You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak. B. Rumusan Masalah Ada beberapa hal yang akan kami kemukan sebagai pokok masalah, yaitu: 1. Apa itu pengertian produksi? 2. Bagaimanakah arti pentingnya produksi?
3. Bagaimanakah pandangan ekonomi konvensional dan ekonomi Islam tentang

faktor-faktor produksi? 4. Apakah jenis-jenis atau klasifikasi faktor-faktor produksi?


5. Bagaimanakah pandangan Islam tentang prinsip-prinsip produksi?

6. Apa sajakah tujuan-tujuan produksi?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan Makalah


Sesuai dangan pokok masalah di atas, penulisan ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Memahami apa itu produksi dan arti penting produksi. 2. Memahami perbedaan pandangan ekonomi konvensional dan ekonomi islam tentang faktor-faktor produksi. 3. Mengetahui jenis-jenis atau klasifikasi faktor-faktor produksi. 4. Memahami bagaimanakah pandangan Islam tentang prinsip-prinsip produksi. 5. Mengetahui tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam berproduksi.

D. Metode Penulisan Penyusunan makalah ini menggunakan referensi-referensi dari beberapa media, literatur, dan buku-buku tentang perwalian yang diedit dan diunduh secara langsung.

E. Sistematika Penulisan Penyusun menggunakan sistematika berupa pendahuluan yang berisi, latar belakang, perumusan masalah, tujuan & manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan, yang diikuti oleh bab pembahasan, dan terakhir penutup berupa kesimpulan.

BAB II PEMBAHASAN MATERI A. Pengertian Produksi Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam memproduksi tidak sampai pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi (ekstraktif). Memindahkannya dari tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkannya, atau menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa dimanfaatkan di masa yang akan datang atau mengolahnya dengan memasukkan bahanbahan tertentu, menutupi kebutuhan tertentu, atau mengubahnya dari satu bentuk menjadi bentuk yang lainnya dengan melakukan sterilisasi, pemintalan, pengukiran, atau penggilingan, dan sebagainya. Atau mencampurnya dengan cara tertentu agar menjadi sesuatu yang baru. Hal itu semua hanya mengubah kondisi materi, sehingga pada kondisi yang barupun substansinya tetap tidak berubah. Al Quran menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al Quran menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif. Namun demikian, Al Quran memberi kebebasan yang luas bagi manusia untuk berusaha memperoleh kekayaan yang lebih banyak lagi dalam menuntut kehidupan ekonomi. Dengan memberikan landasan rohani bagi manusia sehingga sifat manusia yang semula tamak dan mementingkan diri sendiri menjadi terkendali. Dalam surat al Maaarij dijelaskan ada beberapa sifat alami manusia yang menjadi azas semua kegiatan ekonomi yaitu : sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Sifat tamak manusia menjadikan manusia berkeluh kesah, tidak sabar dan gelisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan. Dengan begitu akan memacu manusia untuk melakukan kegiatan yang produktif. Manusia akan giat untuk memuaskan kebutuhannya yang terus bertambah, sehingga akibatnya manusia cenderung melakukan kerusakan (mafsadat) di muka bumi. Dari sifat dasar manusia yang tamak itu pula menyebabkan manusia memiliki dorongan yang kuat dan bimbingan serta arahan yang benar dan pasti akan menjadikan manusia memiliki sifat mulia. Kemajuan manusia akan terus berlanjut

sepanjang mereka terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Daya ciptanya yang tinggi akan terus menghasilkan produk-produk baru dan metode serta teknik produksi yang makin sempurna, sehingga mampu menjaga taraf hidup manusia seiring dengan perubahan zaman. Sifat-sifat dasar manusia dijelaskan dalam surat lain yaitu Ali Imran ayat 14 yang artinya :

. . Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).(Ali Imran: !4) B. Arti Pentingnya Produksi kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi, maka tanpa kegiatan produksi yang menghasilkan barang dan jasa tak akan ada yang bisa dikonsumsi. Oleh karena itu, kegiatan produksi merupakan suatu hal yang diwajibkan karena tanpa kegiatan produksi maka aktifitas kehidupan akan berhenti. Manusia butuh makan, minum agar bisa beraktifitas dan beribadah, perlu pakaian untuk menutupi aurat dan beribadah, serta butuh tempat tinggal untuk melindungi dirinya serta beribadah juga berbagai kebutuhan lainnya. Allah SWT telah menyediakan bahan bakunya berupa kekayaan alam yang sepenuhnya diciptakan untuk kepentingan manusia. Itu semua baru bisa diperoleh dan bisa dinikmati manusia jika manusia mengelolanya agar menjadi barang dan jasa yang siap dikonsumsi dengan jalan diproduksi terlebih dahulu. Pentingnya peranan produksi dalam memakmurkan kehidupan suatu bangsa dan taraf hidup manusia, disebutkan dalam beberapa ayat dan hadits, seperti : Surat al Qashash ayat 73 : . . . . . . Supaya kamu mencari sebagian dari karuniaNya. Surat ar Rum ayat 23 : . . . . . . Dan usahamu mencari bagian dari karuniaNya. Dalam Surah An-Nahl (16):10,11,12,18 telah diuraikan secara singkat bahwa Allah telah menyediakan kekayaan alam untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Pada beberapa ayat yang lainnya (QS 28:73, 30:23, 4:32, 78:11) Allah memerintahkan

