Professional Documents
Culture Documents
1 Jenis Kegiatan Jenis kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari proses pengolahan air limbah (IPAL) Bojongsoang yang terdiri dari Pengolahan Fisik dan Pengolahan Biologi dengan unit pengolahan terdiri dari Instalasi dan Kolam Stabilisasi. 2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Waktu pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang yang beralamatkan di Jl. Raya Bojongsoang, Kecamatan Ciganitri, Kabupaten Bandung. Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan sejak tanggal 18 April 2011 hingga 20 Mei 2011. 2.3 Jenis Kegiatan PKL yang Dilakukan Pekerjaan Pengolahan Air Limbah Domestik di IPAL Bojongsoang terdiri dari Pengolahan Fisik dan Biologi dengan unit pengolahan terdiri dari Instalasi dan kolam Stabilisasi. Proses Fisik pada Instalasi meliputi : 1. Pemisahan sampah besar/kasar 2. Pemisahan sampah halus 3. Pemisahan pasir Proses Biologi pada Kolam Stabilisasi meliputi beberapa tahap, antara lain : 1. Proses Anaerob 2. Proses Fakultatif 3. Proses Penyempurnaan (Maturasi)
2.4 Peralatan dan Bahan yang Digunakan Alat yang digunakan dalam Proses Pengolahan Limbah Cair Domestik di IPAL Bojongsoang sebagai berikut : Alat yang digunakan pada proses Fisik pada Instalasi meliputi : 1. Saringan Kasar (Bar Screen) 2. Kolam Pengumpul (Sump Well) 3. Pompa ulir (Screw Pump) 4. Saringan Halus (Mechanical Bar Screen) 5. Kontainer Sampah 6. Alat pemisah Pasir (Grit Rake) 7. Pengeruk Pasir (Grit Chamber) Alat yang digunakan pada proses Biologi pada Kolam Stabilisasi meliputi : 1. Kolam Anaerob 2. Kolam Fakultatif 3. Kolam Maturasi 2.5 Pelaksanaan Kegiatan 2.5.1 Pengertian Air Limbah Air buangan atau limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran maupun perindustrian bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman, dan air hujan (Metcalf dan Eddy). Sedangkan menurut Ehlers dan Steed, air buangan atau limbah adalah cairan yang dibawa oleh air buangan. Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan atau limbah adalah air kotor yang merupakan hasil samping dari aktifitas manusia baik dari aktifitas rumah tangga, industri, tempat-tempat umum (seperti tempat rekreasi) dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta membahayakan kelestarian lingkungan. Data mengenai sumber air limbah dapat dipergunakan untuk
memperkirakan jumlah rata-rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan, industri dan aliran air tanah yang ada di sekitarnya. Seluruh data ini harus dihitung
perkembangannya atau pertumbuhannya sebelum membuat suatu bangunan pengolah air limbah serta merencanakan pemasangan saluran pembawanya. Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah air berasal dari perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau lembaga serta daerah fasilitas rekreasi. Untuk daerah tertentu banyaknya air limbah dapat diukur secara langsung. Untuk daerah perumahan yang kecil aliran air limbah biasanya diperhitungkan melalui kepadatan penduduk dan rata-rata perorang dalam membuang air limbah. Adapun besarnya rata-rata air limbah yang berasal dari daerah hunian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Aliran Air Limbah dari Daerah Pemukiman Jumlah Aliran Sumber Unit (L/Unit/Hari) Kisaran 1 2 3 Apartemen Hotel, penghuni tetap Tempat tinggal keluarga : Rumah tangga Rumah mewah Rumah agak modern Rumah pondok 4 Rumah kos-kosan Orang Orang Orang Orang Orang 190-350 300-550 100-250 100-240 120-200 280 380 200 190 150 Orang Orang 200-300 150-220 Rata-rata 260 190
2.5.2 Tata Letak Sistem Pelayanan IPAL Bojongsoang Instalasi Pengolahan Air Limbah PDAM Kota Bandung terletak di Kabupaten Bandung tepatnya di Kecamatan bojongsoang. Instalasi ini mempunyai areal yang cukup luas sehingga lokasinya merupakan perbatasan diantara dua desa, yaitu Desa bojongsoang dan Desa Bojongsari. Luas areal
instalasi tersebut adalah 85 Ha yang meliputi instalsi dan kolam stabilisasi, sistem pelayanan air limbah Kota Bandung tertera pada Gambar 1.
