You are on page 1of 14

PAPER TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE APLIKASI TEKNIK DRAINASE PADA PERKEBUNAN KARET

OLEH : Anton Hermadi 05081006003

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA 2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah yang beriklim basah, dimana pemakaian air tergantung pada jumlah dan kejadian hujan. Curah hujan pada umumnya cukup tapi jarang sekali secara tepat sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dikembangkan system pengairan yang baik, agar ketersediaan air dapat mencukupi selama periode tumbuh. Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya . Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut, Syarat tumbuh tanaman karet , Klonklon karet rekomendasi , Bahan tanam/bibit , Persiapan tanam dan penanaman , Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian penyakit , Penyadapan/panen. ( Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007). Kapasitas infiltrasi curah hujan dari permukaan tanah ke dalam tanah sangat berbeda-beda, karena bergantung pada kondisi tanah di tempat yang bersangkutan. Bilamana curah hujan mencapai permukaan tanah, maka seluruh atau sebagiannya akan diabsorbsi ke dalam tanah. Bagian yang tidak diabsorbsi akan menjadi limpasan permukaan (surface runoff). Curah hujan yang mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai limpasan permukaan

atau infitrasi. Air yang menginfiltrasi ke dalam tanah meningkatkan klembaban tanah atau terus ke air tanah. B . Tujuan Tujuan pembahasan ini untuk mengetahui mengenai pembuatan drainase pada perkebuban karet dan drainase jenis apa saja yang biasa diaplikasikan pada lahan perkebuanan karet.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Drainase adalah kepentingan utama dalam reklamasi tanah yang beragam dan kerap kali yang terendam air. Bahkan jika hanya daerah itu yang telah diusahakan pertaniannya dipertimbangkan, drainase menguntungkan pertanian dan masyarakat umum dalam banyak cara. Sebagai contoh drainase yang baik (1) memberikan kemudahan pembajakan dan penanaman sawah (2) memperpanjang musim tumbuh tanaman, (3) menyiapkan kelembaban tanah yang lebih berarti , (4) mengurangi erosi tanah dan pengaluran dengan meningkatkan infiltrasi air kedalam tanah, (5) membersikan penggaraman tanah dan (6) menjamin temperatur tanah lebih tinggi. Sumber utama dari kelebihan air yang membuat drainase yang diperlukan pada bagian tanah irigasi adalah kehilangan akibat rembesan dari resefoar atau saluran dan kehilangan akibat perkolasi dalam dari tanah irigasi. Pemakaian air secara efisien pada daerah irigasi yang lebih tinggi mengurangi keperluan drainase dari tanah yang lebih rendah. Penggenangan dari daerah yang lebih rendah sejalan dengan limpahan sungai dengan saluran-saluran drainase alamiah selam periode aliran maksimum merupakan pembentuk sumber kelebihan air dalam daerah aliran air lembah tertentu dalam daerah kering dari berbagai arah .(Bustami, Fuad., 1999). Kendala kejenuhan lahan yang berlebihan setelah penanaman dapat diatur dengan sistem drainase tanah. Tujuan drainase lahan selain untuk menaikkan muka air tanah juga dapat menyisahkan lengas tanah untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan lain untuk mempercepat hilangnya air gravitasi dan mempertahankan agar air kapiler selalu berada pada daerah perakaran selama pertumbuhan tanaman. Kandungan tanah yang tersedia sebagai hasil dari sistem drainase menjadi pasok untuk kebutuhan air tanaman sekaligus menjadi sumber irigasi bawah permukaan

