You are on page 1of 45

Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi

Penyebab, Konsenkuensi, dan Kontroversi


Oleh: Agung Jatmiko

Menjelang abad ke-21 total penduduk diperkirakan mencapai 6,1 miliar jiwa.

dunia

Menurut proyeksi PBB, penduduk dunia akan mencapai lebih dari 9,2 miliar jiwa pada tahun 2020 sebelum akhirnya mencapai 11 miliar jiwa pada tahun 2200. Lebih dari 90 persen jumlah penduduk tersebut menghuni negara-negara berkembang. Masalah pertambahan penduduk ini membawa implikasi sosial-ekonomi terhadap taraf hidup, kemandirian individu, dan nasional serta kebebasan menjalankan pembangunan beserta segenap strateginya.

Pertumbuhan Penduduk dan Kualitas Hidup


Setiap tahunnya sekitar 80 juta manusia baru lahir dan menambah jumlah penduduk dunia. Sebagian besar manusia baru dari pertumbuhan penduduk tersebut 97% berasal dari negara-negara dunia ketiga. Pertambahan penduduk yang sedemikian cepat menimbulkan aneka permasalahan yang serius bagi kesejahteraan umat manusia di seluruh dunia

Masalah-masalah yang paling penting dan mendasar:


1. Mampukan negara-negara Dunia Ketiga meningkatkan taraf hidup penduduknya di tengah semakin tingginya laju pertumbuhan penduduk, baik yang ada saat ini maupun proyeksinya untuk masa mendatang? Sampai seberapa jauh laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat itu akan menyulitkan upaya-upaya pemerintahan negara-negara dunia ketiga dalam mengadakan pelayanan dan fasilitas sosial yang bersifat mendasar bagi penduduknya?

2. Apa yang harus dilakukan oleh negara-negara berkembang untuk mengatasi ledakan pertambahan angkatan kerjanya yang begitu besar? Apakah akan tersedia cukup banyak lapangan pekerjaan? Atau apakah negara-negara berkembang itu hanya berusaha menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat?

3. Apa saja implikasi dari tingginya laju pertumbuhan penduduk di negara-negara miskin terhadap peluang-peluang mereka untuk meringankan penderitaan penduduknya yang diakibatkan oleh kemiskinan absolut? Apakah persediaan pangan dunia dan distribusinya sudah cukup memadai, bukan hanya untuk mengimbangi lonjakan pertumbuhan penduduk tetapi juga untuk memperbaiki kualitas dan kecukupan gizi? 4. Berdasarkan perkiraan pertumbuhan penduduk, apakah negaranegara berkembang mampu memperluas dan meningkatkan kualitas kesehatan serta sistem pendidikan yang ada, sehingga setiap orang setidaknya memiliki kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan juga pendidikan dasar?

5. Sampai seberapa jauh rendahnya taraf kehidupan masyarakat menjadi sebuah faktor penting yang membatasi kebebasan para orang tua untuk menentukan besar kecilnya jumlah anggota keluarga mereka? Apakah memang ada suatu hubungan yang nyata dan signifikan antara tingkat kemiskinan dan besarnya jumlah anggota keluarga? 6. Sampai sejauh manakah peningkatan kemakmuran dari negaranegara maju menjadi faktor yang menghambat negara-negara miskin dalam upaya mereka mengatasi lonjakan jumlah penduduk? Apakah usaha-usaha untuk memacu tingkat kemakmuran yang dilakukan oleh negara-negara maju itu akan membawa akibat yang lebih buruk terhadap lingkungan hidup global dan upaya peningkatan taraf hidup yang tengah ditekuni oleh negara-negara miskin dalam rangka mengimbangi ledakan penduduknya daripada peningkatan absolut jumlah penduduk itu sendiri?