1 CIMAHI UTARA
DAGO 4
5 WILAYAH KAREES 7 WILAYAH UJUNG BERUNG 8 WILAYAH GEDE BAGE 9 IPAL BOJONGSOANG
6 WILAYAH TEGALEGA
Keterangan gambar :
1. 3. Cimahi Utara Wilayah Bojongkara Wilayah Karees Wilayah Ujungberung IPAL Bojongsoang 2. 4. 6. 8. Dago Wilayah Cibeunying Wilayah Tegalega Wilayah Gedebage
5.
7. 9.
2.5.3
PROSES Sistem
PENGOLAHAN air
AIR
LIMBAH
DOMESTIK
IPAL
BOJONGSOANG pengolahan limbah di IPAL Bojongsoang terhitung konvensional. Proses-prosesnya mengutamakan proses alami, tanpa bantuan teknologi yang rumit dan tanpa bantuan bahan kimia aditif. IPAL seluas 85 hektar ini mengolah air limbah melalui dua proses utama, yaitu proses fisik dan biologi. Proses fisik memisahkan air limbah dari sampah-sampah, pasir, dan padatan lainnya sehingga proses pengolahan biologi tidak terganggu. Proses biologi
mengolah air limbah sehingga parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO), kandungan bakteri Coli, kandungan logam berat, dan lainnya yang memenuhi daya dukung lingkungan badan air di mana air limbah yang sudah diolah ini akan dibuang. Berikut adalah Gambar 2 skema dari proses pengolahan air limbah IPAL Bojongsoang.
2.5.4 PROSES FISIK PADA INSTALASI AIR LIMBAH DOMESTIK Langkah-langkah yang dilakukan dalam mereduksi material secara fisik dapat dilakukan dengan mereduksi SS (suspended solid) sehingga terjadi penurunan kandungan material organik dan BOD. Antara lain : screening, filtrasi, flotasi, sedimentasi, mixing. Berikut adalah tahapantahapan proses fisik pada Instalasi (IPAL) Bojongsoang : 1. Saluran Masuk Air Limbah Domestik (Open Channel) Pada saluran open channel air limbah domestik dikondisikan sedemikian rupa sehingga ketika air limbah masuk ke unit pengolahan utama tidak
10
mengganggu proses yang ada. Proses ini juga digunakan untuk mengurangi beban pada pengolahan utama seperti terlihat pada Gambar 3.
