You are on page 1of 20

BLOK MATA AJAR KEPERAWATAN HIV/AIDS LEARNING TASK PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI HIV/AIDS MELALUI UNIVERSAL PRECAUTION

SGD 2 :
I.A. HERNA KUSUMA WULANDARI NI MADE SRI AYU RACHMASARI NI AYU RANTINI INDRAYANI PUTU DYAH ASTARI NI MADE ALIT NOPIANTI LUH KETUT HAYU HASTARI NI PUTU IKE WINDARI MATALIA I GUSTI NGURAH PURNAJIWA A.A. GEDE PUTRA SUMADI KOMANG YOGI TRIANA (0802105004) (0802105007) (0802105011) (0802105020) (0802105028) (0802105030) (0802105033) (0802105051) (0802105054) (0802105055)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2010

Soal : 1. Jelaskan pengertian dan tujuan universal precaution secara umum ! 2. Jelaskan komponen utama universal precaution dan penggunaannya ! 3. Jelaskan upaya upaya untuk meneruskan resiko penularan di tempat kerja ! 4. Bahan desinfektan dan antiseptik yang dapat digunakan 5. Jelaskan cara pengelolaan alat kesehatan bekas pakai ( dekontaminasi, pencucian alat, desinfeksi dan sterilisasi )

Jawab : 1. Universal Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi oleh semua tenaga kesehatan, untuk semua pasien dimanapun dan kapanpun. Universal Precaution adalah pengendalian infeksi sedehana yang dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat pelayanan kesehatan dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi ( Nursalam, 2007 ). Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya (Dr. Akhmad Wiryawan, 2007). Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi. Kesimpulannya Universal Precaution adalah suatu pengendalian infeksi atau suatu cara pencegahan penuklaran penyakit dari cairan tubuh dari semua pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya tanpa memperdulikan status infeksi dimanapun dan kapanpun. Tujuan universal precaution menurut Nursalam ( 2007 )adalah : a. Mengendalikan infeksi secara konsisten b. Memastikan standar yang adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis ataupun yang tidak terlihat seperti beresiko

c. Mengurangi resiko penularan penyakit bagi petugas kesehatan dan pasien lain d. Meningkatkan asumsi bahwa resiko atau infeksi adalah berbahaya, Sedangkan tujuan universal precaution menurut Depkes RI 2003 : a. b. c. d. Pasien ke petugas kesehatan Petugas kesehatan ke pasien Pasien ke pasien lainnya Pasien ke keluarga dan pengunjung sarana kesehatan lainnya. 2. Komponen utama universal precaution dan penggunaannya menurut Nursalam ( 2007 ) NO. 1. Komponen Utama Cuci Tangan Cuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun. Dilakukan setelah menyentuh darah, cairan sekresi dan ekskresi tubuh dan bahan bahan yang terkontaminasi. Digunakan bila terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, dan bahan yang terkontaminasi. Digunakan bila terjadi kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka. Gunakan tersebarnya prosedur penyakit ini mengingat melalui Penggunaannya

2.

Sarung Tangan

adalah

paparan terhadap cairan tubuh, tidak memperdulikan apa yang tidak diketahui pasien. Jangan didaur ulang. Sarung tangan harus selalu digunakan untuk prosedur antiseptik, misalnya pembedahan.

3.

Masker, muka

masker Melindungi selaput lendir mata, hidung dan mulut saat terjadi kontak atau menghindari cipratan dengan daran atau cairan tubuh. Jangan gunakan untuk perawatan pasien rutin Ganti tiap berganti pasien Gunakan untuk pasien dengan infeksi respirasi

4.

Kacamata

Gunakan bila terdapat kemungkinan terpapar cairan tubuh Kacamata memberi sedikit perlindungan, tetapi tidak memberikan perlindungan menyeluruh.

5.

Baju pelindung

Lindungi kulit dari darah dan cairan tubuh Cegah pakaian tercemar selama prosedur klinis yang dapat berkontak langsung dengan darah dan cairan tubuh.

