You are on page 1of 15

KARBOHIDRAT A. Tujuan Tujuan praktikum acara III Karbohidrat ini adalah : 1. Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umum.

2. Mengetahui adanya sifat reduktif dari suatu karbohidrat. 3. Membedakan antara monosakarida dan disakarida. 4. Membedakan monosakarida aldosa dan ketosa. B. Tinjauan Pustaka Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa.Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida. Jika diperoleh dari hidrolisis maka karbohidrat iti disebut polisakarida (Fessenden, 1990). Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. Selain itu, ia juga disusun oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon.Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta reaksi-reaksinya, karena ia sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya (Anonim1,2010). Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis ke susunan yang lebih simpel dinamakan monosakarida, karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida dinamakan polisakarida. Monosakarida bisa diklasifikasikan lebih jauh, jika mengandung grup aldehid maka disebut aldosa, jika mengandung grup keton maka disebut ketosa. Glukosa punya

struktur molekul C6H12O6, tersusun atas enam karbon, rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah aldosa. Contoh ketosa yang penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah dan berkombinasi dengan glukosa pada sukrosa disakarida (Morrison,1983). Banyak tes digunakan untuk mengetahui karakteristik karbohidrat. Uji Molisch adalah pengujian paling umum untuk semua karbohidrat, ini berdasar kemampuan karbohidrat untuk mengalami dehidrasi asam katalis untuk menghasilkan fulfural atau 5 hydroxymethylfurfural. Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan ketosa (enam karbon gula yang mengandung keton pada ujung sisi) dan aldosa (enam karbon gula yang mengandung aldehid pada ujung). Keton mengdehidrasi dengan cepat menghasilkan 5 hydroxymethylfurfural, sedangkan aldosa lebih lambat. Sekali 5 hydroxymethylfurfural dihasilkan, akan bereaksi dengan resosinol menghasilkan warna merah. Uji Benedict digunakan untuk menentukan monosakari dan disakarida yang mengandung grup aldehid yang dapat dioksidasi asam karboksil. Gula akan mereduksi ion kupri pada larutan Benedict. Uji Barfoed untuk memisahkan antara monosakarida dengan disakarida yang dapat mereduksi ion kupri. Reagen barfoed bereaksi dengan monosakarida untuk menghasilkan kupri oksida lebih cepat dibanding disakarida (Eaton,1980). Keberadaan karbohidrat dapat kita lihat dengan uji Molisch atau uji

bahan gula bebas,alkohol naphthol, dan H2SO4. Pada uji benedict ion kupri,

Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009-2010 Cu2+ direduksi menjadi Cu2O dalam larutan alkalin sitrat. Sitrat menahan kestabilan Cu2+ selama reaksi dengan menjaga dari pengurangan menjadi hitam, larutan CuO. Dalam uji Barfoed Cu2+ tereduksi menjadi Cu2O pada larutan asam lemah. Secara praktek, dapat terlihat bahwa monosakarida mengurangi lebih cepat pada larutan asam lemah daripada disakarida. Uji Selliwanof reaksi spesifik warna untuk ketosa. Pada larutan HCl,ketosa mengalami dehidrasi menjadi fulfural lebih cepat dibanding aldosa. Lebih jauh, fulfural akan bereaksi dengan resolsinol menghasilkan