2. Bar Screen ( Pemisah Sampah Kasar Manual) Langkah awal dalam pengolahan air limbah adalah membersihkan partikel-partikel besar yang mengapung dan tersuspensi. Dimensi dan ukuran screen dipengaruhi oleh parameter - parameter sebagai berikut: Kecepatan aliran air limbah pada screening channel (saluran screening) tidak boleh dibawah kecepatan pembersihan diri (cleansing self) sebesar 37.5 cm/dtk, Gambar 4 memperlihatkan mesin Bar Screen. Air buangan yang telah melewati bar screen kemudian dikumpulkan pada sumur pengumpulan selanjutnya dipompakan menuju instalasi pengelolaan. Tabel 2 Jenis rak yang dibersihkan mekanis dan dengan tangan Bagian-bagiannya Pembersihan Ukuran Jeruji dengan tangan Lebar (mm) 5-15 Dalam (mm) 25-75 Jarak bersih antara jeruji (mm) 25-50 Kemiringan dari atas 30-45 Kecepatan yang diharapkan (m/s) 0.3-0.6 Kehilangan tekanan 150
Sumber : Metcalf dan Eddy, 1979
11
Gambar 4. Manual Bar Screen Sumber : Aurora, 2011 3. Sump Well (Sumur Pengumpul) Langkah selanjutnya air limbah yang sudah melewati Bar Screen (Saringan Kasar) masuk menuju sumur pengumpul, fungsi dari sumur pengumpul adalah untuk mengatasi masalah operasional yang disebabkan oleh debit yang bervariasi, untuk meningkatkan hasil dari pelaksanaan proses selanjutnya dan meminimalkan ukuran dan biaya dari fasilitas pengolahan hilir. Digunakan untuk melakukan netralisasi, pendinginan, dan memperkecil beban kandungan beban limbah sebelum masuk ke pengolahan biologis. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1) Bentuk bak : Bentuk bak yang dirancang tergantung kualitas air limbah yaitu : Adanya padatan yang mudah mengendap Diperlukan pengadukan Diperlukan oksigenasi/suplay udara 2) Waktu tinggal Waktu tinggal air limbah dalam bak akan menentukan dimensi bak yaitu : Kualitas air limbah (apakah berbau) Lahan yang tersedia
12
Kerusakan/perbaikan peralatan Jumlah/debit air limbah per hari Untuk mengetahui jumlah air yang harus ditampung yaitu :
q waktu tinggal 24
Luas penampang
volumebak kedalamanb ak
Kedalaman efektif :
(23 H )
Penggunaan sumur pengumpul berfungsi sebagai berikut: a. Menampung air buangan dari sumber yang kedalamannya dibawah permukaan dari instalasi pengolahan air buangan sebelum air buangan tersebut dipompakan ke atas. b. Menstabilkan atau mengkonstankan variasi debit dan konsentrasi air buangan. c. Meningkatkan kinerja pada proses selanjutnya. 4. Screw Pump (Pompa Ulir) Langkah selanjutnya adalah memompa air limbah menggunakan Screw Pump agar air limbah dapat naik menuju ke atas menuju saringan halus (Mechanical Bar Screen). Waktu pengumpulan pada sumur pengumpulan tidak boleh terlalu lama, pompa Screw Pump di Instalasi Bojongsoang akan bekerja secara otomatis ketika air limbah yang dikumpulkan pada sumur pengumpul mengenai kutub kabel yang dihubungkan dengan tombol operasi mesin Screw Pump. Selain itu kita dapat menghitung power pompa digunakan rumus sebagai berikut :
13
P=
.Q.H
Dimana : P = Power pompa (K. Nm/ dt) = Berat spesifikasi air (KN / m3) H = Head loss total = Efisiensi pompa (45 75%) Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pompa dan penentuan sistem dalam pompa adalah sebagai berikut : a. Kandungan padatan dalam air buangan b. Kandungan kimia dalam air buangan c. Kondisi air buangan / suhu d. Penentuan jumlah pompa e. Daya yang harus disediakan pompa f. Kondisi suction pompa itu sendiri Gambar Screw Pump dan Mesin Operasi Penggerak Pompa ditunjukan oleh Gambar 5.
Gambar 5. Screw Pump (kiri) dan Mesin Penggerak Screw Pump (kanan)
Sumber : Aurora, 2011
5. Mechanical Bar Screen ( Saringan Halus) Setelah melewati proses pemompaan, air limbah domestik akan masuk kedalam Mechanical Bar Screen yang merupakan alat mekanis berupa mesin penghalus atau pemarut berfungsi untuk menghaluskan / menghancurkan padatan kasar, sehingga mempunyai ukuran kecil yang seragam. Mechanical Bar Screen
14
(Saringan Halus) terdiri dari sebuah tabung berongga yang terbuat dari besi yang berputar secara terus menerus pada sumbu vertikal dengan sumber tenaga dari motor listrik. Pada tabung ini merupakan suatu saringan yang mempunyai gigigigi pemotong yang tajam lalu sampah yang berasal dari Mechanical Bar screen akan dipadatkan oleh Screen Press lalu masuk kedalam kontainer sampah, berikut adalah Gambar 6 menunjukan Mechanical Bar Screen dan Screen Press.