6.

Kain

Tangani kain tercemar, cegah sentuhan dengan kulit dan selaput lendir. Dekontaminasi bilas - laundry

7.

Peralatan layanan pasien

Tanganni peralatan yang tecemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan.

8.

Pembersihan lingkungan

Dekontaminasi cuci sterilisasi Lakukan perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan.

9.

Instrumen tajam

Hindari menutup ulang jarum bekas. Gunakan teknik satu tangan jika

penutupan ulang jarum bekas penting. Gunakan sarung tangan jika menangani benda tajam Hindari melepas jarum bekas dari sempit habis pakai. Hindari pembengkokan, pematahan atau manipulasai jarumbekas dengan tangan Dekontaminasi instrumen jarum Masukka instrumen tajam ke tempat yang tidak tembus tusukan. Untuk kontainer pembuangan instrumen tajam, terdapat beberapa syarat, yakni tahan tusukan, diberi label secraa jelas, siap tersedia, tahan bocor, dan bisa ditutup. 10. Resusitasi pasien Gunakan mouth piece, kantung resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari resusitasi dari mulut ke mulut. 11. Penempatan pasien Tempatkan pasien yang terkontaminasi lingkungan pada ruangan khusus.

3. Upaya upaya untuk menurunkan resiko penularan di temapat kerja adalah mengikuti anjuran anjuran penting dari WHO ( 2008 ), yaitu : Peningkatan lingkungan kerja yang aman merupakan dasar pencegahan dan pengendalian penularan patogen pada pelayanan kesehatan. Kewaspadaan Standar harus diterapkan saat merawat semua pasien. Penilaian tingkat risiko sangatlah penting dalam pemilihan APD yang

akan dipakai saat melakukan tindakan. Kebersihan pernapasan dan etika batuk harus dipromosikan kepada semua orang dengan gejala- gejala gangguan pernapasan. Anjuran penting itu dapat dilaksanakan dengan menerapkan beberapa hal penting, seperti : 1) Kebersihan tangan Jagalah kebersihan tangan dengan menggunakan antiseptik berbasis alkohol atau mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh, atau diduga terpajan organisme berspora, atau setelah menggunakan toilet, tangan harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik dan air mengalir. Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik berbasis alkohol. Pastikan tersedia fasilitas cuci tangan dengan air bersih yang mengalir. Pastikan tersedia sarana untuk membersihkan tangan (air bersih, sabun, handuk sekali pakai, antiseptik berbasis alkohol). Utamakan antiseptik berbasis alkohol selalu tersedia di tempat pelayanan kesehatan. Teknik: Cuci tangan (40-60 detik): basahi tangan dan gunakan sabun, gosok seluruh permukaan, bilas kemudian keringkan dengan handuk sekali pakai, sekaligus untuk mematikan keran. Penggosokan tangan (20-30 detik): gunakan produk dalam jumlah cukup untuk seluruh bagian tangan, gosok tangan hingga kering. Indikasi: Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien dan di antara pasien, baik menggunakan maupun tidak menggunakan sarung tangan. Segera setelah sarung tangan dilepas. Sebelum memegang peralatan. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit terluka, dan benda-benda terkontaminasi, walaupun menggunakan sarung tangan.

Selama merawat pasien, saat bergerak dari sisi terkontaminasi ke sisi bersih dari pasien.

Setelah kontak dengan benda-benda di samping pasien.

2) Penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD) Lakukan penilaian risiko terhadap pajanan cairan tubuh atau permukaan terkontaminasi sebelum melakukan tindakan pelayanan kesehatan. Jadikan ini suatu kebiasaan! Pilih APD berdasarkan penilaian risiko, seperti :
a. Sarung tangan

Gunakan bila akan menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak utuh.

Ganti setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya pada pasien yang sama setelah kontak dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius.

