You are on page 1of 9

Proses pembuatan

WAYANG KULIT

Ketut Yoga Yudistira XI IPS 1

PENDAHULUAN
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada guru dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Saya memilih topic wayang karena wayang merupakan salah satu kebudayaan unik yang tidak asing lagi di telinga orang-orang Indonesial Semoga sengan selesainya tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.

Asal Usul Wayang dan Kesulitannya


kalang Thu, 08/01/2009 - 23:32

Kerajinan ukir kulit terutama wayang kulit bisa disebut sebagai kerajinan yang memadukan seni dan sejarah wayang kulit. Kenapa? Karena untuk membuat wayang kulit memang harus melalui proses belajar tidak sebentar, membutuhkan keuletan, kemauan belajar yang tinggi dan rasa memiliki kecintaan akan seluk beluk perwayangan. Wayang kulit sebagai salah satu peninggalan atau warisan leluhur khususnya dari keraton Yogyakarta diharapkan menjadi contoh warisan yang dijaga dan dipertahankan demi kelangsungan keberadaan wayang kulit khususnya dan sebagai identitas kota Yogyakarta pada umumnya. Gendeng adalah nama sebuah dusun kerajinan ukir kulit yang sampai sekarang terus mempertahankan keberadaan wayang kulit khususnya wayang kulit gaya Yogyakarta. Di sana akan ditemukan tenaga-tenaga terampil dan terasah dalam pembuatan wayang kulit. Ada sekitar 50 perajin yang aktif dalam bidang tatah sungging kulit yang terkumpul hampir di sepuluh sanggar. Dekatnya sentra ukir kulit Gendeng dari Yogyakarta, sekitar 8 km arah selatan yang melewati jalur utama kota Bantul dan desa wisata Kasongan akan memudahkan para wisatawan menuju ke lokasi. Wisatawan yang datang akan menjumpai berbagai bentuk dan model wayang kulit dan melihat proses pembuatan wayang yang masih sederhana dan masih terjaga ketradisionalannya dalam pemrosesan, pembuatan pola, penatahan dan sungging atau pewarnaan. Wayang kulit buatan Gendeng dikenal sebagai wayang kulit dengan kualitas yang bagus dan menjadi koleksi banyak kalangan, seperti museum, toko seni, dhalang, dan kolektor dalam maupun luar negeri. Mantan Presiden Soeharto, Gus Dur, dan Megawati dikenal sebagai salah satu kolektor yang mengoleksi wayang kulit gaya Yogyakarta buatan Gendeng.

DIDAPAT DARI SALAH SEORANG PERAJIN - WAYANG KULIT

Menatah Wayang Kulit


TATAHAN, dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa termasuk tahap penting dalam proses pembuatan sebuah Wayang Kulit. Pekerjaan menatah Wayang Kulit memerlukan konsentrasi, keterampilan dan rasa seni yang tinggi. Perlu diketahui, tahapan-tahapan pemuatan sebuah Wayang Kulit meliputi penyiapan kulit yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan wayang : membuat corekan, yakni semacam sketsa bentuk gambar tokoh wayang yang akan dibuat; menatah wayang; menyungging wayang; dan yang terakhir memasang cempurit.

