You are on page 1of 83

1

LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN RECORDING SAPI BALI
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI
JEMBRANA, BALI





Disusun oIeh:

Anastasia Tiara Kusumanindra
07 / 257389 / PT / 05429



ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
MAHASISWA FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA


MANAJEMEN RECORDING SAPI BALI
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI
JEMBRANA, BALI







Disusun oleh:

Anastasia Tiara K
07 / 257389 / PT / 05429




Telah disetujui pada tanggal:.......








Wakil Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik,
Penelitian,
dan Pengabdian Kepada
Masyarakat
Dosen Pembimbing
Praktek Kerja Lapangan




Dr. r. Adiarto, M.Sc .




Prof. Dr. r. Sumadi, MS .
NP: 195309091980031007 NP: 195301191977032001
3

BAB I
PENDAHULUAN

Latar BeIakang
Peternakan di ndonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat
baik dalam penggemukan maupun pembibitan. Peternakan terutama sapi
potong memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pemenuhan
kebutuhan akan protein terutama kebutuhan protein hewani dari
masyarakat ndonesia. Namun demikian kebutuhan masyarakat akan
daging atau protein hewani ini belum dapat terpenuhi seluruhnya, untuk
memenuhi kebutuhan inilah dibutuhkan pengembangan usaha peternakan
terutama sapi potong. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang baik
dalam usaha pengembangannya. Manajemen yang baik dapat membantu
untuk melihat potensi ternak juga untuk melihat sejauh mana produktivitas
dari ternak tersebut, sehingga diharapkan di masa mendatang
produktivitasnya dapat terus meningkat.
Manajemen dalam peternakan sangat penting dalam membantu
mengetahui semua kegiatan yang dilakukan dan dapat mengambil
keputusan-keputusan yang tepat dalam kebijakan peternakan demi
kelangsungan usaha. Manajemen merupakan suatu usaha untuk
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir serta
mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan
organisasi secara efisien dan efektif (Reksohadiprodjo, 1992).
Recording adalah catatan tentang segala kejadian mengenai ternak
yang dipelihara yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang objektif didasarkan atas fakta yang ada,
sehingga keputusan yang dibuat merupakan keputusan yang terbaik
(Soetarno, 2003). Pencatatan (recording) pada ternak sangat penting
sebagai persyaratan untuk mengambil keputusan yang penting dalam
kebijakan peternakan karena dengan recording dapat memberikan
informasi tentang ternak secara lengkap serta semua kegiatan yang


berkaitan dengan usaha peternakan. Pencatatan pada usaha peternakan
sangat penting karena kemampuan daya ingat manusia yang sangat
terbatas untuk mengingat semua kegiatan dan keputusan yang telah
dibuat (Eustice, 1988 cit Hutauruk, 2007).
Sapi potong perlu dicatat mengenai silsilah, perkawinan, berat lahir
dan rata-rata pertambahan berat badan per hari selama masa
pertumbuhan sampai hewan mencapai dewasa tubuh dan siap dipasarkan
(Toelihere, 1993). Selanjutnya untuk mengetahui dan memahami
bagaimana proses manajemen recording sapi potong yang baik, maka
dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini penulis terdorong untuk
mengambil judul Manajemen Recording Sapi Bali di Balai Pembibitan
Ternak Unggul Sapi Bali, Jembrana, Bali.

Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Memenuhi persyaratan kegiatan akademik guna menempuh derajat
sarjana.
2. Menganalisa dan membandingkan teori dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan.
3. Mengetahui dan memahami secara langsung tentang manajemen
recording sapi potong.
. Mengetahui dan memahami kendala atau permasalahan yang dihadapi
perusahaan serta penyelesaian yang dilakukan.
5. Mampu mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan yang
diperoleh dari perusahaan tersebut.





5

Manfaat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain:
1. Dapat menghubungkan teori-teori yang telah diperoleh selama kuliah
dengan aplikasinya di lapangan. Pada khususnya mengenai
manajemen recording ternak di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi
Bali Jembrana, Bali..
2. Dapat memberikan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan
menganalisa permasalahan yang ada serta mencoba mencari
pemecahannya.
3. Dapat memperoleh ide-ide baru yang mendukung perkembangan
studi, dan dapat meningkatkan kreativitas.
. Bagi Balai, Praktek Kerja Lapangan ini bermanfaat sebagai wahana
pentransferan ilmu dan pengalaman kepada pihak lain, dalam hal ini
mahasiswa, serta memungkinkan mendapat masukan dan
mengevaluasi manajemen recording dan perawatan ternaknya.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen
Manajemen adalah suatu usaha merencanakan, mengorganisir,
mengarahkan, mengkoordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu
organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif
(Reksohadiprodjo, 1992). Handoko (1999) mendefinisikan manajemen
sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (8cience) yang berusaha secara
sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja
bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih
bermanfaat bagi kemanusiaan.
Perencanaan (planning) adalah 1) pemilihan atau penerapan
tujuan-tujuan organisasi dan 2) penentuan strategi, kebijaksanaan,
proyek, program, prosedur, metoda, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Handoko, 1999). Pada hakikatnya
perencanaan adalah pemilihan berbagai alternatif tujuan, strategi,
kebijaksanaan, taktik, prosedur dan program-program. nti perencanaan
itu, dengan demikian, adalah pemilihan jalan yang akan ditempuh. ni
merupakan prinsip utama perencanaan (Reksohadiprodjo, 1992). Tahap
awal dalam perencanaan adalah penyusunan tujuan. Tujuan disusun
secara objektif dengan memperhatikan kemampuan, keahlian, dan tingkat
penerimaan (acceptability) anggota organisasi. Bagian terpenting dari
perencanaan adalah hubungan (relation8ip) dan waktu (time), karena
perencanaan memiliki jangka waktu tertentu dalam usaha pencapaian
tujuan (Harsono, 2002 cit. Wibowo, 2009).
Pengorganisasian merupakan proses menciptakan hubungan-
hubungan antara fungsi-fungsi, personalia, dan faktor fisik, agar supaya
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan, disatukan dan diarahkan
pada pencapaian tujuan bersama (Reksohadiprodjo, 1992).
Pengorganisasian (organizing) adalah 1) penentuan sumber daya- sumber
7

daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi., 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau
kelompok kerja yang akan dapat "membawa hal-hal tersebut kea rah
tujuan, 3) penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, )
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal
dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi, dan dikoordinasikan (Handoko,
1999).
Pengarahan dapat diartikan sebagai aspek hubungan manusiawi
dalam kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk bersedia mengerti
dan menyumbangkan pikiran dan tenaganya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Firdaus, 2009). Fungsi
pengarahan (leading), secara sederhana, adalah untuk membuat atau
mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus
mereka lakukan (Handoko, 1999). Pengarahan meliputi usaha untuk
memimpin, mengawasi, memotivasi, mendelegasikan, dan menilai mereka
yang Anda manajemeni (pimpin). Para manajer sedang mengarahkan,
apabila mereka mengawasi agar usaha dan setiap individu difokuskan
utuk mencapai sasaran bersama organisasi. Pengarahan merupakan
jantung dari proses manajemen dan harus didasarkan pada rencana
organisasi yang baik, yang menentukan tanggung jawab, wewenang, dan
evaluasi (Firdaus, 2009).
Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan penerapan cara
dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan (Handoko, 1999). Pengawasan pada
hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana
agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana (Reksohadiprodjo,
1992). Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
mendeterminasi apa-apa yang telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan yang ada dalam suatu kegiatan organisasi dengan tujuan
untuk segera mengetahui kemungkinan terjadinya hambatan dan
8

penyimpangan, sekaligus mengadakan koreksi untuk memperlancar
tercapainya tujuan (Firdaus, 2008). Fungsi pengawasan pada dasarnya
mencakup empat unsur, yaitu 1) penerapan standar pelaksanaan, 2)
penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, 3) pengukuran pelaksanaan
nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, )
pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan
menyimpang dari standar (Handoko, 1999).

Recording
Recording adalah catatan tentang segala kejadian mengenai ternak
yang dipelihara yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang objektif didasarkan atas fakta yang ada,
sehingga keputusan yang dibuat merupakan keputusan yang terbaik
(Soetarno, 2003). Pencatatan (recording) pada ternak sangat penting
sebagai persyaratan untuk mengambil keputusan yang penting dalam
kebijakan peternakan karena dengan recording dapat memberikan
informasi tentang ternak secara lengkap serta semua kegiatan yang
berkaitan dengan usaha peternakan. Pencatatan pada usaha peternakan
sangat penting karena kemampuan daya ingat manusia yang sangat
terbatas untuk mengingat semua kegiatan dan keputusan yang telah
dibuat (Eustice, 1988 cit Hutauruk, 2007).
Berdasarkan persaingan saat ini, peternak seharusnya
menggunakan perhatian penuh yang lebih baik dalam seleksi dan
pembibitan dari ternak mereka. Mereka seharusnya menjaga pencatatan
yang baik dari masing-masing individu dan mempelajari dengan hati-hati
catatan ini untuk melanjutkan memperoleh sebuah keuntungan dalam
sebuah usaha peternakan. Peternak dapat memilih hanya ternak-ternak
ini yang dengan cepat di bawah rata-rata performans. Di masa mendatang
ini akan menjadi peningkatan yang tidak dapat dihindarkan untuk memilih
ternak standar agar supaya memenuhi persaingan (Lasley, 1978).
9

Recording adalah suatu usaha yang dikerjakan oleh peternak untuk
mencatat gagal atau berhasilnya suatu usaha peternakan. Pada usaha
peternakan banyak sekali komponen recording yang harusnya mendapat
perhatian antara lain : jumlah populasi, jumlah pemberian pakan, jumlah
produksi harian yang dihasilkan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,
tingkat kematian (mortalitas) yang dipelihara, penyakit yang menyerang,
riwayat kesehatan (medical record), obat yang dibutuhkan, vaksinasi yang
dibutuhkan dan masih banyak lainnya. ntinya semakin banyak pencatatan
yang dilakukan akan semakin baik manajemen usaha yang dilakukan
(Utomo, 2010). Recording (pencatatan) adalah bagian dari tatalaksana
yang sangat penting untuk dilakukan dan berhubungan dengan
pengumpulan data-data penting ternak dari waktu ke waktu. Recording
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan program tatalaksana yang lebih
baik, seleksi yang lebih ketat, dan untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih besar (Anonimous, 2010).
Kegunaan utama adanya catatan ini adalah dapat memberi
informasi tentang ternaknya individu per individu, maupun secara
keseluruhan. Catatan yang paling ideal adalah catatan yang bersifat
sederhana, namun lengkap, teliti dan mudah dimengerti. Namun demikian,
hal yang tidak kalah pentingnya adalah penomoran ternak, karena harus
diketahui dengan pasti catatan produksi ini milik siapa (Hardjosubroto,
199). Recording ternak menjadi sangat penting karena merupakan alat
digunakan untuk memberi pengingat waktu kepada peternak ataupun
pekerja kandang waktu pelaksanaan perkawinan kembali, waktu
pemeriksaan kebuntingan ataupun waktu ternak melahirkan. Selain itu
recording ternak akan bermanfaat untuk seleksi pejantan dan betina. Hal
ini dikarenakan dengan adanya recording ternak kita akan mengetahui
produktivitas ternak baik pejantan maupun induk (Samsudewa, 2010).
Dua metode yang tersedia bagi peternak untuk mengembangkan
rata-rata level performa genetik betina dalam kawanan atau
gembalaannya. Salah satunya adalah memilih betina pengganti dari itu
10

dengan catatan individu yang lebih baik dan dari perbandingan dengan
pencatatan yang lebih baik. Metode yang lain adalah memilih betina yang
berproduksi buruk yang mendukung catatan performa mereka (Lasley,
1978). Metode seleksi secara tradisional yang disempurnakan akan lebih
sempurna apabila cara pemberian skor dapat dikombinasikan dengan
metode pencatatan data (recording).catatan data ini terutama dalam
memilih pejantan, karena tidak jarang seekor sapi jantan menunjukkan
bentuk luar yang baik tetapi manjir. Kegunaan lain adanya pencatatan
data adalah diketahuinya silsilah ternak tersebut, dan riwayat
kehidupannya, misalnya status beranaknya, dan kesehatannya
(Hardjosubroto, 199). Kemajuan dari peternakan sapi potong
dihubungkan dengan metode pembibitan membutuhkan pencatatan yang
teliti dan hati-hati untuk menjaga semua ternak dalam kawanannya. ni
diselesaikan dalam beberapa pertanian dan peternakan waktu sekarang,
dan perhatian khusus bermanfaat untuk beberapa sifat-sifat dari
kepentingan ekonomi terbesar (Lasley, 1978).
Kemampuan reproduksi. Kemampuan reproduksi diartikan disini
sebagai ukuran dari berat sapih pedet per sapi dijelaskan untuk pejantan
dalam musim pembibitan. Sifat ini tergantung pada beberapa faktor
seperti conception rate, kemampuan bertahan untuk penyapihan, dan
berat pedet saat disapih (Lasley, 1978). Tingkat pembuahan (conception
rate), yaitu jumlah betina yang menjadi bunting dari 100 ekor sapi betina
siap kawin yang dibaur dengan pejantan yang baik. Hal ini dapat pula
disebut persentase kebuntingan (pregnancy rate). Kebuntingan ditentukan
atau diukur berdasarkan tidak kembalinya berahi setelah sekitar 0 hari
dikawinkan atau dengan metode palpasi rektal. Sapi jantan kesuburan
diukur dari jumlah dan kualitas sperma yang dihasilkannya. Kualitas
sperma yang harus diperhatikan antara lain daya gerak spermatozoa
sangat penting, karena diperlukan untuk bergerak maju ke dalam saluran
alat kelamin sapi betina dan selanjutnya membuahi ovum. Perbandingan
jumlah sperma yang hidup dan yang mati atau yang berbentuk normal dan
11

