, sedangkan nitrogen total 0, 13 - 0,26 mg/L. 5. Hidrobiologi danau (Bakteri koli tinja dan koli total ) a. Danau Toba Jumlah bakteri koli tinja yang merupakan indikator pencemaran limbah tinja dari manusia dan hewan berkiasar antara 0 - 4,0 x 101 Jml/100 ml dan jumlah koli total berada antara 1,2 x 101 - 8,0 x 102 Jml/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau Toba masih tergolong baik dan pencemaran oleh limbah tinja belum mengkhawatirkan. Dengan jumlah bakteri koli tinja tertinggi 4,0 x 101 jml/100ml dan koli total 8,0 x 102 jml/10 ml di lokasi Parapat, secara keseluruhan menggambarkan bahwa perairan Danau Toba masih layak digunakan sebagai sumber air baku air minum sesuai dengan standar kelas I menurut PP No 82 tahun 2001. b. Kualitas Air Sungai yang Masuk ke Danau Toba Diantara 5 (lima) sungai yang masuk ke Danau Toba yang diteliti, Sungai Halian yang terletak di Balige Kabupaten Tapanuli Utara merupakan sungai yang mengandung jumlah bakteri koli tinja dan koli total tertinggi masing-masing sebesar 2,5 x 104 sel/100ml dan 5,8 x 105 sel/100ml. Sedangkan S. Asahan yang merupakan satu-satunya sungai yang mengalir keluar dari Danau Toba jumlah bakterinya paling kecil yaitu bakteri koli tinja 2,0 x 102 set/100ml dan koli total 1,0 X 104 sel/100ml. Pada umumnya sungai-sungai yang diteliti lainnya yang mengalir menuju Danau Toba seperti Aek Limboto, S. Suhat, S. Binanga 3, dan S.Naborosahan jumlah bakterinya cukup tinggi rata-rata lebih dari 103 sel/100ml. Secara visual di lapangan, tingginya jumlah bakteri tersebut dikarenakan lokasi sungai berada di daerah pemukiman dan perkotaan (seperti Aek Limboto yang melalui pasar) dan lebar badan sungai relatif sempit.
4 - 91
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
c. Plankton (fitoplankton dan zooplankton) Kelompok ganggang hijau (Chlorophyta) merupakan kelompok fitoplakton dengan jumlah jenis spesies terbanyak dijumpai yaitu 10 jenis, diikuti oleh kelompok diatom (Bacillariophyceae-Crysophyta) sebanyak 6 jenis, Cyanophyta 5 jenis, Pyrrophyta, Rhodophyta, Xantophyceae dan Crysophyceae (Crysophiyta) masing-masing 1 jenis spesies. Untuk kelompok zooplankton ditemukan 5 jenis spesies yang termasuk ke dalarn kelas Crustacea, Rotifera, Ciliata dan Nematoda. Jika ditinjau dari jenis spesies yang didapatkan di tiga lokasi perairan Danau Toba terutama untuk kelompok Diatoma seperti Melosira, Diatoma vulgare, Diatoma sp, Cyclotella, Nitschia dan Surirella serta Staurastrum dari kelompok Chlorophyta menunjukkan bahwa perairan tersebut masih tergolong kondisi oligotrofik alfa. Namun untuk lokasi Parapat, perairannya sudah mulai menuju kondisi oligotrofik beta. Keadaan ini ditunjang oleh sedikitnya jenis diatoma yang ditemukan disamping dijumpainya kelompok Crustacea seperti Nauplius yang relatif banyak dan Cyclops, juga terdapatnya Mycrocytis dan Anabaena. Kehadiran kelompok Crustacea ini menandakan bahwa pada lokasi tersebut mengandung cukup banyak zat organik. Pada lokasi Haranggaol ditemukan fitoplankton Mycrocystis dalam jumlah relatif banyak, sehingga kualitas airnya perlu dicermati dengan baik. Hasil perhitungan Indeks Keanekaragaman (IK) menunjukkan bahwa nilai IK tertinggi didapatkan di Balige sebesar 2,42 dan terendah di Parapat yaitu 2,10. Adapun nilai IK di Haranggaol adalah 2,19 dimana nilai ini tidak berbeda jauh dengan IK di Parapat. Dengan nilai-nilai IK yang cukup tinggi ini menunjukkan beraneka ragamnya biota air yang terkandung di perairan Danau Toba, mengisyaratkan belum tercemarnya perairan tersebut.
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
berkisar antara 1,0 - 4,64 mg/L, namun COD cukup tinggi yaitu berkisar antara 7,5 - 31,0 mg/L, tertinggi terjadi di S. Suhat dan dan terendah di S. Halian. Nilai KMn04 yang terendah terjadi di S. Halian sebesar 7,80 mg/L dan tertinggi di S. Suhat sebesar 33,0 mg/L. Kadar orto fosfat dan fosfat total yang cukup besar terjadi di S. Binanga 3 dan S. Suhat masing-masing 0,266 mg/L dan 0,477 mg/L untuk orto fosfat 0,559 mg/L dan 0,886 mg/L untuk total fosfat. Kandungan nitrat hanya terdeteksi di S. Silimbat dan S. Suhat masing-masing 0,010 mg/L dan 0,018 mg/L, air sungai hampir semuanya mengandung nitrit, kecuall S. Halian. Logam yang terdeteksi hanya besi, mangan dan seng. Tabel 4.35. Kualitas Air Sungai yang Masuk ke Danau Toba
No. 1. 2. 3. 4. 5. Sungai S. Halian S. Silimbat S. Binaga Tiga S. Suhat S. Naborsahan Orto-P (mg/L) 0,042 0,124 0,299 0,477 0,072 Tot-P (mg/L) ,078 0,234 0,599 0,886 0,138 DO (mg/L) 6,70 5,86 4,80 6,50 7,10 BOD (mg/L) 1,5 2,4 4,6 2,4 2,3 COD (mg/L) 7,5 29 21 31 8,9 Kmn04 (mg/L) 7,8 30 20 33 9,4 Debit (mg/L) 2,52 0,3487 0,0790 0,1262 3,4029
Kualitas air sungai yang keluar dari D. Toba Kualitas S. Asahan yang merupakan outflow Danau Toba menunjukan pH air 7,8; kandungan oksigen cukup tinggi yaitu 6,91; BOD cukup rendah 1,0 mg/l namun COD cukup tinggi yaitu 26 mg/L dan KMnO4 sebesar 27 mg/L. Kadar nitrat dan nitrit tidak terdeteksi dan nitrogen organik sebesar 0,26 mg/L, logam yang terdeteksi besi, mangan dan seng.
4 - 93
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6. 4.6.1.
Erosi merupakan proses pengikisan dan perpindahan partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh tenaga air. Erosi akan menyebabkan hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur dan mengakibatkan kerusakan lahan. Jika proses ini terus berlangsung, dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas lahan dan perubahan lingkungan. Faktor yang menentukan laju besarnya erosi dapat dipengaruhi, keadaan iklim terutama curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, vegetasi dan tindakan manusia. Keterkaitan antara ekosistem bagian hulu dan hilir sangat penting dilihat dari sisi konservasi. Dari aspek konservasi maka tempat-tempat yang diprioritaskan dikelola adalah lokasi bagian hulu, baik bagian hulu sungai maupun bagian hulu anak sungai. Hal ini disebabkan makin ke arah hulu makin besar wilayah yang akan dipengaruhinya. Ekosistem bagian hulu (DTA. D. Toba) sebenarnya terdiri dari banyak sungai dan anak sungai, namun demikian dapat dikelompokkan menjadi 26 sungai besar, dengan rincian 18 sungai berada mengelilingi Danau Toba (diluar D. Toba) dan 8 sungai berada di pulau Samosir (dikeliligi D.Toba) sebagaimana diperlihatkan Tabel 4.36. Demikian juga halnya dengan ekosistem bagian hilir banyak sungai-sungai kecil yang mengalir ke sungai Asahan dan seterusnya ke Tanjung Balai dan bermuara di Selat Malaka. Ekosistem bagian hilir seluas 333.210 ha, dapat dikelompokkan menjadi menjadi 3 Sub DAS, yaitu : (1) DAS Piasa 32.990 ha atau 9,90 %, (2) DAS Silau seluas 83.820 ha atau 25,16 %, dan (3) DAS Asahan seluas 216.40076 ha atau 64,94 %. Pada ketiga DAS tersebut mengalir beberapa sungai, sungai-sungai tersebut merupakan sub DAS dari ketiganya, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.37. Uraian erosi dan sedimentasi akan dibagi kedalam ekosistem hulu (DTA. D.Toba) dan ekosistem bagian hilir, yaitu WS Asahan.
4 - 94
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 95
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6.1.1. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian Hulu 4.6.1.1.1. Erosi Eksisting DTA. Toba Tahun 2006
Nilai erosi merupakan informasi yang diperlukan dalam menyusun kebijakan pengelolaan suatu sub basin. Besar kecilnya erosi dalam kajian ini ditentukan dari erodibilitas tanah (K), erosivitas hujan (R), kemiringan (LS) dan penutupan lahan dan manajemen konservasi tanah (CP), dengan menggunakan data tersebut dihitung erosi dengan USLE. Erodibilitas dipengaruhi jenis tanah. Jenisjenis tanah di DTA D. Toba menurut kepakaan terhadap erosi baik yang mengelilingi D. Toba, maupun di Pulau Samosir, jika diurutkan jenis tanah secara umum urutan yang paling peka terhadap erosi adalah tanah regosol, tanah aluvial, tanah andosol, tanah litosol, tanah podsolik dan tanah latosol. Erodibilitas mengandung makna peka tidaknya tanah terhadap daya hancur butiran curah hujan dan gerusan partikel yang terbawa oleh aliran permukaan. Makna angka erodibilitas adalah semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, maka makin mudah tanah tererosi. Erosi yang diakibatkan curah hujan pada ekosistem bagian hulu menurut kabupaten yang termasuk sebagai DTA Danau Toba berturut-turut adalah : pada kabupaten Humbang Hasundutan didekati dari data curah hujan pada stasiun Siborong-borong; pada kabupaten Tobasa diprediksi dari data curah hujan di stasiun Balige dan Porsea; pada kabupaten Samosir menggunakan data stasiun Pangururan, Mogang dan Ambarita: pada kabupaten Simalungun menggunakan data stasiun Parapat, Sidamanik dan Aek Nauli/Tj. Dolok; pada kabupaten Dairi dan Karo menggunakan data dari stasiun Situnggaling. Hasil penentuan erosi permukaan eksisting Nilai erosivitas (R) curah hujan ditentukan pada setiap sub DAS berdasarkan curah hujan rata-rata dari sejumlah stasiun pengamat curah hujan terdekat dengan suatu sub basin / Sub DAS. Nilai erodiblitas tanah merupakan kepekaan tanah terhadap erosi (K) untuk setiap sub DAS basin DTA. D.Toba. Nilai indeks kemiringan lereng juga (LS) merupakan rata-rata lereng suatu basin. Nilai faktor penutupan lahan ditentukan berdasarkan rata-rata penutupan lahan pada suatu basin/Sub DAS.
4 - 96
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Berdasarkan nilai-nilai indeks erosi diatas, ditentukan nilai erosi rata-rata aktual pada setiap sub basin sebagaimana disajikan pada Tabel 4.37. Penentuan Bobot Erosi untuk Kedalaman Efektif kurang dari 30 Cm berpedoman pada kriteria berikut. Kelas 1 2 3 4 Kisaran Erosi (to/ha/th) 0 s/d < 5 5 s/d < 10 10 s/d < 15 > 15 Bobot Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Nilai R (4)
Nilai K (5)
Nilai LS (6)
Nilai Cp (7)
7.935 9.356 8.304 10.968 3.799 7.800 9.822 14.920 36.536 9.672 7.271 19.674 11.074 9.489 14.037
125.846,94 120.174,74 118.090,06 120.365,21 107.777,27 138.973,69 116.238,23 113.855,38 101.027,44 107.777,27 115.704,49 99.355,63 118.379,69 103.121,15 117.464,25
0,171 0,643 0,329 0,331 0,617 0,311 0,181 0,173 0,471 0,133 0,102 0,121 0,297 0,273 0,339
0,0108 0,0230 0,0026 0,0019 0,0006 0,0014 0,0199 0,0139 0,0007 0,0126 0,0179 0,0163 0,0008 0,0121 0,0004
0,020 0,010 0,100 0,130 0,630 0,180 0,011 0,013 0,430 0,020 0,014 0,020 0,280 0,020 0,360
4,630 17,784 9,926 9,900 25,059 10,578 4,604 3,552 15,263 3,600 2,964 3,910 8,191 6,835 6,383
Rendah Sangat Berat Sedang Sedang Sangat Berat Sedang Rendah Rendah Berat Rendah Sangat rendah Rendah Sedang Rendah Sedang
4 - 97
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.37. Erosi Aktual Masing-Masing Sub Basin WS DTA. D. Toba (Lanjutan)
Sub basin (1) 16 17 18 Luas (Ha) (3) 721 6.331 7.152 194.861 10.826 Nilai K (5) 0,151 0,309 0,167 5,119 0,284 Nilai LS (6) 0,0112 0,0009 0,0206 0,1676 0,0093 Nilai Cp (7) 0,020 0,280 0,023 2,561 0,142 Erosi Aktual (ton/ha/thn) (8) 4,014 8,480 7,443 153,12 8,51 Bobot Erosi (9) Rendah Sedang Rendah
Nama Sungai (2) Aek. Togu Aek. Siparbue Aek. Sitobu Jumlah A Rata-rata A
B 1 2 3 4 5 6 7 8
Didalam DTA P. SAMOSIR Bah. Simala Bah. Sigumbang Bah. Bolon Bah. Silabung Bah. Guluan Bah. Arun Bah. Simaratuang Bah. Sitiung-tiung Jumlah B Rata-rata B 5.553 7.428 5.390 6.171 11.848 11.227 8.675 8.447 64.739 8.092 77.640,28 77.640,28 77.640,28 108.079,05 102.798,56 82.478,76 77.640,28 87.393,59 691.311,08 86.413,89 0,341 0,583 0,487 0,480 0,479 0,171 0,131 0,187 2,859 0,357 0,0182 0,0001 0,0007 0,0007 0,0005 0,0165 0,0331 0,0085 0,0782 0,0098 0,021 0,650 0,510 0,430 0,591 0,025 0,021 0,027 2,275 0,284 10,118 2,059 13,783 14,865 13,393 5,821 7,068 3,764 70,87 8,86 Sedang Sangat Berat Berat Berat Berat Rendah Rendah Rendah
Rata-rata A + B 18.918 200.134 0,642 0,0191 0,427 17,37 Keterangan : Erosi Permukaan (Sheet Erotion) Erosi Permukaan Pada Kedalam Efektif 0 SD 30 Cm
4 - 98
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
(a) Dasar dan Asumsi Yang Digunakan dalam Prediksi Prediksi erosi dan sedimentasi pada masing masing sub basin berdasarkan waktu merupakan informasi yang berharga dalam pengelolaan sub basin dilihat dari sisi konservasi. Berhubung data time series erosi tidak tersedia, maka perkiraan erosi dilakukan dengan asumsi : (1) Erosivitas hujan relatif tetap sampai tahun 2030, (2) sifat erodiblitas tanah relatif konstan sampai tahun 2030, (3) Faktor kelerengan tetap sampai 2030, Salah satu faktor penting dalam menentukan besar kecilnya erosi dan sedimentasi (tidak bisa diasumsikan tetap) adalah tindakan konservasi tanah dan penutupan lahan. Variabel konservasi lahan sangat tergantung tata guna lahan, sedangkan variabel penutupan lahan sangat tergantung dari upaya rehablitasi dan penghijauan yang akan dilakukan. Baik variabel tindakan konservasi lahan maupun penutupan lahan sangat dipengaruhi kebijakan tata ruang wilayah kawasan D. Toba . (b) Faktor Kecenderungan Alokasi Tata Guna Lahan Kurang Tepat Sebagian jenis tanah yang merupakan jenis-jenis tanah yang mempunyai tingkat perkembangan relatif muda, dimana struktur dan konsistensi tanahnya belum terbentuk secara maksimum atau kompak sehingga mengakibatkan nilai erodibilitas tanah-tanah di sekitar Danau Toba relatif tinggi terutama pada lahan-lahan berbukit dan berlereng curam sampai sangat curam. Banyak dijumpai lahan atau tanah yang mempunyai kedalaman solum dangkal (3060 cm) bahkan sangat dangkal (< 30 cm), dimana diantaranya telah terbuka bagian bahan induk tanahnya. Kondisi ini ditemui pada lahan datar sampai agak landai, misalnya lahan-lahan antara Dolok Sanggul sampai Tele. Terdapat lahan-lahan yang tererosi berat, justru hanya ditumbuhi oleh pohon-pohon atau perdu yang kurang dapat menekan erosi, bahkan sebagian hanya ditumbuhi oleh rumput teki atau gundul, sedangkan pada lahan tingkat erosi rendah justru ditumbuhi oleh pohon yang dapat menekan laju erosi. Aktifitas manusia relatif cukup tinggi pada lahan-lahan yang berlereng curam dan bersolum tipis sehingga menyebabkan tingginya laju erosi. Kondisi ini banyak dijumpai terutama pada Pulau Samosir.
4 - 99
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Faktor Kecenderungan Penggunaan Lahan Kurang Optimal Penggunaan marjinal. Banyaknya kondisi lahan pada kelerengan curam (>40 %) dan solum tanah tipis sehingga kondisi tanah kurang subur dan tidak produktif. Pada kelerengan tidak terlalu curam (<25 %) penduduk masing berusaha memanfaatkan lahan dengan penanaman palawija, dengan praktekpraktek konservasi tanah yang tidak memadai. Bahkan sering dijumpai penduduk melakukan pembukaan alang-alang dengan cara pembakaran untuk mendapatkan tumbuhnya rumput-rumput/tumbuhan muda yang dapat dimakan oleh ternak. Faktor Kecenderungan Permasalahan Sosial Ekonomi Adaya Enclave usaha tani di wilayah hutan lindung (wilayah konservasi), tanaman yang diusahakan adalah tanaman palawija. Pengolahan lahan kering yang menggunakan traktor, mengganggu guludan dan teras yang dibuat. Hal ini dilakukan oleh penduduk karena adanya anggapan bahwa guludan atau teras dapat mengurangi produksi. Adanya usaha tani palawija pada kemiringan > 40 % di wilayah kawasan lindung. Kebiasaan penduduk membakar alang-alang untuk pengembalaan ternak, akan mengganggu upaya konservasi dengan sistem vegetatif, sedangkan kemampuan penduduk untuk melakukan secara mandiri sangat kecil jika tidak ada bantuan dari pihak luar. (c) Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian BPDAS AsahanBarumun berkerja sama dengan UNPAD (2000), memperlihatkan nilai erodibilitas disekitar DTA. D. Toba bervariasi mulai dari 0,181 sampai 0,541. Kemiringan lereng merupakan salah satu komponen penentu erosi, pada lahan curam dan sangat curam, erosi akan tinggi. Kawasan DTA D. Toba sebagian besar berlereng curam sampai sangat curam. Terkait dengan kemiringan lereng, hasil penelitian BPDAS dengan UNPAD (2000) menemukan hal yang sama sebagaimana pada Tabel 4.38. lahan belum optimal sehingga banyak dijumpai
4 - 100
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.38.
Hubungan Kemiringan Lereng (Slope) Dengan Kelas Tingkat Bahaya Erosi Beserta Luasnya di DTA Danau Toba
No. Urut 1
25 - 40 %
15 - 25 %
8 - 15 %
0-8%
Luas Ha 28.319 538 79 25.875 5.031 727 9.911 3.490 2.377 33.325 21.169 27.169 22.901 27.072 52.174 260.150
% 10.89 0.20 0.03 9.95 2.0 0.28 3.81 1.34 0.90 12.81 8.14 10.44 8.80 10.41 20.05 100.00
Sumber : BPDAS AsahanBarumun (2000) Keterangan: SB = Sangat Berat, B = Berat, S = Sedang; R= Ringan; SR = Sangat Ringan
Hasil Penelitian yang dilakukan Balai Litbang Kehutanan Pematang Siantar, mengemukakan jika lahan ditanami dengan cara mencampur tanaman semusim dapat menurunkan erosi secara nyata. Lebih lanjut, hasil penelitian yang dilakukan BPDAS Asahan Barumun bekerja sama dengan UNPAD memperlihatkan hasil bahwa dengan melakukan tindakan konservasi yang benar erosi dapat menurunkan erosi secara signifikan seperti diperlihatkan Tabel 4.39.