Lepaskan setelah penggunaan, sebelum menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum pindah ke pasien lain. Lakukan tindakan membersihkan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.

b. Pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut)

Gunakan : Masker bedah dan pelindung mata (pelindung mata, kaca mata pelindung) Pelindung wajah untuk melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut selama tindakan yang umumnya dapat menyebabkan terjadinya percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi.
c. Gaun Pelindung

Gunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian selama tindakan yang umumnya bisa menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi.

Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera mungkin dan bersihkan tangan.

d. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya, Hati-hati bila:

Memegang jarum, pisau, dan alat-alat tajam lainnya. Bersihkan alat-alat yang telah digunakan. Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan.

3) Penerapan kebersihan pernapasan dan etika batuk Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkahlangkah pengendalian sebagai sumber: Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas. Fasilitas pelayanan kesehatan harus: Melakuka pelatihan untuk petugas kesehatan dan penyuluhan kepada pasien dan pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan. Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika memungkinkan. Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan kesehatan. Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan. 4) Kebersihan Lingkungan Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh. 5) Linen Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:

Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.

Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan. 6) Pembuangan Limbah

Pastikan pengelolaan limbah yang aman. Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi sebagai limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat.

Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan pemrosesan spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.

Buang alat sekali pakai dengan benar. 7) Peralatan perawatan pasien

Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan membran mukosa, kontaminasi pakaian, dan penyebaran patogen ke pasien lain atau lingkungan dapat dicegah.

Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar sebelum digunakan pada pasien lain.

Upaya penurunan resiko penularan di tempat kerja menurut Nursalam ( 2007 ) : Gunakan universal precaution Kurangi prosedur invasif yang tidak perlu Kembangkan protap ( prosedur tetap pelaksaan suatu tindakan ) tempat kerja yang sesuai Sediakan sumber sumber yang memungkinkan petugas patuh terhadap protap yang ada Penyuluhan dan dukungan untuk seluruh staf Supervisi siswa dan petugas yang tidak berpengalaman

4. Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Disinfektan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : disinfektan tingkat rendah dan tingkat tinggi. Disinfektan tingkat rendah dibedakan menjadi golongan 1 dan golongan 2. Yang termasuk bahan bahan disinfektan tingkst rendah golongan 1 yaitu desinfektan yang tidak mampu membunuh virus HIV dan virus hepatitis B adalah : Fenol Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol). Selain bahan bahan fenol juga ada bahan bahan seperti : Klorhexidine (Hibitane, Savlon) dan Cetrimide (Cetavlon. Savlon) Yang termasuk bahan bahan disinfektan tingkst rendah golongan 2 yaitu desinfektan yang mampu membunuh virus HIV dan virus hepatitis B adalah : Alkohol Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi

kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. Biguanid Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus. Senyawa halogen Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine). Aldehid Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam. Kresol bersifat korosif, toksik pada konsentrasi tinggi dan meninggalkan warna. Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kandang yang di dalamnya ada ternak hidup, telur atau daging yang diproses, karena dapat

mengakibatkan kontaminasi pada produk-produk tersebut dan bersifat toksik pada manusia dan ternak. Desinfektan ini sangat efektif mengatasi jamur, virus, bakteri, karena mampu mematikan mikroorganisme tersebut. Fenol organik Cocok digunakan untuk tempat penetasan (hatchery) dan untuk desinfeksi peralatan di dalamnya. Fenol ektif melawan bakteri, virus dan fungi, termasuk bakteri penyebab Tuberkulosis dan Johns Disease serta virus PMK. Fenol dan beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan sebagai antiseptika, desinfektan atau bahan pengawet. Amonium kuarterner Memiliki dua bagian pada struktur kimianya, satu bagian bersifat hidrofilik dan bagian lain bersifat hidrofobik. Desinfektan ini efektif melawan bakteri gram negatif maupun positif, fungi, virus, tetapi tidak efektif melawan virus PMK ataupun Mycobacterium paratuberculosis, bakteri penyebab Johns Disease. Keberadaan materi organik, seperti feses akan menurunkan aktifitasnya. Desinfektan ini tergolong mudah larut dalam air, sangat efektif menghilangkan bau-bauan, daya kerja tinggi dan tidak berefek pada kulit manusia, meskipun juga menyebabkan karat. Keunggulan lain dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Kelemahan desinfektan ini adalah menyebabkan karat dan memiliki sifat racun yang tinggi

