You are on page 1of 13

MODIFIKASI HADITS

Pengertian : Hadits menurut bahasa ialah Al-Jadid yang artinya sesuatu yang baru dan merupakan lawan dari Al-Qadim (yang lama). Sedangkan menurut istilah, para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya.seperti pengertian hadits menurut ushul fiqh dan ahli hadits. Menurut ahli hadits, pengertian hadits ialah segala perkataan, perbuatan dan ihwalnya Nabi Muhammad SAW. Adapun menurut ushul fiqh, ialah segala perkataan Nabi Muhammad SAW, perbuatan dan taqrirnya yang berhubungan dengan hukum. Sejarah dan Perkembangan Hadits : Penulisan Hadits pada abad 1 Hijriyah Di masa Nabi SAW masih hidup :

Pada waktu Nabi masih hidup hadits tidak ditulis, hanya diriwayatkan/ disampaikan dari mulut ke mulut. Hal ini disebabkan karena Nabi melarang untuk menulisnya, yang disuruh ditulis hanyalah Al Quran, sebagaimana sabdanya berbunyi: Janganlah sekali-kali kamu sekalian menulis sesuatu dariku kecuali Al Quran, dan barang siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al Quran maka hendaklah menghapusnya.......... (HR.Muslim) Berdasarkan Haits tersebut, maka para sahabat tidak menulis hadits, akan tetapi mereka hanya menghafal saja semua Hadits yang mereka terima dari Nabi, karena para sahabat terkenal dengan kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Begitu pula dalam menyampaikan Hadits itu kepada sahabat yang lain langsung dari hafalan merka dengan tulisan. Meskipun demikian, ada juga beberapa sahabat yang menulisnya sehingga mereka mempunyai lembaran-lembaran tulisan hadits. Adanya sebagian sahabat yang menuliskan hadits (meskipun ada larangan dari Nabi), karena mereka mendapat izin khusus dari Nabi. Sebagaimana sabda Nabi yang berbunyi: Tulislah olehmu sesuatu dariku. Maka demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaanNya, tidak keluar dari mulutku kecuali kebenaran.

Kelihatan antara hadits ynag pertama dengan yang kedua tampak konradiksi, namun hakikatnya tidak. Para ulama menganalisa kedua hadits tersebut sebagai berikut:

a) Larangan itu bersifat umum, karena dikhawatirkan akan terjadinya campur aduk antara Al Quran dengan Hadits Nabi. Dan ijin penulisan hadits hanya diberikan kepada orang- orang tertentu saja. b) Yang dilarang itu adalah penulisan secara umum atau secara pembukuan resmi seperti penulisan Al Quran. Sedangkan ijin penulisan hadits hanya diberikan untuk kepentingan pribadi. c) Ijin penulisan hadits itu dimungkinkan setelah hilangnya keraguan bercampurnya Hadits dengan Al Quran.

Hadits pada masa sahabat :

Pada masa khulafaur Rasyidin, Hadits telah tersebar luar ke berbagai pelosok negeri dibawa oleh sahabat-sahabat Nabi yang berpencar meninggalkan madinah setelah Nabi wafat. Meskipun demikian para sahabat tidak ada yang berani memulai menulisnya, bahkan Abu Bakar dan Umar keduanya masih tertuju perhatianya kepada Al Quran. Demikian pula pada masa Khalifah Usman dan Ali, meskipun Al Quran telah selesai ditulis dibukukan hadits tetap belum ditulis apalagi dibukukan dengan alasan:

a) Hadits-hadits itu tersebar luas, sehingga sulit untuk ditentukan berapa yang telah dihafal dan berapa yang belum. b) Lafal-lafal hadits itu kuang terpelihara dari kemungkinan bertambah atau berkurang. c) Para ulama berbeda pendapat mengenal lafal-lafal dan susunan kalimat hadits, karena itu mereka menganggap tidak shah membukukan hadits yang masih diperselisihkan d) Jika dibukukan hadits-hadits yang tidak diperselisihkan dan meninggalkan haditshadits yang diperselisihkan, dikhawatirkan bahwa yang tidak ditulis itu akan didustakan, padahal hadits-hadits itu masih banyak yang penting dan tinggi nilainya sertawajib dijadikan pedoman.