4 - 101
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.39. Ringkasan Hasil Penelitian Dampak Konservasi Terhadap Erosi di DTA Danau Toba
I 1.1 a b c d e 1.2 1.3 Uraian Eksisting 1998 Tanpa konservasi DTA D. Toba Luas erosi berat s/d sangat berat Luas sangat ringan, ringan, sedang Luas total Erosi rata-rata (ton/ha/thn) Prediksi dengan upaya konservasi (RTL) Erosi rata-rata (ton/ha/thn) Perbaikan jika RTL dilakukan Luas (Ha) 129.424,5 130.741,5 260.166,0 330,0 85.854.780 85,47 juta ton /thn (260.166 ha) 4,08 juta ton/thn (260.166 ha) 84 jutan ton/thn turun erosi Erosi total (ton/ha/thn) Keterangan
4084606,2 (81.770.174)
II 2.1 a b 2.2 a b
LITBANG SIANTAR- DAS Naborasaon (Penggunaan lahan tanaman semusim) Eksisting 1998 Tanpa campuran DTA D. Toba Erosi eksisting tanaman semusim Penggunaan lahan campuran 300 ha Uraian DTA D. Toba
4,3 juta ton/thn (260.166 ha) 1,5 juta ton/thn c Perbaikan 5,8 1511564,46 (260.166 ha) Sumber : Disarikan dari berbagai hasil penelitian BPDAS Asahan Barumun dan Balai Litbang Kehutanan P. Siantar Hasil penelitian (erosi turun) 16,72
Keterangan
4 - 102
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Hasil Prediksi Erosi Tahun 2010, 2015 dan 2030 Berpijak tolak dari asumsi dan uraian diatas, maka prediksi peningkatan laju erosi per tahun per basin seperti disajikan pada Tabel 4.40 Berdasarkan nilai prediksi laju erosi per tahun seperti Tabel 4.40, dapat dibuat proyeksi erosi : Besarnya erosi dan bobotnya/tingkatannya dalam ton/ha/thn pada Tahun 2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.41. Total erosi tahunan dari setiap sub basin pada Tahun 2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.42. Perkembangan erosi dari tahun 2005 dan prediksi tahun 2010, tahun 2015 dan tahun 2030 disajikan Gambar Peta 4.22. Tabel 4.40. No. A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 B 1 2 3 4 5 6 7 8 Hasil Prediksi Erosi Tahunan Masing-masing Sub Basin Asahan Toba Nama Sungai Diluar DTA D. Toba Aek. Gopgopan Aek. Sigumbang Aek. Haranggaol Aek. Naborsahon Aek. Situnggaling Aek. Ringgo Aek. Parembakan Aek. Tulas Aek. Silang Aek. Bodang Aek. Tonguran Aek. Mandosi Aek. Bolon Aek. Simare Aek. Halian Aek. Togu Aek. Siparbue Aek. Sitobu Didalam DTA P. Samosir Bah. Simala Bah. Sigumbang Bah. Bolon Bah. Silabung Bah. Guluan Bah. Arun Bah. Simaratuang Bah. Sitiung-tiung Nilai Peningkatan Erosi (ton/ha/thn) 0,457 0,633 0,521 0,511 0,611 0,517 0,452 0,455 0,553 0,457 0,409 0,453 0,511 0,456 0,523 0,458 0,517 0,527 0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 0,452 4 - 103
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.41. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn ) Serta Bobotnya DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030
Prediksi Peningkatan Erosi (ton/ha/th) (4) 0,457 0,633 0,521 0,511 0,611 0,517 0,452 0,455 0,553 0,457 0,409 0,453 0,511 0,456 0,523 Prediksi Erosi 2006 (ton/ha/th) (5) 4,630 17,784 9,926 9,900 25,059 10,578 4,604 3,552 15,263 3,600 2,964 3,910 8,191 6,835 6,383 Bobot (6) Rendah Sangat Berat Sedang Sedang Sangat Berat Sedang Rendah Rendah Berat Rendah Sangat rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Prediksi Erosi 2010 (ton/ha/th) (7) 6,458 20,316 12,010 11,944 27,503 12,646 6,412 5,372 17,475 5,428 4,600 5,722 10,235 8,659 8,475 Bobot (8) Rendah Sangat Berat Berat Berat Sangat Berat Berat Rendah Rendah Sangat Berat Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Predisi Erosi 2015 (ton/ha/th) (9) 8,743 23,481 14,615 14,499 30,558 15,231 8,672 7,647 20,240 7,713 6,645 7,987 12,790 10,939 11,090 Bobot (10) Sedang Sangat Berat Berat Berat Sangat Berat Berat Rendah Rendah Sangat Berat Sedang Rendah Sedang Berat Sedang Sedang Prediksi Erosi 2030 (ton/ha/th) (11) 15,598 32,976 22,430 22,164 39,723 22,986 15,452 14,472 28,535 14,568 12,780 14,782 20,455 17,779 18,935 Berat Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Berat Berat Sangat Berat Berat Berat Berat Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Bobot
No (1) A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Sungai (2) Diluar DTA D. TOBA Aek. Gopgopan Aek. Sigumbang Aek. Haranggaol Aek. Naborsahon Aek. Situnggaling Aek. Ringgo Aek. Parembakan Aek. Tulas Aek. Silang Aek. Bodang Aek. Tonguran Aek. Mandosi Aek. Bolon Aek. Simare Aek. Halian
Luas (Ha) (3) 7.935 9.356 8.304 10.968 3.799 7.800 9.822 14.920 36.536 9.672 7.271 19.674 11.074 9.489 14.037
4 - 104
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.41. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn ) Serta Bobotnya DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 (Lanjutan)
Prediksi No (1) 16 17 18 Nama Sungai (2) Aek. Togu Aek. Siparbue Aek. Sitobu Jumlah A Rata-rata A B 1 2 3 4 5 6 7 8 Didalam DTA P. SAMOSIR Bah. Simala Bah. Sigumbang Bah. Bolon Bah. Silabung Bah. Guluan Bah. Arun Bah. Simaratuang Bah. Sitiung-tiung Jumlah B Rata-rata B Rata-rata A + B Luas (Ha) (3) 721 6.331 7.152 194.861 10.826 Peningkatan Erosi (ton/ha/th) (4) 0,458 0,517 0,527 9,021 0,501 Prediksi Erosi 2006 (ton/ha/th) (5) 4,014 8,480 7,443 153,116 8,506 Sedang Bobot (6) Rendah Sedang Rendah Prediksi Erosi 2010 (ton/ha/th) (7) 5,846 10,548 9,551 189,200 10,511 Sedang Bobot (8) Rendah Sedang Sedang Predisi Erosi 2015 (ton/ha/th) (9) 8,136 13,133 12,186 234,305 13,017 Berat Bobot (10) Sedang Berat Berat Prediksi Erosi 2030 (ton/ha/th) (11) 15,006 20,888 20,091 369,620 20,534 Sangat Berat Bobot
5.553 7.428 5.390 6.171 11.848 11.227 8.675 8.447 64.739 8.092 18.918
0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 0,452 4,173 0,522 1,023
10,118 2,059 13,783 14,865 13,393 5,821 7,068 3,764 70,871 8,859 17,365
Sedang Sangat Berat Berat Berat Berat Rendah Rendah Rendah Sedang
12,230 4,599 15,999 17,077 15,557 7,637 8,892 5,572 87,563 10,945 21,456
Berat Rendah Berat Sangat Berat Berat Sedang Sedang Rendah Sedang
14,870 7,774 18,769 19,842 18,262 9,907 11,172 7,832 108,428 13,554 26,570
Berat Sedang Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Sedang Sedang Sedang Berat
22,790 17,299 27,079 28,137 26,377 16,717 18,012 14,612 171,023 21,378 41,912
Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Sangat Berat Berat Sangat Berat
4 - 105
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.42. Hasil Prediksi Total Erosi (ton/ Km 2) Setiap Sub Basin DTA D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030
No. (1) A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Sungai (2) Di luar D. Toba Aek. Gopgopan Aek. Sigumbang Aek. Haranggaol Aek. Naborsahon Aek. Situnggaling Aek. Ringgo Aek. Parembakan Aek. Tulas Aek. Silang Aek. Bodang Aek. Tonguran Aek. Mandosi Aek. Bolon Aek. Simare Aek. Halian Aek. Togu Aek. Siparbue Aek. Sitobu Jumlah A Rata-rata A Luas (Ha) (3) 7.935 9.356 8.304 10.968 3.799 7.800 9.822 14.920 36.536 9.672 7.271 19.674 11.074 9.489 14.037 721 6.331 7.152 Prediksi Pening. Erosi (ton/ha/th) (4) 0,457 0,633 0,521 0,511 0,611 0,517 0,452 0,455 0,553 0,457 0,409 0,453 0,511 0,456 0,523 0,458 0,517 0,527 8 0 Erosi Existing 2006 (ton/ha/th) Total Erosi (ton/km2/th) (5) (6) 4,630 17,784 9,926 9,900 25,059 10,578 4,604 3,552 15,263 3,600 2,964 3,910 8,191 6,835 6,383 4,014 8,480 7,443 153,116 8,506 36,7 166,4 82,4 108,6 95,2 82,5 45,2 53,0 557,6 34,8 21,6 76,9 90,7 64,9 89,6 2,9 53,7 53,2 Prediksi Erosi 2010 (ton/ha/th) Total Erosi (ton/km2/th) (7) (8) 6,458 20,316 12,010 11,944 27,503 12,646 6,412 5,372 17,475 5,428 4,600 5,722 10,235 8,659 8,475 5,846 10,548 9,551 189,200 10,511 51,2 190,1 99,7 131,0 104,5 98,6 63,0 80,2 638,5 52,5 33,4 112,6 113,3 82,2 119,0 4,2 66,8 68,3 Erosi Erosi 2015 (ton/ha/th) Total Erosi (ton/km2/th) (9) (10) 8,743 23,481 14,615 14,499 30,558 15,231 8,672 7,647 20,240 7,713 6,645 7,987 12,790 10,939 11,090 8,136 13,133 12,186 234,305 13,017 69,376 219,688 121,363 159,025 116,090 118,802 85,176 114,093 739,489 74,600 48,316 157,136 141,636 103,800 155,670 5,866 83,145 87,154 Prediksi Erosi 2030 (ton/ha/th) Total Erosi (ton/km2/th) (11) (12) 15,598 32,976 22,430 22,164 39,723 22,986 15,452 14,472 28,535 14,568 12,780 14,782 20,455 17,779 18,935 15,006 20,888 20,091 369,620 20,534 123,8 308,5 186,3 243,1 150,9 179,3 151,8 215,9 1.042,6 140,9 92,9 290,8 226,5 168,7 265,8 10,8 132,2 143,7
4 - 106
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.42. Hasil Prediksi Total Erosi (ton/ Km 2) Setiap Sub Basin DTA D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 (Lanjutan)
Prediksi No. (1) B 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Sungai (2) P. Samosir Bah. Simala Bah. Sigumbang Bah. Bolon Bah. Silabung Bah. Guluan Bah. Arun Bah. Simaratuang Bah. Sitiung-tiung Jumlah B Rata-rata B Rata-rata A + B Luas (Ha) (3) 5.553 7.428 5.390 6.171 11.848 11.227 8.675 8.447 64.739,00 8.092,38 8.092,38 Pening. Erosi (ton/ha/th) (4) 0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 0,452 4,173 0,522 0,994 Erosi Existing 2006 (ton/ha/th) (5) 10,118 2,059 13,783 14,865 13,393 5,821 7,068 3,764 70,871 8,859 17,365 Total Erosi (ton/km2/th) (6) 56,2 15,3 74,3 91,7 158,7 65,4 61,3 31,8 Prediksi Erosi 2010 (ton/ha/th) (7) 12,230 4,599 15,999 17,077 15,557 7,637 8,892 5,572 87,563 10,945 21,456 Total Erosi (ton/km2/th) (8) 67,9 34,2 86,2 105,4 184,3 85,7 77,1 47,1 Erosi Erosi 2015 (ton/ha/th) (9) 14,870 7,774 18,769 19,842 18,262 9,907 11,172 7,832 108,428 13,554 26,570 Total Erosi (ton/km2/th) (10) 82,573 57,745 101,165 122,445 216,368 111,226 96,917 66,157 Prediksi Erosi 2030 (ton/ha/th) (11) 22,790 17,299 27,079 28,137 26,377 16,717 18,012 14,612 171,023 21,378 41,912 Total Erosi (ton/km2/th) (12) 126,6 128,5 146,0 173,6 312,5 187,7 156,3 123,4
4 - 107
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Gambar 4.22. Peta Erosi Prediksi Tahun 2006, 2010, 2015 dan 2030
N W S E
NO
NAMA SUBDAS
1 2 3 4 5
Sub Das A. Gopgopan Sub Das A. Sigumbang Sub Das A. Haranggaol Sub Das A. Naborsahon Sub Das A. Situnggaling Sub Das A. Ringgo Sub Das A. Parembakan Sub Das A. Tulas Sub Das A. Silang Sub Das A. Bodang Sub Das A. Tonguran Sub Das A. Mandosi Sub Das A. Bolon Sub Das A. Simare Sub Das A. Halian Sub Das A. Siparbue Sub Das A. Sitobu Sub Das B. Simala Sub Das B. Sigumbang Sub Das B. Bolon Sub Das B. Silabung Sub Das B. Guluan Sub Das B. Arun Sub Das B. Simaratuang Sub Das B. Sitiung-tiung Sub Das Piasa Sub Das Silau Sub Das Asahan
2 6
7 8
Danau Toba
8 7 24 23 10 22
27 26
28
9 10 11 12 13
25
4 11 1
14 15
21 20 19 18
12 13
16 17 18 19 20 21 22 23
16
14 17 15
20
20
40 Km
KONDISI EROSI Ringan --> 0 - 5 (ton/ha/th) Sedang --> 5 - 10 (ton/ha/th) Berat --> 10 - 15 (ton/ha/th) Sangat Berat --> >15 (ton/ha/th)
24 25 26 27 28
N W S E
NO
NAMA SUBDAS
1 2 3 4 5
Sub Das A. Gopgopan Sub Das A. Sigumbang Sub Das A. Haranggaol Sub Das A. Naborsahon Sub Das A. Situnggaling Sub Das A. Ringgo Sub Das A. Parembakan Sub Das A. Tulas Sub Das A. Silang Sub Das A. Bodang Sub Das A. Tonguran Sub Das A. Mandosi Sub Das A. Bolon Sub Das A. Simare Sub Das A. Halian Sub Das A. Siparbue Sub Das A. Sitobu Sub Das B. Simala Sub Das B. Sigumbang Sub Das B. Bolon Sub Das B. Silabung Sub Das B. Guluan Sub Das B. Arun Sub Das B. Simaratuang Sub Das B. Sitiung-tiung Sub Das Piasa Sub Das Silau Sub Das Asahan
2 6
7 8
Danau Toba
8 7 24 23 10
27 26
28
9 10 11 12 13
25 22
4 11 1
14 15
21 20 19 18
12 13
16 17 18 19
16
14 17 15
20
20
40 Km
20 21 22 23 24 25 26 27 28
4 - 108
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
N W S E
NO
NAMA SUBDAS
1 2 3 4 5
Sub Das A. Gopgopan Sub Das A. Sigumbang Sub Das A. Haranggaol Sub Das A. Naborsahon Sub Das A. Situnggaling Sub Das A. Ringgo Sub Das A. Parembakan Sub Das A. Tulas Sub Das A. Silang Sub Das A. Bodang Sub Das A. Tonguran Sub Das A. Mandosi Sub Das A. Bolon Sub Das A. Simare Sub Das A. Halian Sub Das A. Siparbue Sub Das A. Sitobu Sub Das B. Simala Sub Das B. Sigumbang Sub Das B. Bolon Sub Das B. Silabung Sub Das B. Guluan Sub Das B. Arun Sub Das B. Simaratuang Sub Das B. Sitiung-tiung Sub Das Piasa Sub Das Silau Sub Das Asahan
2 6
7 8
Danau Toba
8 7 24 23 10 22
27 26
28
9 10 11 12 13
25
4 11 1
14 15
21 20 19 18
12 13
16 17 18 19
16
14 17 15
20
20
40 Km
20 21 22 23 24 25 26 27 28
N W S E
NO
NAMA SUBDAS
1 2 3 4 5
Sub Das A. Gopgopan Sub Das A. Sigumbang Sub Das A. Haranggaol Sub Das A. Naborsahon Sub Das A. Situnggaling Sub Das A. Ringgo Sub Das A. Parembakan Sub Das A. Tulas Sub Das A. Silang Sub Das A. Bodang Sub Das A. Tonguran Sub Das A. Mandosi Sub Das A. Bolon Sub Das A. Simare Sub Das A. Halian Sub Das A. Siparbue Sub Das A. Sitobu Sub Das B. Simala Sub Das B. Sigumbang Sub Das B. Bolon Sub Das B. Silabung Sub Das B. Guluan Sub Das B. Arun Sub Das B. Simaratuang Sub Das B. Sitiung-tiung Sub Das Piasa Sub Das Silau Sub Das Asahan
2 6
7 8
Danau Toba
8 7 24 23 10
27 26
28
9 10 11 12 13
25 22
4 11 1
14 15
21 20 19 18
12 13
16 17 18 19
16
14 17 15
20
20
40 Km
20 21 22 23 24 25 26 27 28
4 - 109
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 110
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.43. Nilai SDR Menurut Luas Sungai/Sub DAS Yang Masuk ke Danau Toba (Lanjutan) No. (1) B 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Sungai (2) Didalam DTA P. SAMOSIR Bah. Simala Bah. Sigumbang Bah. Bolon Bah. Silabung Bah. Guluan Bah. Arun Bah. Simaratuang Bah. Sitiung-tiung Jumlah B Jumlah A + B Luas (Ha) (3) 5.553 7.428 5.390 6.171 11.848 11.227 8.675 8.447 64.738 259.600 Luas (Km2) (3) 55,53 74,28 53,90 61,71 118,48 112,27 86,75 84,47 647,38 2.596,00 Nilai SDR (4) 0,15 0,14 0,15 0,14 0,12 0,13 0,14 0,12 6,47 25,96
Berdasarkan nilai prediksi erosi dengan bantuaan tabel nilai SDR, dapat diproyeksikan nilai sedimen : Besarnya sedimentasi (ton/ha/thn) pada tahun 2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.44. Total sedimentasi tahunan (sediment yield) dari setiap sub basin pada Tahun 2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.45.
4 - 111
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.44. Hasil Prediksi Sedimen (ton/ha/tahun) Maing-Masing Sungai / Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030
No. (1) A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Sungai (2) Diluar Danau Toba Aek. Gopgopan Aek. Sigumbang Aek. Haranggaol Aek. Naborsahon Aek. Situnggaling Aek. Ringgo Aek. Parembakan Aek. Tulas Aek. Silang Aek. Bodang Aek. Tonguran Aek. Mandosi Aek. Bolon Aek. Simare Aek. Halian Aek. Togu Aek. Siparbue Aek. Sitobu Jumlah A Rata-rata A Luas (Ha) (3) 7.935 9.356 8.304 10.968 3.799 7.800 9.822 14.920 36.536 9.672 7.271 19.674 11.074 9.489 14.037 721 6.331 7.152 194.861 10.826 Prediksi Pening Erosi (ton/ha/th) (4) 0,46 0,63 0,52 0,51 0,61 0,52 0,45 0,46 0,55 0,46 0,41 0,45 0,51 0,46 0,52 0,46 0,52 0,53 9,02 0,50 Existing Tahun 2006 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (ton/ha/th) (5) (6) 4,63 17,78 9,93 9,90 25,06 10,58 4,60 3,55 15,26 3,60 2,96 3,91 8,19 6,84 6,38 4,01 8,48 7,44 153,12 8,51 0,69 2,49 1,39 1,19 4,51 1,27 0,60 0,44 2,44 0,47 0,41 0,43 1,06 0,89 0,77 1,04 1,19 0,97 22,26 1,24 Prediksi sedimen 2010 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (ton/ha/th) (7) (8) 6,46 20,32 12,01 11,94 27,50 12,65 6,41 5,37 17,48 5,43 4,60 5,72 10,24 8,66 8,48 5,85 10,55 9,55 189,20 10,51 0,97 2,84 1,68 1,43 4,95 1,52 0,83 0,67 2,80 0,71 0,64 0,63 1,33 1,13 1,02 1,52 1,48 1,24 27,39 1,52 Prediksi sedimen 2015 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (ton/ha/th) (9) (10) 8,74 23,48 14,62 14,50 30,56 15,23 8,67 7,65 20,24 7,71 6,65 7,99 12,79 10,94 11,09 8,14 13,13 12,19 234,31 13,02 1,31 3,29 2,05 1,74 5,50 1,83 1,13 0,96 3,24 1,00 0,93 0,88 1,66 1,42 1,33 2,12 1,84 1,58 33,80 1,88 Prediksi sedimen 2030 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (ton/ha/th) (11) (12) 15,60 32,98 22,43 22,16 39,72 22,99 15,45 14,47 28,54 14,57 12,78 14,78 20,46 17,78 18,94 15,01 20,89 20,09 369,62 20,53 2,34 4,62 3,14 2,66 7,15 2,76 2,01 1,81 4,57 1,89 1,79 1,63 2,66 2,31 2,27 3,90 2,92 2,61 53,04 2,95
4 - 112
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.44. Hasil Prediksi Sedimen (ton/ha/tahun) Maing-Masing Sungai / Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 (Lanjutan)
No. (1) B 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Sungai (2) Pulau Samosir Bah. Simala Bah. Sigumbang Bah. Bolon Bah. Silabung Bah. Guluan Bah. Arun Bah. Simaratuang Bah. Sitiung-tiung Jumlah B Rata-rata B Rata-rata A + B Luas (Ha) (3) 5.553 7.428 5.390 6.171 11.848 11.227 8.675 8.447 64.739 8.092 18.918 Prediksi Pening Erosi (ton/ha/th) (4) 0,53 0,64 0,55 0,55 0,54 0,45 0,46 0,45 4,17 0,52 1,02 Existing Tahun 2006 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (ton/ha/th) (5) (6) 10,12 2,06 13,78 14,87 13,39 5,82 7,07 3,76 70,87 8,86 17,37 1,52 0,29 2,07 2,08 1,61 0,76 0,99 0,45 9,76 1,22 2,46 Prediksi sedimen 2010 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (ton/ha/th) (7) (8) 12,23 4,60 16,00 17,08 15,56 7,64 8,89 5,57 87,56 10,95 21,46 1,83 0,64 2,40 2,39 1,87 0,99 1,24 0,67 12,04 1,51 3,03 Prediksi sedimen 2015 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (ton/ha/th) (9) (10) 14,87 7,77 18,77 19,84 18,26 9,91 11,17 7,83 108,43 13,55 26,57 2,23 1,09 2,82 2,78 2,19 1,29 1,56 0,94 14,90 1,86 3,74 Prediksi sedimen 2030 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (ton/ha/th) (11) (12) 22,79 17,30 27,08 28,14 26,38 16,72 18,01 14,61 171,02 21,38 41,91 3,42 2,42 4,06 3,94 3,17 2,17 2,52 1,75 23,45 2,93 5,88
4 - 113
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.45. Hasil Prediksi Sedimen Tahunan (Sediment Yield) Maing-Masing Sungai/Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030
No. Nama Sungai Luas (Ha) Existing Tahun 2006 Prediksi sedimen 2010 Prediksi sedimen 2015 Prediksi sedimen 2030 Sedimen Sedimen Sedimen Sedimen Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Yield (Ton/Km2) (Ton/Km2) (Ton/Km2) (Ton/Km2) (5) (6) (7) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) 4,63 17,78 9,93 9,90 25,06 10,58 4,60 3,55 15,26 3,60 2,96 3,91 8,19 6,84 6,38 4,01 8,48 7,44 153,12 8,51 0,69 2,49 1,39 1,19 4,51 1,27 0,60 0,44 2,44 0,47 0,41 0,43 1,06 0,89 0,77 1,04 1,19 0,97 22,26 1,24 5,51 23,29 11,54 13,03 17,14 9,90 5,88 6,62 89,22 4,53 3,02 8,46 11,79 8,43 10,75 0,75 7,52 6,92 244,31 13,57 6,46 20,32 12,01 11,94 27,50 12,65 6,41 5,37 17,48 5,43 4,60 5,72 10,24 8,66 8,48 5,85 10,55 9,55 189,20 10,51 0,97 2,84 1,68 1,43 4,95 1,52 0,83 0,67 2,80 0,71 0,64 0,63 1,33 1,13 1,02 1,52 1,48 1,24 27,39 1,52 7,69 26,61 13,96 15,72 18,81 11,84 8,19 10,02 102,15 6,82 4,68 12,38 14,73 10,68 14,28 1,10 9,35 8,88 297,89 16,55 8,74 23,48 14,62 14,50 30,56 15,23 8,67 7,65 20,24 7,71 6,65 7,99 12,79 10,94 11,09 8,14 13,13 12,19 234,31 13,02 1,31 3,29 2,05 1,74 5,50 1,83 1,13 0,96 3,24 1,00 0,93 0,88 1,66 1,42 1,33 2,12 1,84 1,58 33,80 1,88 10,41 30,76 16,99 19,08 20,90 14,26 11,07 14,26 118,32 9,70 6,76 17,28 18,41 13,49 18,68 1,53 11,64 11,33 364,87 20,27 15,60 32,98 22,43 22,16 39,72 22,99 15,45 14,47 28,54 14,57 12,78 14,78 20,46 17,78 18,94 15,01 20,89 20,09 369,62 20,53 2,34 4,62 3,14 2,66 7,15 2,76 2,01 1,81 4,57 1,89 1,79 1,63 2,66 2,31 2,27 3,90 2,92 2,61 53,04 2,95 18,57 43,19 26,08 29,17 27,16 21,51 19,73 26,99 166,81 18,32 13,01 31,99 29,45 21,93 31,89 2,81 18,51 18,68 565,81 31,43
(1) A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
(2) (3) Mengelilingi D. TOBA Aek. Gopgopan 7.935 Aek. Sigumbang 9.356 Aek. Haranggaol 8.304 Aek. Naborsahon 10.968 Aek. Situnggaling 3.799 Aek. Ringgo 7.800 Aek. Parembakan 9.822 Aek. Tulas 14.920 Aek. Silang 36.536 Aek. Bodang 9.672 Aek. Tonguran 7.271 Aek. Mandosi 19.674 Aek. Bolon 11.074 Aek. Simare 9.489 Aek. Halian 14.037 Aek. Togu 721 Aek. Siparbue 6.331 Aek. Sitobu 7.152 Jumlah A 194.861 Rata-rata A 10.826
4 - 114
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.45. Hasil Prediksi Sedimen Tahunan (Sediment Yield) Maing-Masing Sungai/Sub DAS Yang Mengalir ke DTA. D. Toba Tahun 2010, 2015 dan 2030 (Lanjutan)
No. Nama Sungai Luas (Ha) Existing Tahun 2006 Prediksi sedimen 2010 Prediksi sedimen 2015 Prediksi sedimen 2030 Sedimen Sedimen Sedimen Sedimen Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) (ton/ha/th) Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Yield (ton/ha/th) (ton/ha/th) Yield (Ton/Km2) (Ton/Km2) (Ton/Km2) (Ton/Km2) (5) (6) (7) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) 10,12 2,06 13,78 14,87 13,39 5,82 7,07 3,76 70,87 8,86 17,37 1,52 0,29 2,07 2,08 1,61 0,76 0,99 0,45 9,76 1,22 2,46 8,43 2,14 11,14 12,84 19,04 8,50 8,58 3,82 74,49 9,31 22,88 12,23 4,60 16,00 17,08 15,56 7,64 8,89 5,57 87,56 10,95 21,46 1,83 0,64 2,40 2,39 1,87 0,99 1,24 0,67 12,04 1,51 3,03 10,19 4,78 12,94 14,75 22,12 11,15 10,80 5,65 92,37 11,55 28,10 14,87 7,77 18,77 19,84 18,26 9,91 11,17 7,83 108,43 13,55 26,57 2,23 1,09 2,82 2,78 2,19 1,29 1,56 0,94 14,90 1,86 3,74 12,39 8,08 15,17 17,14 25,96 14,46 13,57 7,94 114,72 14,34 34,61 22,79 17,30 27,08 28,14 26,38 16,72 18,01 14,61 171,02 21,38 41,91 3,42 2,42 4,06 3,94 3,17 2,17 2,52 1,75 23,45 2,93 5,88 18,98 17,99 21,89 24,31 37,50 24,40 21,88 14,81 181,76 22,72 54,15
(1) B 1 2 3 4 5 6 7 8
(2) (3) Didalam P. SAMOSIR Bah. Simala 5.553 Bah. Sigumbang 7.428 Bah. Bolon 5.390 Bah. Silabung 6.171 Bah. Guluan 11.848 Bah. Arun 11.227 Bah. Simaratuang 8.675 Bah. Sitiung-tiung 8.447 Jumlah B 64.739 Rata-rata B 8.092 Rata-rata A + B 18.918
4 - 115
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6.1.2. Erosi dan Sedimentasi Ekosistem Bagian Hilir 4.6.1.2.1. Erosi Eksisting Ekosistim Bagian Hilir Tahun 2006