manusia untuk bekerja keras memanfaatkan semua sumber daya itu seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Al-Quran juga telah memberikan berbagai alternatif kepada manusia bagaimana melakukan perubahan yang lebih baik dengan menggali dan menggunakan sumber daya alam yang tak terbatas di dunia ini, melalui pengelolaan, modal, kemampuan dan kecenderungannya di dalam proses produksi. Apabila dikaji secara terperinci dalam Al-Quran, maka kita akan mendapatkan bahwa penekanan atas usaha manusia untuk memperoleh sumber penghidupan merupakan salah satu prinsip ekonomi yang mendasar di dalam Islam. C. Faktor-faktor Produksi Dalam menghasilkan barang-barang dan jasa dalam proses produksi kita membutuhkan beberapa faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Beberapa pandangan ekonomi konvensional dan Islami terhadap faktor produksi: 1. Hubungan antara tujuan produksi dengan penggunaan faktor produksi. Jika dalam ekonomi konvensional tujuan produksi adalah menghasilkan alat pemuas kebutuhan manusia melalui proses produksi dengan harapan memberikan keuntungan paling maksimal, maka dengan demikian seluruh faktor produksi akan dialokasikan berdasarkan tujuan tersebut. Hal ini berakibat pada eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi. Contohnya, dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimal, produsen akan memeras dan menindas para pekerjanya. Dalam pandangan ekonomi Islam, prinsip dan tujuan produksi ekonomi yang Islami alokasi sumber daya ekonomi akan berorientasi pada hal-hal berikut : Berbagai barang dan jasa yang dilarang oleh agama Islam tidak akan diproduksi sehingga tidak ada sumber daya ekonomi atau faktor produksi yang dialokasikan untuk itu.
Produksi barang-barang mewah akan dikurangi sedemikian rupa sehingga semakin

sedikit sumber daya untuk memproduksinya


Akan ada perluasan industri untuk menghasilkan barang dan jasa yang merupakan

kebutuhan pokok masyarakat sehingga sumber daya ekonomi lebih banyak dialokasikan untuk itu. 2. Penentuan harga faktor produksi Penentuan harga faktor produksi dalam ekonomi konvensional menggunakan pendekatan produktivitas marginal yaitu nilai marginal dari faktor produksi yang merupakan nilai tambah dari satu unit output yang dihasilkan dengan asumsi faktor produksi lainnya dianggap tetap. Misalnya produk marginal tenaga kerja adalah tambahan output yang dihasilkan akibat satu unit tenaga kerja dengan menggunakan

faktorproduksi lainnya tetap. Produktivitas marginal ini mengikuti hukum the law of the diminishing marginal product atau tambahan hasil yang semakin menurun. Namun demikian, penentuan harga faktor produksi dengan pendekatan ini mendapat kritikan dari ekonom muslim dengan berbagai alasan. Pertama, konsep ini hanya dapat diterapkan pada fungsi produksi yang memiliki fungsi homogenitas berderajat pertama. Padahal fungsi ini jarang terjadi pada dunia nyata. Kedua, konsep ini mengasumsikan adanya persaingan sempurna dalam pasar faktor produksi dimana semua kekuatan ekonomi terfragmentasi. Ketiga, konsep ini juga mengasumsikan adanya wirausahawan yang profit maximizer. Sementara dalam kenyataan mungkin memiliki beberapa tujuan. Sementara, dalam pandangan Islam ada dua prinsip dasar yang harus dijadikan pedoman dalam menentukan faktor produksi, yaitu nilai keadilan (justice) dan pertimbangan kelangkaan (scarcity). Implikasi dari adanya nilai dasar ini adalah: Kekuatan pasar tidak dapat digunakan begitu saja bagi penentuan upah. Penentuan upah dilakukan berdasarkan pertimbangan objektif yaitu tingkat upah pasar dan pertimbangan subjektif yaitu implementasi nilai-nilai kemanusiaan. Implementasi bunga sebagai harga dari modal tidak dapat dilakukan karena ajaran Islam menganggap sebagai riba nasyiah yang haram hukumnya. Penentuan harga modal akan dilakukan secara integratif dengan kontribusi dari kewirausahaan berdasarkan sistem bagi hasil (profit lost sharing). Penggunaan sewa (rent) sebagai harga dari faktor produksi tanah tidak dapat diterima begitu saja. Terdapat kontroversi pendapat dikalangan pemikir Islam tentang legalitas sistem sewa dalam legalitas sistem persewaan. Dalam sistem ini harga tanah tidak ditetapkan di awal dan bersifat tetap seperti bunga tetapi ditentukan secara bersama dengan kontribusi kewirausahaan. D. Jenis-jenis/Klasifikasi Faktor Produksi Ada beberapa jenis faktor produksi yaitu : 1. Tanah Tanah mengandung pengertian yang luas, yaitu termasuk semua sumber yang kita peroleh dari udara, laut, gunung, dan sebagainya, sampai keadaan geografi, angin, dan iklim yang terkandung dalam tanah. Yang termasuk dalam faktor produksi tanah adalah:
Bumi (tanah) merupakan permukaan tanah yang di atasnya kita dapat berjalan,

