Professional Documents
Culture Documents
Norma
Kebermaknaan Skor Contoh: Mengukur berat badan seseorang! - Berat badan ideal, overweight, obesitas? Atas dasar apa? Mengukur tinggi badan, kelompok Laki-laki & Perempuan Di Eropa tinggi 150-155cm = pendek. Di suku Picmic, afrika tinggi badan maksimal = 140-145cm Subjek A memiliki tinggi badan 153, tergolong apakah ia?
Norma
Kebermaknaan Skor Skor akan bermakna apabila dihubungkan dengan suatu skala. Skala: Cm, Kg, Km, dll Skor Individu akan memiliki makna bila dihubungkan dengan skor-skor orang lain dalam kelompoknya menggambarkan kedudukan individu terhadap individu lain. Contoh: Gajinya paling rendah dibandingkan dengan orang lain dalam perusahaannya. Mungkin saja diperusahaan lain dapat dianggap paling tinggi.
1. Pengertian Norma
Setelah individu diukur, skor-skor yang diperoleh diinterpretasi berdasarkan suatu pedoman tertentu. Pedoman tersebut dikenal sebagai norma. Terdapat berbagai macam pengertian norma terkait dengan fungsi setiap norma tersebut. Seperti misalnya, pada norma kelompok (within-group norm) , norma didenisikan sebagai suatu patokan yang digunakan untuk menentukan posisi individu dalam suatu kelompok. Sementara pada norma perkembangan, norma diartikan sebagai patokan untuk menentukan posisi individu pada suatu rentang perkembangan psikologis manusia normal.
Berikut ini akan dibahas beberapa jenis norma yang biasanya digunaka dalam pengukuran psikologi.
2. Norma Perkembangan
Norma perkembangan digunakan oleh tes-tes inteligensi yang dikonstruk atas teori yang menyatakan bahwa perkembangan inteligensi manusia meningkat sejalan dengan bertambahya usia hingga usia tertentu dan kemudian cenderung menurun pada usia lanjut. Beberapa macam norma perkembangan diantaranya adalah mental age, basal age, dan skala ordinal.
Usia 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Item 1 + + + + + 2 + + + + + 3 + + + + + 4 + + + + + -
Masalah muncul ketika ditemukan bahwa perkembangan inteligensi anak tidak selurus yang tergambar pada tabel. Maksudnya: anak usia 7 th hanya bisa mengerjakan soal smp 7 th & gagal pada item-item berikutnya. Perkembangan inteligensi individu bersifat menyebar (scatter). Perhatikan tabel berikut ini. Contoh: Anak usia 3 tahun dapat menampilkan perilaku khas 3 th sebanyak 2 item, gagal 2 item tapi berhasil menampilkan perilaku khas 4 th sebanyak 3 item, dan 1 perilaku khas usia 5 th.
7
a 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Item
1 2 3 4
+ + + -
+ + -
+ + + -
+ + + + -
Dengan adanya perkembangan yang bersifat scatter ini muncul konsep pengukuran baru yaitu basal age Basal age = batas usia di mana individu berhasil mengerjakan seluruh item pada suatu kelompok usia; Dan berhasil menyelesaikan seluruh item pada kel usia dibawahnya, dan beberapa item pada kelompok usia di atasnya. Pada tabel di atas basal age anak ini adalah 4 th.
8
Dengan adanya basal age, maka muncul konsep lain yakni kredit. Kredit = item-item yang berhasil diselesai kan di atas basal age. Pada tabel di samping jumlah kredit = 4 (3 item pada kel usia 5 th & 1 item pada kel usia 6 th). Jika nilai 1 kredit = perkembangan 3 bulan, maka usia mental anak dapat dihitung sebagai berikut: Mental age = Basal age + kredit = 4 th + 12 bulan = 5 th
MA ----- x 100 CA
IQ =
5 th IQ = ------ = 125 4 th
10
Seorang anak mendapat skor 50, posisi dia di GE brp? Gunakan interpolasi: Jarak dari satu grade ke grade lain = 9 bulan (1 thn ajaran), Dalam 1 thn ajaran ada 3 cawu, 1 cawu = 3 bulan. Skor 50 menunjukkan bahwa anak tsb sudah menguasai materi kelas 4, tapi belum menguasai materi kelas 5. Anak ini sudah menguasai materi kelas 5, tapi cawu berapa?
Cara hitung: Jarak dari skor 45 61 = 16 poin. Jarak dari GE 4 5 = 9 bulan. Kenaikan skor pada 1 bulan = 16 : 9 = 1.7 poin Jarak dari skor 45 50 = 5 poin. Kenaikan 5 poin menunjuk pada perkembangan penguasaan sebesar = 5 : 1,7 = 2,9 bulan ~ 3 bulan. Jadi, anak tersebut telah menguasai materi kelas 5 cawu 1.
