You are on page 1of 7

Mekanisme Pengaruh Perubahan Harga Saham terhadap PDB

Pada gambar 1, pengaruh perubahan harga saham (stock prices) terhadap PDB riil, dapat dijelaskan melalui empat cara, yaitu : (1) teori Tobins q, (2) efek kekayaan dalam rumah tangga, (3) efek likuiditas dalam rumah tangga dan (4) Efek terhadap balance sheet perusahaan dalam hal penyaluran kredit. Oleh sebab itu , menurut Mishkin (2001 dan 2004), mekanisme transmisi kebijakan moneter yang melalui harga saham dapat dijelaskan melalui empat cara tersebut. Selain empat jalur tersebut, Altissimo et al (2005), menunjukkan satu jalur tambahan yang disebut confidence channel.

Sumber : Mishkin (2004, p 619)

Gambar 1 Rincian Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter 1. Tobins q : Harga Saham dan Investasi Menurut Romer (2006 p.395), Tobins q merangkum semua informasi masa depan yang relevan dengan pengambilan keputusan investasi perusahaan. Dengan kata lain, teori Tobins q dapat memberikan penjelasan mengenai

mekanisme

bagaimana

perubahan

harga

saham

dapat

mempengaruhi

perekonomian yang dapat direpresentasikan dengan PDB riil melalui perubahan dalam investasi riil perusahaan. Tobins q, merupakan rasio dari nilai pasar dari modal suatu perusahaan dibandingkan nilai bukunya. Nilai buku dari modal perusahaan disebut juga biaya penggantian modal (replacement cost of capital). Jika nilai Tobins q suatu perusahaan tinggi, harga pasar dari saham perusahaan relatif lebih tinggi dari nilai bukunya. Oleh sebab itu, penambahan investasi fisik baru, misalnya dalam bentuk peralatan dan pabrik, dapat dibiayai dengan menjual lebih sedikit saham baru pada saat harga pasar tinggi dibandingkan pada harga saham sesuai pembukuan perusahaan. Cara lain untuk menjelaskan mekanisme Tobins q dilakukan oleh Altissimo et al. (2005). Misalkan nilai q suatu perusahaan lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan bahwa nilai buku dari modal perusahaan berkenaan lebih kecil dari nilai pasarnya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa pasar menilai saham suatu perusahaan lebih tinggi dari nilai bukunya. Oleh sebab itu, perusahaan dapat menjual tambahan saham lebih sedikit dan menginvestasikan uang yang didapat dari hasil menjual tambahan saham tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat hubungan antara harga pasar saham dengan investasi dan selanjutnya dengan pertumbuhan PDB riil. Sebaliknya, apabila nilai q rendah perusahaan tentu tidak akan melakukan tambahan investasi baru karena nilai pasar perusahaan relatif lebih rendah dari biaya kapital atau nilai buku saham perusahaan. Pada saat q rendah, investasi baru akan rendah juga. Menurut Mishkin, teori Tobins q memberikan penjelasan yang baik bagi rendahnya sangat rendahnya pengeluaran investasi pada masa depresi besar di Amerika Serikat, dimana harga-harga saham menurun sangat tajam. Demikian pula pada saat krisis ekonomi di Indonesia yang dimulai pada akhir tahun 1997, harga-harga saham menurun tajam, yang ditandai dengan anjloknya IHSG yang diikuti dengan penurunan tajam PDB riil. Penjelasan tersebut dapat digeneralisasi untuk kasus pasar saham secara keseluruhan. Peningkatan harga-harga saham seluruh perusahaan, yang tercermin

dalam peningkatan indeks harga saham, berpotensi meningkatkan nilai Tobins q seluruh perusahaan. Apabila seluruh perusahaan melihat bahwa nilai Tobins q lebih dari satu, mereka mungkin akan memutuskan untuk menjual tambahan saham untuk membiayai tambahan investasi. Selanjutnya, tambahan investasi berpotensi menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Penjelasan mengenai Tobins q diatas, hanya menunjukkan hubungan antara harga saham dan investasi yang selanjutnya berpengaruh terhadap PDB riil. Selanjutnya bagaimana hubungan antara Tobins q dan perubahan BI rate atau adanya kebijakan moneter? Secara sederhana, misalnya BI melakukan ekspansi moneter dengan menurunkan tingkat bunga SBI yang selanjutnya dapat meningkatkan jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar menyebabkan masyarakat mempunyai merasa memiliki uang tunai lebih banyak dan cenderung untuk meningkatkan pengeluarannya. Salah satu peningkatan pengeluaran diperuntukkan untuk melakukan investasi finansial dengan membeli saham. Peningkatan permintaan saham akan meningkatkan harga-harga saham, Tobins q, investasi dan akhirnya dapat meningkatkan PDB riil.