mendirikan bangunan, rumah, perusahaan. Mineral, seperti logam, bebatuan dan sebagainya yang terkandung di dalam tanah yang juga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Gunung, merupakan suatu sumber lain yang menjadi sumber tenaga asli yang membantu dalam mengeluarkan harta kekayaan. Gunung-gunung berfungsi sebagai

penadah hujan dan menajdi aliran sungai-sungai dan melaluinya semua kehidupan mendapatkan rizki masing-masing. Hutan, merupakan sumber kekayaan alam yang penting. Hutan memberikan bahan api, bahan-bahan mentah untuk industri kertas, damar, perkapalan, perabotan rumah tangga, dan sebagainya. Hewan, mempunyai kegunaan memberikan daging, susu, dan lemak untuk tujuan ekonomi, industri dan perhiasan. Sebagian lagi digunakan untuk kerja dan pengangkutan. Baik Al Quran maupun sunnah banyak memberikan tekanan pada pembudidayaan tanah secara baik. Dengan demikian, Al Quran menaruh perhatian akan perlunya mengubah tanah kosong menjadi kebun-kebun dengan mengadakan pengaturan pengairan, dan menanaminya dengan tanaman yang baik. Seperti KalamNya dalam surat As Sajadah ayat 27 : Dan apakah mereka tidak memerhatikan bahwasanya Kami menghalau hujan ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan tanam-tanaman yang daripadanya dapat makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri Tanah dapat dipandang dari dua sisi yaitu: Tanah sebagai Sumber Daya Alam Seorang Muslim dapat memperoleh hak milik atas sumber-sumber daya alam setelah memenuhi kewajibannya terhadap masyarakat. Penggunaan dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam itu dapat menimbulkan dua komponen penghasilan, yaitu : a) Penghasilan dari sumber-sumber daya alam sendiri (yaitu sewa ekonomis murni) b) Penghasilan dari perbaikan dalam penggunaan sumbersumber daya alam melalui kerja manusia dan modal. Jadi manusia berhak untuk memanfaatkan dan memiliki tanah untuk dipergunakan dalam mencari nafkah dan menggunakannya sebagai salah satu faktor produksi. Tanah sebagai Sumber Daya yang Dapat Habis (Exhaustable) Menurut pandangan Islam sumber daya yang dapat habis adalah milik generasi kini maupun generasi-generasi masa yang akan datang. Generasi kini tidak berhak untuk menyalahgunakan sumbersumber daya yang dapat habis sehingga menimbulkan bahaya bagi generasi yang akan datang. Dari analisis tersebut, hipotesis atau kebijaksanaan pedoman dapat disusun sebagai berikut : a) Pembangunan pertanian pada negara-negara Islam dapat ditingkatkan melalui metode penanaman yang intensif dan ekstensif jika dilengkapi dengan suatu program pendidikan moral, berdasarkan ajaran Islam. b) Penghasilan yang diperoleh dari penggunaan sumber daya yang dapat habis (exhaustable resources) lebih digunakan untuk pembangunan lembaga-lembaga sosial (seperti universitas, rumah sakit) dan untuk infrastruktur fisik daripada konsumsi sekarang ini. c) Sewa ekonomis murni boleh lebih digunakan untuk memenuhi tingkat pengeluaran konsumsi sekarang ini. 2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua yang dianggap paling penting, karena kekayaan alam dapat berubah menjadi hasil produksi yang bernilai karena jasa tenaga kerja. Keunikan tenaga kerja jika dibandingkan faktor produksi lainnya karena mereka manusia. Sehingga mereka harus diperhatikan. Bagaimana memberi harga atas tenaga kerja serta bagaimana menghargai unsur-unsur kejiwaan, moralitas dan unsur-unsur kemanusiaan yang lainnya. Tenaga kerja di sini mencakup segala kerja manusia yang diarahkan untuk menghasilkan produksi baik berupa jasa, fisik maupun mental. Hal ini mencakup buruh maupun managerial. Tenaga kerja secara umum dibagi menjadi beberapa tingkat yaitu : Tenaga kerja kasar/buruh kasar, misalnya pekerja bangunan, pandai besi, dan sebagainya. Allah memuliakan hambanya meskipun yang bekerja sebagai pekerja kasar. Banyak ayat dan riwayat yang membahas tentang kegiatan para nabi terkait dengan peghargaan terhadap para pekerja kasar pekerja/tukang Nabi Sulaiman, Nabi Hud dengan pembuatan kapal, dan sebagainya. Tenaga kerja terdidik. Dalam al Quran disebutkan tentang tenaga ahli. Cerita tentang Nabi Yusuf yang diakui pengetahuan dan kejujurannya oleh raja yang mempercayakan tugas mengurus dan menjaga gudang padi dan sebagainya. Hal itu menunjukkan bahwa faktor keahlian dan pendidikan menjadi sangat penting dalam bekerja. Kriteria Pemilihan Tenaga Kerja Pemilihan tenaga kerja tergantung ketersediaan/penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada beberapa faktor : Kecakapan tenaga kerja, merupakan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Islam menjunjung tinggi hasil kerja yang cakap dan memerintahkan umat Islam untuk mengajarkan semua jenis kerja dengantekun dan sempurna. Kecakapan tenaga kerja tergantung pada tiga faktor yaitu : kesehatan fisik, mental dan moral serta pendidikan dan pelatihan bagi para pekerja. Mobilisasi tenaga kerja, merupakan pergerakan tenaga kerja dari suatu kawasan geografi ke kawasan yang lain. Mobilisasi terkait erat dengan kondisi ekonomi pekerja. Mobilisasi dipengaruhi oleh faktor tingkat upah, dimana biasanya pekerja akan berupaya untuk mencari tempat kerja yang memberikan tingkat upah lebih tinggi. Al Quran membolehkan adanya mobilisasi tenaga kerja demi untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Penduduk, jumlah penduduk merupakan faktor yang sangat memengaruhi terhadap penawaran tenaga kerja. Idealnya pertumbuhan pendudukseiring/seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja (pertumbuhan ekonomi). Kebebasan Bekerja Islam memberikan kebebasan dalam hal mencari lapangan pekerjaan baik macam maupun wilayah kerja demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun Islam tetap menggariskan bahwa ada pekerjaan yang halal dan haram. Kemuliaan Bekerja Setiap pekerjaan yang halal terbuka untuk semua orang tanpa memandang warna kulit, keturunan atau kepercayaan. Islam mengajarkan umatnya agar menghormati saudara seagama tanpa memandang pekerjaan dan ia memberikan kemuliaan dan