Penulisan dan Pembukuan Hadits pada abad ke II H :

Pembukuan hadits diprakarsai oleh Umar bin Abdul Aziz salah seorang Bani Umayyah. Adapun yang mendorong beliau untuk membukukan hadits adalah para perawi/ penghafal hadits kian lama kian banyak yang meninggal dunia , jika tidak segera dibukukan maka hadits-hadits itu akan lenyap bersama-sama para perawi / penghafalnya. Kitab-kitab hadits yang disusun pada abad ke II H. Ialah :

(1) Al Muwatto karya Imam Malik (2) Al Maroghi, karya Muhammad bin Ishaq (3) Al Jami, karya Abdurrazad (4) Al Musannaf, karya Al Auzai (5) Al Musnad, karya Asy-Syafii, dsb.

Penulisan pada zaman tabiin ini masih bercampur antara sabda Rasulullah SAW dengan fatwa sahabat serta tabiin, seperti dalam kitab Muwatta yang disusun Imam Malik. Para ulama hadits ada yang mengatakan bahwa kitab-kitab hadits ini termasuk kategori musnad ( kitab yang disusun berdasarkan urutan nama sahabat yang menerima hadits dari Nabi SAW) dan adapula yang memasukkannya kedalam kategori al-jami (kitab hadits yang memuat delapan pokok masalah, yaitu akidah, hukum, tafsir, etika makan dan minum,tarikh, sejarah kehidupan Nabi SAW, akhlak, serta perbuatan baik dan tercela) atau al mujam ( kitab yang memuat hadits menurut nama sahabat, guru, kabilah, atau tempat hadits itu didapatkan; yang diurutkan secara alfabetis).

Penulisan dan Pembukuan Hadits pada abad III H

Awal abad III H, adalah masa dimulainya pembukuan hadits yang semata-mata hadits saja, tidak dicampuri dengan fatwa sahabat dan fatwa Tabiin. Mereka menyusun kitab-

kitab hadits berdasarkan nama- nama orang yang pertama meriwayatkan hadits itu (Musnad). Mereka uang mula-mula menyusun kitab-kitab secara Musnad antara lain: 1.Abdullah bin Musa Al Abbasi. 2.Musaddad bin Marahad

Pada pertengahan abad III H. Memperhatikan para perawi dan mensyaratkan penerimaan haditsnya, sehingga timbullah usaha-usaha mereka berupa:

1.Membahas keadaan para perawi hadits dari segi adil atau cacatnya, sifat-sifatnya, tahu masa hidupnya, gurunya dan teman-teman hidupnya. 2.Mentashihkan Hadits( memisahkan antara hadits Shaheh dengan Hadits Dlaif)

Penulisan dan Pembukuan Hadits pada abad IV H :

Ulama Muttaqodimin, yaitu ulama yang hidup antara abad pertama sampai abad ketiga hijriyah, mereka disibukkan oleh pencarian, penulisan dan pembukuan Hadits. Maka ulama Mutaakhirin (ulama yang hidup pada abad keempat dan sesudahnya) dihadapkan kepada perkembangan baru yaitu:

1.Meneliti kitab-kitab hadits yang telah disusun oleh para ulama mutaqoddimin. 2.Mengumpulkan hadits-hadits shahih yang belum terdapat pada kitab-kitab hadits abad ketiga. 3.Mengahafalkan hadits-hadits yang telah ada pada kitab-kitab shahih terdahulu.

Penulisan dan Pembukuan Hadits pada abad V H dan sesudahnya :

Pada abad kelima dan sesudahnya tidak banyak berbeda dengan kitab-kitab hadits yang disusun pada abad keempat, karena hanya bersifat menyempurnakan penyusunan materi haditsnya maupun teknik pembukuan . Kitab-kitab Hadits yang terkenal pada abda kelima hijriah:

1)As-Sunanul Kubra 2)As Sunanush Shughra ( Kedua kitab ini Karya Imam Baihaqi) 3)Al Jami Bainash Shahihaini karya Ismail Ibnu Ahmad