abnormal juga sangat pentng karena akan menentukan daya pembuahan
pejantan tersebut (Pane, 1993).
Berat pedet saat disapih. Berat sapih dari pedet sangat penting
karena menunjukkan ukuran berat dari produksi per sapi per tahun.sifat ini
tergantung pada produksi susu, produksi sapi, dan untuk batas paling
bawah, dalam kemampuan dari pedet untuk memperoleh penambahan
yang cepat dan efisien (Lasley, 1978). Sumadi (1993 cit. Duma et al.,
1998) menyatakan, bahwa berat sapih pedet menggambarkan produksi
dari induk sehingga dapat digunakan sebagai data performan induknya.
Hinojosa et al. (2003) cit. Hartati dan Dicky (2008) menyatakan bahwa
bobot sapih yang tinggi nantinya akan menghasilkan sapi dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik.
Berat umur satu tahun. Berat setahunan terutama berguna untuk
pertumbuhan betina induk menurut kondisi efektif dalam peternakan
dimana mereka tidak diberi pakan penuh (Lasley, 1978). earling weigt
mempunyai angka pewarisan tinggi, yaitu sebesar 0,5 sampai 0,55
sehingga sangat baik digunakan sebagai kriteria seleksi berat yang diukur
pada umur sekitar 550 hari ini sering disebut sebagai berat akhir (final
weigt), karena merupakan kriteria penimbangan terakhir dari pedet
sapihan dalam memutuskan pedet mana yang terpilih sebagai calon
pengganti (Hardjosubroto, 199).
Bebas dari cacat turunan. Sifat ekonomis penting lainnya dalam
peternakan sapi potong adalah kebebasan dari cacat turunan yang
bertentangan dengan performa dan fertilitas. Sebagian besar dari ini
adalah kemungkinan terkait seperti sifat resesif dan akan menjadi makna
yang tidak benar jika tidak heterozigot lebih disukai dalam seleksi (Lasley,
1978). Cacat genetik berkisar dari yang hanya sedikit pegaruhnya
terhadap kemampuan produksi (hanya didapatkan pada beberapa
keadaan saja), sampai yang mematikan yaitu mematikan individu yang
cacat. Pengaruh letal muncul dan terlihat pada saat yang berbeda,
misalnya segera setelah pembuahan terjadi pada saat individu sudah
12

dewasa atau bahkan sampai saat akhir hidupnya. Saat di mana cacat itu
paling sering diketahui adalah pada saat atau sesudah individu dilahirkan.
Kebanyakan cacat genetik adaah resesif. Apabila homosigot resesif tidak
mampu berkembang biak, maka terjadi seleksi otomatis melawan gen
resesif, dan biasanya cukup untuk menjaga frekuensi sifat cacat dalam
populasi agak rendah (Warwick et al., 1990).
Daya hidup. Kecil dikenal tentang tingkat heritabilitas dari jangka
waktu hidup produktif dari sapi potong. Seleksi otomatis telah
dipraktekkan untuk sifat ini, karena sapi-sapi dengan hidup produktif yang
panjang akan lebih mewariskan keturunan dalam sebuah kawanan,
membuat mereka lebih mungkin untuk mewariskan tujuan pembibitan
terpilih ini (Lasley, 1978). Makin banyak ternak yang dapat hidup atau
yang dapat mempertahankan hidupnya, makin besarlah kemungkinan
untuk mengadakan perbaikan. Dalam suatu upaya perbaikan mutu, harus
diusahakan mendapatkan atau mengumpulkan sapi yang melahirkan
hidup dan anak sapinya dapat tinggal hidup pada umur dini. Dengan kata
lain, seleksi ditujukan kepada sifat atau karakter bertahan hidup daripada
mengurusi persoalan kematian (Pane, 1993).

Manajemen Recording Ternak
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan usaha peternakan.
Faktor tersebut kalau dikelompokkan akan mengerucut menjadi tiga faktor
utama yaitu faktor pakan, bibit, dan manajemen pemeliharaan
(lingkungan). Faktor bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan,
semuanya saling terkait mendukung keberhasilan usaha sehingga tidak
bisa mengabaikan salah satunya. Salah satu cermin manajemen yang
baik adalah adanya catatan produksi baik catatan produksi harian atau
bulanan yang tertib (Utomo, 2010).
dentifikasi ternak berupa pemberian nomor pada ternak dengan
disertai kartu identitas. Kartu identitas ternak bertujuan untuk mencatat
semua informasi tentang nama dan nomor ternak, jenis kelamin, tanggal
13

lahir (dan tanggal perkawinan induknya), kemurnian bangsanya, bapak
(8ire) dan induknya (dam), nama dan nomor kode pemilik beserta
alamatnya. Kartu identitas yang sempurna memuat gambar sketsa atau
foto dari ternak yang dibuat dari sisi kanan, kiri dan depan ternak
(Hardjosubroto, 199).
Pemberian nomor pada sapi sendiri, dapat bersifat permanen atau
temporer. Penomoran yang bersifat permanen berupa pembuatan tato
pada badan ternak berupa cap bakar maupun dingin, sedangkan yang
temporer berupa penomoran dengan penggunaan anting pada telinganya.
Catatan reproduksi meliputi tanggal dikawinkan dan tanggal beranak serta
dengan siapa induk tadi dikawinkan. Pada perkawinan dengan B, perlu
dituliskan nomor strawnya. Pada catatan kesehatan dicatat hal-hal yang
menyangkut pengobatan dan vaksinasi (Hardjosubroto, 199). Catatan
yang berhubungan dengan seketurunan dapat juga digunakan untuk
seleksi dari peternakan untuk telur dan produksi telur dan untuk sifat-sifat
seperti mortalitas, ketahanan terhadap penyakit, jumlah tulang punggung,
atau fertilitas. Catatan individu dari nilai kecil tidak kurang menunjukkan
dimana mutu individu berhubungan dengan yang lain kurang dari kondisi
yang sama (Lasley, 1978).
Catatan produksi susu yang ideal mencatat produksi pagi dan sore
setiap hari, selama berlangsungnya periode laktasi. Hal demikian ini
sudah lazim dilakukan oleh peternak ataupun perusahaan susu dengan
jumlah sapi yang terbatas. Demikian pula untuk suatu Pusat Pembibitan
Ternak, pencatatan selengkap ini merupakan suatu persyaratan mutlak
demi ketepatan seleksinya (Hardjosubroto, 199).
Selama beberapa waktu, potensi genetik daya produksi dari suatu
kelompok hampir seluruhnya akibat dari kualitas (nilai genetik) dan
pejantan yang digunakan. Karena itu, pemilik ternak niaga harus
membatasi dirinya untuk membuat hanya catatan-catatan yang sederhana
dan murah saja yang sudah cukup untuk: 1) dapat menyisihkan betina-
betina berproduksi rendah pada awal kehidupannya, 2) dapat memilih
1

betina-betina pengganti dari induk yang lebih produktif. Kedua prosedur ini
akan memperbaiki rata-rata produktivitas dan keuntungan dari kelompok
itu untuk jangka pendek. Catatan-catatan pada ternak niaga mempunyai
peranan penting dalam perbaikan genetik bila dilakukan inseminasi
buatan dan pembuktian sapi jantan muda tergantung pada penampilan
keturunannya dalam kelompok niaga (Warwick et al, 1990).
Menurut Tujuan dari pembibitan sapi potong adalah untuk
menghasilkan anak yang akan dijadikan sebagai bibit sapi potong.
Pencatatan diperlukan untuk mengetahui sejauh mana mutu bibit yang
dihasilkan serta menunjang terlaksananya program seleksi yang baik
(Anonimous, 1983 cit. Lestiyani, 2008). Usaha pembibitan terutama sapi
potong untuk mencapai produktivitas ternak yang tinggi diperlukan adanya
informasi atau catatan (recording) yang akurat mengenai ternak tersebut.
Pencatatan (recording) yang akurat hanya diperoleh dengan
melaksanakan manajemen recording yang betul, yang sesuai dengan
tujuan usaha peternakan.
A. Kartu Induk
Bangsa : .......
Nomor Induk : ....... Tanggal Lahir : ............
Nomor Bapak : ....... No. Telinga : ............
Perkawinan Ke Tgl Tgl Tgl Tgl
1
2
3
Melahirkan
Ke
Nomor
Telinga
Kelamin
Tanggal
Lahir
Nomor
Bapak
Bobot
Lahir
Tgl
Disapih
Boot
Sapih
1. a
b
c
2. a
b
c
Catatan khusus :

(Anonimous, 2011)
15

B. Kartu Peiantan
Bangsa : .......
Nomor Induk : ....... Tanggal Lahir ............
Nomor Bapak : ....... No. Telinga ............
Bobot Hidup
1 Jan 20. ...kg 1 Juli 20.. ...kg
1 Peb 20. ...kg 1 Agust 20 .. ...kg
1 Mar 20... ...kg 1 Sept 20. ...kg
1 Apr 20... ...kg 1 Okt 20.. ...kg
1 Mei 20. ...kg 1 Nop 20. ...kg
1 Juni 20... ...kg 1 Des 20.. ...kg
Perkawinan
Betina No.
Tgl Perkawinan Tgl
Melahirkan
Jumlah Anak
Dilahirkan
Jumlah anak
Keseluruhan 1 2 3








Catatan khusus :

(Anonimous, 2011)
C. Kartu Anak
Bangsa : .......
Nomor Induk : ....... Tanggal Lahir : ............
Nomor Bapak : ....... No. Telinga : ............
Bobot Lahir : .......... Kelamin : ............
Pertumbuhan Sebelum disapih
Minggu ke... Bobot (kg) Minggu ke Bobot (kg) Minggu ke Bobot (kg)



Pertumbuhan Setelah disapih
Umur
(Bln)
Bobot
(Kg)
Umur
(Bln)
Bobot
(Kg)
Umur
(Bln)
Bobot
(Kg)



Catatan khusus :

(Anonimous, 2011)

1

BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

AIamat Perusahaan
Kantor pusat BPTU Sapi Bali beralamat di Jalan Gurita Pegok,
Sesetan, Denpasar, Bali, sedangkan reeding Center BPTU Sapi Bali
beralamat di Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten
Jembrana, Bali. reeding Center BPTU Sapi Bali terletak di jalan raya
Gilimanuk-Denpasar KM 70 atau 5 Km dari pusat kota kecamatan
Pekutatan, Jembrana, Bali pada ketinggian kurang lebih 50 sampai 100
meter di atas permukaan laut dengan luas areal mencapai 150 hektar.
Lahan tersebut dahulunya merupakan lokasi perkebunan kelapa milik
pemerintah Provinsi Bali. Lokasi reeding Center BPTU Sapi Bali terletak
jauh dari pemukiman penduduk yang jaraknya mencapai 1 Km.

Sejarah Instansi
Pada pertengahan decade 70-an, ada dua isu besar tentang sapi
Bali. Pertama adalah turunnya populasi sapi Bali yang diakibatkan oleh
adanya pemotongan sapi betina produktif dan ekspor sapi Bali yang tidak
terkendali. Kedua adalah dampak ikutan dan terkurasnya sapi Bali
tersebut sehingga menimbulkan penurunan mutu genetiknya. Padahal
sapi Bali sangat berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi
masyarakat. Berawal dari kondisi tersebut maka pada tahun 197,
berdirilah Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3 Sapi Bali),
sesuai dengan SK Menteri Pertanian Nomor : 77kptsUm12197
Pemerintah lewat Bank Rakyat ndonesia, menyalurkan Kredit Ternak
Sapi ke masyarakat sebagai upaya untuk mendukung kegiatan P3 Bali,
yang nantinya menjadi nstalasi Populasi Dasar (PD). Tahun 198,
dibangunlah Pusat Pembibitan Pulukan (reeding Center Pulukan) di
Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, sebagai
tempat uji dan seleksi sapi Bali. Dan akhirnya pada awal tahun 2007
17

karena dengan pertimbangan pentingnya melestarikan plasma nutfah
potensial asli ndonesia seperti sapi Bali dan dalam perkembangannya
cukup menggembirakan maka P3 Bali resmi dijadikan Balai Pembibitan
Ternak Unggul Sapi Bali sesuai SK Menteri Pertanian No.
13PermentanDT.1022007.

Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali memiliki visi
yaitu untuk mewujudkan BPTU Sapi Bali sebagai pemeran usaha
peningkatan mutu genetik dan menciptakan bibit sapi Bali unggul murni
dalam rangka pelestarian plasma nutfah nasional.

Misi
Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali memiliki misi
yaitu melaksanakan pemuliabiakan dan pelestarian sapi Bali,
melaksanakan pengujian mutu genetik ternak bibit sapi Bali,
melaksanakan pengembangan dan penyebaran bibit sapi Bali,
membangun kerjasama dengan 8take older dalam rangka pembangunan
sub sector peternakan, meningkatkan SDM bidang peternakan, dan
melaksanakan manajemen administrasi dan evaluasi dalam pelaksanaan
kegiatan Balai.

Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang terdapat di Balai Pembibitan Ternak
Unggul Sapi Bali seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 berdasarkan
surat Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13PermentanOT.1022007,
dipimpin oleh seorang kepala balai yang membawahi kepala bagian tata
usaha, kepala bagian pelayanan teknis, dan kelompok jabatan fungsional.
Struktur ini masih dalam masa peralihan sehingga baru kepala balai yang
sudah masuk kedalam struktur organisasi tersebut.
18









Gambar 1. Struktur organisasi BPTU Sapi Bali
Pada struktur organisasi BPTU Sapi Bali, Kepala reeding Center
BPTU Sapi Bali atau pimpinan pelaksana pusat pembibitan untuk
sementara menduduki posisi sebagai kepala seksi pelayanan teknik
didalam struktur organisasi BPTU Sapi Bali. Kepala seksi pelayanan
teknik membawahi bendahara, bagian logistik, bagian keswan, bagian
hijauan makanan ternak dan Sapronak, dan bagian produksi dan
reproduksi. Berikut struktur organisasi reeding Center BPTU Sapi Bali
yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pada Gambar 1 diketahui bahwa Seksi
Pelayanan Teknin berada di bawah kepala Balai, sedangkan pada
Gambar 2 Seksi Pelayanan Teknik bertanggung jawab sebagai kepala
pimpinan pelaksana pusat reeding Center BPTU Sapi Bali. Kepala
Pelayanan Teknik bertugas melaporkan perkembangan reeding Center
BPTU Sapi Bali kepada kepala Balai.



Kepala
Balai
Sub Bagian
Tata Usaha
Seksi Pelayanan
Teknik
Kelompok Jabatan
Fungsional
19















Gambar 2. Struktur organisasi reeding Center BPTU Sapi Bali

Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan di reeding Center BPTU Sapi Bali
yaitu 11 orang pegawai yang merupakan Pegawai Negeri Sipil dan 2
orang karyawan yang terdiri dari orang satpam, 2 orang sopir, 5 orang di
bagian ternak dan 13 orang di bagian HMT.

Jenis Usaha
Jenis usaha yang dilakukan oleh Balai Pembibitan Ternak Unggul
Sapi Bali dalam tugas pokok yaitu melaksanakan pelestarian,
pemuliabiakan, pembibitan, produksi dan pengembangan serta
penyebaran hasil produksi bibit Sapi Bali unggul secara nasional.
Pimpinan Pelaksana
Logistik Bendahara
Bag. HMT & Sapronak Bag. Keswan
Bag. Produksi &
Reproduksi
Ur. Keswan
Ur. Depo
Obat
Ur. Produksi Ur. Reproduksi
Ur. HMT & Sapronak
Tenaga Honorer
20

Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali juga memiliki fungsi-
fungsi penting yaitu :
1. Pelaksanaan pemeliharaan bibit Sapi Bali murni unggul.
2. Pelaksanaan pelestarian, pemuliaan dan pembibitan melalui
teknologi pemuliaan.
3. Pelaksanaan pencatatan (recording) pembibitan Sapi Bali murni
unggul.
. Pelaksanaan standardisasi teknis bibit Sapi Bali murni unggul
5. Pelaksanakan sertifikasi bibit Sapi Bali murni unggul.
. Pemberian saran teknik pemeiharaan Sapi Bali murni unggul.
7. Pelaksanaan pengembangan bibit Sapi Bali murni unggul
8. Pelaksanaan penyebaran hasil produksi bibit Sapi Bali murni
unggul.
9. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pelestarian, pemuliaan,
pembibitan, produksi, dan pengembangan, serta penyebaran hasil
produksi bibit Sapi Bali murni unggul secara nasional.
10. Pelaksanaan evaluasi kegiatan pembibitan Sapi Bali murni unggul.
11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

Sistem PemeIiharaan
Sistem pemeliharaan yang digunakan di reeding Center Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali adalah sistem padang
penggembalaan atau ranc. Sampai saat ini lahan yang aktif digunakan
sebagai lahan penggembalaan sekitar 50 hektar sedangkan 100 hektar
sisanya masih berupa semak-semak belukar dan perkebunan kelapa serta
perkebunan karet. Luas paddock sekitar 5 sampai hektar dan ditanami
dengan rumput Brazil. Penggunaan rumput Brazil ini karena rumput Brazil
memiliki kelebihan tahan terhadap injakan, senggutan dan mampu hidup
dan berproduksi pada musim kemarau. Rumput Brazil ini didatangkan
langsung dari Selandia Baru yang merupakan hasil kerja sama antara
BPTU Sapi Bali dengan pemerintah Selandia Baru. Selain penggunaan
21

sistem padang penggembalaan, sistem pemeliharaan di sistem
pemeliharaan di reeding Center BPTU Sapi Bali meliputi perkandangan,
pemberian pakan, perawatan dan pengendalian penyakit. Manajemen
recording merupakan bagian dari sistem pemeliharaan yang akan dibahas
pada bab V tentang kegiatan praktek kerja lapangan.

FasiIitas Ranch
Ranc yang dimiliki oleh reeding Center BPTU Sapi Bali berfungsi
juga sebagai padang penggembalaan ternak. Fasilitas-fasilitas ranc yang
dimiliki oleh BPTU Sapi Bali antara lain : paddock-paddock yang dibatasi
dengan pagar dan beberapa paddock yang masih menggunakan pagar
kayu dan kawat berduri, cattle yard, satu unit mesin 8praying ternak, lahan
hijauan, laboratorium reproduksi, gudang pakan, traktor bajak, mesin
copper, dan timbangan digital. Ukuran paddock sendiri bervariasi yaitu 5
sampai hektar dengan komposisi ternak yaitu antara 100 sampai 200
ekor ternak per paddock.


Gambar 3. Pagar pembatas paddock
Paddock satu dengan lainnya dibatasi dengan pembatas berupa
pagar yang tingginya sekitar 120 cm seperti ditunjukkan pada Gambar 3.
Pagar pembatas tidak dapat digunakan secara menyeluruh karena
keterbatasan dana, sehingga ada beberapa paddock yang masih
menggunakan pagar kayu dan kawat berduri seperti yang terlihat pada
Gambar .
22


Gambar . Pagar kayu pembatas
Cattle yard yang dimiliki oleh BPTU Sapi Bali dibangun pada awal
pendiriannya, yaitu pada tahun 198. Cattle yard reeding Center BPTU
Sapi Bali seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, memiliki beberapa
bangunan antara lain loading unit seperti terlihat pada Gambar 7, forcing
yard, gang way, cru8, alat 8praying seperti terlihat pada Gambar ,
tempat B, dan tempat penimbangan.

Gambar 5. Cattle yard

Gambar . Alat Spraying
23


Gambar 7. oading unit
Lahan penggembalaan di reeding Center BPTU Sapi Bali
menggunakan rumput Brazil yang terlihat pada Gambar 8 sebagai pakan
utama sapi Bali. Penggunaan rumput Brazil sebagai pakan utama
disebabkan karena rumput Brazil memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap
senggutan, injakan dan dapat tumbuh subur baik di musim kemarau
maupun musim hujan.

Gambar 8. Penggunaan rumput Brazil sebagai pakan utama
Laboratorium reproduksi seperti terlihat pada Gambar 9, digunakan
sebagai laboratorium analisa sperma pejantan unggul sapi Bali yang siap
dikirim ke Balai Besar nseminasi Buatan (BBB) Singosari. Selain itu, juga
digunakan sebagai tempat penyimpanan obat-obatan dan vaksin. Di
bagian belakang laboratorium reproduksi terdapat kandang seperti terlihat
pada Gambar 10 yang digunakan sebagai perawatan bagi pejantan yang
akan diseleksi dengan progeny te8t (elite bull) yang akan digunakan
sebagai pejantan pengganti untuk dikirim ke Balai Besar nseminasi
Buatan.
2


Gambar 9. Laboratorium reproduksi

Gambar 10. Kandang progeny te8t

Perkandangan
Kandang yang ada di reeding Center BPTU Sapi Bali bukan
merupakan sistem pemeliharaan utama karena sistem pemeliharaan
utama yang digunakan yaitu sistem penggembalaan dengan lahan
umbaran. Kandang digunakan sebagai kandang penggemukan bagi
pejantan sisa performan te8t. Selain itu kandang juga digunakan untuk
perawatan bagi pejantan yang akan diuji progeny te8t untuk seleksi
pejantan pengganti yang akan dikirimkan ke Balai Besar nseminasi
Buatan (BBB) Singosari. Kandang laboratorium seperti terlihat pada
Gambar 10 dan 11, dipergunakan sebagai kandang elite bull. Kandang ini
memiliki kapasitas 7 ekor sapi namun hanya diisi ekor sapi saja, dengan
tipe tail to tail dan dengan ukuran kandang panjang 10 m, lebar 7 m dan
tinggi 3,25 m. Tiap ekor sapi yang ada memiliki ruang dengan ukuran
panjang 2, m dan lebar 2 m yang berarti memiliki luas 5,2 m
2
. Hal ini
25

sesuai dengan pendapat Blakely dan Bade (1998) bahwa petak kandang
memberikan luasan sebesar 3 m
2
- 5 m
2
tiap ekor sapi.

Gambar 11. Kandang Laboratorium
Atap kandang seperti terlihat pada Gambar 12 yang digunakan di
kandang laboratorium ini terbuat dari genting dengan pertimbangan tahan
lama dan dari segi estetika karena selain sebagai kandang laboratorium
kandang ini juga digunakan sebagai kandang 8owroom. Menurut Sugeng
(1992) ada berbagai bahan yang bisa dimanfaatkan sebagai atap
kandang: genteng, seng, asbes, daun kelapa, daun nipah, ataupun dari
bahan lain. Akan tetapi, pemakaian bahan tidak terlepas dari segi
ekonomis atau keawetan dan kenyamanan bagi penghuni kandang. Di
antara berbagai bahan ini, genteng cukup baik sebab tahan lama, harga
relatif murah, udara luar bisa masuk kandang melalui celah-celahnya, dan
tidak begitu banyak menyerap panas.

Gambar 12. Atap dan langit-langit pada kandang Laboratorium
Langit-langit kandang laboratorium seperti terlihat pada Gambar 12
cukup tinggi dengan bentuk monitor dan berkerangka beton.
2


Gambar 13. Lantai kandang Laboratorium
Lantai kandang laboratorium seperti terlihat pada Gambar 13
terbuat dari semen, dengan pertimbangan agar sapi dapat berdiri dengan
baik, beristirahat dengan baik, dan mudah dibersihkan dan lantai tidak
mudah hancur oleh injakan sapi. Kemiringan lantai kandang yaitu sebesar
3%.

Gambar 1. Tempat pakan dan minum kandang Laboratorium
Tempat Pakan dan minum pada kandang Laboratorium seperti
terlihat pada Gambar 1 disediakan untuk masing-masing ternak. Tempat
pakan dengan ukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan tinggi 3 cm dan
tempat minum dengan ukuran yang sama.

27


Gambar 15. Kandang penggemukan 1

Gambar 1. Kandang penggemukan 2

Gambar 17. Kandang penggemukan 3
Kandang Penggemukan ada tiga unit. Kandang 1 seperti terlihat
pada Gambar 15 yang terletak di dekat kandang Laboratorium, kandang 2
seperti terlihat pada Gambar 1 yang terletak di paddock 3, dan kandang
3 seperti terlihat pada Gambar 17 yang terletak di sebelah cattle yard.
Kandang ini difungsikan untuk penggemukan sapi jantan sisa performance
te8t. Namun kandang ini juga dapat difungsikan bagi ternak yang perlu
menanganan khusus seperti sapi yang sedang sakit tetapi yang tidak
menular, betina yang tidak mau menyusui, ternak yang tidak dapat
beradaptasi di paddock.
28

Kandang-kandang penggemukan ini memiliki kapasitas dan ukuran
yang berbeda-beda. Kandang 1 dengan kapasitas 12 ekor yang diisi 7
ekor sapi, tipe ead to ead, ukuran panjang 9 m, lebar 7 m, dan tinggi 2,7
m, dan petak untuk satu ekor sapi dengan panjang 2,2 m dan lebar 1, m.
Kandang 2 dengan kapasitas 13 ekor yang diisi 13 ekor sapi, tipe tail to
tail, ukuran panjang 9 m, lebar ,1 m, dan tinggi 2,5 m, dan petak untuk
satu ekor sapi dengan panjang 2,3 m dan lebar 1,5m. Kandang 3 dengan
kapasitas 17 ekor yang diisi 11 ekor sapi, tipe ead to ead, ukuran
panjang 9 m, lebar m, dan tinggi 2,7 m, dan petak untuk satu ekor sapi
dengan panjang 2.3m dan lebar 1,5m. Masing-masing luasan petak untuk
satu ekor ternak untuk kandang 1 luasnya 3,08 m
2
, kandang 2 luasnya
3,5 m
2
, dan kandang 1 luasnya 3,5 m
2
. Hal ini sesuai dengan pendapat
Blakely dan Bade (1998) bahwa petak kandang memberikan luasan
sebesar 3 m
2
- 5 m
2
tiap ekor sapi.

Gambar 18. Tempat pakan pada kandang penggemukan
Tempat Pakan di ketiga kandang seperti terlihat pada Gambar 18
disediakan dengan bentuk memanjang tanpa sekat namun tempat minum
tidak ada hanya diberikan dengan ember. Tempat pakan kandang 1
dengan ukuran panjang 9 m, lebar 50 cm, dan tinggi 35 cm. Tempat
pakan kandang 2 dengan ukuran panjang 9 m, lebar 0 cm, dan tinggi 30
cm. Tempat pakan kandang 3 dengan ukuran panjang 9 m, lebar 35 cm,
dan tinggi 35 cm.
29

Atap kandang seperti terlihat pada Gambar 19 yang digunakan di
tiga kandang penggemukan ini terbuat dari seng dengan pertimbangan
tahan lama dan biaya perawatan murah. Langit-langit kandang dibuat
cukup baik dengan bentuk gable dengan kerangka pipa besi.

Gambar 19. Atap pada kandang penggemukan
Lantai kandang penggemukan seperti terlihat pada Gambar 20
terbuat dari semen, dengan pertimbangan agar sapi dapat berdiri dengan
baik, beristirahat dengan baik, dan mudah dibersihkan dan lantai tidak
mudah hancur oleh injakan sapi. Kemiringan lantai kandang yaitu sebesar
3-%.

