You are on page 1of 3

PELESTARIAN HUTAN INDONESIA SEBAGAI PARU-PARU DUNIA

Indonesia memiliki hutan tropis terbesar di dunia, hutan hujan mengalami degradasi dengan sangat cepat. Banyak orang dan organisasi sosial yang ingin menyelamatkan hutan hujan, namun menyelamatkan hutan hujan tidak akan mudah. Hal ini membutuhkan usaha banyak pihak yang bekerja bersama dalam rangka menjaga hutan hujan dan kehidupan alam liarnya sehingga dapat bertahan untuk kehidupan masa depan.Butler (2007), mengemukaan beberapa langkah untuk menyelamatkan hutan hujan dan termasuk ekosistem di seluruh dunia dengan fokus pada 4 hal yaitu: Pendidikan masyarakat, Rehabilitasi hutan hujan tropis, hidup dengan tidak merusak lingkungan, taman perlindungan.Di negara-negara hutan hujan termasuk Indonesia, penduduk lokal kadang kala tidak mengerti apa pentingnya hutan hujan. Dengan program pendidikan, mereka dapat belajar bahwa hutan memberikan sumber kunci (seperti air bersih) dan adalah rumah bagi hewan dan tumbuhan yang tak akan ditemukan di bagian lain manapun di dunia. Di Soroako misalnya, ketika anak-anak tahu beberapa spesies ikan di Danau Matano bersifat endemik dan tidak ditemukan di dunia manapun mereka tampak senang.Dalam melindungi hutan hujan, kita juga butuh melihat bagaimana hutan yang rusak dapat disehatkan kembali. Walaupun tidak mungkin untuk menanam kembali sebuah hutan hujan, beberapa hutan hujan dapat memulihkan diri setelah ditebangi, terutama jika mereka mendapat bantuan melalui penanaman pohon kembali. Di beberapa kasus, bisa juga menggunakan lahan hutan yang telah ditebangi untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga dapat menyediakan makanan bagi orang-orang di sekitarnya. Saat mereka telah memiliki makanan, mereka tidak butuh untuk menebang lebih banyak hutan untuk menanam tanaman.Di negara-negara hutan hujan, banyak ilmuwan dan organisasi yang bekerja untuk menolong penduduk lokal hidup dengan cara yang tak terlalu merusak lingkungan. Beberapa orang menyebut ide ini dengan sustainable development (perkembangan yang berkepanjangan). Sustainable development memiliki tujuan untuk meningkatkan kehidupan dari masyarakat yang pada saat bersamaan juga melindungi lingkungan. Tanpa meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di dan di sekitar hujan, akan sangat sulit untuk melindungi taman dan alam liar. Agar taman-taman tersebut bisa berguna, masyarakat lokal harus tertarik pada konservasi. Saat ini Indonesia juga telah berupaya menggunakan sistem kredit karbon melalui penghindaran penggundulan hutan. Hutan tropis mempunyai kenggulan dalam mensuplai dan memproduksi oksigen,Paradigma kapitalisme tak pelak juga menginvasi kehidupan kontemporer sosial, ekonomi, politik dan budaya. Iklan-iklan dalam televisi merupakan fantasmagoria yang muncul dan menghilang dalam kecepatan tinggi yang merayu manusia dalam kegilaan histeria gaya hidup. Trend life stile dengan banalnya silih berganti cepat berubah yang menawarkan sebuah kebaruan. Kapitalisme global terperangkap dalam arus percepatan (dromos) dimana kecepatan menjadi ciri kemajuan sehingga ia membentuk kemajuan-kemajuan dalam tempo tinggi. Percepatan tersebut berupa percepatan kembalinya modal, membiaknya kapital, dan larisnya konsumsi. Kecepatan kapital itu kini dikendalikan oleh kecepatan elektronik yang mendekati kecepatan cahaya, yaitu implosi dimana manusia bersama wahananya tidak lagi menjelajahi teritori dengan cara ekspansi, melainkan teritori-teritori yang telah dikuasai tadi justru meledak kedalam mengerumuni manusia layaknya sebuah magnet melalui simulasi elektronik. Manusia sekarang telah kelebihan informasi, dijajah produk, dihujami iklan-iklan,

