You are on page 1of 62

PANDANGAN KH ABDURRAHMAN WAHID TENTANG ISLAM DAN NEGARA PANCASILA Saefur Rochmat1 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berusaha

menempatkan Islam dalam konteks modern di Indonesia dalam wajah politik yang tidak monolitik, yang tidak menghadapkan strategi perjuangan umat dengan strategi pembangunan nasional. Artikel ini berusaha meneliti pemikirannya tentang hubungan Islam dengan Negara Pancasila. Peneriman NU terhadap asas tunggal Pancasila pada tahun 1984 dibawah kepemimpinan duet KH Ahmad Siddiq dan KH Abdurrahman Wahid merupakan kelanjutan historis dalam sejarah NU. Pada tahun 1936 NU menjustifikasi Hindia Belanda sebagai dar al-Islam (negeri muslim) karena adanya
1

Saefur Rochmat adalah tenaga pengajar pada FIS Universitas Negeri Yogyakarta dan dapat dihubungan melalui rochmat@yahoo.com

Lembaga Kepenghuluan (Het Kantoor voor Inlandsche zaken), suatu lembaga yang secara khusus mengurus kepentingan umat Islam, dan umat Islam memiliki kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya sebagai condition sine qua non bagi esksistensi negara. Islam melihat negara sangat penting untuk menghindari terjadinya anarkhi, tetapi Islam tidak mempunyai konsep kenegaraan. Karena itu umat Islam tidak bersikeras mendirikan negara Islam. Ada tiga alasan penerimaan umat Islam pada Negara Pancasila, yaitu alasan pluralitas bangsa Indonesia, justifikasi fiqih NU, dan tradisi keilmuan NU. Kata kunci: Islam, Negara Pancasila, Hindia Belanda, kebebasan, anarkhi, pluralisme, fiqih NU, dan tradisi keilmuan NU.

Mengetahui

para

pemikiran Islam baik

dari

dalam luar

negeri negeri (87%) Indonesia Islam. banyak peranan sejalan laju

maupun mayoritas penduduk beragama Memang

sangat penting karena

ilmuwan sosial politik meramalkan penurunan dengan mereka negatif modernisasi. yang Islam kita agama akan mengalami

modernisasi dan bahkan memandang dalam Akan mayoritas masih agama menjadi faktor

tetapi di negara-negara penduduknya beragama melihat peranan agama yang begitu dominan di dalam kehidupan. Wajah terlihat peranan jelas Islam yang dari bagi adalah

pemeluknya

dalam bidang politik. Banyak ilmuwan dan awam baik Muslim

maupun melihat sebagai politik. sejarah

non-Muslim image agama Islam yang dengan Memang awal Islam wajah

berkelindan

perkembangan menunjukkan

politik, dimana umat Islam harus berperang melawan berpihak Islam berhasil kekuatan pada dan umat Islam politik lainnya. Untung

menyebarkan

dari Spanyol di barat sampai India di sebelah timur hanya dua abad mengikuti kelahirannya. Sekarang pun masih cukup banyak umat Islam yang ingin menampilkan politik monoton menghadapi politik terutama pendukung diasumsikan Islam wajah yang untuk kekuatan lainnya, Barat yang sebagai kekuatan

Kristen Mereka kalau Kristen mengakui umat

dan

Yahudi. dan mau Islam

berkeyakinan Yahudi tidak

keberadaan

sebagaimana terjadi di awal sejarah Islam dan ditegaskan dalam AlQuran Baqarah: Sebaliknya Abdurrahman (Gus kalau kepada Madinah Dur) ayat (QS 2 Al120). KH Wahid meyakini itu khusus Nabi ketika

disampaikan

Muhammad SAW di menghadapi kelompokkelompok kaum Yahudi dan Nasrani pokok yang militan. dari kaum terhadap Madinah, bukan namun sikapnya Masalah Yahudi Piagam karenanya, bermotivasi keagamaan, lebih karena persoalan pengkhianatan

kompetisi politik; dan Nabi melawan mereka tidak tetapi pertimbanganpertimbangan politis. Gus ingin politik Piagam manifestasi Islam yang Dur Islam tidak yang menampilkan didorong oleh agama oleh kepercayaan

monoton dan melihat Madinah politik inklusif, sebagai justifikasi bagi

yaitu politik Islam yang menekankan pada nilainilai substansial Islam yang universal seperti keadilan, persamaan, kebebasan, dan syura (demokrasi). Gus Dur sangat kritis terhadap bentuk formal dan politik simbol-simbol diperankan mengingkari substansi dari nilai-nilai Islam Dia tersebut.

Islam yang seringkali

berkeyakinan nilai-nilai

universal Islam selaras dengan nilai-nilai Hakhak Asami Manusia dalam Hak-Hak dia bukan (HAM) Deklarasi 1948 melihat

Asami Manusia tahun sehingga Barat

sebagai musuh tetapi sebagai mitra. Namun dia mengembangkan konsep sendiri menangkal sekulerisasi yang terjadi peradaban Barat. Artikel ini ingin lebih jauh menganalisa pemikiran untuk modern, berkaitan konsep Gus Dur menempatkan terutama dengan negara HAM dari untuk proses seperti dalam lingkungan umat Islam perlu

