You are on page 1of 8

Berikut ini diuraikan secara singkat metode-metode mengajar yang sekaligus dapat digunakan sebagai metode pembelajaran. A.

Metode Ceramah Ceramah adalah suatu metode mengajar, berupa penyampaian bahan pembelajaran secara lisan kepada seluruh pendengar di suatu ruangan. Dalam metode ceramah interaksi hanya bersifat satu arah. Metode ini terutama digunakan dalam mengajar, yaitu seluruh kegiatan berpusat pada pembelajar. Metode ini tidak senantiasa jelek, bila penggunaannya diawali dengan persiapan yang baik, didukung dengan alat dan media, serta diperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Langkah pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ceramah adalah perssiapan, pelaksanaan, dan kesimpulan. Pada pembelajaraan matematika, ceramah dilakukan pada penyampaian materi secara umum kepada seluruh pebelajar di kegiatan awal pembukaan pembelajaran, terutama sebagai pembangkit motivasi, misalnya cerita tokoh-tokoh penemu yang berhubungan dengan materi yang diajarkan, atau cerita tentang kegunaan dalam kehidupan sehari-hari tentang materi yang akan dipelajari pebelejar, atau penyampaian hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan oleh pebelajar. Metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran matematika digunakan untuk presentasi pengetahuan dasar. B. Metode Ekspositori/Presentase Dalam ceramah pusat perhatiannya terletak pada pembelajar, pembelajar cenderung banyak bicara, menyempaian informasi (materi ajar), sedangkan pebelajar pada umumnya hanya mencatat dan sebagian kecil bertanya. Dalam metode ekspositori/presntase, pembicaraan pembelajar dikurangi, pembelajar hanya memberikan informasi pada saat tertentu, atau pada bagian-bagian yang diperlukan. Misalnya pada permulaan pembelajaran, pada penjelasan awal topik-topik baru, pada saat memberi contoh, senanjutnya pembelajar meminta pebelajar untuk mengerjakan beberapa soal yang mirip contoh atau soal yang memerlukan pemecahan msalah. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa, metode ceramah dalam pembelajaran metematika digunakan untuk presenyase pengetahuan dasar. Presentase pengetahuan dasar dilakukan dengan menyediakan suatu kerangka kerja untuk materi pembelajaran selanjutnya yang dihubungkan dengan pengetahuan pebelajar sebelumnya. Presentase informasi pengetahuan dalam pembelajaran matematika kepada pebelajar harus disertai dengan demonstrasi dan tanya jawab, karena matematika adalah pengetahuan abtrak yang mengandung pengetahuan deklaratif, procedural dan kondisional. Ketiga pengetahuan itu dalam matematika saling berkaitan (ingat objek matematika fakta, konsep, keterampilan dan prinsip). Metode ceramah dan ekspositor/presentasi kadang sulit dibedakan, karena sering dalam rncana pembelajaran ditulis metode ceramah tetapi pelaksanaannya menggunakan metode ekspositori, demikian pula ada yang menulis dalam rencananya mengguankan nmetode ekspositori, tetapi palsaanaanya cerama terus selama pertemuan. C. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi dapat dikatakan masih termasuk dalam metode ekspositori, karena ketika pembelajar mendemonstrasikan sesuatu prosedur, tentu disertai dengan ekspositori atau presentase tentang apa yang dilakukan menurut langkah-langkah dalam algoritma yang didemonstrasikan. Dengan metode demonstrasi ini pembelajar menunjukkan kehebatannya dalam pembelajaran, pembelajar memperlihatkan cara menurunkan rumus, memecahkan masalah. Dengan metode ini, pembelajar juga memberikan jawaban kepada pebelajar, bila pebelajar bermaksud mengatahui terjadinya sesuatu, atau bagaimana memecahkan suatu masalah. Metode demonstrasi yang digunakan sebagai unjuk kehebatan, sering membuat seorang pembelajar berlebihan dalam melaukan demontrasi. Dalam kegiatan pembelajaran, seorang pembelajar kadang perlu menunjukkan kehenatanya tetapi tidak secara kontinu dilakukan. Gunakan metode demontasi dengan wajar. Misalnya, setelah ekspositori dilanjukan dengan contoh yang didemonstrasikan dan dipadukan dengan tanya jawab (bukan dikerjakan sendiri), kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas untuk pebelajar (dikerjakan di kelas). Pelaksanaan demontrasi dsebaiknya dikaitkan dengan metode lain, misalnya diawali dengan ekspositori, demonstrai dipadukan dengan tanya jawab dan dikaitkan dengan eksperiman.. Pelaksanaan metode demonstrasi di lakukan dengan langkah-langah sebagai berikut: a. Persiapan/perencanaan Pada persiapan perlu ditetapkan tujuan demonstrasi/eksperimen, ditetapkan langkah-langkah pokok demostrasi/eksperimen, dan persiapan alat-alat yang diperlukan. b. Pelaksanaan demosntrasi/eksperimen Pada pelaksanaan demonstrasi/eksperimen diusahakan dapat diikuti,diamati oleh seluruh pebelajar dalam kelas, tumbuhkan sikap kritis pada anak sehingga terjadi tanya jawab dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan, beri kesempatan kepada setiap pebelajar untuk mencoba sehingga pebelajar merasa yakin tentang kebenaran suatu proses, beri nilai pada kegiatan pebelajar dalam demonstrasi/eksperimen tersebut. c. Tindak lanjut demonstrsi/eksperimen Setelah demonstrsi/eksperimen selesai, berikan tugas-tugas kepada pebelajar, baik tertulis maupun lisan. Misalnya dengan PR atau wawancara, atau meminta pebelajar mendemonstrasikan kembali dalam masalah lain. D. Metode Latihan Berbicara tentang latihan akan timbul berbagai tafsiran tentang laitihan. Dalam pembelajaran matematika terdapat dua pengertian latihan, yaitu: latihan hafal (drill) dan latihan praktek (practice). Latihan hafal, berupa meminta pebelajar untuk menghafal fakta matematika tertentu, menghafal perkalian bilangan asli kurang dari 10. Sedangkan latihan praktek berupa latihan menyelesaikan soal-soal. Latihan hafal adalah kegiatan yang pada umumnya dilakukan secara lisan yang hasilnya berkenaan dengan kemampuan pebelajar memberikan jawaban dengan cepat tentang fakta. Hasil yang diperoleh dari latihan hafal itu, misalnya dapat mengingat rumus dengan cepat, menghitung hasil perklian dengan cepat.