Peralatan
Sebelum mulai bekerja, seorang penatah harus menyiapkan peralatan menatah, terutama memeriksa apakah tatah-tatah yang diperlukan sudah cukup tajam atau belum. Ini perlu dilakukan, agar jangan sampai di tengah pekerjaannya konsentrasinya terganggu oleh adanya tatah yang tumpul, atau karena salah satu pertalatannya tidak tersedia. Adapun jenis peralatan yang diperlukan adalah: 1. Pandukan, - yakni landasan tatah yang terbuat dari kayu sambi, kayu trenggulun, atau kayu sawo. Batang.kayu berdiameter sekitar 35 sampai 40 cm itu dipotong melintang. Pandukan yang telah terlalu lama digunakan akan bopeng-bopeng sehingga permukaanya tidak rata, dapat menggangu pekerjaan. 2. Tindih, - berupa logam seberat sekitar 2,5 kilogram. Biasanya terbuat dari kuningan. Namun, yang dari besi pun boleh. Penggunaan tindih terbuat dari timbal (timah hitam) tidak dianjurkan, karena sesungguhnya logam itu bisa meracuni tubuh manusia. Tindih gunanya untuk menekan atau memberati kulit yang sedang ditatah. sehingga kulit itu tidak menggeser kesana kemari bila sedang dikerjakan. 3. Tatah, - paling sedikit harus tersedia 10 macam. Tatah ini harus dipelihara dengan baik, karena merupakan alat terpenting dalam proses pekerjaan. Pemeliharaannya, antara lain melumuri atau melapisi permukaannya yang tajam dengan malam batik, serta menyimpannya di tempat yang kering. Namun, dari belasan jenis tatah itu, pada dasarnya dapat dibagi atas dua golongan besar, yakni tatah lantas atau tatah lugas yang mata tatahnya berupa garis lurus, dan tatah kuku yang mata tatahnya berupa lengkungan. Selain itu ada pula yang disebut tatah wali yang bentuknya beda dibandingkan bentuk tatah lainnya. 4. Ganden, - semacam palu besar terbuat dari kayu asem atau sawo. Ganden yang telah terlalu lama digunakan, akan rusak permukaan yang digunakan sebagai pemukul tatah. Bila ini terjadi, biasanya bagian yang rusak itu dipotong, lalu dihaluskan lagi. Namun, jika rusaknya telah parah, diganti dengan ganden baru. Selain peralatan pokok di atas, ada beberapa peralatan tambahan berupa jangka, paku corekan, pensil jenis 2 H, mistar atau penggaris, penghapus, batu asahan, dll. Wayang Kulit terbuat dari kulit hewan biasanya Sapi, Lembu, Kambing dan sebagainya tetapi ada wayang kulit yang dibuat dari kulit manusia [biasanya orang hukuman], walau hal ini masih "katanya".

Kulit terlebih dahulu diproses, kemudian dibuat "mal" nya sesuai jenis wayang yang akan dibuat, baru ditatah secara hati-hati oleh penatah wayang kulit. Jenis Tatahan Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, setidaknya ada 16 macam jenis tatahan. Masing-masing jenis tatahan itu diperuntukkan bagi pembuatan ornamen tertentu, pada bagian tubuh wayang tertentu pula. Berikut ini adalah jenis-jenis tatahan pada seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta dan Yogyakarta.. , 1. Tatahan Tratasan, - untuk membuat pola semacam garis, baik garis lurus maupun yang melengkung lebar dan menyudut. Tatahan tratasan hampir selalu diselang-seling dengan tatahan bubukan, dengan maksud agar kulit di bagian yang ditatah itu tidak mudah patah atau robek. 2. Tatahan Bubukan, - berupa lubang-lubang kecil berderet, yang digunakan untuk membuat kesan gambaran garis. Biasanya tatahan bubukan diseling dengan tatahan tratasan. Tatahan berseling antara tratasan dengan bubukan ini juga disebut tatahan lajuran atau tatahan lajur saja. 3. Tatahan Untu Walang, berupa garis-garis terputus. Tatahan ini lebih lembut daripada hasil tatahan tratasan. Alat yang digunakan untuk membuat tatahan untu walang adalah tatah trentenan. Di daerah Yogyakarta dan sekitarnya, tatahan untu walang disebut tatahan semut ulur. 4. Tatahan Bubuk Iring, atau Buk Iring - berupa lubang-lubang yang membentuk deretan seperti huruf U. Biasanya tatahan ini digunakan untuk mengerjakan bagian wayang yang disebut ulurulur dan uncal kencana. Tatahan ini juga sering disebut bubuk ring atau bubukan iring. 5. Tatahan Kawatan, - yang juga disebut tatahan gubahan biasanya digunakan untuk `mengisi' sumping, bagian praba, dan gruda mungkur. 6. Tatahan Mas-masan, - bentuknya berupa deretan selang-seling antara titik dan koma, yang biasanya digunakan untuk mengerjakan bagian uncal kencana, sumping, gruda mungkur, kalung dan jamang. 7. Tatahan Sumbulan, - yang biasanya dikombinasikan dengan tatahan mas-masan, digunakan untuk mengerjakan bagian kalung, jamang, dlsb. 8. Tatahan Intan-intan, - biasanya digunakan untuk mengisi' bagaian sumping, berselang-seling dengan tatahan kawatan. Bentuk tatahan ini, yang juga disebut tatahan intan-intanan, seperti bunga mekar, tetapi Cuma separuh.