Islam dalam konteks

Pancasila di Indonesia. Sejauh mana pemikiran Gus Dur mendapatkan justifikasi dalam

pemikiran fiqih (hukum Islam) NU. Artikel dibagi beberapa subbab yang menjelaskan Islam konsep pentingnya untuk anarkhi, tidak punya negara, negara mencegah alasan-alasan

subordinasi Islam pada negara Pancasila, dan hubungan Islam dengan Pancasila. TIDAK KONSEP ISLAM Interaksi politik pasang bermula komunitas Muhammad berhasil kekuasaan dengan suatu Nabi. bimbingan Nabi negara Islam surut. dari umat dan Islam suatu di mengalami ADA NEGARA

bawah bimbingan Nabi SAW. Kemudian umat Islam memperoleh politik membentuk dalam langsung tidak

menyebutnya negara sedangkan Konstitusi suatu dibuat disaksikan berbagai yang plural,

sebagai Islam, dasar Madinah, yang Nabi dan oleh kelompok sebagai untuk suatu

pendirian negara adalah piagam oleh

Muhammad

dalam suatu masyarakat rambu-rambu mengatur

masyarakat yang plural itu dan mereka secara bersama-sama mengahadapi ancaman Setelah Muhammad wafat khalifah Nabi) sistem dan maka dari akan segala luar. Nabi SAW negara

dipimpin oleh seorang (pengganti kemudian

umat Islam menyebut pemerintahan Umat kekhalifahan.

Islam masih memiliki satu negara yang utuh pada masa Khulafaur

Rasyidin, namun pada masa berikutnya kekhalifahan tidak lagi tunggal. Bahkan sistem kekhalifahan kekhalifahan Utsmani menjadi berdirilah yang penduduknya Islam. diantaranya mengatasnamakan sebagai negara Islam walaupun masing pemerintahan malah bertentangan. Umat memiliki dan untuk Islam di suatu daerah tertentu kebebasan jawab bentuk bersama-sama tanggung masingmemiliki yang saling dihapus Turki diganti negara beberapa mayoritas umat Beberapa pada tahun 1924 ketika

modern. Dan sejak itu negara bangsa di daerah

bentuk negara maupun berbeda dan mungkin

merumuskan

sistem sosial yang tepat bagi penerapan nilainilai Islam. Demikian juga negara dengan bentuk hendaknya

dimusyawarahkan oleh sekelompok umat Islam yang berdomisili di suatu daerah tertentu. Dalam kasus minoritas umat Islam di Ethiopia pada zaman Nabi Muhammad SAW tidak dibebani dan memang tidak mereka 56). Islam mungkin bagi mendirikan negara ada

negara Islam (2000b: Bentuk yang

merupakan hasil ijtihad yang mencari legitimasi pada Islam, dan Gus Dur tidak menentang keberadaan negara yang mengatasnamakan Islam. Di umat Islam bangsa mendirikan tetapi Indonesia, Islam tidak negara negara yang

berdasarkan ideologi negara karena mengakui Tuhan Yang

pada Pancasila.

Negara Pancasila bukan agama dan bukan negara sekuler Pancasila adanya Esa,

disamping adanya suatu kementerian/lembaga yang dalam negara dilegitimasi diakui diikuti formal tidak dengan mengurusi menjalankan Pancasila oleh kepentingan umat Islam ibadahnya. Keberadaan

hukum fiqih NU dan eksistensinya pola perilaku yang fiqh. dari itu selama negara masih negara hukum

bertentangan

Kasus-kasus penyimpangan formal penolakan negara pola umum perilaku tidaklah sampai kepada bentuk kenegaraan dan proses

pemerintahan sudah ada. Penerimaan bentuk Pancasila pada final

yang

negara Gus

didasarkan

keyakinan

Dur kalau Islam tidak punya konsep negara Islam. Dia mengikuti argumen Ali Abdel Raziq dalam bukunya Al-Islam wa Qawaid al-Sulthanan (Islam dan Sendi-Sendi Kekuasaan). pernah ada Pertama, doktrin. sendiri politis, moral. Nabi tidak definitif merumuskan dalam Al-Quran tidak Kedua, perilaku Nabi Muhammad tidak watak melainkan Ketiga, pernah secara mekanisme penggantian jabatannya (Wahid, negara 2000a: dalam 1). Islam Tidak adanya konsep karena sesuai dengan memperlihatkan

pendekatan universalitas Islam itu sendiri.


1.

agama Bijaksana tidak (secara sistem Karena

Maka

Allah qathi)

yang

menentukan kenegaraan.

Maha Mengetahui-Nya, bentuk negara di jagad raya sesuai ini bervariasi; letak dengan

geografi dan demografi masing-masing kawasan.


2.

Tugas para Nabi negara, membentuk pribadi dan watak Hadits: alamu lebih bi tahu dunyaakum duniamu). demikian,

dan Rasul tidak untuk membentuk tetapi memberi manusia membentuk manusia. Antum umuri (Kamu urusan Meskipun

kemanusiaan manusia;

dasar-dasar pengelolaan negara jika diinginkan

stabil- telah diletakkan sedemikian sisi sebuah disiratkan firman (QS dan negara Allah: Al-Imran Wa rupa, dengan signifikan. Dua kecenderungan negara dengan Wa 159),

syaawirhum fil amr bagi negara monarkhi amruhum demokrasi sangat negara secara syuura bainahum, bagi (Bisri, 2000: viii-ix). Memang mendirikan harus ideal bila kita dapat Islam. Namun caranya evolusioner agar tidak terjadi kekerasan atas nama Islam. Pemikiran para teoritisi politik terkenal dalam Islam tidaklah mencari pola idealisasi kenegaraan. bentuk Ibn Abi