Kajian Angka: Pertumbuhan penduduk di Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Mendatang Taksiran Pertumbuhan Penduduk Dunia:
1. 2. 12.000 tahun yang lalu, jumlah total penduduk dunia diperkirakan tidak lebih dari 5 juta jiwa. Pada permulaan jaman Masehi (sekitar 2.000 tahun yang lalu), penduduk dunia bertambah menjadi hampir 250 juta jiwa. Sejak tahun pertama sesudah Masehi sampai revolusi industri 1750, jumlah penduduk dunia meningkat tiga kali lipat menjadi sekitar 728 juta jiwa. Selama 200 tahun berikutnya (1750-1950) dunia mendapat tambahan penghuni sebanyak 1,7 miliar jiwa. Namun, hanya dalam kurun waktu 4 dekade (1959-1990) jumlah penduduk dunia meningkat hingga mencapai 5,3 miliar jiwa. Memasuki abad ke -21 jumlah penduduk dunia mencapai hampir 6,1 miliar jiwa.

3.

4. 5.

6.

Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Dunia:


1. Jumlah manusia yang menghuni bumi sekitar 300 tahun yang lalu tumbuh dengan kecepatan sedikit di atas 0 persen per tahun yakni hanya sekitar 0,002, atau sekitar 20 jiwa tanbahan untuk 1 juta manusia. 2. Sampai tahun 1750, laju pertumbuhan penduduk meningkat sampai 150 kali lipat, dari 0,002 persen menjadi 0,3 persen per tahun. 3. Sejak sekitar tahun 1950-an, laju tingkat pertambahan penduduk meningkat hingga 3 kali lipat sehingga mencapai 1 persen per tahun. Kenaikan ini terus berlangsung sehingga angkanya menjadi 2,35 persen pada tahun 1970-an. 4. Saat ini laju pertumbuhan penduduk sedikit mereda walaupun tetap berada pa da tingkat yang relatif sangat tinggi, yaitu sekitar 1,3 persen. Akan tetapi, laju pertumbuhan penduduk di Afrika masih sangat tinggi, yaitu 2,4 persen per tahun.

Struktur Kependudukan Dunia


Lebih dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara berkembang dan kurang dari seperempatnya bermukim di negara-negara maju. Berdasarkan tingkat pertumbuhan penduduk yang ada sekarang di berbagai kawasan di dunia, maka diperkirakan bahwa distribusi regional (menurut wilayah geografisnya) penduduk dunia akan mengalami perubahan yang tidak terelakkan menjelang tahun 2050 mendatang. Afrika akan mengalami persentase kenaikan jumlah penduduk yang paling besar.

Distribusi Penduduk Dunia Menurut Wilayah, 2003 dan 2050


Total penduduk 2003: 6,313 miliar Chart Title
Amerika Utara 5% Amerika Latin 9% Eropa 12% Amerika Latin 9% Eropa 7% Amerika Utara 5%

Total Penduduk 2050: 9,198 miliar Chart Title

Afrika 20% Afrika 14% Asia dan Oceania 60% Asia dan Oceania 59%

Tren Tingkat Kelahiran dan Kematian


Perbedaan laju pertumbuhanpenduduk di negara-negara maju dan di negara-negara sedang berkembang adalah karena tingkat kelahiran di negara-negara sedang berkembang umumnya jauh lebih tinggi daripada di negara-negara maju. Walupun tingkat kematian di negara-negara sedang berkembang juga tinggi namun selis Laju pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang dewasa ini mencapai tingkat yang sedemikian tinggi yaitu 1,3 persen per tahun. Hal ini jauh lebih banyak dari negara maju yang hanya mencapai sekitar 0,1 persen

Momentum Pertumbuhan Penduduk yang Tersembunyi


Salah satu aspek pertumbuhan penduduk yang paling sulit dipahami adalah kecenderungannya untuk terus menerus mengalami peningkatan yang tidak terhentikan sekalipun tingkat kelahiran telah mengalami penurunan pesat. Pertambahan penduduk mempunyai kecenderungan untuk terus melaju; seolah-olah laju pertumbuhan penduduk tersebut mengandung suatu daya gerak (momentum) internal yang kuat dan tersembunyi.