Latihan praktek ialah mengingat sejumlah algoritma (langkahlangkah/prosedur) suatu kegiatan untuk sampai pada jawaban yang benar. Jawaban yang benar ini diperoleh melalui perbuatan (proses) bukan melalui hafalan saja. Dengan latihan praktek pebelajar menjadi biasa dan terhafalah langkah-langkah/ prosedur yang harus dilakukan dalam suatu proses mengerjakan soal/masalah. Dengan latihan hafal dan latihan praktek, diharapkan pebelajar menjadi terbiasa melakukan kegiatan, sehingga timbul kebiasaan yang memberikan motivasi dalam diri pebelajar yang merasa tidak puas kalau melihat soal atau masalah matematika dan tidak diselesaikan. E. Metode Tanya Jawab Tanya jawab dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya berlaku dua arah antara pembelajar dan pebelajar, tetapi tanya jawab juga terjadi antara pebelajar yang satu dengan pebelajar yanglain. Metode tanya jawab dalam kegiatan pembelajaraan harus terjadi multiarah, pembelajar bertanya dan pebelajar menjawab, pebelajar bertanya dan pembelajar menjawab atau dapat dijawab oleh pebelajar lain. Selain itu tanya dapat dilakukan melalui wawancara yang bersifat diagnostis untuk menggali permasalahaan yang dihadapi pebelajar apabila ada pebelajar yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu soal atau tidak dapat menjawab pertanyaan pembelajar dengan relatif sempurna. Dalam kegiatan pembelajaran, dengan metode tanya jawab, pertanyaan pebelajar, tidak langsung dijawab oleh pebelajar secara lengkap, tetapi jawaban berupa tuntunan kepada pebelajar untuk menemukan jawabaan, atau apabila ada pertenyaan dari seseorang pebelajar, maka pembelajar dapat memberi kesempatan kepada pebelajar lain untuk menjawabnya, dan apabila jawabannya relatif kurang sempurna, pembelajar dapat mengarahkan atau membimbing ke arah jawaban yang relatif sempurna. Pada penggunaan metode tanya jawab dalam pembelajaran, pembelajar perlu memperhatikan: a. Hargailah pertanyaan, jawaban, keluhan pebelajar bagaimanapun rendahnya kadar pertanyaan, jawaban, dan keluhan pebelajar. b. Terimalah dahulu jawaban pebelajar-pebelajar, kemudian lakukan pengecekan dengan mengemukakan pertanyaan yang menggali proses penemuan jawaban, atau bersifat arahan ke jawaban. c. Rangsanglah pebelajar untuk ikut berpatisipasi aktif dengan, meminta pebelajar melakukan demonstrasi menjawab pertanyaan melalui kerja di papan tulis, menjawab/memberikan penjelasan di depan temantemannya (di depan kelas), atau memamerkan hasil karyanya. d. Ajukan pertanyaan kepada sasaran yang sesuai dengan keperluan. Misalnya ajukan pertanyaan kepada seluruh pebelajar dalam kelas, meminta jawaban kepada pebelajar yang mengacungkan tangan, juga meminta jawaban dari yang tidak mengacungkan tangan dengan mengubah/memodifikasi pertanyaan tetapi isi jawaban tetap sama, misalnya berapa 15 4, kepada pebelajar yang tidak mengacungkan tangan, pembelajar meminta mereka untuk menjumlahkan 4 + 4 + . . . sampai 15 kali, atau meminta menjumlahkan 15 sampai 4 kali. e. Untuk mengingatkan partisipasi aktif pebelajar, kadang-kadang pembelajar perlu berlagak pilon. Misalnya membuat kekeliruan yang sengaja (tapi kadang tak diengaja), menjawab pertanyaan pebelajar

