You are on page 1of 42

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Definisi Acuan Perancah / bekisting / form work Dalam ilmu teknik sipil terdapat berbagai konstruksi yang kita kenal, namun yang lebih kita kenal ada tiga jenis konstruksi, yaitu : a. konstruksi kayu b. konstruksi baja c. konstruksi beton Masing-masing konstruksi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. a. Konstruksi kayu Keuntungan : Mudah dalam perawatan. Tidak dapat menghantarkan listrik. Kerugian : Susah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.

b. Konstruksi baja Keuntungan : Baja memiliki tingkat keutuhan yang lebih tinggi.

c. Konstruksi beton Keuntungan : Mudah didalam pembuatan.

Setelah meninjau lebih jauh maka kita dapat mengetahui kegunaan dari acuan perancah dan dapat kita simpulkan definisi dari acuan perancah itu sendiri adalah: Suatu konstruksi sementara yang digunakan atau berfungsi untuk membentuk beton.

1.2 Syarat Syarat Umum Acuan Perancah a. Kuat Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya. b. Kaku Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan perancah ini, karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai tidak sempurna. c. Mudah dibongkar Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali. d. Bersih Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan. e. Ekonomis Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu dari bekisting. f. Rapat Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting.

1.3. Kerugian Kerugian Jika Acuan Perancah Kurang Baik a. Perubahan geometrik b. Waktunya lebih panjang, bertambahnya waktu maka biaya yang digunakan akan bertambah. c. Penurunan mutu beton Misal ; pada sambungan cetakan terjadi kebocoran karena kurang kuat ikatannya. Karena beton terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan air, maka yang tertinggal didalam cetakan hanya agregat dan semen. d. Terjadinya perubahan dimensi Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya tingkat ketelitian didalam melakukan pengukuran didalam pembuatan acuan perancah. 1.4. Bagian Bagian Acuan Dan Perancah Bagian-bagian pada acuan, sebagai berikut : 1. Papan cetakan 2. Pengaku atau penjepit cetakan Bagian-bagian perancah, sebagai berikut : 1. Gelagar 2. Skoor 3. Tiang 4. Baji atau landasam 1.5. Metode Yang Digunakan Dalam Acuan Dan Perancah 1. Metode tradisional Yaitu suatu metode yang masih menggunakan material lokal, sedangkan konstruksinya konvensional. Penggunaan terbatas hanya sampai pada beberapa kali penggunaan untuk bentuk yang rumit akan banyak memakan waktu dan tenaga.

2. Semi System Yaitu suatu metode dimana material dan konstruksinya sudah merupakan campuran antara material lokal dan buatan pabrik akan bisa kita pakai terus-menerus, oleh karena itu penggunaan metode ini hanya untuk pekerjaan yang mengalami beberapa kali pembuatan terus-menerus. 3. Full System Yaitu suatu metode dimana semua materialnya merupakan buatan pabrik dan konstruksinya tidak lagi konstruksi konvensional. Materialnya bisa digunakan secara terus-menerus dan penggunaannya sangat mudah dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatannya. Untuk menginvestasikannya memerlukan banyak pertimbangan karena harga bekisting ini cukup mahal. Sebelum pekerjaan dimulai kita harus menghitung terlebih dahulu beban-beban yang akan diterima oleh bekisting dan sehingga kita tahu jarak tiang-tiang perancah balok-balok yang akan kita pasang. 1.6. Bahan Bahan Utama Dan Pembantu a. Bahan Utama Didalam pekerjaan acuan dan perancah banyak sekali digunakan kayu lokal, mutu dari kayu-kayu tersebut harus cukup baik. Jika air tersebut berkadar tinggi dan mutu kayu sangat rendah, maka cetakan akan mudah mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung sehingga hasil cetakan beton tidak memuaskan. Berikut ini bahan bahan utama : Kayu yang memiliki kelas IV dan kelas V 1. kayu masif 2/20, 3/20 untuk papan 5/7, 4/6, 8/12 untuk balok 2. kayu multiplek 122/244 mm dengan tebal 3, 4, 6, 9 mm

Tabel I Daftar Kelas Kuat Kayu I (kg/cm ) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)


2

II 100 85 25 12

III 75 60 45 8

IV 50 45 10 5

V -

Jati/tectona grandis 130 110 30 15

150 130 40 20

3. kayu bulat/ dolken Biasanya digunakan untuk tiang-tiang perancah dan ukuran yang biasanya digunakan adalah berdiameter 6 10 dengan panjang 4 m. 4. Besi 5. Fiber glass b. Bahan Pembantu Bahan ini digunakan dengan cara dilaburkan pada permukaan acuan dan perancah dan waktu peleburan adalah setelah acuan selesai dan sebelum penulangan dimulai. Fungsi dari bahan-bahan ini adalah untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton. Berikut ini bahan-bahan pembantu : Cat meni Kapur Plastik Minyak pelumas/ olie bekas Setiap bahan-bahan pembantu yang digunakan memiliki perbandingan antara bahan pembantu yang satu dengan bahan pembantu yang lain. Bahan pembantu dengan menggunakan air digunakan untuk memulas permukaan beton/ cetakan sebelum beton dituangkan. Biasanya digunakan untuk pekerjaan beton yang masih akan diplester penggunaannya.