Gambar 20. Lantai kandang penggemukan 2
Kandang peneduh ada tiga unit. kandang peneduh 1 seperti terlihat
pada Gambar 21 yang terletak di paddock 1, kandang peneduh 2 seperti
terlihat pada Gambar 22 yang terletak di paddock 2, dan kandang
peneduh 3 seperti terlihat pada Gambar 23 yang terletak di seberang
30

paddock 3. Kandang ini difungsikan sebagai peneduh. Namun kandang ini
juga dapat difungsikan sebagai kandang karantina ternak yang baru
datang, kandang untuk ternak yang sakit menular dan dapat difungsikan
secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan program yang ada.

Gambar 21. Kandang peneduh 1

Gambar 22. Kandang peneduh 2

Gambar 23. Kandang peneduh 3
Atap kandang yang digunakan di tiga kandang peneduh ini terbuat
dari seng dengan pertimbangan tahan lama dan biaya perawatan murah.
Langit-langit kandang dibuat cukup baik dengan bentuk gable dengan
kerangka pipa besi. Lantai kandang peneduh terbuat dari semen, dengan
31

pertimbangan agar sapi dapat berdiri dengan baik, beristirahat dengan
baik, dan mudah dibersihkan dan lantai tidak mudah hancur oleh injakan
sapi. Kemiringan lantai kandang yaitu sebesar 3-%. Tempat Pakan
hanya ada di dua kandang peneduh saja yaitu kandang peneduh 1 dan
kandang peneduh 2. Pada kedua kandang peneduh disediakan dengan
bentuk memanjang tanpa sekat namun tempat minum tidak ada. Tempat
pakan kandang peneduh 1 dengan ukuran panjang m, lebar 0 cm, dan
tinggi 37 cm. Tempat pakan kandang peneduh 2 dengan ukuran panjang
9 m, lebar 0 cm, dan tinggi 30 cm.

Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan di reeding center BPTU Sapi Bali berupa
hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan utama sapi Bali yaitu rumput Brazil
yang ada pada lahan penggembalaan. Usaha mengatasi kurangnya
hijauan terutama pada musim kemarau, maka diberikan pakan tambahan
berupa konsentrat dan hijauan. Hijauan yang digunakan sebagai pakan
tambahan yaitu rumput Gajah (Penni8etum Purpuroide8). Rumput Gajah
yang digunakan berasal dari lahan yang khusus digunakan untuk lahan
rumput Gajah seluas 9 hektar dengan luas perpetaknya 10 meter kali 10
meter dan produksinya sekitar 1 ton. Penggunaan lahan rumut Gajah
digunakan secara bergiliran untuk memenuhi kebutuhan pakan karena
rumput Gajah yang digunakan sekitar umur tanam 3 bulan.
Pakan tambahan diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi hari
sekitar pukul 08.00 WTA dan pada siang hari yaitu sekitar pukul 1.00
WTA. Rumput Gajah tidak diberikan secara utuh tetapi di potong dengan
copper seperti terlihat pada Gambar 2. Pemotongan ini berfungsi untuk
efisiensi penggunaan pakan dan untuk meningkatkan palatabilitas sapi.
Pakan yang telah dicopper kemudian dicampur dengan konsentrat untuk
meningkatkan palatabilitas. Pakan yang telah dicampur kemudian
dimasukkan ke dalam karung dengan takaran 3 sekop dalam 1 karung.
Untuk stok pakan hijauan yaitu rumput gajah dilakukan 2 hari sekali.
32


Gambar 2. Proses copper hijauan
Pakan yang telah dicampur dan dimasukkan dalam karung
kemudian diantar ke paddock dan kandang menggunakan traktor seperti
terlihat pada Gambar 25. Kandang Laboratorium dan kandang
penggemukan masing-masing sapi diberikan 1 karung pakan, sedangkan
pada paddock hanya diberikan 3 sampai 7 karung pakan tergantung
banyaknya sapi. Untuk paddock pejantan diberi tambahan berupa
konsentrat 1 karung.

Gambar 25. Traktor untuk mengantar pakan


Gambar 2. Konsentrat tambahan
33

Konsentrat tambahan seperti terlihat pada Gambar 2 diberikan
sebagai pakan tambahan selain rumput Gajah. Pemberian konsentrat
tambahan ini dicampur dengan rumput Gajah yang telah di copper. Pada
paddock pejantan diberikan konsentrat tambahan sebanyak 1 karung
yang berisi 50 kg konsentrat. Konsentrat ini mengandung bahan-bahan
seperti jagung kuning, weat brand, 8oy bean meal, mola88e8, palm oil,
asam amino esensial, mineral esensial, premik, dan vitamin.
Perbandingan yang dipakai yaitu bahan kering 92%, abu 12%, protein
kasar 12,32%, serat kasar 9,1%, dan lemak kasar 1,28%.

Perawatan dan PengendaIian Penyakit
Perawatan dan pengendalian penyakit yang dilakukan oleh
reeding Center BPTU Sapi Bali yaitu dengan mengkarantina ternak-
ternak yang baru datang, pemberian vitamin dan antibiotik seperti terlihat
pada Gambar 29, 8praying ternak seperti terlihat pada Gambar 28, dan
penanganan pada ternak yang sakit. Sapi-sapi yang baru didatangkan
sebelum dimasukkan kedalam paddock, dikarantina terlebih dahulu
selama 7 hingga 10 hari untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
pada sapi-sapi yang dipelihara sebelumnya pada setiap paddock. Pada
masa karantina, dilakukan beberapa penanganan antara lain penyuntikan
antibiotik, vitamin, vaksin Septicemia Epizootica (SE) dan Jembrana, dan
8praying. Pemberian vaksin Jembrana dan vaksin SE dilakukan untuk
mencegah terserangnya penyakit jembrana dan penyakit ngorok pada
ternak. Pemberian antibiotik dan vitamin seperti terlihat pada Gambar 29
juga diberikan pada sapi-sapi yang dipelihara disetiap paddock secara
berkala untuk mencegah timbulnya penyakit pada ternak.
3


Gambar 27. Pemberian vitamin pada pejantan

Gambar 28. Kegiatan Spraying pada ternak

Gambar 29. Contoh obat yang digunakan
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak reeding Center Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali dalam hal pengendalian penyakit
adalah dengan melakukan pengontrolan terhadap ternak-ternak baik yang
ada di padang penggembalaan maupun di kandang. Pengontrolan
dilakukan oleh anak kandang yang bertugas memberi pakan dan petugas
pemeliharaan ternak. Pengontrolan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui ternak yang sakit atau terluka. Apabila ada ternak yang sakit
atau terluka maka anak kandang akan melaporkannya ke bagian
kesehatan ternak sehingga hal ini menuntut anak kandang untuk jeli
melihat tingkah laku sapi yang sakit atau terluka. Pengamatan sapi yang
35

sakit dilakukan dengan mengamati konsumsi pakan (bagi sapi yang
dikandangkan), tingkah laku, dan kondisi fisiologisnya. Sapi yang sakit
cenderung menyendiri, nafsu makan turun, kurang lincah, mata terlihat
sayu, dan pada saat makan tidak mengibaskan ekornya.
Selain melakukan pengontolan terhadap ternak-ternak yang ada
disana, pihak reeding Center BPTU Sapi Bali juga melakukan sanitasi
seperti pembersihan kandang dan tempat pakan. Pemberihan biasanya
dilakukan dengan membersihkan kotoran dengan sekop kemudian
dibersihkan kembali dengan menyapu kandang agar bersih dari kotoran-
kotoran yang tertinggal. Tempat pakan biasanya dibersihkan agar tidak
menimbulkan jamur. Sisa pakan yang tercecer biasanya langsung
dibersihkan dengan sapu. Sanitasi untuk peralatan kandang hanya
dilakukan dengan membersihkan peralatan yang kotor dengan air bersih.


















3

BAB IV
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan mulai tanggal 25
Januari 2011 sampai dengan 23 Februari 2011 di reeding Center Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali yang beralamat di Desa
Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali.
Pelaksanaan PKL ini lebih diarahkan pada kegiatan pencatatan
(recording) yang dilakukan di reeding Center Balai Pembibitan Ternak
Unggul Sapi Bali agar dapat diketahui sampai sejauh mana penerapan
manajemen recording di reeding Center tersebut.
Metode pengambilan data pelaksanaan PKL dilakukan dengan
wawancara, diskusi, dan mengikuti kegiatan di reeding Center Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali untuk mengetahui keadaan
sebenarnya di lapangan.

Manajemen Recording Sapi BaIi
Alasan dilaksanakannya manajemen recording di reeding Center
BPTU Sapi Bali adalah untuk mencapai tujuan Balai, untuk mencapai
efisiensi dan efektivitas kerja Balai. Manajemen recording yang dilakukan
oleh reeding Center BPTU Sapi Bali meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Manajemen
recording ini dilaksanakan karena adanya tujuan yang diharapkan yaitu
membuat recording atau pencatatan yang baik dan efisien sehingga akan
membantu dalam membuat perencanaan perkembangan Balai ke arah
yang lebih baik lagi.

Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan oleh reeding Center BPTU Sapi Bali
dilaksanakan oleh pegawai dan dikonultasikan dengan kepala Balai. Di
dalam perencanaan akan dibahas mengenai langkah-langkah apa yang
37

akan ditempuh untuk memperbaiki apa yang telah di evaluasi sebelumnya
serta menentukan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan Balai. Pemilihan program dibutuhkan untuk menetapkan prosedur
terbaik dalam pencapaian tujuan. Adapun kegiatan yang terprogram
dalam perencanaan meliputi manajemen pakan, reproduksi dan seleksi.
Perencanaan dibuat setiap tahun pada awal tahun dan akan di evaluasi
pada akhir tahunnya.

Pengorganisasian
Setelah menetapkan rencana yang terprogram maka langkah
selanjutnya adalah mengkoordinasi sumber daya manusia dan material.
Berdasarkan pengorganisasian ini diharapkan adanya kerja keras dan
dukungan seluruh sumber daya sehingga dapat beroperasi lebih baik dari
sekedar menjaga kelangsungan hidup yaitu untuk meningkatkan
pertumbuhan dan mendapatkan keuntungan bagi Balai dan masyarakat.
Struktur organisasi yang terdapat di reeding Center BPTU Sapi Bali
dapat dilihat pada Gambar 2.
Pencatatan secara teknis dimaksudkan untuk mengontrol kondisi
sapi ke arah standar yang telah direkomendasikan agar kemampuan
genetic dan reproduksinya dapat meningkat secara optimal. Pencatatan
teknis dilakukan oleh petugas Keswan dan Pemuliaan. Petugas Keswan
dan Pemuliaan bertugas untuk mencatat pemberian vaksin,
penyembuahan penyakit, pemberian vitamin dan pengukuran data vital
dari ternak. Setelah selesai melakukan pencatatan dilapangan, data
pengukuran vital ternak kemudian diolah oleh bagian Pemuliaan,
sedangkan untuk data penyakit dan penanganan biologis diolah oleh
bagian Keswan yang kemudian dilaporkan kepada bagian Pemuliaan.



38

PeIaksanaan
Pelaksanaan manajemen recording yang dilakukan di reeding
Center BPTU Sapi Bali antara lain : recording identitas ternak, recording
reproduksi, recording kesehatan, recording pakan, dan recording identitas
peternak bagi instalasi pemeliharaan ternak.
Kegiatan recording dilapangan dilakukan oleh bagian Keswan dan
Pemuliaan. Petugas Keswan mencatat kesehatan ternak, pemberian
vaksin, pengobatan penyakit serta data-data reproduksi ternak di buku
harian Keswan. Pencatatan data vital ternak di area BPTU dilakukan oleh
petugas bagian Pemuliaan Ternak menggunakan buku kemudian data
diolah dengan komputer untuk mengetahui perkembangan ternak.

Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh petugas secara langsung di lapangan.
Hal ini dilakukan agar ketika terjadi kesalahan dapat langsung dikoreksi.
Tindakan koreksi dilakukan apabila kegiatan tidak sesuai dengan rencana
program yang telah disusun. Tugas pengontrolan didelegasikan secara
masing-masing bagian yaitu bagian pakan, bagian keswan dan
reproduksi, serta bagian pemuliaan.

EvaIuasi
Evaluasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah
manajemen yang dilaksanakan telah berhasil berjalan dengan rencana
yang telah dibuat atau belum. Kegiatan evaluasi langsung dilakukan
dengan menggunakan program komputer yaitu icro8oft office excel.
Di reeding Center BPTU Sapi Bali, data-data yang telah masuk ke
bagian Pemuliaan akan langsung diproses, sehingga dapat diketahui
produktivitas sapi dan dapat dilakukan seleksi secara langsung. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui apakah pemenuhan target sudah tercapai
atau belum.

39

Identifikasi Ternak
Perencanaan
Pelaksanaan program perencanaan identifikasi ternak yaitu dengan
pemasangan alat identifikasi (eartag) dilakukan bertujuan agar dapat
diketahui identitas masing-masing individu sapi sehingga dapat
direncanakan kembali apa yang harus dilakukan agar produktivitas
masing-masing individu sapi dapat lebih optimal.

Pengorganisasian
reeding Center BPTU Sapi Bali sudah melakukan fungsi
pengorganisasian dalam hal pencatatan identifikasi ternak. Pembagian
kerja sudah dilakukan dengan jelas. Pedet yang baru lahir dilaporkan
kepada bagian Keswan yang kemudian akan dilaporkan kembali ke
bagian Pemuliaan yang kemudian akan diberikan nomor identitas untuk
dicatat dibagian Pemuliaan.