warna. Dengan konsekuensi, tingkat perkembangan warna dan resolsinol menyediakan bukti bahwa aldosa dan ketosa murni terdapat pada gula (Clark,1964). Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan aldosa dan ketosa. Ketosa dan aldosa berbeda pada penyusun keton atau aldehyd. Jika gula mengandung keton maka itu adalah ketosa, sedangkan jika mengnadung adehid maka itu adalah aldosa. Tes ini berdasar atas jika dipanaskan keton akan lebih cepat terdehidrasi dibanding aldosa. Reaksi Selliwanoff adalah sebagai berikut Reagen yang digunakan adalah resosinol dan asam hidrocloric (Anonim2,2010) Kadar gula penyusun madu menurut SII selama ini ditentukan berdasarkan total gula pereduksi sehingga belum bisa diketahui kadar masing- masing gula penyusun madu tersebut. Madu mengandung berbagai jenis gula pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dan fruktosa dengam metode KCKT terhadap dua jenis madu dari jenis bunga yang berbeda. Kondisi operasional KCKT diatur pada suhu kolom 80C dan laju alir 1 mL/menit, menggunakan kolom metacarb 87C dan eluen air deionisasi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan detektor indeks bias, dimana glukosa dan fruktosa dipisahkan pada waktu retensi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009-2010 masing-masing sekitar 6 dan 7 menit. Prosedur tersebut digunakan untuk penentuan kadar glukosa dan fruktosa pada sampel madu yaitu madu randu dan madu kelengkeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa pada madu randu adalah sebesar 27,13 % dan pada madu kelengkeng sebesar 28,09 %. Kadar fruktosa pada madu randu sebesar 40,99 % dan pada madu kelengkeng sebesar 40,03 %. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing sampel yang diteliti memiliki kadar glukosa dan fruktosa yang sesuai dengan syarat mutu madu nasional dimana kandungan gula pereduksi (glukosa dan frukosa) total adalah minimal 60%. Kadar gula pereduksi total pada madu randu adalah sebesar 68,12 % sedangkan pada madu kelengkeng sebesar 68,12% (Ratnayani,2008).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kosentrasi gelatin terhadap tekstur permen jelly rumput laut dan mengetahui pengaruh perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa dan fruktosa) terhadap mutu organoleptik, sifat fisik dan kimia permen jelly rumput laut (Eucheuma cottonii). Perlakuan gelatin yang digunakan 5%, 7,5% ,10% dan control (0%) kemudian dilakukan uji organoleptik, tekstur, warna dan penampakan produk keseluruhan. Sedangkan untuk perlakuan perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa dan fruktosa) dengan total pemanis 16% pada setiap perlakuan adalah penambahan sukrosa (A1), penambahan sirup glukosa dan sukrosa (A2), penambahan HFS dan sirup glukosa (A3), penambahan HFS dan sukrosa (A4), penambahan sirup glukosa, HFS dan sukrosa (A5). Hasil yang didapat bahwa konsentrasi gelatin 0% pada permen jelly paling disukai oleh konsumen. Sedangkan mutu permen jelly rumput laut yang tebaik dengan perbandingan pemanis (sukrosa, glukosa, dan fruktosa) terdapat pada perlakuan penambahan perbandingan pemanis sirup glukosa dan sukrosa yang memiliki kandungan kadar air 19,165%, kadar abu 0,305%, kadar lemak 1,16%, karbohidrat 76,31%, protein 2,625%, kadar serat kasar 3,806%, total gula 35,915%, pH 5,1 serta total kapang dan khamir 0,5x101 koloni/g (Waryat,2006). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar gula dan vitamin C serta berapa hari Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009-2010 penyimpanan sebaiknya dilakukan. Percobaan meliputi 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah penyimpanan yaitu 0 hari ( kontrol ), 5 hari, 10 hari, dan 15 hari. Parameter yang diamati adalah kadar gula, kadar vitamin C dan susut berat buah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila ada beda nyata dipaki uji lanjut Duncan pada taraf significan 5 %. Hasil penelitian ini menunjukan bahawa kadar gula buah Jeruk Siam pada penyimapanan 5 dan 10 hari mengalami kenaikan dibanding kontrol. Pada penyimapanan 15 hari kadar gula mulai menurun dibandingkan penyimpanan 5 dan 10 hari namun sama dengan kadar gula kontrol. Kadar vitamin C pada penyimapanan 5 hari tidak mengalami perubahan dibandingkan kontrol namun mulai terjadi penurunan pada penyimpanan 10 dan 15 hari (Helmiyesi, 2008). C. Metodologi 1. Alat

a. Uji Molish 1. Tabung Reaksi 2. Pipet 3. Propipet b. Uji Benedict 1. Tabung Reaksi 2. Pipet 3. Pemanas Air c. Uji Barfoed 1. Tabung Reaksi 2. Pipet Ukur 3. Pemanas air 4. Penjepit d. Uji Selliwanoff 1. Tabung Reaksi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009-2010 2. Pipet 3. Pemanas Air 2. Bahan a. Uji Molish 1. Larutan Glukosa 0,02 M 2. Larutan Amilum 0,02 M 3. Air 4. Alpha naphtol 5 % 5. Asam Sulfat Pekat b. Uji Benedict 1. Larutan Benedict 2. Larutan Glukosa 0,01 M ; 0,02 M ; 0,04 M c. Uji Barfoed 1. Larutan Glukosa 0,01 M 2. Larutan Fruktosa 0,01 M 3. Larutan Laktosa 0,01 M 4. Larutan Sakarosa 0,01 M 5. Larutan Barfoed d. Uji Selliwanoff 1. Larutan 0,01 M Glukosa 2. Larutan 0,01 M Fruktosa 3. HCl 4. Larutan resosinol