2. Perubahan Harga Saham dan Efek Kekayaan Rumah Tangga Perubahan harga saham dapat mempengaruhi PDB riil melalui perubahan tingkat kekayaan seseorang dan tingkat konsumsi barang dan jasa untuk kebutuhan sehari-hari (non durable goods and services). Menurut Mishkin kesimpulan tersebut dapat dijelaskan melalui hipotesis konsumsi seumur hidup (life cycle hypothesis) dari Franco Modigliani. Dasar pemikiran Modigliani adalah bahwa setiap konsumen atau rumah tangga dalam perekonomian berusaha untuk membuat pola konsumsinya tidak berfluktuasi secara ekstrim (smooth) sepanjang hidupnya, menyesuaikan dengan kekayaan yang dimiliki sepanjang hidup dan tidak hanya berdasarkan pendapatannya pada saat ini. Menurut penjelasan Modigliani, komponen utama dari kekayaan seorang konsumen adalah aset finansial, dengan komponen utama adalah saham. Ketika harga saham meningkat, maka nilai dari kekayaan finansial juga akan meningkat

yang selanjutnya akan meningkatkan kekayaan yang dimiliki seorang konsumen. Peningkatan kekayaan akan memberikan pilihan bagi seorang konsumen untuk membelanjakannya semasa ia masih hidup atau mewariskan atau

menyumbangkannya pada orang lain pada orang lain setelah ia meninggal. Kebanyakan individu tentu akan meningkatkan tingkat konsumsinya. Selanjutnya dengan terjadinya peningkatan konsumsi, maka secara agregat dapat

meningkatkan PDB riil. Hal penting yang perlu dicatat adalah, peningkatan konsumsi yang terjadi akibat kenaikan kekayaan ini menurut Modigliani hanyalah untuk pengeluaran konsumsi terhadap barang dan jasa untuk keperluan sehari-hari atau barang dan jasa tidak tahan lama (non durable goods and services). Selanjutnya, ekspansi moneter dapat menyebabkan kenaikan harga saham. Kenaikan harga saham dapat meningkatkan nilai kekayaan konsumen dan pada gilirannya, peningkatan nilai kekayaan konsumen dapat meningkatkan konsumsi dan akhirnya terjadi peningkatan PDB riil.

3. Efek Harga Saham terhadap Likuiditas Rumah Tangga Perubahan harga saham dapat mempengaruhi PDB riil melalui perubahan nilai aset finansial yang dimiliki konsumen, kemungkinan konsumen mengalami kesulitan likuiditas dan tingkat konsumsi barang dan jasa tahan lama (durable goods and services). Selisih antara pendapatan dan pengeluaran seorang konsumen (balance sheet) dapat menjadi indikator penting untuk memprediksikan apakah seorang konsumen akan mengalami kesulitan keuangan atau likuiditas (financial distress) di masa yang akan datang. Apabila seorang konsumen memiliki aset yang lebih besar relatif terhadap hutang mereka, estimasi terjadinya kesulitan likuiditas sangat rendah. Selanjutnya, ketika harga saham meningkat, maka nilai aset finansial konsumen tersebut juga akan meningkat. Peningkatan kekayaan tersebut menyebabkan penurunan kemungkinan konsumen

bersangkutan untuk mengalami kesulitan keuangan. Dalam kondisi tersebut, konsumen bersangkutan akan lebih menyukai melakukan pengeluaran untuk membeli barang-barang tahan lama atau perumahan. Pada akhirnya, peningkatan

konsumsi barang tahan lama dan perumahan tersebut akan meningkatkan PDB riil.