Bahan pembantu dengan menggunakan release agent diantaranya ada olie bekas. Adapun kejelekan daripada penggunaan olie bekas ini adalah bahwa olie memiliki sifat untuk mengemulsikan benda yang ditempel sehingga pekerjaan finishing akan sulit untuk dikerjakan. Bahan pembantu dengan menggunakan kapur dapat mempermudah pelepasan cetakan. Kapur hanya dapat dipergunakan pada permukaan yang sempit, pada pembuatan tiang pancang biasanya distel selebar tiang pancang tersebut. 1.7. Cara Cara Penyimpanan Bahan Bahan 1. Kayu Kayu harus disimpan pada suatu tempat yang tidak terganggu oleh cuaca, iklim. Karena hal ini dapat mempengaruhi sifat dari kayu sehingga mutu kayu menjadi jelek. Tinggi permukaan lantai dengan perm, tanah sebesar 30 cm. Untuk penumpukan layu basah diberi batasan pada tiap lapisnya. 2. Kayu Gelam / Dolken Kayu dolken atau gelam biasanya digunakan untuk perancah. Adapun jenis dolken seperti jenis pinus, aksis, kayu laut, kayu jati, dll. Mutu daripada dolken ini harus lebih tinggi daripada kayu / papan dan tahan terhadap cuaca. Jadi penyimpanan dolken dapat dilakukan di luar ruangan, tetapi dolken ini harus dijaga agar tidak langsung terkena perm tanah. 3. Multiplek Penyimpanan multiplek disimpan pada gudang yang memiliki dinding yang dapat menghindari dari pengaruh cuaca. Penyimpanannya dapat dilakukan dalam posisi mendatar atau miring sesuai dengan kondisi. 4. Besi Didalam penyimpanan besi, pada saat pertama kali akan dilakukan penyimpanan perlu dilakukan pemberian olie bekas agar besi yang disimpan tidak terserang oleh korosi/ karat.

Tempat penyimpanan besi harus diletakkan pada ruangan tertentu dan terlindung dari cuaca yang buruk, baik itu hujan, sinar matahari agar tidak terjadi korosi pada besi. Penyimpanan besi sebaiknya dikelompokkan pada jenis-jenis besi yang sama agar mudah di dalam pencarian kembali dan mudah didalam pemakaian. 5. Kasau Pada penyimpan kasau tidak jauh beda dengan penyimpanan papan. Kasau yang sering digunakan adalah kasau jenis kamper, kruig, meranti, borneo, dll. 1.8. Konstruksi Sambungan Pada Pekerjaan Acuan Dan Perancah 1. Sambungan papan dengan papan Sambungan ini harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi kebocoran pada saat terjadi/ pembuatan beton berlangsung. Bagian tepi ketam lurus dan bila dihubungkan dengan tepi papan yang lain tidak kelihatan rongga yang lain/ udara di sela-sela sambungan yang baru disambung. a. Untuk lantai cetakan Langsung kita pakukan papan di atas gelagar sambungan harus dibuat sedemikian sehingga rangkaian dapat rapat dan tidak bocor. Untuk papan kita sambungkan satu dengan lainnya di atas gelagargelagar yang telah siap di bawahnya dan ujung-ujung papannya dibuat berselang-seling agar lantai acuan menjadi kuat. b. Untuk Dinding Cetakan Dinding acuan untuk kolom dan balok dirangkai atau disambungkan dengan klem perangkai dipasang melintang arah serat papan dengan jarak antara klem 40 60 cm. Ukuran klem kira-kira 10 cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan lebar papan yang akan dirangkai.

2. Sambungan Antar Gelagar Dengan Tiang a. Sambungan papan tiang dolken dengan gelagar Sambungan ini digunakan untuk konstruksi yang labil, pemasangan gelagarnya cukup dengan dipakukan pada tiang tanpa memerlukan penguat seperti klem. b. Sambungan gelagar balok dengan tiang balok Sambungan ini digunakan untuk konstruksi yang memikul beban berat, pemasangan gelagar langsung di atas tiang dan pada setiap sambungannya diberi klem yang dipakukan pada tiang dan gelagar. 3. Sambungan Antara Tiang Dengan Tiang a. Sambungan tiang bulat Karena ketinggian lantai yang tidak terjangkau oleh panjang tiang atau untuk memanfaatkan potongan-potongan tiang, yaitu dengan memasang klem penyambung di sekeliling klem penyambung bagian tiang yang disambung. b. Sambungan tiang persegi Cara penyambungan tiang persegi sama dengan penyambungan sambungan kayu bulat. Penempatan sambungan pada tiang ini harus memenuhi syarat-syarat yang telah dibuat, yaitu : Sambungan antara satu tiang perancah dengan tiang perancah lainnya, jangan diletakkan pada satu garis lurus. Maka apabila terjadi condong tiang akan bergerak ke arah yang sama dan tidak ada reaksi yang saling menguatkan. Usahakan agar sambungan jangan diletakkan persis ditengahtengah tiang, karena pada daerah itu terdapat momen maksimum sehingga peluang untuk terjadi penekukan pada tiang sangat besar dan menyebabkan tiang menjadi tidak kuat dan kokoh. Tidak boleh mempunyai dua sambungan yang tidak di skoor arah samping.