Proses Pembuatan Wayang


Proses yang dijelaskan adalah proses pembuatan wayang kulit, jadi sebelum memulai pembuatan, perlu disediakan kulit-kulit yang ingin dijadikan bahan wayang. 1. Bagi kulit-kulit yang telah dipilih, kerja awal yang perlu dilakukan ialah mengeluarkan lebihan daging dan lemak yang melekat pada bidang bersegi empat, yang dibuat dari kayu atau batang buluh. Kerja-kerja pemilihan kulit ini untuk memudahkan lebihan daging dan lemak melekat dikikis dengan "pisau raut"atau dikenali dengan nama "pisau wali" ketelitian menjadi sifat utama kerja pengikisan untuk menghindari kulit menjadi mudah terkoyak, juga untuk memastikan kulit itu benar-benar bersih.

2. Kulit yang sudah dibersihkan dijemur sehingga kering selama dua atau tiga dari, tergantung pada keadaan cuaca. Kulit tersebut biasanya dijemur agak jauh dari rumah untuk menhindari bau busuk. Setelah kulit cukup kering, pengikisan dilakukan dengan pisau raut. 3. Setelah dikikis dan bersih dari bulu, kulit tersebut dibasuh dan dijemur untuk yang kedua kali. Setelah kulit yang dijemur itu kering, tukang wayang akan memulai melakar patung-patung wayang yang hendak dibuat. 4. Biasanya lakaran watak-watak wayang dibuat di atas kertas putih tipis.Walaupun watakwatak wayang diasaskan kepada watak-watak wayang kulit Melayu purba, kemahiran dan kreativitas amatlah perlu untuk membuat watak wayang kulit yang halus dan menarik.

5. Penjenisan corak dan motif perlu disusun dengan teratur dan sesuai dengan watak wayang yang dibuat. Biasanya watak wayang kulit Melayu berukuran 71 sentimater panjang dan lebarnya tidak lebih dari 30 sentimeter. Lakaran pada kertas yang telah disediakan itu seterusnya akan digunting atau dipotong mengikut profil. Tukang wayang kemudian menempelkan lakaran tersebut pada kulit dengan menggunakan lem. biasanya lem yang digunakan dibuat dari kanji atau lem yang dapat larut dalam air.

6. Kertas lakaran yang dilekatkan pada kulit kemudian dipahat mengikuti lakaran. Setelah selesai memahat, kertas lakaran putih yang masih melekat pada kulit dilepas atau dicuci. untuk dalang mereka menggunakan berus tembaga halus dan air untuk menggosok dan membersihkan kertas yang melekat pada kulit. 7. Kulit yang telah dicuci dibiarkan mengering. Watak-watak wayang itu seterusnya akan diperkuat dengan sebilah bambu. bambu yang diraut membentuk bulat leper serta runcing dibagian pangkalnya diikat tegak di tengah-tengah patung wayang. Bambu ini sebagai "tulang" kepada patung-patung wayang tersebut. Tulang pemacak ini akan dibelah dua dari ujung hingga kira-kira 30.5 sentimeter dari pangkalnya. Seterusnya patung wayang itu diapit di antara belahan tersebut lalu diikat dengan benang pada jarak kira-kira 5 sentimeter. 8. Selain bambu yang dapat dijadikan tulang untuk patung-patung wayang, kayu serta tanduk kerbau juga dapat digunakan. karena kayu dan tanduk kerbau sulit didapat dan sulit dibentuk, maka bambu berduri menjadi pilihan utama pengrajin wayang. Selain mudah di peroleh bambu berduri juga tahan lama serta ringan. Warna juga memainkan peranan penting pada bentuk wayang kulit. Ia dapat menberikan perbedaan antara watak-watak yang lembut dan watakwatak yang garang.

Contoh Wayang
Inilah macam-macam contoh wayang kulit yang sudah jadi dan siap digunakan

SOURCE/SUMBER
http://id.88db.com/Hobi-Waktu-Luang/Kesenian-Kerajinan/ad-108742/1/ http://kresn0-tinjauandesain2.blogspot.com/2007/10/sekitar-pembuatan-wayang-kulit.html http://www.matabumi.com/berita/proses-menatah-wayang

You might also like