You are on page 1of 4

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) adalah salah satu program strategis Badan Litbang Pertanian

yang dilaksanakan oleh seluruh BPTP. Kabupaten Kebumen merupakan satu lokasi pendampingan BPTP Jawa Tengah. Kegiatan pendampingan difokuskan pada Pembangunan Pertanian dan Agribisnis Kelapa terpadu. Kegiatan yang akan dikembangkan antara lain pendampingan industri Nata de Coco (dari pemanfaatan limbah air kelapa), Cocopeat(pemanfaatan sabut kelapa) dan briket arang (pemanfaatan tempurung kelapa). BPTP Jateng memfasilitasi pertemuan antara pengusaha Nata de Coco (PT. Tropical, Ungaran) dengan produsen nata de coco di Gapoktan Tani Jaya desa Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Acara dihadiri oleh BPTP Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kabupaten Kebumen, Perangkat Desa, Pengurus dan Anggota Gapoktan Tani Jaya desa Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen(9/5).

Kepala desa (Samidjo) mengemukakan bahwa masyarakat berterima kasih atas dipilihnya desa Petanahan untuk kegiatan pendampingan MP3MI dan difasilitasinya pertemuan antara petani pengrajin nata de coco dengan pengusaha nata de coco. Kepala Desa berharap bahwa pengusaha nata de coco (PT. Tropica) bisa menampung nata de coco dari pengrajin di desa Petanahan.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kebumen diwakili Muryaningrum. menyampaikan bahwa untuk kegiatan MP3MI (Primatani) merupakan kesempatan untuk membangun kelembagaan, khususnya di bidang hasil olahan kelapa sehingga akan bermanfaat bagi seluruh anggota Kelompok Tani/Gapoktan. Kegiatan pertemuan antara pengusaha dan petani pengrajin nata de coco akan memberikan wacana untuk pangsa pasar yang baru. Pertemuan ini diharapkan menghasilkan kesepakatan dan kerja sama yang menguntungkan semua pihak dan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

Perwakilan BPTP Jateng (Subiharta) dalam sambutannya menyampaikan bahwa BPTP bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten akan melaksanakan pendampingan kegiatan MP3MI yang difokuskan di Sentra Olahan Kelapa Terpadu. BPTP akan membantu permasalahan pemasaran produk nata de coco diantaranya mendatangkan pengusaha nata de coco (PT. Tropical) Ungaran. Selanjutnya akan dilakukan diskusi antara pengusaha dan pengrajin nata de coco untuk membuat kesepakatan bersama.

Hasil kesepakatan antara PT Tropical Semarang, dengan Petani. PT Tropical sebagai calon pembeli mensyaratkan bahwa nata de coco harus sehat/bebas jamur, dan bersih. Nata de coco minimal 2 ton akan diambil di tempat, dengan harga beli Rp. 1000/kg, dan apabila diantar ke PT Tropical akan dibeli dengan harga Rp.1200/kg. Diharapkan kesepakatan yang sudah dihasilkan bisa dilanjutkan sampai dengan pembuatan MOU, serta dilaksanakan secara berkelanjutan.