Dua alasan pokok yang melatar belakangi momentum ini: 1. Tingkat kelahiran itu sendiri tidak mungkin diturunkan hanya dalam waktu singkat. Kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi, dan institusional yang mempengaruhi tingkat fertilitas yang telah ada dan bertahan selama berabad-abad tidak mudah hilang begitu saja hanya karena himbauan dari para pemimpin nasional. 2. Adanya momentum tersembunyi tersebut erat kaitannya dengan struktur usia di negara-negara berkembang dan negara-negara maju. Jumlah penduduk dengan usia muda-remaja di negara-negara berkembang jauh lebih banyak daripada di negaranegara maju.

Transisi Demografis

Konsep transisi demografis mencoba menerangkan mengapa hampir semua negara yang kini tergolong sebagai negaranegara maju sama-sama telah melewati sejarah populasi modern yang terdiri dari tiga tahapan besar.

Tahapan Pertama:

Sebelum hadirnya modernisasi ekonomi, negara-negara ini selama berabad-abad mempunyai laju pertambahan penduduk yang stabil atau sangat lambat. Penyebabnya, meskipun angka kelahiran mereka sangat tinggi, angka kematian mereka juga sangat tinggi, bahkan hampir sama tingginya dengan tingkat kelahiran.

Tahapan Kedua: Tahapan kedua berlangsung setelah adanya modernisasi, yang kemudian menghasilkan berbagai motode penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih baik, makanan yang lebih bergizi, pendapatan yang lebih tinggi, dan berbagai bentuk perbaikan hidup lainnya, sehingga secara perlahan-lahan usia harapan hidup penduduk di negara-negara yang kini maju itu meningkat dari rata-rata 40 tahun menjadi rata-rata 60 tahun. Oleh karena itu, angka kematian mengalami penurunan yang cukup berarti namun tidak diimbangi dengan penurunan tingkat kelahiran. Hal ini memicu lonjakan laju pertumbuhan pendudu. Tahapan kedua menandai awal dari suatu proses transisi demografis, yaitu masa transisi dari keadaan stabil terus meningkat dengan pesat, sebelum pada akhirnya kembali ke laju pertambahan penduduk yang menurun.

Tahapan Ketiga: Dengan munculnya berbagai macam dorongan dan pengaruh yang bersumber dari upaya-upaya modernisasi serta pembangunan yang menyebabkan turunnya tingkat fertilitas. Di ujung tahapan ketiga tersebut, tingkat kelahiran berhasil diturunkan cukup tajam sampai sama rendahnya dengan tingkat kematian, sehingga secara neto laju pertumbuhan penduduk menjadi sangat rendah.

Sebab-sebab Tingginya Tingkat Kelahiran di Negara-negara Berkembang: Model Malthus dan Model Rumah Tangga

Teori Jebakan Populasi Malthus:


Malthus melukiskan suatu kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di suatu negara akan meningkat sangat cepat menurut deret ukur atau tingkat geometrik setiap 30 atau 40 tahun, kecuali hal itu diredam oleh bencana kelaparan. Kontribusi marjinal masyarakat penduduk terhadap total produksi pangan semakin menurun karena lahan yang dimiliki penduduk semakin lama semakin sempit. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai, maka pendapatan per kapita akan semakin menurun sapai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit di atas subsisten, itu pun hanya cukup untuk jumlah populasi tertentu.

Malthus menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi masalah rendahnya taraf hidup yang kronis atau kemiskinan absolut tersebut adalah penanaman kesadaran moral di kalangan segenap penduduk dan kesediaan untuk membatasi jumlah kelahiran. Para ahli ekonomi modern telah memberi nama khusus bagi gagasan Malthus yang menyatakan bahwa ledakan penduduk akan menimbulkan pola hidup yang serba pas-pasan (subsisten). Mereka menyebutnya model jebakan populasi ekulibrium tingkat rendah (low-level equilibrium population trap), atau biasa disingkat dengan model jebakan populasi Malthus (Malthusian population trap). Aspek berikutnya dari teori Malthus mencoba menjelaskan hubungan antara tingkat pertumbuhan pendapatan agregat dan tingkat pendapatan per kapita.
Jika pendapatan agregat dari suatu negara meningkat lebih cepat, maka secara definitif pendapatan per kapita juga meningkat.