Rubai, Al-Ghazali, Ibn Taimiyah, Ibn Khaldun dan Al-Mawardi jelasjelas menempuh

perbaikan mencoba masukan untuk

keadaan mencari dari fiqh

secara gradual, dengan

menyempurnakan bentuk-bentuk yang Hanyalah yang menyusun utama telah negara ada. mencoba sebuah (Al-Madinah Ada tiga jenis negara menurut mazhab Syafii, mazhab Islam yang (negara dominan Islam), di dar Indonesia: dar Islam Harb (negara perang), dan dar Sulf (negara damai). Menurut paham ini, negara Islam harus dipertahankan dari serangan luar, karena ia merupakan perwujudan normatif dan fungsional dari kenegaraan Islam, dengan cita-cita dalam ciri Al-Farabi

utopia berjudul Negara Al-Fadhilah).

utama

berlakunya

syariah Islam sebagai undang-undang negara. Negara diperangi, berbahaya kelangsungan negara Islam, perang atau harus karena bagi hidup dan anti-Islam,

dengan demikian akan mengakibatkan dihilangkannya pemberlakuan Islam damai dipertahankan, hukum masih dalamnya, dari syariah undangharus karena

undang negara. Negara

syariah (dalam bentuk agama/fiqih dilaksanakan walaupun atau etika masyarakat) oleh kaum muslimin di tidak melalui legislasi dalam bentuk undangundang negara (Wahid, 1989: 10). Berdasarkan kategori tersebut maka Indonesia bukan termasuk negara Islam,

karena

syariah

tidak

dijadikan sebagai dasar negara. Indonesia dapat dikategorikan sehingga dipertahankan hukum masih dalamnya, sebagai harus karena dar Sulf (negara damai)

syariah (dalam bentuk agama/fiqih dilaksanakan walaupun atau etika masyarakat) oleh kaum muslimin di tidak melalui legislasi dalam bentuk undangundang negara. Pada zaman Muhammad dikenal juga Nabi SAW negara

damai seperti negara Habsyi (Ethiopia) yang melindungi umat minoritas di Islam

dalamnya. Umat Islam di Ethiopia ini tidak dibebani kewajiban negara hukum Islam, agama dengan mendirikan paling yang

tidak mereka mengikuti termaktub dalam fiqih.

Dari uraian ini kita tahu bahwa jangkauan syariah dapat bersifat sangat luas mencakup semua aspek kehidupan manusia dalam bidang ibadah maupun bidang kehidupan (muammallah), disamping penerapan hudud law. Sementara jangkauan syariah di Malaysia, suatu negara yang hudud ditunda. berlaku identik di berdasarkan law dan Islam, tidak mencakup pemberlakuannya Sementara Indonesia yang minoritas Nabi jangkauan syariah yang dengan duniawi

dijalankan pada

umat Islam di Ethiopia zaman Muhammad SAW. SUBORDINASI ISLAM TERHADAP NEGARA PANCASILA

Menurut Gus Dur pada garis besarnya, ada tiga macam responsi dalam hubungan antara Islam dengan Indonesia, responsi responsi Dalam sekali kedudukan negara di yaitu integratif, konfrontatif. responsi dihilangkan formalnya

responsi fakultatif, dan

integratif, Islam sama

dan umat Islam tidak menghubungkan ajaran agama negara. antara dengan ditentukan yang lain, kalau oleh dengan ursan Hubungan kehidupannya negara pola

hidup kemasyarakatan disepakati mereka bersama. Dengan kata menjadi muslim yang sesuai dengan standar, itu terjadi karena latar belakang masing. pendidikan dan kultural masing-

Sedangkan sikap responsif adalah fakultatif jika kekuatan

gerakan Islam cukup besar di parlemen atau di MPR maka mereka akan berusaha membuat perundang-undangan yang ajaran sesuai Islam. dengan Kalau

tidak, mereka juga tidak memaksakan, melainkan berbeda menerima dari ajaran aturan yang dianggap Islam. Sedangkan sifat konfrontatif, sejak awal menolak kehadiran halhal yang dianggap tidak Islami. Gus Dur sejalan dengan afiliasinya pertama. mendukung Pancasila sedikit menginginkan berdirinya negara Islam dan organisasi NU Mayoritas negara hanya yang

mengambil bentuk yang umat Islam Indonesia

dan itupun dilakukan dengan karena melawan pemegang negara dengan masyarakat pelaksanaan negara Konsep konsisten oleh dalam cara mereka damai tidak otoritas kekuasaan melainkan membangun ideal konsep Islam.

yang diyakini sebagai

masyarakat dirumuskan pemikir hingga

ideal ini yang secara para

Muslim modern sejak al-Afghani Sayid Qutb dan alMaududi (Wahid, 1998: 69). 1. Menerima Pancasila Pilihan NU untuk menerima negara didasarkan kenyataan sebagai konsep bangsa pada Indonesia negara Landasan Negara

pluralistik adalah sulit

untuk Bila akan

mendirikan negara formal

negara Islam formal. Islam dipaksakan maka melahirkan kekerasan-balik (counterviolence) yang mungkin lebih hebat dan berakibat pada peningkatan kekerasan yang tidak terkontrol. Karena diperankan penjamin 72). Pertimbangan menerima negara bangsa didasarkan pertimbangan (hukum Memang seharusnya setiap konsep juga pada fiqh Islam). sudah sebagai NU untuk dan ajaran Pilihan itu agama sebagai martabat

manusia (Wahid, 1998:

organisasi keagamaan, langkah dilakukan mengamalkan melaksanakan Islam.