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan hadits sebagai salah satu sumber hukum dalam Islam memiliki sejarah perkembangan dan penyebaran yang kompleks. Sejak dari masa pra-kodifikasi, zaman Nabi, Sahabat, dan Tabiin hingga setelah pembukuan pada abad ke-2 H. Perkembangan hadits pada masa awal lebih banyak menggunakan lisan, dikarenakan larangan Nabi untuk menulis hadits. Larangan tersebut berdasarkan kekhawatiran Nabi akan tercampurnya nash al-Qur'an dengan hadits. Selain itu, juga disebabkan fokus Nabi pada para sahabat yang bisa menulis untuk menulis al-Qur'an. Larangan tersebut berlanjut sampai pada masa Tabi'in Besar. Bahkan Khalifah Umar ibn Khattab sangat menentang penulisan hadits, begitu juga dengan Khalifah yang lain. Periodisasi penulisan dan pembukuan hadits secara resmi dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz (abad 2 H). Terlepas dari naik-turunnya perkembangan hadits, tak dapat dinafikan bahwa sejarah perkembangan hadits memberikan pengaruh yang besar dalam sejarah peradaban Islam.

1.1. Latar Belakang Hampir semua orang Islam sepakat akan pentingnya peranan hadis dalam berbagai disiplin keilmuan Islam seperti tafsir, fiqh, teologi, akhlaq dan lain sebagainya. Sebab secara struktural hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Quran, dan secara fungsional hadis dapat berfungsi sebagai penjelas (baya>n) terhadap ayat-ayat yang mujmal atau global. Hal itu dikuatkan dengan berbagai pernyataan yang gamblang dalam al-Quran itu sendiri yang menunjukkan pentingnya merujuk kepada hadis Nabi, misalnya Q.S> al-Ahzab [33]: 21, 36, alHasyr [59]: 7. Akan tetapi ternyata secara historis, perjalanan hadis tidak sama dengan perjalanan al-Quran. Jika al-Quran sejak awalnya sudah diadakan pencatatan secara resmi oleh para pencatat wahyu atas petunjuk dari Nabi, dan tidak ada tenggang waktu antara turunnya wahyu dengan penulisannya, maka tidak demikian halnya dengan hadis Nabi. Jika, al-Quran secara normatif telah ada garansi dari Allah, dan tidak ada keraguan akan otentisitasnya, maka tidak demikian halnya dengan Hadis Nabi, yang mendapatkan perlakuan berbeda dari al-Quran. Bahkan dalam kitab kitab hadis, terdapat adanya pelarangan penulisan hadis. Hal itu tentunya mempunyai impliksi-implikasi tersendiri bagi transformasi hadis, terutam pada zaman Nabi. Berita tentang prilaku Nabi Muhammad (sabda, perbuatan, sikap ) didapat dari seorang sahabat atau lebih yang kebetulan hadir atau menyaksikan saat itu, berita itu kemudian disampaikan kepada sahabat yang lain yang kebetulan sedang tidak hadir atau tidak menyaksikan. Kemudian berita itu disampaikan kepada murid-muridnya yang disebut tabiin (satu generasi dibawah sahabat) . Berita itu kemudian disampaikan lagi ke murid-murid dari generasi selanjutnya lagi yaitu para tabiut tabiin dan seterusnya hingga sampai kepada pembuku hadist (mudawwin).Pada masa Sang Nabi masih hidup, Hadits belum ditulis dan berada dalam benak atau hapalan para sahabat. Para sahabat belum merasa ada urgensi untuk melakukan penulisan mengingat Nabi masih mudah dihubungi untuk dimintai keterangan-keterangan tentang segala sesuatu. Diantara sahabat tidak semua bergaulnya dengan Nabi. Ada yang sering menyertai, ada yang beberapa kali saja bertemu Nabi. Oleh sebab itu Al Hadits yang dimiliki sahabat itu tidak selalu sama banyaknya ataupun macamnya. Demikian pula ketelitiannya. Namun demikian diantara para sahabat itu sering bertukar berita (Hadist) sehingga prilaku Nabi Muhammad banyak yang diteladani, ditaati dan diamalkan sahabat bahkan umat Islam pada umumnya pada waktu Nabi Muhammad masih hidup.Dengan demikian pelaksanaan Al Hadist dikalangan umat Islam saat itu selalu berada dalam kendali dan pengawasan Nabi Muhammad baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya para sahabat tidak mudah berbuat kesalahan yang berlarut-larut. Al Hadist yang telah diamalkan/ditaati oleh umat Islam dimasa Nabi Muhammad hidup ini oleh ahli Hadist disebut sebagai Sunnah Muttabaah Marufah. Itulah setinggi-tinggi kekuatan kebenaran Al Hadist. 1.2. Rumusan Masalah
y

