Professional Documents
Culture Documents
Konstitusi di Indonesia
Disusun oleh :
Arya Rukmana
NIM : 101021021
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2011
BAB I KONSEP DASAR KONSTITUSI 1. PENGERTIAN KONSTITUSI Kata konstitusi secara ilmiah berasal dari bahasa Perancis yaitu Constituir, yang berarti membentuk. Dalam konsteks ketatanegaraan, konstitusi dimaksudkan dalam pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi juga bias diartikan sebagai peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara. Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi lebih dikenal dengan istilah Grondwet, yang berarti undang-udang dasar (grond=dasar, wet=undang-undang). Di Jerman Istilah Konstitusi juga lebih dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang juga bearti Undang-Undang Dasar (grund = dasar dan gesetz = undang-undang) Istilah konstitusi menurut Chairil Anwar adalah fundamental laws tentang pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai fundamental. Sementara menurut Sri Sumantri, konstitusi bererti suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara serta sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya sebuah negara. Dan menurut K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketaatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang mmbentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu negara. Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hokum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk hubungan kerjasama antara negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam prakteknya, konstitusi ini dapat dibagi ke dalam dua bagian, yakni yang tertulis yang dikenal dengan Undang-Undang Dasar dan yang tidak tertulis lebih dikenal dengan Konvensi. Contoh dari konstitusi yang tidak tertulis seperti pembacaan pidato presiden setelah perayaan kemerdekaan RI. 2. KLASIFIKASI KONSTITUSI Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa hampir semua negara memiliki konstitusi. Apabila dibandingkan anata satunegara dengan negara lain akan nampak perbedaan dan persamaannya. Dengan demikian akan sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka sendiri, antara lain K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya. Dalam buku K.C. Wheare Modern Constitution (1975) mengklasifikasi konstitusi sebagai berikut: a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis (written constitution and unwritten constitution). Konstitusi tertulis adalah aturan aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum negara yang tercantumkan dalam bentuk dokumen-dokumen negara (tertulis)
b.
c.
d.
e.
Konstitusi tidak tertulis adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul yang biasanya digunakan untuk acara-acara kenegaraan seperti pidato presiden setiap hari kemerdekaan dll. Adapun syarat syarat terjadinya konvensi adalah: 1) Diakui dan dipergunakan berulang ulang dalam praktik penyelenggaraan negara. 2) Tidak bertentangan dengan UUD 1945 3) Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution) 1) Konstitusi fleksibel yaitu konstitusi yang mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain: a. Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah b. Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-undang 2) Konstitusi rigid mempunyai ciri-ciri pokok, antara lain: a. Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang; b. Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme and not supreme constitution) Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi adalah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary Constitution). Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive and Parliamentary Executive Constitution) Konstitusi pemerintahan presidensial dan parlementer. Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain: - Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan - Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih - Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat memerintahkan pemilihan umum.
3. NILAI-NILAI PADA KONSTITUSI Nilai konstitusi yaitu: a. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti
hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efgektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen. b. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetrapi tidak sempurna. Ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal pasal tertentu tidak berlaku / tidsak seluruh pasal pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara. c. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik. 4. SIFAT-SIFAT KONSTITUSI a. Flexible / luwes apabila konstitusi / undang undang dasar memungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan zaman di suatu negara. b. Rigid / kaku Apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk diubah karena biasanya konstitusi ini diambil dari tradisi-tradisi terdahulu seperti negara yang berbentuk kerajaan.
