You are on page 1of 6

KOAGULASI

I. Pengertian Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi. (http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0170%20kim%2014b.html) II. Mekanisme Koagulasi 1. Secara fisika Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti : 1. Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partike l-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. contoh: darah 2. Pengadukan, contoh: tepung kanji 3. Pendinginan, contoh: agar-agar 2. Secara kimia Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu: 1. Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral. 2. Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut: Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004) 3 Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi. Dalam proses koagulasi,stabilitas koloid sangat berpengaruh.stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatif). Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu: 1. Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak terjadi jika partikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis. 2. Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi) 3. Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permuka an. Suspensi atau koloid bisa dikatakan stabil jika semua gaya tolak menolak antar partikel lebih besar dari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak terjadi agregasi. Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi antara partikel dengan pembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menarik lebih besar. Untuk destabilisasi ada beberapa mekanisme yang berbeda: 1. Kompresi lapisan ganda listrik dengan muatan yang berlawanan. 2. Mengurangi potensial permukaan yang disebabkan oleh a dsorpsi molekul yang spesifik dengan muatan elektrostatik berlawanan. 3. Adsorpsi molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan molekul diantara

partikel. 4. Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan. Secara garis besar (bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah : 1. Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan 2. Tumbukan antar partikel 3. Adsorpsi III. Tinjauan Pustaka Faktor faktor yang mempengaruhi koagulasi : (1) Pemilihan bahan kimia Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu : Suhu pH Alkalinitas Kekeruhan Warna Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah: S u h u berpengaruh terhadap daya koagulasi dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima. pH Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap koagulasi. pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan. Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu) Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok.Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi. Warna Warna berindikasi kepada senyawa organik, dimana zat organik bereaksi dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik ters ebut berada di dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai (2) Penentuan dosis optimum koagulan Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang. (3) Penentuan pH optimum Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu. Apabila muatan koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Penghilangan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode. Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain.

IV. Koagulasi dalam Kehidupan Sehari-hari dan Industri Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri: 1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut. 2. Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya. 3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al 3+ dari tawas (alumunium sulfat) 4. Asap dan tebu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 - 75.000). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorbsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pad aelektroda yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan yaitu, mencegah udar oleh buangan beracun atau memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam) 5. Jika bagian tubuh mengalami luka maka ion Al 3+ atau Fe 3+ segera nenetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi penggumpalan darah y menutupi luka. ang DAFTAR PUSTAKA

Unggul Sudarmo,2004.Kimia SMA Jilid 2.Erlangga.Jakarta.hal 198 http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/fitriani%20ratnasari%20dewi%20(044642 )/KOAGULASIjadi.html http://www.google.com/search?q=aplikasi+koagulasi+dalam+sehari-hari&ie=utf-8&oe=utf8&rls=org.mozilla:en-US &client=firefox-a http://journal.ui.ac.id/?hal=detailArtikel&q=289 (http://free.vlm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0170%20Kim%2014b.html Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan dan pengendapan ini disebut koagulasi.

Koagulasi (en:coagulation, clotting) adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang memicu partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan (en:agglomerate) dan membentuk trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari hemostasis[1], yaitu saat penambalan dinding pembuluh darah yang rusak oleh keping darah dan faktor koagulasi (yang mengandung fibrin) untuk menghentikan pendarahan (en:hemorrhage) dan memulai proses perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan risiko pendarahan atau trombosis. Proses koagulasi terjadi segera setelah terjadinya luka pada pembuluh darah dengan rusaknya endotelium (en:endothelium). Langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan

komponen fosfolipid (en:phospholipid) yang disebut faktor jaringan (en:tissue factor) dan fibrinogen sebagai inisiasi sebuah reaksi berantai]. Segera setelah itu keping darah bereaksi membentuk penyumbat pada permukaan luka, reaksi ini disebut hemostasis awal (en:primary). Hemostasis lanjutan (en:secondary) terjadi hampir bersamaan:protein dalam plasma darah yang disebut faktor koagulasi merespon secara berjenjang dan sangat rumit untuk membentuk jaring-jaring fibrin yang memperkuat penyumbatan keping darah.

Gambar di atas memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bermuatan 3- tertarik lebih dekat daripada ion klorida yang bermuatan 1-, walaupun konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

D. Koagulasi
Koagulasi merupakan salah satu sifat dari koloid. Partikel-partikel suatu koloid dapat mengalami penggumpalan membentuk zat semi-padat. Partikel-partikel koloid tersebut bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang, maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi.