Sama halnya pada penentuan erosi pada ekosistem bagian hulu, penghitungan erosi pada ekosistem bagian hilir, juga ditentukan faktor erodibilitas tanah, erosivitas curah hujan, kelerengan dan faktor manajemen konservasi tanah. Ekosistem bagian hilir terdiri dari 3 DAS, yaitu DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa. Untuk mengetahui tingkat erosi eksisting pada setiap sub DAS, didekati dari penelusuran tingkat erosi yang terjadi pada land unit pada setiap sub DAS. Adapun jumlah land unit pada DAS Piasa adalah 5 unit, DAS Silau 8 land unit, dan DAS Asahan 14 land unit. Luas masing-masing land unit pada setiap DAS seperti diperlihatkan pada Tabel 4.46. Dengan menghitung nilai erosivitas (R), erodibilitas tanah (K), indeks kelerengan (LS) dan faktor pengelolaan konservasi tanah serta penutupan lahan (CP), dapat ditentukan besarnya erosi yang terjadi pada tahun 2006 seperti Tabel 4.47. Dari Tabel 4.45 dapat dilihat bahwa erosi rata-rata per tahunnya ; pada DAS Piasa sebesar 13,398 ton/ha/thn dan termasuk berat; pada DAS Silau 18,883 ton/ha/tahun dan termasuk sangat berat; dan pada DAS Asahan sebesar 27,590 ton/ha/tahun termasuk sangat berat. Adapun kriteria yang digunakan untuk menilai bobot erosi tersebut adalah sebagai berikut:
Kelas 1 2 3 4
Kisaran Erosi (to/ha/th) 0 s/d < 5 5 s/d < 10 10 s/d < 15 > 15
4 - 116
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.46. Luas dan Jumlah Land Unit Ekosistem Hilir No. (1) I 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 II 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 III 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 DAS (land unit) (2) DAS Piasa P.Sb.Al.Ls P.P.O.Lsb P.Sb.Hk.Ld P.Sb.Lsb P.Sbl.Lsb Jumlah DAS Silau S.L.A.Ls S.Sb.P.Lsb S.P.O.Lsb S.Sb.O.Lsb S.L.O.Lsb S.Sb.Hk.Ls S.H.R.Ld S.Sb.Hk.Ld Jumlah DAS Asahan A.Sb.R.Lsb A.H.P.,Lss A.Sb.Al.Ls A.lb.K.Lst A.Pm.M.ld A.Sb.L. lsb A.L.A.Ls A.Sb. P.Lsb A.P.O.Lsb A. Hs. L.Ls A.P.L.Ls A. Sb. O. Lsb A. L. O. Lsb A. Sb. Hk. Ls Jumlah Luas (Ha) (3) 7.228,10 5.202,53 9.115,14 5.776,54 5.667,69 32.990,00 12.508,35 10.108,67 14.768,05 8.461,55 518,31 12.768,32 11.658,47 13.028,28 83.820,00 15.450,96 21.185,56 11.534,12 23.825,64 6.903,16 22.592,16 9.283,56 14.953,24 18.740,24 20.687,84 9.759,64 19.973,72 10.733,44 10.776,72 216.400,00 Persentase (%) (4) 22 16 28 18 17 100 15 12 18 10 1 15 14 16 100 7 10 5 11 3 10 4 7 9 10 5 9 5 5 100
4 - 117
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.47. Nilai Erosi Aktual per Sub DAS Dirinci Menurut Unit Ekosistem Hilir
Nama Das (1) PIASA Land unit (2) P.Sb.Al.Ls P.P.O.Lsb P.Sb.Hk. Ld P. Sb. Hk. Ls P.Sb.L. lsb Total Ratarata S.L.A.Ls S.Sb. P.Lsb S.P.O.Lsb S. Sb. O. Lsb S. L. O. Lsb S. Sb. Hk. Ls S.H.R. Ld S.Sb.Hk. Ld Jumlah Rata-rata A.Sb.R.Lsb A.H.P.,Lss A.Sb.Al.Ls A.lb.K.Lst A.Pm.M.ld A.Sb.L. lsb A.L.A.Ls A.Sb. P.Lsb A.P.O.Lsb A. Hs. L.Ls A.P.L.Ls A. Sb. O. Lsb A. L. O. Lsb A. Sb. Hk. Ls Jumlah Rata-rata Nilai R (3) 96.710,05 70.434,08 44.152,12 71.339,17 69.113,79 351.749,21 70.349,84 82.332,49 81.876,39 79.783,71 82.332,49 81.876,39 79.783,71 79.783,71 82.332,49 650.101,38 81.262,67 101.642,23 44.152,12 111.283,85 118.379,69 93.864,47 101.642,23 44.152,12 111.283,85 118.379,69 93.864,47 44.152,12 93.864,47 93.864,47 93.864,47 1.264.390,25 90.313,59 Nilai K (4) 0,130 0,230 0,331 0,311 0,121 1,123 0,225 0,447 0,213 0,211 0,471 0,201 0,187 0,167 0,519 2,416 0,302 0,183 0,311 0,441 0,377 0,121 0,130 0,230 0,229 0,377 0,211 0,319 0,125 0,129 0,131 3,314 0,237 Nilai LS (5) 0,057 0,041 0,101 0,080 0,091 0,370 0,074 0,023 0,006 0,013 0,021 0,006 0,011 0,010 0,023 0,113 0,014 0,067 0,039 0,013 0,083 0,091 0,070 0,041 0,101 0,080 0,079 0,041 0,102 0,101 0,111 1,019 0,073 Nilai Cp (6) 0,014 0,020 0,010 0,009 0,017 0,070 0,014 0,010 0,217 0,159 0,017 0,207 0,137 0,137 0,010 0,894 0,112 0,017 0,020 0,019 0,017 0,014 0,041 0,029 0,011 0,009 0,031 0,022 0,029 0,021 0,024 0,304 0,022 Erosi Aktual (ton/ha/thn) (7) 10,033 13,284 14,760 15,974 12,937 66,989 13,398 8,465 22,706 34,797 14,088 20,440 22,484 18,254 9,828 151,061 18,883 21,186 10,710 12,122 62,972 14,470 37,923 12,074 28,313 32,133 48,503 12,704 34,706 25,682 32,757 386,256 27,590 Bobot (8) Sedang Berat Berat Sangat berat Berat Berat Sedang Sangat berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sedang Sangat berat Sangat berat Sedang Berat Sangat berat Berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat
SILAU
ASAHAN
4 - 118
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6.1.2.2. Prediksi Erosi Ekosistim Bagian Hilir Tahun 2010, 2015 dan 2030
(a) Dasar dan Asumsi Yang Digunakan Dalam Prediksi Berhubung data time series erosi tidak tersedia, maka perkiraan erosi dilakukan dengan asumsi : (1) Erosivitas hujan relatif tetap sampai tahun 2030, (2) Sifat erodiblitas tanah relatif konstan sampai tahun 2030, (3) Faktor kelerengan tetap sampai 2030, Tindakan manajemen konservasi tanah, yang dicerminkan oleh kondisi penutupan lahan tidak bisa diasumsi sama. Dua faktor yang mempengaruhinya adalah manajemen konservasi tanah dan kebijakan penggunaan lahan. Manajemen konservasi tanah melibatkan berbagai pihak. Petani mengolah lahan dengan membuat terasering pada lahan berlereng akan menurunkan indeks CP (komponen erosi). Kebijakan tata ruang wilayah akan tata guna lahan akan menentukan besar kecilnya prediksi erosi dan sedimentasi dimasa yang akan datang. (b) Kecenderungan Perkembangan Penutupan Lahan Kawasan Lindung Dari 93.533, 08 ha kawasan lindung yang berada di luar kawasan hutan seluas 16.909 ha atau 18,15 (ha) termasuk jelek sampai sangat jelek. Diperkirakan tingkat penurunan penutupan lahan pada kawasan lindung ini akan semakin jelek (data spasial BPDAS Asahan Barumun 2005). (c) Kecenderungan Perkembangan Lahan Kritis Dari 333.210 ha Daerah Tangkapan air ekosistem bagian hilir, sebesar 34.099,6 ha atau sebesar 10,23 % termasuk lahan kritis sampai kritis (BPDAS Asahan Barumun, 2005). Lahan kritis ini diperkirakan akan meningkat di masa yang akan datang . (d) Kecenderungan Konversi Lahan di Bagian Hilir Pembangunan perkebunan sawit merupakan faktor penting dalam prediksi erosi dan sedimentasi pada ekosistem bagian hilir. Semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit mengakibatkan alih fungsi lahan semakin tinggi, diperkirakan pertambahan alih fungsi lahan sebesar 4 % per tahun (BPDAS Asahan barumun, 2005). (e) Kecenderungan Perkembangan Pemukiman di Bantaran Sungai Manusia dalam kesehariannya sangat tergantung dengan air, hal inilah yang mengakibatkan bantaran sungai menjadi tempat yang menarik sebagai pemicu awal perkembangan pemukiman di bantaran sungai. Kesadaran yang kurang akan konservasi bantaran sungai mengakibatkan longsor dan pendangkalan pada sungai-sungai tersebut. 4 - 119
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
(f) Hasil Prediksi Erosi Tahun 2010, 2015 dan 2030 Berpijak tolak dari asumsi dan uraian diatas dapat ditentukan peningkatan erosi pada tahun 2010, 2015 dan 2030 sebagaimana Tabel 4.48. Besar kecilnya (bobot) erosi yang akan terjadi pada sub DAS ekosistem hilir ditunjukkan pada Tabel 4.49.
4 - 120
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.48. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn) Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir No. (1) I 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 II 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 DAS (land unit) (2) DAS Piasa P.Sb.Al.Ls P.P.O.Lsb P.Sb.Hk.Ld P.Sb.Lsb P.Sbl.Lsb Total Rta-rata DAS Silau S.L.A.Ls S.Sb.P.Lsb S.P.O.Lsb S.Sb.O.Lsb S.L.O.Lsb S.Sb.Hk.Ls S.H.R.Ld S.Sb.Hk.Ld Total Rta-rata Luas (Ha) (3) 7.228,10 5.202,53 9.115,14 5.776,54 5.667,69 32.990,00 6.598,00 12.508,35 10.108,67 14.768,05 8.461,55 518,31 12.768,32 11.658,47 13.028,28 83.820,00 10.477,50 Prediksi Erosi Existing 2006 Prediksi Erosi 2010 Prediksi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030 Peningkatan (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi Erosi (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 0,457 0,633 0,521 0,511 0,611 2,73 0,55 0,553 0,457 0,409 0,453 0,511 0,456 0,523 0,458 3,82 0,48 10,033 13,284 14,760 15,974 12,937 66,99 13,40 8,465 22,706 34,797 14,088 20,440 22,484 18,254 9,828 151,06 18,88 72,5 69,1 134,5 92,3 73,3 441,77 88,35 105,9 229,5 513,9 119,2 10,6 287,1 212,8 128,0 1.607,03 200,88 11,861 15,816 16,844 18,018 15,381 77,92 15,58 10,677 24,534 36,433 15,900 22,484 24,308 20,346 11,660 166,34 20,79 85,7 82,3 153,5 104,1 87,2 512,81 102,56 133,6 248,0 538,0 134,5 11,7 310,4 237,2 151,9 1.765,28 220,66 14,146 18,981 19,449 20,573 18,436 91,59 18,32 13,442 26,819 38,478 18,165 25,039 26,588 22,961 13,950 185,44 23,18 102,249 98,749 177,280 118,841 104,490 601,61 120,32 168,137 271,104 568,245 153,704 12,978 339,484 267,690 181,745 1.963,09 245,39 21,001 28,476 27,264 28,238 27,601 132,58 26,52 21,737 33,674 44,613 24,960 32,704 33,428 30,806 20,820 242,74 30,34 151,8 148,1 248,5 163,1 156,4 868,01 173,60 271,9 340,4 658,8 211,2 17,0 426,8 359,2 271,2 2.556,51 319,56
4 - 121
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.48. Hasil Prediksi Erosi (ton/ha/thn) Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir (Lanjutan) No. (1) III 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 DAS (land unit) (2) DAS Asahan A.Sb.R.Lsb A.H.P.,Lss A.Sb.Al.Ls A.lb.K.Lst A.Pm.M.ld A.Sb.L. lsb A.L.A.Ls A.Sb. P.Lsb A.P.O.Lsb A. Hs. L.Ls A.P.L.Ls A. Sb. O. Lsb A. L. O. Lsb A. Sb. Hk. Ls Total Rta-rata Luas (Ha) (3) 15.450,96 21.185,56 11.534,12 23.825,64 6.903,16 22.592,16 9.283,56 14.953,24 18.740,24 20.687,84 9.759,64 19.973,72 10.733,44 10.776,72 216.400,00 15.457,14 Prediksi Erosi Existing 2006 Prediksi Erosi 2010 Prediksi Erosi 2015 Prediksi Erosi 2030 Peningkatan (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi (ton/ha/th) Total Erosi Erosi (ton/ha/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (ton/km2/th) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 7,44 0,53 21,186 10,710 12,122 62,972 14,470 37,923 12,074 28,313 32,133 48,503 12,704 34,706 25,682 32,757 386,26 27,59 327,3 226,9 139,8 1.500,3 99,9 856,8 112,1 423,4 602,2 1.003,4 124,0 693,2 275,7 353,0 6.737,98 481,28 23,298 13,250 14,338 65,184 16,634 39,739 13,898 30,425 34,673 50,719 14,916 36,870 27,498 34,581 416,02 29,72 360,0 280,7 165,4 1.553,1 114,8 897,8 129,0 455,0 649,8 1.049,3 145,6 736,4 295,1 372,7 7.204,57 514,61 25,938 16,425 17,108 67,949 19,339 42,009 16,178 33,065 37,848 53,489 17,681 39,575 29,768 36,861 453,23 32,37 400,767 347,973 197,326 1.618,928 133,500 949,074 150,189 494,429 709,281 1.106,572 172,560 790,460 319,513 397,241 7.787,81 556,27 32,274 24,045 23,756 74,585 25,831 47,457 21,650 39,401 45,468 60,137 24,317 46,067 35,216 42,333 542,54 38,75 498,7 509,4 274,0 1.777,0 178,3 1.072,2 201,0 589,2 852,1 1.244,1 237,3 920,1 378,0 456,2 9.187,58 656,26
4 - 122
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.49. Hasil Prediksi Erosi Rata-Rata (ton/ha/thn) dan Bobotnya Menurut SUB DAS Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Hilir
Prediksi Peningkatan Erosi (ton/ha/th) (4) 0,457 0,633 0,521 0,511 0,611 0,55 0,553 0,457 0,409 0,453 0,511 0,456 0,523 0,458 0,48 Erosi Existing 2006 (ton/ha/th) (5) 10,033 13,284 14,760 15,974 12,937 13,40 8,465 22,706 34,797 14,088 20,440 22,484 18,254 9,828 18,88 Bobot (6) sedang Berat Berat Sangat berat Berat Berat Sedang Sangat berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sedang Sangat berat Prediksi Erosi 2010 (ton/ha/th) (7) 11,861 15,816 16,844 18,018 15,381 15,58 10,677 24,534 36,433 15,900 22,484 24,308 20,346 11,660 20,79 Bobot (8) Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat berat Sangat berat Prediksi Erosi 2015 (ton/ha/th) (9) 14,146 18,981 19,449 20,573 18,436 18,32 13,442 26,819 38,478 18,165 25,039 26,588 22,961 13,950 23,18 Bobot (10) Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat berat Sangat berat Prediksi Erosi 2030 (ton/ha/th) (11) 21,001 28,476 27,264 28,238 27,601 26,52 21,737 33,674 44,613 24,960 32,704 33,428 30,806 20,820 30,34 Bobot (12) Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat
No. (1) I 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 II 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
DAS (land unit) (2) DAS Piasa P.Sb.Al.Ls P.P.O.Lsb P.Sb.Hk.Ld P.Sb.Lsb P.Sbl.Lsb Rata-rata DAS Silau S.L.A.Ls S.Sb.P.Lsb S.P.O.Lsb S.Sb.O.Lsb S.L.O.Lsb S.Sb.Hk.Ls S.H.R.Ld S.Sb.Hk.Ld Rata-rata
Luas (Ha) (3) 7.228,10 5.202,53 9.115,14 5.776,54 5.667,69 6.598,00 12.508,35 10.108,67 14.768,05 8.461,55 518,31 12.768,32 11.658,47 13.028,28 10.477,50
4 - 123
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.49. Hasil Prediksi Erosi Rata-Rata (ton/ha/thn) dan Bobotnya Menurut SUB DAS Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Hilir (Lanjutan)
No. (1) III 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 DAS (land unit) (2) DAS Asahan A.Sb.R.Lsb A.H.P.,Lss A.Sb.Al.Ls A.lb.K.Lst A.Pm.M.ld A.Sb.L. lsb A.L.A.Ls A.Sb. P.Lsb A.P.O.Lsb A. Hs. L.Ls A.P.L.Ls A. Sb. O. Lsb A. L. O. Lsb A. Sb. Hk. Ls Rata-rata Luas (Ha) (3) 15.450,96 21.185,56 11.534,12 23.825,64 6.903,16 22.592,16 9.283,56 14.953,24 18.740,24 20.687,84 9.759,64 19.973,72 10.733,44 10.776,72 15.457,14 Prediksi Peningkatan Erosi (ton/ha/th) (4) 0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 0,53 Erosi Existing 2006 (ton/ha/th) (5) 21,186 10,710 12,122 62,972 14,470 37,923 12,074 28,313 32,133 48,503 12,704 34,706 25,682 32,757 27,59 Bobot (6) Sangat berat sedang Berat Sangat berat Berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Prediksi Erosi 2010 (ton/ha/th) (7) 23,298 13,250 14,338 65,184 16,634 39,739 13,898 30,425 34,673 50,719 14,916 36,870 27,498 34,581 29,72 Bobot (8) Sangat berat Berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Prediksi Erosi 2015 (ton/ha/th) (9) 25,938 16,425 17,108 67,949 19,339 42,009 16,178 33,065 37,848 53,489 17,681 39,575 29,768 36,861 32,37 Bobot (10) Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Prediksi Erosi 2030 (ton/ha/th) (11) 32,274 24,045 23,756 74,585 25,831 47,457 21,650 39,401 45,468 60,137 24,317 46,067 35,216 42,333 38,75 Bobot (12) Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat Sangat berat
4 - 124
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 125
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.50. Hasil Sedimen Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015, 2030 No (1) I 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 II 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 DAS (land unit) (2) Piasa P.Sb.Al.Ls P.P.O.Lsb P.Sb.Hk.Ld P.Sb.Lsb P.Sbl.Lsb Total Rata-rata Silau S.L.A.Ls S.Sb.P.Lsb S.P.O.Lsb S.Sb.O.Lsb S.L.O.Lsb S.Sb.Hk.Ls S.H.R.Ld S.Sb.Hk.Ld Total Rata-rata Luas (Ha) (3) 7.228,10 5.202,53 9.115,14 5.776,54 5.667,69 32.990,00 6.598,00 12.508,35 10.108,67 14.768,05 8.461,55 518,31 12.768,32 11.658,47 13.028,28 83.820,00 10.477,50 Prediksi peningkatan erosi (ton/ha/thn) (4) 0,457 0,633 0,521 0,511 0,611 2,733 0,547 0,553 0,457 0,409 0,453 0,511 0,456 0,523 0,458 3,82 0,48 Erosi Existing 2006 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (5) 10,033 13,284 14,760 15,974 12,937 66,988 13,398 8,465 22,706 34,797 14,088 20,440 22,484 18,254 9,828 151,06 18,88 (ton/km2/th) (6) 1,505 1,993 2,214 2,396 1,941 10,048 2,010 1,100 2,498 4,524 1,972 5,519 2,923 2,373 1,278 22,19 2,77 Prediksi Sedimen 2010 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (7) 11,861 15,816 16,844 18,018 15,381 77,920 15,584 10,677 24,534 36,433 15,900 22,484 24,308 20,346 11,660 166,34 20,79 (ton/km2/th) (8) 1,779 2,372 2,527 2,703 2,307 11,688 2,338 1,388 2,699 4,736 2,226 6,071 3,160 2,645 1,516 24,44 3,06 Prediksi Sedimen 2015 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (9) 14,146 18,981 19,449 20,573 18,436 91,585 18,317 13,442 26,819 38,478 18,165 25,039 26,588 22,961 13,950 185,44 23,18 (ton/km2/th) (10) 2,122 2,847 2,917 3,086 2,765 13,738 2,748 1,747 2,950 5,002 2,543 6,761 3,456 2,985 1,814 27,26 3,41 Prediksi Sedimen 2030 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (11) 21,001 28,476 27,264 28,238 27,601 132,580 26,516 21,737 33,674 44,613 24,960 32,704 33,428 30,806 20,820 242,74 30,34 (ton/km2/th) (12) 3,150 4,271 4,090 4,236 4,140 19,887 3,977 2,826 3,704 5,800 3,494 8,830 4,346 4,005 2,707 35,71 4,46
4 - 126
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.50. Hasil Sedimen Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015, 2030 (Lanjutan) No (1) III 3.1.1 3.1.2 3.2.1 3.2.1 3.3.1 3.3.2 3.4.1 3.4.2 3.5.1 3.5.2 3.6.1 3.6.2 3.7.1 3.7.2 DAS (land unit) (2) Asahan A.Sb.R.Lsb A.H.P.,Lss A.Sb.Al.Ls A.lb.K.Lst A.Pm.M.ld A.Sb.L. lsb A.L.A.Ls A.Sb. P.Lsb A.P.O.Lsb A. Hs. L.Ls A.P.L.Ls A.Sb. O.Lsb A. L. O. Lsb A.Sb.Hk. Ls Total Rata-rata Luas (Ha) (3) 15.450,96 21.185,56 11.534,12 23.825,64 6.903,16 22.592,16 9.283,56 14.953,24 18.740,24 20.687,84 9.759,64 19.973,72 10.733,44 10.776,72 216.400,00 15.457,14 Prediksi peningkatan erosi (ton/ha/thn) (4) 0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 0,528 0,635 0,554 0,553 0,541 0,454 0,456 7,44 0,53 Erosi Existing 2006 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (5) 21,186 10,710 12,122 62,972 14,470 37,923 12,074 28,313 32,133 48,503 12,704 34,706 25,682 32,757 386,26 27,59 (ton/km2/th) (6) 2,754 1,178 1,576 6,927 3,618 4,172 1,570 3,964 3,535 5,335 1,652 3,818 3,339 4,258 47,69 3,41 Prediksi Sedimen 2010 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (7) 23,298 13,250 14,338 65,184 16,634 39,739 13,898 30,425 34,673 50,719 14,916 36,870 27,498 34,581 416,02 29,72 (ton/km2/th) (8) 3,029 1,458 1,864 7,170 4,159 4,371 1,807 4,260 3,814 5,579 1,939 4,056 3,575 4,496 51,57 3,68 Prediksi Sedimen 2015 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (9) 25,938 16,425 17,108 67,949 19,339 42,009 16,178 33,065 37,848 53,489 17,681 39,575 29,768 36,861 453,23 32,37 (ton/km2/th) (10) 3,372 1,807 2,224 7,474 4,835 4,621 2,103 4,629 4,163 5,884 2,299 4,353 3,870 4,792 56,43 4,03 Prediksi Sedimen 2030 Erosi Sedimentasi (ton/ha/th) (11) 33,858 25,950 25,418 76,244 27,454 48,819 23,018 40,985 47,373 61,799 25,976 47,690 36,578 43,701 564,86 40,35 (ton/km2/th) (12) 4,402 2,855 3,304 8,387 6,864 5,370 2,992 5,738 5,211 6,798 3,377 5,246 4,755 5,681 70,98 5,07
4 - 127
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.51. Hasil Prediksi Tahunan (Sediment Yield) Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir No (1) I 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 II 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 DAS (land unit) Piasa P.Sb.Al.Ls P.P.O.Lsb P.Sb.Hk.Ld P.Sb.Lsb P.Sbl.Lsb Rata-rata Silau S.L.A.Ls S.Sb.P.Lsb S.P.O.Lsb S.Sb.O.Lsb S.L.O.Lsb S.Sb.Hk.Ls S.H.R.Ld S.Sb.Hk.Ld Rata-rata (2) Luas (Ha) (3) 7.228,10 5.202,53 9.115,14 5.776,54 5.667,69 6.598,00 12.508,35 10.108,67 14.768,05 8.461,55 518,31 12.768,32 11.658,47 13.028,28 10.477,50 Erosi Existing 2006 Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (4) (5) 1,50 1,99 2,21 2,40 1,94 2,01 1,10 2,50 4,52 1,97 5,52 2,92 2,37 1,28 2,77 108,78 103,67 201,81 138,41 109,98 132,53 137,65 252,48 668,05 166,89 28,60 373,21 276,66 166,45 258,75 Prediksi Sedimen 2010 Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (6) (7) 1,78 2,37 2,53 2,70 2,31 2,34 1,39 2,70 4,74 2,23 6,07 3,16 2,64 1,52 3,06 128,60 123,42 230,30 156,12 130,76 153,84 173,62 272,81 699,46 188,35 31,46 403,48 308,36 197,48 284,38 Prediksi Sedimen 2015 Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (8) (9) 2,12 2,85 2,92 3,09 2,77 2,75 1,75 2,95 5,00 2,54 6,76 3,46 2,98 1,81 3,41 153,37 148,12 265,92 178,26 156,73 180,48 1.417,89 2.657,52 5.158,31 9.414,20 18.647,92 37.295,84 73.173,79 143.690,05 36.431,94 Prediksi sedimen 2030 Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (10) 3,15 4,27 4,09 4,24 4,14 3,98 2,83 3,70 5,80 3,49 8,83 4,35 4,00 2,71 4,46 227,70 222,22 372,77 244,68 234,65 260,40 353,46 374,44 856,50 295,68 45,77 554,87 466,90 352,62 412,53
4 - 128
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.51. Hasil Prediksi Tahunan (Sediment Yield) Eksisting Tahun 2006 dan Prediksinya Tahun 2010, 2015 dan 2030 Ekosistem Bagian Hilir (Lanjutan) No (1) III 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 DAS (land unit) (2) Asahan A.Sb.R.Lsb A.H.P.,Lss A.Sb.Al.Ls A.lb.K.Lst A.Pm.M.ld A.Sb.L. lsb A.L.A.Ls A.Sb. P.Lsb A.P.O.Lsb A. Hs. L.Ls A.P.L.Ls A. Sb. O. Lsb A. L. O. Lsb A. Sb. Hk. Ls Rata-rata Luas (Ha) (3) 15.450,96 21.185,56 11.534,12 23.825,64 6.903,16 22.592,16 9.283,56 14.953,24 18.740,24 20.687,84 9.759,64 19.973,72 10.733,44 10.776,72 15.457,14 Erosi Existing 2006 Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (4) (5) 2,75 1,18 1,58 6,93 3,62 4,17 1,57 3,96 3,53 5,34 1,65 3,82 3,34 4,26 3,41 425,55 249,59 181,76 1.650,38 249,72 942,44 145,72 592,72 662,40 1.103,76 161,18 762,53 358,35 458,92 567,50 Prediksi Sedimen 2010 Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (6) (7) 3,03 1,46 1,86 7,17 4,16 4,37 1,81 4,26 3,81 5,58 1,94 4,06 3,57 4,50 3,68 467,97 308,78 214,99 1.708,36 287,07 987,57 167,73 636,93 714,76 1.154,19 189,25 810,07 383,69 484,47 608,27 Prediksi Sedimen 2015 Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (8) (9) 3,37 1,81 2,22 7,47 4,83 4,62 2,10 4,63 4,16 5,88 2,30 4,35 3,87 4,79 4,03 544.751,29 1.016.328,80 1.888.967,55 3.486.479,58 6.936.527,22 13.873.054,44 27.201.357,58 53.386.386,37 104.883.805,19 206.281.130,80 405.625.734,38 797.378.414,31 1.567.555.471,04 3.081.724.555,72 447.984.497,45 Prediksi sedimen 2030 Sedimentasi Sedimentasi (ton/km2/th) (ton/km2/th) (10) 4,40 2,85 3,30 8,39 6,86 5,37 2,99 5,74 5,21 6,80 3,38 5,25 4,76 5,68 5,07 680,08 604,74 381,13 1.998,22 473,80 1.213,22 277,80 858,00 976,56 1.406,34 329,57 1.047,80 510,39 612,24 812,13
4 - 129
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6.2.