mensubordinasikan

hukum

Islam

pada hukum

negara didasarkan pada kaidah-kaidah yang menjadi pedoman NU berikut ini. Dalam mengantisipasi berbagai gejala sosial NU tidak bersikap untuk ajaran dipenuhi kemampuan faktor lain. mutlak-mutlakan. Kewajiban mengamalkan Islam sebatas berbagai itu

dengan memperhatikan Jika kemampuan hanya menghasilkan sebagian saja, sebagian maka itu yang tidak dalam diukur

ditinggalkan. Orientasinya melaksanakan kewajiban seberapa jauh dampak positif dan negatif itu. Kewajiban tidak bisa dipaksakan ternyata berakibat dengan jika itu munculnya

dampak negatif yang menimbulkan kerugian

bagi diri atau orang lain. Jika ternyata hal itu harus menghadapi pilihan, langkah yang diutamakan ialah memilih yang paling kecil resiko negatifnya. Tradisi pemikiran ini tidak bersifat menyerah berarti NU pesimis, sebelum

bertanding, karena NU juga melakukan jalb almasalih (melaksanakan kewajiban), tidak dalam kaitannya dengan aspek darurah yang (temporer) akan mungkin

menimbulkan mafsadah (kerusakan) (Haidar, 1998: 6). Keputusan mensubordinasikan Islam pada negara bangsa didasarkan juga pada tradisi keilmuan yang dianut NU. Tradisi keilmuan NU mempertautkan secara organis antara tauhid, fiqh dan tasauf secara

tidak yang

berkeputusan, dalam jangka

panjang menumbuhkan pandangan terpautnya sendiri antara dimensi duniawi dan ukhrowi dari kehidupan. Pada satu sisi NU percaya kepada barokah yang memungkinkan intervensi Tuhannya. hubungan Pada sisi seorang hamba kepada lain, spritualitas yang dikongkritkan kedalam rangkaian kegiatan ritualistik yang intensif memungkinkan adanya penyiraman jiwa dari kekeringan penghayatan iman dan kemiskinan sehingga kontinuitas di satu ujung batin, terpelihara antara dan

pandangan serba fiqih intensitas penghayatan iman yang tinggi di ujung lain, membentuk sebuah kesejarahan

tersendiri 1999c: 154-5).

(Wahid,

Berdasarkan tradisi NU persoalan keilmuan ini, memandang kehidupan

(kemasyarakatan/ bernegara) yang tidak bercorak hitam-putih, karenanya hukum mensyaratkan ditegakkannya Islam tidak negara dapat negara mereka hukum Islam. Walaupun umat mendirikan menghalangi melaksanakan penerapan Islam tidak

Islam, tetapi itu tidak

Islam karena perpautan kedua dimensi duniawi dan tidak kepada dunia kehidupan Dengan kehidupan kata dunia, seburuk-buruk ia ukhrowi dalam manusia mutlak kehidupan maupun akhirat. lain, kehidupan penolakan

memungkinkan

haruslah dengan

dijalani kesungguhan

dan ketulusan (Wahid, 1999c: 155). 2. Negara condition sine qua non Mencegah hidup dan adalah yang ditawar tidak lagi. negara adanya kepada sebagai mekanisme sendirinya Anarkhi Kewajiban bermasyarakat, dengan bernegara, sesuatu boleh Eksistensi mengharuskan ketaatan pemerintah sebuah

pengaturan hidup, yang dilepaskan dari perilaku pemegang dalam pribadi. pemegang adanya dalam pemerintahan. Konsekuensi kekuasaan kapasitas Kesalahan kekuasaan perubahan sistem

tindakan atau keputusan tidaklah mengharuskan

pandangan ini adalah keabsahan negara begitu ia berdiri dan mampu bertahan, dan penolakan alternatif pemecahan masalah sistem sebagai masalahyang utama

dihadapi suatu bangsa yang telah membentuk negara. demikian, melakukan keadaan bercorak Pandangan negara bersifat keseluruhan keilmuagamaan dianut memberi NU barulah Dengan cara-cara perbaikan senantiasa gradual. tentang akan penolakan tradisi yang telah

yang digunakan dalam

bentuk yang ada, jika

legitimasi

untuk itu, seperti terjadi dengan fatwa perang jihad yang dikeluarkan Rais Akbar NU K.H. Hasyim Asyari pada permulaan kemerdekaan, perang yang

mendukung 1999c: 156).