Negara-negara yang mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi dianggap lebih mampu memupuk lebih banyak tabungan sehingga tingkat tabungan nasionalnya dan tingkat investasinya lebih tinggi. Berdasarkan model pertumbuhan Harrod-Domar, adanya tingkat tabungan yang lebih tinggi berarti akan mendorong terciptanya tingkat pertumbuhan pendapatan agregat yang lebih tinggi pula. Akan tetapi, setelah melewati tingkat pendapatan per kapita tertentu, tingkat pertumbuhan akan mendatar dan akhirnya cenderung menurun karena semakin banyak modal investasi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mengolah sumber-sumber daya alam yang kuantitasnya tetap (diminishing return). Asumsi kemajuan teknologi tidak diperhitungkan dalam model ini. Menurut pendukung aliran pemikiran neo-Malthus, bangsa-bangsa miskin tidak akan pernah bisa berhasil mencapai tingkat pendapatan per kapita yang jauh lebih tinggi daripada tingkat subsisten, kecuali mereka mengadakan pengendalian preventif awal terhadap pertumbuhan populasi mereka.

Kelemahan-kelemahan Model Malthus


Model atau teori Malthus tidak memperhitungkan peranan dan dampak-dampak penting dari kemajuan teknologi. Teori tersebut didasarkan pada suatu hipotesis mengenai hubungan-hubungan makro (berskala besar) antara tingkat pertumbuhan penduduk dengan tingkat pendapatan per kapita, yang ternyata tidak dapat dibuktikan secara empiris. Teori tersebut terlalu bertumpu pada variabel ekonomi yang ternyata keliru, yaitu tingkat pendapatan per kapita, sebagai determinan utama pertumbuhan penduduk. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan mengedepankan taraf hidup individual sebagai determinan utama bagi pengambilan keputusan di tingkat keluarga mengenai jumlah anak yang harus atau hendak mereka inginkan bukannya taraf hidup agregat (secara nasional).

Teori Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga Teori ini berupaya memperhatikan faktor-faktor penentu mikroekonomi berkenaan dengan fertilitas keluarga. Teori ini berpijak pada teori-teori neoklasik tradisional tentang perilaku konsumen dan rumah tangga sebagai dasar analisis Teori ini juga menggunakan prinsip-prinsip ekonomi dan optimasi untuk menerangkan proses pengambilan keputusan di tingkat keluarga mengenai besar kecilnya jumlah anggota keluarga yang hendak dimiliki.

Poin-poin Penting dalam Model Fertilitas Rumah Tangga:


1. 2. Anak dapat dianggap sebagai suatu jenis barang konsumsi (pengaplikasian dari teori perilaku konsumen). Penentuan tingkat fertilitas atau tingkat permintaan akan anak merupakan bentuk pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen (keluarga). Pilihan itu sendiri harus diperoleh dengan mengorbankan pilihan (barang) lain. Efek subsitusi dari pilihan itu diasumsikan berlaku. Seberapa banyak suatu keluarga ingin mempunyai anak dapat dinyatakan oleh kurva indifferen yang pada dasarnya melambnagkan tingkat kepuasan subyektif para orang tua dari semua kemungkinan kombinasi konsumsi antara barang-barang dan anak. Anak dianggap sebagai barang normal (permintaan naik ketika pendapatan naik).

3. 4.

5.