PeIaksanaan
dentifikasi ternak di reeding Center BPTU Sapi Bali dilakukan
dengan memberikan eartag yang bertuliskan nomor identitas ternak
beserta tahun kelahiran. Nomor identitas telah diatur oleh bagian
Pemuliaan sehingga diharapkan tidak adanya nomor yang sama pada dua
ternak atau lebih. Pemberian eartag seperti terlihat pada Gambar 30
sebisa mungkin dilakukan sejak dini atau sejak sapi masih kecil (pedet).
Pada pelaksanaannya dilapangan ada beberapa sapi yang masih tidak
memiliki eartag dengan berbagai macam faktor, misalnya eartag hilang di
padang penggembalaan sedangkan petugas tidak dapat mengidentifikasi
nomor ternaknya sehingga hanya diberikan tahun kelahirannya saja
dengan pemberian simbol XX sebagai pengganti nomor ternaknya.
0


Gambar 30. Pemasangan eartag
Pemberian identifikasi ternak tidak dilakukan secara sembarangan.
Pada sapi jantan eartag dipasang di telinga kiri, sedangkan pada sapi
betina eartag dipasang di telingan kanan. Hal ini dilakukan agar lebih
mudah dalam membedakan sapi jantan dan betina. dentifikasi ternak
dilakukan dengan membubuhkan tahun kelahiran ternak yang dipisahkan
dengan tanda titik kemudian diikuti nomor ternak contohnya nomor ternak
10.12 dapat dibaca bahwa sapi dilahirkan pada tahun 2010 dengan
nomor ternak 12. Angka awal pada penomoran juga dibedakan untuk
jantan dan betina. Sapi betina diatas tahun 2009 biasanya menggunakan
angka awal 2 sedangkan pada sapi jantan menggunakan angka awal 1,
contohnya 10.12 yang artinya sapi jantan yang dilahirkan tahun 2010.
Pada sapi-sapi pengadaan biasanya menggunakan angka awal 7
contohnya 0.78 berarti sapi pengadaan kelahiran tahun 200. Sapi-sapi
pengadaan betina biasanya diberi angka awal 8. Perbedaan angka awal
ini dilakukan untuk memudahkan petugas dalam tabulasi data ternak.






1

Tabel 1. Komposisi Ternak Bulan November 2010
Kelompok.Ternak
Jml
Awal
Masuk Keluar Jml.
Lh B M+ Jml M - BBB Mt J Jml Akhir
nduk 102 0 0 0 0 0 0 0 0 0 102
Cln. nduk 83 0 0 0 0 0 0 0 0 0 83
Btn. Muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pedet Betina 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Pejantan 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
C.Pejantan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perform Test 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jantan Muda 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
Pedet Jantan 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
Sisa Perf.Test 13 0 0 0 0 0 0 1 0 1 12
Jumlah 555 0 0 0 0 0 0 1 0 1 55
Keterangan tabel:
Lh : Lahir
B : Beli atau pengadaan
M+ : Mutasi dari
M- : Mutasi ke
BBB : Dikirim ke BBB Singosari
J : Jual
Mt : Mati
Jml : Jumlah
Jumlah sapi yang ada di reeding Center BPTU Sapi Bali
berjumlah 55 ekor, sedangkan untuk komposisi ternak yang ada di
reeding Center BPTU Sapi Bali dapat dilihat pada Tabel 1.

Pengawasan
Pada prakteknya pelaksanaan fungsi pengawasan pencatatan di
reeding Center BPTU Sapi Bali masih kurang baik. Pihak BPTU belum
dapat membuat sensus populasi ternak di reeding Center BPTU Sapi
Bali secara berkala. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sapi yang belum
diberikan identitas maupun identitas yang hilang. Pemberian identitas sulit
dilakukan karena luasnya padang penggembalaan sehingga
menyebabkan tidak semua ternak dapat teridentifikasi. Selain itu sapi-sapi
yang lepas dari padang penggembalaan juga belum dapat teridentifikasi
seluruhnya karena luasnya padang penggembalaan. Faktor-faktor lain
2

yaitu disebabkan karena induk yang menyembunyikan pedetnya setelah
melahirkan sehingga tanggal lahir pedet secara pasti tidak dapat
diketahui. Adapula sapi-sapi dari peternak di sekitar BPTU yang ikut
masuk ke dalam padang penggembalaan sehingga sulit diidentifikasi
jumlah secara pasti.

EvaIuasi
Fungsi evaluasi pencatatan identitas ternak di reeding Center
BPTU Sapi Bali merupakan tanggung jawab dari bagian Keswan dan
petugas Pemuliaan Ternak. Koordinator Pemuliaan Ternak melakukan
evaluasi menggunakan laporan dari petugas Keswan dan petugas
Pemuliaan. Proses evaluasi yang dilakukan adalah perbaikan dalam hal
pengidentifikasian ternak sehingga sesuai dengan kenyataan di lapangan
sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan program
peningkatan kualitas Balai selanjutnya.

Recording Reproduksi
Perencanaan
Recording reproduksi merupakan salah satu kriteria penting dalam
pembibitan sapi Bali. Reproduksi berpengaruh pada kriteria seleksi.
Manajemen reproduksi yang baik akan menghasilkan pejantan unggul.
Untuk itulah perlu adanya perencanaan yang baik. Di reeding Center
BPTU Sapi Bali menerapkan fungsi perencanaan dengan menetapkan
standar reproduksi sapi Bali terutama pada pejantan dan diharapkan
dengan data yang ada di lapangan dapat langsung dievaluasi sehingga
dapat berproduksi secara maksimal dan tujuan Balai dapat tercapai
dengan baik.

Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian manajemen pencatatan reproduksi ternak
sudah dilaksanakan cukup baik oleh BPTU Sapi Bali. Pelaksanaan
3

program pencatatan reproduksi yang ada di wilayah BPTU Sapi Bali ini
dilakukan oleh bagian Kesehatan Hewan.

PeIaksanaan
Pada pelaksaannya dilakukan oleh petugas Keswan yang
kemudian dilaporkan pada bagian Pemuliaan. Sistem perkawinan ternak
di BPTU Sapi Bali menggunakan sistem perkawinan alam dengan
nseminasi Buatan sebagai kontrolnya. Sistem perkawinan ternak disini
digunakan sebagai progeny te8t dengan mengawinkan satu ekor pejantan
dengan 30 ekor betina. Sistem perkawinan dengan metode kawin alam ini
digunakan sebagai salah satu seleksi untuk memperoleh pejantan unggul.
Uji Zuriat atau progeny te8t ini biasanya dilakukan pada bulan Oktober
sampai dengan November. Setelah dilakukan perkawinan dengan
pejantan, betina kemudian akan dilepas kembali ke kandang asalnya.
Bulan April biasanya dilakukan pemeriksaan kebuntingan pada betina-
betina yang dilakukan uji progeny. Betina uji yang bunting pada bulan
Agustus akan dipisahkan dari betina-betina lainnya. Pedet hasil uji zuriat
kemudian akan disapih pada umur 205 hari. Pejantan yang lolos uji zuriat
kemudian dikirimkan ke BBB Singosari sebagai pejantan pengganti.
Pencatatan perkawinan dilakukan dibuku lapangan dan diisi oleh petugas
Keswan. Catatan tersebut kemudian dipindah ke buku perkawinan seperti
terlihat pada Gambar 31 dan 32. Pencatatan yang telah dipindah ke dalam
buku perkawinan kemudian dipindah dalam bentuk file seperti terlihat
pada Tabel 2 pada icro8oft excel untuk kemudian diolah dan dievaluasi.




Gambar 31. Pencatatan program kawin

Gambar 32. Pencatatan Program kawin dan PKB












5

Tabel 2. Contoh recording PKB Maret-April 2009
NO.
NOMOR STATUS STATUS KEBUNTINGAN
KETERANGAN
TERNAK TERNAK Bunting Kosong
1 0707. 01 nduk Bunting
2 0709. 01 nduk Bunting
3 0713. 01 nduk Bunting
071. 01 nduk Bunting
5 0805. 01 nduk Bunting
080. 01 nduk Bunting
7 0830. 01 nduk Bunting
8 0839. 01 nduk Bunting
9 0835. 01 nduk Bunting
10 0801. 01 nduk Bunting
11 0808. 01 nduk Bunting
12 082. 01 nduk Bunting
13 0825. 01 nduk Bunting
1 083. 01 nduk Bunting
15 0708. 01 nduk Bunting
1 0809. 01 nduk Bunting
17 0815. 01 nduk Bunting
18 0837. 01 nduk Bunting
19 0838. 01 nduk Bunting
20 0803. 01 nduk Bunting
21 0810. 01 nduk Bunting
22 0812. 01 nduk Bunting
23 0807. 01 nduk Bunting
2 082. 01 nduk Bunting
25 0852. 02 nduk Bunting
2 0707. 02 nduk Bunting
27 0713. 02 nduk Bunting
28 071. 02 nduk Kosong
29 0718. 02 nduk Bunting
30 0719. 02 nduk Bunting
31 0703. 02 nduk Bunting
32 0710. 02 nduk Bunting
33 070. 02 nduk Bunting
3 0858. 02 nduk Bunting
35 083. 02 nduk Bunting
3 085. 02 nduk Bunting
37 08. 02 nduk Bunting
38 088. 02 nduk Bunting
39 0853. 02 nduk Bunting
0 080.02 nduk Bunting
1 080. 02 nduk Bunting
2 082. 02 nduk Bunting
3 089. 02 nduk Bunting
0875. 03 nduk Bunting
5 083. 03 nduk Kosong
088. 03 nduk Bunting
7 081. 03 nduk Bunting
8 0873. 03 nduk Kosong
9 0877. 03 nduk Bunting


Pengawasan
Manajemen reproduksi sapi Bali merupakan faktor penting dalam
pemeliharaan sapi Bali. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan yang
baik agar dapat diperoleh pejantan unggul. Pengawasan dilakukan oleh
petugas bagian Keswan.

EvaIuasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan melihat kenyataan
langsung dilapangan dan dengan membandingkan data-data yang
diperoleh. Apabila tidak sesuai dengan target yang direncanakan maka
segera dilakukan pengevaluasian dan perencanaan ulang supaya tidak
mengganggu proses pencapaian tujuan.

Recording Kesehatan
Perencanaan
Perencanaan program pencatatan kesehatan ini bertujuan agar
kejadian-kejadian penyakit pada ternak dapat terdeteksi sehingga dapat
memudahkan penganganan lebih lanjut. Selain itu pencatatan kesehatan
ini bertujuan supaya kesehatan ternak tetap terjaga sehingga tidak
mengganggu produktivitas ternak.

Pengorganisasian
Bagian Kesehatan Hewan merupakan bagian yang bertanggung
jawab atas masalah kesehatan dan reproduksi sapi Bali yang terdapat di
reeding Center BPTU Sapi Bali. Dalam hal ini bagian Keswan memiliki 2
dokter hewan, 1 petugas kesehatan hewan dan reproduksi, dan 5 anak
kandang.

PeIaksanaan
Pada pelaksanaannya, pencatatan kesehatan ini dilakukan oleh
petugas bagian kesehatan hewan (Keswan) BPTU Sapi Bali. Setiap 1
7

tahun sekali dilakukan vaksinasi terhadap penyakit Jembrana. Selain itu
pemberian vaksin dilakukan rutin tiap bulan sekali. Pengecekan sapi yang
sakit dilakukan oleh anak kandang setiap harinya. Setiap ada ternak yang
sakit, anak kandang akan melapor pada petugas Keswan sehingga ternak
yang sakit dapat langsung ditangani. Selain vaksinasi Jembrana, BPTU
sapi Bali juga rutin melakukan vaksinasi terhadap penyakit SE.
Setiap tahun reeding Center BPTU Sapi Bali melakukan cek
darah bagi ternak untuk mengetahui apakah pada ternak terdapat
penyakir Jembrana atau tidak. Sampel darah diambil sebanyak 0 buah
dan diambil secara acak dari sapi betina maupun pejantan. Sampel darah
kemudian dikirimkan ke kantor pusat di Denpasar untuk diteliti lebih lanjut.
Pencatatan dilakukan apabila ada ternak yang sakit dengan
mencatat tanggal kejadian, paddock ternak yang sakit, situasi dan kondisi
ternak yang sakit, penanggung jawab serta tanda tangan seperti terlihat
pada Gambar 33. Pencatatan pengobatan penyakit juga diperlukan untuk
mengetahui riwayat obat yang pernah diberikan pada ternak, data-data
yang dicatat yaitu tanggal kegiatan, nomor sapi, jenis kelamin, obat, dosis,
dan keterangan seperti terlihat pada Gambar 3. Setelah pemberian obat,
ternak dikontrol setiap harinya untuk mengetahui kesehatan ternak dan
dicatat perkembangan kesehatannya seperti terlihat pada Gambar 35.
Untuk pencatatan vaksinasi dan pemberian vitamin juga sama yaitu
dengan mencatat nomor ternak, jenis kelamin, obat yang diberikan, serta
dosis obat yang diberikan seperti terlihat pada Gambar 3. Setelah dicatat
pada buku harian ternak, data kemudian dipindahkan pada program
komputer agar mudah dianalisa.
8


