You are on page 1of 3

Kajian Stilistika dalam Puisi Goenawan Mohammad Pada kritik sastra ini prosedur digunakan dalam kajian stilistika,

diantaranya : 1. Aspek gaya dalam karya sastra. 2. Aspek-aspek kebahasaan seperti manipulasi paduan bunyi, penggunaan tanda baca dan cara penulisan. 3. Gagasan atau makna yang dipaparkan dalam karya sastra (Aminuddin : 1995 :42-43).

Implikasi Kajian Stilistika dalam Puisi Goenawan Mohammad Kwartin Tentang Sebuah Poci Pada keramik tanpa nama itu Kulihat kembali wajahmu Mataku belum tolol, ternyata untuk sesuatu yang tak ada

Apa yang berharga pada tanah liat ini Selain separuh ilusi Sesuatu yang kelak retak dan kita membikinnya abadi 1. Sistem Tanda yang Digunakan Pengarang Pada puisi Goenawan Mohammad di atas bila diperhatikan terdapat paparan gagasan dalam komunikasi keseharian, namun jika ditinjau lebih lanjut dalam setiap kata, larik, bait dan tanda yang digunakan tentulah memiliki beban maksud penutur. Misalnya pada larik sesuatu yang kelak retak dapat menuasakan gagasan kehidupan manusia itu tidak abadi. Serta penggunaan lambang retak biasanya mengacu pada benda yang mudah pecah namun di sini pengarang ingin memberikan efek emotif sehingga retak tak lagi mengacu pada makna realitas namun secara asosiatif dihubungkan dengan kematian atau kefanaan tubuh manusia.

2.

Gaya Pemilihan Kata

Gaya pemilihan kata pada dasarnya digunakan pengarang untuk memberikan efek tertentu serta untuk penyampaian gagasan secara tidak langsung sehingga memiliki kekhasan tersendiri. Pada puisi Goenawan Mohammad pun terdapat manipulasi penggunaan kata misalnya pada larik Apa yang berharga pada tanah liat ini Penggunaan kata tanah liat pada paparan tersebut dapat diartikan dengan apa yang berharga dari tubuh manusia ini apabila pengarang menuliskan gagasan dengan Apa yang berharga pada tanah liat ini, tanah liat hanyalah tanah yang halus. Tentu asosiasinya menjadi lain.

3. Penggunaan Bahasa Kias

Bahasa kias merupakan penggantian kata yang satu dengan kata yang lain berdasarkan perbandingan ataupun analogi ciri semantis yang umum dengan umum,yang umum dengan yang khusus ataupun yang khusus dengan yang khusus. Perbandingan ataupun analogi tersebut berlaku secara proporsional, dalam arti perbandingan itu memperhatikan potensialitas kata-kata yang dipindahkan dalam menggambarkan citraan maupun gagasan baru (Aminuddin : 1995 : 227). Kiasan yang dimaksud memiliki tujuan untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih subyektif dalam bahasa puisi. Pada puisi Goenawan Mohammad kiasan yang banyak digunakan adalah metafora yakni kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan langsung itu tidak disebutkan. Jadi ungkapan itu langsung berupa kiasan. Contoh klasik : Lintah darat, bunga bangsa, kambing hitam dan sebagainya (Herman J. Waluyo : 1987 : 84). Dalam Kwatrin Tentang Sebuah Poci Goenawan Mohammad, wajah manusia dikiaskan sebagai sebuah keramik tanpa nama.

4. Pengimajian Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian dan data konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau cita rasa. Baris-baris puisi Goenawan yaitu Pada keramik tanpa nama itu kulihat kembali wajahmu menunjukkan adanya pengimajian secara visual (melukiskan sesuatu melalui imaji penglihatan).

5. Penggunaan bunyi Pada kutipan puisi Goenawan Mohammad terdapat kesamaan rima yakni pada kata ini yang terdapat dalam baris ke-5 dan ilusi pada baris ke-6 serta terdapat juga kesamaan rima yakni pada baris ke-7 pada kata kelak retak. 6. Makna puisi Pada puisi Goenawan Mohammad gagasan yang ingin disampaikan dalam puisi Kwartin Tentang Sebuah Poci adalah kehidupan yang tak abadi namun dipaparkan semisal dalam larik pada keramik tanpa nama itu / kulihat kembali wajahmu dapat diasosiasikan, keramik pada larik tersebut maknanya adalah benda yang terbuat dari tanah liat dan sifatnya mudah pecah hal ini disamakan dengan manusia yang merupakan benda dan tubuhnya bisa rusak kemudian larik mataku belum tolol, ternyata / untuk sesuatu yang tak ada dapat diasosiasikan dengan melihat sesuatu yang akan musnah untuk larik Apa yang berharga pada tanah liat ini / selain separuh ilusi dapat diasosiasikan sebagai apa yang berharga pada tubuh manusia selain bayang-bayang dan larik terakhir yaitu sesuatu yang kelak retak / dan kita membikinnya abadi dapat diasosiasikan dengan tubuh manusia ini seakan hanya bayang-bayang yang suatu saat akan rusak / tidak abadi dan melalui tubuh manusia yang tak abadi ini manusia membuat sesuatu yang abadi.

Daftar Rujukan

Aminuddin. 1995. Stilistika, Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press. Waluyo, Herman. J. 1987. Teori dan Apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga. Wellek, Rene, dan Warren, Austin. 1990. Teori Kesusasteraan.

You might also like