Strategi Konservasi
4 - 130
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
STRATEGI KONSERVASI
PROGRAM
Gambar Diagram 4.23. Kerangka penyusunan pola konservasi
4 - 131
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pengembangan SDA dan Arahan Pola Konservasi Untuk menanggulangi permasalahan krisis sumberdaya air (fluktuasi aliran sungai, debit banjir, dan ketersediaan air) dalam proyeksinya agar dapat menanggulangi permasalahan fisik dan sosial ekonomi di WS Asahan dapat dilakukan dengan sistem penguasaan lahan, sistem penggarapan, dan sistem usaha tani konservasi. Penentuan system-sistem tersebut didasarkan pada kriteria teknis pada Tabel 4.52. Pada dasarnya kegiatan pengendalian erosi juga merupakan pengendalian sedimentasi, namun pada kenyataannya keberhasilan pengendalian erosi memakan waktu yang cukup lama dan kegiatan tersebut tidak dapat secara langsung menghentikan terjadinya erosi. Berdasarkan hal tersebut untuk mengendalikan adanya sedimentasi sebagai akibat dari erosi yang masih berlangsung diperlukan bangunan pengendali sedimentasi. Adapun fungsi dan manfaat dari bangunan sedimentasi adalah untuk menampung hasil-hasil erosi yang masih terjadi di daerah tangkapannya (daerah hulu) sehingga dapat dicegah atau dihambat untuk masuk sungai utama dan apabila dibiarkan akan menimbulkan berbagai dampak di daerah hilir seperti pendangkalan sungai, banjir, dan kekeringan.
4 - 132
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.52. Kriteria Penetapan Pengembangan Pola Konservasi WS Asahan No Pola Konservasi (1) (2) A Diluar Kawasan Hutan 1. Agroforestry 2. Hutan Rakyat Arahan Lokasi (3) diluar kawasan hutan ada masyarakat/kelembagaan bisa dilaksanakan tumpangsari diluar hutan kawasan negara lahan kurang produktif ada kepemilikan/status lahannya jelas luas minimal 0,4 ha tanaman kayu-kayuan diluar kawasan hutan kritis/tidak produktif ada pemilikan/pengusaan lahan diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tingi dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 jenis tanaman (tahunan dan pangan) run off tinggi diluar kawasan hutan jenis tanaman pangan dan obat-obatan lahan kurang produktif kawasan hutan negara : HL, HSAW, HPT, HPK tidak dikuasai masyarakat penutupan lahan terbuka/semak belukar lokasi jauh potensi hutan rendah didalam kawasan hutan negara vegetasi sekunder (log over area) potensi kawasan menurun/rendah tanaman yang ditanam merupakan jenis tanaman komersil kawasan hutan negara ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan tinggi penutupan lahan terbuka atau semak belukar ada kelembagaan formal (misalnya: koperasi, dll) maupun non formal (misalnya: masyarakat adat, dll) diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai run off tinggi lahan kritis atau lahan terbuka kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara ada masyarakat tersedia tanaman pokok : kayu-kayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah non kayu diluar/didalam kawasan hutan penutupan lahan jelek (lahan kritis) kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan maksimal 75 ha.
Diluar
3 Dam Penahan
4 - 133
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 134
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Masalah Penggunaan Lahan Penggunaan lahan belum optimal sehingga banyak dijumpai penggunaan alang-alang yang sebagian besar tersebar di daerah marjinal. Banyaknya kondisi lahan pada kelerengan curam (>40 %) dan solum tanah tipis sehingga kondisi tanah kurang subur dan tidak produktif. Pada kelerengan tidak terlalu curam (<25 %) penduduk masih berusaha memanfaatkan lahan dengan penanaman palawija, dengan praktekpraktek konservasi tanah yang tidak memadai. Bahkan sering dijumpai penduduk melakukan pembukaan alang-alang dengan cara pembakaran untuk mendapatkan tumbuhnya rumput-rumput/tumbuhan muda yang dapat dimakan oleh ternak. Masalah Sosial Ekonomi Adanya Enclave usaha tani diwilayah hutan lindung (wilayah konservasi), tanaman yang diusahakan adalah tanaman palawija. Pengolahan lahan kering yang menggunakan traktor, mengganggu guludan dan teras yang dibuat. Hal ini dilakukan oleh penduduk karena adanya anggapan bahwa guludan atau teras dapat mengurangi produksi. Adanya Usaha tani Palawija pada kemiringan > 40 % diwilayah lindung. Kebiasaan penduduk membakar alang-alang untuk pengembalaan ternak, akan mengganggu upaya RLKT dengan sistem vegetatif, sedangkan kemampuan penduduk untuk melakukan RLKT secara mandiri sangat kecil jika tidak ada bantuan dari pihak luar. Lembaga sosial/Lembaga Adat kurang berjalan secara optimal yang diharapkan. Berikut ini akan diuraikan pola pengelolaan konservasi yang perlu dilakukan dalam rangka meminimalisasi erosi dan sedimentasi yang pada gilirannya diharapkan :(a) meminimalisasi perbedaan debit maksimum dan minimum, (b) meningkatkan kualitas dan kuantitas air di Danau Toba. 1. Pola Konservasi Lahan Kritis Di Dalam Kawasan Hutan DTA D. Toba Seperti telah diuraikan pada bagian perhitungan erosi ada 26 sungai yang mengalir ke Danau Toba, 18 diantaranya mengelilingi atau berada di luar danau tersebut dan 8 diantaranya berada di Pulau Samosir atau dikelilingi Danau Toba. Bobot erosi dari dari 26 sub basin serta luasnya menurut kecamatan per kabupaten.
4 - 135
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Berkurang tidaknya erosi dan sedimentasi dari pada ke 26 sub basin tersebut sangat tergantung dari tindakan konservasi yang dilakukan pada daerah tangkapan airnya (DTA). Kondisi lahan kritis di dalam kawasan hutan yang termasuk DTA D.Toba diperlihatkan pada Tabel 4.53. Berdasarkan informasi pada Tabel 4.53 dapat disusun pola konservasi pada kawasan lindung yang berada dalam kawasan hutan sebagaimana Tabel 4.54. Dari Tabel 4.54, dapat dilihat bahwa : pada kabupaten Tobasa, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis di dalam kawasan hutan berturut-turut kecamatan Lumban Julu, Silaen dan Balige. pada kabupaten Samosir, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis di dalam kawasan hutan berturut-turut kecamatan Harian Boho, Pangururan dan Simanindo. pada kabupaten Dairi, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan berturut-turut adalah kecamatan Sumbul dan Parbuluan. Pada kabupaten Tanah Karo, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan adalah kecamatan Tiga Panah. Pada kabupaten Humbang Hasundutan, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan berturut-turut adalah kecamatan Dolok sanggul dan Lintong Nihuta. Pada kabupaten Tapanuli Utara, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan adalah kecamatan Muara. Pada kabupaten Simalungun, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan berturutturut adalah kecamatan Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, dan Purba, serta Silima Kuta.
4 - 136
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.53. Tingkat Kekritisan Lahan didalam Kawasan Hutan Yang Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan NO. I (1) Kec. Masuk dalam Ekosistem Hulu (2) Kab. Asahan Bandar Pasir Mandoge Jumlah I Persentase Kab. Toba Samosir Lumban Julu Habinsaran Porsea Silaen Laguboti Balige Jumlah II Persentase Samosir Harian Boho Onan Rungu Palipi Pangururan Sianjur mula-mula Siamnindo Jumlah III Persentase Jumlah III Persentase Tidak Kritis (3) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tingkat Kekritisan Lahan (ha) Potensi Kritis (4) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 85,04 0,00 0,00 164,93 249,97 0,27 249,97 0,27 Agak Kritis (5) 346,90 346,90 99,79 15.568,84 1.104,07 3.677,18 1.271,72 5.654,14 6.098,59 33.374,54 71,20 15.441,51 3.726,06 4.693,18 225,05 9.663,28 9.940,32 43.689,40 47,54 43.689,40 47,54 Kritis (6) 0,74 0,74 0,21 4.904,87 82,10 469,98 636,77 82,07 5.254,70 11.430,49 24,39 2.831,14 4.704,87 4.134,98 4.001,88 7.496,28 5.458,80 28.627,95 31,15 28.627,95 31,15 Sangat Kritis (7) 0,00 0,00 0,00 1.539,79 0,00 34,77 72,69 153,81 266,39 2.067,45 4,41 7.205,27 746,36 1.692,71 1.302,27 4.317,03 4.069,76 19.333,40 21,04 19.333,40 21,04 Total (ha) (8) 347,64 347,64 100,00 22.013,50 1.186,17 4.181,93 1.981,18 5.890,02 11.619,68 46.872,48 100,00 25.477,92 9.177,29 10.605,91 5.529,20 21.476,59 19.633,81 91.900,72 100,00 91.900,72 100,00 Jumlah Kritis dan S.Kritis (ha) Jumlah (ha) (9) 0,74 0,74 0,21 6.444,66 82,10 504,75 709,46 235,88 5.521,09 13.497,94 28,80 10.036,41 5.451,23 5.827,69 5.304,15 11.813,31 9.528,56 47.961,35 52,19 47.961,35 52,19 Persentase (%) (10)=(9)/(8)*100 0,21 0,21 29,28 6,92 12,07 35,81 4,00 47,51 135,60 39,39 59,40 54,95 95,93 55,01 48,53 52,19 52,19
II
III
4 - 137
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.53. Lanjutan IV Dairi Pegagan Hilir Sumbul Parbuluan Jumlah IV Persentase Tanah Karo Tiga Panah Jumlah V Persentase Humbang Hasundutan Dolok Sanggul Lintong Ni Huta Parlilitan Jumlah VI Persentase Tapanuli Utara Muara Siborong-borong Jumlah VII Persentase Simalungun Girsang Sipangan Bolon Sidamanik Dolok Pardamean Tanah Jawa Purba Silima Kuta Jumlah VII Persentase 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,61 1,61 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 4,87 0,00 4,87 0,03 1.195,97 3.786,75 3.445,31 8.428,03 71,65 2.639,29 2.639,29 61,38 709,46 12,86 32,48 754,80 6,95 525,60 1.681,94 2.207,54 15,98 3.488,97 396,35 601,84 377,66 2.827,13 299,87 7.991,82 55,69 130,46 2.041,73 862,36 3.034,55 25,80 1.330,99 1.330,99 30,95 3.731,59 1.134,90 0,00 4.866,49 44,81 9.040,41 331,55 9.371,96 67,84 939,06 1.001,21 791,10 0,00 2.599,44 641,80 5.972,61 41,62 0,00 67,14 232,56 299,70 2,55 329,88 329,88 7,67 5.212,61 25,42 0,00 5.238,03 48,24 2.234,66 0,00 2.234,66 16,17 188,41 0,00 37,62 0,00 143,92 11,80 381,75 2,66 1.326,43 5.895,62 4.540,23 11.762,28 100,00 4.300,16 4.300,16 100,00 9.653,66 1.173,18 32,48 10.859,32 100,00 11.800,67 2.015,10 13.815,77 100,00 4.616,44 1.397,56 1.430,56 377,66 5.575,36 953,47 14.351,05 100,00 130,46 2.108,87 1.094,92 3.334,25 28,35 1.660,87 1.660,87 38,62 8.944,20 1.160,32 0,00 10.104,52 93,05 11.275,07 331,55 11.606,62 84,01 1.127,47 1.001,21 828,72 0,00 2.743,36 653,60 6.354,36 44,28 9,84 35,77 24,12 69,72 38,62 38,62 92,65 98,90 0,00 191,55 95,55 16,45 112,00 24,42 71,64 57,93 0,00 49,21 68,55 271,75
VI
VII
VIII
4 - 138
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.54. Pola Konservasi Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan DTA. D. Toba . No Pola Konsrvasi (1) (2) 1. Reboisasi Arahan Lokasi (3)
kawasan hutan negara : HL,
Arahan Lokasi (4) Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta. Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta. Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta. Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.
HSAW, HPT, HPK tidak dikuasai masyarakat penutupan lahan terbuka/semak belukar lokasi jauh potensi hutan rendah
2. Pengkayaan Tanaman
didalam
3 Grass Barrier
kawasan hutan negara vegetasi sekunder (log over area) potensi kawasan menurun/rendah tanaman yang ditanam merupakan jenis tanaman komersil diluar/didalam kawasan hutan negara terutama tebing sungai run off tinggi lahan kritis atau lahan terbuka
4 Alley Cropping
dan
4 - 139
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.54. Pola Konservasi Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan DTA. D. Toba (Lanjutan) 5 Aneka Usaha Kehutanan
kegiatan didalam dan diluar
6 Teras
pokok : kayu-kayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah non kayu diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tingi
Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta. Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta. Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Balige, Harian Boho, Pangururan, Simanindo, Sumbul, Parbuluan, Tiga Panah, Dolok sanggul, Lintong Nihuta, Muara, Girsang sipangan Bolon, Sidamanik, Purba, Silima Kuta.
7 Dam Penahan
diluar/didalam
kawasan hutan penutupan lahan jelek (lahan kritis) kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan maksimal 75 ha.
2. Pola Konservasi Lahan Kritis Di Luar Kawasan Hutan Tidak semua daerah tangkapan air dari 26 sungai yang mengalir ke danau toba berada dalam kawasan hutan, sebagian berada di luar kawasan hutan. Lahan kritis yang beada di luar kawasan hutan milik negara yang penting fungsinya dalam rangka perlindungan hidro-orologis Danau Toba diperlihatkan pada Tabel 4.55. Berdasarkan informasi pada Tabel 4.55 dapat disusun pola konservasi lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan milik negara sebagaimana Tabel 4.56. Dari Tabel 4.55, memperlihatkan lahan kritis dan sangat kritis paling besar adalah sebagai berikut:
4 - 140
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
pada
kabupaten
Tobasa,
kecamatan
yang
perlu
diprioritaskan
penanganan lahan kritis di luar kawasan hutan berturut-turut kecamatan Laguboti dan Balige. pada kabupaten Samosir, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis di luar kawasan hutan berturut-turut kecamatan Harian Boho, Onan Runggu, Palipi, Pangururan dan Simanindo. Pada kabupaten Tanah Karo, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan kecamatan Tiga Panah. Pada kabupaten Humbang Hasundutan, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Dolok Sanggul dan Lintong Nihuta Pada kabupaten Tapanuli Utara, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan kecamatan Muara. Pada kabupaten Simalungun, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Purba dan Silima Kuta. adalah adalah
4 - 141
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.55. Kondisi Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan Milik Negara Namun Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan NO. I (1) Kec. Masuk dalam Ekosistem Hulu (2) Kab. Toba Samosir Balige Habinsaran Laguboti Lumban Julu Porsea Silaen Jumlah II Persentase Samosir Harian Boho Onan Rungu Palipi Pangururan Sianjur mula-mula Siamnindo Jumlah III Persentase Dairi Sumbul Parbuluan Jumlah IV Persentase Tidak Kritis (3) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tingkat Kekritisan Lahan (ha) Potensi Kritis (4) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 32,41 0,00 0,00 0,00 32,41 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 Agak Kritis (5) 2.174,92 478,47 6.765,28 6.043,90 6.882,46 5.296,50 27.641,53 86,25 109,96 829,22 946,31 552,73 1.486,74 451,50 4.376,46 15,73 0,00 0,00 0,00 0,00 Kritis (6) 1.253,40 13,30 175,42 1.890,36 448,70 360,18 4.141,36 12,92 871,29 4.203,07 3.747,98 7.918,57 976,97 4.229,87 21.947,75 78,89 0,15 0,13 0,28 73,68 Sangat Kritis (7) 32,54 0,00 38,19 184,63 0,40 8,99 264,75 0,83 0,26 526,21 533,28 154,87 1,11 248,87 1.464,60 5,26 0,10 0,00 0,10 26,32 Total (ha) (8) 3.460,86 491,77 6.978,89 8.118,89 7.331,56 5.665,67 32.047,64 100,00 981,51 5.558,50 5.259,98 8.626,17 2.464,82 4.930,24 27.821,22 100,00 0,25 0,13 0,38 100,00 Jumlah Kritis dan S.Kritis (ha) Jumlah Persentase (%) (ha) (9) (10)=(9)/(8)*100 1.285,94 13,30 213,61 2.074,99 449,10 369,17 4.406,11 13,75 871,55 4.729,28 4.281,26 8.073,44 978,08 4.478,74 23.412,35 84,15 0,25 0,13 0,38 100,00 37,16 2,70 3,06 25,56 6,13 6,52 81,12 88,80 85,08 81,39 93,59 39,68 90,84 84,15 84,15 100,00 100,00 200,00
II
III
4 - 142
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.55. Kondisi Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan Milik Negara Namun Termasuk DTA. D.Toba Sebagai Ekosistem Hulu WS Asahan (Lanjutan) IV Tanah Karo Tiga Panah Jumlah V Persentase Humbang Hasundutan Dolok Sanggul Lintong Ni Huta Jumlah VI Persentase Tapanuli Utara Muara Siborong-borong Jumlah VII Persentase Simalungun Dolok Pardamean Girsang Sipangan Bolon Purba Silima Kuta Jumlah VII Persentase 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 759,43 4.611,94 5.371,37 52,27 1.060,05 2,90 1.062,95 46,08 96,51 1.344,92 697,87 319,73 2.459,03 35,05 1.504,51 1.504,51 94,91 2.327,72 2.564,31 4.892,03 47,60 1.219,77 0,00 1.219,77 52,88 6,55 1.625,18 1.149,88 1.538,94 4.320,55 61,58 80,69 80,69 5,09 0,00 13,57 13,57 0,13 24,15 0,00 24,15 1,05 0,00 104,75 131,76 0,00 236,51 3,37 1.585,20 1.585,20 100,00 3.087,15 7.189,82 10.276,97 100,00 2.303,97 2,90 2.306,87 100,00 103,06 3.074,85 1.979,51 1.858,67 7.016,09 100,00 1.585,20 1.585,20 100,00 2.327,72 2.577,88 4.905,60 47,73 1.243,92 0,00 1.243,92 53,92 6,55 1.729,93 1.281,64 1.538,94 4.557,06 64,95 100,00 100,00 75,40 35,85 111,25 53,99 0,00 53,99 2,34 6,36 56,26 64,75 82,80 210,16
VI
VII
4 - 143
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.56.