Gambar 33. Buku kontrol kesehatan ternak

Gambar 3. Buku pengobatan penyakit

Gambar 35. Buku kontrol hewan sakit
9


Gambar 3. Buku pencegahan penyakit dan vaksinasi
50

Tabel 3. Contoh recording pengobatan penyakit bulan Desember 2010
No. No.Sapi
TanggaI
Sex Status Ternak Jenis Obat
Dosis
(cc)
Diagnosa Tanda KIinis KesimpuIan
Pemberian
1 012.10 1.12.2010 Jantan Pedet Hexaplek 10 Conjunctivitis
Mata Merah,
Berair Dubius
Oxykel LA 10
1.12.2010 Jantan Fausta
2 0707.0 27.12.2010 Jantan Sisa PT Oxytral 15 Balliziekte gatal2, telinga Dubius
Biosolamin 10 menakeruL
Dimedryl 10
29.12.2010 Jantan Fausta
3 079.08 23.12.2010 Jantan Sisa PT Oxykel LA 10 Balliziekte
Gatal2, kterus
bag Dubius
Dimedryl 10 selangkangan
Hexaplek 10
2.12.2010 Jantan Sisa PT nfausta
050.08 25.12.2010 Jantan Sisa PT Oxykel LA 10 Balliziekte
Gatal2, kterus
bag Dubius
Dimedryl 10 selangkangan
Hexaplek 10
2.12.2010 Jantan Sisa PT nfausta
5 0113.09 2.12.2010 jantan PT Oxytral 15 Enteritis Diare encer profus Dubius
Dimedryl 10
Pexaplek 10
26122010 !anLan Cxvkel LA 10 uublus
Dimedryl 10
Hexaplek 10
28.12.2010 Jantan nfausta
51

Tabel . Contoh recording pencegahan Bulan Desember 2010
1angga| No 1e||nga ke|am|n Ien|s Cbat Dos|s keterangan
01122010 0519.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 0520.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 0513.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 0508.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 057.07 Jantan Oxykel LA 10
01122010 0507.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 0517.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 0515.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 0591.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 073.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 051.08 Jantan Oxykel LA 10
01122010 05.07 Jantan Oxykel LA 10
01122010 0589.08 Jantan Oxykel LA 10
Hexaplek 10
Dimedryl 10
02122010 0239.10 Betina Oxykel LA 10
Hexaplek 10
02122010 010.10 Jantan Oxykel LA 10
Hexaplek 10
02122010 0212.09 Betina Oxykel LA 10
Hexaplek 10
02122010 0238.09 Betina Oxykel LA 10
Hexaplek 10
02122010 011309 Jantan Oxykel LA 10
Hexaplek 10
02122010 021709 Betina Oxykel LA 10
Hexaplek 10
20122010 032207 Jantan Hexaplek 15
Noromectin
20122010 034307 Jantan Hexaplek 15
Dimedryl 15
23122010 030808 Jantan Hexaplek 15
23122010 031708 Jantan Hexaplek 15
23122010 031908 Jantan Hexaplek 15
23122010 039308 Jantan Hexaplek 15
27122010 032207 Jantan Biosolamin 10
27122010 070106 Jantan Biosolamin 10
27122010 038706 Jantan Biosolamin 10

52

Tabel 5. Contoh recording data 8tock obat bulan Desember 2010
No. NAMA OBAT
STOK OBAT
Ket
BuIan
LaIu
Masuk KeIuar
BuIan
Ini
1 Alkhohol 1 l (Bt) 4 0 0 4
2 Aquadestilata 1 l (Bt) 0 0 0 0
3 Biosolamin 50 cc (Bt) 2 0 1 1
Hematopan 50 cc (Bt) 13 0 0 13
5 Duradryl (Vial) 0 0 0 0
Gusanex (Kaleng) 0 0 0 0
7 vomex 50 cc (Bt) 2 0 0 2
8 Desinfektan 1 L 3 0 0 3
9 Salep Mata (Tube) 0 0 0 0
10 Butox 1 liter (Botol) 6 0 0 6
11 Aquadestilata (Vial) 33 0 0 33
12 Penisilin G. (Vial) 1 0 0 1
13 Biotocyn 50 ml 30 0 0 30
1 Prostavet (Bt) 7 0 0 7
15 Vacin SE (Bt) 0 0 0 0
1 Oxytral 50 cc (Bt) 133 0 2 133
17 Tysinol 50 cc (Bt) 0 0 0 0
18 Floxagen 50 cc (Bt) 36 0 0 36
19 Tyloprim 100 cc (Bt) 32 0 0 32
20 Verm-o Caplet 90 0 0 90
21 Oxytocin 10 ml (Bt) 6 0 0 6
22 Shotapen LA 100 ml 12 0 0 12
23 Calciplex D. 15 ml 19 0 0 19
2 odin povidon 300 ml 0 0 0 0
25 Aquadestilata 500 ml 1 0 0 1
2 Dexatozon 100 ml 0 0 0 0
27 Kapas 9 0 0 9
28 Vacin JD 0 30 11 19
29 Dimedril 50 cc 43 0 2 43
30 ntertrium LA 100 cc 0 0 0 0
31 Oxykel LA 100 ml 9 0 2 7
32 Oxytocin 50 cc 40 0 0 40
33 Novaldon 50 cc 83 0 0 83
3 Tympanol 100 ml 0 0 0 0
35 Multivitamin (njection) 36 0 0 36


53

Pengawasan
Pihak reeding Center BPTU Sapi Bali telah melaksanakan fungsi
pengawasan mengenai manajemen pencatatan kesehatan ternak.
Pengawasan manajemen kesehatan ternak dilakukan oleh anak kandang
bersama dengan petugas dan dokter hewan bagian Keswan.

EvaIuasi
Bentuk evaluasi yang dilakukan di BPTU Sapi Bali adalah
melakukan evaluasi langsung dilapangan dan melihat data-data
kesehatan ternak yang diperoleh dilapangan. Pengevaluasian bertujuan
untuk mengetahui cara pengobatan yang efektif dan efisien untuk
dilakukan sehingga produktivitas ternak dapat optimal. Setelah dilakukan
evaluasi, maka harus dilakukan perencanaan ulang mengenai kesehatan
ternak.

Recording Pakan
Perencanaan
Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang besar
pengaruhnya terhadap produktivitas ternak, oleh karena itu program
perencanaan penyediaan pakan sapi Bali yang baik sangat dibutuhkan
unruk peningkatan produktivitas yang optimal. Pemberian pakan hijauan
dan konsentrat di BPTU Sapi Bali bukan sebagai pakan utama dari sapi
Bali. Konsentrat dan hijauan yang diberikan hanya sebagai pakan
tambahan sapi Bali.

Pengorganisasian
Pelaksanaan fungsi pengorganisasian di BPTU Sapi Bali sudah
dijalankan dengan adanya bagian Hijauan Makanan Ternak (HMT).
Petugas bagian HMT di BPTU Sapi Bali ini bertanggung jawab mengenai
penggunaan lahan hijauan dan konsentrat di lapangan.

5

PeIaksanaan
Pelaksaan pencatatan pakan di BPTU Sapi Bali hanya dilakukan
untuk pakan konsentrat saja, sedangkan untuk pakan hijauan tidak
dilakukan pencatatan. Jumlah konsentrat yang digunakan dalam satu hari
dicatat dan sisa konsentrat juga dicatat seperti terlihat pada Tabel .
Penggunaan konsentrat dan hijauan hanya sebagai pakan
tambahan. Pakan utama sapi Bali di padang penggembalaan yaitu rumput
Brazil yang memiliki kelebihan tahan terhadap injakan dan senggutan
serta dapat tumbuh subur baik dimusim penghujan maupun dimusim
kemarau. Pakan konsentrat dan hijauan langsung dicampur untuk
meningkatkan palatabilitas sapi. Pakan hijauan sebelum dicampur dengan
konsentrat biasanya dipotong kecil-kecil agar lebih mudah disukai ternak.
Pemberian pakan bervariasi tergantung tujuan pemeliharaan dan jenis
kelamin ternak. Untuk sapi pejantan progeny te8t dan pejantan sisa
performan te8t biasanya diberikan satu karung per ekor ternak. Satu
karung berisi 3 sekop pakan campuran hijauan dan konsentrat.
Sedangkan pada sapi jantan yang dilepas pada padang penggembalaan
biasanya diberikan bervariasi tergantung banyaknya ternak dalam satu
padang penggembalaan ditambah dengan satu karung konsentrat. Pada
sapi betina yang dilepas pada padang penggembalaan, jumlah pakan
yang diberikan juga bervariasi tergantung pada jumlah ternak dalam satu
padang penggembalaan tetapi tanpa adanya konsentrat tambahan.









55

Tabel . Recording pakan konsentrat bulan Januari 2011
No 1angga|
ener|maan dan enggunaan konsentrat
akan comfeed/Gemuk A akan e||ofeed
ener|maan enggunaan s|sa ener|maan enggunaan 5|sa
1 123 396
2 1 2 123 7 389
3 2 1 122 7 382
4 3 3 119 7 378
3 4 1 228 7 371
6 3 2 116 7 364
7 6 1 113 7 337
8 7 1 114 7 330
9 8 2 112 7 343
10 9 2 110 7 336
11 10 1 109 14 322
12 11 1 108 7 313
13 12 1 107 7 308
14 13 2 103 7 301
13 14 1 104 7 494
16 13 1 103 7 487
17 16 1 102 7 480
18 17 1 101 7 473
19 18 2 99 7 466
20 19 1 98 7 439
21 20 1 97 7 432
22 21 3 94 7 443
23 22 1 93 7 438
24 23 1 92 7 431
23 24 1 91 7 424
26 23 1 90 7 417
27 26 1 89 7 410
28 27 2 87 7 403
29 28 2 83 7 396
30 29 1 84 7 389
31 30 1 83 7 382
32 31 2 81 7 373




5

Pengawasan
Proses pencatatan dilakukan oleh anak kandang dan diawasi oleh
petugas HMT. Pengawasan penggunaan konsentrat ini dilakukan untuk
menghindari kekurangan konsentrat. Untuk itu, petugas harus mengetahui
jumlah konsentrat yang ada digudang pakan.

EvaIuasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat laporan yang dibuat
berdasarkan kenyataan dilapangan.

Recording Produksi

Perencanaan
Perencanaan pada recording produksi dilakukan agar kegiatan
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan awal Balai.
Perencanaan di buat sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
produksi sapi yang ada di Balai.

Pengorganisasian
Pelaksanaan fungsi pengorganisasian di BPTU Sapi Bali sudah
dijalankan dengan adanya bagian Pemuliaan Ternak. Petugas bagian
Pemuliaan Ternak di BPTU Sapi Bali ini bertanggung jawab mengenai
pencatatan produksi di lapangan.

PeIaksanaan
Pelaksanaan pencatatan produksi dilakukan secara berkala dengan
bantuan dari bagian Keswan. Pencatatan produksi ini antara .lain
pencatatan data vital ternak dan data timbang ternak. Pelaksanaan
pencatatan dilakukan oleh petugas bagian Pemuliaan Ternak bersama
dengan Keswan yang melakukan vaksinasi. Pada pelaksanaannya ternak
diukur dan ditimbang sekaligus dilakukan vaksinasi dan pengobatan
57

penyakit. Data-data vital berupa lingkar dada, panjang badan, tinggi
gumba dan tinggi pinggul. Data-data vital ternak kemudian dicatat dan
dibandingkan dengan standar yang ditetapkan sebelumnya.
Selain pencatatan data vital ternak, dicatat pula jumlah produksi
pedet per tahunnya. Dengan mengetahui panen pedet setahun dapat
diketahui persentase peningkatan atau penurunan produksi pedet. Jumlah
pedet yang lahir dan yang mati dicatat oleh petugas Pemuliaan. Anak
kandang yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan ternak mengontrol
masing-masing pedet untuk mengetahui pedet yang lahir dan yang mati,
kemudian dilaporkan kepada petugas pemuliaan ternak. Data-data vital
dan kelahiran kemudian dipindahkan ke file icro8oft excel untuk
kemudian diolah dan dievaluasi lebih lanjut seperti terlihat pada Tabel 7
dan 8.
















58

Tabel 7. Contoh recording kelahiran ternak tahun 2009
NO.
NOMOR STATUS STATUS KEBUNTINGAN Status KeIahiran No Pedet TanggaI Lahir Keterangan
TERNAK TERNAK Bunting Kosong NormaI AbnormaI
1 0707. 01 nduk Bunting
2 0709. 01 nduk Bunting
3 0713. 01 nduk Bunting
071. 01 nduk Bunting
5 0805. 01 nduk Bunting
080. 01 nduk Bunting
7 0830. 01 nduk Bunting
8 0839. 01 nduk Bunting
9 0835. 01 nduk Bunting
10 0801. 01 nduk Bunting
11 0808. 01 nduk Bunting
12 082. 01 nduk Bunting
13 0825. 01 nduk Bunting
1 083. 01 nduk Bunting
15 0708. 01 nduk Bunting
1 0809. 01 nduk Bunting
17 0815. 01 nduk Bunting
18 0837. 01 nduk Bunting
19 0838. 01 nduk Bunting
59

Tabel 8. Contoh recording data vital ternak bulan Oktober 2008
NO. NOMOR DATA TIMBANG/UKUR KETERANGAN
TERNAK BT LD PB TG
1 0515.07 10 128 101 10
2 051.07 18 133 111 10
3 0517.07 152 130 105 105
0518.07 18 133 111 10
5 0519.07 10 133 10 10
0520.07 13 13 109 109
7 0521.07 13 130 100 108
8 0522.07 152 135 102 108
9 0523.07 159 135 110 108
10 052.07 131 120 101 10
11 0525.07 139 130 103 10
12 052.07 172 13 10 109
13 0527.07 171 10 102 108
1 0528.07 13 12 97 108
15 0529.07 10 131 98 102
1 0530.07 131 127 101 10
17 0531.07 139 125 100 10
18 0532.07 12 128 103 10
19 0533.07 153 131 98 105
20 053.07 15 131 110 109
21 0535.07 11 130 100 105
22 053.07 1 130 101 105
23 0537.07 18 127 105 10
2 0538.07 137 127 101 107
25 0539.07 12 123 98 10
2 050.07 130 125 98 10
27 051.07 13 130 101 10
28 052.07 133 130 9 10
29 053.07 130 125 99 10
30 05.07 19 130 102 109
31 055.07 13 122 98 10
32 05.07 138 122 103 10
33 057.07 137 12 9 105
0

Pengawasan
Proses pencatatan dilakukan oleh petugas Pemuliaan Ternak
dibantu oleh petugas Keswan. Pengawasan dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan data secara berkala.