Bagaimana Proses transformasi hadits dari rasulullh kepada sahabat

o o

Bagaimana sejarah pembukuan Hadits Bagaimana kritik tentang sejarah pembukuan

1.3. Tujuan Pembahasa Agar kita hkususnya sebagai mahasiswa mengerti tentang sejarah pembukuan al hadis Agar mahasiswa dapat mengerti proses pembukuan hadits Supaya mahasiswa mengetahui proses transformasi hadits dari rasulullah kepada sahabat

pembukuan hadist

de pembukuan hadis pertama-tama dicetuskan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz pada awal abad ke 2 hijriyah. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya Kemudian abad ke-5 hijriyah pada masa pemerintahan 'Abbasiyyah, sekolah-sekolah didirikan di kotakota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan lagi di masjid dan rumah-rumah, di samping itu kurikulum pembelajaran mulai bergeser dari mata kuliah yang bersifat .. Al-Qur`an dan Hadis memang merupakan mengandung kebenaran mutlak karena datang dari yang maha mutlak, tapi pemahaman terhadapnya merupakan suatu hal yang relatif, sesuai dengan relatifnya manusia. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut Hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut Hadits Mu'tal (Hadits sakit atau Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan Hadits terus dilanjutkan hingga dinyatakannya bahwa pada masa ini telah selesai melakukan pembinaan maghligai Al Hadits. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki huruf Nasakh yang indah pada permulaan abad ke-5 abad kedua Hijriyah. Pada awal abad ketiga Hijriyah para perawi Selama berabad-abad, hadis telah dikumpulkan dan Peristiwa tersebut terjadi di penghujung abad pertama Hijriyah. Kemudian setelah az-Zuhri, di pertengahan abad kedua Hijriyah lahirlah tokoh-tokoh yang membukukan hadis nabi. ke dalam bab-bab tertentu seperti Ibnu Juraij, Hasyim, Imam Malik , Ma'mar, Imam as-Suyuthi, dalam hal ini mengatakan di dalam kitabnya Alfiyah,[5]. Orang pertama yang mengumpulkan hadis dan atsar adalah Ibnu Syihab. atas perintah 'Umar. Dan yang pertama-tama mengumpulkan hadis berbab-bab, Mereka mampu mengistinbat hukum terus dari al-Quran dan as-Sunnah karena penguasaan bahasa Arab yang baik, mempunyai pengetahuan mengenai sabab an-nuzul sesuatu ayat atau sabab wurud alhadis dan mereka merupakan para Perawi Hadis. Awal dan pertengahan Abad ke-5 Hijriyah. Merupakan abad yang sarat dengan penulisan ushul fiqih, dengan masih eksisnya mu'tazilah dan asy'ariyyah. Ushul fiqih ditulis dengan dasar yang berbeda. Ulama masa ini antara lain Al Qadly Abu Bakar Sejarah dan periodisasi penghimpunan hadis mengalami 5. Ciri dan sistem pembukuan hadis pada abad Ke-2 HijriyahKodifikasi Hadis pada abad kedua Hijriyah adalah awal dari munculnya berbedanya ulama