Permintaan Anak di Negara Berkembang


Teori fertilitas mengasumsikan bahwa permintaan atau hasrat suatu keluarga untuk mendapatkan sejumlah anak ditentukan oleh prefernsi keluarga itu sendiri atas jumlah anak yang bisa dianggap bisa terus bertahan hidup (biasanya yang lebih mereka inginkan adalah anak laki-laki). Tingkat permintaan terhadap anak tersebut dipengaruhi pula oleh harga dan biaya oportunitas dari kepemilikan anak-anak serta oleh tingkat penghasilan keluarga yang bersangkutan. Anak bagi masyarakat miskin dipandang sebagai suatu investasi ekonomi yang nantinya akan mendatangkan hasil berupa tambahan tenaga kerja maupun penghasilan. Banyak-sedikitnya anak menjadi dilema di beberapa keluarga
Sedikit anak pendidikan terjamin hari tua terjamin. Banyak anak pendidikan minim - tambahan tenaga kerja (jangka pendek) hari tua kurang terjamin (tidak pasti).

Sejumlah Bukti Empiris


Kesempatan kerja dan pendidikan yang luas bagi berpengaruh terhadap rendahnya tingkat fertilitas. wanita

Semakin tingginya tingkat pendidikan wanita maka akan semakin besar kontribusi wanita terhadap penghasilan keluarga. Semakin sedikit waktu yang disediakan untuk membesarkan anak sehingga jumlah anak yang diinginkan semkain sedikit. Peningkatan pendapatan dan kualitas pendidikan wanita akan mengarah pada perbaikan kualitas pemeliharaan anak sehingga tingkat kematian berkurang.

Beberapa Implikasi bagi Pembangunan dan Fertilitas


Tingkat kelahiran di kalangan penduduk miskin akan berkurang bila: 1. Taraf pendidikan kaum wanita meningkat sehingga peranan dan status mereka pun menjadi lebih baik. 2. Kesempatan kerja untuk kaum wanita di sektor-sektor nonpertanian meningkat sehingga biaya oportunitas atas fungsi tradisional berkurang. 3. Penghasilan keluarga meningkat berkat adanya kenaikan upah dan kesempatan kerja pada suami-istri sebagai akibat redistribusi pendapatan dan kekayaan dari golongan yang mampu kepada golongan yang kurang mampu. 4. Tingkat mortalitas bayi menurun berkat peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan perbaikan gizi ibu dan anak. 5. Sistem jaminan sosial dan tunjangan hari tua di luar cakupan keluarga telah tercipta dan semakin berkembang. 6. Perluasan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan yang layak.

Konsekuensi-konsekuensi Tingginya Tingkat Fertilitas: Sejumlah Pendapat yang Saling Bertentangan

Pertumbuhan Penduduk Bukanlah Masalah yang Sebenarnya

1. Inti persoalan bukanlah pertumbuhan penduduk, melainkan hal-hal atau isu lain. 2. Pertumbuhan penduduk merupakan persoalan rekaan atau masalah palsu yang sengaja diciptakan oleh badan-badan dan lembaga-lembaga milik negara kaya dan dominan dengan tujuan menjadikan negaranegara berkembang tetap terbelakang dan bergantung pada negara-negara maju. 3. Bagi kebanyakan negara dan kawasan berkembang, pertumbuhan penduduk justru merupakan suatu hal yang dibutuhkan atau diinginkan.

Ada Masalah Lain di Balik Pertumbuhan Penduduk


1. Keterbelakangan: Inti permasalahan yang sebenarnya adalah keterbelakangan Pembangunan harus dijadikan satu-satunya cara untuk mengatasi masalah dasar tersebut. Pembangunan akan mendatangkan kemajuan-kemajuan di bidang ekonomi dan sosial yang nantinya akan mampu mengatur pertumbuhan dan penyebaran penduduk.

2. Penyusutan Sumber Daya Alam dan Kerusakan Lingkungan


Untuk mengatasi masalah inti dunia saat ini, negara-negara maju harus mengurangi tingkat konsumsinya yang berlebihan Tingginya tingkat fertilitas di negara-negara berkembang semata-mata karena rendahnya taraf hidup sebagai akibat dari konsumsi yang berlebihan atas sumber daya alam dunia yang langka yang dilakukan oleh negara-negara kaya. Inti permasalahannya adalah pemborosan serta kebiasaan konsumsi yang berlebihan tanpa memikirkan nasib orang lain yang dilakukan oleh negara-negara kaya dan segelintir orang-orang kaya di negaranegara miskin.