4. Efek Harga Saham terhadap Balance sheet Perusahaan Perubahan harga saham dapat mempengaruhi PDB riil melalui perubahan peluang terjadinya informasi yang asimetrik di pasar kredit. Dalam kasus ini, informasi yang asimetrik terjadi apabila pihak yang memberikan pinjaman tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai pihak yang mengajukan pinjaman, sehingga berpeluang menghasilkan keputusan yang salah. Secara garis besar informasi yang asimetrik ini dapat terjadi sebelum terjadinya kontrak kredit (adverse selection) dan setelah terjadinya kontrak kredit (moral hazard). Nilai bersih (net worth) perusahaan akan terpengaruh terhadap fluktuasi harga saham perusahaan bersangkutan. Apabila terjadi penurunan harga saham maka nilai bersih perusahaan akan juga menurun. Penurunan nilai bersih perusahaan tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya adverse selection dalam pengajuan kredit. Pihak bank yang akan memberikan kredit dalam situasi tersebut akan menghadapi problem adverse selection yang lebih buruk, karena pada dasarnya nilai jaminan dari kredit yaitu nilai bersih perusahaan berkurang dengan menurunya harga saham perusahaan bersangkutan. Selain itu dalam situasi yang sama, akan terjadi peningkatan peluang terjadinya moral hazard. Pemilik perusahaan merasa nilai perusahaan yang dimilikinya berkurang dan perusahaan yang dimilikinya akan lebih berpotensi untuk terlibat dalam investasi yang beresiko lebih tinggi. Pada akhirnya peluang untuk mengembalikan pinjaman menjadi berkurang. Situasi sebaliknya terjadi apabila harga saham meningkat. Peningkatan harga saham suatu perusahaan akan diikuti dengan peningkatan nilai bersih dari perusahaan. Selanjutnya peningkatan nilai bersih dari perusahaan akan menyebabkan penurunan terjadinya simetrik informasi di pasar kredit, sehingga memperbesar peluang meningkatnya perjanjian kredit dan selanjutnya dapat meningkatkan investasi. Pada akhirnya peningkatan investasi akan dapat

meningkatkan PDB riil. Kebijakan moneter dalam hal ini peningkatan BI rate, akan meningkatkan harga saham dan efek selanjutnya sama dengan yang telah dijelaskan diatas.

5. Pengaruh Harga Saham terhadap PDB melalui Confidence Channel Menurut Altissimo et al. (2005), perubahan dalam pasar modal dapat mempunyai efek tidak langsung terhadap PDB riil melalui pengaruhnya terhadap kepercayaan konsumen dan perusahaan terhadap kondisi perekonomian. Penurunan harga-harga saham dapat menjadi pertanda buruk bagi prospek perekonomian, yang akan mengubah perhitungan resiko pelaku pasar.

Konsekuensinya, insentif bagi konsumen dan perusahaan untuk melakukan pengeluaran akan menurun. Dari sisi konsumen, tingkat konsumsi akan menurun dan dari sisi perusahaan tingkat investasi akan menurun. Sebagai contoh, penurunan tajam pada harga saham akan memaksa perusahaan-perusahaan, termasuk perusahaan yang tidak mengeluarkan saham di bursa, untuk merevisi perkiraan keuntungan mereka dan mengurangi atau menunda investasi. Selain itu, penurunan harga saham dan lemahnya keyakinan bisnis akan meningkatkan tingkat penghindaran resiko (risk aversion) investor. Investor selanjutnya akan mengurangi portfolio aset yang beresiko dan menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk aset yang beresiko, sehingga akan mempengaruhi perekonomian dalam bentuk tingkat bunga yang lebih tinggi dan harga saham yang lebih rendah dan pengaruh negatif terhadap investasi. Selanjutnya Altisimo et al. menyatakan bahwa jalur kepercayaan (confidence channel) ini konsisten dengan pemikiran bahwa harga-harga saham dapat berguna sebagai indikator utama bagi aktivitas ekonomi riil, yang telah terbukti secara empiris untuk negara-negara eropa. Oleh karena harga saham merefleksikan ekspektasi pelaku pasar terhadap kinerja keuangan sebuah perusahaan di masa depan dan hal tersebut sangat terkait dengan aktivitas ekonomi perusahaan, maka untuk keseluruhan perusahaan dalam perekonomian,

harga saham dapat digunakan untuk membantu memprediksi pertumbuhan ekonomi.

You might also like