bentuk

negara baru RI (Wahid, Bagi NU, siapa yang penting harus adanya diterima memegang tidak yang adalah harus karena dijaga negara pemerintahan

tetapnya negara. Prinsip terhadap

kenyataan tidak adanya negara (faudla) (Wahid, 2000b: tujuan negara dimana mencegah tertib 9). adalah Karena untuk anarkhi, sosial didirikannya

sebagai prasyarat bagi tertib agama. Bahkan Imam pemerintahan otoriter anarkhis. Dengan mencegah Muktamar maksud anarkhi NU di adalah Ghazali yang lebih mengatakan seratus hari

baik daripada keadaan

maka pada tahun 1936 Banjarmasin membuat

keputusan yang sangat unik, yang nantinya akan melandasi sikap NU terhadap ideologi, politik pemerintahan Indonesia, mengklasifikasikan Indonesia yang sedang diperintah Hindia Belanda sebagai negara Muslim (dar al-Islam). Hal itu sebagai jawaban atas pertanyaan mengenai status tanah Hindia Belanda yang sedang diperintah oleh para apakah dipertahankan dibela dari penguasa nonharus dan serangan Muslim Belanda, dan di yakni

luar. Karena statusnya sebagai dar al-Islam maka wajib hukumnya secara luar. kitab berjudul fiqih untuk membela dari serangan Jawabannya kuning yang diambil dari salah satu Bughyatul

Mustarsyidin Syaikh Hadhrami, dikemukakan pendapat negara mengenal Islam; ini Hasan

karya Alalasan berikut: pernah adanhya

kerajaan-kerajaan penduduknya ajaran dalam masih menganut dan melaksanakan tidak sedang Islam; dan Islam sendiri keadaan diganggu atau diusik (Wahid, 1989: 9). Justifikasi Hindia Belanda sebagai dar alIslam (negeri muslim), padahal kenyataannya pemerintah berkuasa pemerintah Belanda yang bangsa masyarakat. pihak, Di yang yang adalah Hindia kafir, penting atau satu Islam dalam

memiliki dua makna sangat dalam kehidupan suatu

mensyaratkan kebebasan bagi kaum Muslimin melaksanakan agamanya, untuk ajaran sebagai

condition sine qua non bagi penerimaan Islam atas esksistensi negara tersebut, dan dengan demikian memberikan tolak ukur yang jelas bagi kaum Muslimin dalam kehidupannya. hal-hal Di lain pihak, Islam membiarkan yang sistem berhubungan pemerintahan,

dengan bentuk negara, orientasi warga negara dan ideologi politiknya ditentukan oleh proses sejarah. Kedua hal itu langsung memungkinkan Muslimin sekaligus Islam, yang Islam. kaum untuk memiliki disamping bukan negara Dengan

kesetiaan kepada ajaran kesetiaan pada negara

demikian, berkembang wawasan yang yang orientasi

pola

yang adalah

kebangsaan dengan (Wahid, kaum dapat keagamaan

dijalin kuat Selama

2004: 1). Muslimin kehidupan beragamanya secara penuh, maka konteks pemerintahannya tidak lagi menjadi pusat perhatian. melandasi Pemikiran pandangan

menyelenggarakan

seperti ini pula yang dasar kaum Al-ahlus sunnah wa al-jamaah, seperti mereka Kekhalifahan Usmaniyah atas bukan Quraisy. pandangan paham kepemimpinan di Turki dunia suku (Menurut klasik Sunni, negara seluruh dari penerimaan atas

Islam, padahal mereka

(imamah), yang

termasuk berbentuk

kekhalifahan, haruslah berada di tangan orang Quraisy, karena adanya hadits tentang hal ini). Dengan dan bukan formal eksistensinya, Dasar melegitimasi keberadaan kesediaan memfasilitasi lembaga hukum adanya kepenghuluan memungkinkan Islam syariat walaupun yang Islam. suatu negara suatu akan Pada negara didasarkan pada Islam atau bukan. NU kata dinilai dari lain, ditilik dari norma dari negara pemerintahan

fungsionalisasinya,

mengurus kepentingan zaman Hindia Belanda, lembaga yang umat agama, bersifat

menjalankan

sebagian, dan sangat

terbatas, menjadi alasan adanya kelembagaan dapat celah yang mengatur

kehidupan syariat Islam dijalankan oleh orangorang (Haidar, Islam 1998: sendiri 95).

Kebijakan yang serupa juga dilanjutkan pada masa Jepang Setelah pendudukan (1942-1945). Indonesia

merdeka dan menjadi negara Pancasila maka eksistensinya dilegitimasi oleh fiqih NU, konsekuensi dengan Menteri

Agama pertama KH A. Wachid Hasyim (19461956) mensubordinasikan syariah (hukum agama) pada ideologi pemerintahan nonmuslim dilihat dari sudut pandang agama adalah kewajiban supremasi Pancasila.

Kalau mempertahankan

utama, mempertahankan

maka

pemerintah oleh kaum muslimin Hatta, adalah agama juga. Ketentuan yang sama itu juga yang membuat NU menolak kehadiran NII yang didirikan Kartosuwiryo, sejak ulama bughat yang semula NU oleh bahkan para telah dan (Soekarno, Syahrir) kewajiban

menyatakannya sebagai (pemberontak) harus dibasmi.

