You are on page 1of 26

1.

MASYARAKAT PEDESAAN Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah, yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu sendiri. Masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman yang disebabkan oleh pengorbanan yang dilakukan oleh anggotanya baik paksaan ataupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang-wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama. Dengan paksa berarti tunduk terhadap hokum yangh berlaku sukarela sedangkan dikarenakan dengan taat

terhadap peraturan berdasarkan keinsyafan dan kesadaran dari diri sendiri.1 Masyarakat pedesaan sering di sebut juga dengan istilah rural comunity. Agak sulit untuk memberikan batasan apa yang di maksud dengan masyarakat pedesaan. Dalam hubungan ini, baiklah akan di berikan gambaran umum tentang masyarakat pedesaan. Warga-warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam dari pada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya, di luar batas-batas wilayahnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok, atas dasar sistem kekeluargaan.

Hasan Shadili, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, Rineka cipta, Jakarta, 1993, hlm 50

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 1

Penduduk
2

masyarakat

pedesaan

pada

umumnya

hidup

dari

pertanian. walaupun kita melihat adanya tukang kayu, tukang genting dan bata, tukang membuat gula dan bahkan tukang catut (sistem ijon), akan tetapi inti pekerjaan penduduknya adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di luar pertanian hanya merupakan pekerjaan sambilan; oleh karena itu bila tiba masa panen atau masa penanaman padi, pekerjaan sambilan tadi segera di tinggalkannya. Namun demikian, hal itu tidaklah berarti setiap orang mempunyai tanah. Suatu contoh misalnya, di pulau Jawa di kenal ada empat macam pemilikan tanah, yaitu: a. Sistem milik umum atau milik komunal dengan pemakaian beralihalih. b. c. d. Sistem milik komunal dengan pemakaian bergiliran; Sistem komunal dengan pemakaian tetap, dan; Sistem milik individu;

Cara-cara bertani masyarakat pedesaan umumnya sangat tradisional dan tidak efisien, karena belum di kenal luas mekanisme dalam pertanian. Biasanya mereka bertani semata-mata untuk mencukupi kehidupannya sendiri dan tidak untuk di jual. Cara bertani yang demikian lazimnya di namakan substistence farming, artinya mereka merasa puas apabila kebutuhan keluarga telah di cukupi. Golongan-golongan masyarakat pedesaan, orang pada tua pada umumnya

memegang peranan yang penting. Orang-orang akan selalu meminta nasehatnasehat pada mereka, apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
2

Drs. Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasonal, Surabaya, hlm 90

2 Masyarakat dan Mitos

Kesukarannya adalah bahwa golongan-golongan orang tua itu mempunyai pandangan yang didasarkan pada tradisi yang kuat sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-perubahan yang nyata. Pengendalian sosial masyarakat terasa sangat kuat, sehingga pengembangan jiwa individu sangat sukar dilaksanakan. Itulah sebabnya mengapa sulit sekali untuk merubah jalan pikiran sosial kearah jalan pikiran yang ekonomis, hal mana yang juga disebabkan karena kurangnya alat-alat komunikasi. Sebagai akibat sistem komunikasi yang sederhana, hubungan antara seseorang dengan orang laindapat diatur dengan seksama. Rasa persatuan erat sekali, yang kemudian menimbulkan saling kenal mengenal dan saling tolong menolong yang akrab. Apabila ditinjau dari sudut pemerintahannya, hubungan antara penguasa dengan rakyat berlangsung secara tidak resmi. Segala sesuatu dijalankan atas dasar musyawarah. Di samping itu karena tidak ada pembagian kerja yang tegas, seorang penguasa sekaligus mempunyai beberapa kedudukan dan peran yang sama sekali tidak dapat dipisahkan atau paling sukar untuk dibeda-bedakan. Di desa terpencil, sukar sekali untuk memisahkan kedudukan seseorang serta perannya kepada desa sebagai orang tua yang nasehat-nasehatnya patut dijadikan pegangan, sebagai seorang pemimpin upacara-upacara adat dan lain sebagainya. Singkatnya, segala sesuatu disentralisir pada diri kepala desa tersebut. Cara hidup masyarakat pedesaan sebagaimana digambarkan diatas akan berubah, sebagaimana ada perkembangan sistem kapitalisme dan masyarakat industri, artinya di masyarakat pedesaan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut koentjaraningrat suatu masyarakat desa menjadi suatu persekutuan hidup dan kesatuan sosial. Didasarkan atas dua macam prinsip, yaitu: a. Prinsip hubungan kekerabatan (geneologis)

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 3

b.

Prinsip hubungan tinggal dekat (teritorial) Masyarakat pedesaan kehidupannya perbeda dengan masyarakat

perkotaan. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari perbedaan yang mendasar dari keadaan lingkungan, yang mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupannya. Kesan yang sangat populer masyarakat perkotaan terhadap masyarakat pedesaan adalah masyarakat pedesaan bodoh, lambat dalam berfikir dan bertindak, serta mudah tertipu dan lain sebagainya. Kesan ini disebabkan karena masyarakat perkotaan mengamatinya hanya sepintas lalu, tidak banyak tahu dan kurang pengalaman dengan keadaan lingkungan pedesaan. 3 2. PENGARUH MITOS DI DAERAH PEDESAAN Di kuat daerah pedesaan mitos sangat terhadap pengaruh

kehidupan masyaratnya, Mitos adalah cerita tentang asal usul terjadinya dunia seperti sekarang ini, cerita tentang alam peristiwa-peristiwa ini. dan Cerita-cerita dalam arti yang itu tertentu tidak biasa sebelum alam duniawi yang kita hadapi menurut keramat. adalah yang kepercayaan sungguh-sungguh terjadi Upacara pelaksanaan keagamaan tindakan-tindakan

ditentukan, yang strukturnya sangat ketat yang dianggap mempunyai arti


3

Koentjoroningrat, Isi Konsep Desa Indonesia, Yayasan BPFE, Universitas Indonesia, Jakarta, hlm 354