1.9. Pembongkaran Acuan Dan Perancah Dalam pembongkaran harus diperhatikan syarat-syarat berikut : 1. Syarat konstruktif a. Berdasarkan waktu Untuk beton yang menahan momen pembongkaran acuan dan perancahnya dilakukan setelah beton mencapai kekuatan 100 %. Untuk beton yang tidak menahan momen pembongkaran acuan dan perancahnya dilakukan setelah beton memiliki bentuk yang stabil. Metode-metode yang digunakan dalam pembongkaran acuan dan perancah adalah : a. Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat pembongkaran sana dengan momen yang telah direncanakan. b. Pembongkaran acuan dan perancahnya dimulai dari ujung untuk mendapatkan bidang momen yang sama. c. Pembongkaran tiang perancahnya harus dimulai dari tengah dan diteruskan di kiri kanannya sampai ke tepi. 2. Syarat Keamanan Hal ini sangat penting sekali, jangan sampai dalam bekerja urutan pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar atau yang sudah terbongkar dapat mencelakai pekerja yang sudah bekerja. Gunakan perlengkapan kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja. 3. Syarat Ekonomis Dalam pembongkaran juga perlu diperhatikan material yang digunakan supaya material bekas bongkaran bisa untuk dipakai lagi, paku yang digunakan dalam pelaksanaan acuan dan perancah, yaitu : a. Bentuk paku yang digunakan ialah paku yang bertampang bulat. Hal ini dapat mempermudah dalam pembongkaran.

b.

Panjang paku yang dipakai harus sesuai dengan tebal sambungan yang dibuat atau maksimal sepanjang tebal sambungan. Paku yang terlalu panjang jangan dilakukan pembengkokan, karena hal ini akan mempersulit didalam melakukan pembongkaran.

c. d. berikut:

Kekuatan paku bertampang bulat terdapat dalam daftar yang berlaku untuk tebal kayu yang akan disambung. Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat-syarat sebagai Dalam arah gaya : 12 . d untuk tepi kayu yang dibebani 5 . d untuk tepi yang tidak dibebani 10 . d untuk jarak antar paku Dalam arah tegak lurus arah gaya : 5. d untuk jarak sampai tepi kayu 5 .d untuk jarak barisan kayu Cara pemakuan pada pekerjaan acuan dan perancahn, yaitu : 1. Pemakuan minimal dilakukan sebanyak 2 buah paku. 2. Supaya sambungan tidak pecah maka pemakuan dilakukan secara zig zag. 3. Jarak pemakuan telah ditentukan berdasarkan PPKI. 4. Jika paku bebannya searah dengan paku agar kuat pakunya dimiringkan sebesar 70o.

10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Papan Duga 1. Definisi Papan duga adalah sebuah papan yang digunakan sebagai pedoman sementara dari as bangunan untuk menentukan letak, elevasi, dan bentuk bangunan agar sesuai dengan rencana. Bentuk dari bowplank adalah sebuah papan yang dipasang pada dua buah batang dolken yang ditancapkan dan letak papan duga harus datar dan rata. Pada papan duga dipasang paku yang digunakan sebagai as bangunan. 2. Syarat Syarat a. Datar b. Tidak tergangggu c. Tidak menggangu 3. Penempatan Papan Duga Seperti pada pekerjaan bangunan, papan duga diletakkan pada sudut-sudut bangunan dengan jarak 2 5 meter dari bangunan terluar. Hal ini dilakukan agar papan duga tersebut tidak terganggu pada saat pelaksanaan penggalian pondasi. 4. Prinsip Prinsip Dalam Pekerjaan Papan Duga a. Wujud Wujud dari papan duga adalah harus kuat dan datar, karena papan duga ini tidak boleh berubah selama bangunan dimulai. b. Elevasi Pada Papan Duga Ketinggian papan duga dari lantai ( 0.00 ) itu biasanya dibuat 0.25 di atas lantai. Ketinggian papan duga arah memanjang dan arah melebar bisa juga dibuat melebar dan bisa juga memanjang.

11

Ketinggian maksimal dari papan duga yang masih mungkin dilakukan adalah 0.60 dari lantai. c. Pemasangan Tiang Papan Duga Pemasangan tiang ini tidak boleh diabaikan, karena faktor tiang ini sangat berpengaruh terhadap posisi papan duga. Kita harus melihat kondisi tanah yang akan dijadikan tempat pemasangan papan duga. Apabila kondisi tanah keras, maka ujung kayu dolken harus dibuat runcing agar mudah masuk. Apabila kondisi tanah terlalu lembut maka perlu diadakan pemadatan agar kayu dolken tidak mengalami perubahan karena lembutnya permukaan. Diharapkan kemungkinan penurunan tiang selama penanaman akan semakin kecil. d. Pemasangan Papan Duga Pada Tiang Setelah tiang-tiang terpasang pada permukaan tanah , kita harus yakinkan bahwa tiang dalam kondisi kokoh. Maka kita pakukan papan pada tiang tadi dan kita levelkan kedatarannya dengan menggunakan waterpass. Setelah itu kita pasang papan duga pada titik yang berbeda dan kita ambil kelevelannya pada titik yang pertama. 5. Pembuatan Sudut Siku Di Lapangan Pembuatan sudut siku di lapangan dapat kita lakukan dengan menggunakan siku-siku besar yang terbuat dari besi atau dengan menggunakan dalil phytagoras. 6. Pemberian Tanda Pemberian tanda pada pekerjaan stake out dapat dilakukan dengan bantuan tali dan dipasang pada As dan batas pondasi yang akan dilakukan penggalian. 7. Pengontrolan elevasi / ketinggian Setelah semua papan duga terpasang maka kita dapat melakukan pengecekan elevasi ketinggian dengan menggunakan selang air pada setiap sudut bangunan yang telah dipasang papan duga.

12

2.2. Acuan Kolom a. Fungsi Dan Bentuk Kolom Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di atasnya dan meneruskannya ke pondasi. Bentuk penampangan kolom Bujur sangkar Empat persegi panjang Lingkaran Segi banyak Dll Ukuran acuan : a=a+2xt b=b Ukuran klem perangkai : a=a+2xt b=b+2xt Syarat-syarat kolom yang benar : Tegak tidak miring Posisi kolom harus benar b a

Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya. Disesuaikan dengan beban yang berada di atasnya dan dari segi estetika. b. Bagian Bagian Dari Acuan Kolom 1. Papan Acuan Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan. Apabila menggunakan papan, maka sebaiknya penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar atau memanjang sesuai dengan lebar kolom yang kita kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka penyambungan dengan arah melebar tidak diperlukan.

