You are on page 1of 18

MEKANISME KOPING Pengertian

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
Penggolongan Mekanisme Koping Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu : 1. Mekanisme koping adiptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. 2. Mekanisme koping maladaptif Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial (Lazarus dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend, 1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu : A. Reaksi Orientasi Tugas Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misal : Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.

Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang. B. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut : Kompensasi Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya. Penyangkalan (denial) Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif. Pemindahan (displacement) Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya. Disosiasi Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. Identifikasi (identification) Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut. Intelektualisasi (intelectualization) Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. Introjeksi (Introjection) Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani. Isolasi Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama. Proyeksi Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.

Rasionalisasi Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.

Reaksi formasi Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan. Regresi Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini Represi Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain. Pemisahan (splitting) Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri. Sublimasi Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal. Supresi Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya. Undoing Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitif. Daftar Pustaka Herawani, N. (1999). Mekanisme koping. (makalah). Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Tidak dipublikasikan. Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York: Publishing Company. Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book. Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second edition. Philadelphia: F.A. Davis Company. Mengenal Mekanisme Pertahanan Diri Sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress atau pun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar atau pun tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat dikemukakan oleh Freud sebagai berikut : Such defense mechanisms are put into operation whenever anxiety signals a danger that the original unacceptable impulses may reemerge (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002) Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri. Istilah mekanisme bukan merupakan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit. Sebenarnya, kita akan membicarakan strategi yang dipelajari individu untuk meminimalkan kecemasan dalam situasi yang tidak dapat mereka tanggulangi secara efektif. Tetapi karena mekanisme pertahanan diri masih merupakan istilah terapan yang paling umum maka istilah ini masih akan tetap digunakan. Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya. Represi Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah

menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya: individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan, berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada, lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk, lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif, lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan. Supresi Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impulsimpuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiranpikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi) Reaction Formation (Pembentukan Reaksi) Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan. Fiksasi Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada

remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini. Regresi Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian Menarik Diri Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis. Mengelak Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung. Denial (Menyangkal Kenyataan) Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri. Fantasi Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu

Rasionalisasi Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.

Intelektualisasi Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif. Proyeksi Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesarbesarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula. Sumber bacaan: Atkinson Rita L. dan Hilgard E.R. (1999). Pengantar Psikologi. Davidoff Linda L. (1991). Psikologi - Suatu Pengantar. Hall dan Linzey. (1995). Psikologi Kepribadian 1, Teori-teori Psikodinamis. Microsoft Encarta Encyclopedia 2002.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Pengertian Teori Belajar Behavioristik Adalah teori yang menjelaskan bahwa perilaku sepenuhnya merupakan hasil dari kegiatan belajar. Tokoh dan Kerangka Berfikir Teorinya a)Edward Lee Thomdike (1874-1949) Menurut Thomdike,belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dengan respon. Ia mengadakan percobaan dengan seekor kucing yang dikurung dalam sangkar yang tertutup dengan pintu kecil yang secara otomatis kalau disentuh dapat terbuka. Kalau di luar sangkar diletakan makanan maka kucing tersebut akan berusaha keluar dengan cara percobaan-percobaan (trial) dan kegagalankegagalan (error) terlebih dahulu dan kemudian berhasil keluar karena dilakukan berulang-ulang. Sehingga bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error Learning atau Selecting and connecting Learning . Sering juga disebut teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. b)Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan kaasik) adalah proses dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluar air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, terlebih dahulu diperlihatkan sinar merah (rangsangan buatan). Dengan sendirinya air liurnya pun akan keluar dan apabila dilakukan berulang-ulang maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan akan memperlihatkan air liurnya. Peristiwa ini disebut Reflek Bersyarat (Conditional Respons). Becterev murid Pavlov menggunakan prinsip tersebut pada manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti suara lagu penjual es krim Walls atau bunyi bel dikelas. Tanpa disadari terjadi proses menandai sesuatu. c)Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) Dikenal dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses Operant Conditioning atau pengkondisian operant (yaitu suatu proses penguatan perilaku operan berupa penguatan positif atau negatif yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan ketika ada anak kecil tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya. Maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tertentu. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat

positifnya. d)Robert Gagne (1916-2002) Gagne disebut sebagai modern neobehaviorits,mendorong guru untuk merencanakan intruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi dan guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Kontribusi terbesar dari teori intruksional Gagne adalah 9 Kondisi Intruksional ,yaitu: 1. Gaining attention = mendapatkan perhatian 2. Intorn learning of objective = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai. 3. Stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar. 4. Present new material = penyajian mareri baru 5. Provide guidance = menyediakan pembimbingan 6. Elicit performance = memunculkan tindakan 7. Provide feedback about correctness = siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik. 8. Assess performance = menilai hasil belajar yang ditunjukan. 9. Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat. 10. e)Albert Bandura (1925- ) Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbale balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan dan menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal. Sebagai contoh dalam iklan televise. Aplikasi teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa 1. Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru 2. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi 3. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks 4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati 5. Kesalahan harus segera diperbaiki 6. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan 7. Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik Kekurangan : Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa baik hukuman verbal maupun

fisik dapat berakibat buruk bagi siswa. Kelebihan : Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh : Percaapan bahasa Asing, menari, mengetik, olah raga, dll. Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Teori Belajar Humanistik Pengertian Teori Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksudmaksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Kerangka Berfikir Teori Belajar Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.Menurut para pendidik aliran ini I penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu : proses pemerolehan informasi baru dan personalissi informasi ini pada individu. Tokoh Tokohnya Arthur Comb (1921-1999) Meaning adalah konsep dasar yang dipakai atau digunakan. Belajar terjadi bila siswa mempunyai arti bagi siswa itu sendiri,guru tidak bisa memaksakan materi pada siswa.Guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi siswa apabila ingin mengubah perilaku siswa. Menurut Comb perilaku buruk itu adalah ketidak mauan siswa untuk melakukan sesuatu yang tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Maslow Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal yaitu adalah suatu usaha positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Pada diri manusia mempunyai berbagai perasaan takut tetapi manusia juga mempunyai perasaan yang mendorong untuk maju kea rah ke unikan diri, kearah fungsinya semua kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki yang tiap hierarki tersebut memiliki tingkat

penting dalam pemenuhan yang harus dipanuhi dari yang paling dasar. Carl Rogers Roger membedakan dua tipe belajar yaitu: kognitif(kebermaknaan),experiental( penaglaman atau signifikan) yaitu guru menghubungkan pengetahauan akademik ke dalam pengatahuan terpakai.experiental Learning menunjuk apda pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Prinsip- prinsip belajar humanistic: A. Manusia mempunyai belajar alami B. B elajar signifikan terjadi apabila mqateri plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu C. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persep[si mengenai dirinya D. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil E. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar F. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya G. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar H. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam I. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri J. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar. Aplikasi Teori Aplikasi pada teori ini adalah lebih menunjuk pada ruh atau spirit dalam proses belajar yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.Peran guru hanya sebagai fasilitatorbagi siwa dan dengan memberi motivasi,kesadaran bagi siswa ,membimbing dan memfasilitasi siswa Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pambelajaran nya.Tujuan pembelajaran lebih diutamakan pada prosenya bukan pada hasilnya.Proses pembelajaran pada umumnya yaitu adalah merumuskan tujuan belajar yang jelas,mengusahaan adanya partisipasi siswa,mendorong inisiatif siswa untuk peka kritis, mengemukakan pendapat ,guru berusaha menerima dan memberi kesempatan pada siswa serta adanya evaluasi pembelajaran Pada teori ini lebih menekankan pada proses dari pada hasil pembelajaran sehigga siswa harus aktif.

Kekurangan dan Kelebihan Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi- materi yang bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena social. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah siswa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar,dan terjadi perubahan pola pikir siswa,perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang

memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

SUMBER MATERI Ahmadi,Abu dan Widodo Supriyono.2004.Psikologi Belajar. Rineka Cipta.Jakarta Dakir.1993. Dasar-dasar Psikologi. Pustaka Pelajar.Yogyakarta. Sukmadinata,Nana Syaodi.2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Rosdakarya . Bandung. Sugiharto dkk .2006 Psikologi Pendidikan. FIP UNY. Suyantinah. 2000. Psikologi Pendidikan. FIP UNY. Purwanti endang,Nur widodo.2005.Perkembangan Peserta Didik.Malang:Universitas Muhamadiyah Malang Sigmund Freud, Tentang Keoribadian dan Psikoanalisis Judul Buku : Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik FREUD Peresensi : Syafruddin Azhar Dimuat di : PARLE, 26 Februari - 5 Maret 2007 Tantangan di bidang Psikologi sangat luas dan rahasia. Bidang ilmu ini menyelidiki gejala fisik dan psikis yang sangat kompleks. Selain disebabkan oleh bervariasinya tingkah laku manusia, kompleksitas tersebut bisa didekati dari berbagai perspektif dan disiplin ilmu. Di antara semua teori kepribadian yang ada, misalnya teori behavioral, teori kognitif, teori humanistikeksistensial, terdapat nama Sigmud Freud (1856-1939) yang terutama dan para pengikutnya. Meskipun ada perbedaan di antara teoritikus Psikodinamik, semuanya memiliki beberapa pandangan yang sama, seperti pandangan determinisme psikis (pandangan bahwa tingkah laku manusia normal dan abnormal ditentukan oleh hasil dari proses dinamik dan konflik intrapsikis), motivasi tak sadar, dan pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku. Dr. Freud adalah neurolog asal Austria dan pendiri aliran Psikoanalisis dalam bidang Psikologi. Psikoanalisis adalah gerakan yang mempopulerkan teori bahwa motif tidak sadar mengendalikan sebagian besar perilaku. Freud tertarik pada hipnotis dan penggunaannya untuk membantu penderita penyakit mental. Ia kemudian meninggalkan hipnotis untuk asosiasi bebas dan analisis mimpi guna mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai obat dengan berbicara . Hal-hal seperti ini menjadi unsur inti Psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom konversi . Teori-teori Freud dan caranya mengobati pasien, menimbulkan kontroversi di Wina abad ke-19, yang hingga kini masih diperdebatkan secara sengit. Gagasan Freud biasanya dibahas dan dianalisis sebagai karya sastra, filsafat, dan budaya umum, selain sebagai debat yang berterusan sebagai risalah ilmiah dan kedokteran. Teori Psikodinamik berasal dari teori Psikoanalisis Freud. Penjelasan dalam buku Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud karya Yustinus Semiun ini difokuskan pada pandangan Sigmund Freud.

Teori Psikoanalisis Freud memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak awal. Dalam pandangan ini, benih-benih dari gangguan psikologis sudah ditanamkan pada tahun-tahun awal pertumbuhan. Pandangan Freud tentang seksualitas masa kanak-kanak benar-benar jelas dan kontroversial. Freud juga mengemukakan tiga struktur mental atau psikis, yakni Id, Ego, dan Superego. Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan mencari kepuasan segera. Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle) yang memuaskan dorongan id menurut cara-cara yang dapat diterima masyarakat. Adapun superego, yang terbentuk melalui proses identifikasi dalam pertengahan masa kanak-kanak, merupakan bagian dari nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral. Mekanisme pertahanan seprti represi, melindungi ego dari kecemasan dan mengeluarkan dorongan yang tidak dapat diterima dari kesadaran. Meskipun menggunakan mekanisme pertahanan adalah normal, namun bila digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan pola tingkah laku abnormal. Berdasarkan kajian Freud, ada garis tipis perbedaan antara yang normal dan abnormal (dalam hal derajat). Orang normal dan abnormal didorong oleh dorongan irasional dari id. Normalitas hanya merupakan masalah keseimbangan energi antara struktur psikis dari id, ego, dan superego. Freud berpendapat bahwa manusia dapat menjadi neurotik bahkan psikotik - struktur mental menjadi tidak seimbang. Pada orang-orang normal, ego memiliki kekuatan untuk mengontrol insting dari id dan untuk menahan hukuman dari superego. Walaupun buku ini terbilang menyangkut hal-hal yang sifatnya teknis Psikologi, namun Yustinus Semiun menuturkannya dengan gaya penyajian populer sehingga dapat diterima secara luas oleh kalangan di luar bidang Psikologi. Buku ini menarik dan menyegarkan untuk disimak oleh siapa pun yang ingin memahami dirinya sendiri secara ilmiah. . Mekanisme pertahanan ego. Setiap manusia mempunyai suatu pertahanan untuk melindungi harga dirinya, hal inilah yang menyebabkan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang kadangkala jauh berbeda dari keadaan yang ada di dalam dirinya. Seorang anak remaja yang tertarik pada teman sekolahnya kadang-kadang menunjukkan perilaku membenci atau sombong di hadapan orang yang dia taksir, dalam hal ini perasaan tertarik dia tunjukkan sebagai sikap benci untuk menutupi perasaan canggung (malu). Dalam kaitannya dengan perilaku sombong yang ditunjukkan oleh seseorang, maka hal ini bisa merupakan mekanisme pertahanan ego untuk menutupi kekurangan dirinya. Dalam hal ini orang yang kurang pandai bisa saja menutupi kekurangannya itu dengan suatu perilaku sombong menyebut diri sebagai keturunan orang hebat di masa lampau, begitu juga orang yang merasa kurang tampan bisa saja menutupi kelemahannya dengan membanggakan kekayaan orangtuanya dan berbagai kebanggaan lainnya. Defense-Mechanism: Projection Lagi2 bermain di area psycho-analytic.