4 Masyarakat dan Mitos

keagamaan. Karena cerita itu sering sekali mendramatisasikan atau memperagakan cerita-cerita Mitos, dan oleh karena itu mitos itu menerangkan dan memberi rasionalisasi kepada pelaksanaan upacara.4 Dan mitos selalu berhubungan dengan ritual-ritual yang didalamnya mengandung unsur agama dimana Tylor, satu abad yang lalu telah mendefinisikan agama sebagai suatu kepercayan dalam bentuk spiritual. Sejumlah ahli Antropologi sosial modern sudah kembali kesuatu perluasan definisi agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap manusia biasa atau kekuatannya. Ahli lainnya mengikuti Durkheim, telah berusaha menemukan nilai-nilai khusus tentang kesucian yang membatasi agama dan kepercayaan duniawi. Agama sangat berfariasi dalam peranannya di alam semesta ini dan cara-cara manusia berhubungan dengan agama tersebut. Dalam hal ini bisa terdapat kelompok dewa-dewi, satu dewa atau sama sekali tidak ada roh atau bahkan makhluk dan kekuatan yang berlebihan, kelompok-kelompok ini secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau tanpa terlibat sekalipun. Kelompok ini bersifat hukum (primitif) atau bersifat positif. Berhubung dengan ini manusia dapat merasa kagum atau hormat atu bahkan merasa takut, tetapi mereka juga dapat mambangkitkan kekuatan gaib atau berusaha memperdayakannya. Agama kepercayaan dapat juga mengatur moral manusia melakukan atau melanggar moral. Keberadaan agama atau kepercayaan terdapat beberapa jenis yaitu: 1. Animisme yaitu suatu kepercayaan terhadap roh, hantu, dahan pohon raksasa, dan jenis keercayaan lainya. 2. Animatisme yaitu suatu kepercayaan terhadap kekuatan roh yang lebih.

Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, Erlangga, Jakarta, 1992, hlm 106-107

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 5

3. Totenisme

yaitu

dimana kelompok

dikatakan manusia

bahwa dengan

mantera kelompok

menghubungkan

binatag atau dengan fenomena alam. Hal ini tidak berarti bahwa perbandingan agama tidak harus kehilangan perbandingannya, atau setiap agama akan terbukti selalu berkaitan dengan suatu jenis sistem sosial dan kita akan kembali kepada usaha yang lebih canggih dan modern untuk menunjukkan adanya hubungan antara dunia khayalan dan dunia kenyataan dimana kita hidup.
5

3. AGAMA DAN KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT Agama sebagai sistem nilai telah lama disalahpahami oleh para pemikir Barat terutama oleh Aguste Comte
6

dengan para pengikutnya. Menurut

Comte, masyarakat berkembang secara linear dari tahap teologis, metafisik, sampai pada tahap akhir positif. Pada tahap teologis dan metafisik, agama masih dipandang mempunyai pengaruh yang dominan dalam struktur masyarakat, sehingga jika terjadi peristiwa apa saja, semuanya dikembalikan dan direkonsilasikan kepada agama. Pada tahap ini, pola pemikiran masyarakat masih sangat sederhana. Agama sebagai nilai bagi manusia rujukan dan arahan, bukan sekedar tempat manusia untuk berkompensasi dari kelelahan rohaninya dan

5 6

Ibid hlm 93 Harold H. Titus, Marilyn. S. Mith, dan Richard T. Nolan, Living Issues in Philosophy. Terj. H.M. Rosyidi, Persoalan-persoalan Filsafat. Bulan Bintang, Jakarta, 1984, hal.365.

6 Masyarakat dan Mitos

mencari ketenangan. Akan tetapi, lebih jauh memberikan landasan nilai bagi manusia. Karena itu, agama berkaitan bahkan tidak terpisahkan dengan kebudayaan. Persoalan utama dalam melihat hubungan antara agama dan kebudayaan adalah dalam pengambilan nilai-nilai dasar. Agama sebagai sumber nilai merupakan rujukan esensial bagi masyarakat. Pada pemikiran barat yang berkembang selama ini, nilai dipandang sebagai sesuatu yang berubah setiap saat bergantung pada kesepakatan masyarakat, dan agama merupakan salah satu nilai yang dijadikan rujukan untuk masalah-masalah yang bersifat ritual, bukan standar nilai baik dan buruk. Hubungan agama dan kebudayaan memunculkan dua pandangan dikalangan para ahli. Pertama, agama merupakan bagian dari kebudayaan, atau kebudayaan itu mencakup agama. Dalam pandangan ini, agama disamakan dengan mitos, legenda atau dongeng yang merupakan bagian dari tradisi masyarakat. Bagi agama tertentu (kebudayaan). Pandangan ini dapat diterima karena agama-agama budaya memang lahir dari pemikiran manusia. Akan tetapi, bagi agama Islam, pandangan ini tidak bisa diterima karena Islam bukan hasil pemikiran manusia. Kedua, kebudayaan merupakan bagian dari agama, atau agama mencakup kebudayaan. Dalam pandangan ini,
7

kebudayaan manusia merupakan bagian dari agama. Kedua pandangan ini banyak berpengaruh terhadap cara orang melihat agama dan budaya. Menurut Dr. TB. Simatupang, Sepanjang sejarah umat manusia maka di semua tempat selalu ada agama dan kebudayaan. Semua orang mengetahui paling sedikit mengira mengetahui, apa yang dimaksud dengan agama dan apa yang dimaksud dengan kebudayaan. Tetapi tidak ada yang lebih sulit

Ali Anwar Yusuf. Islam dan Sains Modern: Sentuhan Islam terhadap Berbagai Disiplin Ilmu. Pustaka Setia, Bandung: 2005, hal.57