13

2. Klem Klem Perangkai Penyambungan papan denganarah melebar dapat dilakukan dengan menggunakan klem dari sisa-sisa potongan kayu yang masih cukup panjangnya dengan lebar papan yang akan disambung. Sedangkan jarak klem-klem perangkai tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat. 3. Papan Penjepit Dinding Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan terpasang satu dengan yang lainnya pada tiang yang telah dipasang. Fungsi papan penjepit adalah agar papan cetakan tidak pecah ketika beton di cor dan dipasang dengan jarak 40 65 cm. 4. Penyetelan Acuan Kolom Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di tempat yang akan dipasang cetakan. Pertama-tama dinding yang telah dirangkai satu sama lain dipakukan pada ketiga sisinya dan apabila terjadi menggunakan tulangan, maka tulangan dipasang dan kerangka acuan dirangkai. Penyetelan dinding kolom agar tegak lurus, maka digunakan unting-unting. Agar titik acuan tidak mudah goyang, maka dipasang pengaku agar posisi cetakan benar-benar berada pada posisi yang telah ditentukan. 2.3. Acuan Balok Dan Lantai 1. Acuan Balok Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban lantai atau tembok ke kolom. Bagian bagian dari acuan balok : a. Tiang Penyangga Pada tiang penyangga atau perancah digunakan kayu dolken. Untuk pemasangan tiang ini ada dua jenis yaitu satu tiang perancah dan diletakkan di tengah-tengah, namun apabila dua buah tiang penyangga maka penempatannya pada bagian-bagian tepi cetakan. Jarak antara tiang-tiang tersebut sekitar 40 60 cm.

14

b.

Dudukan Tiang Dudukan tiang dapat diletakkan di dua tempat yaitu di tanah dan di lantai. Di tanah Dudukan perancah di tanah harus diberi landasan papan agar didapat tekanan yang kecil. Sehingga kemungkinan tiang turun akan diperkecil. Apabila tanahnya lembek bisa kita atasi dengan memperluas landasan, sedangkan untuk menggeserkan tiang kita perlu baji. Di lantai Meletakkan tiang pada lantai hampir sama dengan pada tanah, tetapi apabila tiangnya terletak pada lantai dua maka perancah pada tiang sebelumnya juga dibongkar dahulu sebab beban yang diterima di lantai dua melebihi kemampuannya. c. Penyekuran Tiang Perancah Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya pengaku kontrol atau diagonal yang dipasang dalam arah sumbu x dan sumbu y. Pada sumbu x antara tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang dipasang saling bersilangan sedangkan pada sumbu y dipasang dari tiang ke tiang ke dalam tanah yang telah diberi pasak. Hal ini diperlukan terutama pada konstruksi acuan dengan tiang tunggal. d. Penyetelan Acuan Dan Perancah Pengukuran sesuai dengan rencana Pemasangan perancah tiang, dudukan skoor Pemasangan gelagar Pemasangan lantai yang dipakukan pada gelagar Pemasangan dinding cetakan dan memasang klem penjepit disamping bawah dan dipasang pengaku setelah ukurannya benar.

15

2. Acuan Lantai Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri disamping cetakan konstruksi yang harus kuat dan kokoh. Bagian-bagian yang penting dari plat lantai : a. Tiang acuan dan pengaku Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas tanah. Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang itu sendiri dan sisanya dipasang setelah gelagar. b. Gelagar Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan dimulai dengan gelagar gelagar bagian tepi dan kemudian bagian tengah. Bagian atas gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian tengah. Jika papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku dipasang semuanya. c. Lantai cetakan Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada pekerjaan ini menggunakan papan, maka sisi papan harus diketam terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan finishing biasanya lantai cetakan memakai plywood lebih licin dari pada permukaan papan. 2.4. Acuan Tangga Setiap pembuatan bangunan bertingkat, Acuan tangga sangat diperlukan. Tangga-Tangga ini bisa dibuat dari konstruksi kayu, baja, beton, dll. Adapun bentuk tangga yang sering digunakan pada konstruksi bangunan seperti : tangga spiral, tangga lurus, tangga dengan bordes, tangga poros dan lain-lain.

16

Fungsi dari Cetakan tangga adalah untuk menghubungkan lalu lintas dari lantai ke lantai lain. Hal hal yang perlu diperhatikan : Perencanaan tangga Macam bentuk Optride Pembuatan cetakan tangga

1. Perencanaan Tangga Sebelum merencanakan acuan tangga yang harus diperhatikan ialah ketinggian dari tangga, yaitu jarak tinggi dari laqntai satu ke lantai yang lain diatasnya. Adapun syarat-syarat lain agar suatu tangga bisa ideal : Keniringan maksimal 45 atau dengan perbandingan : 2 Optrade + 1 Antride = 1 langkah 1 langkah = 58 cm s/d 64 cm (panjang 1 langkah) Tinggi Optrade untuk bangunan rumah tinggal maksimum 20 cm, sedang bangunan umum 17 cm. Antride minimum 25 cm Lebar tangga untuk rumah tinggal 80-120 cm dan untuk banguna umum minimum 20 cm. Adapun macam-macam bentuk Tride : Untuk memenuhi syarat arsitiktur dari tangga, bisa dibuat bermacammacam variasi, baik variasi pada bentuk tangga, pagar tangga (balustrade),tride Dll. 2. Pembautan Cetakan Tangga Setelah Perencanaan tangga selesai, tentunya pembuatan cetakan segera dikerjakan. Tahap-tahap pembuatan cetakan tangga Ialah sebagai berikut : Pemasangan tiang-tiamg Penimbangan Gelagar Pemasangan Lantai