EvaIuasi
Proses evaluasi dilakukan dengan membandingkan data vital yang
diperoleh dengan standar awal yang telah ditetapkan. Pencatatan
kelahiran dan kematian pedet kemudian dihitung untuk mengetahui
produksi pedet. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil yang
diperoleh dengan perencanaan awal. Setelah dilakukan evaluasi, maka
dapat dilakukan perencanaan ulang untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas ternak.

Recording urut-urutan SeIeksi

Perencanaan
Perencanaan pada recording urut-urutan seleksi dilakukan agar
kegiatan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan awal Balai.
Perencanaan di buat sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
produksi sapi yang ada di Balai dan untuk menghasilkan sapi Bali dengan
kualitas genetik yang terbaik sebagai replacement bagi sapi yang
dikirimkan ke Balai Besar nseminasi Buatan Singosari.

Pengorganisasian
Pelaksanaan fungsi pengorganisasian di BPTU Sapi Bali sudah
dijalankan dengan adanya bagian Pemuliaan Ternak. Petugas bagian
Pemuliaan Ternak di BPTU Sapi Bali ini bertanggung jawab mengenai
pencatatan data vital ternak yang akan diseleksi dibantu oleh bagian
Keswan.

1

PeIaksanaan
Upaya untuk mendapatkan sapi Bali dengan genetik yang terbaik
dilakukan oleh BPTU Sapi Bali dengan melakukan seleksi. Seleksi yang
dilakukan yaitu seleksi pejantan dan induk baik dari dalam reeding
center sendiri maupun dari nstalasi populasi dasar. Kegiatan pengukuran
data vital ternak yang dilakukan tiap bulannya di nstalasi populasi dasar
seperti terlihat pada Gambar 37 dan 38 digunakan untuk seleksi awal bagi
pejantan dan induknya. reeding Center unit Pulukan membawahi unit-
unit PD yaitu PD Tabanan dan PD Jembrana.

Gambar 3. Kegiatan pencatatan data vital di PD

Gambar 37. Kegiatan pengukuran data vital di PD
Pengukuran data vital di unit-unit PD digunakan sebagai seleksi
awal. Bagi sapi-sapi yang masuk dalam kriteria kemudian akan dibeli
untuk kemudian dilakukan uji performa. Uji performa dilihat melalui data-
data vital ternak baik sapi jantan maupun sapi betina. Pada sapi jantan
dilihat juga bentuk testis dan jumlah testis sebagai uji performanya. Data
vital sapi yang diuji performa kemudian dicatat dan dimasukkan dalam file
2

icro8oft excel seperti terlihat pada Tabel8 di atas. Sapi-sapi yang lulus
uji performa kemudian akan diuji progeny yaitu satu ekor sapi jantan
dikawinkan dengan 30 ekor sapi betina. Sapi-sapi betina yang telah di uji
progeny kemudian diamati bunting atau tidak. Pada bulan yang ke
setelah uji progeny dilakukan, sapi betina kemudian di lakukan
pemeriksaan kebuntingan. Data-data sapi betina baik yang bunting
maupun tidak bunting kemudian dicatat dan data dimasukkan dalam file
icro8oft excel seperti terihat pada Tabel 9 untuk kemudian diolah dan
dianalisis datanya sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi nantinya.




















3

Tabel 9. Contoh recording program kawin tahun 2008 dan kelahiran pedet tahun 2009
Kelompok 1
NC NC
INDUk
No
e[antan
51A1U5
kL8UN1INGAN
kLLAnIkAN LDL1 kC5L5 LAnIk kL1LkANGAN
unLlna kosona nC
LuL1
1CL
LAPl8
SLx L8A1
LAPl8
(ka)
nC8MA
L
AC81uS MA1l
1 0707. 01 unLlna 012009 070809 !Ln 20 normal roaram
kawln
ullaksanakan
pada ulan
CkL s/d ues
2008
2 0709. 01 l unLlna 020209 180709 Ln 18 normal
3 0713. 01 unLlna 021609 060809 Ln 18 normal
4
071. 01
unLlna 010109 160709 !Ln 20 normal
3 0805. 01 unLlna 022009 160809 Ln 18 normal
6 080. 01 unLlna 014309 260909 !Ln 19 normal
7 0852. 02 unLlna 010809 220709 !Ln 18 normal
8 0707. 02 unLlna 022209 180809 Ln 18 normal
9 0713. 02 unLlna 023309 180909 Ln 20 normal
10 071. 02 kosona
11 0875. 03 unLlna MaLl
12 083. 03 kosona
13 088. 03 unLlna 021009 300709 Ln 18 normal
14 081. 03 unLlna 011709 040809 !Ln 18 normal
13 0873. 03 kosona


16 0877. 03 unLlna 012909 220809 !Ln 20 normal
17 0701.0 unLlna 024009 230909 Ln 18 normal
18 0702.0 unLlna 014009 110909 !Ln 17 normal
19 070.0 kosona
20 070.0 unLlna 024409 011009 Ln 16 normal
21 0808.05 unLlna 012609 170809 !Ln 22 normal
22 0811.05 unLlna 012809 200809 !Ln 18 normal
23 0812.05 kosona
24 083. 05 unLlna 023809 220909 Ln 17 normal
23 08. 05 unLlna AborLus
26 085. 05 unLlna 013809 080909 !Ln 18 normal
27 0739.05 unLlna 020309 190709 Ln 18 normal
28 0807. 05 unLlna 024809 031009 Ln 18 normal
29 0852.0 unLlna 011409 300709 !Ln 18 normal
30 088. 0 unLlna 014809 011009 !Ln 16 normal







5

Kelompok 2
NC NC
INDUk
No
e[antan
51A1U5
kL8UN1INGAN
kLLAnIkAN LDL1 kC5L5 LAnIk kL1LkANGAN
unLlna kosona nC
LuL1
1CL
LAPl8
SLx L8A1
LAPl8
(ka)
normal AborLus MaLl
1 0830. 01 unLlna 021809 120809 Ln 20 normal roaram kawln
ullaksanakan
pada ulan
CkL s/d ues
2008
2 0839. 01 072006 unLlna 022909 030909 Ln 19 normal
3 0835. 01 unLlna 011209 260709 !Ln 20 normal
4
0801. 01
unLlna 023609 190909 Ln 18 normal
3 0808. 01 unLlna 012209 090809 !Ln 19 normal
6 082. 01 unLlna 021909 140809 Ln 21 normal
7 0718. 02 unLlna 011909 070809 !Ln 22 normal
8
0719. 02
unLlna normal
Induk mat| tg| 23
509
9 0703. 02 unLlna 013209 280809 !Ln 18 normal
10 0710. 02 unLlna 023009 040909 Ln 18 normal
11 070. 02 unLlna 021309 030809 Ln 18 normal
12 0879. 03 unLlna 022109 160809 Ln 18 normal
13 0881. 03 unLlna 014409 200909 !Ln 19 normal
14 0885. 03 unLlna 012409 140809 !Ln 18 normal
13 0702. 03 unLlna 020309 240709 Ln 20 normal
16 0703. 03 unLlna 011109 230709 !Ln 20 normal


17 073. 03 unLlna 021409 030809 Ln 18 normal
18 0707.0 unLlna 021309 020809 Ln 17 normal
19 0708.0 unLlna 014109 140909 !Ln 18 normal
20 071.0 unLlna 010409 190709 !Ln 17 normal
21 081.05 unLlna 012309 120809 !Ln 17 normal
22 0827.05 unLlna 020809 270709 Ln 17 normal
23 0830.05 unLlna 021209 020809 Ln 17 normal
24 0831.05 unLlna 013909 100909 !Ln 17 normal
23 0833.05 unLlna 022309 210809 Ln 17 normal
26 08. 05 unLlna 023009 041009 Ln 18 normal
27 080. 05 unLlna 023209 061009 Ln 17 normal
28 0810. 05 unLlna 014709 011009 !Ln 18 normal
29 0813.05 kosona
30 089.0 unLlna MaLl
7

Pengawasan
Proses pencatatan dilakukan oleh petugas Pemuliaan Ternak
dibantu oleh petugas Keswan. Pengawasan dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan data secara berkala.

EvaIuasi
Proses evaluasi dilakukan dengan membandingkan data vital yang
diperoleh dengan standar awal yang telah ditetapkan. Pencatatan seleksi
kemudian dianalisis terutama pada uji performa dan progeny Evaluasi
dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
perencanaan awal. Setelah dilakukan evaluasi, maka dapat dilakukan
perencanaan ulang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak.

Recording PopuIasi

Perencanaan
Perencanaan pada recording populasi dilakukan agar kegiatan
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan awal Balai.
Perencanaan di buat sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
produksi sapi yang ada di Balai.

Pengorganisasian
Pelaksanaan fungsi pengorganisasian di BPTU Sapi Bali sudah
dijalankan dengan adanya bagian Pemuliaan Ternak. Petugas bagian
Pemuliaan Ternak di BPTU Sapi Bali ini bertanggung jawab mengenai
pencatatan populasi di lapangan dibantu oleh anak kandang dan bagian
Keswan.




8

PeIaksanaan
Pelaksanaan pencatatan populasi ternak yang ada di reeding
center BPTU Sapi Bali dilakukan langsung oleh petugas bagian
Pemuliaan Ternak dibantu oleh petugas dari bagian Keswan. Pencatatan
populasi dilakukan dengan menghitung komposisi ternak yang ada di
BPTU serta mencatat daftar silsilah ternak. Ternak yang baru lahir akan
didata dan dicatat berdasarkan nomor induk dan nomor pejantannya agar
mudah dalam penganalisisan data silsilah dari ternak. Data-data yang
telah dicatat kemudian dimasukkan dalam icro8oft excel seperti terlihat
pada tabel 10 untuk kemudian diolah lebih lanjut sehingga dapat
dievaluasi nantinya dan untuk mempermudah dalam pencarian data
ternak tersebut termasuk silsilah dan data vital serta riwayat
kesehatannya.

Tabel 10. Contoh recording komposisi ternak bulan November 2010
Kelompok.Ternak
Jml
Awal
Masuk Keluar Jml.
Lh B M+ Jml M - BBB Mt J Jml Akhir
nduk 102 0 0 0 0 0 0 0 0 0 102
Cln. nduk 83 0 0 0 0 0 0 0 0 0 83
Btn. Muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pedet Betina 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Pejantan 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
C.Pejantan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perform Test 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jantan Muda 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
Pedet Jantan 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
Sisa Perf.Test 13 0 0 0 0 0 0 1 0 1 12
Jumlah 555 0 0 0 0 0 0 1 0 1 55
Keterangan tabel:
Lh : Lahir
B : Beli atau pengadaan
M+ : Mutasi dari
M- : Mutasi ke
BBB : Dikirim ke BBB Singosari
J : Jual
Mt : Mati
Jml : Jumlah
9

Pengawasan
Proses pencatatan dilakukan oleh petugas Pemuliaan Ternak
dibantu oleh petugas Keswan. Pengawasan dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan data secara berkala.

EvaIuasi
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang
diperoleh selama setahun dengan kenyataan di lapangan dan
membandingkan hasil dengan perencanaan awal. Evaluasi dilakukan
sebagai dasar untuk penyusunan perencanaan selanjutnya.





















70

BAB V
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN

Manajemen Recording
Recording adalah catatan tentang segala kejadian mengenai ternak
yang dipelihara yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang objektif didasarkan atas fakta yang ada,
sehingga keputusan yang dibuat merupakan keputusan yang terbaik
(Soetarno, 2003). Pencatatan pada usaha peternakan sangat penting
karena kemampuan daya ingat manusia yang sangat terbatas untuk
mengingat semua kegiatan dan keputusan yang telah dibuat (Eustice,
1988 cit Hutauruk, 2007). Kegunaan utama adanya catatan ini adalah
dapat memberi informasi tentang ternaknya individu per individu, maupun
secara keseluruhan. Catatan yang paling ideal adalah catatan yang
bersifat sederhana, namun lengkap, teliti dan mudah dimengerti. Namun
demikian, hal yang tidak kalah pentingnya adalah penomoran ternak,
karena harus diketahui dengan pasti catatan produksi ini milik siapa
(Hardjosubroto, 199).

Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah 1) pemilihan atau penerapan
tujuan-tujuan organisasi dan 2) penentuan strategi, kebijaksanaan,
proyek, program, prosedur, metoda, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Handoko, 1999). Program
perencanaan di BPTU Sapi Bali sudah berjalan dengan baik, hal ini
terlihat dari sudah adanya catatan atau data utama yang terdapat di
bagian statistik Pemuliaanyang meliputi semua kegiatan yang telah
berlangsung di BPTU Sapi Bali. Proses pencatatan di reeding center
BPTU Sapi Bali ada dua jenis yaitu pencatatan menggunakan buku besar
dan pencatatan yang dibantu dengan komputerisasi. Proses
komputerisasi menggunakan program icro8oft excel dan software
71

khusus yang diperoleh dari hasil kerjasama antara BPTU Sapi Bali
dengan Universitas Brawijaya. Pada kenyataannya dilapangan, software
hasil kerjasama ini belum dapat digunakan secara optimal karena masih
memiliki banyak kekurangan sehingga petugas merasa kesulitan baik
dalam memasukkan data maupun mencari data yang ada.

Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses menciptakan hubungan-
hubungan antara fungsi-fungsi, personalia, dan faktor fisik, agar supaya
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan, disatukan dan diarahkan
pada pencapaian tujuan bersama (Reksohadiprodjo, 1992). Pelaksanaan
fungsi pengorganisasian untuk pencatatan di BPTU Sapi Bali sudah jelas
didukung oleh adanya struktur organisasi yang memudahkan jalur
komando dan pembagian tugas. Koordinator masing-masing bagian
sudah melakukan pembagian peran diantara staf-stafnya sehingga proses
pendelegasian tugas dapat mengoptimalkan pengambilan data di
lapangan.