status kepada golongan buruh. AlQuran membuat banyak contoh tentang kehidupan para Rasul yang bekerja dengan tenaga sendiri untuk kehidupannya. Upah merupakan harga dari orang yang telah bekerja serta kewajiban bagi orang yang mempekerjakannya. Dalam penentuan upah, Islam menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan. Terminologi adil dalam pengupahan harus memperhatikan kondisi pekerja (ajir) maupun majikan (mustajir) bukan hanya salah satunya saja. Sehingga tidak dibenarkan pemerintah menetapkan suatu upah hanya semata-mata ingin meningkatkan kesejahteraan para buruh tetapi di sisi lain menimbulkan kezaliman. Beberapa prinsip pemberian upah menurut pandangan Islam yang menjamin diperlakukannya tenaga kerja secara manusiawi: Hubungan antara pekerja dan majikan harus memperlihatkan nilai kemanusiaan. Tingkat upah minimum hendaklah mencukupi bagi pemenuhan kebutuhan dasar para pekerja. Memperhatikan waktu kerja pekerja dengan berdasarkan kekuatan fisik dan alokasi waktu bagi tertunaikannya hak Allah (beribadah) oleh si pekerja dengan tidak mengurangi upah bagi pekerja. 3. Modal Modal adalah segala kekayaan baik yang berwujud uang maupun bukan uang (gedung, mesin, perabotan dan kekayaan fisik lainnya) yang dapat digunakan dalam menghasilkan output. Isu terpenting tentang modal ini adalah bagaimana menentukan harganya. Dimana dalam ekonomi konvensional, bunga merupakan harga dari modal (uang), hal ini bertolak belakang dengan pandangan Islam yang mengharamkan bunga karena dikategorikan riba sehingga harus dihapus secara mutlak. Sebagai gantinya ajaran Islam menawarkan konsep profi-loss sharing yang dipandang lebih mencerminkan nilai-nilai keadilan bagi pelaku ekonomi. Secara umum konsep ini diimplementasikan dalam konsep mudharabah dan musyarakah. Berbeda dengan bunga dalam sistem ini harga modal dan entrepreneur ditentukan bersama berdasarkan persentase keuntungan/kerugian yang akan diterima. Ada beberapa faktor yang menentukan terhadap pengumpulan modal yaitu : Peningkatan pendapatan, dapat dilakukan melalui cara yang bersifat wajib pembayaran zakat dan larangan mengenakan bunga. Sedangkan cara pilihan yaitu dengan penggunaan harta anak yatim, penanaman modal secara tunai dan melalui warisan. Menghindari sikap berlebih-lebihan, dalam hal ini adalah mengurangi kebiasaan melakukan pembelanjaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, menghindari gaya hidup mewah dan mubazir. Pembekuan modal, cara ini dapat menyebabkan berkurangnya modal yang dapat digunakan. Islam membenci kegiatan pembekuan modal atau menyimpan harta bukan untuk digunakan dalam kegiatan produktif. Hal ini seperti disampaikan