3. Penyebaran Penduduk:
Masalah utama bukan pada ledakan populasi namun pada penyebaran geografis penduduk. Untuk mengatasi masalah ini maka pemerintah negara-negara berkembang harus mampu menekan laju urbanisasi yang mulai tidak terkontrol.

4. Rendahnya posisi dan status kaum wanita:


Ledakan populasi penduduk merupakan akibat alamiah dari begitu terbatasnya kesempatan ekonomi yang dimiliki kaum wanita. Pemberdayaan wanita menjadi salah satu jalan dalam meredam lonjakan pertumbuhan penduduk karena perbaikan kualitas pendidikan wanita akan mampu membawa kesadaran pentingnya keluarga kecil.

Pelemparan Persoalan Palsu Secara Sengaja Masalah pertumbuhan penduduk adalah masalah yang sengaja dilontarkan oleh negara-negara maju. Pemaparan persoalan ini bertujuan untuk menghambat kemajuan negara-negara berkembang dan dalam rangka mempertahankan status quo negara-negara kaya. Pandangan ini bertolak dari kebijakan negara-negara maju yang mendesak negara berkembang untuk menekan laju pertumbuhan penduduk secara agresif, padahal kemajuan ekonomi negara-negara yang sekarang maju ini banyak didukung oleh pertambahan jumlah penduduknya yang pesat selama abad ke-19

Pertumbuhan Penduduk itu Perlu


Pertumbuhan penduduk justru merupakan unsur penting yang akan memacu pertumbuhan ekonomi. Populasi yang besar akan menjadi sumber permintaan akan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala ekonomis dalam reduksi yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya-biaya produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja yang murah dalam jumlah yang memadai. Para ekonom aliran kontrarevolusi neoklasik menyatakan bahwa pasar bebas akan senantiasa mampu mengimbangi kelangkaan sumber daya yang diakibatkan oleh tekanan-tekanan populasi.

Pertumbuhan Penduduk adalah Masalah yang Sebenarnya 1. Argumentasi Garis Keras: Populasi dan Krisis Global
Argumen ini mencoba untuk mengaitkan semua penyakit sosial dan ekonomi dunia dengan pertambahan penduduk sebagai penyebabnya. Pertambahan penduduk yang tidak dibatasi dianggap sebagai penyebab pokok terjadinya kemiskinan, standar hidup yang rendah, kekurangan gizi, kesehatan yang buruk, degradasi lingkungan, dan masalah-masalah sosial lainnya. Langkah terpenting yang harus segera dilakukan pemerintah negara berkembang adalah upaya stabilisasi populasi. Disertai dengan paksaan seperti program sterilisasi dan peraturan formal lainnya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.

2. Argumentasi Teoritis: Siklus Populasi-Kemiskinan dan Pentingnya Program Keluarga Berencana:


Pertumbuhan penduduk secara cepat menimbulkan berbagai konsekuensi ekonomi yang merugikan, dan hal itu merupakan masalah utama yang dihadapi negara-negara berkembang. Pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat menimbulkan dampak sosial-ekonomi dan psikologis yang melatarbelakangi kondisi keterbelakangan. Pertumbuhan penduduk juga menghalangi proses terciptanya kehidupan yang lebih baik karena menguras tabungan rumah tangga dan negara. Jumlah penduduk yang terlampau besar akan menguras kas pemerintah yang sudah sangat terbatas untuk menyediakan berbagai pelayanan kesehatan, ekonomi, dan sosial bagi generasi baru. Melonjaknya beban pembiayaan atas anggaran pemerintah ini akan mengurangi kemungkinan dan kemampuan pemerintah meningkatkan taraf hidup generasi dan akhirnya akan mendorong terjadinya transfer kemiskinan kepada generasi mendatang.