11
Kelemahan GE: Tidak semua mata pelajaran yang diambil seorang siswa sama pada tiap tingkatnya, seperti misalnya pada SMU yang sudah ada penjurusan. Mata pelajaran di kelas 1 tidak sama dengan mata pelajaran di kelas 3. Hal ini menyebabkan performa pada suatu mata pelajaran bersifat mandiri, hanya untuk mata pelajaran itu saja. Kekuatan GE: Kepentingan penggunaan GE adalah untuk diagnosis siswa-siswa yang tertinggal pelajaran. Dengan menentukan GE seorang siswa dalam hitungan tingkat kelas dan cawu, guru dapat mempertimbangkan pendekatan ke siswa yang dimaksud.
12
13
14
Perhatikan tabel berikut ini! Tentukan siswa mana yang berprestasi paling baik pada dua mata pelajaran tersebut!
Tabel E.3. Data skor mentah hasil ulangan mata pelajaran Fisika dan B. Inggris dari 4 orang siswa yang berasal dari 2 kelas yang berbeda Nama Siswa W X Y Z Mata Pelajaran Fisika 40 50 60 70 B. Inggris 60 50 60 50
Kelas 2A 2B
Dari tabel E.3. dapat dilihat bahwa siswa Z merupakan siswa dengan prestasi di bidang Fisika terbaik dibandingkan dengan teman-temannya. Sementara siswa W dan Y merupakan siswa prestasi paling baik dalam bidang Bahasa. Perbandingan yang dilakukan pada data tersebut, semata-mata adalah perbandingan antar skor mentah.
15
Lanjutan...
Tabel E.4. Data hasil ulangan Fisika & B.Inggris dengan Nilai mean pada tiap kelas Mata pelajaran Kelas Nama Siswa W X Y Z RS 40 50 60 70 Fisika Mean 40 80 B. Inggris RS 60 50 60 50 Mean 50 70
2A 2B
Dari tabel E.4. dapat dilihat bahwa siswa yang berprestasi di bidang Fisika dan B. Inggris telah berubah karena adanya nilai mean pada masing-masing kelas. Berdasarkan posisi mereka terhadap mean kelas, dapat dilihat bahwa siswa yang berprestasi di bidang Fisika adalah X dan di bidang B. Inggris adalah W.
16
Dalam hal ini nilai mean merupakan standar norma kelompok yang digunakan untuk menginterpretasi performa/posisi individu
Nilai-nilai statistik yang digunakan dalam penyusunan norma adalah: 1.Central tendency yang terdiri dari mean, median, dan mode 2.Variabilitas yaitu standard deviasi 3.Skewness (bentuk distribusi) yaitu, normal, juling negatif, atau juling positif Dalam kegiatan penyusunan norma kelompok, skor-skor mentah diubah ke dalam bentuk skor lain. Skor mentah hasil transformasi sering disebut sebagai derived scores (skor turunan). Transformasi dalam kegiatan penyusunan norma terdiri dari dua jenis, yaitu transformasi linier dan nonlinier. Transformasi linier biasanya digunakan untuk mengubah suatu skor dari suatu skala menjadi skor baru pada skala lain tanpa mengubah bentuk distribusi skor asal. Apapun bentuk distribusi skala skor asal, baik itu normal ataupun juling, ketika dipindahkan ke dalam skala baru, bentuk distribusi skala skor baru akan sama dengan bentuk distribusi skala lama. Lainnya halnya dengan transformasi nonlinier, biasanya transformasi jenis ini digunakan untuk mengubah skor yang berasal dari skala yang berbentuk juling menjadi skor baru pada skala yang berdistribusi normal. Agar interpetasi / makna skor dapat dipercaya, distribusi skor kelompok normatif harus berbentuk normal!
17
18
RS 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
f 2 1 6 5 12 17 21 28 19 15 10 5 3 4 2
PR 01 02 04 08 13 23 36 52 67 79 87 92 95 97 99
Rumus: c + 0.5 () PR = ---------------- x 100% N 43 + 0.5 (21) PR17 = -------------------- x 100% 150 PR17 = 36
O O
frekuensi komulatif di bawah skor yang sedang dianalisis frekuensi skor yang sedang dianalisis skor yang sedang dianalisis
19
20
Contoh:
Mean = 50; SD = 8. Pada kelas I X, siswa A mendapat skor 35, Siswa B mendapat skor 50 dan siswa C mendapat skor 70. Posisi relatif ketiga siswa tersebut dalam skala z adalah sebagai berikut:
21
Meskipun nilai z memberikan keuntungan, karena perhitungannya yang sederhana, namun nilai tersebut memiliki kelemahan dalam fungsinya sebagai suatu nilai standar, yaitu adanya nilai negatif dan mengandung desimal. Agar dapat lebih dipahami oleh orang awam, maka nilai negatif dan desimal tersebut dihilangkan dengan cara melakukan transformasi secara linier ke dalam skala lain.