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 7

daripada memberikan definisi mengenai agama dan kebudayaan yang dapat diterima oleh semua orang.8 Sejarah umat manusia memperlihatkan bahwa pengaruh agama selalu memasuki semua segi kehidupan manusia dan masyaraka. Mempelajari agama dahulu adalah tugas eksklusif dari para ahli agama atau para teolog. Sejak abad ke-19 telah diterapkan metode-metode modern filsafat, ilmu sejarah, ilmu bahasa, psikologi, antropologi, sosiologi, fenomenologi, ilmu perbandingan agama dan seterusnya untuk memahami asal-usul, hakekat, arti dan fungsi agama. Semua upaya itu tidak menghasilkan suatu definisi mengenai agama yang dapat diterima oleh semua pihak. Upaya untuk menemukan esensi dari agama misalnya, tidak begitu berhasil. Terbukti bahwa masing-masing agama merupakan suatu sistem tersendiri, dimana doktrin, mitos, ritual, keimanan, kelembagaan dan seterusnya adalah aspekaspek dari suatu kesatuan yang organis yang tidak begitu saja dapat dibandingkan dengan agama yang lain, apalagi dinilai dengan menggunakan agama lain sebagai tolok ukur. Air dingin, air panas, air beku, air asin, air tawar, air bersih dan air kotor adalah manifestasi dan barang yang sama, yaitu air. Tetapi agama-agama tidak merupakan manifestasi dari suatu barang yang dapat disebut agama dalam arti yang umum. Oleh karena itu adalah lebih tepat apabila kita berbicara mengenai agama-agama dan tidak mengenai agama.
9

Tidak ada kurang sulitnya untuk menemukan definisi mengenai kebudayaan, yang dapat diterima oleh semua orang. Dua antropolog Amerika

Drs. Musa Asyarie. Agama, Kebudayaan dan Pembangunan Lain, Sunan Kalijaga. Hal.41. 9 The Studi of Religion, dalam Encyclopaedia Britannica, 1978.

8 Masyarakat dan Mitos

A.L. Kroeber dan Klyde Kluckhorn mencatat tidak kurang dari 164 definisi mengenai culture.10 Untuk tujuan kita sekarang ini mungkin dapat kita katakana bahwa kebudayaan yang berasal dari budi itu (1) mencakup segala sesuatu yang diciptakan oleh budi manusia atau segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudi untuk memberi jawab atas tantangan yang dihadapi dalam sejarah, (2) merupakan milik bersama dari suatu masyarakat yang diwariskan kepada generasi-generasi penerus (3) dilandasi oleh tata nilai dan mempunyai arah serta orientasi tertentu. Suatu teori mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sansekerta. Akar katanya gam, mendapat awalan a- dan akhira a, menjadi agam-a. Disamping itu ada pula yang mendapat awal i- dan u-, menjadi igama dan ugama. Gam artinya pergi. Sansekerta masuk rumpun bahasa-bahasa indo-Jerman. Dalam bahasa Indo-Jermen lainnya kita temukan akar itu dengan sedikit perobahan: ga, gam (Belanda) dan go (Inggr). Setelah mendapat awalan a- dan akhiran a (a-gam-a) pengertiannya berubah menjadi jalan. Kata agama, igama dan ugama kita temukan sekarang dalam bahasa Bali, dengan pengertian berbeda-beda. Dan anehnya tiga bahasa sekarang memakai masing-masing kata itu dengan pengertian sama: Agama (Indonesia), igama (jawa), ugama (Malaysia). Dalam abad ke-XVI Barat
11

memasuki

Nusantara,

selanjutnya

menjajahnya. Belanda mendirikan sekolah barat di Indonesia, Inggris membina sekolah barat di Semenanjung. Kaum intelektual bumiputera yang dihasilkan oleh sekolah-sekolah itu berkenalan dengan kata religie (Bld) dan

A.L. Kroben and Clyde Kluckhorn, Culture. A Critical Review of Concepts and Deinition, Cambridge, Mass. 1952. 11 Gazalba Sidi. Islam dan Perubahan Sosio Budaya. Pustaka Alhusna: Jakarta Pusat, hal.45-46.

10

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 9

religion (Inggr), yang disamakan mereka pengertiannya dengan agama. Religi sebagai istilah ilmu lebih jelas pengertiannya. Umumnya orang berpendapat yang disebut religi itu mengandung tiga ciri: 1. Percaya kepada Yang Kudus 2. Melakukan hubungan dengan Yang Kudus itu dengan upacara (ritus), pemujaan (kultus) dan permohonan (doa), 3. Doktrin tentang perkara 1 dan 2. Biasanya gejala-gejala itu dilengkapi oleh ciri ke4. Perkara 1, 2, 3 itu membentuk sikap hidup atau pandangan dunia. Kalau agama disamakan pengertiannya dengan religi, maka yang dikatakan agama ialah sistem hubungan manusia dengan Tuhan dengan perincian keempat ciri tersebut. Bertolak dari analisa pengertian agama itu maka ciri-ciri agama Islam ialah: 1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (akidah). 2. Melakukan hubungan dengan Yang Maha Esa dengan upacara, pemujaan dan doa (ibadah khasah). 3. Doktrin tentang perkara 1 dan 2 (Quran dan Hadits) 4. Sikap hidup (taqwa). Esensi agama Islam adalah sistem hubungan manusia dengan Allah (Tuhan Yang Maha Esa). Menurut Drs. Abdullah Fadjar, M.Sc. Antropologi berparadigma agama-Islam-mengajukan anggapan esensial tentang kualitas manusia. Manusia pada dasarnya memiliki kualitas unggul. Desain ilahiyah menyatakan bahwa manusia telah dijadikan dalam sebaik-baik bentuk kejadian ahsani taqwim. Kualitas ini akan bisa dipertahankan sejauh manusia beriman dan beramal kebjikan. Ini berarti ada nilai-nilai yang berkedudukan sentral untuk mengamankan kualitas. Peluang untuk penurunan kualitas selalu dapat dan mungkin terjadi apabila manusia sudah berada di luar rangka iman