dengan tadak tahu, mungkin, mari kita lihat persama, mari kita uji bersama. f. Ajukan pertanyaan dengan mutu/taraf kesulitannya makin lama makin tinggi, yaitu mulai dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Misalnya pertanyaan menyangkut perkalian bilangan, mulai dengan perkaliaan bilangan satu digit, dua digit, dan seterusnya digitnya bertambah sampai batas yang wajar masih dapat dilakukan pebelajar tanpa menggunakan alat hitung (kalkulator). F. Metode Diskusi Diskusi pada dasarnya adalah pembecahan masalah secara bersamasama baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar dengan bimbingan pembelajar. Atas dasar ini, diskusi dalam kegiatan pembelajaraan sebaiknya dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif, karena dalam pembelajaran kooperatif selalu terjadi diskusi. Kegiatan diskusi yang melibatkan kelompok besar yang jumlahnya lebih banyak dari kelompok pembelajaran kooperatif, yaitu dalam bentuk seminar, symposium, lokakarya, dan diskusi panel. Berhasil tidaknya diskusi, bergantung pada: (1) pemimpin diskusi (pembelajar dapat menjadi pemimpin), (2) jelas tidaknya masalah dan tujuan dikskusi, (3) partisipasi peserta (pebelajar) dalam diskusi, (4) situasi yang merangsang jalannya diskusi, (5) masalahnya cukup problematik yang merangsang pebelajar 1 1 5 a c ad + = , atau = berpikir, misalnya mengapa 2 3 6 b d b c

G. Metode Permainan
Dalam pelaksanaan metode permainan dalam pembelajaran matematika , perlu dibedakan dengan bermaian untuk pembelajaran matematika. Permainan matematika adalah kegiatan yang menyenangkan (menggembirakan) dan menunjang tercapinya tujuan pembelajaran dalam pembelajaran matematika, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Bermain dalam pembelajaran matematika adalah suatu kegitan yang membiarkan anak-anak bermain dan anak-anak sendiri menemukan hasil (matematika ) dari kegiatan bermain. Perlu diperhatikan bahwa permainan itu bukan sekedar membuat orang senang, ketawa, dan lain-lain, tetapi permainan itu diupayakan dibuat secara berencana, diarahkan ke tujuan pembelajaran, tepat penggunaannya dan tepat waktunya. Untuk bermain, misalnya kepada anak-anak diberi kesempatan untk bermain monopoli untuk pengenalan bilangan berupa penyebutan bilangan secara berurutan (membilang) dan operasi penjumlahan dan pengurangan. Dalam bermain monopopli ini, anak-anak akan terbiasa melihat banyak titiktitik pada dadu, dan banyaknya langkah maju atau naik berarti bertambah, atau mungkin akan turun atau mundur berarti berkurang. Untuk permainan, misalnya kepada anak-anak diperlihatkan kantog-kantong nilai tempat, yang ditempatkan tersusun dari kanan ke kiri yang menempati nilai atuan, puluan, ribuan dan seterusnya. Selain kantong sebagai tempat, harus disediakan pula lidi yang dapat diisi ke dalam katong-kantong tersebut. Contoh penjumlahan 243 + 344 dilakukan sebagai berikut:

1. barisan kantong pertama diisi dengan lidi sesuai dengan nilai tempat, kantong satuan diisi 3 lidi, kantong puluahn diisi 4 lidi, dan kantong ribuan diisi 2 lidi 2. barisan kantong kerua juga diisi dengan lidi sesuai dengan nilai tempat, kantong satuan diisi 4 lidi, kantong puluhan diisi 4 lidi, dan kantong ribuan diisi 3 lidi. 3. barisan kantong pertama diisi dengan lidi sesuai dengan nilai tempat, kantong satuan diisi 3 lidi, kantong puluahn diisi 4 lidi, dan kantong ribuan diisi 2 lidi 4. barisan kantong kerua juga diisi dengan lidi sesuai dengan nilai tempat, kantong satuan diisi 4 lidi, kantong puluhan diisi 4 lidi, dan kantong ribuan diisi 3 lidi. 5. Ambil lidi dari kantong-kantong pada barisan pertama dan diisi pada kantong-kantong pada barian kedua sesuai dengan nilai telampat dariman lidi tersebut di amabil. Lidi dari kantong satuan diisi ke dalam kantong satuan, lidi dari kantong puluha, ribuam diisi ke dalam kantong puluhan, ribuan, atau sebaliknya darti barisan kantong-kantong kedua ke pertama. Hal ini dapat dilakukan dengan menghambil semua lidi pada kantong pertama dan kedua dikumpulkan sesuai dengan nilainya, kelompok satuan dengan sartuan, puluhan dengan puluhan dan ribuan dengan ribuan dan dimasukkan ke dalam barisan kantong-kantong ketiga sesuai dengan nilai tempatnya.

+
5 8 7

Jadi 243 + 344 = 587. Dalam permainan ini, kepada anak-anak tidak perlu diberikan satu macam soal, tetapi dapat diberikan berbegai bentuk penjumlahan dua bilangan.

H. Metode Laboratorium

Pebelajaran yang menggunakan metode laboratorium adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk memahami suatu objek langsung matematika (fakta, konsep, skill, dan prinsip) dengan mengkaji, menganalisis, menemukan secara induktif melalui inkuiri, merumuskan, dan menguji hipotessis, serta membuat kesimpulan dari benda konkrit atau benda modelnya. Metode laboratorium dalam pembelajaran matematika dibedakan dengan ekspetimen, sebab dalam metode laboratorium matematika tidak terjadi perubahaan (proses) pada benda/zat yang digunakan, sedangkan pada eksperimen harus terjadi perubahan pada benda/zat yang digunakan. Metode laboratoriun dalam pembelajaran matematika, tidak harus