Pembahasan Percobaan mengenai karbohidrat yang pertama adalah uji Molisch. Sampel yang digunakan adalah glukosa 0,02 M, amilum 0,02 M dan air. Sampel ditambah alpha naphthol 5% dan asam sulfat pekat, maka akan timbul perubahan pada glukosa dan amilum dimana terdapat cincin warna ungu. Hal ini terjadi karena asam sulfat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik (ikatan antara satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya) karbohidrat menjadi monosakarida, selanjutnya menjadi dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya (Anonim1,2010). Penambahan alpha naptol menyebabkan warna ungu. Sedangkankan pada air tidak memberikan perubahan apapun karena air bukan merupakan karbohidrat yang mempunyai ikatan glikosidik (ikatan antar molekul satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya)

jadi warna akhirnya tidak terbentuk warna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut:

Pembahasan Uji Benedict menggunakan sampel glukosa dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,01 M ; 0,02 M ; dan 0,04 M. Sampel ditambahkan larutan Benedict dan dipanaskan selama 10 menit. Hasil yang didapat adalah endapan merah pada dasar tabung reaksi. Munculnya endapan merah karena sakarida dengan bentuk gugus aldehid (aldosa), dapat berperan sebagai reduktor yang mereduksi Cu2+ pada reagen benedict menjadi Cu+ pada Cu2O yang merupakan endapan merah bata pada akhir reaksi ini. Kecepatan mereduksinya sebanding dengan besarnya molaritas glukosa. Jadi makin besar molaritas glukosa, kecepatan mereduksinya makin cepat, begitu juga sebaliknya, begitu juga dengan

endapan yang terbentuk, makin besar molaritas glukosa makin banyak

Pembahasan Uji barfoed merupakan pengujian untuk membedakan monosakarida atau disakarida. Pada praktikum ini menggunakan empat varian sampel yaitu Fruktosa, Laktosa, Sakarosa, dan Glukosa. Keempat larutan sampel tersebut diberi larutan Barfoed lalu dipanaskan secara bersama-sama. Hasil yang didapat adalah larutan larutan tersebut ada yang menghasilkan endapan merah bata. Larutan yang menghasilkan endapan merah bata adalah Frukktosa dan Glukosa, hal ini menujukkan bahwa kedua larutan tersebut adalah monosakarida. Larutan Barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida. Pereduksi ini disebabkan sakarida mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, yang mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat diketahui dengan

menambahkan ion kupri dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan pada Laktosa dan Sukrosa tidak terdapat endapan maka kedua larutan tersebut merupakan

Pembahasan Uji Selliwanoff ini menggunakan sampel glukosa 0,01 M dan fruktosa 0,01 M yang nantinya direaksikan dengan HCl dan resolsinol. Sebelum ditambahkan resosinol larutan tersebut dipanaskan terlebih dahulu. Hasil yang didapat setelah penambahan resosinol adalah perubahan warna fruktosa dari bening menjadi merah, sedangkan glukosa tidak mengalami perubahan warna. Fruktosa mengandung gugus keton sehingga lebih cepat bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus aldehid, karena gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural sedangkan gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa kemudian didehidrasi menjadi furfural. Larutan larutan tersebut tidak menghasilkan endapan. Pada setiap percobaan,

perubahan warna terjadi sesuai dengan teori dimana fruktosa akan menghasilkan endapan merah sedangkan glukosa tidak. Uji Seliwanof