10 Masyarakat dan Mitos

dan amal kebajikan. Memang dalam antropologi pernah terjadi perdebatan apakah perbuatan kejahatan berarti penurunan derajat ahsani taqwim ke astala safilin karena faktor heriditas? Anggapan itu ternyata salah. Studikstudi antropologi tidak cukup kuat mendukung anggapan itu. (Montagu, 1959: 152-159). Bertolak dari anggapan esensial diatas, bahwa manusia dijadikan dalam sebaik-baik bentuk, kita berpandangan positif terhadap produk budi daya manusia. Produk budi daya manusia yang dikenal dengan kebudayaan, dapat mencapai kualitas yang sebaik-baiknya. Evolusi dan ritme budaya yang bersemboyankan kemajuan (progress) dapat mewujudkan kualitas budaya yang sehat sejahtera lahir batin. Evolusi budaya tidak harus melahirkan crisis of crisis (Bodley 1076), suatu krisis yang berlipat-lipat dan menjangkau tiga angkatan: global, nasional dan personal. Seperti yang digagaskan oleh Peter S. Albin, kemajuan dan pertumbuhan ekonomi tetap bertanggung jawab secara sosial dan tidak menciptakan kemiskinan; (progress without poverty 1978). Ritme budaya yang suci, karena dilandasi ruh iman dan amal kebjikan, tidak harus bergeser ke yang vulgar (meminjam ungkapan Dane Rudhyar: 1977). Dalam perjalanan budaya umat manusia tidak perlu terjadi pergulatan politik yang diwarnai oleh kemarahan dan penindasan seperti yang digambarkan dalam buku Anger, Violence and Politics (Feierabend dkk.; 1972). Juga apa yang dilukiskan oleh Martin Carnoy bahwa pendidikan menjurus fungsinya menjadi imperialisme budaya tentulah tidak bakal terjadi (lihat Carnoy, Education as Cultural Imperilasime: 1974). Kalau evolusi budaya yang dikembangkan oleh umat manusia ternyata melahirkan aneka ragam krisis, katakanlah budaya cacat atau cacat budaya, karena memang peluang untuk terjadi krisis atau cacat hampir selalu terbuka.

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 11

Ambilah contoh kehidupan seorang patriot. Bayangkan, format kehidupan seorang patriot dapat memiliki cacat. Kesan kita selama ini seorang patriot adalah seorang yang mencintai atau orang yang berbuat kebajikan kepada tanah airnya. Khusus kebijaksanaan kebudayaan dalam pembangunan Negara yang sudah berjalan, merangkum sepuluh dalam pembangunan Negara yang sudah berjalan, merangkum sepuluh hal: 1. Pembinaan dan pengembangan nilai budaya Indonesia 2. Pembinaan kebudayaan nasional 3. Penanggulangan pengaruh kebudayaan asing yang negative 4. Tanggungjawab social dan disiplin nasional 5. Usaha pembauran bangsa 6. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia 7. Pembinaan bahasa daerah 8. Pembinaan kesenian yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia 9. Kesenian daerah 10.Pemeliharaan tradisi dan peninggalkan daerah Secara etnis, jawa merupakan mayoritas Indonesia, namun diantara mereka sendiri secara religius ada keanekaragaman, karena sekitar lima sampai sepuluh prosen diantaranya adalah menganut Islam dalam bentuk yang agak murni, sekitar tigapuluh persen menganut Islam dalam versi yang sudah amat sinkretis dan dijawakan, sementara sebagian besar diantaranya menganggap mereka sebagai muslim nominal yaitu mengakui bahwa dirinya

12 Masyarakat dan Mitos

islam namun tindakan dan pikiran mereka lebih dekat kepada tradisi Jawa kuno dan Jawa Hindu. Kelompok tersebut disebut kelompok abangan.
12

Kebangkitan kembali kebatinan itu lebih daripada sekedar suatu reaksi melawan islam yang diperpolitikkan saja. Menurut Hadiwijono, mistik tampil ke permukaan terutama pada masa-masa penuh tekanan dan keresahan social, ketika orang-orang mencari landasan- landasan baru guna membangun bagan keadaan manusiawi (1967:3).13 Secara sosial, individu dianggap sebagai suatu makhluk yang didorong oleh pamrih atau hawa nafsu yang motif-motifnya harus dicurigai. Ia harus dikendalikan oleh adat istiadat dan kebudayaan yang disodorkan dan dijadikan pedoman oleh masyarakat. Manusia harus hidup secara publik dan harus dapat diawasi. Individu dianggap tidak bertanggung jawab atas perbuatanyya jika dianggap tidak bias memikul tanggug jawab atas tindakannya tersebut. Pada akhirnya yang bertanggung jawab adalah kelompok pada masyarakat tersebut.
14

Niels Mulder, Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa, PT. Gramedia, Jakarta, 1884, hlm1 13 Ibid hlm 3 14 Ibid hlm 48