melihat Hadis baik dari segi kuantitas (jumlah) maupun dari sisi kwalitas (kekuatan dan keabsahannya) suatu Hadis. .. besarnya hidup ppada zaman setelah abad tabi'in. 5. Hadis Mu'allaq secara bahasa Mu'allaq adalah ism maf'ul dari kata 'alaqa yang berarti menggantungkan sesuatu pada sesuatu yang lain sehingga menjadi tergantung sedangkan menurut istilah ilmu Hadis, Mu'allaq adalah : w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> Hadits (bahasa Arab: , ejaan KBBI: Hadis) adalah perkataan dan Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab Al Hadits Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab Penulisan resmi hadis dalam kitab-kitab hadis, seperti dijumpai sekarang baru wa al-tanqih) yang berlangsung antara awal abad ke-3 sampai akhir abad ke-5 Hijriyah. pro Hasyimi yang hidup pada abad pertama dan awal abad kedua hijriyah ilmu kalam yang bertumpu pada logika sebagai standar kebenaran.5. ^^ h.Sl- .. Hadith as Umar bi Abdul Azis yakni tahun 99 Hijriyah diriwayatkan oleh Abu Hurairah sejumlah 5.374 buah hadis besar masa bani umayyah, hingga akhir abad pertama hijrah, hadis Hadits (bahasa Arab: , ejaan KBBI: Hadis) adalah perkataan dan Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab Al Hadits 5. Ciri dan sistem pembukuan hadis pada abad Ke-2 Hijriyah. 6. Perkembangan hadis palsu dan gerakan ingkar sunnah. D. Hadis Pada Abad Ke-3 Hijriyah (masa pemurnian dan penyempurnaannya). Pada periode ini para ulama hadis memusatkan Membacanya merupakan ibadah sebagai pembeda antara Al-Qur'an dengan Al-Hadis, karena hadis keluar dari Nabi, tetapi membacanya tidak termasuk ibadah. Sedangkan pengertian 'Ulum al-Qur'an dapat dikaji dari berbagai sumber para ahli ulum Al- Qur'an: .. Istilah ulum al-Qur'an dengan arti yang lengkap baru lahir pada abad ke-5 Hijriyah, setelah seorang ulama bernama Ali Ibn Ibrahim ibn Said yang dikenal sebagai Al-Hufi, menyusun kitab setebal tiga puluh jilid yang bernama Sedangkan untuk abad ke 5 Hijriyah, para ulama ahli Hadis sudah melakukan pengklasifikasian Hadis-hadis sesuai dengan tematema tertentu ke dalam satu kitab Hadis. Selain itu, ulama abad ini juga melakukan pensyarahan (menguraikan Pemrakarsa pengkondifikasian hadis secara resmi dari pemerintah. 3. Pelaksanaan kondifikasi hadis atas perintah 'Umar ibn 'Abd al-Aziz. 4. Kitab-kitab Hadis pada abad Ke-2 Hijriyah. 5. Ciri dan sistem pembukuan hadis pada abad Ke-2 Tak kurang dari 281 hadis yang ia terima dari Rasulullah. Pada akhir hayatnya, ia sempat terkena fitnah orang orang yang tidak menyukainya. Sehingga ia diasingkan oleh Khalifah Utsman bin Affan. Hingga akhirnya ia wafat dalam Sa'ad bin Abi Waqqosh wafat pada tahun 55 Hijriyah. Jenazahnya dikuburkan di Baqi'. Ia termasuk sahabat yang wafat terakhir dalam kelompok Sepuluh yang dijamin masuk syurga. 5. Abu Darda'. Nama lengkapnya, Abu Darda Uwaimir bin Zaid bin Qois.

Hadist pada abad ke-IV sampai ke-V ( Masa Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan). 1. Kegiatan periwayatan Hadist pada periode ini.

Periode ini dimulai pada masa Khlifah Al Muktadir sampai Khalifah Al Muktashim. Meskipun kekuasaan Islam Pada periode ini mulai melemah dan bahkan mengalami keruntuhan pada abad ke-7 Hijriah akibat serangan Hulaqu Khan, Cucu dari Jengis Khan. Kegiatan para Ulama Hadist tetap berlansung sebagaimana periode-periode sebelumnya, hanya saja hadist-hadist yang dihimpun pada periode ini tidaklah sebanyak penghimpunan pada periode-periode sebelumnya, kitab-kitab hadist yang dihimpun pada periode ini diantaranya adalah :

1). Al Shahih oleh Ibn Khuzaimah.(313 H) 2). Al Anmawa al Taqsim oleh Ibn Hibban (354 H) 3). Al Musnad oleh Abu Amanah ( 316 H) 4). Al Mustaqa oleh Ibn Jarud. 5). Al Mukhtarah oleh Muhammad Ibn Abd Al Wahid al Maqdisi.