Untuk keperluan itulah, dikukuhkan kedudukan Kepala dharuri (pemegang pemerintahan sementara sebuah dengan pertemuan kekuasaan penuh), oleh ulama yang didominir ulama NU. Presiden RI diterima sebagai Negara RI menjadi waliyyul amri bissyaukah

pemegang pemerintahan, harus ada karena yang negara telah ada dan memimpin. Kedudukannya bersifat sementara (hingga hari kiamat), karena ia tidak dipilih oleh ulama yang berkompeten untuk itu (halul halli wal aqdi), melainkan tidak mata Namun harus penuh. melalui sepenuhnya hukum tetap Atas fiqh. efektif, dasar itu, ia proses lain, sehingga memiliki keabsahan di kekuasaannya

karenanya ia berkuasa kekuasaannya berwewenang mengangkat pendelegasian wewenang itu kepada menteri agama (Wahid, 1999c: 156-164). Pemikiran progresif Wachid KH A. Hasyim pejabatpejabat agama melalui

diteruskan dikembangkan jauh lagi oleh kepemimpinan Abdurrahman (Gus Dur),

dan lebih duet KH Wahid yang

Ahmad Siddiq dan KH

masing-masing terpilih sebagai Rais `Am NU dan PBNU di KH Ketua NU Umum dalam tahun Siddiq menjadi pribadi Agama Gus KH Dur Hasyim; pemikiran Hasyim. NU

Mukhtamar NU ke-27 Situbondo Achmad 1984. Perlu diketahui pernah sekretaris Menteri Wachid sedangkan mewarisi Wachid Kebijakan

progressif ayahnya KH

menyangkut hubungan Islam dengan negara Pancasila bersifat mengikuti perkembangan yang terjadi dalam kehidupan cenderung pragmatis,

berbangsa bernegara. mensikapi

dan Dalam

perkembangan tersebut NU hanya mendasarkan pada seperti terutama kerusakan diutamakan prinsip-prinsip yang di saya atas, lebih daripada fiqih (hukum agama) kemukakan

mencegah

menegakkan kewajiban agama. Karena itu NU tidak baik memaksakan pada waktu maupun pendirian negara Islam, menjelang kemerdekaan dalam Dewan sidang-sidang Konstituante

(1957-1959); tetapi NU tidak pernah berhenti berusaha penerangan supaya Bisa negara umat di dalam agama siap usahanya memberikan

menerima negara Islam. diibaratkan seperti hubungan agama dan

hubungan dan sekitarnya. puas sub-kultur masyarakat masyarakat mengakui merumuskan yang tidak

pesantren masyarakat Pesantren dengan yang di cukup peranan produkbersikap semua dan memberi pelaksanaan agama

kedudukannya sebagai menjadi panutan bagi sekitarnya; dan pihak

sentral ini. Pesantren produk hukum agama mengikat masyarakat, pesantren teladan hukum-hukum tersebut. Hubungan Islam dan negara Pancasila dirumuskan secara jelas pada tahun 1984 dalam Mukhtamar NU yang dikomandoi oleh KH Ahmad Siddiq dan Gus Dur. Hal ini dilakukan sebagai jawaban

di dalam masyarakat

terhadap deideologisasi politik

kebijakan partai yang Islam

dilancarkan oleh regim Soeharto yang otoriter. Diputuskan bahwa negara Pancasila adalah bentuk final perjuangan umat Indonesia. menolak mengikuti Islam di Akhirnya strategi strategi

dengan kesadaran NU perjuangan Islam dan pembangunan nasional yang diprakarsai oleh Abdurrahman Dia kecenderungan monolitik menegaskan hanya gerakan jaringan ini untuk kembali akan dari koalisi Wahid. menolak

nilai-nilai Islam karena mengalienasi gerakan-

nasional warga negara yang lebih luas. Bila terisolasi dari koalisi nasional itu, gerakan Islam akan tampak

menjadi akan (sense of

kelompok menciptakan exclusion), melahirkan faktual,

sektarian dan akhirnya perasaan tak diikutkan sehingga

sektarianisme

bila bukan separatisme palsu. Karena itu Gus Dur mengajak untuk menemukan rasa Islam memiliki jaringan identitas pada juga rasa itu pada kelompok yang bisa membangun memiliki dan

memelihara

yang lebih besar dan luas yang dimotivasi oleh dunia, kepribadian ideologi-ideologi keimananglobal

keimanan yang lain dan (Wahid, 1998: 72). Gus Dur sejalan dengan Engineer Asghar Ali dalam

papernya Islamic State dan the Secular State. Tujuan negara berdirinya Islam sudah

penuhi negara

oleh

gagasan yang tujuan

modern

bersifat sekuler karena persamaan antara negara sekuler dan negara Islam, yaitu sama-sama melindungi hak-hak pribadi para warga sedangkan selainnya itu negaranya, masalah hanya

bentuk luar yang dapat saja diubah oleh rakyat melalui perwakilan juga Agung Ashmawi, Barat yang sejalan di lembaga (Wahid, dengan Mesir, bahwa menjadi Hukum memenuhi

1999b : 22). Gus Dur mantan Mahkamah

Muhammad Said Alhukum Napoleon dari landasan telah

Pidana Mesir saat ini ketentuan-ketentuan syariah karena hukum itu telah menampung dua hal penting dari syariah, yaitu unsur

ketahanan (detterence) dan (punitive) 2000b: 7). DUALISME HUBUNGAN ISLAM DAN Gus dualisme antara NEGARA Dur legitimitas agama dan PANCASILA mengemukakan konsep hukumnya (Wahid,

negara, yakni negara memberikan legitimasi pada yang agama agama dipeluk agama-agama ada, termasuk dan yang Islam, Islam

mayoritas

bangsa ini memberikan legitimasi pada negara. Gus Dur dengan tegas menandaskan Pancasila negara tidak

berkepentingan dengan negara agama, dalam hal ini negara Islam. Karena Pancasila dimaksudkan itu negara tidak untuk

menerapkan

hukum-

hukum Islam (Wahid, 2000b: 11). Komitmen umat Islam pada negara Pancasila dengan keduniawian (muamalah), kehidupan demikian mempunyai ibadah, urusaan yaitu berbangsa hal karena ini umat berkaitan urusan

dan bernegara. Namun dimensi

Islam melakukan semua keduniawian itu sebagai bagian dari pengabdiaannya kepada Allah. Mereka ikhlas melakukan urusan demi umum, masyarakat makmur. Sebaliknya negara tidak perlu terlalu jauh mencampuri urusan agama. Karena itu Gus Dur tidak setuju dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan suatu semua keduniawian kemaslahatan menciptakan adil dan

agama sebagai agama resmi. Pemerintah Orde Baru hanya mengakui 5 agama Islam, Budha, diakui kepercayaan resmi, yaitu Katholik, disamping juga aliran kepada