17

Pemasangan dinding cetakan beserta penggambaran tridenya Pemasangan papan-papan pencetak Optrade. 3. Pemasangan tiang-tiang Sebelum pemasangan tiang dikerjakan harus diukur dahulu dari tiang yang dibutuhkan, dengan cara menarik benang dari lantai atas ke lantai bawah sepanjang bentang tangga yang telah direncanakan.Kemudian letakan tiang-tiang pada tempat yang telah diukur tetapi ukurannya dikurangi sedikit dengan maksud agar lebih memudahkan penimbangan gelagar. 4. Penimbangan Gelagar Jika pemasangan tiang telah selesai, lanjutkan dengan pemasangan dan penimbangan Gelagar.penimbangan gelagar hampir sama dengan penimbangan gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang pedoman tidak horizontal, tetapi sesuai dengan kemiringan tangga. 5. Pemasangan dinding tride dan pemasangan papan pencetak Optrade Jika tepi lantai sudah sesuai dengan lebar tangga, baru dinding cetakan dipasang pada tepe lantai cetakan. Berdiri vertical lalu ditopang bagian atasnya dengan tiang sedangkan bagian bawahnya ditahan oleh papan penguat. Pemasangan papan pencetak optrade harus diperkuat oleh klos yang dipakukan pada dinding cetakan.pada bagian tengah papan ini diberi paku dengan sebilah kayu yang kita pasang miring dari atas ke bawah. 2.5. Pembongkaran acuan perancah Kita sering bertanya kapan acuan dan perancah itu dibongkar ?? Pembongkarannya dilakukan apabila beton sudah mencapai umur, 28 hari.

18

Cara-Cara pembongkaran acuan perancah : Dalam pembongkaran harus diperhatikan beberapa syarat, misalnya syarat ekonomis, keamanan dan konstruksi. Syarat Ekonomis Usahakan bekas bahan yang telah kita gunakan dapat dipakai kembali, maka itu dalam pembongkaran harus hati-hati. Syarat Keamanan Hal ini dianggap sangat penting karena menyangkut keselamatan.Dalam pembongkaran ini dapat mencelakan pekerja.Misalnya didalam pembongkaran acuan lantai Pertama dibongkat dulu sekor-sekornya kemudian tiangnya.Dalam pembongkaran tiang harus hati-hati karena tiang yang menyangga seluruh beban yang menyangga diatas bisa roboh dan menimpa pekerja dibawahnya. Syarat Konstruktif Pembongkaran tiang harus secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen yang akan timbul. Syarat konstruktif untuk pembongkaran acuan dan perancah dibagi menjadi dua, yaitu : a. Berdasarkan Waktu Bicara soal waktu, berarti kapan acuan dan perancah itu dibongkar ? Berdasarkan waktu pembongkaran juga dibagi menjadi dua, yaitu : Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen : acuan ini boleh dibongkar setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balaok, cetakan dinding) > 24 jam. Untuk penyangga /datar / yang menahan momen : boleh dibongkar setelah beton mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji

19

kubus di laboratorium, untuk beton konvensional tanpa bahan tambahan). b. Berdasarkan Metode

28 hari (beton

Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat pembongkaran sama dengan momen yang direncanakan. 2.6.1. Peralatan Penunjang Peralatan penunjang dapat dibagi, yaitu : a. Alat Pengikat Alat ini berfungsi sebagai pengikat cetakan. Macam-macam alat pengikat, yaitu : 1. Rapid klem Alat ini terdiri dari pengunci ynag berlubang dan berbaji yang menggunakan batang besi berdiameter 10 mm / lebih. Besi yang digunakan sebagai penjepit yang dimasukkan ke dalam lubang pengunci dan dimatikan atau dikunci dengan baji yang ada. 2. Plat Besi Suatu alat yang terdiri dari 4 buah plat besi yang dilengkapi dengan pengait berupa baji yang dipasang pada plat besi. b. Alat Perancah atau Pendukung Alat ini berfungsi untuk penahan. Macam macam alat perancah : 1. Steel Proof Adalah suatu alat yang berupa tiang tunggal yang terbuat dari pipa logam dan terdiri dari dua bagian atas dan bawah. Pada bagian bawah ujung atasnya dibuat ulir untuk distel naik turun sesuai dengan keperluan. Apabila diperlukan dapat dipasang tripot sebagai penahan.

20

2. Scaffolding Alat ini merupakan tiang perancah yang berbentuk suatu kerangka yang sesuai dengan kebutuhan. Alat ini dilengkapi juga dengan alat yang dapat mengatur naik dan turunnya. 3. Gelagar Alat ini merupakan penumpu dari acuan atau penerus beban yang dibuat dari baja dan kayu. 4. Komponen rangka besi yang sederhana. Alat ini digunakan untuk membuat dinding cetakan beton dan merupakan ukuran yang bervariasi yang terbuat dari pabrik.