Apakah defense-mechanism? (selanjutnya kita singkat DM) ialah: strategi mendistorsi kenyataan yang digunakan oleh ego untuk membentengi diri dari kesadaran atas materi-materi yang menimbulkan kecemasan. Hemm..lagi-lagi kecemasan. Begini, psychoanalytic menkonstruk personality atas: id, ego dan superego. Masing-masing punya fungsi dan peranan dalam merespon stimuli. Fungsi id yang berbasis kesenangan/hedonisme, superego yang ketat dalam urusan moral, sementara fungsi ego (inti kepribadian) sebagai eksekutor. Eksekusi didasarkan atas apa? Standard nilai masyarakat. Terjadi pertempuran antara impuls / hasrat id dan superego yang menimbulkan kecemasan. Ego sebagai wilayah tengah berupaya menetralisir keduanya. Ego adalah kesanggupan (secara potensial) seseorang untuk bertindak. Kecemasan neurotik dapat diatasi dengan distorsi realitas secara bawah sadar melalui DM / mekanisme pertahanan, untuk melindungi ego dari kecemasan. DM merupakan reaksi alam bawah sadar yang tidak disadari oleh pelaku. Seperti gerak refleks, respon pertama yang secara spontan diberikan dalam menghadapi stimuli. Ada beragam jenis DM. Salah satu yang akan kita bahas di sini adalah: proyeksi yaitu, menimpakan impuls2 yang tidak dapat diterima oleh diri sendiri kepada orang lain sehingga menganggap orang lain yang memilikinya, atau definisi lain: mengalihkan kesalahan dan kegagalan diri dengan mencari kesalahan dan kegagalan orang lain upaya melampiaskan hasrat diri dan pikiran yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku dengan menuduh orang lainlah yang memiliki hasrat dan pikiran buruk tersebut.

Contohnya gimana mb Dian?Misalnya nih, orang yang tidak capable dalam suatu pekerjaan akan memproyeksikan bahwa orang lainlah yang tidak becus bekerja. Orang yang kejam justru akan menganggap dunia inilah yang kejam. Atau orang yang frustrasi di pekerjaannya akan memproyeksikan dengan membuat / mengkondisikan situasi yang membuat orang lain menjadi frustrasi juga, misalnya dengan melakukan verbal-agression seperti; menghina, meng-under-estimated, menteror, mendiskreditkan. Rasa tidak puas pada diri sendiri diekspresikan dengan verbal-agresi pada orang lain. Umumnya yang menjadi pelampiasan adalah orang yang tidak punya power atau bisa juga benda tertentu / obyek yang lebih lemah.

Contoh lainnya, orang yang sering berkhianat justru akan cemburu berat pada pasangan dan bersifat over-protektif, rada parno. Semakin kuat benturan antara id dan superego makin dibutuhkan DM. Menjadi persoalan bila defense menjadi eksesif sehingga akan menganggu keutuhan integritas fungsi kepribadian secara menyeluruh.

Apabila konflik antara id dan superego ini tidak dapat diselesaikan akan menyebabkan berkembangnya simptom2, fobia dan masalah perilaku. Jadi gimana dong solusinya? Merekonstruk mind-set: Membangun pemaknaan yang benar terhadap eksistensi kita hari ini. Mencari tau apa yang menjadi tujuan hakiki kehidupan. 7afainfo.blogspot.com/.../mekanisme-koping-pengertian-mekanisme.html http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/teori-kecemasan.html

Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990). Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998). Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997). Teori Kecemasan Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut : a. Teori Psikodinamik Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun,

desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988). b. Teori Perilaku Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan. c. Teori Interpersonal Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga. d Teori Keluarga Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga. e. Teori Biologik Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998). Faktor Predisposisi Kecemasan Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Wibisono, 1990). Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan (Roan, 1989) yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan menjalani operasi, faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh adalah faktor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan operasi yang akan dijalani. Gejala Kecemasan Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu : a. Fase 1 Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin. Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988). b. Fase 2 (dua)

Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988). c. Fase 3 Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988). Klasifikasi Tingkat Kecemasan Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996). 1. Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. 2. Kecemasan sedang; Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis. 3. Kecemasan berat; Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. 4. Panik; Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah

bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

Respon Fisiologis terhadap Kecemasan


y y y y y

Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain. Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal. Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare. Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.

Respon Psikologis terhadap Kecemasan


y y

Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar. Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain. Afektif; Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.

You might also like