22
Pada gambar E.1. terlihat bagaimana bentuk distribusi skor asal, yaitu A tidak berubah ketika ditransformasikan ke beberapa skala, yaitu skala B, C, dan D. Sebagai pembanding ditampilkan distribusi E yang cenderung normal.
Gambar E.1. Perbandingan bentuk distribusi skor pada transformasi linier
23
24
Pada transformasi nonlinier , posisi individu di dalam kelompok berubah. Perhatikan posisi individu M dan L pada distribusi asal (distribusi yang juling). Jarak posisi mereka sama dengan jarak antar individu lainnya. Ketika ditransformasi ke dalam skala normal, posisi M dan L menjadi lebih jauh dibandingkan jarak pada distribusi asal.
25
kedua jenis
1.Tentukan nilai-nilai yang sesuai dengan kolom 1, 2, 3, dan 4 pada tabel D.4. 2.Nilai z pada kolom 5 ditentukan dengan bantuan tabel distribusi normal yang ada pada buku-buku statistik. Proses transformasi nonlinier terjadi pada kolom 5, yaitu mengubah skor ke dalam nilai z-normal. 3.Oleh karena ada keterbatasan nilai z seperti yang telah dikemukakan di atas, yaitu adanya nilai negatif dan desimal, maka nilai z-normalized ini perlu ditransformasikan lagi ke skala lain. Di sini transformasi linier digunakan. 4.Skala baru yang digunakan pada transformasi linier di sini sudah boleh menggunakan standardized scores yang disusun oleh para ahli, yaitu T-scale, C-Sclae, Stanine, Deviation IQ, dsb.
Tabel E.5. langkah-langkah transformasi nonlinier: 1 RS 2 Frekuensi 3 Frekuensi komulatif (cf) 4 Proporsi komulatif (cp) cf cp = ------N 5 z-normalized 6 T-scores
26
4. Prol Norma
Setelah transformasi selesai dilakukan. Langkah terakhir dalam penyusunan norma adalah pembuatan tabel norma. Contoh table norma terlihat pada gambar E.3. Setelah tabel norma selesai dibuat, ketika seorang individu diukur dengan menggunakan beberapa alat tes, maka untuk menginterpretasi performa individu secara komprehensif, peneliti perlu menyusun prol norma individu tersebut.
27
28
29
Reliabilitas
Ambil ke- simpulan Mengkritik ketepatan Tentukan metode Interpretasi hasil tentang fungsi pada pemilihan metode reliabilitas pada 10 pengukuran pada 1 saat estimasi true reliabilitaspada 1 sub tes kasus penelitian score kasus penelitian
20 20 20/20 = 100%
10 5 5/10 = 50%
20 5 5/20 = 25%
5 1 1/5 = 20%
3 1 1/3 = 33%
10 3 3/10 = 30%
Pada mastery testing, skor individu diinterpretasi dalam hal menguasai atau tidak menguasai materi. Secara umum penguasaan materi dilihat dari 80-85% item dijawab benar atau tampilnya 80-85% perilaku yang dituntut oleh tujuan instruksional Misalnya, pelajaran olah raga bermain basket, pada berapa domain materi seorang siswa dinyatakan menguasai basket, bisa men-dribble, passing, dan pivot sudah cukup, atau perlu sampai mampu menembak bola masuk ke dalam keranjang. Pada mastery testing, interpretasi bisa dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu mastery, nonmastery, atau review interval. Batasan setiap kategori, tergantung dari denisi guru pada tiap tujuan instruksional.
30
6. Expectancy tables
Expectancy tables adalah suatu standard yang digunakan untuk menginterpretasi skor tes seseorang berdasarkan probability performa (persentase keberhasilan) di masa depan yang diharapkan. Jenis norma ini banyak digunakan pada kegiatan seleksi / perekrutan. Perlu dicatat bahwa expectancy table baru dapat disusun setelah ada bukti bahwa alat tes tepat memprediksi kriteria (validitas prediktif).
31
Tabel E.7. menunjukkan probabilitas mendapatkan nilai A, B, C dan dibawah D untuk nilai matematika di kelas 1 SMP dari skor tes deret angka mulai dari skor dibawah 10 hingga 30 ke atas. Dari data yang terdapat di dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi skor deret angka seorang siswa semakin tinggi probabilitasnya mendapatkan skor A dan B.
32