21

BAB III URAIAN KERJA

3.1

JOB I : MENBUAT STEAK OUT / PAPAN DUGA Tanggal : 19 Juni 2010

3.1.1. Tujuan : 1. Menentukan titik duga / peil suatu bagunan. 2. Menentukan letak suatu bangunan. 3. Melaksanakan / mengetrapkan bangunan denah di lapangan. 3.1.2. Instruksi umum 1. Mermpersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan seefisien mungkin. 2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja. 3. Pergunakan waktu seefisien mungkin. 4. Mengikuti petunjuk dari instruktur. 3.1.3. Bahan-bahan yang dibutuhkan : 1. Gelam 7 - 10 (cm ) 2. Papan 2/20 400 cm 3. Paku 1,5 inchi 2 inchi 4. Benang 3.1.4 Peralatan yang dibutuhkan : 1. Pensil 2. Siku-siku 3. Unting-unting 4. Rol meter 5. Selang plastik 6. Kampak 7. Cangkul & linggis 8. Gergaji potong 9. Gergaji belah 10. Martil kecil 11. Martil besar (2 Kg) .

22

Langkah kerja 1. Siapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan 2. Bersihkan tempat kerja 3. Tentukan titik I yang diambil dari 6 m dari lantai bengkel terbuka dan 4 m dari sisi lain. 4. Tentukan titik II dengan cara yang sama dengan jarak antara titik I dan II yaitu 4 m. Tarik benang dan pakukan. 5. Dari titik I, tsrik benang sepanjang 6 m untuk menentukan titik III. Setelah itu sikukan titik tersebut. 6. Tarik lagi benang sepanjang 4 m untuk mendapatkan titik IV, pakukan benang. 7. Ukur dari setiap titik sepanjang 150cm sebagai jarak untuk menegakkan dolken. 8. Pasang 2 dolken dengan jarak 130cm, masing-masing 75cm kanan dan kiri as bangunan. 9. Selang dolken dengan elevasi 60 cm dari lantai. 10. Pindahkan selang ke masing-masing dolken. 11. Pasang papan duga pada elevasi yang telah ditentukan. 12. Pasang skur pada papan duga agar kuat. 13. Pindahkan as bangunan di atas papan duga dengan menggunakan untingunting.

23

Gambar Papan Duga atau Steak Out

24

3.2 JOB II : MEMBUAT CETAKAN PONDASI BETON Tanggal : 21 Juni 2010 3.2.1. Tujuan : Membuat cetakan pondasi sesuai dengan ketentuan dan ukuran dalam gambar 3.2.2. Instruksi umum : 1. Mempersiapkan alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan seefisien mungkin. 2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan kelompok dalam bekerja 3. Menggunakan waktu seefektif mungkin 4. Mengikuti petunjuk instruktur 3.2.3. Bahan-bahan yang digunakan : 1. Papan 2/20 x 400 cm 2. Paku 1, 5 inchi 2,5 inchi 3. Dolken atau gelam 6 cm - 10 cm 3.2.4. Peralatan yang digunakan: 1. Pensil 2. Siku-siku 3. Benang 4. Unting-unting 5. Selang plastik 6. Gergaji 7. Palu 8. Martil 2 kg 9. Linggis 10. Cangkul 11. Sekop

25

3.2.5. Langkah kerja : 1. Pelajari gambar terlebih dahulu, dan kalkulasikan kebutuhan bahanbahan yang akan digunakan 2. Persiapkan alat-alat yang diperlukan dan bahan-bahannya 3. Rangkaikan papan A dan B dengan gelam-gelam yang berjarak 80 cm sehingga lebar papan mencapai lebar yang ditentukan 4. Sisi-sisi bagian atas papan A dan B diserut hingga rata dan lurus 5. Buatlah papan duganya 6. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing selebar 0,40 m ditambah tebal papan dan tebal klam, kemudian dibentangkan benang dari titik tersebut 7. Menancapkan skor-skor dengan water pass) 8. Perkuat skor-skor tadi dengan papan-papan C pada skor-skor dengan jumlah paku 3 buah, kedudukan papan C horizontal, tingginya lihat gambar 9. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing selebar 0,15 m ditambah tebal papan dan tebal kelam, kemdian dibentangkan benang dari titik tersebut 10. Papan-papan A yang telah dirangkaikn tadi dipakukan tepat pada kelam-kelamnya sehingga mendapatkan lebar yang diinginkan. 11. Rangkaikan papan E dan D dalam keadaan siku. Setelah itu pakukan papan E pada papan C ( 5 paku) dn papan D pada skor F ( 2 paku). Sisi dalam papan E menempel benang dan dalam keadaan vertical, tinggi papan dasar D setinggi pondasi yang miring. Lihat gambar 12. Papan-papan B pada permukaan diperkuat dengan papan-papankecil lebar 5 cm yang dipakukan pada bagian atas papan tersebut. sekuat mungkin, sisi dalamnya harus menempel benang, kedudukan skor-skor ini harus vertical (dicek

26

13. Kontrol semua ukuran-ukurannya sehingga sesuai dengan gambar

27

28

3.3.

JOB III : ACUAN DAN PERANCAH KOLOM BETON Tanggal 3.3.1. Tujuan : 1. Membuat acuan dan perancah kolom segi empat 2. Meluruskan kedudukan cetakan kolom yang satu dengan cetakan kolom yang lainnya 3.3.2. Instruksi umum : 1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan yang dibutuhkan 2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja 3. Menggunakan waktu seefektif mungkin 4. Mengikuti petunjuk instruktur 3.3.3. Bahan-bahan yang dibutuhkan : 1. Papan 2/20 x 4 m 2. Paku 1,5 ; 2 ; 2,5 inchi 3. Dolken 6 10 cm 4. Usuk 5/7 cm 3.3.4. Peralatan yang digunakan : 1. Pensil 2. Siku 3. Benang 4. Unting-unting 5. Selang plastik 6. Roll meter 7. Gergaji 8. Martil 9. Palu cakar 10. Kapak 11. Linggis 12. Water pass :22 Juni 2010