dilakukan dalam ruang khusus laboratorium matematika, tetapi metode laboratorium dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan di kelas ruang belajar biasa, atau di lapangan. Dalam pembelajaran matematika yang menggunakan metode laboratoriun, pembelajar harus mempersiapkan alat-alat (benda, model) dan disertai dengan LKS (lembar kegiatan pebelajar) yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran dan dibawa di kelas. LKS untuk laboratorium matematika ini biasa disebut Lab-Mini. LabMini (LKS) ini berisi instrukssi atau tugas-tugas yang harus dikerjakan pebelajar dengan menggunakan benda-benda konkret, harus ada kegiatan psikomotor. Suatu LKS yang dikerjakan tanpa ada kegiatan psikomotor, tanpa mengutak-atik benda konkrit belum disebut sebagai Lab-Mini. Kegiatan Lab-Mini dapat dilakukan secara perseorangan (mandiri) atau dapat dilakukan secara bersama dalam kelompok (2 5 orang). I. Metode Kerja Lapangan Kegiatan lapangan sering disatukan dengan kerja laboratorium menjadi pembelajaran dengan metode laaboratorium. Pada dasarnya kegiatan lapangan tidak berbeda dengan metode laboratorium yang berbeda objek dan tempatnya. Tetapi harus diperhatikan bahwa metode laboratorium adalah kegiatan memanipulasi bentuk benda yang dapat dilakukan di kelas atau di lapangan, sedangkan meode laboratorium, kegiatannya menggunakan benda/alat yang dapat dikerjakan di kelas atau lapangan, dan bendanya sendiori tidak dimanipulai. Misalnya penggunaan alat sudut elevasi untuk mengukur tinggi suatu tempat, dapat dilakukan di kelas dengan menggunakan model, atau dapat dilakukan dengan kerja lapangan di luar kelas untuk mengukur tinggi pohon ataau menara. Kegiatan ini masuk dalam metode kerja lapangan. Sedangkan kegiatan menggunakan metode laboratorium, misalnya, pada kegiatan menghitung luas lingkaran dengan membagi lingkaran atas juring-juring,kemudian juring-juring disusun menjadi model persegipanjang, sehingga luas lingkaran sama dengan luas model persegiganjang dari juring-juring lingkaran. J. Metode Karyawisata Karyawisata dalam rangkaian metode pembelajaraan mempunyai arti tersendiri. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas atau di luar sekolah dalam rangka pembelajaran, kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi, membahas berbagai masalah sebagai pelengkap kegiatan dalam kelas. Misalnya mengajak pebelajar ke kantor sensus untuk mengetahui jumlah penduduk, atau mengunjungi suatu tempat wisata, kepada para pebelajar dilengkapi dengan buku pedoman/petunjuk untuk mengumpulkan hal-hal yang berhubungan dengan suatu topik atau pokok bahasan dalam matemaatika. Metode karyawisata dapat dipadukan metode kerja lapangan. K. Metode Penemuan Penemuan dalam pembelajaran matematika bukan penemuan sesungguhnya, sebab apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan orang (pakar), pembelajar sebelumnya. Metode penemuan di sini dimaksudkan agar pebelajar terbiasa dengan kegiataan mencari sesuatu yang belum diketahuinya sehingga mungkin kelak meraka akan daapat menemukan sesuatu yang barru di dalam matematika. Misalnya rumus atau dalil atau cara tertentu yang belum pernah ditemukan orang seblumnya.

Pada metode penemuan, konsep, dalil atau algoritma/prosedur dan semacamnya yang dipelajari pebelajar merupakan hal yang baru dan belum diketahui oleh mereka sebelumnya, tetapi pembelajar sudah mengetahuinya. Untuk menunjang metode penemuan ini biasanya diiringi dengan metode ekspositoti dan keja kelompok. L. Metode Inkuiri Metode inkuiri adalah metode yang hampir sama dengan metode peneluan, tetapi perlu dibedakan dengan metode penemuan. Pada metode penemuaan, pada umumnya dilaksanakan dengan ekspositori dan kerja kelompok, dan suatu yang akan ditemukan pebelajar itu sudah diketahui oleh pembelajar dan pebelajar hanya mencari langkah/prosedur untuk sampai kepada hasil akhir yang sudah diketahui. Sedangkan pada metode inkuiri yang penting adalah saat berlaku proses penemuannya. Pada metode inkuiri mungkin pebelajar diharuskan membuat hipotesis kemudian mengujinya. Penemuan dalam metode inkuiri mungkin belum pernah ditemukan oleh pembelajar atau orang lain sebelumnya. Pada metode inkuiri keaktifan pebelajar terpusat dan terarah pada metode ilmiah untuk mencari kebenaran. M. Metode Pemecahan Masalah Pemecahan masalah bukan sekedar metode pembelajaran, tetapi suatu metode berpikir, sebab dengan metode ini pebelajar mencoba berusaha belajar berpikir dengan menggunakan cara-cara lainnya sampai pada penarikan kesimpulan. Menurut Gagne pemecahan masalah dalam tipe belajar merupakan tipe belajar yang paling tinggi tarafnya disbanding dengan tipe lain (lihat kembali tipe-tipe belajar Gagne) Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang dapat diselesaikan tanpa menggunakan prosedur yang rutin. Suatu persoalan merupakan suatu masalah apabila: (1) persoalan tersebut tidak memiliki hal-hal yang menjadi halangan/rintangan untuk memecahkan persolahan tersebut, (2) persoalan tersebut dihadapi seseorang tetapi orang tersebut tidak mempunyai keinginan/hasrat untuk memecahkan, (3) walaupun dalam persoalan tersebut tidak ditemukan halangan/rintangan dan adanya hasrat untuk memecahkan, tetapi tidak ada usaha secara nyata untuk memecahkan persoalan tersebut. Fakta inilah yang memungkinkan bahwa, suatu persoalan mungin merupakan masalah bagi seseorang tetapi bukan merupakan masalah bagi orang lain. Misalnya soal: hitung jumlah 54 dan 15. Soal tersebut tidak merupakan masalah bagi pebelajar di kelas VI SD, tetapi mungkin merupakan masalah untuk beberapa pebeljaar di kelas III SD. Berapa banyak diagonal yang dapat ditarik dalam segi-10? Soal ini tidak menjadi masalah bagi pebelajar yang telah menngetaui rumus atau pola pertungannya, tetapi bagi pebelajar yang tidak mengetahui rumus atau polanya, ini merupakan masalah. N. Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Pemberian tugas ini tidak sekedar pekerjaaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dikerjakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, atau suvei lapangan. Adanya tugas resitasi (menyimak, menghafal sesuatu kemudian ditanya) harus dibarengi dengan adanya pertanggungjawaban dari yang diberi tugas (pebelajar).