dalam surat Al Maarij ayat 18 yang artinya : Dan menghimpun (harta) lalu menyimpannya (tidak membayarkan zakatnya). Keselamatan dan keamanan, dalam proses penghimpunan modal, perlu adanya rasa aman dan ketentraman dalam negara dimana lokasi penanaman modal itu dilakukan. Bila ada jaminan keselamatan dan keamanan dalam suatu negara, maka rakyat akan lebih giat dalam melakukan pemupukan modal. Dalam perspektif ekonomi konvensional, modal dapat tumbuh dari sebagian pendapatan yang ditabungkan oleh masyarakat. Besarnya tabungan dipengaruhi oleh tingkat bunga. Menurut ekonom konvensional, semakin tinggi tingkat bunga semakin besar imbalan tabungan, semakin tinggi pula kecenderungan untuk menabung dan sebaliknya. Menurut Keynes, tingkat bunga yang tinggi akan menekan kegiatan ekonomi dan menyebabkan volume penanaman modal yang lebih kecil. Sebagai akibatnya, pendapatan uang yang terkumpul akan mengecil, dan dengan adanya kecenderungan yang sama untuk menabung, volume tabungan akan berkurang. Kenyataannya adalah bahwa jika individu-individu rasional, mereka mungkin lebih banyak menabungkan penghasilan mereka, bila tingkat bunganya tinggi. Suatu tingkat bunga yang tinggi berarti lebih tingginya imbalan bagi tabungan. Oleh karena itu, berdasarkan alasan-alasan murni, orang akan lebih banyak menabung. Yang terpenting dalam hal ini ialah bahwa modal dapat juga tumbuh dalam perekonomian masyarakat yang bebas bunga. Islam membolehkan adanya laba yang berlaku sebagai insentif untuk menabung. Islam membolehkan dua cara pembentukan modal yang berlawanan yaitu konsumsi sekarang yang berkurang (mengurangi tingkat konsumsi untuk menabung) dan konsumsi mendatang yang bertambah. Dengan demikian memungkinkan modal memainkan peranan yang sesungguhnya dalam proses produksi. 4. Wirausaha Wirausaha (entrepreneur) pada dasarnya adalah motor penggerak kegiatan produksi. Kegiatan produksi berjalan karena adanya gagasan, upaya, dan motivasi untuk mendapatkan manfaat sekaligus bersedia menanggung resiko dari para wirausaha ini. Meskipun sama-sama manusia, wirausaha tentu berbeda dengan tenaga kerja. Tenaga kerja pada dasarnya hanyalah alat produksi yang hanya menjalankan produksi sebagaimana fungsinya. Dalam pengertian fungsional tenaga kerja mungkin dapat diganti dengan mesin, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan terhadap seorang wirausahawan. 5. Organisasi Organisasi atau manajemen merupakan proses merencanakan dan mengarahkan kegiatan usaha perusahaan untuk mencapai tujuan. Organisasi memegang peranan penting dalam kegiatan produksi. Pentingnya perencanaan dan organisasi dapat dilihat pada hakikat bahwa Allah sendiri adalah perencana yang terbaik. Seperti disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 173 yang artinya :

10

Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Dialah sebaik-baik pelindung. Peranan organisasi dalam Islam sangat penting, apalagi jika dikaitkan dengan kegiatan produksi. Ada beberapa ciri mendasar yang harus dimiliki oleh organisasi Islam terkait dengan fungsinya sebagai salah satu faktor produksi, yaitu : Dalam ekonomi Islam yang pada hakekatnya lebih berdasarkan ekuiti (equitybased) daripada berdasarkan pinjaman (loan-based), para manajer cenderung mengelola perusahaan yang bersangkutan dengan pandangan untuk membagi dividen di kalangan pemegang saham atau berbagi keuntungan di antara mitra suatu usaha ekonomi. Sifat motivasi organisasi demikian sangatlah berbeda dalam arti bahwa mereka cenderung untuk mendorong kekuatan-kekuatan koperatif melalui berbagai bentuk investasi berdasarkan persekutuan dalam bermacammacam bentk seperti musyarakah, mudharabah, dan lain-lain. Sebagai akibatnya, pengertian tentang keuntungan biasa mempunyai arti yang lebih luas dalam kerangka ekonomi Islam karena bunga pada modal tidak dapat dikenakan lagi. Modal manusia yang diberikan oleh manajer harus diintegrasikan dengan modal yang berbentuk uang. Perilaku mengutamakan kepentingan orang lain dalam Islam, mungkin berbeda dalam kenyataan dan siasat pengelolaannya, kecuali bila secara kebetulan perilaku sebenarnya dari organisasi tersebut serupa dengan tindakan yang diperlukan dalam memaksimalkan keuntungan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen tidak berusaha untuk mencari laba. Arti yang sesungguhnya bahwa organisasi Islam sebagai faktor produksi berbeda dengan organisasi dalam ekonomi konvensional/secular, baik pada tingkatan konseptual maupun pada tingkatan operasional dalam usaha menyelaraskan banyaknya tujuan yang tunduk pada kendala-kendala keuntungan. Karena sifat terpadu organisasi inilah tuntutan akan integritas moral, ketepatan dan kejujuran dalam proses perakunan (accounting) jauh lebih diperlukan daripada dalam organisasi secular. Faktor manusia dalam produksi dan strategi usaha mempunyai signifikansi lebih diakui dibandingkan dengan strategi manajemen lainnya yang didasarkan pada memaksimalkan keuntungan atau penjualan. 6. Fungsi Produksi Berikut ini beberapa asumsi dasar yang melandasi analisa fungsi produksi dalam pandangan konvensional, yaitu: Kegiatan produksi tidak hanya dilakukan terbatas oleh perusahaan saja. Misalnya memelihara taman depan rumah sehingga asri (mengkombinasikan mesin, tenaga kerja, tanah dan keahlian) juga termasuk kegiatan produksi (dilakukan oleh rumah tangga). Dengan demikian maka bahasan utama dalam ekonomi konvensional adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan atau suatu organisasi dengan bentuk badan hukum tertentu yang bertujuan mencari keuntungan.