6. Sedimentasi pada Grit Rake dan Grit Chamber Setelah air limbah melalui proses di Mechanical Bar Screen (saringan halus), lalu air limbah masuk ke proses penyaringan dan pengerukan pasir-pasir halus yang dilakukan oleh Grit Rake dan Grit Chamber di bagian ini dilakukan proses pemisahan padatan dalam air limbah berdasarkan perbedaan berat jenis antara padatan dan air. Pada proses sedimentasi padatan akan mengendap dengan sendirinya, berikut adalah Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan Grit Chamber dan Grit Rake.
Gambar 7 . Grit Chamber untuk memisahkan pasir dari air buangan yang pengoperasian secara mekanik
Sumber : Aurora, 2011
15
Gambar 8 . Grit rake untuk melakukan pengerukan pasir yang terkumpul pada Grit Dischare Pocket
Sumber:Aurora, 2011
2.5.5 PROSES BIOLOGI PADA KOLAM STABILISASI Setelah melalui proses fisik, air limbah akan masuk ke dalam proses biologi. Ditinjau dari kebutuhan oksigen, maka proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proses aerob yang berlangsung dengan hadirnya oksigen dan proses anaerob yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Berikut adalah Gambar 9 diagram alir dari proses biologi pengolahan limbah yang dilakukan oleh IPAL Bojongsoang
16
Kolam pengolahan biologi terdiri dari 14 kolam yang terdiri dari dua bagian utama utama, bagian A dan bagian B. Jadi, masing-masing bagian terdiri dari tujuh kolam yaitu, tiga kolam anaerob, dua kolam fakultatif, dan dua kolam maturasi dan hasil akhir dari semua proses tersebut berakhir ke anak Sungai Citarum sebagai badan air buangan air limbah yang sudah di treatment. 1. Proses Anaerobik Langkah awal pada proses biologi adalah proses anaerobik yang dilakukan pada kolam stabilisasi baik yang berupa aerobik maupun yang berjalan secara anaerobik pada proses ini akan menghilangkan bau dan memudahkan penghancuran serta menghilangkan jumlah mikroorganisme. Pada Gambar 10 terjadi proses anaerob dimana proses anaerobik akan menghasilkan gas metan yang bisa dipergunakan sebagai sumber energi, bakteri yang membantu menghasilkan gas methan adalah Methanosarcina bakteri dan Methanospirillum hungaley, sedangkan pada proses aerobik akan menghilangkan zat organiknya. Proses anaerobik merupakan upaya penurunan bahan organik secara anaerobik dengan bantuan mikroba anaerob. Karakteristik kolam anaerobik adalah sebagai berikut. Debit : 80.835 m3/hari Beban volumetrik : 275 g BOD/m3/hari BOD Influen : 360 mg/l Total Beban Org : 20.100 kg BOD/hari Waktu Detensi : 2 hari Kedalaman kolam : 4 m Luas Area : 4,04 ha Temperatur : 22,5 oC BOD Efluen : 144 mg/l
17
2. Proses Fakultatif Setelah melewati kolam anaerobik, air limbah masuk ke proses fakultatif yang merupakan kolam dengan kedalaman 1-2.5 meter. Pada kolam ini kedalaman air terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona aerobik di bagian atas, zona fakultatif di bagian tengah dan zona anaerobik dibagian atas dasar kolam. Alga yang menempati bagian atas akan melakukan fotosintesis pada siang hari, pada lapisan kedua jumlah oksigen relatif lebih sedikit dan pada lapisan di dasar kolam terjadi proses anaerobik atau tanpa adanya oksigen. Pada Proses fakultatif terjadi upaya penurunan bahan organik secara anaerob dan aerob , pada proses fakultatif terjadi proses reduksi BOD sampai 80 %, peningkatan kadar Oksigen( Dari Reaerasi dan Proses Fotosintesa), serta penurunan Bakteri Pathogen. Kolam Fakultatif ditunjukan oleh Gambar 11. Karakteristik kolam fakultatif adalah sebagai berikut. Debit : 80.835 m3/hari Beban volumetrik : 300 gr BOD/m3/hari BOD Influen : 144 mg/l Total Beban Org : 11.640 kg BOD/hari Waktu Detensi : 5,6 - 7 hari Kedalaman kolam : 2 m Luas Area : 29,8 ha Temperatur : 22,5 oC BOD Efluen : 50 mg/l
18
3. Proses Maturasi Proses terakhir adalah maturasi merupakan proses pematangan air buangan sebagai penyempurnaan dari kualitas efluen akhir sesuai dengan standar baku mutu yang berlaku sebelum dibuang ke badan air atau sungai dapat dilihat pada Gambar 12. Karakteristik kolam maturasi adalah sebagai berikut. Debit : 80.835 m3/hari Fecal coli : 5000 MPN/100 ml BOD Influen : 50 mg/l Waktu Detensi : 3 hari Kedalaman kolam : 1,5 m Luas Area : 32,2 ha Temperatur : 22,5 oC BOD Efluen : 30 mg/l
19
Gambar 12 Kolam Maturasi Air Limbah Yang Siap Buang ke Badan Air
Sumber : Aurora, 2011
Air hasil olahan berupa effluen yang dilepas ke badan air penerima harus sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Adapun standar desain untuk proses pengolahan pada IPAL Bojongsoang adalah sebagai berikut :
SATUAN
Mg/liter mpn/100ml
Sumber : IPAL, 2000 *keterangan An F M : Kolam Anaerobik : Kolam Fakultatif : Kolam Maturasi
20
Jumlah air buangan yang masuk ke Instalsi Pengolahan adalah berfluktuasi sesuai dengan kondisi musim. Tabel 4. Data Perhitungan Jumlah Air Masuk ke IPAL Tahun 2006-2010
No Tahun Debit Air Terolah Rata Rata/ Hari 9.664 m3/hari 15.882m3/hari 19.748m /hari 20.427 m3/hari 17.242 m3/hari
3
Kehilangan Air Pump. Station 3.221 m3/hari 5.294 m3/hari 6.582 m /hari 6.809 m3/hari 5.747 m3/hari
3
Keterangan
1 2 3 4 5
17.717 29.117 36.204 37.449 31.610 Debit Air Selama Setahun Dalam Variasi Musim
2.5.7 PEMANFAATAN HASIL PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 1. Produk Utama Hasil proses instalsi pengolahan air limbah Bojongsoang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan pertanian dan perikanan.
21
Warga masyarakat sekitar IPAL Bojongsoang yang memanfaatkan air mencakup 4 Desa yaitu : 1. Desa Bojongsoang 2. Desa Bojongsari 3. Desa Lengkong 4. Desa Cipagalo : untuk mengairi 50 Ha : untuk mengairi 60 Ha : untuk mengairi 50 Ha : untuk mengairi 20 Ha
2.
maka pemeliharaan proses harus selalu diperhatikan. Dalam pemeliharaan proses Biologi, pengendapan lumpur merupakan masalah utama pada kolam Anaerobik, sedangkan pada kolam lainnya relatif kecil. Untuk mencegah terjadinya gangguan proses pada kolam stabilisasi maka perlu dilakukan pengangkatan lumpur dari kolam Anaerobik. Pengangkatan lumpur dilakukan setiap 5 tahun sekali. Jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar maka perlu dicari alternatif pemanfaatannya sehingga tidak mengganggu lingkungan. Sesuai dengan hasil uji laboratorium, komposisi lumpur sangat baik untuk media pertumbuhan tanaman. Untuk itu maka telah dilakukan pengujian terhadap berbagi jenis tanaman baik tanaman konsumsi maupun tanaman non-konsumsi. Berikut adalah kegiatan dalam rangka pemanfaatan lumpur kolam Anaerobik antara lain :
22