Tugas resitasi merangsang pebelajar untuk aktif belajar baik secara perseorangan maupun secara kelompok. Jenis tugas sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Misalnya tugas menghafal perkalian bilangan asli kurang dari 10, menyimak acara cerdas cermat di TV dan sebagainya. O. Metode Proyek Metode proyek adalah semacam metode pemberian tugas kepada pebelajar secara kelompok atau secara perseorangaan. Individu atau kelompok mengadakan kontrak untuk menyelesaikan suatu dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan nilai atau kredit (penghargaan) yang besar/jumlahnya disesuaikan dengan berat-ringannya tugas dan hasil yag diselesaikan. Metode proyek ini dapat dipadukan dengan metode laboratorium, karyawisata, dan resitasi. Misalnya pada karyawisata, pebelajar diminta untuk mengunjungi suatu tempat wisata. Kepada pebelajar diberi instruksi untuk mencatat hasil pengamatan atau hasil wawancara, dan membuat laporanya dalam jangka waktu tertentu (1 minggu, 2 minggu atau 1 bulan). Pada pelaksanaan metode proyek ini sebaiknya dibuat surat kontrak yang disertai dengan rubrik penilaian yang dipegang masing-masing oleh pebelajar (penerima kontrak) dan pembelajar (pemberi kontrak). P. Panduan Kombinasi Metode-Metode Pembelajaran Setiap metode yang dikemukakan di atas mempunyai kelebihan dan keurangan. Oleh karena itu, pembelajar dalam kegiatan pembelajaran (matematika) sebaiknya berusaha meemadukan atau mengkombinasikan metode-metode tersebut dalam pembelajaran. Saran kombinasi yang dapat digunakan sebagai berikut: a. Pembelajaran yang menggugah bangitnya minat pebelajar dalam matematika, gunakan metode cermah, ekspositori, dan diskuisi. b. Pembelajaran yang melibatkan pebelajar memanipulani bendabenda konkret atau model-model matematika, gunakan metode permainan laboratorium dan karyawisata. c. Pembelajaarn yang memberikan kesempataankepada pebelajar untuk menemukan, menimbulkan sifat-sifat kreatif dan memecahkan masalah, gunakan metode pnemuan, inkuiri dan pemecahan masalah. d. Pembelajaran yang dapat meningkatka keterampilan matematika, gunakan metode, resitasi (pemberian tugas), ekspositori, dan latihan praktek. e. Pembelajaraan yang dapat menimbulkan sifat-sifat teliti, cermat, dan tanggung jawab, gunakan metode laboratorium, kwegiatan lapangan, pemberian tugas, dan lapangan. Panduan kombinasi yang disarankan di atas, bukan meruakan satu-satunya yang harus diikuti secara mutlak, tetapi saran ini dapat menjadi panduan, dan dapat dikembangkan lagi sesuai dengan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran.

You might also like