Strategi pokok pembangunan Prov. Banten yang dituangkan dalam RPJM 2007-2012 adalah : 1) Penguatan struktur ekonomi berbasis agribisnis, 2) Pemberdayaan masyarakat dan 3) Revitalisasi kawasan dan wilayah. Untuk mencapai hal tersebut salah satunya dilakukan dengan pengembangan ekonomi local berbasis pertanian dan meningkatkan peranan dan swadaya masyarakat. BPTP Banten telah mendesiminasikan inovasi pertanian melalui kegiatan PRIMA TANI di desa Gempolsari, Kab. Tangerang sejak tahun 2007. Dalam kegiatan ini dilakukan pengembangan inovasi teknologi seperti pengembangan PTT padi sawah, budidaya sayuran daun, cabe merah dan bawang merah. Sementara kegiatan inovasi kelembagaan berupa penguatan kelembagaan permodalan, dan berdirinya kios saprodi dan penguatan kelompok. Program ini berhasil menggaet dukungan dari instansi Pusat/ Provinsi/kabupaten seperti PUAP dan jalan usahatani dan berdampak pada pengembangan gapoktan Gempolsari dengan LKM-A dan menjadi gapoktan terbaik pada tahun 2010 tingkat Provinsi Banten. Gapoktan ini menjadi tempat studi banding bagi gapoktan lainnya. Karena keberhasilannya, ketua gapoktan telah menjadi narasumber di berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat/Provinsi/ kabupaten. Pada tahun 2009, BPTP Banten bekerjasama dengan Balitnak melakukan percontohan pengembangan ternak dan BPTP Banten melaksanakan uji adaptasi teknologi penyediaan hijauan pakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada gapoktan Juhut Mandiri di kampung Cinyurup, kel. Juhut, Kab. Pandeglang. Di wilayah ini juga terdapat pangan local khas Banten yang disebut talas benneng. Berkaitan ini, BPTP Banten juga melaksanakan kajian diversifikasi pengolahan talas benneng. Kedua kegiatan ini mendapat dukungan dari berbagai stakeholder. Untuk kampung ternak domba sudah 10 instansi yang terlibat, sedangkan untuk pengolahan talas benneng melibatkan Dinas/Badan tingkat Provinsi/Kabupaten. Wagub Provinsi/ Bupati/ kepala SKPD bahkan Wamentan telah berkunjung ke lokasi tersebut untuk memberi dukungan kepada masyarakat Berkaitan dengan hal-hal tersebut, perlunya kegiatan yang lebih besar dan terpadu dengan melakukan Pengembangan Kawasan Agribisnis Terpadu. Diharapkan wilayah ini dapat menjadi laboratorium lapang untuk pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian BPTP Banten, selain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berkembangnya perekonomian pedesaan. Tujuan 1. Melakukan sinkronisasi dan koordinasi dengan stakeholder untuk menjaring program/kegiatan bersama dalam pengembangan kawasan agribisnis terpadu 2. Mengidentifikasi karakteristik wilayah kawasan agribisnis terpadu 3. Melakukan pendampingan inovasi pertanian (kelembagaan dan teknologi) melalui pelatihan dan demplot 4. Menyediakan materi diseminasi inovasi pertanian, dan 5. Mengadakan temu bisnis/temu lapang Keluaran 1. Terlaksanannya sinkronisasi dan koordinasi dengan stakeholder minimal 6 kali 2. Dua set karakteristik wilayah pengembangan kawasan agribisnis terpadu 3. Terlaksannya kegiatan pendampingan inovasi pertanian melalui pelatihan (12 kali) dan demplot (2 jenis) 4. Tersedianya materi diseminasi inovasi pertanian berupa banner (4 buah) dan leaflet/brosur (2000 eks)

5. Terlaksanannya temu bisnis/temu lapang (3 kali) Perkiraan Manfaat dan Dampak Manfaat dan dampak langsung yang diharapkan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas tanaman, nilai tambah produk, dan pendapatan petani serta terbangunnya kawasan agribisnis terpadu. Selanjutnya manfaat tidak langsung adalah terbukanya kesempatan kerja, menjaga kelestarian hutan lindung, pengembangan agrowisata. Dengan demikian diharapkan tidak hanya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja tetapi sekaligus juga berkembangnya perekonomian perdesaan. Secara keseluruhan pengembangan kawasan terpadu melalui M-P3MI ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pembangunan sektor pertanian dengan : 1) terjadinya percepatan penyebaran inovasi pertanian yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dalam nedukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis dan 2) Terjadinya perluasan jangkauan penggunaan teknologi kepada berbagai pengguna utama dan pengguna usaha dis ektor pertanian dalam jangka waktu relatif singkat.

http://banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=355:peng

embangan-kawasan-agribisnis-terpadu--model-pengembangan-pertanian-perdesaan-melaluiinovasi-mp3mi&catid=56:mp3mi&Itemid=87

You might also like