Setelah Lahirnya karya-karya diatas maka kegiatan para ulama berikutnya pada umumnya hanyalah merujuk pada karyakarya yang telah ada dengan bentuk kegiatan mempelajari, menghafal, memeriksa dan menyelidiki sanad-sanadnya dan matannya. 6 2.Bentuk Penyusunan Kitab Hadist pada masa periode ini: Para Ulama Hadist Periode ini memperkenalkan sitem baru dalam penusunan Hadist , yaitu :

a). Kitab Athraf, didalam kitab ini penyusunannya hanya menyebutkan sebagian matan hadist tertentu, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu, baik dari sanad kitab hadist yang dikutib matannya ataupun dari kitab-kitab lainya contohnya : 1. Athraf Al Shahihainis, oleh Al Dimasyqi (400 H) 2. Athraf Al Shahihainis, oleh Abu Muhammad khalaf Ibn Muhammad al Wasithi (w 401 H) 3. Athraf Al Sunnah al arrbaah, oleh Ibn Asakir al dimasyqi (w 571 H) 4. Athraf Al Kutub al Sittah, oleh Muhammad Ibn Tharir al Maqdisi ( 507 H)

b). Kitab Mustadhrak, Kitab ini memuat matan Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim, atau keduanya atau lainnya, dan selanjutnya penyusun kitab ini meriwayatkan matan hadist tersebut dengan sanadnya sendiri, conntoh : 1. Mustadhrak Shahih Bukhari , oleh Jurjani 2. Mustadhrak Shahih Muslim, oleh Abu Awanah (316 H) 3. Mustadhrak Bukhari Muslim, oleh Abu bakar Ibn Abdan al Sirazi (w.388 H)

c). Kitab Mustadhrak, Kitab ini menghimpun hadist-hadist yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau yang memiliki salah satu dari keduanya, contoh : 1. Al Mustdhrak oleh Al Hakim ( 321-405 H) 2. Al Ilzamat , oleh Al Daruquthni (306-385 H)

d). Kitab Jami, Kitab ini menghimpun Hadist-hadist yang termuat dalam kitab-kitab yang telah ada yaitu yang menghimpun hadsit shahih Bukhari dan Muslim. Contohnya : 7 1. Al Jami bayn al Shahihaini , oleh Ibn Al Furat ( Ibn Muhammad Al Humaidi (w.414 H)). 2. Al Jami bayn al Shahihaini, oleh Muhammad Ibn Nashir al Humaidi (488 H) 3. Al Jami bayn al Shahihaini, oleh Al Baqhawi (516 H) E.Hadist pada abad ke VII sampai sekarang (masa Pensyarahan, Penghimpuanan , Pen-takhrij-an dan Pembahasannya) 1.Kegiatan periwayatan Hadist pada periode ini.

Periode ini dimulai sejak kekhalifahan Abbasiyah di Bakhdad ditklukkan oleh tentara Tartar (656 H/1258 M), yang kemudian Kekhalifahan Abbasiyah tersebut dihidupkan kembali

oleh Dinasti Mamluk dari mesir setelah mereka menghancurkan bangsa Mongol tersebut.

Pembaiatan Khalifah oleh Dinasti Mamluk hanyalah sekedar simbol saja agar daerah-daerah islam lainya dapat mengakui Mesir sebagai pusat pemerintahan dan selanjutnya mengakui Dinasti Mamluk sebagai penguasa dunia Islam, akan tetapi pada abad ke-8 H Ustman Kajuk mendirikan kerajaan di Turki diatas puingpuing peninggalan Bani Saljuk di Asia Tengah, sehingga bersama-sama dengan keturunan Ustman menguasai

kerajaan-kerajaan kecil yang ada disekitarnya dan selanjutnya membangun Daulah Ustmaniyah yang berpusat di Turki. Dengan berhasilnya mereka menaklukkan Konstatinopel dan Mesir serta meruntuhkan Dinasti Abbasiyah, maka berpindahlah kekuasaan Islam dari Mesir ke Konstatinopel.

Pada abad ke-13 Hijriyah ( awal abad ke-19 H) Mesir dengan dipimpin oleh Muhammad Ali, mulai bangkit untuk mengembalikan kejayaan Mesir masa silam. Namun Eropa yang dimotori oleh Inggris da Perancis semakin bertambah kuat dan berkeinginan besar untuk menguasai dunia, mereka secara bertahab mulai menguasai daerah-daerah islam , sehingga pada abad ke-19 M sampai ke awal abab 20 M, hampir seluruh8 wilayah islam dijajah oleh Bangsa Eropa, kebangkitan kembali dunia islam baru dimulai pada pertengahan abad ke-20 M.