Klorin

Efektif melawan bakteri, banyak virus, terutama parvovirus. Bisa dicampur dengan sabun, tetapi jangan dicampur asam. Aktivitasnya yang kuat menurun dengan adanya materi organik, terutama amoniak atau senyawa-senyawa amino. Desinfektan ini termasuk golongan halogen keras yang bisa mematikan bakteri, virus dan jamur dalam waktu relatif singkat. Kelemahan desinfektan ini adalah mudah menyebabkan perkaratan pada peralatan yang berasal dari bahan metal serta dapat merusak kulit manusia. Larutan chlorin efektif sebagai bakterisidal yang

digunakan dalam kolam renang. Khlor (Cl2} dalam air membentuk asam hipoklorit (HOCl) dan asam Hidrokhloride (HCl) dengan reaksi : Cl2 + H2O HOCl. Asam HOCl selanjutnya berperan sebagai desinfektan, bereaksi dengan bervariasi senyawa, baik dengan senyawa anorganik maupun organik atau terurai menjadi menjadi ion H+ dan OCl-. H2O2 bekerja dengan cara memproduksi radikal hidroksil bebas merusak selubung sel lipid, DNA, dan unsur sel yang esensial. Mikroorganisme yang rentan terhadap H2O2 pada konsentrasi 0,6 15% dalam waktu 15 60 menit adalah S. Aureus, Serrantia mercescens, proteus mirilis, E. Coli, Streptococus spp. Virus. Asam parasetat Asam parasetat atau asam perosiasetat mempunyai kemampuan

membunuh kuman secara cepat termasuk spora dalam konsentrasi rendah. Keuntungannya adalah tidak ada zat sisa yang berbahaya lagi bagi lingkungan, tapi membuat korosi tembaga, kuningan, perunggu besi . mikroorganisme yang rentan terhadap senyawa ini adalah bakteri gram negatif dan gram positif ( 5 menit dalam 100 500 ppm ), virus ( 12 2250 ppm ), spora ( 15 detik 30 menit dalam 500 10.000 ppm ). Desinfektan tingkat tinggi adalah : Adapun beberapa cara melakukan disinfeksi tingkat tinggi diantaranya dentgan cara :
a. Merebus dalam air mendidih selama 20 menit, merebus

tidak memerlukan peralatan yang mahal dan selalu tersedia maka cara tersebut adalah cara yang lebih disukai di klinik kecil atau daerah terpencil.
b. Rendam dalam disinfektan kimiawai seperti glutar aldehid,

formaldehid 8 %.
c. DTT dengan uap penyimpanan yang baik sama pentingnya

dengan proses sterilisasi atau disinfeksi itu sendiri.

Yang termasuk bahan bahan antiseptik : Alkohol Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. Fenol Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol). Biguanid Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus. Senyawa halogen Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).

5. Cara pengolahan alat kesehatan bekas pakai adalah : a. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan pencemaran lingkungan, seperti misalnya tumpahan darah atau cairan tubuh, Juga sebagai langakah pertama pengelolaan limbah yang tidak dimusnahan dengan cara insinerasi atau pembakaran. Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda, sehingga dapat melindungi petugas atau pun pasien. Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati dan tidak digunakan untuk kulit atau jaringan mukosa. Salah satu yang biasa dipakai terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah larutan klorin 0,5% atau 0,05 % sesuai dengan intensitas cemaran dan jenis alat atau permukaan yang akan didekontaminasi. Karena demikian banyak macam dan bentuk alat kesehatan maka perlu dipilih cara dekontaminasi yang tepat. Cara melakukan dekontaminasi dan pencucian sarung tangan adalah : 1) Sebelum melepas sarung tangan kotor, masukkan tangan yang masih terpakai sarung tangan ke dalam container yang berisi larutan klorin 0,5%. 2) Lepaskan sarung tangan dengan cara membalikkannya sehingga bagian luar menjadi bagian dalam kemudian rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 3) Cuci sarung tangn dengan larutan sabun. Bersihkan bagian dalam dan luar. 4) Bilas sarung tangan dengan air bersih sampai dengan tidak ada deterjen atau sabun. 5) Periksa kemungkinan adanya lubang sarung tangan dengan menggembungkan memakai tangan (tidak