12

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 13

LAPORAN OBSERVASI Disini saya akan mengangkat tentang kehidipan masyarakat yang berada di Desa Tempursari di Kabupaten Madiun yang masih terikat kuat dengan adanya mitos yang mereka percayai. Di Desa ini hampir semua penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dimana hampir setiap musim lahan pertanian mereka hanya ditanami padi disepanjang tahunnya bahkan mereka tetap bertanam padi pada waktu musim kemarau sekalipun padahal mereka mengerti kalau sangatlah sulit untuk mendapatkan air untuk mengairi lahan mereka bahkan segala cara mereka lakukan untuk tetap dapat bertanam padi di musim kemarau. Mereka tidak pernah mencoba menanam tanaman lain yang dapat dijadikan sebagai pengganti seperti ubi, jagung, kedelai, dan lain sebagainya karena jika mereka mengganti dengan tanaman tersebut mereka sangat kesulitan untuk menjual hasil panen tanaman palawija tersebut dan kalaupun ada yang membeli mereka membeli dengan harga murah jauh jebih murah dibandingkan dengan harga pasaran. Bagi masyrarakat yang tidak mempunyai lahan pertanian mereka biasanya menggarap lahan orang lain yang hasilnya dibagi dua atau bahkan ada juga yang ekeja sebagai buruh tani saja dimana mereka hanya mendapatkan pekerjaan jika musim bertani tiba dan untuk selanjutnya mereka bekerja serabutan atau sebagai kuli bangunan jika ada masyarkat yang membangun rumah tetapi kadang-kadang didalam pendirian rumah tersebut dilakukan secara gotong- royong atau lebih dikenal dengan sebutan sambatan biasanya mereka yang ikut mendirikan rumah tersebut hanya diberi makan dan uang rokok saja dan untuk tenaga dan waktu yang mereka berikan selebihnya adalah gratis dan atas dasar rasa gotong-royong , mengenai ekonomi msyarakat pada umumnya dapat dikatakan masyarakat menengah kebawah di daerah ini masyarakat miskin relatif banyak dan

14 Masyarakat dan Mitos

mengnai pendidikan hanya sebagian saja yang bisa melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi kebanyakan setekah lulus dari SMP atau SMA mereka membantu orangtua mereka untuk bekerja. Mengenai masalah sosial yang terjadi di Desa ini yang paling menonjol adalah mengenai masalah kepercayaan atau masalah keagamaan dimana masyarakat ini sebetulnya hampir seluruhnya memeluk agama Islam tetapi mereka tidak mengerti apa itu agama islam yang sebenarnya, mereka sering lupa akan kewajiban Sholat disaat mereka disibukkan dengan kegiatan mereka atau pada saat musim bertani tiba mereka tidak begitu peduli akan kewajiban mereka untuk menunaikan ibadah Sholat wajib dikarenakan dalam seharian penuh mereka berada di sawah untuk bertani. Bahkan untuk menunaikan Sholat jumat pun kebanyakan dari para penduduk laki-laki mereka tidak tau bahwa Sholat jumat adalah suatu kewajiban bagi laki-laki sehingga sering diabaikan. Walaupun begitu mereka tau akan peraturan dan hukum-hukum islam tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan sehingga tingkat kejahatan yang terjadi relatif sedikit bahkan tidak ada kejahatan yang terjadi. Disisi lain mereka percaya kepada salah satu sosok yang mereka percayai adalah sebagai penunggu desa tersebut yang melindungi mereka dari marabahaya atau bencana, memang terkadang sosok tersebut menampakkan diri dalam sosok seekor binatang anjing yang pada malam hari tertentu berjalan mengelilingi desa. Walaupun menurut orang dianggap mustahil tetapi hal itu memang benar terjadi dan dapat dibuktikan. Didalam hal lain ketika musim panen tiba di hari pertama memanen mereka biasa menyajikan sebuah tumpeng lengkap dengan seekor ayam

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 15

panggang lengkap dengan bumbu urap serta sayur mayurnya, hal itu mereka lakukan untuk menghormati dewi sri atau dewi padi dimana telah memberikan hasil panen yang melimpah sekaligus rasa syukur atas hasil panen yang mereka dapatkan, dan apabila panen telah selesai mereka megambil seikat padi yang telah dikeringkan tetapi bulir-bulir padinya tidak dilepaskan dari batangnya, setelah itu mereka menaruhnya diatas kuda-kuda rumah hal itu dilakukan agar rumah yang mempunyai seikat padi tadi selalu mendapatkan pangan yang melimpah dan tidak kekurangan yang diosimbolkan dengan seikat padi tadi. Di desa ini juga percaya bahwa ketika ada gerhana Bulan mereka yakin bahwa pada saat itu sang rembulan sedang dimakan oleh Buto Ijo yang hanya berkepala saja dan tidak mempunyai tubuh, mereka dengan segera membangunkan ayam yang sedang bertelur ataupun yang sedang mengerami induknya, menurut Mitos apabila mereka tidak membangunkan ayam tersebut, telur yang tadinya dierami tidak akan bisa menetas atau yang biasa mereka sebut dengan istilah kopyor , selain itu mereka juga memukul-mukul lesung atau alu mereka percaya bahwa jika mereka memukul-mukul lesung Buto Ijo yang tadinya memakan Rembulan akan takut dan segera mengeluarkanya kembali. Dan yang menjadi masalah disini adalah budaya memepercayai Mitos sudah sangat melekat pada masyarakat desa ini mereka tidak tau jika hal itu adalah perbuatan syirik yang bertentangan dengan agama Islam, mereka lebih takut pada adat yang menyatakan jika mereka tidak menjalankan tradisi yang ada mereka akan mendapatkan musubah sehingga mereka tidak berani dalam menentang hal tersebut dan masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai berikut: a. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa Desa ini mempercayai adanya sosok yang dipercayai adalah sebagai