(subsurface irigation). Pasok lengas ini sangat bermanfaat bagi tanaman di lahan sawah tadah hujan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahanlahan pertanian milik petani dan lahan kosong / tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif (Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007). Drainase yang cukup meningkatkan susunan tanah dan meningkatkan serta menyempurnakan produktivitas tanah. Drainase adalah kepentingan utama dalam reklamasi tanah yang beragam dan kerap kali juga terendam air. Bahkan jika hanya daerah itu yang telah diusahakan pertaniannya dipertimbangkan, drainase menguntungkan pertanian irigasi dan masyarakat umum dalam banyak cara, sebagai contoh drainase yang baik (1) memberikan kemudahan perpajakan dan penanaman se awal mungkin; (2) memperpanjang musim tanam; (3) menyiapkan

kelembaban

tanah

yang berarti dan makanan

untuk tanaman

dengan

meningkatkan kedalaman tanah untuk daerah akar; (4) membantu fentilasi tanah dan (5) mengurangi erosi tanah dan penyaluran dengan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah. Daerah basah keperluan drainase bahkan lebih besar dari pada daerah kering. Pada daerah kering biasanya mengikuti daerah irigasi sedangkan pada daerah basah kerap kali drainase harus mendahului pengembangan pertanian dan kerap kali harus mendahului tempat tinggal manusia, dan juga kerap kali daerh drainase adalah daerah pertanian yang sangat produktif. Tantangan adalah evaluasi secara tepat kegunaan potensial dari untuk perencanaan dan penempatan drainase. Kebutuhan air atau evapotranspirasi tanaman (ETc) adalah dua istilah yakni evaporasi dan transpirasi. Kebutuhan air berlaku untuk kebutuhan air tanaman. Apabila kebutuhan air suatu tanaman diketahui, kebutuhan air yang lebih besar dapat dihitung. Evaporasi adalah proses diamana air berpindah dari tanah dan kumpulan air lainnya di bumi ke atmosfer. Salah satu faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah radiasi matahari (solar radiation). Radiasi matahari dipengaruhi oleh penutupan awan, sehingga radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi sangat bervariasi (Bustami, Fuad., 1999).. Faktor yang mempengaruhi evaporais adalah suhu udara, suhu air, kelembaaban kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lain-lain yang saling berhubungan satu sama lain. Laju evaporasi berbeda-beda sesuai dengan warna dan daya pantul permukaan (Albedo). Makin terang warna permukaan makin besar albedonya sehingga penguapan besar (misalnya padang pasir). Sebalikya makin gelap warna permukaan, makin kecil albedonya sehingga penguapannya kecil (misalnya daerah hutan). Transpirasi pada dasarnya merupakan proses dimana air menguap dari tanaman melaui daun ke atmosfer. Sistem perakaran tanaman mengadopsi air dalam jumlah yang berbeda-beda dan ditransmisikan melalui tumbuhan dan melalui mulut daun. Evapotranspirasi adalah proses dimana air berpindah dari pemukaan bumi ke atmosfer termasuk evaporasi air dari tanah dan transpirasi dari

tanaman melalui jaringan tanaman, melalui transfer panas laten persatuan area. Menurut Lynslei, dkk., (1996) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mendukung kecepatan evapotranspirasi yaitu: 1. Faktor iklim mikro, mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban, dan angin. 2. Faktor tanaman, mencakup jenis tanaman, struktur tanaman, stadia perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata, mekanisme menutup dan membukanya stomata. 3. Faktor tanah, mencakup kondisi tanah, aerase tanah, potensial air tanah, dan kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman. Infiltrasi adalah masuknya air dari atas k e dalam permukaan tanah. Daya infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan yang ditentukan oleh kondisi permukaan, termasuk lapisan atas tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari.( Sjamsuddin, E.AS. Karma.1996). Proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tekstur dan struktur tanah, persediaan air awal , kegiatan biologi dan unsur organik. Tanah remah akan memberikan kapasitas infiltrasi lebih besar dari pada tanah liat. Tanah dengan pori-pori jenuh airnya mempunyai kapasitas yang lebih kecil yang dibandingkan tanah kering. Menurut Michael (1978), ada 3 metode dalam menentukan karakteristik infiltrsi tanah untuk merancang suatu sistem irigasi, yaitu a) menggunakan ring infiltrometer, b) Mengukur penurunan air pada irigasi genangan dan c) Menghitung infiltrasi akumulatif dari data aliran air. Namun metode yang paling umum digunakan adalah penggunaan ring infiltrometer. Secara fisik terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju infiltrasi (Anonim, 2008) : 1. Jenis Tanah Tanah berpasir umunya cenderung mempunyai laju infiltrasi tinggi, akan tetapi tanah liat cenderung mempunyai laju infiltrasi rendah.