dengan meniup) dan memasukkan ke dalam air, bila berlubang akan terlihat gelembung udara. 6) Keringkan dengan hati-hati bagian dalam dan luar sarung tangan sebelum sterilisasi atau desinfeksi. Cara dekontaminasi peralatan yang terbuat dari logam: 1) Rendam semua peralatan yang telah dipakai ke dalam container plastik yang berisi larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 2) Sikat peralatan di bawah permukaan air sabun, gunakan sikat yang lembut (pastikan bagian-bagian yang bergerigi seperti: engsel dan sekrup telah disikat sampai bersih). 3) Bilas dengan air bersih sampai tidak ada sabun atau deterjen. 4) Keringkan di udara atau dengan handuk bersih. 5) Lakukan sterilisasi atau DTT. Cara mencuci linen, penutup lapangan operasi: 1) Pada akhir tindakan, dengan menggunakan sarung tangan, ambil linen/kain penutup lapangan operasi, masukkan dengan hati-hati ke dalam kontainer atau kantung plastic. 2) Diikat, untuk kemudian dikirim ke tempat pencucian. 3) Bila kain/linen tercemar, beri larutan klorin 0,5% pada 5 bagian yang terpapar darah/cairan plastic, diikat, diberi label bahan menular, kirim ke tempat pencucian. b. Pencucian alat Pembersihan dengan cara mencuci adalah menghilangkan segala kotoran yang kasat mata dari benda dan permukaan benda dengan sabun atau detergen, air dan sikat. Pencucian harus dilakukan dengan teliti sehingga darah atau cairan tubuh lain betul-betul hilang dari permukaan tersebut. Pencucian yang hanya mengandalkan air tidak dapat menghilangkan minyak, protein dan partikel-partikel. Tidak dianjurkan mencuci dengan menggunakan sabun biasa untuk membersihkan peralatan, karena sabun yang bereaksi dengan air akan menimbulkan residu yang sulit untuk

dihilangkan. Cara pengolahan alat kesehatan dengan pencucian adalah sebagai berikut: Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai maka umumnya proses desinfeksi dan sterilisasi selanjutnya menjadi tidak efektif. Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya dengan kursi roda, tensimeter, infus pump, dan lain-lain cukup dilap dengan larutan deterjen, air dan sikat. Pencucian harus dilakukan dengan teliti sehingga darah atau cairan tubuh lain, jaringan, bahan organik, dan kotoran betul-betul hilan dari permukaan tersebut. Cuci dengan deterjen netral dan air, gunakan sarung tangan, pencucian yang hanya menggunakan air tidak dapat menghilangkan protein, minyak, dan partikelpartikel. Deterjen digunakan dengan cara mencampurkannya dengan air dan digunakan untuk membersihkanpartikel dan minyak serta kotoran lainnya. Tidak dianjurkan untuk menggunakan sabun cuci biasa untuk membersihkan paralatan, karena sabun yang bereaksi dengan air akan meninggalkan residu yang sulit dihilangkan, hindarkan juga penggunaan abu gosok karena bekas goresan alat akan menjadi tempat bersembunyinya mikroorganisme. Untuk pencucian linen, pegang linen sesedikit mungkin, gunakan sarung tangan jika harus memegang linen, kumpulkan dalam kantung. c. Desinfeksi