Kesimpulan 1. Uji Molisch adalah pengujian untuk mengetahui senyawa mengandung karbohidrat atau tidak. 2. Uji Molisch bereaksi positif pada glukosa dan amilum dengan membentuk cincin ungu. Cincin ungu pada glukosa lebih banyak karena glukosa merupakan monosakarida,sedangkan amilum adalah polisakarida yang harus dihidrolisis menjadi monosakarida dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural. 3. Pada uji benedict menunjukkan warna merah bata (Cu2O) pada tiap sampelnya dan kecepatan mereduksinya yang tercepat adalah yang mempunyai molaritas paling tinggi. 4. Pada uji Barfoed digunakan sampel monosakarida dan disakarida, terdapat endapan hanya pada monosakarida yang pada praktikum ini fruktosa dan glukosa. Sedangkan pada disakarida yang

pada praktikum ini adalah laktosa dan sakarosa tidak terdapat endapan. Hal ini disebabkan larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida. 5. Pada fruktosa yang mengandung gugus keton lebih cepat bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus aldehid, karena gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural, sedangkan gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa kemudian didehidrasi menjadi furfural

Clark,John M. 1964. Experimental Biochemistry. WH Freeman and Company. San Franciso Eaton,David C.1980.The World of Organic Chemistry.Mc-Graw-Hill Book Company. New york. Fessenden, Ralp J.1990.Kimia Organik Edisi Ketiga.Erlangga. Jakarta Helmiyesi.2008.Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa). eprints.undip.ac.id. Diakses pada Sabtu 29 Mei 2010 pukul 12.00 WIB. Morrison, Robert Thornton.1983.Organic Chemistry Fourth Edition. New York University. New York Ratnayani, K. 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.ejournal.unud.ac.id.Diakses pada Sabtu 29 Mei pukul 12.15WIB. Waryat,2006.Perbandingan Pemanis (Sukrosa,Fruktosa dan Glukosa) Terhadap Mutu Permen Jelly Rumput Laut Eucheuma cottonii. www.faperta.ugm.ac.id. Diakses pada Sabtu 29 Mei 2010 pukul 12.10 WIB http://www.scribd.com/doc/33899297/Uji-Karbohidrat Keabnormalan Urine Uji Benedict Terhadap Urine Abnormal. Sebanyak 0,5 ml urine abnormal ditambahkan 3 ml larutan Benedict. Kemudian dididihkan menggunakan api spirtus, lalu didinginkan. Haisl peercobaan diamati dan dicatat. Uji Heller. Sebanyak 1 ml HNO3 pekat ditambahkan urine yang dialirkan melalui dinding tabung. Lapisan yang terbentuk diamati dan dicatat apa yang terjadi. Uji Benedict Terhadap Urine Abnormal. Setelah urine sapi PO abnormal dicampurkan dengan larutan Benedict, larutan menjadi biru kekuningan kemudian dididihkan sehingga terbentuk endapan berwarna kuning kecoklatan (merah bata). Hal ini menandakan bahwa uji Benedict terhadap urine abnormal adalah positif. Adanya gugus reduksi dari urine yang terikat dengan Cu2+ dari Benedict akan

membentuk endapan merah bata (Cu2O). Gugus reduksi mampu mengubah ion Cu2+ menjadi ion Cu+ berupa endapan Cu2O yang berwarna merah bata (Poedjiadi,1994). Uji Heller. Uji ini dilakukan degan mencampurkan urine PO abnormal dengan HNO3 pekat sehingga hasilnya terbentuk cincin yang berwarna putih pada permukaan larutan. Hal ini menandakan bahwa di dalam urine terkandung albumin (protein). Urine pecah kemudian mengalami denaturasi oleh HNO3. Protein albumin jika terkena asam pekat (HNO3) akan terjadi denaturasi protein di permukaan, tetapi jika berlangsung lama, denaturasi akan berlangsung terus- menerus sampai cincin putih menghilang (Ganong, 2003).
Daftar Pustaka Blakely, J and David Bade. 1985. Ilmu Peternakan Edisi 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakart Dawiesah I, S. 1989. Penentuan Nutrien Dalam Jaringan Dan Plasma Tubuh. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Evelyn, C.P. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia, Jakarta. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak edisi keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ganong. 2003. fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Girinda, A. 1988. Biokimia Dasar-dasar Patologi Hewan. LSI IPB. Bogor. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and Sons Ltd. London

http://www.scribd.com/doc/38464087/Urin-Kualitatif

You might also like