2. Kepadatan Tanah Makin padat suatu tanah makin kecil laju infiltrasinya sebab jumlah poripori tanah berkurang. Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain ; Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas, Aerase dan drainase cukup, Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air, Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir, Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm, Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro, Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5, Kemiringan tanah < 16% dan , Permukaan air tanah < 100 cm, Kemiringan tanah kurang dari 10%, Jeluk efektif lebih dari 100 cm, Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir, Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%, pH tanah berkisar antara 4,3 5,0 dan Drainase tanah sedang (Setyamidjaja, D. 2006).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Dua macam drainase yang biasa dipergunakan pada perkebunan karet

adalah: 1. Drainase pengelak, hampir teratur ke dalam dan jaraknya untuk permukaan tanah yang baik. Sistem pengelak, jarak drainase dipengaruhi oleh tekstur dan permeabilitas tanah. 2. Drainase pencegahan, pada kemiringan tak beraturan dan dekat tanah tepi bukit, drainase ini untuk mengelakkan air rembesan dan melindungi dari aliran yang mengalir dari daerah tepi bukit kearah tanah datar yang lebih rendah. B. Pembahasan Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

Kegunaan dengan adanya saluran drainase antara lain : 1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. 2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. 3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. 4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
5. Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem

drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air dari base course dan air bawah permukaan, serta menerima dan membuang air dari l lapisan tembus air. a. Land dan smoothing Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase permukaan Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu. Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti. ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui : Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow random field drains).

Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch. Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch). Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 30 cm lebih dalam dari saluran pembuangan acak dangkal. Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa.

b.

Drainase acak (Random Field Drains) Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran drainase.

c.

Drainase Paralel (Parallel Field Drains) Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1% 2 %, system saluran drainase parallel bisa digunakan. System drainase ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang

lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa, bangunan mengalirkan air drainase pada musim hujan. Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran. Drainase Mole Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang. pintu air berfungsi untuk

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas antara lain :


1. Dua macam drainase yang sangat umum dipergunakan pada perkebunan

karet yaitu Drainase pengelak (relief) dan Drainase pencegahan.


2. Drainase yang cukup akan memperbaiki susunan tanah, meningkatkan dan

menyempurnakan produktivitas tanah sehingga dapat meningkatakan produktivitas perkebunan karet.


3. Drainase Lahan merupakan sistem pengairan yang dikembangkan untuk

mengupayakan ataupun mengoptimalkan pemanfaatan lahan sehingga mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai lahan pertanian khususnya perkebunan karet.
4. Drainase yang baik antara lain bermanfaat seperti , memberikan

kemudahan perpajakan dan penanaman se awal mungkin, memperpanjang musim tanam, menyiapkan kelembaban tanah yang berarti dan makanan untuk tanaman dengan meningkatkan kedalaman tanah untuk daerah akar, membantu fentilasi tanah dan mengurangi erosi tanah dan penyaluran dengan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah.
5. Dari hasil Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran

drainase permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu. B. Saran Setiap Perkebunan karet sebaiknya memiliki saluran drainase yang baik karena Drainase pada lahan perkebuan karet sangat dibutuhkan untuk mengatasi aliran alir yang berlebih pada musim hujan juga untuk menjaga kandungan air tanah pada musim hujan sehingga produktivitas karet terjaga. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008., Penuntun Praktikum teknik Irigasi dan Drainase. Program Studi Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin; Makassar. Bustami, Fuad., 1999. Sistem Irigasi: Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas Kuliah Sistem Irigasi. Program Studi teknik Sipil, UGM; Yogyakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Road Map Karet (Havea brasiliensis). Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Karet. Kanisius. Universitas Yogyakarta. Sjamsuddin, E.AS. Karma.1996. Budidaya Hemat Air dan Panen Ilmiah. Prosedding Seminar Nasional Gerakan Hemat Air; Jakarta. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0148.pdf.

You might also like