Pola Konservasi Lahan kritis di Luar Kawasan Hutan dan Fungsinya Penting Dalam Pelestarian DTA. D. Toba .
Arahan Lokasi (3) Arahan Lokasi (4)
Kecamatan, Pangururan Panah, Dolok Laguboti, ,Simanindo, Sanggul, Balige, Tiga Lintong Harian Boho, Onan Runggu, Palipi,
No (1)
1.
Nihuta, Muara, Girsang Sipangan Bolon, Purba dan Silima Kuta 2. Hutan Rakyat
diluar hutan kawasan negara lahan kurang produktif ada kepemilikan/status lahannya jelas luas minimal 0,4 ha tanaman kayu-kayuan
Nihuta, Muara, Girsang Sipangan Bolon, Purba dan Silima Kuta 3 Penghijauan
Nihuta, Muara, Girsang Sipangan Bolon, Purba dan Silima Kuta 4 Wanatani/wa nafarma
diluar kawasan hutan jenis tanaman pangan dan obatobatan lahan kurang produktif
Nihuta, Muara, Girsang Sipangan Bolon, Purba dan Silima Kuta 5 Grass Barrier
diluar/didalam
kawasan hutan negara terutama tebing sungai run off tinggi lahan kritis atau lahan terbuka
Kecamatan Lumban Julu, Silaen, Kecamatan, Pangururan, Panah, Nihuta, Dolok Laguboti, Simanindo, Sanggul, Balige, Tiga Lintong Sipangan Harian Boho, Onan Runggu, Palipi,
Muara,Girsang
4 - 144
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.56. Pola Konservasi Lahan kritis di Luar Kawasan Hutan dan Fungsinya Penting Dalam Pelestarian DTA. D. Toba (Lanjutan)
6 Alley Cropping dikawasan pemukiman terdapat lebih dari 2 tanaman (tahunan pangan) run off tinggi Kecamatan, Laguboti, Balige, jenis dan Harian Boho, Onan Runggu, Palipi, Pangururan ,Simanindo, Tiga Panah, Dolok Sanggul, Lintong Girsang 7 Aneka Usaha Kehutanan kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan negara ada masyarakat tersedia tanaman pokok : kayukayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah non kayu diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tingi Nihuta, Sipangan Muara, Bolon,
Purba dan Silima Kuta Kecamatan, Laguboti, Balige, Harian Boho, Onan Runggu, Palipi, Pangururan ,Simanindo, Tiga Panah, Dolok Sanggul, Lintong Girsang Nihuta, Sipangan Muara, Bolon,
Purba dan Silima Kuta Kecamatan, Laguboti, Balige, Harian Boho, Onan Runggu, Palipi, Pangururan ,Simanindo, Tiga Panah, Dolok Sanggul, Lintong Girsang Nihuta, Sipangan Muara, Bolon,
Teras
Purba dan Silima Kuta 9 Dam Penahan diluar/didalam kawasan hutan penutupan lahan jelek (lahan kritis) kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan maksimal 75 ha. Kecamatan, Laguboti, Balige, Harian Boho, Onan Runggu, Palipi, Pangururan ,Simanindo, Tiga Panah, Dolok Sanggul, Lintong Girsang Nihuta, Sipangan Muara, Bolon,
4 - 145
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3. Pola Konservasi Vegetatif Sempadan Sungai a). Permasalahan Pada bagian kondisi biofisik ekosistem hilir atau daerah tangkapan air Danau Toba, telah disebutkan terdapat 26 sungai yang mengalir ke danau tersebut, 18 sungai berada diluar atau mengelilingi danau dan 8 sungai terdapat di pulau Samosir. Sungai-sungai tersebut catchment areanya tidak terlalu besar, yang menjadi persoalan adalah kemiringan sungainya cukup curam/tajam, sehingga sering terjadi banjir bandang. Banjir tersebut terjadi tiba-tiba dan waktunya singkat jika terjadi hujan. b). Pengertian sempadan sungai Sempadan sungai adalah wilayah sekitar sungai yang perlu dikonservasi untuk melindungi sungai tersebut. Departemen Kehutanan menetapkan untuk sungai yang lebarnya > 30 m sempadannya 100 m kiri kanan sungai, sedangkan sungai yang lebarnya < 30 m ditetapkan sempadan sungai 50 m kiri kanan sungai. Dalam perhitungan luas areal yang ditanami untuk pemeliharaan sempadan sungai digunakan lebar 200 m. Lahan sempadan sungai seluas panjang kali lebarnya, ditanamani dengan pohon. c). Pemilihan jenis tanaman Ada dua aspek penting perlu dipertimbangkan terkait korservasi pada 26 sungai yang ada di DTA D. Toba, yaitu: (a) jenis tanaman dominan yang akan ditanam di kiri kanan sungai, (b) jenis tanaman yang akan ditanam peda lerenglereng sungai untuk menahan longsor secara vegetatif. Jenis tanaman tersebut sebaiknya memenuhi persayaratan: (a) mampu berasosiasi atau dapat hidup dengan air, (b) tahan atau relatif tahan terhadap api, (c) kerapatan tajuk tinggi atau rimbun, (d) memberikan hasil sampingan bagi masyarakat. Tanaman makadame (Makadamia hildebrandii) merupakan tanaman yang mampu tumbuh berasosiasi dengan air, tanaman ini relatif tahan terhadap api, buahnya saat ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Saat ini Bappeda Samosir sedang meneliti kemungkinan buah tanaman tersebut diolah menjadi berbagai produk. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna meningkatkan ekonomi masyarakat/penduduk. Tanaman makadame biasanya ditanam dengan jarak tanam 5 m x 5 m dan pada umur 5 tahun tajuknya sudah rapat/rimbun. Dengan menggunakan tanaman makadamia sebagai tanaman konservasi pada sempadan sungai
4 - 146
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
diharapkan dapat mengurangi erosi dan longsor pada ke 26 sungai yang mengalir ke danau Toba Jenis tanaman campuran (ditanaman dengan tanaman pokok makadame) yang dianjurkan adalah tanaman yang bernilai ekonomi, seperti durian, dan kemiri. Pada lereng-lereng atau tebing pada ke 26 sungai idealnya ditanami dengan alley cropping yang akan berfungsi mengurangi erosi longsor pada saat musim hujan. Tanaman lain yang lebih praktis adalah tanaman bambu, tanaman ini dapat tumbuh di bantaran sungai dan mudah pengerjaannya. d). Dam penahan Tidak semuanya sempadan sungai dapat diatasi dengan pendekatan vegetatif, sebagian harus ditangani dengan pendekatan sivil teknis berupa bangunan pengendali. Bangunan dam pengendali diperlukan pada penutupan lahan yang sangat jelek, kemiringan lahan berkisar anatara 15-35 %, solum tanah sedang sampai dalam, tingkat laju erosi tinggi, dengan luas daerah tangkapan maksimal 75 ha. e). Pola konservasi vegetatif Berdasarkan uraian diatas dapat disarankan pola konservasi vegetatif pada sungai-sungai yang termasuk pada daerah tangkapan danau Toba, yaitu 18 sungai mengelilingi atau berada di luar danau Toba dan 8 sungai lainnya berada di Pulau Samosir sebagaimana Tabel 4.57. petai,
4 - 147
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.57. Pola Konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif Pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan No. (1) A 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Sungai (2) Luar D. Toba A. Sigumbang A. Haranggaol A. Mandosi A. Naborsahon B. Tongguran A. Gopgopan A. Mandosi A. Bolon (3) -Grass Barier -Cominity development -Penghijauan -Alley Cropping -Comunity development -Penghijauan -Penghijauan -Comunity development -Penghijauan -Comunity development -Penghijauan -Comunity development -Aneka usaha kehutanan -Penghijauan -Comunity development -Wana tani -Penghijauan -Comunity development -Penghijauan -Comunity development -Aneka usaha kehutanan -Dam pengendali Pola konservasi (4) Makadamia, kemiri, dll Makadamia, kemiri, dll Makadamia, kemiri, dll Makadamia, kemiri, dll Makadamia, kemiri, dll Makadamia, kemiri, dll kemiri, kemiri, kemiri, kemiri, kemiri, kemiri, bamboo, bamboo, bamboo, bamboo, bamboo, bamboo, Jenis tanaman Direkomendasikan Panjang sungai (m) (5) Luas sempadan akan ditanam (ha) (6) Kebutuhan Tanaman pokok makadamia (7)
Makadamia, kemiri, petai bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll
4 - 148
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.57. Pola konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif Pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan (Lanjutan) 9 10 11 A. Simare B. Halian A. Sitobu B. Siparbue Pulau Kecil A. Silang 14 B. Bodang L. Parembakan L. Tulas A. Ringgo -Penghijauan -Comunity development -Penghijauan -Comunity development -Aneka usaha kehutanan -Penghijauan -Comunity development -Aneka usaha kehutanan -Penghijauan -Comunity development -Aneka usaha kehutanan -Aneka usaha kehutanan -Penghijauan -Comunity development -Wana tani -Penghijauan -Comunity development -Dam pengendal -Wana tani -Penghijauan -Comunity development -Wana tani -Penghijauan -Comunity development -Penghijauan -Comunity development -Hutan rakyat -Hutan rakyat -Penghijauan -Comunity development Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll Makadamia, kemiri, petai,bamboo, kemiri, dll 4 - 149
12 13
15 16 17 18
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.57. Pola konservasi Dengan Pendekatan Vegetatif Pada Sungai Yang Mengalir ke Danau Toba Sebagai Ekosistem Bagian Hilir WS Asahan (Lanjutan) -Comunity development Makadamia, kemiri, bamboo, -Penghijauan kemiri, dll A. Sigumbang -Comunity development Makadamia, kemiri, bamboo, 2 -Penghijauan kemiri, dll A. Bolon -Penghijauan Makadamia, kemiri, bamboo, 3 -Comunity development kemiri, dll A. Silabung -Penghijauan Makadamia, kemiri, bamboo, 4 -Comunity development kemiri, dll S. Guluan -Penghijauan Makadamia, kemiri, bamboo, 5 -Comunity development kemiri, dll -Aneka usaha kehutanan S.Arun -Penghijauan Makadamia, kemiri, bamboo, 6 -Comunity development kemiri, dll -Wana tani A. Simaratuang -Penghijauan Makadamia, kemiri, petai bamboo, 7 -Comunity development kemiri, dll A. Sitiung-tiung -Penghijauan Makadamia, kemiri, petai,bamboo, 8 -Comunity development kemiri, dll -Aneka usaha kehutanan Keterangan : Jarak tanam pokok M. Hildebrandii 5 x 5 m 1 B Pulau samosir A. Simala
4 - 150
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4. Pola Konservasi Waduk dan Danau Semakin rusaknya kawasan hutan, mengakibatkan sebagian besar waduk yang dulunya berfungsi dengan baik, sekarang ini semakin parah kondisinya. Sementara itu, demand akan air semakin tinggi untuk keperluan berbagai pembangunan. Perkembangan kebutuhan air yang demikian tersebut mengharuskan kita akan upaya peningkatan suply air. Waduk dan danau harus dikonservasi dalam rangka peningkatan pasokan air. Konservasi waduk dan danau yang dimaksudkan disini adalah konservasi dengan pendekatan vegetatif. Di kabupaten Samosir misalnya terdapat waduk Aek aritonang, dan danau Sidikoni. Danau dan waduk ini dapat dilestarikan dengan pola konservasi vegetatif. Pola konservasi yang disarankan pada waduk dan danau dengan menanami pohon mengelilingi danau dengan radius minimal 500 m. Jenis tanaman yang disarankan adalah tanaman berdaun lebar atau tanaman campuran. Tanaman makadamia merupakan satu pilihan yang tepat. Apabila lahan sekitar danau bukan milik negara tapi merupakan milik masyarakat, maka pola konservasi dengan pendekatan vegetatif dapat dilakukan dengan pola agroforestri yatu merupakan kombinasi antara tanaman pohon dengan tanaman pertanian yang dapat memberikan hasil sampingan pada masyarakat. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menanam hutan rakyat yang bernilai ekonomis terhadap masyarakat sekitar. Pada Tabel 4.58. Tabel 4.58. Pola Konservasi Pendekatan Vegetatif Sekitar Danau Waduk.
No. 1 Pola konservasi -Reboisasi -Hutan kemasyarakatan -Pengayaan tanaman - Hutan Rakyat -Aneka usaha kehutanan Community development Keberadaan waduk Didalam kawasan hutan Jenis tanaman yang diusulkan -Tanaman makadame -Tanaman campuran pohon dengan pertanian
2 3
-Durian,Kemiri, karet, melinjo, kemenyaan, jengkol petai dan bambu. Menggerakkan peran serta masyarakat sekitar danau dan waduk
4 - 151
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Jenis komoditi hutan rakyat yang banyak dijumpai di wilayah Sumatera Utara disesuaikan dengan kondisi ekologi wilayah masing-masing. Umumnya jenis tanaman untuk hutan rakyat yang banyak dijumpai di wilayah Sumatera Utara merupakan jenis lokal dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Penyebaran komoditi tersebut, maka potensi hutan rakyat yang ada di wilayah Sumatera Utara disajikan seperti Tabel 4.59. Tabel 4.59. Data Potensi dan Penyebaran Hutan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara No. 1 2 3 4 5 Kabupaten Langkat Karo Dairi Tapanuli Utara Tapanuli Selatan Jenis Tanaman Yang Dominan Durian dan Bambu Kemiri Durian, Karet Pinus, Kemenyan Karet Kulit Manis, Durian Pinus Pinus, Kemiri, Bambu Karet Karet
Simalungun Labuhan Batu Asahan Jumlah Sumber : BPDAS Asahan Barumun 5. Pola Konservasi Lainnya
6 7 8
a. Pola Konservasi Vegetatif pada Lahan berlereng > 30 % Apabila kita melintasi kawasan danau Toba dari arah Medan menuju Porsea, nampak di sebelah kiri kita pegunungan terjal. Masalah pemukiman penduduk yang ada di sekitar tepian Danau Toba, lahan lereng-lereng yang curam, perlu segera diperhatikan, karena penggunaan tanah dengan berbagai jenis tanaman setahun pada lereng 30% ternyata menghasilkan erosi dan run-of yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman hutan. Konservasi pada lahan berlereng curam rata-rata > 30 % lebih baik dilakukan dengan metode vegetatif. Menurut penelitian yang dilakukan Litbang kehutanan Siantar, bahwa pola konservasi dengan metode vegetatif jauh lebih baik dan murah. Jenis yang direkomendasikan adalah tanaman campuran daun lebar dengan berbagai tanaman hutan rakyat dan tanaman agroforestri. Tanaman pokok yang direkomendasikan adalah makadamia (M. Hildebrandii). Pola konservasi dengan pergiliran tanaman sangat disarankan. Dengan pergiliran 4 - 152
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
tanaman pada lereng > 30 % dapat mengurangi erosi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan litbang Kehutanan P. Siantar di Sungai Naborsahon, Kec Lumban Julu. b. Pola Konservasi Vegetatif Mengatasi Kebakaran Salah satu persoalan utama dalam pelestarian kawasan hutan di sekitar danau Toba selama ini adalah kebakaran hutan. Pada musim kemarau potensi kebakaran hutan sangat tinggi, hal ini diakibatkan serasah di lantai hutan sangat kering dan mudah terbakar. Kondisi yang demikian ini akan, besar peluangnya sebagai pemicu kebakaran manakala masyarakat membuang puntung rokok di pinggir jalan. Selama ini tanaman pinus banyak ditanam di sekitar danau Toba. Namun tanaman pinus mudah terbakar sehingga kurang baik. Apabila musim kemarau tanaman ini cepat terbakar. Selain tanaman ini kurang baik ditinjau dari kesuburan tanah. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dan diganti dengan jenis lainnya. Salah satu jenis tanaman yang memenuhi keempat syarat diatas adalah tanaman daun lebar Macadamia Hildebrandii. Hamzah (1985), mengemukakan agar tanaman makadamia digunakan sebagai tanaman pokok disekitar danau Toba. Tanaman makadame biasanya ditanam dengan jarak tanam 5 m x 5 m dan pada umur 5 tahun tajuknya sudah rapat/rimbun. Buah tanaman ini dimanfaatkan untuk makanan ternak. Tegakan tanaman M. Heldebrandii mampu menekan pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan bawah, hal ini memungkinkan untuk memperkecil bahaya kebakaran terutama kebakaran permulaan. Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara mungkin berpengaruh terhadap perubahan komposisi tumbuhan bawah. Intensitas cahaya dan suhu udara di bawah tekanan M. Heldebrandii lebih rendah daripada di bawah tegakan Pinus merkusii maupun pada areal terbuka, sebaliknya kelembaban udara di bawah tegakan M. Heldebrandii lebih tinggi. Kondisi yang demikian ini akan dapat mengurangi bahaya kebakaran. c. Pola Konservasi pada Hutan Tanaman Industri Kehadiran TPL atau PT. Toba Pulp Lestari (dulu bernama PT Inti Indorayon Utama atau IIU) kadang-kadang membawa dilema, disatu sisi kita memerlukan kelestarian danau Toba dan disisi lain kita memerlukan pembangunan ekonomi. Dari sisi pembangunan ekonomi kita mengharapkan kehadiran PT. TPL, perannya terhadap pendapatan daerah di kabupaten sekitar danau Toba, penyerapan tenaga kerja dan lain sebagainya. Namun di
4 - 153
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
lain pihak lokasi HTI yang berada di daerah tangkapan air danau Toba, menjadikan perusahaan ini agak berbeda dengan perusahaan lainnya. Dalam konteks pelestarian danau Toba, perhatian masyarakat sekitar danau Toba, nasional dan internasional terhadap perusahaan ini wajar berlebihan. Permasalahnnya adalah bagaimana mengoptimalkan fungsi konservasi dengan fungsi ekonomi dari aktifitas PT. TPL. Optimalisasi fungsi itu dapat berjalan seimbang dengan pola konservasi sebagai berikut : (a) Konsesi yang diberikan jangan berada di hulu sungai yang masuk ke danau Toba (b) Menghindarkan sedapat mungkin pohon-pohon yang ber-zat allelophaty, yaitu zat yang menghambat/menekan pertumbuhan tanaman penutup tanah lainnya, misalnya jenis pinus. Itulah sebabnya kalau kita saksikan disekeliling tanaman pinus selalu bersih dari tumbuhan bawah. Dengan tidak adanya/berkurang tanaman tumbuhan bawah tersebut, maka run off menjadi besar dan infiltrasi menjadi kecil dan akibatnya kemampuan menahan air hujan menjadi sangat rendah. Dan pada gilirannya sumur penduduk cepat kering dimusim kemarau. (c) Berpartisipasi aktif membina comunity development dengan cara memberikan bantuan pada masyarakat yang berada di hulu sungai yang masuk ke danau Toba (lihat 26 sungai yang mengalir ke danau Toba) (d) Perusahaan ini perlu meningkatkan bantuan langsung ke masyarakat d. Pola konservasi hutan lindung Fungsi hutan lindung sangat peting dalam pengaturan tata air ekosistem bagian hulu atau yang kita sebut sebagai daerah tangkapan air Danau Toba (DTA. D. Toba). Pada Tabel 4.54 diperlihatkan hutan lindung disekitar kawasan danau Toba. Kondisi vegetasi di hutan lindung tersebut harus diprioritaskan pelaksanaan konservasinya, mengingat peranannya yang sangat besar akan fungsi hidro orologis. Pola konservasi jenis pertama adalah dilakukan adalah dengan melakukan reboisasi pada lahan kosong atau semak belukar dan alang-alang yang terdapat/tersebar di lahan hutan lindung. Pola konservasi lainnya adalah adalah pengayaan (enrichment plannting) pada hutan sekunder atau hutan berkerapatan jarang atau penutupan tajuknya termasuk kategori jelek sampai sangat jelek.
4 - 154
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.6.2.1.2. Pola Konservasi Ekosistem Hilir (DAS, Asahan, Silau dan Piasa)
Dari penentuan erosi eksisting pada tahun 2006 sebagaimana telah diuraikan pada bagian erosi, dapat dilihat bahwa erosi pada ekosistem bagian hilir, yaitu DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa tergolong berat pada DAS Piasa dan tergolong sangat besart pada DAS Asahan dan DAS Silau. Sudah barang tentu erosi pada ketiga DAS tersebut sangat berat dimasa yang akan datang sebagaimana diperlihatkan hasil prediksi tahun 2010, 2015 dan 2030 yang telah diuraikan dibagian depan. Untuk meminimalisasi atau menguranginya diperlukan berbagai upaya konservasi. Keterkaitan antara ekosistem hulu dan hilir, lagi-lagi penting dijadikan dalam pengelolaan WS Asahan secara terpadu. Hulu sungai Asahan adalah daerah tangkapan air danau Toba (DTA. Toba). Sedangkan hulu sungai Silau adalah Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun. Dengan demikian dengan melakukan upaya konservasi di DTA D. Toba akan berdampak positif pada daerah bawahannya, yaitu DAS Asahan, dan DAS Silau dan DAS Piasa. Demikian juga halnya, apabila dilakukan konservasi yang baik pada DAS Asahan akan berdampak positip pada DAS dibawahnya, yaitu DAS Silau. Berikut ini akan diuraikan pola pengelolaan konservasi yang perlu dilakukan dalam rangka meminimalisasi erosi dan sedimentasi pada DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa. 1. Pola Konservasi Lahan Kritis Di Dalam Kawasan Hutan Ekositem Hilir Salah satu parameter kondisi ekosistem berfungsi atau tidak adalah erosi, semakin kecil erosi biasanya penutupan lahannya semakin baik. Penutupan lahan yang jelek dapat dilihat dari kondisi lahan kritis dari suatu tangkapan air. Sebaran lahan kritis pada ekosistem bagian hilir yang mencakup Kabupaten Asahan, Tobasa, Simalungun dan Tanjung Balai disajikan pada Tabel 4.60. Dari Tabel 4.60, jumlah lahan kritis dan sangat sangat kritis yang perlu diupayakan penanganannya adalah: Pada kabupaten Asahan, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis dan sangat kritis di dalam kawasan hutan berturutturut kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram. 4 - 155
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pada kabupaten Toba Samosir, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis dan sangat kritis di dalam kawasan hutan berturutturut kecamatan Habinsaran, Porsea dan Silaen. Pada kabupaten Simalungun, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan adalah kecamatan Simalungun. Berdasarkan kondisi lahan kritis dan sangat kritis di daerah tangkapan air WS Asahan bagian hilir sebagaimana Tabel 4.60 diatas dapat disusun pola konservasi dalam mengentaskan lahan kritis di dalam kawasan hutan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.61.