11

Kondisi pasar yang eksis dalam industri adalah pasar persaingan sempurna. Sehingga dengan asumsi ini output setiap perusahaan merupakan bagian kecil dari keseluruhan output yang dibutuhkan oleh pasar. Setiap perusahaan bebas keluar-masuk dalam industri (free entry-exit). Implikasi dari asumsi ini adalah adanya tarikan yang kuat pada industri yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi. Biaya (Cost) Secara umum biaya dikelompokkan menjadi dua bagian: Biaya implisit: biaya yang diakui tanpa mengeluarkan uang kas secara nyata, contohnya penyusutan dan opportunity cost. Biaya eksplisit: biaya yang dengan jelas mengeluarkan uang kas, dalam jangka pendek terdiri dari: o Biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) o Biaya total (total cost) terdiri dari total biaya tetap (total fixed cost) dan total biaya variabel (total variable cost) (TC) = TFC + TVC o Biaya rata-rata (average cost) terdiri dari biaya tetap rata-rata (average fixed cost) dan biaya variabel rata-rata (average variable cost) ATC/AC = AFC + AVC o Biaya marginal, biaya tambahan dari satu unit output yang dihasilkan yang direpresentasikan dari turunan pertama biaya total MC = TC
ATC/TC = TC = TFC + TVC Q Q Q

MC= TC/ Q

12

Penggunaan Faktor Produksi Untuk memproduksi suatu barang (q) dapat diformulasikan q = f(K,L) yang menunjukkan jumlah maksimum barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan berbagai alternatif kombinasi input modal (K) dan tenaga kerja (L).

13

Kombinasi dua jenis faktor produksi yang memberikan tingkat hasil yang sama ditunjukkan dalam kurva isoquant seperti gambar 2 diatas. Sumbu vertikal adalah modal yang direpresentasikan dengan mesin (per jam) dengan sumbu horizontal tenaga kerja (per jam). Pada gambar 2 semakin jauh isoquant dari titik origin semakin besar jumlah output yang dihasilkan dan semakin banyak jumlah input yang digunakan. Dalam produksi jangka panjang seluruh faktor produksi seluruhnya bersifat variabel atau dengan kata lain tidak terdapat lagi biaya tetap seperti halnya produksi dalam jangka pendek. Perusahaan dapat memilih kombinasi penggunaan input sesuai dengan skala produksi yang diharapkannya. Dalam hal penambahan faktor input produksi maka implikasi dari hal tersebut adalah perubahan dari output produksi sebagai variabel dependen produksi. Ada tiga fenomena yang biasanya muncul akibat penambahan faktor produksi yang berkaitan dengan ouput produksi, yaitu: Skala hasil yang tetap (constant return to scale): kenaikan output memiliki proporsi yang sama dengan penambahan input Skala hasil yang meningkat (increasing return to scale): kenaikan output memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan input Skala hasil yang menurun (decreasing return to scale): kenaikan output memiliki proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan penambahan input.

14

Pendapatan (Revenue)

15

Salah satu parameter keberhasilan dalam berproduksi adalah jumlah pendapatan(revenue) yang didapatkan dari kegiatan produksi. Pendapatan (revenue) dapat dinotasikan dengan: TR=Pd x Q Dalam kaitannya dengan penghitungan keuntungan maka diperlukan nilai marginal (tambahan satu unit) dari pendapatan yaitu marginal revenue (MR) MR=TR

MR= TR /

Berdasarkan asumsi pasar dalam keadaan sempurna maka kurva umum dari MR adalah garis horizontal yang nilainya sama dengan permintaan (D), pendapatan ratarata (AR) dan harga (P). Keuntungan (Profit) Dengan berdasarkan ke tiga asumsi produksi konvensional maka tujuan utama perusahaan dalam industri dapat dinotasikan dengan: Profit = Total Revenue Total Production Cost Dalam pandangan Islam profit bukanlah satu-satunya dan tujuan utama dalam berproduksi (telah dijelaskan diatas). Begitu pula fungsi profit menurut Islam yang muatannya berbeda dengan pandangan konvensional, antara lain mempertimbangka hal-hal berikut: Zakat Perniagaan Tingkat rate nya 2,5% yang diwajibkan bagi penjualan yang telah memenuhi dua kriteria o Batas minimal (nisab) setara dengan 96 gram emas o Masa kepemilikan (haul) lebih dari 1 tahun Objek zakat perniagaan adalah profit (revenue minus cost). Beberapa pandangan para ulama mengenai komponen biaya dalam hal ini antara lain: o Biaya tetap diperhitungkan sehingga yang menjadi objek zakat adalah economic rent o Hanya biaya variabel saja yang diperhitungkan atau quasi rent Berdasarkan pandangan yang manapun, zakat perniagaan tidak sama sekali memberikan pengaruh terhadap ATC, yang berarti tidak pula berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan. Pada kurva MC zakat perniagaan juga tidak memberikan pengaruh sehingga kurva penawaran tidak akan berubah. Di sisi lain pajak penjualan yang umumnya dibebankan dalam penjualan justru akan berpengaruh terhadap: o Turunnya laba atau keuntungan o Turunnya tingkat laba maksimum o Berkurangnya jumlah barang yang diproduksi.