16 Masyarakat dan Mitos

penunggu Desa yang berwujud seekor anjing yang berukuran besar, dimana sang penunggu ini biasanya pada malam di hari-hari tertentu mengelilingi desa. Orang Desa menganggap bahwa Anjing itu ikut menjaga keamanan desa sehingga di setiap tahunnya pada hari dimana malamnya adalah malam Jumat legi warga Desa berbondong-bondong untuk membuat tumpeng yang isinya adalah seekor ayam panggang, sayur dan beberapa lauk sebagai pelengkapnya dan disaat proses pembuatannyapun tidak boleh dicicipi terlebih dahulu. Dan setelah semuanya selesai pada hari Jumat legi pagi tumpeng tersebut mereka bawa ke dsebuah Punden yaitu pada sebuah pohon asam yang besar yang dipercaya sebagai tempat tinggal penunggu desa tersebut. Upacara tersebut dipimpin oleh seorang Modin yang biasanya tugasnya ialah mengurusi segala surat-surat pernikahan jika ada yang akan menikah dan juga bertugas sebagai orang yang memandikan jenazah jika ada orang yang meninggal sebenarnya Modin adalah orang yang lebih tau atau lebih pandai di dalam hal agama jika dibandingkan dengan warga masyarakat yang ada di desa tersebut. Berhubung modinpun tidak melarang kegiatan terebut dan bahkan sebagai pemimpin upacaranya maka masyarakatpun tidak pernah sadar bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan syirik, mereka takut jika mereka tidak melakukan persembahan tumpeng maka mereka mempunyai keyakinan bahwa mereka titak ada yang melindungi desa mereka. Bukan hanya itu saja pada malam harinya masyarakat menyelenggarakan suatu hiburan yang sangat meriah yaitu diantaranya pertunjukan wayang semalam suntuk selain itu pertunjukan Reog ponorogo juga disajikan yaitu setelah upacara selesai Reog diarak keliling

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 17

mengelilingi Desa setelah itu psds mslsm harinya pertunjukan Reog dilanjutkan kembali Sekaligus sebagai penutup acara. b. Selain itu desa ini juga masih banyak mempunyai mitos yang lain antara lain yaitu seorang anak kecil apabila sudah memasuki waktu dzuhur maka bagi anak-anak balita dilarang keluar rimah masyarakat disini percaya bahwa apabila ada anak balita yang keluar rumah maka bisa jadi makhluk gaib akan mengganggu anak kecil tersebut biasanya reaksi yang ditimbulkan yaitu anak kecil menangis terus menerus dan tidak bias dihentikan, mereka percaya bahwa pada waktu sore hari menjelang Magrib adalah waktu dimana c. Makhluk-makhluk Gaib keluar dari tempat persembunyianya. Dan pada waktu terjadi Gerhana Bulan masyarat dengan segera mengambil alu dan ditumbuk-tumbukkan ke dalam lesung yang dipercaya jika lesung tersebut dipukul-pukul maka makhluk gaib yang disebut Buto Ijo yang dipercaya telah memakan Bidadari Bulan akan takut mendengar suara alu tersebut dan segera melepaskannya. Selain itu bagi masyarakat yang mempunyai Ayam yang sedang bertelur induk dari Ayam tersebut dibangunkan dengan mengobrak-ngobrak sarangnya mereka percaya jika Ayam tersebut tidak dibangunkan maka telur yang tadinya dierami oleh induk Ayam tidak akan menetas.

18 Masyarakat dan Mitos

ANALISA, PEMBAHASAN DAN SOLUSI. Melihat dari Fenomena diatas bahwa Desa Tempursari menganut beberapa Mitos yang diantaranya Didalam hal ketika musim panen tiba di hari pertama memanen mereka biasa menyajikan sebuah tumpeng lengkap dengan seekor ayam panggang lengkap dengan bumbu urap serta sayur mayurnya, hal itu mereka lakukan untuk menghormati dewi sri atau dewi padi dimana telah memberikan hasil panen yang melimpah sekaligus rasa syukur atas hasil panen yang mereka dapatkan, dan apabila panen telah selesai mereka megambil seikat padi yang telah dikeringkan tetapi bulir-bulir padinya tidak dilepaskan dari batangnya, setelah itu mereka menaruhnya diatas kudakuda rumah hal itu dilakukan agar rumah yang mempunyai seikat padi tadi selalu mendapatkan pangan yang melimpah dan tidak kekurangan yang diosimbolkan dengan seikat padi tadi. Di desa ini juga percaya bahwa ketika ada gerhana Bulan mereka yakin bahwa pada saat itu sang rembulan sedang dimakan oleh Buto Ijo yang hanya berkepala saja dan tidak mempunyai tubuh, mereka dengan segera membangunkan ayam yang sedang bertelur ataupun yang sedang mengerami induknya, menurut Mitos apabila mereka tidak membangunkan ayam tersebut, telur yang tadinya dierami tidak akan bisa menetas atau yang biasa mereka sebut dengan istilah kopyor , selain itu mereka juga memukul-mukul lesung atau alu mereka percaya bahwa jika mereka memukul-mukul lesung Buto Ijo yang tadinya memakan Rembulan akan takut dan segera mengeluarkanya kembali. Hal tersebut membuktikan bahwa hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa. Di daerah pedesaan sangat kuat pengaruh mitos terhadap kehidupan masyaratnya, Mitos adalah cerita tentang asal usul terjadinya dunia seperti sekarang ini, cerita tentang alam peristiwa-peristiwa yang tidak biasa sebelum alam duniawi yang kita hadapi ini. Cerita-cerita itu

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 19

menurut kepercayaan sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu keramat. Upacara keagamaan adalah pelaksanaan tindakan-tindakan yang ditentukan, yang strukturnya sangat ketat yang dianggap mempunyai arti keagamaan. Karena cerita itu sering sekali mendramatisasikan atau memperagakan cerita-cerita Mitos, dan oleh karena itu mitos itu menerangkan dan memberi rasionalisasi kepada pelaksanaan upacara. Dan mitos selalu berhubungan dengan ritual-ritual yang didalamnya mengandung unsur agama dimana Tylor, satu abad yang lalu telah mendefinisikan agama sebagai suatu kepercayan dalam bentuk spiritual. Sejumlah ahli Antropologi sosial modern sudah kembali kesuatu perluasan definisi agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap manusia biasa atau kekuatannya. Ahli lainnya mengikuti Durkheim, telah berusaha menemukan nilai-nilai khusus tentang kesucian yang membatasi agama dan kepercayaan duniawi. Agama sangat berfariasi dalam peranannya di alam semesta ini dan cara-cara manusia berhubungan dengan agama tersebut. Dalam hal ini bisa terdapat kelompok dewa-dewi, satu dewa atau sama sekali tidak ada roh atau bahkan makhluk dan kekuatan yang berlebihan, kelompok-kelompok ini secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau tanpa terlibat sekalipun. Kelompok ini bersifat hukum (primitif) atau bersifat positif. Berhubung dengan ini manusia dapat merasa kagum atau hormat atu bahkan merasa takut, tetapi mereka juga dapat mambangkitkan kekuatan gaib atau berusaha memperdayakannya. Agama kepercayaan dapat juga mengatur moral manusia melakukan atau melanggar moral. Dan mengenai kepercayaan atau mengenai masalah Agama dimana budaya memepercayai Mitos sudah sangat melekat pada masyarakat desa ini mereka tidak tau jika hal itu adalah perbuatan syirik yang bertentangan dengan agama Islam, mereka lebih takut pada adat yang