4 - 156
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.60. Sebaran Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan WS Asahan Bagian Hilir
NO. (1) I Kec. Masuk Dalam Ekosistem Hilir (2) Kab. Asahan Air Batu Air Joman Bandar Pasir Mandoge Bandar Pulau Buntu Pane Pulau Rakyat Sei Kepayang Simpang Empat Tanjung Tiram Jumlah I persentase Kab. Toba Samosir Lumban Julu Habinsaran Porsea Silaen Jumlah II persentase Kab. Simalungun Tanah Jawa Girsang Sipangan Bolon Jumlah III persentase Total I + II + III Tidak Kritis (3) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tingkat Kekritisan Lahan (ha) Potensi Kritis (4) 0,00 0,39 0,00 0,00 0,00 5.182,60 11.965,78 0,00 0,00 17.148,77 13,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,83 0,00 0,83 0,02 17.149,60 Agak Kritis (5) 407,44 2.879,96 31.318,58 27.066,27 650,20 15.664,59 11.088,51 70,79 3.526,42 92.672,76 73,19 1.157,73 14.792,37 7.671,94 798,93 24.420,97 95,19 4.597,07 10,43 4.607,50 87,31 121.701,23 Kritis (6) 0,00 36,64 1.863,45 3.175,96 0,00 2.062,67 1.414,17 17,53 762,52 9.332,94 7,37 0,00 673,43 172,64 25,84 871,91 3,40 75,81 0,00 75,81 1,44 10.280,66 Sangat Kritis (7) 0,00 0,00 1.327,52 5.920,69 0,00 210,17 0,00 0,00 0,00 7.458,38 5,89 0,00 307,66 55,75 0,00 363,41 1,42 592,79 0,00 592,79 11,23 8.414,58 Total (ha) (8) 407,44 2.916,99 34.509,55 36.162,92 650,20 23.120,03 24.468,46 88,32 4.288,94 126.612,85 100,00 1.157,73 15.773,46 7.900,33 824,77 25.656,29 100,00 5.266,50 10,43 5.276,93 100,00 157.546,07 Jumlah Kritis dan S.Kritis (ha) Jumlah (ha) (9) 0,00 36,64 3.190,97 9.096,65 0,00 2.272,84 1.414,17 17,53 762,52 16.791,32 13,26 0,00 981,09 228,39 25,84 1.235,32 4,81 668,60 0,00 668,60 12,67 18.695,24 Persentase (%) (10) 0,00 1,26 9,25 25,15 0,00 9,83 5,78 19,85 17,78 88,89
II
III
4 - 157
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.61. Pola Konservasi Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan Ekosistem Hilir WS Asahan .
No
(1) 1.
Pola Konsrvasi
(2) Reboisasi
Arahan Lokasi
(4) Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram, Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun
2.
Pengkayaan Tanaman
Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram, Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun
Grass Barrier
Alley Cropping
kegiatan
Teras
Dam Penahan
didalam dan diluar kawasan hutan negara ada masyarakat tersedia tanaman pokok: kayukayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah non kayu diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tingi diluar/didalam kawasan hutan penutupan lahan jelek (lahan kritis) kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan maksimal 75 ha.
Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram, Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram, Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun
Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun Kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Pulau Rakyat, Sei Kepayang dan tanjung Tiram Habinsaran, Porsea, Silaen, dan Simalungun
4 - 158
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2. Pola Konservasi Lahan Kritis Di Luar Kawasan Hutan WS Hilir Tidak semua daerah tangkapan air DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa berlokasi dalam dalam kawasan hutan, tetapi sebagian berada di luar kawasan hutan. Lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan diperlihatkan pada Tabel 4.62. Berdasarkan informasi pada Tabel 4.62 dapat disusun pola konservasi lahan kritis yang berada di luar kawasan sebagaimana Tabel 4.63. Dari Tabel 4.62 memperlihatkan lahan kritis dan sangat kritis paling besar adalah sebagai berikut: Pada kabupaten Asahan, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan kritis dan sangat kritis di luar kawasan hutan berturutturut kecamatan Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram dan Sei Kepayang. Pada kabupaten Toba Samosir, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan agak kritis di luar kawasan hutan adalah kecamatan Habinsaran. Pada kabupaten Simalungun, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan agak kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Tanah Jawa. Pada kabupaten Tanjung Balai, kecamatan yang perlu diprioritaskan penanganan lahan agak kritis yang berada di luar kawasan hutan adalah kecamatan Tanjung Balai.
4 - 159
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.62. Sebaran Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan WS Asahan Bagian Hilir
Kec. Masuk dalam Ekosistem Hilir (2) Kab. Asahan Air Batu Air Joman Bandar Pasir Mandoge Bandar Pulau Buntu Pane Kisaran Pulau Rakyat Sei Kepayang Simpang Empat Tanjung Tiram Jumlah I persentase Kab. Toba Samosir Habinsaran Jumlah II persentase Kab. Simalungun Tanah Jawa Jumlah III persentase Kab. Tanjung Balai Tanjung Balai Jumlah III persentase Total I + II + III + IV Tingkat Kekritisan Lahan (ha) Potensi Kritis Agak Kritis Kritis (4) (5) (6) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16.467,95 16.683,11 27.855,84 26.907,18 21.645,15 10.024,09 9.686,65 23.857,25 20.401,91 1.685,73 175.214,86 90,63 84,71 84,71 100,00 709,90 709,90 100,00 7.995,00 7.995,00 100,00 184.004,47 0,00 0,00 3.489,94 11.164,74 0,00 0,00 33,29 2.869,77 552,72 0,00 18.110,46 9,37 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 18.110,46 Jumlah Kritis dan S.Kritis (ha) Jumlah (ha) Persentase (%) (9) (10) 0,00 0,58 3.489,94 11.164,74 0,00 0,00 33,29 2.869,97 552,72 0,00 18.111,24 9,37 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,02 0,00 18.111,26 0,00 0,00 11,13 29,33 0,00 0,00 0,34 10,74 2,64 0,00 54,18
NO. (1) I
Tidak Kritis (3) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Kritis (7) 0,00 0,58 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,20 0,00 0,00 0,78 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,02 0,00 0,80
Total (ha) (8) 16.467,95 16.683,69 31.345,78 38.071,92 21.645,15 10.024,09 9.719,94 26.727,22 20.954,63 1.685,73 193.326,10 100,00 84,71 84,71 100,00 709,90 709,90 100,00 7.995,02 7.995,02 100,00 202.115,73
II
0,00 0,00
III
0,00 0,00
IV
4 - 160
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.63.
No
(1) 1.
Pola Konservasi
(2) Agroforestry
Arahan Lokasi
(4) Kecamatan, Bandar Pasir Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..
2.
Hutan Rakyat
diluar hutan kawasan negara lahan kurang produktif ada kepemilikan/status lahannya
jelas luas minimal 0,4 ha tanaman kayu-kayuan diluar kawasan hutan kritis/tidak produktif ada pemilikan/pengusahaan lahan
Kecamatan,
Bandar
Pasir
Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai.. Kecamatan, Bandar Pasir
Penghijauan
Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..
Wanatani/wa nafarma
diluar kawasan hutan jenis tanaman pangan dan obatobatan lahan kurang produktif
Kecamatan,
Bandar
Pasir
Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..
Grass Barrier
diluar/didalam
kawasan hutan negara terutama tebing sungai run off tinggi lahan kritis atau lahan terbuka
Kecamatan,
Bandar
Pasir
Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..
Alley Cropping
Kecamatan,
Bandar
Pasir
Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..
kegiatan
didalam dan diluar kawasan hutan negara ada masyarakat tersedia tanaman pokok : kayukayuan dan mpts komoditi yang dikembangkan cenderung tanaman semusim hasil yang diharapkan adalah non kayu
Kecamatan,
Bandar
Pasir
Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..
4 - 161
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Tabel 4.63. Pola Konservasi Lahan Kritis di Luar Kawasan Hutan WS Bagian Hilir (Lanjutan)
8 Teras
diluar kawasan hutan kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tingi
Kecamatan,
Bandar
Pasir
Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai.. Kecamatan, Bandar Pasir
Dam Penahan
diluar/didalam kawasan hutan penutupan lahan jelek (lahan kritis) kemiringan berkisar 15 35 % solum tanah sedang sampai dalam tingkat laju erosi lahan tinggi luas daerah tangkapan maksimal
75 ha.
Mandogi, Bandar Pulo, Tanjung Tiram, Sei Kepayang, Habinsaran, Tanah Jawa, dan Tanjung Balai..
3. Pola Konservasi Vegetatif Sempadan Sungai Asahan, Silau dan Piasa a. Permasalahan Pemasalahan sempadan sungai pada WS Asahan adalah peningkatan alih fungsi lahan menjadi tanaman perkebunan kelapa sawit. Penduduk yang bermukim di sepanjang sungai masih kurang menyadari pentingnya fungsi sempadan sungai, umumnya masyarakat yang tergolong berpendapatan kurang, sehingga solusi utamanya adalah bagaimana meningkatkan pendapatan alternatif dari tanaman yang akan di tanam di semapadan sungai. Dimana tanaman tersebut dapat memberikan hasil sampingan pada masyarakat. Dengan demikian diharapkan masyarakat setempat merasa memiliki, dan pada gilirannya ikut menanam demi mengambil hasilnya, tanpa mengorbankan fungsi perlindungan. b. Pemilihan jenis tanaman Tanaman yang sesuai ditanam sepanjang sungai Asahan, Silau dan Piasa adalah jenis yang dapat memberikan hasil sampingan pada masyarakat, serta species site maching memerlukan air yang banyak. Tanaman yang disarankan adalah campuran yang memberikan fungsi perlindungan secara hidro-orologis dengan yang memberikan hasil sampingan. Jenis-jenis tersebut antara lain, tanaman bambu, rotan, mangga, petai, nangka, kemiri, alpukat dan lain sebagainya,
4 - 162
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
c. Pola konservasi vegetatif Berdasarkan uraian diatas dapat disarankan pola konservasi vegetatif pada sungai Asahan, Silau dan Piasa adalah dengan pola penghijauan, comunity development sebagaimana Tabel 4.64. d. Comunity development Semakin kearah hilir semakin kompleks permasalahan pada sempadan sungai, seperti pada sempadan sungai Silau dan arah Tanjung Balai, pada sempadan ini banyak penduduk bermukim. Konservasi dengan pendekatan vegetatif dan teknis sipil saja tidak akan cukup, sehingga upaya konservasi melalui peningkatan peran serta masyarakat/penduduk (comunity development) memegang peranan penting dalam konservasi sempadan sungai semakin ke arah hilir WS Asahan. Tabel 4.64.
No (1) 1.
2.
Silau
Tanaman bambu, rotan, petai, nangka, mangga, kemiri, sotul, sirsak, dan durian Tanaman bambu, rotan, petai, nangka, mangga, kemiri, sotul, sirsak, dan durian
Piasa
4 - 163
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4. Pola Konservasi Kawasan Hutan Damtolu Apabila disimak Tabel 4.58 sebaran lahan kritis pada kawasan hutan dengan Tabel 4.60 dapat dilihat bahwa lahan kritis dan sangat kritis justru paling luas pada kawasan hutan. Hal ini mengindikasikan banyaknya kawasan hutan yang parah, padahal fungsi kawasan hutan terutama hutan lindung sangat penting bagi WS Asahan. Salah satu hulu sungai silau adalah kawasan hutan Damtolu yang terletak pada kecamatan Pulau Rakyat, Sei Kepayang, Aek Kuasa, kondisinya sudah parah. Padahal kawasan ini sangat vital fungsinya bagi perlindungan sungai Silau. Upaya alih fungsi kawasan ini menjadi lahan sawit seyogyanya dihindarkan. Pola konservasi kawasan hutan Damtolu diperlihatkan pada Tabel 4.65. Tabel 4.65. Pola Konservasi Kawasan Hutan Damtolu
No. 1 2 Pola konservasi - Reboisasi - Hutan kemasyarakatan Pengayaan tanaman Kondisi Kawasn hutan -Lahan kososng -Lahan alang-lang Permudaan tanaman sangat kurang baik tingkat seedling, pole, tiang dan pohon Ketergantungan masyarakat hutan tinggi Penduduk sekitar kawasan rendah pengasilannya Jenis tanaman yang diusulkan -Vegetasi asli Jenis asli setempat
3 4
Jenis mangga, magka, kemiri, durian petai, dll. Campuran tanaman kayukayuan yang bersifat multi porpuse tree species
4.7.
Skematisasi sistem tata air pada Wilayah Sungai Asahan dapat dilihat pada Gambar 4.24 sebagai berikut.
4 - 164
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Gambar 4.24. Skematisasi Sistem Tata Air WS Asahan Hasil simulasi model DSS-Ribasim untuk kondisi kebutuhan air saat ini (tahun 2006) pada Gambar 4.25 dan Gambar 4.26 menunjukkan bahwa ternyata semua kebutuhan air masih dapat dipenuhi secara utuh atau 100 persen. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pada saat ini tidak ada permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan air.
PT. JASAPATRIA GUNATAMA
4 - 165
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4 - 166
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Gambar 4.26. Debit Minimum (m3/s) di WS Asahan Dari simulasi ini terungkap bahwa jumlah potensi sumber daya air di WS Asahan adalah sekitar 8,2 milyar meter kubik pertahun, dimana 37 persen diantaranya atau sekitar 3 milyar meter kubik per-tahun merupakan air masuk (inflow) ke Danau Toba.
4 - 167
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
4.7.1. 4.7.1.1.
Upaya-upaya Pengembangan Sumber Daya Air Upaya Peningkatan Pola Operasi Danau Toba untuk PLTA
Wilayah Sungai Asahan memiliki Danau Toba dengan fungsinya yang sangat strategis dalam memasok daya listrik industri Inalum dan telah terjadi penurunan muka air, maka dilakukan simulasi operasi waduk dalam menentukan outflow yang paling optimal. Simulasi dilakukan berdasarkan data air masuk ke dalam danau Toba dari tahun 1957 sampai dengan pertengahan tahun 2006. Data air masuk danau ini diperoleh dari perhitungan neraca air danau yang komponennya adalah air keluar (outflow), tinggi muka air serta evaporasi dan hujan. Data sejak tahun 2000 menunjukkan bahwa outflow rata-rata dari danau adalah sekitar 100 m3/s, dan terjadi penurunan muka air danau. Oleh karena itu simulasi dilakukan dengan outflow yang bervariasi antara 70 m3/s sampai dengan 100 m3/s. Parameter yang digunakan sebagai indikator kinerja pengoperasian danau adalah besarnya defisit; realisasi target outflow (atau prosentase suksesnya outflow dipenuhi); dan prosentase muka air waduk tetap berada diatas 902,5 yang merupakan syarat agar PLTA tetap dapat beroperasi. Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 4.66 sebagai berikut. Tabel 4.66. Hasil Simulasi Untuk Berbagai Target Outflow
Target Outflow (m3/s) 70 75 80 90 100 Realisasi Outflow (%) 100.00 100.00 99.80 96.90 88.40 Defisit (m3/s) 0.00 0.00 0.47 1.83 6.78
Ternyata agar muka air danau selalu berada diatas elevasi 902,5 meter, maka air keluar danau (outflow) yang ditargetkan adalah 75 m3/s. Jika terpaksa, maka outflow tersebut masih dapat ditingkatkan sampai ke 90 m3/s, sebab pada tingkat ini realisasi outflow masih diatas 90%. Akan tetapi pada target outflow sebesar 100 m3/s, kegagalan pemenuhan target maupun kondisi muka air yang di bawah 902,5 meter terjadi sudah lebih besar dari 10%, yang berarti sudah tidak dapat ditolerir lagi dengan tingkat keandalan 90%. 4 - 168
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Gambar 4.27 sampai dengan Gambar 4.31 berikut menyajikan kondisi muka air danau Toba untuk berbagai tingkat target outflow.
Muka Air Danau Toba untuk berbagai Outflow
905.0
904.5
904.0 Muka air (m) 70 m3/s 80 m3/s 90 m3/s 100 m3/s 903.5
903.0
902.5 Dec-56
Dec-61
Dec-66
Dec-71
Dec-76
Dec-81
Dec-86
Dec-91
Dec-96
Dec-01
Waktu (tahun)
12/16/1959
12/15/1963
12/14/1967
12/13/1971
12/12/1975
12/11/1979
12/10/1983
12/9/1987
12/8/1991
12/7/1995
12/6/1999
12/5/2003
Gambar 4.28. Muka air Danau Toba (m) Untuk Outflow 75 m3/s
4 - 169
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
12/16/1959
12/15/1963
12/14/1967
12/13/1971
12/12/1975
12/11/1979
12/10/1983
12/9/1987
12/8/1991
12/7/1995
12/6/1999
12/5/2003
Gambar 4.29. Muka Air Danau Toba (m) Untuk Outflow 80 m3/s
12/16/1959
12/15/1963
12/14/1967
12/13/1971
12/12/1975
12/11/1979
12/10/1983
12/9/1987
12/8/1991
12/7/1995
12/6/1999
12/5/2003
Gambar 4.30. Muka Air Danau Toba (m) Untuk Outflow 90 m3/s
4 - 170
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
904
Supply 903
12/16/1959
12/15/1963
12/14/1967
12/13/1971
12/12/1975
12/11/1979
12/10/1983
12/9/1987
12/8/1991
12/7/1995
12/6/1999
12/5/2003
Gambar 4.31. Muka Air Danau Toba (m) Untuk Outflow 100 m3/s 4.7.1.2. Upaya Pengembangan Rencana Bendungan Menurut PT. Inalum akan ada rencana pembangunan bendungan PLTA Asahan 3 yang masih dalam studi kelayakan .
4.8.
Berdasarkan hasil perhitungan Banjir Rencana yang dihitung dengan Model HEC dapat disimpulkan bahwa banjir yang terjadi di Bagian Hilir Sungai Asahan disebabkan oleh besarnya debit anak-anak sungai yang masuk ke Sungai Asahan Bagian Hilir antara lain : Sungai Piasa, Sungai Silau, Lokal Sungai Asahan bersamaan dengan pengeluaran debit air Danau Toba diatas + 905,2 m yang bermuara keseluruhannya di Sungai Asahan Tanjung Balai, sehingga banjir di bagian hilir sungai asahan masih dipengaruhi oleh pola operasi Danau Toba apabila terjadi curah hujan yang tinggi secara bersamaan. Setelah dilakukan simulasi dengan Model HEC hasilnya untuk Pengendalian Banjir di Sungai Asahan Bagian Hilir dapat disimpulkan sebagai berikut :
4 - 171
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
URAIAN
DESKRIPSI
S. SILAU 1 Tanggul * * * * 2 3 Perlindungan lereng Struktur * Free intake : 5 buah Lokasi 2 lokasi 7 titik 5 buah 2 lokasi Pasar Baru, Sijambi, T.Malaya S. Silau dan Si Umbut umbut * * * * Stasiun Pompa Outlet Drainase Jembatan Terminal ferry : : : : Panjang Tinggi Lebar puncak Kemiringan : : : : Sisi kiri 18.3 km , Sisi kanan 17.75 km 1.2 m 2.0 m 1 : 1.5
( Sumber : Masterplan Study on Lower Asahan River Basin Development , JICA 1990 )
4 - 172
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
NO
URAIAN
Bangunan Pengedali Banjir
- Normalisasi Sungai - Tanggul - Dinding Parapet - Revertment
DESKRIPSI
(1) Sungai ASAHAN Lokasi : dari Pd. Mahondang sampai S.Nantal (19 km) Q desain = Q 10 thn debit banjir P.Raja 3 = 1100 m /dtk Tipe pekerjaan : 3 - Pengerukan ( volume = 3,345,000.- m ) 3 - Pembuatan tanggul banjir ( volume = 560,000 m ) (2) Sungai SILAU Lokasi : dari Jembatan KA sampai ke S. Asahan (20 km) Q desain = Q 10 thn debit banjir Kisaran 3 = 600 m /dtk Tipe pekerjaan : 3 - Pengerukan ( volume = 2,220,000.- m ) 3 - Pembuatan tanggul banjir ( volume = 1,250,000 m ) - Revetment ( volume = 4,130 m ) - Parapet wall ( 3,130 m ) (3) Sungai LEBAH Tipe pekerjaan : 3 - Pengerukan ( volume = 220,000.- m ) 3 - Pembuatan tanggul banjir ( volume = 220,000 m )
( Sumber : Masterplan Study on Lower Asahan River Basin Development , JICA 1990 )
4 - 173
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Lokasi pengendalian banjir di Sungai Asahan Bagian Hilir dapat dilihat pada Gambar 4.32.
4 - 174
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
5.1. 5.1.1.
Konservasi SDA merupakan upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan kelangsungan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber air disesuaikan dengan undang-undang. Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilakukan dengan kegiatan fisik dan non fisik. Untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan kegiatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan dalam upaya menyeimbangkan fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi pengembangan SDA, maka kegiatan non fisik perlu di utamakan antara lain: monitoring kualitas air wilayah sungai Asahan secara rutin untuk mengetahui adanya penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh pencemaran limbah. Pola Pengelolaan Sumber Daya air pada aspek Konservasi SDA di Wilayah Sungai Asahan diarahkan untuk dapat : 1. Mengupayakan selalu tersedianya air dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. 2. Melestarikan sumber-sumber air dengan memperhatikan kearifan lokal/adat istiadat setempat. 3. Melindungi sumber air dengan lebih mengutamakan kegiatan rekayasa sosial, peraturan Perundang-undangan, monitoring kualitas air dan kegiatan vegetatif. 4. Mengembangkan budaya pemanfaatan air yang efisien.
5-1
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
5. Mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang berada pada sumber sumber air. 6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi SDA.
5.1.2.
1. Reboisasi dan perlindungan hutan. 2. Pola rehabilitasi hutan. 3. Penghijauan lahan kritis dan penutupan lahan terbuka/semak belukar. 4. Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif. 5. Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya. 6. Agroforestri, Aneka usaha kehutanan, Alley cropping dan Teras. 7. Pendekatan vegetatif pada DTA Danau Toba disarankan dengan menggunakan tanaman Macadamia hildebrandii sebagai tanaman pokok atau dominan. 8. Diperlukan adanya penyesuaian peraturan daerah tentang penetapan kawasan Danau Toba dengan Undang-Undang dan Peraturan tentang Otonomi Daerah. 9. Rehabilitasi dan pengayaan tanaman di kawasan hutan Damtolu perlu dilakukan dengan segera, mengingat kawasan ini sangat besar fungsinya untuk menjaga kelestarian DAS Silau. 10. Pada lahan berlereng > 30 % di DTA Danau Toba sebaiknya dilakukan pendekatan konservasi vegetatif dengan menanam tanaman makadamia sebagai tanaman dominan. 11. Tidak memberi ijin usaha HTI, IUPHH, Perkebunaan dan indsutri di hulu sungai, sub basin atau sub DAS. 12. Mensinkronkan implementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi. 13. Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air. 14. Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat. 15. Perlu penyuluhan bagi masyarakat yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan, tetapi masih termasuk daerah tangkapan Wilayah Sungai Asahan.
5-2
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
5.1.3.
1. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara individu atau terpusat. 2. Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air. 3. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non domestik dan industri. 4. Pengelolaan limbah industri secara terpadu. 5. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu. 6. Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu. 7. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai. 8. Audit lingkungan
5.1.4.