Protestan, Hindu, dan

Tuhan YME. Dengan hal ini pemerintah Orde Baru sudah terlalu jauh memasuki keyakinan agama. berbahaya digunakan pemerintah mengadu kekuatan masyarakat mempertahankan kekuasaannya. suatu keagamaan (Majelis dan PGI Bila lembaga bentukan Ulama (Persekuan di wilayah pemeluk Kebijakan bila oleh untuk domba dalam demi

seperti ini jelas sangat

pemerintah seperti MUI Indonesia) bagi Islam Gereja Indonesia) bagi

Protestan, legitimasi pemerintah yang suatu tumbuh agama

diberi oleh untuk dalam maka suatu

menindas suatu cabang

kehancuran akan kekuatan beragama pemerintah dengan mengendalikan mengontrol beragama itu keseluruhan;

cabang itu berarti juga melemahkan umat secara lalu akan mudah dan umat tersebut.

Ketika muncul kasus Kong Hu Cu misalnya, Gus Dur salah menentang pemerintah terlampau menggunakan otoritasnya memasuki keyakinan sampai wilayah pemeluk termasuk yang sikap yang jauh seorang

agama. Pada waktu itu pemerintah, dalam hal ini catatan sipil, tidak

mau

mengakui

perkawinan dua warga Kong Hu Chu karena Kong Hu Chu bukanlah agama yang diakui secara resmi negara. Dalam pandangan Gus bertugas jalannya antar umat Karenanya dan satu tidak agama. Dur, negara hanya mengatur kehidupan inter negara boleh Dalam bertindak beragama. hendaknya

maupun

dituntut bersikap adil berpihak kepada salah pandangan Gus Dur, pemerintah sebagai polisi lalulintas, yang mengatur jalannya lalu lintas hubungan antara umat beragama. Dasar untuk mengatur hubungan Negara Pancasila, Pancasila itu tidak adalah boleh dasar negara Pancasila. memonopoli penafsiran mengingat adalah

ideologi sebagai berbagai beragama kebebasaan berpartisipasi memaknai Pancasila. menyakini

terbuka, suatu kekuatan, diberi untuk dalam ideologi Gus Dur demokrasi

kompromi politik dari sehingga semua umat

adalah nilai yang paling prinsip dalam Pancasila dan tinggi persoalan kehidupan di harus dijunjung untuk dalam

menyelesaikan berbagai berbangsa

dan bernegara maupun bermasyarakat. Termasuk ideologi. sebagai terbuka ideologi/isme berkembang masyarakat, 1991). persoalan Pancasila ideologi harus yang di termasuk

mengakomodasi semua

politik Islam (Wahid,

Dualisme hubungan agama dan negara sepintas nampak bersifat sekuler. Tapi jika kita coba lebih ingin memahami Gus kepada yang yang memperibadi, Dur

mendalam lagi, justru mengembalikan agama keadaannya genuine dan bersifat sebagai

autentik. Yaitu agama

tindakan privat yang lebih menekankan pada pencapaian pengalaman spiritual. Keadaan seperti ini dapat dicapai jika agama terbebaskan dari segala bentuk yang objektivikasi

biasanya muncul dari wilayah publik. Bisa jadi yang publik itu berasal yang dari sama habitat seperti

organisasi keagamaan, maupun dari wilayah publik lain seperti politik. Dalam konteks

kehidupan Indonesia, publik terakhir mengingat

agama

di

realitas disebut patut daya

yang

memperoleh perhatian penetrasinya yang kuat, terutama ketika dalam suatu epoch politik menjadi sesuatu yang paling dominan. Apa pun wilayah politiknya, baik yang ada dalam lingkup negara maupun masyarakat, agama dalam praktek resistensi seringkali menghadapi manipulasi,

kurang begitu kokoh

seperti kecenderungan mengatasnamakan tindakan politik tertentu dengan simbol agama. Gus Dur sangat menyadari kalau agama tidak bisa dipisahkan dari agama politik karena merupakan

sumber nilai. Apalagi Islam sebagai agama hukum sangat

berkepentingan menundukkan persoalan syariah

untuk semua kepada (hukum

agama). Oleh karena itu, agar politik dapat memberikan kemaslahatan publik perlu yang maka kepada agama

diperankan, bersifat

bukan dalam wujudnya formalistik, melainkan yang substantif dalam pengertian agama diarahkan pada upaya pemberian dasar-dasar etik dan moral terhadap seluruh proses politik. Ini berarti sama jalannya sekali kendali Bahkan diajukan senantiasa kepada NU pemerintahan tidak lalu terlepas dari keagamaan. oleh

tuntutan agar kebijakan pemerintah disesuaikan

ketentuan-ketentuan fiqih, sehingga sikap itu sendiri sering diterima

oleh pemerintah sebagai kala

kalangan sendiri di hambatan

melaksanakan Untuk penilaian jalannya tidak dengan fiqh,

wewenangnya. kepentingan apakah pemerintahan bertentangan ketentuan

digunakan tolok ukur sejumlah kaidah fiqh, seperti kepada harus kesejahteraan (tasharruful kebijakan pemerintahan mengikuti rakyat imam

alarraiyyah manutun bil mashlahah) (Wahid, 1999c: 159). 5. Simpulan Islam tidak mempunyai konsep karena Quran doktrin, bersifat moralis, politis Nabi kenegaraan dalam tidak Alada Nabi tapi tidak