c. Pembatasan pemerintahan d. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara Prinsip-prinsip konstitusi demokratis ini merupakan refleksi nilai-nilai dasar yang terkandung dalam hak asasi manusia yang meliputi: 1. Hak-hak dasar (basic right) 2. Kebebasan mengeluarkan pendapat 3. Hak-hak individu 4. Keadilan 5. Persamaan 6. Keterbukaan
pada tanggal 9 agustus 1945 menjadi titik balik melemahnya kekuatan Jepang di Indonesia dan Jepang pun sudah menyerah dengan dipukul mundur oleh sekutu. Maka rakyat Indonesia khususnya para cendekiawan-cendekiawan di Indonesia bias lebih leluasa dalam berbuat dan tidak bergantung pada Jepang pada saat Kemerdekaan tiba. Dan setelah kemerdekaan sudah dapat diraih, kebutuhan akan konstitusi sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi dan mendesak untuk harus segera dirumuskan. Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat. Sehari setalah hari kemerdekaan Indonesia 18 Agustus 1945 Panitian Persiapan Kemrdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali yang menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut: 1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil dari Rancangan Undang-Undang (RUU) yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 juni 1945. 2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh Panitia Perancang UUD tanggal 16 Juni 1945. 3. Memilih Ketua Persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden dan wakil ketua Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. 4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi komite nasional. Dengan terpilihnya presiden dan wkil presiden atas dasar Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, maka secara formal Indonesia telah sempurna menjadi sebuah negara, sebab syarat yang menjadi negara yang lazim diperlukan adalah: 1. Rakyat, yaitu rakyat Indonesia 2. Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dariSabang sampai Merauke. 3. Kedaulatan, yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaaan di Indonesia 4. Pemerintah, yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai pucuk pimpinan pemerintahan suatu negara. 5. Tujuan negara, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan atas pancasila seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945. 6. Bentuk negara Indonesia yang berupa negara negara kesatuan. 2. PERUBAHAN KONSTITUSI DI INDONESIA Dalam sistem ketatanegaraan yang modern dikenal dengan dua system yang berkembang dalam perubahan konstitusi di dunia yaitu Renewal atau pembaruan dan amandement (perubahan) seperti yang dianut di negara-negara Anglo-Saxon. System perubahan konstitusi dengan system renewal merupakan perubahan konstitusi secara keseluruhan sehingga yang diberlakukan adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan. Di antara yang menganut system ini antara lain Belanda, Jerman dan Perancis.
Sedangkan perubahan yang mengandung system amandement, adalah apabila suatu konstitusi diubah (di amandement), maka konstitusi yang asli tetap berlaku. Dengan kata lain hasil dari amandement tersebut merupakan bagian atau lampiran yang menyertai konstitusi awal. Diantara negara yang menganut system ini antara lain Amerika Serikat. Setelah mengenal perubahan konstitusi serta prosedur perubahannya, maka UUD 1945 pun mengalami perubahan seperti yang tertuang dalam salah satu pasal UUD 1945 yaitu pasal 37 yang menyebutkan: (1) Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR yang harus hadir. (2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50%+1 dari total anggota MPR yang hadir. Dalam pasal 37 tersebut mengandung 3 norma, yaitu: 1. Bahwa wewenag untuk mengubah UUD ada di tangan MPR sebagai lembaga tertinggi negara. 2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhi sekurangkurangnya adalah 2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR. 3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui sekurang-kurangnya 50 % dari total anggota MPR yang hadir. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 37 ini tata cara perubahannya tergolong sulit dan dibutuhkannya suatu prosedur khusus yakni dengan cara by people through a referendum. Cara ini memiliki beberapa motif tersendiri seperti : 1. Agar perubahan konstitusi dilakukan perubahan yang masak, tidak secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki) 2. Agar rakyat mendapat kesempatan utnuk pandangannya sebelum perubahan dilakukan. menyampaikan
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau kebudayaan mendapat jaminan. Tingginya tingkat kesulitan dalam mengubah UUD 1945 ini menyebabkan kesulitan untuk menambahkan aspek-aspek yang diperlukan dalam suatu konstitusi. Maka dari ketika masa orde baru berkuasa, dibuat ketetapan-ketetapan yang dimaksudkan sebagai solusi alternatif untuk memperbaiki kehidupan ketatanegaraan di Indonesia. Seperti pada TAP MPR No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Prersiden dan Wakil Presiden.
Dengan melihat realitas yang ada bahwa ada dua system perubahan yang dianut oleh sebagian besar negara di dunia maka dari itu untuk menghindari Indonesia merubah UUD 1945 yang ada di dalamnya tercantum pembukaan UUD 1945 dimana Pembukaan UUD 1945 ini merupakan sumber tertib hukum tertinggi maka jika mengalami perubahan sama denga merubah tujuan negara bahkan bias membubarkan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah perubahan yang paling mungkin terhadap UUD 1945 dengan melakukan perubahan dengan system amandement seperti yang dilakuakan di Amerika Serikat. Dalam sejarah ketatanegaraan di Indonesia, konstitusi atau UndangUndang Dasar 1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa berlakunya sejak di ploklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949) 2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950) 3. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959) 4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 19 Oktober 1999) 5. Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000) 6. Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahan I dan II (18 Agustus 20009 November 2001) 7. Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahan I, II dan III (9 November 2001-10 Agustus 2002) 8. Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahan I, II, III dan IV (10 Agustus 2002 sampai sekarang)
Carlton Clymer Rodee, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta: Rajawali, 2002) Juan J. Linz, et al., Menjauhi Demokrasi Kaum Penjahat: Belajar dari Kekeliruan Negara-Negara Lain, (Bandung: Mirzan, 2001)
Michael G. Roskin, et al., Political Science: An Introduction, (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1994)
http://www.wikipedia.com/