Pendayagunaan SDA
SDA merupakan upaya penatagunaan, penyediaan,
Pendayagunaan
penggunaan, pengembangan dan pengusahaan Sumber Daya Air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. Sumber air mengandung arti tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah. Sumber air memiliki fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi bagi kehidupan manusia yang perlu dipelihara keselarasannya. Pengelolaan sumber daya air sampai saat ini belum memberikan kejelasan dalam hal proporsi antar fungsi sumber daya air, sehingga pendayagunaan lebih lanjut dari sumberdaya air dapat mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi yang menjurus pada kerusakan atau menjadi bencana dikemudian hari dari sumber air. Didalam penyelarasan fungsi-fungsi tersebut, akan diperlukan sistem pengkajian, pemantauan dan evaluasi yang dapat memberikan data dan informasi yang transparan yang diperlukan didalam pengembangan pengelolaan sumber air lebih lanjut secara berkesinambungan. Transparansi dan akuntabilitas dari suatu pengelolaan sumber air akan menjamin keberlanjutan dari penyelengaraan pengelolaan sumber air. Salah satu kunci di dalam upaya meningkatkan transparasi dan akuntabilitas dari suatu pengelolaan sumber air adalah dengan merumuskan, menentukan dan menetapkan Zona pemanfaatan sumber air sebagai suatu unit terkecil didalam pengelolaan sumber air.
5-3
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Bupati/Walikota dan Gubernur wilayah terkait, sesuai dengan kewenangannya bekerjasama merumuskan rencana Zona pemanfatan sumber air. Penetapan Zona pemanfaatan sumber air di koordinasikan melalui wadah koordinasi sumber air (PPTPA) pada wilayah sungai Asahan. Penetapan rencana Zona pemanfaatan sumber air merupakan bagian dari proses penyusunan pola pengelolaan SDA. Kebutuhan masyarakat terhadap air semakin meningkat mendorong lebih meningkatnya nilai ekonomi air dibanding fungsi sosial. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar sektor, antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Untuk mengantisipati terjadinya hal tersebut akan diperlukan penetapan peruntukan air pada sumber air. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menyelenggarakan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan air bagi setiap orang yang tinggal di wilayahnya. Jaminan tersebut menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, termasuk didalamnya menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air. Jaminan penataan sumber air secara layak akan mendorong peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat : Pola Pengelolaan Sumber Daya air pada aspek Pendayagunaan SDA di WS Asahan diarahkan untuk dapat. 1. Mendayagunakan fungsi atau potensi yang terdapat pada sumber air secara berkelanjutan. 2. Mengupayakan penyediaan air untuk berbagai kepentingan secara proporsional dan berkelanjutan. 3. Mengupayakan penataan sumber air secara layak. 4. Memanfaatkan sumber daya air dan prasarananya sebagai media/materi sesuai prinsip penghematan penggunaan, ketertiban dan keadilan, ketepatan penggunaan, keberlanjutan penggunaan, dan saling menunjang antara sumber air dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan. 5. Meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air, dan atau peningkatan ketersediaan dan kualitas air.
5-4
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
6. Meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dengan prinsip meningkatkan efisiensi alokasi dan distribusi kemanfaatan sumber air.
5.1.4.1. Penatagunaan
1. Penetapan zona pemanfaatan air. 2. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih. 3. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air.
5.1.4.2. Penyediaan
1. Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga perkotaan dan industri bagi kabupaten dan kota di wilayah sungai Asahan berasal dari air sungai, danau, mata air, sumur dalam atau kombinasinya. 2. Penyediaan air baku dan PLTA di Wilayah Sungai Asahan, dengan peningkatan operasi Danau Toba.
5.1.4.3. Penggunaan
1. Optimasi penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time.
5.1.4.4. Pengembangan.
1. Pengembangan angkutan sungai dalam wilayah provinsi. 2. Pengembangan kelistrikan tenaga air (PLTA).
5.1.4.5. Pengusahaan.
Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, industri, dan lainnya.
5.1.5.
Pengendalian Daya Rusak Air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. Daya rusak air dapat berupa banjir, kekeringan, erosi dan sedimentasi, longsoran tanah, banjir lahar dingin, amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan fisika air, terancamnya kepunahan jenis 5-5
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
tumbuhan dan/atau satwa, dan/atau wabah penyakit. Hal tersebut telah banyak menimbulkan kerugian baik yang terhitung maupun yang tidak terhitung. Dampak daya rusak air terhadap kondisi sosial-ekonomi yang utama adalah terganggunya aktifitas masyarakat dalam menjalankan kehidupannya. Pemerintah dan masyarakat telah banyak melakukan upaya pengendalian baik yang bersifat upaya pencegahan sebelum terjadi bencana, upaya penanggulangan pada saat terjadi bencana dan upaya pemulihan akibat bencana. Sejalan dengan kepentingan yaitu untuk pemerintah, mempercepat pemerintah daerah provinsi,
kabupaten/kota
terwujudnya
kesejahteraan
masyarakat melalui upaya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, maka upaya peningkatan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana dan pemulihan fungsi sarana dan prasarana berkaitan dengan daya rusak air perlu dilaksanakan. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada aspek Pengendalian Daya Rusak Air di Wilayah Sungai Asahan diarahkan untuk dapat : 1. Mengupayakan Keberlangsungan aktifitas masyarakat dan terlindungnya sarana dan prasarana pendukung aktifitas masyarakat. 2. Mengupayakan sistem pencegahan bencana akibat daya rusak air. 3. Meningkatkan sistem penanggulangan bencana 4. Memulihkan fungsi sarana dan prasarana guna pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. 5. Meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan daya rusak air.
5-6
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
5.1.6.
Untuk terselenggaranya tata pengaturan air yang baik, pengelolaan sumber daya air harus dilakukan secara melembaga sampai pada tingkat wilayah sungai termasuk didalamnya perencanaan pengembangan sumber daya air. Disamping beberapa hal posistif berupa keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan, perubahan-perubahan tersebut menyebabkan pula timbulnya keragaman dinamika masyarakat beserta permasalahannya baik berupa skala ruang maupun waktu termasuk permasalahan akibat krisis keuangan, politik, maupun penyimpangan iklim yang dihadapi Negara kita akhir-akhir ini. Timbulnya keragaman-keragaman tersebut menyebabkan konteks pembinaan masyarakat tidak dapat digenerasikan lagi. Dinamika pembangunan yang terjadi dalam masyarakat telah merubah pelaksanaan pembangunan yang semula bersifat sentralistik menjadi pembangunan bersifat desentralistik berwawasan partisipatif. Secara up perlahan, perencanaan bahkan seluruh tahapan dalam proses untuk
pembangunan mulai melibatkan masyarakat atau yang dikenal dengan bottom approach development, kepentingan masyarakat mendapat mereka kesempatan berkaitan mengutarakan dan kebutuhan dengan
5-7
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air, dapat diwujudkan melalui : 1. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan,
sempadan sungai, bendungan dan mata air. 2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI dan IUPHH. 3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hidup (LH). 4. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH. 5. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggungjawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai yang bersangkutan. 6. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan kehutanan. 7. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai.
5.1.7.
Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelengarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air sesuai dengan kewenangannya. Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air. Sistem informasi sumber daya air merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai instansi, dengan terselenggaranya sistem informasi wilayah sungai diharapkan upaya-upaya pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi dan hidrologi pada setiap wilayah sungai pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota dapat terwujud. Dalam rangka mewujudkan sistem informasi sumber daya air diperlukan dukungan sebagai berikut : 1. Penyusunan nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi. 2. Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan 5-8
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian hutan. 3. Pembangunan sistem informasi SDA. 4. Pengelolaan sistem informasi SDA.
5.2.
Strategi
berdasarkan 3 (tiga) kerangka waktu, yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Strategi jangka Pendek merupakan strategi yang dilaksanakan pada tahun pertama setelah Pola Pengelolaan Sumber Daya Air ini ditetapkan. Strategi Jangka Menengah merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 15 tahun kedepan. Strategi Jangka Panjang merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu 25 tahun kedepan. Dalam implementasinya nanti berbagai strategi tersebut akan dijabarkan kedalam berbagai program kegiatan yang disusun sesuai dengan kebutuhan nyata dan kondisi nyata yang dituangkan dalam Pola Pengelolaan sumber Daya air wilayah sungai Asahan.
5.2.1.
Strategi Jangka Pendek dalam Pola Pengelolaan SDA WS Asahan adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan Pengelolaan Kualitas Air Danau Perlu diterapkan peraturan dan petunjuk pelaksanaan tentang penataan kawasan danau Toba, dengan terlebih dahulu membentuk tim teknis dan tim pelaksana yang terdiri dari instansi teknis pemerintah Provinsi Sumatera Utara terhadap peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor I tahun 1990, yang mengatur tentang penataan lingkungan hidup dan pernbangunan di kawasan Danau Toba meliputi Daerah Tangkapan Air dan Perairan Danau Toba. Tujuan peraturan ini untuk memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan di kawasan Danau Toba Sasarannya adalah : a). Meningkatkan fungsi lindung terhadap, tanah, air, udara, flora dan fauna; b). Meningkatkan fungsi budidaya kepariwisataan, perindustrian, pertanian tanaman pangan, perikanan,peternakan, perkebunan, kehutanan,
5-9
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
perhubungan, pertambangan, pemukiman pedesaan dan pemukiman perkotaan; c). Meningkatkan disiplin penghuni. 2. Diperlukan adanya penyesuaian peraturan daerah tentang penetapan kawasan Danau Toba dengan Undang-Undang dan Peraturan tentang Otonomi Daerah. 3. Perlu disusun suatu pedoman teknis secara menyeluruh mengenai pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Kawasan Danau Toba, termasuk didalamnya Pedoman Teknis Pengelolan Kualitas Air Danau Toba, yang meliputi penetapan baku mutu perairan Danau Toba, pengendalian pencemaran, pemantauan kualitas air, dan sistem basis data Danau Toba. 4. Penanaman lahan sangat kritis di dalam kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 2.419 ha ; di kab Samosir; 19.333 ha; kab Dairi 299 ha; di kab humbang hasundutan 5.2338 ha; Kab Taput 2.234 ha; di kab Simalungun 531ha; kab Asahan 7.453 ha. 5. Penanaman lahan sangat kritis di luar kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 264 ha ; di kab Samosir; 248 ha; kab Dairi 26 ha; Tanah Karo 5 ha; kab humbang hasundutan 13 ha; Kab Taput 24 ha; di kab Simalungun 236 ha. 6. Menggalang kerjasama antar intansi untuk pemerintah dalam rangka mengatasi lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan, yaitu Kab Tobasa, Samosir, Taput, Humbang Hasundutan, Tanah Karo, Simalungun, Asahan dan Kota Tanjung Balai. Dengan demikian dapat diambil kebijakan terpadu dari ekosistem hulu (DTA D. Toba) dan ekosistem hilir (DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa) dalam rangka melestarikan sumberdaya air WS Asahan. 7. Penanaman sepanjang kiri kanan sungai selebar 200 m pada sub basin yang tingkat erosinya sangat berat dengan tanaman pokok/dominan Macadamia hildebrandii, yaitu pada DTA Danau Toba, sungai/aek Silang, sungai Bolon, sungai Bundolok, sungai asahan dan sungai Silau, serta sungai Piasa. 8. Melakukan reboisasi dan pengayaan (encichment planting) pada kawasan hutan Damtolu (kecmatan Sei Kepayang, Bandar Pulau dan Pulau rakyat). 9. Penyuluhan berbagai jenis metode trasering pada lahan berlereng 15-25 %, bagi penduduk yang lahannya termasuk DTA D. Toba di luar kawasan hutan 10. Menanam tanaman Macadamia hildebrandii pada tempat-tempat rawan kebakaran. 11. Penyuluhan terhadap penduduk yang melakukan aktivitas perikanan di danau toba. Penyadaran fungsi utama danau Toba perlu dingatkan pada
5 - 10
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
masyarakat. Oleh karena perlu penataan ruang untuk lokasi perikanan di danau Toba. 12. Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif. 13. Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat. 14. Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya. 15. Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air. 16. Mensinkronkan implementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi. 17. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat. 18. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu. 19. Pengelolaan limbah industri secara terpadu. 20. Pengelolaan Limbah cair domestik secara terpadu. 21. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non domestik dan industri. 22. Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air. 23. Sosialisasi dan pemerdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai. 24. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih. 25. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air. 26. Penetapan zona pemanfaatan air. 27. Optimasi penggunaan air yang ada, yaitu dengan alokasi air secara real time. 28. Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, Industri, dan lainnya. 29. Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai. 30. Perlindungan tebing sungai. 31. Rehabilitasi bangunan bendungan. 32. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI, dan IUPHH. 33. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, danau dan mata air. 34. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana wilayah (atau dengan 5 - 11
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
nama lain) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai. 35. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai. 36. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan Kehutanan. 37. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. 38. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH. 39. Pembangunan sistem informasi SDA. 40. Pengelolaan sistem informasi SDA. 41. Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian. 42. Penyusunan nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi.
5.2.2.
Strategi Jangka Menengah dalam Pola Pengelolaan SDA WS Asahan adalah sebagai berikut : 1. Untuk melaksanakan upaya Sumber daya alam dan lingkungan di DAS Asahan termasuk Danau Toba, diperlukan suatu pedoman pengelolaan kualitas air danau yang meliputi: a). Penetapan baku mutu air danau dan DAS Asahan. b). Pengendalian Pencemaran Air di Danau Toba dan DAS Asahan. c). Pemantauan kualitas air danau. d). Sistem basis data kualitas air.Danau Toba dan DAS Asahan. 2. Pedoman pengendalian pencemanan air meliputi: a). Identifikasi sumber dan bahan pencemaran pada DTA danau dan DAS Asahan. b). Pemetaan lokasi dan beban pencemaran pada DTA danau dan DAS Asahan. c). Perhitungan potensi beban pencemaran yang masuk kedalarn danau dan DAS Asahan. d). Persyaratan Baku Mutu Limbah Cair (kadar dan beban). e). Petunjuk teknis pengolahan limbah dan sistem penyalurannya. f). Pengawasan dan pemantauan sumber pencemaran yang masuk ke danau dan DAS Asahan
5 - 12
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
3. Baku Mutu Air Danau perlu ditetapkan untuk menjamin pemanfaatan multifungsi air danau serta mempertahan kondisi oligotrofik danau. Oleh karena itu Baku Mutu Air Danau disusun berdasarkan: a). Kriteria mutu air kelas I pada Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air. b). Kriteria fisik, kimia dan biologi untuk mempertahankan kondisi oligotrofik danau, antara lain: kejernihan, khlorofil-a, produktifitas primer, indek keanekaragaman, identifikasi phytoplankton, dII. 4. Dalam rangka globalisasi, danau-danau di Indonesia perlu masuk dalam jaringan organisasi danau-danau di dunia. Oleh karena itu sistem basis data kualitas air dan informasi danau perlu disusun dengan menggunakan sistem tabulasi atau spreadsheet mengacu kepada sistem yang telah dikembangkan oleh International Lake Environmental Comittee (ILEC). Struktur penyimpanan data dan informasi danau ini meliputi: a). Gambaran umum danau (nama, lokasi, dimensi fisik, geografi/iklim, Kualitas air, dll). b). Sosial ekonomi ( kependudukan, mata pencaharian, dll). c). Lingkungan (pemanfaatan, tata guna lahan, dll). 5. Pemantauan kualitas air danau diperlukan untuk mengetahui perubahan mutu air yang terjadi pada air danau secara berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan cara pemantauan yang standar agar perubahan kualitas air yang terjadi dapat diketahui secara akurat. Beberapa petunjuk teknis yang diperlukan dalam pemantauan kualitas air danau adalah: a). Pengambilan contoh air danau. b). Penguiian kualitas air danau. c). Penilaian mutu air danau. 6. Penanaman lahan kritis di dalam kawasan hutan seperti : di kab Tobasa di kab humbang 12.301 ha ; di kab Samosir; 28.627 ha; kab Dairi 3.034 ha; Asahan 9.32 ha. 7. Penanaman lahan kritis di luar kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 414 ha ; di kab Samosir; 21947 ha; kab Dairi 73 ha; Tanah Karo 94 ha; kab humbang hasundutan 4.892 ha; Kab Taput 52 ha; di kab Simalungun 4.320 ha. 8. Untuk mengatasi lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan/ lahan mayarakat / hak adat / ulayat. Perlu digalang kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat, adat, punguan marga, tokoh agama pada 7 kabupaten dan satu kota sekitar WS Asahan.
hasundutan 4.866 ha; Kab Taput 9.371 ha; di kab Simalungun 6.047 ha; kab
5 - 13
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
9. Penanaman sepanjang kiri kanan sungai selebar 200 m pada sub basin yang tingkat erosinya termasuk sedang sampai berat dengan tanaman pokok/dominan Macadamia hildebrandii, yaitu pada 23 sungai yang mengalir ke danau toba (jenis sungai dan bobot erosi). 10. Mencari mata pencaharian alternatif bagi penduduk melakukan usaha tani berupa enclave pada kawasan hutan lindung (kawasan konservasi). 11. Penyuluhan penduduk yang memiliki lahan diluar kawasan hutan negara, tetapi merupakan DTA. Danau Toba tentang berbagai cara pergiliran tanaman pada lahan berlereng 25-40 % 12. Penyuluhan akan bahaya kebakaran bagi peternak yang membakar lahan dengan tujuan memperoleh rumput segar bagi ternaknya. 13. Penyusunan zonasi peruntukan lokasi untuk berbagai kepentingan di danau Toba 14. Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif. 15. Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat. 16. Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya. 17. Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air. 18. Mensinkronkan implementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi. 19. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat. 20. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu. 21. Pengelolaan limbah industri secara terpadu. 22. Pengelolaan Limbah cair domestik secara terpadu. 23. Pengendalian dan pengawasan pembuangan limbah domestik, limbah non domestik dan industri. 24. Pemantauan, penyelidikan, pelanggaran, dan evaluasi kualitas air. 25. Sosialisasi dan pemerdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai. 26. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih. 27. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air. 28. Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, Industri, dan lainnya. 29. Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai. 5 - 14
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
30. Perlindungan tebing sungai. 31. Rehabilitasi bangunan bendungan. 32. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI, dan IUPHH. 33. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, danau dan mata air. 34. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelola SDA WS yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai. 35. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai. 36. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan Kehutanan. 37. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. 38. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH. 39. Pembangunan sistem informasi SDA. 40. Pengelolaan sistem informasi SDA. 41. Menyebarluaskan informasi ke seluruh stakeholder (fungsi, tugas pokok dan tanggung jawab BPDAS), serta melibatkan BPDAS dalam proses perijinan usaha yang terkait dengan pemanfaatan lahan di DAS yang berdampak pada pelestarian. 42. Penyusunan nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi.
5.2.3.
Strategi Jangka Panjang dalam Pola Pengelolaan SDA WS Asahan adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan IPAL penduduk sekitar DAS Asahan dan Danau Toba 2. Pembuatan IPAL Industri, Peternakan sekitar DAS Asahan dan Danau Toba Pembangunan hutan rakyat dengan jenis tanaman keras produktif pada lahan kurang produktif. 3. Penanaman lahan agak kritis di dalam kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 57.794 ha ; di kab Samosir 43.689 ha; kab Dairi 8.428 ha; di kab humbang hasundutan 754 ha; Kab Taput 2.207 ha; di kab Simalungun 12.598 ha; kab Asahan 7.991 ha. 4. Penanaman lahan agak kritis di luar kawasan hutan seperti : di kab Tobasa 27.735 ha ; di kab Samosir 4.376 ha; kab humbang hasundutan 82 ha; Kab 5 - 15
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Taput 1.062 ha; di kab Simalungun 1.368 ha; kab Asahan 175.214 ha; kab Tanjung Balai 7.995 ha. 5. Membuat rencana dan program comunity development, yaitu suatu program peningkatan peran serta masyarakat dalam pelestarian/konservasi WS Asahan (baik ekosistem hulu/DTA D. Toba maupun ekosistem hilir / DAS Asahan, Silau dan Piasa) secara konsisten dan berkesinambungan. Hal ini dapat dilakukan jika institusi pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat sudah satu persepsi. 6. Menyusun perda tentang sempadan sungai, dalam rangka mengantisipasi perkembangan pemukiman di sempadan sungai. 7. Melakukan resetlement penduduk dari kawasan konservasi. Hal ini dilakukan setelah ada jalan keluar peningkatan pendapatan alternatif. 8. Membangun kelembagaan yang bergerak di bidang konservasi tanah dan air dalam rangka pelestarian SDA WS sungai asahan yang difasilitasi pemerintah. 9. Membuat tata ruang dan perda tentang lokasi penggembalaan ternak. 10. Penyusunan perda, melibatkan kabupaten terkait dengan perairan danau Toba. 11. Pemanfaatan lahan tidur dan terlantar disepanjang wilayah sungai sebagai lahan produktif. 12. Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan sepanjang sungai yang pertumbuhannya cepat. 13. Menetapkan kawasan di wilayah sungai yang perlu dikonservasikan dan dipelihara kelestariannya. 14. Reboisasi dan perlindungan hutan. 15. Penghijauan lahan kritis dan penutupan lahan terbuka/semak belukar. 16. Pengendalian dan pengawasan perlindungan sempadan sungai, danau, dan mata air. 17. Tidak memberi ijin usaha HTI, IUPHH, Perkebunan dan industri di hulu sungai, sub basin atau sub DAS. 18. Singkronisasi RTRW di wilayah perbatasan antar Provinsi, Kabupaten dan Kota. 19. Mensinkronkan impelementasi UU, PP, KPTS menteri Perda, SK Gub, SK Bupati, dalam pemberian ijin HTI, perkebunan, IUPHH, Pertambangan dan Konservasi. 20. Kali bersih/pengolahan limbah industri dan domestik secara indvidu atau terpusat. 21. Pengelolaan sampah domestik secara terpadu. 22. Pengelolaan limbah industri secara terpadu. 23. Pengelolaan limbah cair domestik secara terpadu. 5 - 16
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
24. Pengendalian
dan
pengawasan
pembuangan
limbah
domestik,
non
domestik dan industri. 25. Audit lingkungan. 26. Pemantauan, penyelidikan , pelanggaran, dan evaluasi kualitas. 27. Sosialisasi dan pemerdayaan masyrakat sepanjang bantaran sungai. 28. Perlindungan sumber air, danau, dan mata air dalam rangka penyediaan air baku untuk keperluan air bersih. 29. Pengelolaan sungai, danau, mata air dan sumber daya air. 30. Pengembangan kelistrikan tenaga air. 31. Pengembangan daerah irigasi. 32. Fasilitas pengusahaan air yang berlebih, antara lain untuk PLTA, Industri, dan lainnya. 33. Penghijauan & Pemeliharaan tebing sungai. 34. Pengembangan dan pembangunan bendungan. 35. Pengelolaan bendungan, 36. Perlindungan tebing sungai. 37. Pembangunan kolam/rawa retensi banjir. 38. Rehabilitasi bangunan bendungan. 39. Pengerukan sedimen sungai. 40. Rehabilitasi konstruksi tebing sungai. 41. Rehabilitasi bangunan bendungan. 42. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan, perkebunan, HTI, dan IUPHH. 43. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, danau dan mata air. 44. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelola SDA Wilayah Sungai yang secara struktural berada di bawah Dinas Permukiman dan Prasarana wilayah (atau dengan nama lain) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA wilayah sungai. 45. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai. 46. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan SDA dan Kehutanan. 47. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. 48. Penataan hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH. 49. Pengelolaan sistem informasi SDA.
5 - 17
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
5.3.
Konsep Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan
Berdasarkan uraian tersebut di atas dan dalam rangka pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan yang lestari, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut, maka perlu dibuat suatu pedoman yang menjadi acuan bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Asahan. Penyusunan konsep Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan yang mengacu pada ketentuan kebijakan yang tertuang dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004. Adapun rumusan konsep rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan disusun secara terpisah
5 - 18
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
Berdasarkan hasil analisis serta kajian pada BAB IV, V dan VI tersebut di atas serta hasil rumusan pada Pertemuan waktu Konsultasi yang Masyarakat maka (PKM) 1 telah diselenggarakan beberapa lalu, dapat dirumuskan
6.1. 6.1.1.
1. Dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai lintas provinsi/kabupaten/kota berkesinambungan perlu adanya keterpaduan dan sinkronisasi dalam dalam
penataan ruang di wilayah perbatasan. 2. Diperlukan suatu kesepakatan, keterpaduan dan kesinambungan pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai. 3. Perubahan pemanfaatan fungsi ruang di daerah tangkapan air WS Asahan telah semakin memprihatinkan, hal ini telah mengakibatkan menurunnya kualitas air, meningkatnya pencemaran air sungai, tingginya laju erosi dan sedimentasi kualitas yang menyebabkan keairan, terjadinya bencana banjir dan lahan pendangkalan sungai, kekeringan pada musim kemarau serta menurunnya lingkungan Kebakaran akibat pembukaan perkebunan, HTI, perambahan hutan dan aktivitas lainnya yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya. 4. Adanya konflik kepentingan antar sektor dalam pemanfaatan lahan sehingga pelaksanaan di lapangan tidak konsisten dengan rencana tata ruang,
6-1
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
6.1.2.
Berdasarkan hasil analisis trend perkembangan dan proyeksi pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan, potensi ekonomi di Wilayah Sungai Asahan sampai tahun 2030, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Mata pencaharian sebagian besar penduduk pada sektor pertanian, sehingga ketergantungan penduduk terhadap sumber daya alam dan ketersediaan air baku sangat besar. 2. Semakin berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan hasil hutan akan berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan air untuk keperluan industri termasuk kebutuhan air bersih untuk karyawannya 3. Hasil proyeksi Konsumsi listrik pada tahun 2006 berjumlah 204,117 dan pada tahun 2030 diproyeksikan defisit akan meningkat menjadi 13373,256 MWH. 4. Jumlah pelanggan PAM diproyeksikan akan menjadi 167.131 Unit pada tahun 2006 dan Tahun 2030 menjadi 50.391 Unit, kebutuhan air bersih pada tahun 2006 berjumlah 18.585.422 m3 dan trendnya meningkat dan diproyeksikan pada tahun 2030 mencapai 152.650.929 m3. 5. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba pada tahun 2006 diproyeksikan akan menjadi 26.463 jiwa yang terdiri dari 76.96% wisnu dan 23.04% wisman.
6.1.3.
Aspek Konservasi
Berdasarkan analisis biofisik dan sosial ekonomi pada wilayah Sungai Asahan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Pada ekosistem bagian hilir atau DTA Danau Toba, banyak sungai kecil-kecil yang termasuk daerah tangkapan air (DTA) danau Toba. Sungai tergolong besar ada 26 sungai, 18 diantaranya mengeliligi danau Toba dan 8 lainnya dikelilingi danau Toba atau berada di Pulau samosir. tahun 2006 Erosi eksisting pada pada ke 26 sungai tersebut termasuk rendah sampai berat
dengan rata-rata sedang. Erosi terbesar terdapat pada sungai/aek Bolon dan Aek Silang. Hasil prediksi memperlihatkan pada tahun 2010 erosi pada ke 26 sunagi termasuk sedang sampai sangat berat dengan rata-rata berat. Pada tahun 2015 dan 2030 hasil prediksi memperlihatkan pada semua sungainya erosi tergolong sangat berat. 2. Pada ekosistem bagian hilir, yaitu pada DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa, erosi eksisting tahun 2006 termasuk berat sampai sangat berat. Erosi paling berat adalah di DAS Asahan, disusul DAS Silau dan DAS Piasa. Mulai tahun 6-2
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2010, pada ketiga sub DAS tersebut erosi termasuk besar sampai sangat besar. 3. Erosi dapat dikurangi dengan berbagai pola konservasi antara lain, pola rehabilitasi, pengayaan penghijauan, agroforestri, aneka usaha kehutanan, alley cropping, teras, hutan rakyat. 4. Pendekatan teknis vegetatif saja tidak memadai untuk menangani jumlah lahan kritis, tetapi harus melibatkan peran serta aktif masyarakat. Untuk itu perlu digali keinginan penduduk yang termasuk daerah tangkapan WS Asahan dan ditampung dalam program community development yang konsisten serta berkesinambungan. 5. Pendekatan vegetatif pada DTA Danau Toba disarankan dengan menggunakan tanaman Macadamia hildebrandii sebagai tanaman pokok atau dominan. 6. Pada DAS Asahan lahan kritis paling luas justru berada pada kawasan hutan, dibandingkan dengan lahan kritis di luar kawasan hutan. Hal ini mengindikasikan betapa rusaknya kondisi pentupan lahan pada ekosistem bagian hilir, yaitu pada DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa. 7. Rehabilitasi dan pengayaan tanaman di kawasan hutan Damtolu perlu dilakukan dengan segera, mengingat kawasan ini sangat besar fungsinya untuk menjaga kelestarian DAS Silau. 8. Pada lereng > 30 % di DTA Danau Toba, seperti di Muara, Aek Nauli dan Balige perlu dilakukan pergiliran tanaman, antara tanaman setahun dengan tanaman daun lebar untuk mengurangi erosi dan longsor. Tanaman daun lebar yang dianjurkan adalah tanaman makadame.
6.1.4.
1. Secara umum kualitas perairan Danau Toba masih cukup baik dan tingkat trofik danau masih tergolong oligotrofik, dengan kadar unsur hara dan nutrien rendah. Kadar Oksigen terlarurt masih dapat terdeksi sampai dasar danau dengan kedalaman 200 m - 500 m. Kecerahan air sangat tinggi mencapai 15 m - 50 m. Indek keanekaragaman masih tinggi dan didominasi oleh spesies Diatomea. Keadaan ini tidak banyak berubah dari pengukuran sepuluh tahun yang lalu (1992). Namun demikian terlihat adanya peningkatan kadar nutrisi pada daerah permukiman/hotel, daerah Keramba Jala Apung (KJA), dan outlet pembuangan limbah ternak. 6-3
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2. Kualltas air Danau Toba di sekitar permukiman dan Keramba Jala Apung (KJA) menunjukkan kadar nutrien (senyawa N dan P) yang cukup tinggi, dan melebihi batas limit pencegahan terjadinya eutrofikasi. Sebagai dampaknya terlihat pertumbuhan eceng gondok yang cukup subur pada lokasi-lokasi masuknya limbah di sekitar permukiman/hotel, KJA dan outlet peternakan. 3. Sistem pembuangan limbah tersebut telah menyimpang dari peraturan pemerintah daerah propinsi Sumatera Utara No. I tahun 1990 tentang penataan kawasan Danau Toba, yang antara lain melarang pembuangan limbah ke dalam Danau Toba. 4. Untuk menjamin Danau terjaganya Toba keseimbangan cara ekosistem perairan serta multifungsi pemanfaatan air Danau Toba, maka perlu dipertahankan kondisi oligotrofik dengan pengendalian bahan-bahan pencemaran yang masuk kedalam danau, baik melalui saluran (point sources) maupun yang merembes secara tersebar (non point sources).
6.1.5.
Dari hasil simulasi DSS-Ribasim untuk kasus dasar 2006, 2021, 2031 dan masingmasing upaya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pada studi ini telah dilakukan dua jenis simulasi DSS-Ribasim, yaitu: a). Simulasi untuk mengkaji potensi sumber daya air dan pemenuhan kebutuhan air, yang merupakan suatu hal yang lazim dilakukan pada setiap pekerjaan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. b). Khususnya untuk Wilayah Sungai Asahan dimana termasuk Danau Toba dengan fungsinya yang sangat strategis dalam memasok daya listrik industri Inalum dan untuk menjaga penurunan muka air, maka dilakukan simulasi operasi waduk dalam menentukan outflow yang paling optimal. 2. Hasil simulasi model DSS-Ribasim untuk kondisi kebutuhan air saat ini (tahun 2006) menunjukkan bahwa ternyata semua kebutuhan air masih dapat dipenuhi secara utuh atau 100 persen. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pada saat ini tidak ada permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan air. 3. Dari simulasi ini terungkap bahwa jumlah potensi sumber daya air di WS Asahan adalah sekitar 8,2 milyar meter kubik per-tahun, dimana 37 persen diantaranya atau sekitar 3 milyar meter kubik per-tahun merupakan air masuk (inflow) ke Danau Toba. 4. Data sejak tahun 2000 menunjukkan bahwa outflow rata-rata dari danau adalah sekitar 100 m3/s, dan terjadi penurunan muka air danau. Oleh karena 6-4
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
itu simulasi dilakukan dengan outflow yang bervariasi antara 70 m3/s sampai dengan 100 m3/s. 5. Parameter yang digunakan sebagai indikator kinerja pengoperasian danau adalah besarnya defisit; realisasi target outflow (atau prosentase suksesnya outflow dipenuhi); dan prosentase muka air waduk tetap berada diatas 902,5 yang merupakan syarat agar PLTA tetap dapat beroperasi. 6. Ternyata agar muka air danau selalu berada diatas elevasi 902,5 meter, maka air keluar danau (outflow) yang ditargetkan adalah 75 m3/s. Jika terpaksa, maka outflow tersebut masih dapat ditingkatkan sampai ke 90 m3/s, sebab pada tingkat ini realisasi outflow masih diatas 90%. Akan tetapi pada target outflow sebesar 100 m3/s, kegagalan pemenuhan target maupun kondisi muka air yang di bawah 902,5 meter terjadi sudah lebih besar dari 10%, yang berarti sudah tidak dapat ditolerir lagi dengan tingkat keandalan 90%.
Target Outflow (m3/s) 70 75 80 90 100 Realisasi Outflow (%) 100.00 100.00 99.80 96.90 88.40 Defisit (m3/s) 0.00 0.00 0.47 1.83 6.78 Prosentase diatas 902.5 m 100.00 100.00 98.98 96.94 89.12
6.1.6.
Berdasarkan analisis dan hasil simulasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Banjir yang terjadi di WS Asahan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : a). Penyempitan dibeberapa ruas sungai/kapasitas saluran sungai yang kecil karena sedimentasi. b). Sungai yang berbelok-belok. c). Tebing sungai rendah di bagian hilir sungai asahan. d). Landaian sungai yang kecil pada daerah hilir sampai muara sungai asahan. e). Pengaruh pasang surut air laut. f). Perubahan tata guna lahan yang mengakibatkan koefisien aliran makin meningkat di anak sungai asahan.
6-5
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
2. Berdasarkan tahapan penanganan banjir yang diuraikan pada di atas, maka upaya tindakan secara struktural yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : a). Jangka pendek i) Melanjutkan sungai lebah . ii) i) ii) Normalisasi sungai pada ruas yang meandering. Pembangunan bendungan pengendali banjir di sebelah hulu. Penghijauan pada kawasan yang telah mengalami perubahan tata guna lahan yang tidak terkendali. iii) Pembangunan retarding basin. 3. Upaya penanganan secara fisik/struktural tidak akan optimal, apabila tidak didukung dengan upaya penanganan secara non struktural. Upaya non struktural yang dapat diidentifikasi selama studi ini, dan dirasa sangat efektif apabila dapat dilaksanakan dalam upaya pengendalian banjir di WS. Asahan. Upaya non struktural tersebut antara lain : i) ii) 6.2. Penurunan laju sedimentasi. Perbaikan fungsi daerah hulu, untuk dijadikan daerah resapan air. REKOMENDASI dan petunjuk pelaksanaan tentang penataan b). Jangka menengah/panjang program pengerukan, pembuatan tanggul banjir, revetment, parapet well di sungai asahan bagian hilir, sungai silau,
kawasan danau Toba, dengan terlebih dahulu membentuk tim teknis dan tim pelaksana yang terdiri dari instansi teknis pemerintah Propinsi Sumatera Utara terhadap peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor I tahun 1990, yang mengatur tentang penataan lingkungan hidup dan pernbangunan di kawasan Danau Toba meliputi Daerah Tangkapan Air dan Perairan Danau Toba. 2. Baku Mutu Air Danau perlu ditetapkan untuk menjamin pemanfaatan multifungsi air danau serta mempertahan kondisi oligotrofik danau. Oleh karena itu Baku Mutu Air Danau disusun berdasarkan : a). Kriteria mutu air kelas I pada Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air.
6-6
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
b). Kriteria fisik, kimia dan biologi untuk mempertahankan kondisi oligotrofik danau, antara lain: kejernihan, khlorofil-a, produktifitas primer, indek keanekaragaman, identifikasi phytoplankton, dII 3. Secara umum kualitas perairan Danau Toba masih cukup baik dan tingkat trofik danau masih tergolong oligotrofik, dengan kadar unsur hara dan nutrien rendah. Kadar Oksigen terlarurt masih dapat terdeksi sampai dasar danau dengan kedalaman 200 m - 500 m. Kecerahan air sangat tinggi mencapai 15 m - 50 m. Indek keanekaragaman masih tinggi dan didominasi oleh spesies Diatomea. Keadaan ini tidak banyak berubah dari pengukuran sepuluh tahun yang lalu (1992). Namun demikian terlihat adanya peningkatan kadar nutrisi pada daerah permukiman/hotel, daerah Keramba Jala Apung (KJA), dan outlet pembuangan limbah ternak. 4. Kualltas air Danau Toba di sekitar permukiman dan Keramba Jala Apung (KJA) menunjukkan kadar nutrien (senyawa N dan P) yang cukup tinggi, dan melebihi batas limit pencegahan terjadinya eutrofikasi. Sebagai dampaknya terlihat pertumbuhan eceng gondok yang cukup subur pada lokasi-lokasi masuknya limbah di sekitar permukiman/hotel, KJA dan outlet peternakan Perlu dilakukan upaya-upaya tindakan pengendalian yang efektif dan pencegahan pembuangan limbah padat dan cair langsung ke Danau. 5. Perlu dilakukan audit lingkungan secara komprehensif baik secara biogeofisik maupun sosial budaya dan ekonomi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai. 6. Pentingnya keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air wilayah sungai perlu disosialisasikan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota kepada masyarakat di sepanjang wilayah sungai serta stakeholder lainnya yang berkepentingan dan terkait dengan pengelolaan sumber daya air. 7. Untuk mengatasi defisit beras yang diproyeksikan akan terjadi di Wilayah Sungai Asahan pada tahun 2030, maka perlu dikembangkan daerah irigasi baru sebelum tahun 2029, serta perlu dilakukan penyuluhan dan peningkatan teknologi budi daya sawah untuk meningkatkan produksi padi. 8. Untuk mengatasi defisit listrik pada tahun 2011, maka pemerintah perlu membangun dan mengembangkan bendungan selain untuk pembangkit listrik tenaga air, juga memasok air baku untuk pertanian, serta air bersih untuk keperluan domestik dan industri.
6-7
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
9. Dalam mengatasi jumlah limbah cair RKI yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan kuantitas yang banyak dan memilki potensi untuk mencemari WS Asahan, maka perlu pengolahan limbah, yaitu : a). Air Limbah Rumah Tangga dan Perkotaan, dengan alternatif pengolahan : i) Untuk permukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi menggunakan Off Site System, yaitu dengan menggunakan jaringan perpipaan air limbah untuk menampung air limbah dari setiap sumber pencemar, selanjutnya disalurkan dan diolah di IPAL terpusat; ii) Untuk areal permukiman terpencar dilakukan secara komunal di daerah bersangkutan, sehingga jaringan perpipaan lebih sederhana dan kapasitas IPAL terpusat bisa lebih kecil; iii) Untuk permukiman yang terpisah dengan pertimbangan daya dukung lahan masih memadai dapat diolah secara individu dengan tangki septik untuk tinjanya, tetapi untuk grey water ( air bekas mandi, cuci dan dapur) dapat diolah dengan konsep ekoteknologi yang menggunakan tanaman ( wetland system) atau Echo Garden yang dapat menyerap unsur pencemar, selanjutnya effluent Echo Garden dapat dibuang ke badan air. b). Air Limbah Industri, i) Harus diolah sebelum dibuang ke badan air, ini sesuai Ps.38 ayat (2) butir (a) dari PP 82/2001 (Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air), tentang kewajiban untuk mengolah limbah dari industri. Alternatif pengolahan, terdiri dari : (1) Dengan pengolahan individu di masing masing industri (2) Untuk areal industri yang memiliki limbah sejenis dan terkumpul dalam suatu area dapat dilakukan Pengolahan Terpusat , dimana setiap industri biasanya diwajibabkan melakukan Pra Pengolahan, sehingga limbah cair yang disalurkan ke jaringan pengumpul limbah memiliki mutu tertentu sesuai dengan ketentuan yang diberikan dari Badan Pengelola, selanjutnya disalurkan dan diolah di IPAL terpusat; ii) Limbah industri harus dipantau secara kontinyu, sesuai dengan Ps.38 ayat (2) butir (e) : dari PP 82/20012001 (Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air),tentang Persyaratan melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah; c). Menerapkan Aspek Hukum yaitu sangsi dan penghargaan bagi industri yang belum dan telah memenuhi Ketentuan Baku Mutu Limbah Cair. 6-8
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
10.
Meningkatkan
kemampuan
lembaga
pengelolaan
sumber
daya
air
(capacity building) serta meningkatkan tingkat kesadaran serta peran serta masyarakat, swasta dan LSM dalam upaya memelihara dan melindungi sempadan sungai. 11. Upaya-upaya konservasi yang perlu segera dilakukan di WS Asahan adalah sebagai berikut : a). Pada DTA Toba perlu diprioritaskan program penangulangan lahan kritis yang berada di dalam kawasan hutan, yaitu: (a) Pada kabupaten Tobasa, yaitu pada kecamatan Lumban Julu, Silaen dan Balige, (b) pada kabupaten Samosir, yaitu pada kecamatan Harian Boho, Pangururan dan simanindo; (c) pada kabupaten Dairi, yaitu pada kecamatan Sumbul dan Parbuluan; (d) pada kabupaten Tanah Karo, yaitu pada kecamatan Tiga Panah; (e) pada kabupaten Humbang Hasundutan, yaitu pada kecamatan Dolok Sanggul dan Lintong Nihuta, (f) pada kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pada kecamatan Muara; (g) pada kabupaten Simalungun, yaitu pada kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Sidamanik, Purba dan silima Kuta. b). Untuk lahan kritis yang terdapat di luar kawasan hutan atau lahan milik masyarakat/adat DTA Toba perlu diprioritaskan program penanganannya, yaitu pada: (a) kabupaten Tobasa, yaitu pada kecamatan Laguboti dan Balige; (b) kabupaten Samosir, yaitu pada kecamatan Harian Boho, Onan Runggu, Pangururan dan Palipi serta Simanindo; (c) pada kabupaten Dairi, yaitu pada kecamatan Sumbul dan Parbuluan; (d) kabupaten Tanah Karo, yaitu pada kecamatan Tiga Panah; (e) kabupaten Humbang Hasundutan, yaitu pada kecamatan Dolok Sanggul dan Lintong Nihuta, (f) kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pada kecamatan Muara; (g) kabupaten Simalungun, yaitu pada kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Purba dan Silima Kuta. c). Lahan kritis yang terdapat di dalam kawasan hutan di DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa, perlu diprioritaskan program penanganannya, yaitu pada: (a) Pada kabupaten Asahan, yaitu pada kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Bandar Pulau, Pulau Rakyat, Sei Kepayang, dan Tanjung Tiram; (b) pada kabupaten Samosir, yaitu pada kecamatan Habinsaran, Porsea dan silaen; (c) pada kabupaten Simalungun, yaitu pada kecamatan Simalungun. d). Lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan/lahan milik penduduk pada DAS Asahan, DAS Silau dan DAS Piasa, perlu diprioritaskan program penanganannya, yaitu: (a) Pada kabupaten Asahan, yaitu pada 6-9
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Bandar Pulau, Sei Kepayang, dan Tanjung Tiram; (b) pada kabupaten Samosir, yaitu pada kecamatan Habinsaran; (c) pada kabupaten Simalungun, yaitu pada kecamatan Tanah Jawa; (d) pada kabupaten Tanjung Balai, yaitu pada kecamatan Tanjung Balai. e). Perlu dilakukan upaya konsevasi terasering pada lahan berlereng >15 % di bagian hulu sungai. f). Perlu koordinasi antar instansi terkait pada kab Tobasa, Samosir, Taput, Humbang Hasundutan, Dairi, Simalungun, Tana Karo, Asahan dan Tanjung Balai dalam rangka pelaksanaan berbagai upaya konservasi WS Asahan. g). Pada lahan berlereng > 30 % di DTA Danau Toba sebaiknya dilakukan pendekatan konservasi vegetatif dengan menanam tanaman makadamia sebagai tanaman dominan. h). Perlu penyuluhan bagi masyarakat yang berada di luar kawasan hutan, tetapi masih termasuk daerah tangkapan WS Asahan. 12. Upaya-upaya pengendalian banjir yang perlu segera dilakukan di WS Asahan adalah sebagai berikut : a). Penanganan banjir supaya dilakukan secara menyeluruh, dengan memperhatikan faktor penyebab yang paling dominan dan optimasi penanganannya baik yang dilakukan secara struktural maupun non struktural. b). Rasionalisasi alur sungai dan drainase kota merupakan upaya penanganan banjir Wilayah Sungai Asahan yang harus mendapatkan perhatian yang memadai dari Pemerintah Daerah. c). Tidak kalah pentingnya upaya penataan penggunaan bantaran dan alur sungai serta kegiatan konservasi untuk daerah hulu untuk mencegah adanya trend kenaikan debit banjir akibat kerusakan daerah resapan air. 13. Untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat, perlu diupayakan sosialisasi penerapan rumah panggung di daerah rawan banjir di Sungai Asahan Bagian Hilir, mengingat banjir yang terjadi di wilayah tersebut tidak bisa dihindarkan. 14. Perlu dilakukan pengaturan tanggung jawab dan wewenang pada sektor/dinas/instansi di daerah yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Asahan serta pengkoordinasiannya agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaannya.
6 - 10
Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan.
6.3.
PENUTUP dikelola secara bijaksana dan lestari dengan Visi Pengelolaan SDA WS Asahan Terwujudnya secara kualitas dan kuantitas bagi
memperhatikan nilai-nilai keberlanjutan , keterbukaan, kesadaran, kepekaan, pemanfaatan SDA di Wilayah Sungai Asahan yang lestari, berwawasan berkesinambungan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara, hanya akan dapat
terwujud bila pengelolaan sumber daya air wilayah sungai tersebut mengacu pada Kebijakan Nasional SDA, dan didukung oleh komitmen kebijakan dalam regulasi Penataan Ruang antar wilayah provinsi/kabupaten/kota yang mampu bersinergi dalam mengendalikan pemanfaatan ruang. Perubahan perilaku masyarakat yang membabibuta dalam merambah dan melakukan penebangan/penggundulan/perusakan hutan, upaya larangan/ mencegah pembuangan limbah padat dan cair langsung ke sumber air/danau/sungai serta perairan terbuka lainnya bijaksana dan beretika sangatlah penting, serta tingkat kesadaran merupakan upaya
masyarakat dalam memperlakukan lingkungan hidup (ekosistem) secara arif , karena pencegahan perusakan lingkungan yang paling efektif dan murah. Dengan demikian maka dalam memelihara keberlangsungan ekosistem dan lingkungan hidup di wilayah sungai akan berpulang kepada peran serta masyarakat itu sendiri. Demikian Laporan Antara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Asahan, disusun dengan segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Semoga laporan ini akan dapat bermanfaat bagi perumusan dan penetapan kebijakan lebih lanjut baik di tingkat Pusat maupun Daerah.
6 - 11