Argumen Empiris: Tujuh Konsekuensi Negatif dari Pertumbuhan Penduduk yang Pesat
1. Pertumbuhan ekonomi: Kenaikan jumlah penduduk yang cepat cenderung menurunkan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita. Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan: Pertambahan penduduk yang sangat cepat berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama yang paling miskin. Pendidikan: Pertumbuhan penduduk yang pesat juga akan menyebabkan distribusi anggaran pendidikan semakin kecil. Kesehatan: Jarak kelahiran yang dekat cenderung menurunkan berat badan bayi dan meningkatkan resiko kematian bayi. Ketersediaan Bahan Pangan: Penyediaan bahan pangan akan semakin sulit jika pertambahan penduduk sangat cepat tidak terkendali.

2.

3.

4.

5.

5. Ketersediaan Bahan Pangan: Penyediaan bahan pangan akan semakin sulit jika pertambahan penduduk sangat cepat tidak terkendali.
6. Lingkungan Hidup: Pertumbuhan penduduk yang pesat ikut memacu proses kerusakan dan pengrusakan lingkungan hidup, baik itu berupa penggundulan hutan, pengikisan cadangan bahan bakar kayu, erosi tanah, penyusutan populasi ikan, dan hewan-hewan liar, pencemaran air, pencemaran udara, dan pemadatan daerah hunian di perkotaan. Migrasi Internasional: Ledakan penduduk di negara-negara dunia ketiga memacu terjadinya migrasi internasional sebagai akibat perekonomian di negara-negara berkembang tidak lagi mampu menyediakan lapangan kerja. Namun, masalah migrasi internasional ini lebih berdampak pada negaranegara maju sehingga masalah ini punya muatan politik, terutama di Amerika Utara dan Eropa.

7.

Sasaran dan Tujuan: Menuju suatu Konsensus Tiga Proporsisi yang merupakan komponen utama dalam gagasan yang menjadi konsensus tersebut:
1. Pertumbuhan penduduk bukan merupakan penyebab utama rendahnya taraf hidup masyarakat, kesenjangan pendapatan yang merupakan masalah poko negara-negara dunia ketiga. 2. Persoalan kependudukan tidak hanya menyangkut jumlah, akan tetapi juga meliputi kualitas hidup dan kesejahteraan materiil. 3. Pertumbuhan penduduk yang cepat memang mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi jauh.

Beberapa Penekatan Kebijakan


1. Kebijakan-kebijakan umum dan khusus yang diajukan oleh pemerintah negara-negara berkembang untuk mempengaruhi dan bahkan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk serta penyebaran penduduk mereka. 2. Kebijakan-kebijakan umum dan khusus dari negara-negara maju untuk mengurangi konsumsi yang berlebihan atas sumber-sumber daya dunia yang terbatas jumlahnya, serta mendorong distribusi yang lebih merata dan adil atas keuntungan-keuntungan yang dihasilkan kemajuan perekonomian global. 3. Kebijakan-kebijakan umum dan khusus dari negara-negara maju dan badan-badan internasional untuk membantu negara-negara berkembang mencapai target atau sasaran-sasaran kebijakan kependudukan yang tengah mereka upayakan.

Apa yang Bisa Dilakukan oleh Negara-negara Berkembang


1. Pemerintahan negara-negara berkembang dapat mempengaruhi masyarakat agar memilih pola keluarga kecil melalui media massa dan proses pendidikan (baik formal maupun informal). 2. Pemerintah dapat melancarkan program-program keluarga berencana dengan dukungan pelayanan kesehatan dan alat kontrasepsi secara besar-besaran. 3. Pemerintah secara terencana dapat memanipulasikan insentif maupun disinsentif ekonomi guna mengurangi jumlah anak per keluarga 4. Pemerintah dapat mencoba memaksa rakyatnya secara langsung agar mereka tidak memiliki banyak anak melalui pemerlakuan undang-undang khusus yang dilengkapi dengan sanksi-sanksi tertentu.