16

Biaya Eksternal Dalam konvensional berdasarkan asumsi maksimalisasi keuntungan yang hendak dicapai mendorong produsen melimpahkan sebagian biaya yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak lain yang disebut biaya eksternal. Contoh dari biaya eksternal adalah biaya penyaringan limbah atau daur ulang buangan pabrik yang mengakibatkan biaya kesehatan tambahan bagi masyarakat sekitar atau biaya hilangnya lingkungan yang bersih yang menjadi hak masyarakat. Tindakan tersebut dalam Islam adalah zhalim dan tidak adil, pandangan adil dalam Islam diterjemahkan menjadi: o Dilarang melakukan mafsadah o Dilarang melakukan ghoror o Dilarang melakukan maisir o Dilarang melakukan transaksi riba Dengan demikian menimbulkan biaya eksternalitas yang buruk bagi masyarakat sama halnya melanggar prinsip adil yang pertama dalam Islam. Sehubungan dengan prinsip tersebut maka biaya eksternalitas yang buruk dalam Islam adalah biaya internalitas yang merupakan tanggung jawab produsen sepenuhnya. Sehingga di dapatlah fungsi keuntungan dalam Islam sebagai berikut: Profit Zakat= Total Revenue Total Cost (Production Cost* + External Cost)

E. Prinsip-prinsip Produksi Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan) demiian pula produksi dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa guna falah tersebut. Di bawah ini ada beberapa implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, antara lain : 1. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami Sejak dari kegiatan mengorganisisr faktor produksi, proses produksi hingga pemasaran dan dan pelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti moralitas Islam. Metwally (1992) mengatakan perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya. Produksi barag dan jasa yang dapat merusak moralitas dan menjauhkan manusia dari nilai-nilai relijius tidak akan diperbolehkan. Terdapat lima jenis kebutuhan yang dipandng bermanfaat untuk mnecapai falah, yaitu : 1. kehidupan, 2. harta, 3. kebenaran, 4. ilmu pengetahuan dan 5. kelangsungan keturunan. Selain itu Islam juga mengajarkan adanya skala prioritas (dharuriyah, hajjiyah dan tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi serta melarang sikap berlebihan, larangan ini juga berlaku bagi segala mata rantai dalam produksinya.

17

2. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan Kegiatan produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni dengan lingkungan sosial dan lingkungan hidup dalam masyarakat dalam skala yang lebih luas. Selain itu, masyarakat juga nerhak menikmati hasil produksi secara memadai dan berkualitas. Jadi produksi bukan hanya menyangkut kepentingan para produsen (staock holders) saja tapi juga masyarakat secara keseluruhan (stake holders). Pemerataan manfaat dan keuntungan produksi bagi keseluruhan masyarakat dan dilakukan dengan cara yang paling baik merupakan tujuan utama kegiatan ekonomi. 3. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya kelangkaan sumber daya ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan manusia saja, tetapi juga disebabkan oleh kemalasan dan pengabaian optimalisasi segala anugerah Allah, baik dalam bentuk sumber daya alam maupunmanusia. Sikap terserbut dalam Al-Quran sering disebut sebagai kezaliman atau pengingkaran terhadap nikmat Allah. Hal ini akan membawa implikasi bahwa prinsip produksi bukan sekedar efisiensi, tetapi secara luas adalah bagaimana mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya ekonomi dalam kerangka pengabdian manusia kepada Tuhannya. Kegiatan produksi dalam perspektif Islam bersifat alturistik sehingga produsen tidak hanya mengejar keuntungan maksimum saja. Produsen harus mengejar tujuan yang lebih luas sebagaimana tujuan ajaran Islam yaitu falah didunia dan akhirat. Kegiatan produksi juga harus berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan kebajikan bagi masyarakat. Prinsip pokok produsen yang Islami yaitu : 1. memiliki komitmen yang penuh terhadap keadilan. 2. memiliki dorongan untuk melayani masyarakat sehingga segala keputusan perusahaan harus mempertimbangkan hal ini. 3. optimasi keuntungan diperkenankan dengan batasan kedua prinsip di atas.

Prinsip-prinsip produksi menurut pandangan beberapa tokoh ekonomi Islam adalah sebagai berikut: 1. Mannan (1992) menyebutkan bahwa kegiatan produksi dalam perspektif Islam bersifat altruistik, yaitu mementingkan kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan diri sendiri, karena secara umum Islam menekankan keseimbangan antara keduanya. Adanya perilaku altruistik ini menuntut produsen muslim tidak hanya mengejar keuntungan maksimum saja, sebagaimana dalam kapitalisme, tetapi dia mempunyai tujuan lebih luas yaitu mencapai falah di dunia dan akhirat. Lebih jauh sebagai konsekuensi dari sifat altruistik ini maka prinsip produksi Islam menolak dua konsep ekonomi konvensional dalam produksi yaitu Pareto Optimal dan Given Demand Hypothesis karena tidak sejalan dengan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam.