20 Masyarakat dan Mitos

menyatakan jika mereka tidak menjalankan tradisi yang ada mereka akan mendapatkan musibah sehingga mereka tidak berani dalam menentang hal tersebut. Masyarakat daerah ini sebetulnya hampir seluruhnya memeluk agama Islam tetapi mereka tidak mengerti apa itu agama islam yang sebenarnya, mereka sering lupa akan kewajiban Sholat disaat mereka disibukkan dengan kegiatan mereka atau pada saat musim bertani tiba mereka tidak begitu peduli akan kewajiban mereka untuk menunaikan ibadah Sholat wajib dikarenakan dalam seharian penuh mereka berada di sawah untuk bertani. Bahkan untuk menunaikan Sholat jumat pun kebanyakan dari para penduduk laki-laki mereka tidak tau bahwa Sholat jumat adalah suatu kewajiban bagi laki-laki sehingga sering diabaikan. Walaupun begitu mereka tau akan peraturan dan hukum-hukum islam tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan sehingga tingkat kejahatan yang terjadi relatif sedikit bahkan tidak ada kejahatan yang terjadi. Orang Desa menganggap bahwa Anjing itu ikut menjaga keamanan desa sehingga di setiap tahunnya pada hari dimana malamnya adalah malam Jumat legi warga Desa berbondong-bondong untuk membuat tumpeng yang isinya adalah seekor ayam panggang, sayur dan beberapa lauk sebagai pelengkapnya dan disaat proses pembuatannyapun tidak boleh dicicipi terlebih dahulu. Dan setelah semuanya selesai pada hari Jumat legi pagi tumpeng tersebut mereka bawa ke dsebuah Punden yaitu pada sebuah pohon asam yang besar yang dipercaya sebagai tempat tinggal penunggu desa tersebut. Upacara tersebut dipimpin oleh seorang Modin yang biasanya tugasnya ialah mengurusi segala surat-surat pernikahan jika ada yang akan menikah dan juga bertugas sebagai orang yang memandikan jenazah jika ada orang yang meninggal sebenarnya Modin adalah orang yang lebih tau atau

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 21

lebih pandai di dalam hal agama jika dibandingkan dengan warga masyarakat yang ada di desa tersebut. Berhubung modinpun tidak melarang kegiatan terebut dan bahkan sebagai pemimpin upacaranya maka masyarakatpun tidak pernah sadar bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan syirik, mereka takut jika mereka tidak melakukan persembahan tumpeng maka mereka mempunyai keyakinan bahwa mereka titak ada yang melindungi desa mereka. Bukan hanya itu saja pada malam harinya masyarakat menyelenggarakan suatu hiburan yang sangat meriah yaitu diantaranya pertunjukan wayang semalam suntuk selain itu pertunjukan Reog ponorogo juga disajikan yaitu setelah upacara selesai Reog diarak keliling mengelilingi Desa setelah itu psds mslsm harinya pertunjukan Reog dilanjutkan kembali Sekaligus sebagai penutup acara. Hal tersebut membuktikan bahwa mayoritas orang jawa mempunyai agama Islam yang belum murni yang masih terpengaruh oleh kebudayaan Hindu. Seperti teori yang mengatakan bahwa, Secara etnis, jawa merupakan mayoritas Indonesia, namun diantara mereka sendiri secara religius ada keanekaragaman, karena sekitar lima sampai sepuluh prosen diantaranya adalah menganut Islam dalam bentuk yang agak murni, sekitar tigapuluh persen menganut Islam dalam versi yang sudah amat sinkretis dan dijawakan, sementara sebagian besar diantaranya menganggap mereka sebagai muslim nominal yaitu mengakui bahwa dirinya islam namun tindakan dan pikiran mereka lebih dekat kepada tradisi Jawa kuno dan Jawa Hindu. Kelompok tersebut disebut kelompok abangan. Kebangkitan kembali kebatinan itu lebih daripada sekedar suatu reaksi melawan islam yang diperpolitikkan saja. Menurut Hadiwijono, mistik tampil ke permukaan terutama pada masa-masa penuh tekanan dan keresahan social, ketika orang-orang mencari landasan- landasan baru guna membangun bagan keadaan manusiawi (1967:3).