29

3.3.5. Langkah kerja : a. Acuan kolom 1. Pelajari (pahami) gambar kerja dan kalkulasi kebutuhan bahanbahannya 2. Persiapkan alat-alat dan bahan-bahan 3. Rangkaikan papan-papan sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam gambar sebagai cetakan dari kolom 4. Jarak klam perangkai papan cetakan 40 cm 5. Buat papan duga dengan ketinggian tertentu dan tentukan as untuk kolom 6. Tiang-tiang acuan dan papan acuan dirangkaikan 7. Jarak antara tiang acuan adalah lebar kolom ditambah 2 kali 30cm 8. Untuk jarak papan acuan, harus tepat ditengah klam-klam papan cetakan 9. Untuk meluruskan kedudukan cetakn kolom-kolom dipasang profil, yang kedudukannya kurang lebih 2 m dari kolom paling tepi 10. pasang tiang-tiang acuan yang telah dirangkai dengan papan acuan didepan sisi papan cetakan kolom yang panjang, dan antara rangkaian tiang acuan tersebut, diperkuat dengan 2 buah papan skoor. Ujung papan penguat tiang acuan dipakukan pada sebelah atas tiang acuan yang lain pula. Langkah berikutnya pakukan dua buah papan yang panjang. Pada bagian atas papan cetakan disebelah sisi panjang dan sisi lebar papn cetakan tersebut.

30

11. Kedua papan tersebut berguna untuk menyetel ketegakan cetakan kolom 12. Dalam pengontrolan ketegakan cetakan kolom dapat menggunakan unting-unting atau water pass 13. Bila kedudukan dan ketegakan dari cetakan kolom sudah betul, perkuatlah dengan papan acuan tepat pada setiap klam perangkai papan cetakan kolom. a. Perancah kolom 1. Tentukan as bangunan, dengan menarik benang sebagai tanda untuk meletakan kolom. 2. Tegakkan kolom pada as yang telah ditentukan. Kolom harus tegak vertikal 90. Jarak antar kolom 200cm. 3. Buat tiang perancah kolom. 4. Ukur jarak as antar klam papan pada cetakan balok. 5. Berdirikan dolken antara kolom dengan jarak antar dolken 120cm. 6. Klam dolken dengan papan dengan jarak yang sama antar as pada klam kolom. 7. Setelah selesai dipasang tiang perancah pada kanan dan kiri kolom, skur dengan papan secara diagonal.

31

3.4. JOB IV: ACUAN DAN PERANCAH BALOK BETON

32

Tanggal :23 Juni 2010 3.4.1. Tujuan : Membuat acuan dan perancah untuk balok Menyetel cetakan dan balok menjadi horizontal

3.4.2. Instruksi umum : 1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan 2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja 3. Menggunakan waktu seefektif mungkin 4. Mengikuti petujuk instruktur 3.4.3. Bahan yang dibutuhkan : 1. Papan 2/20 x 4 m 2. Papan Multiplex (tebal 2 cm) 3. Paku 1,5 ; 2 inchi 4. Gelam 6 10 cm 5. usuk 5/7 cm 3.4.4. Peralatan yang digunakan : 1. Pensil 2. Siku 3. Benang 4. Unting-unting 5. Selang plastik 6. Roll meter 7. Gergaji 8. Martil 9. Palu cakar 10. Kapak 11. Linggis 12. Water pass

3.4.5. Langkah kerja :

33

1. Ukur ketinggian/peil balok dan lantai sesuai dengan gambar 2. Rangkaikan papan-papan dengan menggunakan klam, sebagai sisi-sisi cetakan balok 3. Dirikan tiang-tiang acuannya dengan keadaan vertikal sejarak 50 60 cm dan antara tiang-tiang acuan tersebut dirangkai menggunakan papan (skoor) 4. Gelegar acuan (dari papan) dipakukan pada tiang-tiang acuan, gelegar acuan tersebut permukaannya harus rata atau horizontal yang tidak berhubungan dengan lantai diperkuat dengan papan penguat tepat pada klam-klam perangkai papan cetakan, dan papan cetakan balok bagian sisi tegak yang berhubungan dengan lantai diperkuat oleh papan penguat dan miltiplex/papan (cetakan lantai) 5. Pasang tiang-tiang penguat di antara 2 kolom 6. Selang sisi kolom 7. Pasang tali pada kolom 1 dan 2 8. Pasang gelagar di bawah tali 9. Pasang alas cetakan dan skur di samping kanan dan kiri cetakan balok agar kuat.

34

Pa a p n h n pn eaa Pa a Kle pn m Pe g k nau Cea a tkn p p nPe a a aa nhn

B lo Pe d k n /G la a a k nuu g e gr 8 2 /1 B lo Pe y n g a k na g a 8 2 /1

G b t n a B lo m .Poo g n a k Ta p kD p n ma e a

Cetakan Balok Multiplex 2cm

Gelagar 8/12 Balok Penyangga 8/12

Gmb.Balok Tampak Atas

35

3.5. JOB V: ACUAN DAN PERANCAH LANTAI Tanggal :24 Juni 2010 3.5.1. Tujuan : Membuat acuan dan perancah untuk balok lantai Menyetel cetakan lantai menjadi horizontal