Dalam hal ini, koagulasi koloid merupakan proses bergabungnya partikel-partikel koloid secara bersama membentuk zat dengan massa yang lebih besar. Pada dasarnya, penggumpalan partikel-partikel koloid dapat terjadi baik secara fisis maupun

secara kimia. Secara fisis, penggumpalan koloid biasanya terjadi akibat perubahan suhu. Dalam hal ini, suatu koloid dapat menggumpal ketika dipanaskan atau didinginkan. Sementara itu, secara kimia koagulasi koloid dapat terjadi sebagai hasil dari pencampuran suatu koloid dengan koloid lain yang berbeda muatan, mencampurkan dengan beberapa zat elektrolit, dan dengan pemanasan. a. Mencampurkan koloid dengan koloid lain yang berbeda muatan. Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi., misalnya koloid Fe (OH)3 dengan As2S3 pembentukan delta pada pertemuan dua sungai. b. Mencampurkan koloid dengan zat elektrolit yang bermuatan berlawanan. Semakin besar muatan ion yang ditambahkan, semakin efektif penggumpalannya. Jika suatu elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid, maka partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Hal ini disebabkan karena partikel-partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini menyebabkan partikel -partikel koloid tersebut dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan kedua cukup dekat, maka muatan keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi. Contoh, untuk menggumpalkan koloid Fe(OH)3
yang bermutan positif, efektivitas anion yang dipakai menggumpalkan adalah Cl <>42- <>43-.

Beberapa contoh koagulasi koloid karena penambahan elektrolit adalah : susu akan menggumpal jika ditambahkan jeruk nipis, partikel karet dalam lateks akan menggumpal jika ditambahkan asam laktat, emulsi sari kedelai pada proses pembuatan tahu akan menggumpal jika ditambahkan batu tahu (CaSO4. 2H2O) atau asam cuka. c. Pemanasan akibat kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikelpartikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Partikel-partikel koloid bersifat stabil karena memiliki muatan listrik yang sejenis. Apabila muatan listrik tersebut hilang, maka partikel-partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses pengumpulan ini disebut flokulasi (floculation) dan gumpalannya disebut flok (flocculant). Gumpalan ini akan mengendap akibat pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan partikel-partikel koloid

Fungsi Koagulasi dan jenis Koagulan


Proses Koagulasi

Secara umum Proses koagulasi adalah pembubuhan bahan Kimia ke dalam air yang akan diolah dengan maksud agar partikel - partikel yang susah mengendap dalam air mengalami destabilisasi dan saling berikatan membentuk Flok yang lebih besar dan tentu lebih berat sehingga mudah mengendap di Bak Sedimentasi dan atau Bak Filtrasi. Apabila kekuatan ionic dalam air cukup besar, maka keberadaan koloid dalam air sudah dalam bentuk terdestabilasasi, Desatabilisasi ini disebabkan oleh ion monovalen dan divalen yang berada dalam air. Yang menjadi masalah adalah apabila kekuatan ionic dalam air sangat kecil sehingga menyebabkan koloid dalam air dalam kondisi stabil, sehingga susah saling berikatan karena seluruh koloid memiliki muatan yang sama. Untuk itulah sangat diperlukan proses koagulasi untuk mendestabilkan koloid koloid tersebut Ada beberapa daya yang menyebabkan stabilitas koloid, yaitu ; Gaya Elektrostatik, yaitu gaya tolak menolak terjadi jika koloid koloid mempunyai muatan yang sejenis. Bergabung dengan molekul air ( reaksi Hidrasi ) Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan. Suspensi atau koloid bisa dikatakan stabil jika semua gaya tolak menolak antar partikel lebih besar daripada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak terjadi agregasi. Untuk menghilangkan kondisi stabil tersebut, maka harus merubah gaya interaksi diantara koloid dengan pembubuhan bahan kimia ( sebagai donor muatan ) supaya gaya tarik menarik menjadi lebih besar. Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu: Jenis bahan kimia koagulan yang dipakai Dosis pembubuhan bahan kimia Pengadukan dari bahan kimia Ketiga faktor ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Penentuan ketiga faktor tersebut di lapangan harus dengan pertimbangan yang baik. Jenis bahan kimia koagulan Jenis bahan kimia koagulan yang umum dipakai yaitu: Koagulan garam logam Koagulan polimer kationik Contoh koagulan garam logam antara lain : Aluminium Sulfat atau tawas (Al3(SO4)2.14H2O) Feri Chloride (FeCl3) Fero Chloride (FeCl2) Feri Sulfhate (Fe2(SO4) 3) Koagulan yang umum di pakai adalah Aluminium Sulfat atau dalam bahasa pasarnya adalah Tawas. Sedangkan Feri Chloride dan Fero Sulfat, meskipun juga merupakan koagulan yang baik, namun jarang dipakai di suatu instalasi pengolahan air di Indonesia.

You might also like