22 Masyarakat dan Mitos

Secara sosial, individu dianggap sebagai suatu makhluk yang didorong oleh pamrih atau hawa nafsu yang motif-motifnya harus dicurigai. Ia harus dikendalikan oleh adat istiadat dan kebudayaan yang disodorkan dan dijadikan pedoman oleh masyarakat. Manusia harus hidup secara publik dan harus dapat diawasi. Individu dianggap tidak bertanggung jawab atas perbuatanyya jika dianggap tidak bias memikul tanggug jawab atas tindakannya tersebut. Pada akhirnya yang bertanggung jawab adalah kelompok pada masyarakat tersebut. Dan solusi yang dapat saya berikan adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat hendaknya diberikan pengetahuan yang lebih tentang Agama Islam dimana Agama Islam sebenarnya melarang Manusia mendewakan atau memuja sesuatu selain Allah SWT karena hal tersebut merupakan perbuatan syirik yang tidak disukai oleh Allah SWT. 2. Pendidikan ke jalur yang lebih tinggi menurut saya perlu diberikan pada masyarakat tersebut sehingga pengetahuan masyarakat tidak hanya berhenti disitu saja melainkan mereka akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas bukan hanya pengetahuan tentang Ilmu pengetahuan saja melainkan juga tentang Agama. 3. Hendaknya dengan didirikan Pondok pesantren atau di Desa tersebut harus mempunyai orang-orang yang tinggi ilmu Agamanya yang dijadikan sebagai orang yang dianut oleh masyarakat.

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 23

KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hal tersebut membuktikan bahwa sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa. Di daerah pedesaan sangat kuat pengaruh Mitos terhadap kehidupan masyaratnya, dinmana Mitos adalah cerita tentang asal usul terjadinya dunia seperti sekarang ini, cerita tentang alam peristiwa-peristiwa yang tidak biasa sebelum alam duniawi yang kita hadapi ini. Cerita-cerita itu menurut kepercayaan sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu keramat. Upacara keagamaan adalah pelaksanaan tindakan-tindakan yang ditentukan, yang strukturnya sangat ketat yang dianggap mempunyai arti keagamaan. Karena cerita itu sering sekali mendramatisasikan atau memperagakan cerita-cerita Mitos, dan oleh karena itu mitos itu menerangkan dan memberi rasionalisasi kepada pelaksanaan upacara. Dan mitos selalu berhubungan dengan ritual-ritual yang didalamnya mengandung unsur agama dimana Tylor, satu abad yang lalu telah mendefinisikan agama sebagai suatu kepercayan dalam bentuk spiritual. kepercayaan pada masyarakat pedesaan masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan mitos yang sangat kuat melekat pada kehidupan di masyarakat tersebut antara lain dengan adanya mitos-mitos yang sudah menjadi tradisi antara lain: Didalam hal ketika musim panen tiba di hari pertama memanen mereka biasa menyajikan sebuah tumpeng lengkap dengan seekor ayam panggang lengkap dengan bumbu urap serta sayur mayurnya, hal itu mereka lakukan untuk menghormati dewi sri atau dewi padi dimana telah memberikan hasil panen yang melimpah sekaligus rasa syukur atas hasil panen yang mereka dapatkan, dan apabila panen telah selesai mereka megambil seikat padi yang telah dikeringkan tetapi bulir-bulir padinya tidak dilepaskan dari batangnya, setelah itu mereka menaruhnya diatas kuda-kuda rumah hal itu

24 Masyarakat dan Mitos

dilakukan agar rumah yang mempunyai seikat padi tadi selalu mendapatkan pangan yang melimpah dan tidak kekurangan yang diosimbolkan dengan seikat padi tadi. Dan masih banyak lagi Mitos-mitos yang terdapat didalam Masyarakat tersebut. Walaupun Masyarakat tersebut mayoritas beragama Islam tetapi agama mereka sangat lemah, mereka sangat berbegang teguh kepada tradisi mereka walaupun tradisi tersebut bertentangan dengan Norma Agama. Mungkin hal ini sangatlah sulit untuk dihilangkan dari kebudayaan mereka karna orang yang sudah fanatik sulit sekali untuk menerima perubahan. Mungkin perubahan akan terjadi jika di dalam masyarakat tersebut sudah banyak orang yang memiliki pendidikan yang tinggi. Sehingga sedikit demi sedikit tradisi tersebut bias hilang. Seharusnya pada Masyarakat hendaknya diberikan pengetahuan yang lebih dalam tentang Agama Islam dimana Agama Islam sebenarnya melarang Manusia mendewakan atau memuja sesuatu selain Allah SWT karena hal tersebut merupakan perbuatan syirik yang tidak disukai oleh Allah SWT. Dan juga Pendidikan ke jalur yang lebih tinggi menurut saya perlu diberikan pada masyarakat tersebut sehingga pengetahuan masyarakat tidak hanya berhenti disitu saja melainkan mereka akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas bukan hanya pengetahuan tentang Ilmu pengetahuan saja melainkan juga tentang Agama. Hendaknya dengan didirikan Pondok pesantren atau di Desa tersebut harus mempunyai orang-orang yang tinggi ilmu Agamanya yang dijadikan sebagai orang yang dianut oleh masyarakat. Demikianlah materi yang dapat saya sampaikan mengenai Pengaruh Mitos yang masih melekat pada masyarakat pedesaan khususnya di Desa Tempursari. Semoga dengan materi ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Jika ada kekurangan saya mohon maaf.

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 25

DAFTAR RUJUKAN Hasan Shadili, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, Rineka cipta, Jakarta, 1993. Drs. Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasonal, Surabaya. Koentjoroningrat, Isi Konsep Desa Indonesia, Yayasan BPFE, Universitas Indonesia, Jakarta. Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, Erlangga, Jakarta, 1992. Gazalba Sidi. Islam dan Perubahan Sosio Budaya. Pustaka Alhusna: Jakarta Pusat. Niels Mulder, Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa, PT. Gramedia, Jakarta, 1884. Harold H. Titus, Marilyn. S. Mith, dan Richard T. Nolan, Living Issues in Philosophy. Terj. H.M. Rosyidi, Persoalanpersoalan Filsafat. Bulan Bintang, Jakarta, 1984. Ali Anwar Yusuf. Islam dan Sains Modern: Sentuhan Islam terhadap Berbagai Disiplin Ilmu. Pustaka Setia, Bandung: 2005, hal.57 Drs. Musa Asyarie. Agama, Kebudayaan dan Pembangunan Lain, Sunan Kalijaga

26 Masyarakat dan Mitos

You might also like