PeIaksanaan
Pelaksanaan manajemen pencatatan di BPTU Sapi Bali dilakukan
oleh staf-staf yang telah diberi tugas untuk melakukan pencatatan dan
kemudian dilaporkan kepada kantor pusat. Secara garis besar,
pelaksanaan pencatatan di BPTU Sapi Bali dibedakan menjadi : identitas
ternak, pencatatan reproduksi, pencatatan kesehatan ternak, pencatatan
data produksi, serta pencatatan kebutuhan pakan ternak.
Identitas ternak. Permasalahan yang sering muncul pada
pengidentifikasian ternak adalah tanda yang seringkali hilang sehingga
menyulitkan petugas untuk mendata ulang ternak terutama ternak-ternak
yang berada di paddock besar. Selain itu, ternak yang ada di paddock
besar sering tercampur dengan sapi-sapi milik penduduk sehingga ternak
lebih sulit untuk diidentifikasi. Ternak yang ada di paddock besar juga
72

seringkali melompat pagar pembatas yang memang sudah rusak,
sehingga pendataan ternak menjadi sulit untuk dilakukan. Selain itu
dibutuhkan tenaga yang banyak untuk mengejar ternak-ternak yang lepas
tersebut sehingga pelaksanaan jadwal mundur dari yang harusnya
dilaksanakan karena petugas harus mengejar sapi-sapi yang lolos
tersebut. Selain itu penggunaan kartu identitas ternak (kartu pejantan atau
kartu induk) belum digunakan secara optimal. Oleh karena itu sebaiknya
selain penggunaan eartag, akan lebih baik apabila dilengkapi dengan
adanya kartu ternak sehingga apabila eartag hilang, ternak masih dapat
diidentifikasi melaluo kartu ternaknya. Selain itu untuk menghindari
terjadinya pencampuran ternak penduduk dan lolosnya sapi akan lebih
baik apabila paddock besar dibersihkan dan dibuat lebih kecil serta pagar
pembatas diperbaiki.
Menurut Hardjosubroto (199), identifikasi ternak berupa
pemberian nomor pada ternak dengan disertai kartu identitas. Kartu
identitas ternak bertujuan untuk mencatat semua informasi tentang nama
dan nomor ternak, jenis kelamin, tanggal lahir (dan tanggal perkawinan
induknya), kemurnian bangsanya, bapak (8ire) dan induknya (dam), nama
dan nomor kode pemilik beserta alamatnya. Kartu identitas yang
sempurna memuat gambar sketsa atau foto dari ternak yang dibuat dari
sisi kanan, kiri dan depan ternak.
Recording reproduksi. Recording reproduksi antara lain: tanggal
kawin, sistem perkawinan, pejantan yang digunakan atau 8traw yang
digunakan, pemeriksaan kebuntingan, perkiraan melahirkan, lama
bunting, dan jenis kelamin pedet. Permasalahan yang ada adalah kadang
pejantan yang lolos dari pagar mengawini betina-betina di peddock lain
sehingga tidak diketahui secara pasti kapan tanggal kawin dan kapan
akan melahirkan. Sapi-sapi yang kawin tidak terdeteksi ini kadang-kadang
tidak menunjukkan anak yang dilahirkannya atau kadang-kadang pedet
yang dilahirkan disembunyikan oleh induknya sehingga sulit dipastikan
tanggal lahirnya secara pasti terutama ternak-ternak yang ada di peddock
73

besar. Sapi-sapi induk yang melahirkan bukan pada saat uji ini merupakan
sapi-sapi yang tidak masuk dalam rencana awal dan sering disebut oleh
petugas sebagai kawin selingkuh. Pada dasarnya pencatatan data
reproduksi di BPTU Sapi Bali sudah berjalan dengan baik.
Recording kesehatan. Pelaksanaan pencatatan kesehatan ternak
di BPTU Sapi Bali sudah berjalan dengan baik. Ternak-ternak yang sakit
langsung diobati dan dicatat obat yang digunakan. Ternak yang telah
diobati tersebut juga dikontrol setiap harinya untuk melihat perkembangan
kesehatan ternak. Pelaksanaan recording kesehatan yang baik ini dapat
menurunkan tingkat kematian pada ternak karena petugas mengetahui
secara rinci obat-obat yang digunakan dalam pengobatan beserta dosis
penggunaannya.
Recording pakan. Secara umum pelaksanaan pencatatan pakan
khususnya konsentrat sudah berjalan dengan baik, sehingga petugas
tidak pernah kekurangan pakan konsentrat yang dapat berpengaruh
terhadap produktivitas ternak.

Pengawasan
Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan penerapan cara
dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan (Handoko, 1999). Pengawasan pada
hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana
agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana (Reksohadiprodjo,
1992).
Pengawasan di BPTU Sapi Bali ini dilakukan langsung oleh
koordinator masing-masing bagian yang bertanggung jawab kepada Ketua
Pelaksana Teknis BPTU Sapi Bali pusat. Metode pengawasan yang
dilakukan adalah pendekatan personal, dimana semua pegawai akan
mendapat pengawasan langsung dari koordinator unit. Pengawasan ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian dan menilai efektif atau
tidaknya rencana yang dibuat dengan pelaksanaan sehingga dapat
7

digunakan sebagai evaluasi terhadap rencana yang dibuat dan untuk
mengambil keputusan terhadap apa yang akan dilakukan kedepan.

EvaIuasi
Salah satu bentuk evaluasi hasil pencatatan adalah menggunakan
komputerisasi dengan program icro8oft excel. Pada setiap akhir tahun
diadakan evaluasi global menggunakan laporan yang berdasarkan dari
data di kantor reeding center BPTU Sapi Bali. Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan apa yang telah direncanakan dengan hasil yang telah
diperoleh.

Sistem PemeIiharaan
Sistem pemeliharaan yang digunakan di BPTU Sapi Bali
merupakan sistem pemeliharaan dengan model padang penggembalaan
(ranc). Penggunaan rumput Brazil sebagai pakan utama sangat baik
karena memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap injakan dan senggutan
serta dapat tumbuh subur baik dimusim penghujan maupun dimusim
kemarau. Penggunaan padang penggembalaan sudah cukup baik, tetapi
pengaturan jumlah ternak masih kurang karena ada beberapa paddock
yang berisi banyak ternak, sehingga masih ada ternak yang tidak mampu
bersaing untuk mendapatkan pakan sehingga terlihat kurus. Oleh karena
itu dibutuhkan pembagian luas area yang dibandingkan dengan jumlah
ternak. Pembagian ini dilihat dari kapasitas rumput yang ada di paddock
kemudian dibandingkan dengan jumlah ternak yang dapat ditampung.
Pagar merupakan unit yang penting dalam suatu paddock. Pagar
inilah yang membatasi antara satu paddock dengan paddock lainnya.
Karena itu seharusnya perawatan pagar juga diperhatikan. Di BPTU Sapi
Bali ada beberapa paddock yang masih menggunakan pagar kayu dan
kawat. Karena luasnya area paddock sehingga perawatan terhadap pagar
di paddock besar kurang dapat diperhatikan. Akibatnya ada beberapa
paddock yang pagarnya sudah rusak sehingga ternak dapat lompat atau
75

menerobos pagar dengan mudah. Untuk itulah dibutuhkan adanya kontrol
dan perbaikan terhadap pagar terutama di bagian paddock besar
sehingga ternak tidak dapat meloloskan diri.




























7

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpuIan
Berdasarkan hasil kegiatan PKL di reeding center BPTU Sapi
Bali, secara umum pelaksanaan manajemen recording yang dilakukan di
reeding center BPTU Sapi Bali dapat disimpulkan bahwa: 1)
pelaksanaan identifikasi ternak sudah cukup baik, hanya saja perlu
penggunaan kartu ternak secara optimal sehingga memudahkan dalam
identifikasi ternak, 2) pelaksanaan recording reproduksi sudah cukup
baik, tetapi perlu peninjauan ulang bagi ternak yang perkawinannya tidak
tercatat atau ternak-ternak yang kawin tanpa sepengetahuan petugas
sehingga tidak diketahui identitas pejantan yang mengawini serta tanggal
kawinnya, 3) pelaksanaan recording kesehatan sudah cukup baik masih
belum dicantumkannya jenis penyakit yang diderita ternak sehingga
riwayat penyakit ternak belum diketahui.

Saran
Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
dilaksanakan di reeding center Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi
Bali, dapat dikemukakan beberapa saran menyangkut perbaikan
manajemen reeding center BPTU Sapi Bali, antara lain: 1) untuk
mengurangi masalah identifikasi ternak yang sering hilang, penggunaan
kartu ternak secara optimal disarankan untuk membantu mengurangi
jumlah ternak yang tidak dapat diidentifikasi, 2) perlu adanya pembagian
tugas secara jelas antar bagian agar program kerja masing-masing bagian
dapat terlaksana serta mendahulukan kerja di masing-masing bagian baru
kemudian membantu di bagian yang lain agar program kerja yang telah
disusun dapat berjalan dengan semestinya, 3) perlu adanya peninjauan
ulang bagi ternak-ternak yang kawin diluar uji yang tidak diketahui
pejantannya sehingga catatan silsilah ternak jelas dan diharapkan
77

kedepannya dapat mengurangi terjadinya perkawinan inbreeding, 3)
pelaksanaan pencatatan kesehatan akan lebih optimal apabila
mencantumkan penyakit yang diderita oleh ternak sehingga dapat
diketahui secara jelas riwayat kesehatan ternak, 5) dengan sudah adanya
pencatatan (recording) yang baik di reeding Center BPTU Sapi Bali,
diharapkan data recording tersebut dapat digunakan di reeding Center
BPTU Sapi Bali untuk mengembangkan misi Balai yaitu menyediakan
bibit-bibit sapi Bali yang berkualitas unggul.























78

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2010. Recording. Available at http:kampoeng-
ternak.150m.comRecording.htm. Accession date 22 November
2010.

, 2011. Recording. Available at http:kampoeng-
ternak.150m.comRecording.htm. Accession date 18 Januari 2011.

Blakely, J. dan Bade. H. 1998. Pengantar lmu Peternakan. Universitas
Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Duma, Yulius, Sumadi, dan W. Hardjosubroto. 1998. Estimasi Nilai
Repitabilitas Sifat-Sifat Pertumbuhan dan Daya Produksi nduk Sapi
Potong nduk Sapi Potong di Ladang Ternak ila River Ranc. Vol
22.
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara. Jakarta.

Handoko, H. T. 1999. Manajemen Edisi . BPFE. Yogyakarta.

Hardjosubroto, W. 199. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT
Gramedia Widiasarana ndonesia, Jakarta.

Hartati, dan M. D. Dicky. 2008. Hubungan Bobot Hidup nduk Saat
Melahirkan terhadap Pertumbuhan Pedet Sapi PO di Foundation
Stock.
Hutauruk, E.R Debora. 2007. Laporan Praktek Kerja Lapangan
Manajemen Recording pada Ternak Babi di PT Allegrindo
Nusantara Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.
Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Lasley, J.F. 1978. Genetics of Livestock mprovement 3
rd
Ed. Prentice-Hall
nc., Eaglewood Cliff, New Jersey.

Lestiyani, N. 2008. Sistem Recording di nstalasi Pembibitan Sapi Potong
Pengasih Kulon Progo Daerah stimewa Yogyakarta. Laporan
Praktek Kerja Lapangan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Pane, . 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Reksohadiprasodjo. 1992. Dasar-Dasar Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
79

Samsudewa. 2010. Pentingnya Recording dalam Bidang Reproduksi.
Available at http:animalreproductionbydaudsamsudewa. blogspot.
com 200908pentingnya-reproduksi-dalam-bidang.html. Accession
date 22 November 2010.

Soetarno, T. 2003. Manajemen Budidaya Ternak Perah. Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sugeng, Y.B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Toelihere, R. M. 1993. nseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa.
Bandung.

Utomo. 2010. Pencatatan Produksi (Recording). Available at
http:bobitkowanusutomo.blogspot.com20100ilmu-pemuliaan-
ternak-recording.html?zx=807959b8eafb28e0. Accession date 22
November 2010.

Warwick, E.J., J.M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada
University Press.
Wibowo. L.R,. 2009. Manajemen Recording nseminasi Buatan di
Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Laporan Praktek Kerja
Lapangan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.










80

Lampiran 1. ay Out reeding Center BPTU Sapi Bali secara keseluruhan

81

Lampiran 2. ay Out Bangunan di reeding Center BPTU Sapi Bali


Keterangan :
1. Kantor
2. Garasi
3. e88 Karyawan
. Kantin
5. Gudang Pakan
. Laboratorium
7. Kandang Laboratorium
8. Kandang Penggemukan 1
9. Kandang Penggemukan 2
10. Kandang Penggemukan 3
11. Kandang Peneduh 1
12. Kandang Peneduh 2
13. Kandang Peneduh 3
1. Cattle ard

82

Lampiran 3. ay Out cattle yard di reeding Center BPTU Sapi Bali
1
1
2
2
2
3

7
8
9
20 m
20 m
10 11


Keterangan :
1. Tempat istirahat karantina
2. olding yard penampungan
3. Forcing yard halaman paksa
. Lorong paksa (race)
5. Penjepit (Cru8h)
. Tempat antri
7. Timbangan ternak
. oading
9. Sprayer
10. Tempat pakan
11. Tempat minum

83

Lampiran . Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan memandikan sapi

Kegiatan recording

Pengukuran di PD

Men-copper hijauan

Pembuatan pagar

Vaksinasi

Pemberian pakan

nseminasi Buatan

You might also like