3.5.2. Instruksi umum : 1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan 2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja 3. Menggunakan waktu seefektif mungkin 4. Mengikuti petujuk instruktur 3.5.3. Bahan yang dibutuhkan : 1. Papan 2/20 x 4 m 2. Papan Multiplex (tebal 2 cm) 3. Paku 1,5 ; 2 inchi 4. Gelam 6 10 cm 5. usuk 5/7 cm 3.5.4. Peralatan yang digunakan : 1. Pensil 2. Siku 3. Benang 4. Unting-unting 5. Selang plastik 6. Roll meter 7. Gergaji 8. Martil 9. Palu cakar 10. Kapak 11. Linggis 12. Water pass

36

3.5.5. Langkah kerja : 1. Tentukan lokasi kerja 2. Berdirikan tiang-tiang acuan sejarak 50 60 cm dan antara tiang-tiang acuan tersebut dirangkaikan dengan papan-papan atau skoor 3. Gelegar acuan (dari papan) dipakukan pada tiang-tiang acuan yang tingginya berpedoman pada benang yang telah ditegangkan atau dikencangkan dari tiang acuan ujung sampai pangkal 4. Multiplex/papan dipakuakan pada gelegar-gelegar acuan dan juga pada cetakan balok bagian sisi yang berhubungan dengan lantai. Kontrol semua hasil pekerjaan sesuai dengan gambar

37

3.5. JOB V: ACUAN DAN PERANCAH TANGGA Tanggal :25 Juni 2010 3.5.1. Tujuan : Membuat acuan dan perancah untuk tangga

3.5.2. Instruksi umum : 1. Mempersiapkan alat-alat kerja dan bahan-bahan yang dibutuhkan 2. Memperhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja 3. Menggunakan waktu seefektif mungkin 4. Mengikuti petujuk instruktur 3.5.3. Bahan yang dibutuhkan : 1. Papan 2/20 x 4 m 2. Papan Multiplex (tebal 2 cm) 3. Paku 1,5 ; 2 inchi 4. Gelam 6 10 cm 5. usuk 5/7 cm 3.5.4. Peralatan yang digunakan : 1. Pensil 2. Siku 3. Benang 4. Unting-unting 5. Selang plastik 6. Roll meter 7. Gergaji 8. Martil 9. Palu cakar 10. Kapak 11. Linggis 12. Water pass

38

3.5.6. Langkah kerja : 1. Rencanakan design tangga yang diinginkan dengan detail sebagai berikut: Elevasi = 220 cm Tinggi kolom = 220 cm Tinggi balok = 30 cm - Lebar tangga =122 cm ( lebar 1 keping plywood) 2. Sediakan cetakan optrid 11 => 20/122 3. Pindahkakan tempat tumpuan tangga ke bawah untuk mandapatkan jarak datar tangga menggunakan unting-unting 4. Pasang benang dari papan plat 5. Dirikan tiang-tiang untuk menopang gelagar yang menahan acuan plat lantai 6. Turunkan benang yang telah dipasang 2-3cm karena tebal papan alas tangga 2 cm 7. Pasang gelagar yang mengikuti alur benang yang telah dipasang 8. Pasang poapan alas untuk nacuan tangga, kuatkan dengan skur 9. Pasang papan samping cetakan, lalu skur 10. Lukis tempat acuan optrid dengan ukuran yang telah ditentukan 11. Setelah melukis acuan optrid pada papan acuan selesai, pasang papan skur untuk memasang optrid 12. Pasang kayu 5/7 di tengah-tengah optrid, kemudian pasang papan skur sehinnga papan skur ini mampu menahan beton pada saat pengecoran 13. Pastikan seluruh papan acuan maupun perancah harus kaku dan kuat

39

Optride

Gambar tangga

BAB IV

40

Tinggi Tangga

Antride

PENUTUP 4.1. Kesimpulan Acuan dan Perancah atau Bekisting atau formwork adalah pekerjaan sementara sebagai mal dari bagian sisi dan bawah dari bentuk yang kita inginkan. Dalam bentuk struktur beton Acuan dan Perancah merupakan pekerjaan yang sangat menentukan, maka dalam pelaksanaanya seorang ahli dibidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup dan paham tentang acuan dan perancah. Dari praktek kerja Acuan dan Perancah ini, saya dapat mengambill kesimpulan : 1. Dengan Praktek Acuan dan Perancah, mahasiswa dapat mengetahui betapa pentingnya Acuan dan Perancah dalam sebuah kosnstruksi, 2. konstruksi. 3. Pekerjaan Acuan dan Perancah adalah pekerjaan yang sederhana dan sementara, namun sangat menentukan keberhasilan dari sebuah konstruksi. 4.2 Saran Dalam pelaksanaan sering dijumpai permasalahan-permasalahan di lapangan dan permasalahan tersebut harus kita sesuikan demi keselamatan pengerjaan acuan dan perancah tersebut. Oleh karena itu penulis memberikan beberapa saran untuk permasalahan-permasalahn tersbut ; 1. Mempergunakan waktu seefesien mungkin. 2. Mengutamakan keselamtan kerja. 3. Mengikuti petunjuk dan prosedur pelaksanaan kerja. 4. Menempatkan peralatan-peralatan pada tempat yang aman. 5. Berkonsentrasi pada pekerjaan dan tidak melakukan hal-hal yang tidak berguna dalam praktek. Dengan praktek Acuan dan Perancah mahasiwa dapat membuat acuan dan perancah yang biasa digunakan dalam duni

41

6. Mengmbil inisiatif jika menmukan permasalahan yang tidak ada dalam petunjuk praktek. 7. Pada saat pembongkaran acuan dan perancah hendaknya jangan sembarangan, lakukanlah sesuai dengan prosedur yang ada. 8. Menempatkan bahan-bahan pembongkaran dengan rapi.

42

You might also like