Apa yang Bisa Dilakukan Negara-negara Maju: Sumber Daya, Populasi dan Lingkungan Global
Ada dua macam kegiatan nyata dan paling penting yang secara langsung dapat membantu mencapai keberhasilan upaya-upaya penurunan tingkat kelahiran negara-negara berkembang: 1. Penyediaan bantuan-bantuan riset untuk mengembangkan metode dan teknologi pengendalian kelahiran, seperti pil kontrasepsi, intrauterine devices (IUD) modern, penyempurnaan prosedur sterilisasi secara sukarela serta alat-alat kontrasepsi lainnya yang efektif terutama bagi penduduk-penduduk di sebagian negara Afrika yang sudah terancam wabah AIDS. 2. Penyediaan bantuan keuangan oleh negara-negara maju kepada negara-negara berkembang dalam rangka melancarkan programprogram keluarga berencana, pengembangan sarana-sarana pendidikan umum, dan kegiatan-kegiatan penelitian guna merumuskan kebijakan kependudukan nasional yang seefektif mungkin.

Populasi, Kemiskinan, dan Pembangunan: Cina dan India

Cina
Kebijakan kependudukan Cina dimulai pada tahun 1980 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah komunis Cina sangat ketat yaitu satu keluarga hanya diperbolehkan memiliki satu anak. Kebijakan ini baru menuai hasil pada pertengahan tahun 1990-an dimana tingkat fertilitas Cina mulai stabil. Dampak negatif dari kebijakan ini adalah adanya wanita yang hilang di Cina sebagai akibat budaya masyarakat Cina yang lebih memilih memiliki anak laki-laki daripada anak perempuan. Terlepas dari dampak negatif dan kerasnya pelaksanakan kebijakan ini pemerintah Cina berhasil menekan laju fertilitas sampai angka 1,9 dan tetap stabil. Kebijakan yang diambil Cina menunjukkan kediktatoran ternyata lebih mampu mengatasi masalah pertumbuhan penduduk lebih efektif daripada sistem demokrasi.

India
India merupakan negara pertama yang menerapkan program KB nasional tak lama setelah kemerdekaannya pada tahun 1949. Namun program ini relatif tidak efektif. Pada tahun 1975-1977 Perdana Menteri Indira Gandhi menerapkan kebijakan yang lebih ekstrim berupa paksaan sterilisasi kepada masyarakat seperti adanya kamp sterilisasi dan penggunaan sarana paksaan yang membuat program KB justru mendapat reputasi buruk. Meskipun demikian program KB telah semakin luas setelah Indira Gandhi berjanji tidak akan melakukan kembali program KB paksa pada tahun 1980 dan memperoleh dukungan pembatasan anggota keluarga meningkatnya pendapatan pada 200 juta atau lebih kaum kelas menengah India.

Kerala merupakan contoh daerah di India yang berhasil dengan sukses menurunkan tingkat fertilitas sampai pada angka 1,7 kelahiran per wanita dan terus bertahan pada angka tersebut, yang secara tidak langsung menyiratkan bahwa terjadi penurunan populasi sedikit demi sedikit setiap tahunnya. Keberhasilan menurunkan tingkat fertilitas di Kerala disebabkan karena proses dialog sosial dan politik telah memainkan peran utamanya dengan baik. Namun, keberhasilan di Kerala ini belum diikuti oleh semua daerah di India yang tingkat fertilitasnya tidak stabil. Meskipun begitu program KB tetap dijalankan dengan mengdepankan dialog-dialog sosial dan politik serta melibatkan media massa dalam mempromosikan KB. Kebijakan menekan tingkat fertilitas di India berlangsung lambat jika dibandingka dengan Cina. Hal ini mungkin terjadi karena sistem politik yang dianut dua negara tersebut berbeda sehingga efek dari kebijakan tersebut juga berbeda.

You might also like