Sejalan dengan keadaan dan kondisi-kondisi dunia islam diatas, maka kegiatan periwayatan hadist pada periode ini lebih banyak dilakukan dengan caraijazah danMukatabah. Sedikit sekali ulama hadist pada periode ini melakukan periwayatan hadist secara hapalan sebagaimana dilakukan oleh yang ulama Mutaqaddimin. Diantaranya yaitu: 1.

Al Traqi (w.806 H/1404 M) dia berhasil mendiktekan hadist secara hapalan kepada 400 majelis sejak 796 H/1394 M dan juga menulis beberapa kitab hadist. 2.

Ibn Hajar al Asqalani (w. 852 H/ 1448 M) seorang penghapal hadist yang tiada bandinganya pada masanya . Dia telah mendiktekan Hadist kepada 1000 majelis dan menulis sejumlah kitab yang berkaitan dengan Hadsit. 3.

Al Sakhawi (w.902 H/1497 M) murid Ibn Hajar yang telah mendiktekan hadist kepada 1000 majelis dan menulis sejumlah buku. 2. Bentuk Penyusunan kitab Hadist pada periode ini :

Pada periode ini para ulama hadist mempelajari kitab-kitab hadist yang telah ada, dan selanjutnya mengembangkannya atu meringkasnya sehingga menghasilkan jenis karya sebagai berikut:

a. Kitab Syarah, yaitu : Jenis kitab yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadist dari kitab tertentu dan hubungannya denagn dalil-dalil lainnya yang bersumber dari Al Quran dan Hadsit ataupun kaidah-kaidah syara yang lainnya contohnya : 1. Fath Al bari, Oleh Ibn Hajar al Asqalani, yaitu syarah shahih kitab Al Bukhari. 2. Al Minhaj, oleh Al Nawawi, yang mensyarahkan kitab shahih Muslim. 9 3. Aun al-Rahud , oleh Syams al Haq al Achim al Abadi, syarah sunan Abu Dawud.

b. Kitab Mukhtashar, yaitu kitab yang berisi ringkasan dari suatu kitab Hadist, seperti Mukhtashar Shahih Muslim oleh Muhammad Fuad abd Al baqi. c. Kitab Zawaid, yaitu kitab yang menghimpun hadist-hadist dari kitab tertentu yang tidak dimuat

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Penyebab dari Kodifikasi Hadist itu sendiri dikarenakan telahbanyaknya para sahabat, atau ulama penghapal hadist yang meninggaldunia.

2. Penyebab Kedua adalah banyaknya beredar Hadist-hadist palsusehingga perlunya kodifikasi hadist yang mulai dilaksanakan secaraperdana dan massal pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn AbdilAziz. Yang mereka hanya memperkuat eksistensi golongan dan rasmereka saja.

3.Pada Kodifikasi Hadist ini melahirkan berbagai ulama dan tokoh-tokohSeperti yang kita kenal sampai sekarang yaitu Perawi Hadist-hadistshahih seperti Imam Bukhari dan Muslim, Athurmudzi,Suanan AbuDaud, dan lainlain masih banyak lagi..

4.Dari sejarah kodifikasi hadist ini, kita bisa mengetahui kapan masajaya, kapan masa kodifikasi yang banyak memunculkan para ulamaahli hadist yang banyak memhasilkan kitab-kitab hadist dan pada masaperiode siapa kitab-kitab hadist shahih bermunculan, mulai daripertama kali di kodifikasi sampai pada masa periode terakhirkemunduran islam itu sendiri.

B. Saran

Dari uraian diatas maka penulis menyadari bahwa banyak terdapatkesalahan dan kekurangan, untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saranyang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. 11

Daftar Pustaka
Nawir Yuslem, Ulumul Hadist, Jakarta : PT. Muhasa Sumber Widya, 2001. Yusuf Saefullah, Drs. Cecep.Sumarna, M.Ag, Pengantar Ilmu Hadist: PT. Pustaka Baru Quraisy.

M.Hasbi Ash Shiddieqye, Sejarah Pengantar Hadist, Semarang : Bulan BintangTeungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqye, sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist,Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra. .

You might also like