Muhammad SAW tidak

merumuskan

mekanisme suksesi, dan sesuai pendekatan bukan membentuk kemanusiaan manusia, dan bentuk negara itu bervariasi. Karena itu umat Islam di Indonesia menerima Pancasila Sebagai pluralistik negara dipaksakan formal pertimbangan: Negara berdasarkan (1) negara maka bila Islam akan dengan universal untuk

bahwa misi kenabian mendirikan negara tapi

melahirkan kekerasanbalik (counterviolence) yang hebat pada mungkin dan lebih berakibat peningkatan

kekerasan yang tidak terkontrol. Karena itu agama sebagai Kaidah-kaidah NU tidak diperankan penjamin hukum bersikap

martabat manusia; (2)

mutlak-mutlakan.

Kewajiban mengamalkan Islam sebatas berbagai itu

untuk ajaran dipenuhi kemampuan faktor lain. dalam diukur

dengan memperhatikan Orientasinya melaksanakan kewajiban seberapa jauh dampak positif dan negatif itu; (3) Tradisi keilmuan NU ukhrowi mempertautkan dari dimensi duniawi dan kehidupan. Pada satu sisi NU percaya kepada barokah memungkinkan intervensi Tuhannya. hubungan Pada sisi seorang hamba kepada lain, spritualitas yang dikongkritkan kedalam rangkaian kegiatan ritualistik yang intensif memungkinkan adanya penyiraman jiwa dari kekeringan penghayatan iman dan kemiskinan batin. yang

Hubungan

Islam

dan negara Pancasila dirumuskan secara jelas pada tahun 1984 dalam Mukhtamar NU yang dikomandoi oleh KH Ahmad Siddiq dan Gus Dur. Hal ini dilakukan sebagai terhadap deideologisasi politik Islam jawaban kebijakan partai yang

dilancarkan oleh regim Soeharto yang otoriter. Diputuskan bahwa negara Pancasila adalah bentuk final perjuangan umat Indonesia. strategi strategi nasional diprakarsai Abdurrahman Dia kecenderungan monolitik menegaskan untuk kembali Islam di Dengan perjuangan pembangunan yang oleh Wahid. menolak

kesadaran NU menolak Islam dan mengikuti

nilai-nilai Islam karena

hanya gerakan jaringan ini

akan dari koalisi

mengalienasi gerakan-

nasional warga negara yang lebih luas. Bila terisolasi dari koalisi nasional itu, gerakan Islam menjadi akan (sense of akan tampak kelompok menciptakan exclusion), melahirkan faktual,

sektarian dan akhirnya perasaan tak diikutkan sehingga

sektarianisme

bila bukan separatisme palsu. Karena itu Gus Dur mengajak untuk menemukan rasa Islam memiliki jaringan identitas pada juga rasa itu pada kelompok yang bisa membangun memiliki dan

memelihara

yang lebih besar dan luas yang dimotivasi oleh dunia, ideologi-ideologi keimanan-

keimanan yang lain dan kepribadian global. DAFTAR RUJUKAN: Bisri, Cholil, 2000, Pengantar dalam Zaini Shofari AlRaef dan Andri Taufik H (eds.) Membangun Demokrasi, Bandung: Rosda. Effendi, Djohan, 2000, Sang Humanis dalam Tim INCReS (ed.), Beyond the Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur, Bandung: Rosda. Haidar, M. Ali, 1998, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fikih dalam Politik, Jakarta: Gramedia. Wahid, Abdurrahman, 1989, Kata

Pengantar dalam Einar Martahan Sitompul NU dan Pancasila, Jakarta: Sinar Harapan. _________________, 1991. Pancasila sebagai Ideologi dalam Kaitannya dengan Kehidupan Beragama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Oetojo Oesman dan Alfian (eds.). Pancasila sebagai Ideologi. Jakarta: BP 7 Pusat. _________________, 1998, Islam, AntiKekerasan, dan Transformasi Nasional, dalam Glenn D. Paige, Chaiwat Satha Anand, dan Sarah Gilliatt (eds.) Islam Tanpa

Kekerasan, a.b. M. Taufiq, Yogyakarta: LKiS. _________________, 1999b, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, Jakarta: Kompas. _________________, 1999c, Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LkiS. _________________, 2000a. Islam: Punyakah Konsep Kenegaraan? dalam Shaleh Isre ed. Tuhan Tidak Perlu Dibela. Yogyakarta: LkiS. _________________, 2000b, Membangun Demokrasi, Bandung: Rosda. _________________, 2004, Islam, Ideologi dan Etos Kerja di Indonesia,

dalam http://media.is net.org/islam/ Paramadina/K onteks/EtosKe rja.html <diakses 22 September 2004>.

You might also like