18

2. Siddiqi (1992) mengatakan bahwa prinsip-prinsip produksi dalam Islam adalah : Memiliki komitmen penuh terhadap keadilan Memiliki dorongan untuk menciptakan kebajikan Optimalisasi keuntungan diperkenankan dengan batasan kedua prinsip di atas, artinyaupaya optimalisasi keuntungan tidak boleh dilakukan dengan meninggalkan prinsip keadilan dan kebajikan bagi kesejahteraan masyarakat keseluruhan. Sesungguhnya penerapan prinsip-prinsip produksi dalam Islam ternyata sangat kondusif bagi upaya produsen untuk mencapai keuntungan yang maksimum, terutama dalam jangka panjang. Jika perusahaan mengutamakan keadilan dan kebajikan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka dengan sendirinya dalam jangka panjang eksistensi perusahaan akan lebih terjamin. Jadi, tujuan keadilan dan kebajikan dalam produksi akan berkorelasi positif dengan keuntungan yang dicapai perusahaan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar produksi di atas maka tujuan produksi dalam perspektif Islam tidak hanya berorientasi pada mencari keuntungan yang maksimal, tetapi juga dalam rangka optimalisasi falah, dan secara spesifik Siddiqi (1992) menguraikan tujuan produksi sebagai berikut: 1. Pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat. 2. Menemukan kebutuhan masyarakat. 3. Persediaan terhadap kemungkinan-kemungkinan di masa depan. 4. Persediaan bagi generasi mendatang. 5. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah. Dengan mendasarkan pada prinsip umum ekonomi syariah, maka dari ayat-ayat AlQuran dapat diderivasikan prinsip-prinsip produksi Islam, sebagai berikut: 1. Kesadaran manusia sebagai seorang khalifah Manusia menyandang status sebagai seorang khalifah di bumi. Khalifah ini diberiamanat olehAllah untuk memakmurkan bumi. Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta dan manusia sebagai penguasanya. Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat,Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata,Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman,Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui. (QS Al-Baqarah:30) Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhan-mu

19

amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Anam: 165) Pemberian amanah dari Allah kepada manusia mengenai bumi ini bertujuan agar manusia dapat memanfaatkan isi bumi dan memperoleh pendidikan agar manusia ingat nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah. Amanah yang diembankan kepada manusia ini pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bekerja dan mencari karunia-Nya. Islam menganggap kerja sebagai cara yang paling utama untuk mencari rezeqi dan tiang pokok produksi. Sesungguhnya Allah akan memberikan kepada seorang muslim (sebagai khalifah) yang bekerja suatu penghidupan yang baik dan memberikan balasan kepada mereka berupa pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya. (QS An-Naml:62) Dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, manusia dilarang bermalas-malasan. Untuk dapat menghasilkan hasil produksi yang maksimal madiperlukankemauan kerja secara maksimal. Sesungguhnya kemauan kerja merupakan hal yang fithnah dalam kejiwaan manusia yang hukumnya telah diputuskan oleh kebutuhan manusia untuk mewujudkan keinginan-keinginannya. Di dalam Al-Quran, Allah telah memerintahkan manusia untuk bekerja keras memanfaatkan semua sumber dayaitu seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karuniaNya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (QS Al-Qasas:73) Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. (QS. Ar-Ruum:23)

20

Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (QS An-Naba:11)

2.

Pengoptimalan fungsi indera dan akal.

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman,Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! (QS. Al-Baqarah:31) Tidakkah kau perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. (QS Luqman:20) Manusia oleh Allah telah diberi kesempurnaan indera dan akal pikiran sehingga memungkinkannya untuk dapat memanfaatkan kekayaan yang dikandung oleh alam semesta. Akal merupakan modal yang sangat mahal dan berharga yang dikaruniakan Allah hanya kepada manusia. Optimalisasi pemanfaatan akal akan mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan. Dengan modal indera dan akal maka manusia sebagai khalifah dapat memaksimalkan potensinya untuk mencapai tingkat penghidupan yang lebih baik dengan memberdayakan segala kekayaan di alam yang telah dibentangkan oleh Allah bagi manusia. Dengan akal dan indera pula manusia. F. Tujuan Produksi Tujuan dari kegiatan produksi mencapai dua hal pokok pada tingkat pribadi muslim dan umat Islam adalah : 1. Memenuhi kebutuhan setiap individu. Di dalam ekonomi Islam kegiatan produksi menjadi sesuatu yang unik dan istimewa sebab di dalamnya terdapat faktor itqan (profesionalitas) yang dicintai Allah dan ihsan yang diwajibkan Allah atas segala sesuatu. Pada tingkat pribadi muslim, tujuannya adalah merealisasi pemenuhan kebutuhan baginya.

21

2. Merealisasikan kemandirian umat, hendaknya umat memiliki berbagai kemampuan,

keahlian dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan material dan spiritual. Dalam upaya merealisasikan pemenuhan kebutuhan umat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu : 1. Melakukan perencanaan. Perencanaan yang dilakukan seperti disyariatkan oleh Nabi Yusuf adalah selama 15 tahun. Perencanaannya mencakup produksi, penyimpanan, pengeluaran dan distribusi. 2. Mempersiapkan sumberdaya manusia dan pembagian tugas yang baik. 3. Memperlakukan sumber daya alam dengan baik. 4. Keragaman produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan umat. 5. Mengoptimalkan fungsi kekayaan berupa mata uang. 6. Penetapan upah.

22

You might also like