dibujuk rayu, konsumen yang statis, diam dan monoton membebek pada panoptikon. Sebuah iklan menjadi relatif dalam menjadikan konsumer demikian addicted (terbius). Masyarakat konsumer ditandai dengan berubahnya status komoditas yang diiklankan. Bukan hanya sebuah produk yang menjamin suatu nilai guna/tukar (murni, dalam konsep Marx) akan tetapi status materi yang sekaligus menjanjikan/menawarkan nilai prestise, nilai sosial, nilai kultural atau keistimewaan lain sebuah produk bagi konsumer yang memilikinya. Berubahnya status materi ini seolah mengiringi hasrat kebutuhan konsumer/masyarakat modern dalam menandai status sosial dan kultural individu modern. Saat ini kian tak terhitung, pelbagai iklan komersial dalam media elektronik, seperti TV dan internet, misalnya yang tidak henti-hentinya mengiklankan komoditas-komoditas. Persoalannya, kadangkala bukan nilai fungsional komoditas yang sebagai substansi yang ditawarkan, namun iklan tersebut lebih mengekspresikan (mengutamakan) segi pencitraanya. Bahwa perilaku konsumtif tidak lain terkait dengan berubahnya status komoditi yang bagi Jean Boudrilard, kita dikatakanya, tidak lagi mengontrol obyek, akan tetapi dikontrol oleh obyek-obyek. Kita hidup sesuai dengan iramanya, sesuai dengan siklus perputarannya yang tak pernah putus-putusnya (Boudrillard, 1998:29). Masyarakat konsumer, justru objek-objek konsumerlah yang justru merefleksikan keberadaan subyek/individu modern. Saya mengkomsumsi, karenanya saya ada, dengan kata lain, bila saya telah memiliki suatu produk/jasa maka saya dikatakan eksis/ ada. Komoditas atau dalam rumusan Boudrillard, seperti dikutip Yasraf adalah obyek yang membentuk perbedaan-perbedaan sosial dan menaturalisasikan melalui perbedaanperbedaan pada tingkat semiotik atau pertandaan (Yasraf A.P,1998). Saya mengkomsumsi, karenanya saya ada, slogan ini rasanya memang berlebihan . Namun, sebuah tulisan Chua Beng Huat tentang tubuh-tubuh di mal Singapura menjadi fakta, manakala tubuh-tubuh modern tersebut dalam tulisan Chua Beng Huat menciut dan mengembang diantara kepungan pelbagai jenis produk dan iklan yang ada di mal. . Apakah tubuh-tubuh sekarang lantas adalah tubuh-tubuh yang tersubordinat dari sebuah produk/objek konsumer? Apakah benar kiranya, dalam kebudayaan material sekarang, tubuh individu modern sama sekali kehilangan makna eksistensialnya? Judith Williamson misalnya, membelakangi Boudrilard dengan memberikan pandangan positif pada subjek/ individu modern baginya konsumsi adalah kegiatan eksternalisasi, baginya sebagai media representasi kekuasaan. Seseorang dapat menguasai objek-objek konsumernya untuk kebutuhan pertandaan. Seseorang dapat mengatur relasi objek-objek sebagai penanda status sosialnya. Dalam masyarakat konsumer relasi subjek dan objek lebih tepat dijelaskan melalui peran subjek sebagai konsumer. Pemisahan dan alienasi Marx semakin kehilangan makna karena selepas penat bekerja seseorang dapat menghanyutkan diri dalam ekstasi konsumsi, hiburan dan tontonan konsumerisme. Sebagai konsumer ia menginternalisasi apa yang diciptakan orang lain. http://amstrong26071970.wordpress.com/page/2/