Disinfeksi adalah satu proses untuk menghilangkan sebagian atau seluruh mikrooranisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri. Biasanya dilakukan di sarana kesehatan dengan menggunakan cairan kimia, paterurisasi atau perebusan. Efikasi dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya adalah proses yang dilakukan sebelumnya seperti pencucian, pengeringan, adanya zat-zat organic, tingkat pencemaran, jenis mikroorganiseme pada alat kesehtan, lamanya terpajang oleh disinfektan. Bila factor-faktor tersebut ada yang diabaikan akan mengurangi efektivitas proses disinfeksi itu sendiri. Dikenal macam-macam disinfektan, seperti :
1) Disinfektan kimiawi seperti : alcohol, klorin,

formaldehid, glutardehid, hydrogen peroksida, asam parasetet, fenol dll.


2) Cara disinfeksi lainnya seperti radiasi sinar

ultravioplet, pasteurisasi dan mesin pencuci. Masing-masing disinfektan tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan tidak dapat saling mengganti satu sama lain. Selain itu dikenal ada juga yang dikenal dengan disinfeksi tinggkat tinggi. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) merupakan alternatif penatalaksanaan alat kesehatan apabila sterilisasi tidak tersedia atau tidak mungkin dilaksanakan, DTT dapat membunuh semua mikroorganisme termaksud virus hepatitis B dan HIV tetapi tidak dapat membunuh endospora dengan sempurna seperti tetanus atau gas ganggren. Adapun beberapa cara melakukan disinfeksi tingkat tinggi diantaranya dentgan cara :
a. Merebus dalam air mendidih selama 20 menit,

merebus tidak memerlukan peralatan yang mahal dan selalu tersedia maka cara tersebut adalah cara yang lebih disukai di klinik kecil atau daerah terpencil.
b. Rendam dalam disinfektan kimiawai seperti glutar

aldehid, formaldehid 8 %.
c. DTT dengan uap penyimpanan yang baik sama

pentingnya dengan proses sterilisasi atau disinfeksi itu sendiri. d. Sterilisasi Sterilisasi adalah satu proses untuk menghilangkan seluruh

mikroorganisme dari alat kesehatan ternasuk endospora bakteri, sterilisasi ini merupakan cara yang paling aman dan yang paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan darah atau jaringan dibawah kulit yang secara normal bersifat steril. Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara yakni : a. Secara fisik :
Pemanasan kering

Pada pemanasan dengan oven dibutuhkan panas setinggi 150-170 C dengan waktu yang lebih lama dari autoklaf. Sebagai gambaran untuk mematikan spora dibutuhkan waktu dua jam dengan suhu 180 C. Pemanasan basah Koagulasi dan denaturasi protein : pada suhu 121oC selama 20 30 menit.
Radiasi

Dengan menggunakan sinar gamma, namun cara ini tidak sesuai untuk sterilisasi skala kecil seperti rumah sakit apalagi puskesmas Karena sangat mahal. Cara ini hanya digunakan untuk industry besar dalam jumlah besar, seperti jarum suntik dan semprit sekali pakai, alat infuse.
Penyaringan

Merupakan cara yang dipakai untuk larutan yang tidak tahan panas seperti serum, plasma atau vaksin. Sterilisasi ini menggunakan saringan atau filter yang terbuat dari selulosa berpori. Ukuran penyaring untuk sterilisasi adalah 0,22 nm Yang

berarti lebih kecil dari bakteri. b. Secara kimia :


Gluteraldehide 2% untuk merendam alat kesehatan

8-10 jam, yaitu formaldehyde 8% selam 24 jam. Kedua zat tersebut tidak dianjurkan karena dapat mengiritasi kulit, mata, dan saluran nafas.
Gas etilin oksida (ETO) adalah gas beracun.

Dipakai untuk alat yang tidak tahan panas(karet, plastik, elektronik, kabel, alat optic, dan lain-lain). ETO pada kelembaban 20-40%, kepekatan 540-900 mg/liter, dipakai pada suhu 50oC, selam 16 jam.

You might also like