Pakar lingkungan hidup memberikan perhatian khsus terhadap hutan tropis di Indonesia, manfaat Perlindungan hutan Tropis Hutan tropis yang kaya akan keberagaman hayati merupakan habitat bagi sekitar 10 sampai 30 juta spesies tumbuhan dan hewan, termasuk sejumlah spesies yang sangat penting bagi penelitian medis dan kelangsungan produktivitas pertanian baik di tanah air maupun di seluruh dunia. Hutan juga memberikan layanan penting bagi ekosistem, seperti menjaga kualitas dan kuantitas pasokan air jernih dan pengikatan karbon. Penggundulan hutan dengan membakar pohon dan lahan gambut menyumbang sekitar 80 persen dari total emisi karbon Indonesia. Indonesia memiliki tingkat emisi karbon terbesar ketiga di dunia. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tropis menggantungkan mata pencaharian dan kehidupan mereka padanya. Kesepakatan ini akan membantu menjamin kelangsungan hutan tropis untuk generasi yang akan datang. Hibah TFCA membangun kapasitas masyarakat dan LSM untuk melengkapi kegiatankegiatan perlindungan hutan yang disponsori pemerintah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup: Kegiatan-kegiatan yang dapat didanai oleh TFCA, mencakup:Pendirian, pemulihan, perlindungan dan perawatan taman-taman nasional, kawasan-kawasan perlindungan dan suaka-suaka alam. Pengembangan dan penggunaan sistem-sistem manajemen sumber daya alam yang teruji secara ilmiah,termasuk praktek-praktek manajemen lahan dan ekosistem. Program-program latihan untuk meningkatkan kapasitas ilmiah, teknis dan manajemen dari para individu dan organisasi yang terlibat dalam kegiatan perlindungan alam. Pemulihan, perlindungan dan pengelolaan berkelanjutan dari berbagai spesies flora dan fauna. Penelitian dan pengidentifikasian kegunaan jenis-jenis tanaman hutan tropis dalam mengobati berbagai macam penyakit dan masalah-masalah kesehatan lainnya bagi manusia. Mengembangkan dan mendukung mata pencarian para individu yang hidup di atau di dekat hutanhutan tropis yang konsisten dengan usaha-usaha perlindungan hutan-hutan tersebut. Pengelolaan hutan Istilah diterapkan dalam situasi di mana sebuah terkoordinasi, terpadu serangkaian tindakan yang diambil, diarahkan ke arah pencapaian tujuan tertentu. Hal ini karena situasi yang berbeda di mana pilihan harus dibuat dalam memanipulasi sumber daya hutan untuk memenuhi tujuan tertentu yang istilah telah datang untuk memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. Dalam arti luas, pengelolaan hutan adalah suatu proses yang secara efektif mengintegrasikan faktor biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi keputusan utama terhadap pelaksanaan satu atau lebih tujuan tertentu. Secara historis, pengelolaan hutan sebagian besar dianggap masalah biologis dengan fokus yang kuat pada silvikultur untuk produksi kayu. Sebagai profesi kehutanan telah berkembang, pemahaman dari "pengelolaan hutan" istilah telah memperluas rentang isu lingkungan yang lebih luas, seperti konservasi keanekaragaman hayati, masalah sosial dan ekonomi dan, lebih umum, konsep keberlanjutan. Pengelolaan Hutan: sumber daya hutan dan lahan hutan harus dikelola secara lestari untuk memenuhi ekonomi, budaya dan spiritual kebutuhan manusia, sosial hadir dan. generasi masa depan. Kebutuhan-kebutuhan ini untuk produk hutan dan jasa, seperti kayu dan produk kayu-, air, makanan, pakan ternak, obat-obatan, bahan bakar, tempat tinggal, pekerjaan, rekreasi, habitat satwa liar, keragaman lansekap, penyerap karbon dan waduk, dan untuk produk hutan lainnya . langkah-langkah yang tepat harus diambil untuk melindungi hutan terhadap efek berbahaya dari polusi, termasuk-borne polusi udara, kebakaran, hama dan penyakit untuk mempertahankan beberapa penuh nilai-nilai mereka. (Sumber: Prinsip UNCED. Hutan 1992. Earth Summit - Rio & Deklarasi.)

You might also like